Perbedaan perilaku konsumtif antara remaja putri kost dan remaja putri asrama.

(1)

ABSTRAK

Yohana Tarida Damayanti Sinaga (2007). Perbedaan kecenderungan perilaku konsumtif antara remaja putri kost dan remaja putri asrama : Fakultas Psikologi, Jurusan Psikologi, Program Studi Psikologi, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kecenderungan perilaku konsumtif antara remaja putri yang tinggal di kost dan remaja putri yang tinggal di asrama.Subjek penelitian berjumlah 60, terdiri dari 30 remaja putri dari kost dan 30 remaja putri dari asrama. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala, yaitu skala kecenderungan perilaku konsumtif . Teknik analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan uji-t independent sample.

Uji asumsi penelitian ini adalah ada perbedaan kecenderungan perilaku konsumtif antara remaja putri kost dan remaja putri asrama dimana p (0,00 < 0,05). Selain itu mean empirik remaja putri kost lebih tinggi dari mean empirik remaja putri yaitu 128,5 > 114,1. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada perbedaan kecenderungan perilaku konsumtif antara remaja putri kost dan remaja putri asrama, dimana remaja putri yang tinggal di kost mempunyai kecenderungan perilaku konsumtif lebih tinggi daripada remaja putri yang tinggal di asrama.


(2)

ABSTRACT

Yohana Tarida Damayanti Sinaga (2007),The Difference consumptive behavior between adolescent girls who stay in boarding house and adolescent girls who stay in dormitory.

The subjects of this research are 60, consist of 30 subjects from boarding house and 30 subjects from dormitory. The measuring tools of this research is scale, by using a consumptive behavior scale. The method of this research is “t-independent sample test”

Assumption test from this research show there is differences consumtive behavior between adolescent girls who stay in boarding house and adolescent girls who stay in dormitory (p= 0,00 < 0,05). Beside it, the empiric mean from the adolescent girls who stay in boarding house is higher than empiric mean from the adolescent girls who stay in dormitory (128,5 > 114,1). The conclusion from this research is there’s a difference consumptive behavior between adolescent girls who stay in boarding house and adolescent girls who stay in dormitory, which the average of consumptive behavior the adolescent girls who stay in boarding house is higher than adolescent girls who stay in dormitory


(3)

“ PERBEDAAN PERILAKU KONSUMTIF ANTARA REMAJA

PUTRI KOST dan REMAJA PUTRI ASRAMA ”

SKRIPSI

Disusun sebagai syarat untuk memperoleh

Gelar Sarjana S-1 Psikologi

Disusun oleh :

Yohana Tarida Damayanti Sinaga NIM :029114032

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

He WiLL Make A way,

When There’s seems not be A way

When I come home, then I see how a Nice Blue sky Arround me, than I realize

it’s an amaze to have a cup a CoFFee with Him, in this NiceLy worLd.

“He’s so awesome”

Skripsi ini aku persembahkan untuk :

Yesus Kristus dan Bunda Maria

Orangtuaku tercinta

Kakak-kakak dan adik ku yang selalu memberikan support

Sahabat serta semua teman yang pernah menghabiskan waktu bersama langkahku


(7)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Yohana Tarida Damayanti Sinaga

No. Mahasiswa : 029114032

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : Perbedaan Perilaku Konsumtif Antara Remaja Kost Putri dan Remaja Asrama Putri beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 4 April 2008 Yang Menyatakan,

Yohana Tarida Damayanti Sinaga


(8)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhya, bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.

Yogyakarta, 19 Februari 2008 Penulis

Yohana Tarida Damayanti Sinaga


(9)

ABSTRAK

Yohana Tarida Damayanti Sinaga (2007). Perbedaan kecenderungan perilaku konsumtif antara remaja putri kost dan remaja putri asrama : Fakultas Psikologi, Jurusan Psikologi, Program Studi Psikologi, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kecenderungan perilaku konsumtif antara remaja putri yang tinggal di kost dan remaja putri yang tinggal di asrama.Subjek penelitian berjumlah 60, terdiri dari 30 remaja putri dari kost dan 30 remaja putri dari asrama. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala, yaitu skala kecenderungan perilaku konsumtif . Teknik analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan uji-t independent sample.

Uji asumsi penelitian ini adalah ada perbedaan kecenderungan perilaku konsumtif antara remaja putri kost dan remaja putri asrama dimana p (0,00 < 0,05). Selain itu mean empirik remaja putri kost lebih tinggi dari mean empirik remaja putri yaitu 128,5 > 114,1. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada perbedaan kecenderungan perilaku konsumtif antara remaja putri kost dan remaja putri asrama, dimana remaja putri yang tinggal di kost mempunyai kecenderungan perilaku konsumtif lebih tinggi daripada remaja putri yang tinggal di asrama.


(10)

ABSTRACT

Yohana Tarida Damayanti Sinaga (2007),The Difference consumptive behavior between adolescent girls who stay in boarding house and adolescent girls who stay in dormitory.

The subjects of this research are 60, consist of 30 subjects from boarding house and 30 subjects from dormitory. The measuring tools of this research is scale, by using a consumptive behavior scale. The method of this research is “t-independent sample test”

Assumption test from this research show there is differences consumtive behavior between adolescent girls who stay in boarding house and adolescent girls who stay in dormitory (p= 0,00 < 0,05). Beside it, the empiric mean from the adolescent girls who stay in boarding house is higher than empiric mean from the adolescent girls who stay in dormitory (128,5 > 114,1). The conclusion from this research is there’s a difference consumptive behavior between adolescent girls who stay in boarding house and adolescent girls who stay in dormitory, which the average of consumptive behavior the adolescent girls who stay in boarding house is higher than adolescent girls who stay in dormitory


(11)

KATA PENGANTAR

Kasih karunia dari-Nya telah membimbing penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini, yang merupakan syarat dalam memperoleh gelar sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis juga tidak melupakan bantuan yang diberikan berbagai pihak demi kelancaran penyelesaian skripsi ini, baik dukungan secara moril maupun dukungan secara materi, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Eddy Suhartanto,S.Psi., M.Si., selaku dekan fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dan juga selaku dosen pembimbing skripsi, “Terimakasih pak atas bimbingan, masukan dan kesabaran yang sudah bapak berikan “

2. Ibu Sylvia Carolina MYM, S.Psi., M.Si., selaku Kaprodi fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu Titik Kristiyanti S.Psi selaku dosen pembimbing akademik selama penulis menempuh perkuliahan di fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Semua Dosen dan karyawan staf di fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, selamat bekerja dan juga selamat berkarya.

5. Pihak karyawan di fakultas Psikologi : mba’ Nanik, mas Gandung, Mas Muji, Mas Donny serta Pak Gie, yang tentunya sudah bersedia membantu selama berada di fakultas Psikologi. Tentunya banyak terimakasih untuk senyum dan keramahan kalian.

6. Keluarga JC.Sinaga di Palembang , untuk Bapak dan Mama yang selalu support dan menerima keluh kesahku, juga kepada kakak kakak-ku terkasih , Kak Juni, Kak Diana dan Bang Guna, Dan Kak Anton yang selalu memberikan dukungan baik secara moril maupun materi, “terimakasih kakak-kakak-ku untuk bantuan yang tidak ternilai ini”, terimakasih terimakasih dan terimakasih, dan juga untuk adikuwh tercinta Adek Maria,


(12)

yang selalu rajin nelepon untuk memberi semangat dan terimakasih untuk bantuan literaturnya serta thank yah uncu mau dengerin kes curhat, huhu. Uncu uncu... I’m proud to be a part of Our Family, coz we always bLessed by HIM.

7. Seluruh subjek penelitian ini, suster dan teman-teman dari Asrama Syantikara, Yogyakarta. Terimakasih untuk perijinan dan kerjasamanya. Juga untuk teman-teman dari berbagai kost yang sudah membantu, banyak terimakasih yang dapat saya ucapkan.

8. Untuk Yohanes Dodi, Jonathan Supriyadi dan Elman Andreson, thanx for this great six years. Bangga bangga bangga mengenal oknum seperti kalian : p

9. Kepada bapak editor, Yohanes Setia Panji W, terimakasih atas waktu dan bimbingannya extra nya ☺

10. Untuk Iin-Jaiko, apa kabar cik? Makasih yah cik pinjeman motornya duLu2. 11. Untuk si Buz Kadex, cihuy..Let’s rock this WorLd lagh yah

12. Untuk teman-teman ex-kelas D, Cahya, fika, mitha ,obeth ,tina ,sisil ,mey, Cyril, Eu, dan yang lainnya, terimakasih atas kebersamaan dan perjalanan yang pernah kita lalui. Bangga kenal dan punya teman seperti kalian

13. Untuk teman- teman angkatan 2002 yang lainnya, yang juga sedang berjuang menyelesaikan skripsi, terimakasih untuk sharing dan tukar pikiran yang boleh saya dapatkan. Selamat berjuang.

14. Adik angkatan yang juga sedang berjuang menyelesaikan skripsi, selamat bekerja dan untuk yang masih setia berkarya di kampus, selamat berkarya 15. Untuk Pak BoL, eQi, Leax, Cuki, Galuh, Yetty , Mitha, Via , Martin, Ronal,

Jun, Printa, Ajay Surajay, Si Kunz, Conrad dan juga teman yang lainnya, “wah, kewalahan saya punya teman seperti kalian :p ”

16. Untuk Panji, Tanti Lokal, Rio, Tanti import, dresscode nya apah??duren nya kapan??mari mari, thanks guys, keep this friendship well.

17. Semua teman- teman yang pernah bekerja sama dengan ku, baik dalam kepanitiaan maupun keorganisasian di kampus, “terimakasih atas pengalaman yang berharga”


(13)

18. Teman-teman PAT, BASKET, BEM (angk. Kang Adi), terimakasih atas kebersamaan dan persaudaraan yang boleh penulis pelajari dari kalian. Semoga dapat terus eksis.

19. Teman- teman kost, dik Funz (age doesn’t matter, rite?, thanks sudah nemenin ambil data dan special thanks buat iboth. Keep the petakiLan high :p ), TuniL , Laura , BumBum ( ibu bayangkari ), terimakasih telah membuat kost menjadi hidup lebih hidup terimakasih terimakasih terimakasih.

20. Untuk ibu-ibu arisan , QiQi brebes, Aya buk aji, Maria Ladebarosyo , terimaksih buat pertemanan yang tak seberapa ini, dari hal yang kecil bisa membuka semua . keep silent is much better. hehe.tarik mang!

21. Dan juga untuk seluruh teman dan kerabat yang tidak dapat disebutkan satu- satu, terimaksih atas dukungan, doa, masukan dan segala bantuan yang telah diberikan.

Yogyakarta, 19 Februari 2008

Yohana Tarida Damayanti Sinaga


(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……….i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………ii

HALAMAN PENGESAHAN ……….………iii

HALAMAN PERSEMBAHAN……….…………..iv

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI………..……….………….v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………..………..vi

ABSTRAK………..………..…….………..vii

ABSTRACT………..….…….………viii

KATA PENGANTAR………..………ix

DAFTAR ISI……….…….….……...….xii

DAFTAR TABEL……….…….………...xv

DAFTAR LAMPIRAN………..xvi

BAB I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang……...….……….………….1

B. Rumusan Masalah……….………8

C. Tujuan Penelitian……….………….8

D. Manfaat Penelitian………...……….…………8

BAB II.LANDASAN TEORI A. Perilaku Konsumtif………..………...…………10

1. Pengertian Perilaku Konsumtif………...………10

2. Aspek-aspek Perilaku Konsumtif………..12

3. Faktor- faktor Perilaku Konsumtif……….13

B. Remaja Kost dan Asrama……….……….16

1. Remaja………...16

2. Kost dan Asrama………...…………18

3. Remaja sebagai konsumen………...….………21

4. Perilaku konsumtif remaja………22


(15)

C. Perbedaan Perilaku Konsumtif antara Remaja Putri

Kost dan Remaja putri Asrama………...23

D. Hipotesis Penelitian………..26

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN………...……….27

B. IDENTIFIKASI VARIABEL………...27

C. DEFINISI OPERASIONAL……….27

1. Tempat tinggal………..27

2. Perilaku Konsumtif……….…….…….28

D. SUBJEK PENELITIAN……….………..29

E. METODE PENGUMPULAN DATA……….………….29

1. Alat Pengumpulan Data………...………29

F. VALIDITAS,SELEKSI ITEM dan RELIABILITAS………..34

1. Validitas……….. ……….34

2. Seleksi Item………..35

3. Reliabilitas………... 35

G. METODE ANALISIS DATA 1. Uji Asumsi Analisis Data……….36

2. Uji Hipotesis……….37

BAB IV. PENELITIAN dan PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian……….39

1. Uji Coba Validitas……….………..40

2. Seleksi Item……….40

3. Uji Realibilitas……….…………..….41

B. Pelaksanaan Penelitian………42

C. Deskripsi Subjek……….…43

D. Deskripsi Data Penelitian………....44

E. Uji Asumsi Analisis Data……….……...45

1. Uji Normalitas……….…....45


(16)

2. Uji Homogenitas………...…..46

F. Uji Hipotesis………47

G. Pembahasan ………49

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN A. KESIMPULAN………..53

B. SARAN……….…….53

1. Remaja Putri……….………..57

2. Peneliti Selanjutnya………..……….54

C. KETERBATASAN PENELITIAN………...55

DAFTAR PUSTAKA………....56

LAMPIRAN………..59


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Blue Print………..…….32

Tabel 2 : Blue Print dan spesifikasi nomor item……….…..38

Tabel 3 : Blue Print, disribusi item yang digunakan dalam penelitian……….43

Tabel 4 : Deskripsi subjek penelitian………44

Tabel 5: Hasil analisis………..45

Tabel 6 : Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov……….46

Tabel 7 : Perbedaan perilaku konsumtif ………..………48


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Try Out………..60

Lampiran 2. Tabulasi data Try Out……….………70

Lampiran 3. Uji Reliabilitas………79

Lampiran 4. Uji Reliabilitas (yang fix)………...82

Lampiran 5. Skala Penelitian………...…...84

Lampiran 6. Tabulasi Data Penelitian………90

Lampiran 7. Uji Reliabitas Penelitian………...106

Lampiran 8. Uji Reliabiltas Penelitian (yang fix)……….108

Lampiran 7. Uji Normalitas………..110

Lampiran 8. Uji Homogenitas………...112

Lampiran 9. Uji t………...113

Lampiran 10. Wawancara singkat pada beberapa subjek penelitian………114

Lampiran 11. Surat keterangan Penelitian………118


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Remaja di jaman sekarang memiliki tantangan yang lebih besar,. Hal ini terutama dikaitkan dengan semakin berkembangnya teknologi, dimana kemajuan teknologi dapat mempengaruhi perilaku mereka, misalnya saja kemajuan dalam dunia fashion / mode yang selalu up-to date dan sangat cepat beredar di dunia internet ataupun melalui media iklan yang diterima melalui televisi. Melalui media- media yang tersedia maka informasi dapat tersebar luas dengan sangat cepat, dan hal ini lah yang dapat mempengaruhi perilaku remaja.

Perilaku remaja yang sangat beragam juga tidak lepas dari bagian perkembangan remaja yang sedang mencari identitas (Hurlock 1980). Masa remaja merupakan masa mencari identitas, dan bukan hanya merupakan masa peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap selanjutnya saja. Tidak jarang fenomena kemajuan di berbagai hal tersebut membuat remaja mengalami krisis identitas. Maksudnya disini adalah dengan munculnya informasi yang terbaru dan sangat cepat membuat remaja semakin bingung untuk menyikapi informasi – informasi yang diberikan .

Seiring dengan berkembangnya jaman, maka semakin besar pula tingkat kebutuhan seseorang, karena manusia akan semakin berusaha untuk tetap


(20)

2 bertahan dalam lingkungannya, kebutuhan bisa berupa kebutuhan yang muncul dari diri sendiri, misalnya saja kebutuhan untuk makan disaat lapar, kebutuhan untuk minum disaat haus. Selain itu juga ada kebutuhan yang muncul dari faktor diluar konsumen itu sendiri, maksudnya disini kebutuhan lebih dikaitkan dengan masyarakat / lingkungan sekitarnya, misal saja seperti kebutuhan untuk diakui oleh lingkungan disekitarnya, atau juga kebutuhan untuk diterima oleh orang- orang disekitarnya.

Belanja, saat ini sudah berkembang menjadi suatu cerminan gaya hidup dan rekreasi pada masyarakat kelas ekonomi tertentu dan segala usia

( R. Tambunan, www.yogyafree.net, 2001 ). Konsumen menghabiskan waktu berjam- jam untuk berbelanja, dalam rangka pemenuhan kebutuhan untuk diakui eksistensinya dalam lingkungan (Tambunan, 2001). Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka juga dapat mengikuti mode yang sedang beredar, padahal mode itu sendiri selalu berubah sehingga para remaja tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya (Tambunan, 2001), maka tidak mengherankan bila remaja cenderung berperilaku konsumtif. Konsumtif disini lebih khusus menjelaskan keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal (Tambunan, 2001). Perilaku konsumtif pada remaja sebenarnya dapat dimengerti bila melihat usia remaja sebagai usia peralihan dalam mencari identitas diri. Namun remaja akan bermasalah ketika kebiasaan itu menjadi berlebihan, seperti pepatah lebih besar pasak daripada tiang. Dari sini masalah akan mulai terjadi. Secara naluriah,


(21)

mereka memang belum dewasa namun sangat senang mengikuti tren yang selalu berubah-ubah. Mereka mencoba untuk dapat diterima dalam lingkungan dan kelompoknya, sehingga mencoba menyatu dengan mengikuti gaya dalam kelompok pergaulan mereka. Jika tidak, mereka bisa dianggap kurang pergaulan, dan bahkan tidak bisa masuk dalam suatu komunitas tertentu.

Perilaku konsumtif pada remaja ini akan menjadi masalah ketika kecenderungan belanja yang sebenarnya wajar pada remaja ini dilakukan secara berlebihan (Tambunan, 2001). Terkadang orang tua sebagai sumber dana, tidak mampu memenuhi tuntutan remaja sehingga masalah ini dapat menjadi masalah ekonomi keluarga. Selanjutnya perilaku konsumtif ini akan terus mengakar dan berkembang menjadi gaya hidup, tetapi bila kemudian tingkat finansial kurang mendukung maka seseorang tersebut dapat saja menggunakan cara-cara yang tidak sehat seperti mencuri, bekerja berlebihan sampai melakukan korupsi. Pada akhirnya perilaku konsumtif bukan saja memiliki dampak ekonomi, tapi juga dampak psikologis, sosial, bahkan etika (Tambunan, 2001).

Perlu disadari, gaya hidup konsumtif membutuhkan penghasilan besar. Hal tersebut dapat menjadi masalah besar bila untuk memenuhi ambisi, kita dapat melakukan apa saja untuk mendapatkan uang, termasuk yang tidak halal, melalui jalan pintas, seperti korupsi.

Saat ini masyarakat memang diserbu oleh segala jenis media dari segala penjuru. Iklan berbagai macam produk dengan berbagai cara dan gaya membuat pikiran di dalam otak kita selalu dicuci oleh para produsen barang - barang


(22)

4 tersebut. Hampir tiada ruang dan waktu yang kosong dari iklan. Televisi saat ini penuh dengan berbagai tayangan iklan yang menawarkan bermacam produk. Mulai produk-produk fashion, kecantikan, makanan, hingga tempat hiburan. Belum lagi majalah-majalah remaja yang makin banyak ragamnya, yang tentunya memaparkan informasi- informasi kebutuhan konsumen. Semuanya secara perlahan-lahan namun pasti, menuntun kita memasuki budaya konsumtif.

Tanpa disadari saat ini televisi pun akhirnya menjadi media rekayasa teknologi yang luas, dimana berdasar informasi dari televisi yang berupa iklan- iklan atau sekedar informasi, sudah memberi ruang yang efektif untuk menciptakan budaya konsumtif. Informasi yang sangat gencar, secara tidak langsung mengajak remaja untuk meluangkan waktu mereka untuk mengenal lebih dekat terhadap produk- produk yang sudah di informasikan. Akibatnya sering ditemui remaja- remaja yang memang sengaja menyempatkan diri datang ke pusat perbelanjaan hanya dengan tujuan untuk melihat- lihat produk- produk baru yang di informasikan.

Rencana awal yang memang hanya mau melihat- lihat saja, namun juga sering berbuntut dengan tuntutan sekitarnya untuk ikut membeli produk tersebut, padahal belum tentu produk tersebut adalah produk yang dibutuhkan. Disinilah media tersebut terus menginformasikan berbagai iklan yang turut membujuk remaja untuk mencoba produk- produk baru yang belum tentu dibutuhkan yang berbuntut terciptanya budaya perilaku konsumtif.


(23)

Kebutuhan untuk menjadi sama dengan orang lain yang sebaya itu menyebabkan remaja berusaha mengikuti berbagai atribut yang sedang trendi / berkembang saat ini (Tambunan, 2001). Berkembangnya jaman membuat remaja selalu mencoba untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga terkadang dalam pemenuhan untuk diakui eksistensinya, membuat konsumen menjadi tidak terkontrol.

Walaupun belum ada hipotesis yang benar- benar pasti mengenai manakah yang lebih konsumtif antara laki- laki dan perempuan tapi disini akan lebih memfokuskan pada perempuan , hal ini disebabkan kebanyakan perempuan lebih suka shopping ataupun hanya sekedar windows shopping (melihat-lihat ), selain itu perempuan juga dalam melihat barang lebih tertarik pada warna dan bentuk , bukan pada hal teknis dan kegunaannya ( R. Tambunan, www.yogyafree.net ). Penelitian Zebua, (2003) mengenai perilaku konsumtif pada remaja putri, memaparkan bahwa konformitas memberikan kontribusi pada konsep diri yang berpengaruh terhadap perilaku konsumtif. Dapat disimpulkan bahwa konformitas mempunyai peranan yang signifikan kepada perilaku konsumtif pada remaja. Contonhnya jika ada salah satu teman yang membeli barang baru, maka teman- teman lainnya cenderung akan ikut membeli, hanya dengan alasan agar bisa kompak dengan teman-sepermainan, walaupun sebenarnya barang tersebut tidak dibutuhkan sama sekali.

Bagaimana dengan remaja yang jarang menonton televisi? Apakah dengan jarang menerima informasi – informasi akan membuat mereka


(24)

6 ketinggalan jaman dan jauh dari budaya perilaku konsumtif? Begitu juga dengan para remaja yang tidak mempunyai waktu luang, apakah dengan tidak mempunyai waktu luang sudah pasti mereka tidak menyempatkan diri untuk menoleh melihat produk yang diinformasikan secara gencar? Apakah dengan jarang menonton televisi dan tidak mempunyai waktu luang merupakan jaminan bahwa remaja tersebut jauh dari budaya perilaku konsumtif ? Pertanyaan- pertanyaan yang muncul, mempertanyakan gambaran mengenai kehidupan dari dua lapisan yang berbeda, dimana dalam kehidupan kost, yang identik dengan kebebasan serta peraturan- peraturan yang kurang mengikat, tidak adanya batasan menonton televisi ataupun kaitannya dengan kebebasan dalam menentukan jadwal aktivitas. Sedangkan kehidupan di asrama yang identik dengan aturan- aturan yang wajib dipatuhi, mendapat batasan dalam jam aktivitas maupun aktivitas menonton televisi, hal ini tentunya mengurangi kebebasan dari para penghuni asrama dalam melakukan aktivitasnya.

Berdasarkan observasi yang diadakan oleh peneliti, didapatkan beberapa gambaran bahwa dalam kehidupan penghuni asrama, rata-rata para penghuni kembali ke asrama jam sembilan malam, dan tidak bisa keluar lagi, sekalipun masih ada kepentingan yang harus dilakukan diluar asrama. Berbeda dengan penghuni kost, yang jam pulang ke kost pun beragam, bahkan tidak jarang penghuni kost baru mulai aktivitas diatas jam 9 malam, dengan alasan yang beragam, misalnya pergi ke bioskop, atau sekedar nongkrong di café untuk mencoba- coba tempat baru.


(25)

Berdasarkan interview yang dilakukan oleh peneliti, maka didapatkan informasi bahwa rata- rata anak asrama menyesuaikan jadwal keluar mereka dengan jadwal yang memang sudah disesuaikan oleh pihak yayasan pemilik asrama. Misal jadwal makan siang pada pukul 12:00 – 13:00, pada jam tersebut mereka harus pulang untuk makan siang, baru melanjutkan aktivitas setelah jadwal tersebut. Sedangkan anak- anak yang tinggal di kost an menyatakan bahwa mereka dapat makan siang jam berapa pun mereka mau, dan dimanapun mereka mau, karena kebebasan yang mereka dapatkan di lingkungan kost, mereka pun mengakui bahwa terkadang mereka jadi tidak terkontrol dalam hal keuangan, seperti salah seorang subjek mengatakan

“ Ya, kalo lagi pengen makan pizza, yah berangkat ke Amplas, tapi selesai makan biasanya gak langsung pulang, seringnya keliling- keliling dulu, melihat- lihat siapa tau ada barang baru yang unik dan lucu, dan kadang- kadang kalau liat barang lucu, bisa-bisa malah beli. Jadi terjebak di mall berjam- jam, padahal rencana awalnya cuma mau makan saja” .

Pendapat yang hampir serupa juga sering ditemui, dimana budaya konsumtif masuk secara pelan- pelan menjadi budaya yang sedang berkembang. Dari sini maka diketahui bahwa kontrol diri memanglah sangat diperlukan, untuk menghindari hal- hal yang menjebak ke dalam perilaku konsumtif.

Fenomena mengenai maraknya perilaku konsumtif tentunya perlu disikapi dengan dewasa. Karena budaya konsumtif ini tentunya dapat membawa dampak kurang baik. Selain itu budaya konsumtif dapat membawa kerugian bagi diri sendiri. Maka melihat fenomena ini, peneliti tertarik untuk melihat apakah ada perbedaan perilaku konsumtif antara remaja yang jarang menonton televis i dan


(26)

8 tidak mempunyai waktu luang yang diwakili oleh mahasisiwi yang tinggal di asrama yang notabene padat dengan jadwal yang sudah ditetapkan pihak asrama dan dibandingkan dengan mahasiswi yang frekuensi menonton televisinya lebih banyak serta mempunyai waktu luang yang lebih banyak yang diwakili oleh remaja kost yang jadwal kegiatan ditentukan oleh diri sendiri.

A. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, “Apakah ada perbedaan perilaku konsumtif antara Remaja Putri Kost dan Remaja Putri Asrama ?”

B. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguji secara ilmiah apakah ada perbedaan perilaku konsumtif antara remaja putri kost dan remaja putri asrama.

C. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah untuk menambah kepustakaan atau khasanah teoritis dalam bidang psikologi, khususnya dalam melihat permasalahan yang berhubungan dengan perilaku konsumtif pada remaja


(27)

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis ini juga dapat dijadikan informasi bagi remaja dalam memberi tambahan pengetahuan mengenai perilaku pada remaja, sehingga remaja diharapkan dapat mencegah dan lebih mengontrol perilaku konsumtifnya.


(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. PERILAKU KONSUMTIF

1. Pengertian Perilaku Konsumtif

Kata “konsumtif” (sebagai kata sifat) sering diartikan sama dengan kata “konsumerisme”. Padahal konsumerisme adalah mengacu pada segala sesuatu yang berhubungan dengan konsumen. Sedangkan konsumtif lebih khusus menjelaskan keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal (Tambunan, 2001). Pendapat tersebut sejalan dengan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) yang memberikan batasan konsumtifisme, yaitu kecenderungan manusia untuk menggunakan konsumsi tanpa batas, dan manusia lebih mementingkan faktor keinginan daripada kebutuhan (Mahdalela, dalam Lina dan Rosyid, 1997).

Konsumtif biasanya digunakan untuk menunjuk pada perilaku konsumen yang memanfaatkan nilai uang lebih besar dari nilai produksinya untuk barang dan jasa yang bukan menjadi kebutuhan pokok.

Ciri- ciri perilaku konsumtif ada 2 hal yaitu :

a. Perilaku membeli, memiliki dan memanfaatkan sesuatu tidak dengan pemikiran, tidak dengan pertimbangan rasional maupun tidak dengan


(29)

rencana. Orang membeli karena hanya ingin membeli karena sesuatu itu sedang trendy, karena teman- temannya banyak yang mempunyai, tertarik oleh warna / kemasannya, karena ada hadiahnya, dan juga karena kebetulan membawa uang.

b. Perilaku membeli, memiliki serta memanfaatkan sesuatu yang sifatnya tidak bernilai kebutuhan yang wajib. Dengan memiliki sesuatu yang sedang trendy maka muncul perasaan senang dan percaya diri.

Konsumen yang berperilaku konsumtif dapat dilihat dari bagaimana konsumen membeli suatu barang. Hawkins, Coney, dan Bert (1980) menjelaskan bahwa perilaku konsumtif ini dapat diamati dari perilaku membeli seseorang. Jika seseorang telah melakukan proses konsumsi maka ia membeli dan memanfaatkan produk untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini telah ia lakukan dengan mempertimbangkan kebutuhannya, jumlah uang (materi) yang akan ia keluarkan, dan nilai guna produk dalam kehidupannya, apakah barang tersebut menguntungkan atau merugikan. Seseorang dikatakan konsumtif jika kurang memperhatikan kebutuhannya, kurang memperhitungkan keuangannya serta sering mengesampingkan nilai guna barang tersebut

Konsumtif adalah pola perilaku konsumsi yang dilakukan dengan tidak rasional, Loudon and Bitta( 1984), sedangkan menurut Gilarso (1985), pada perilaku konsumtif seseorang cenderung membeli dan memiliki dan memanfaatkan sesuatu tidak dengan pikiran dan pertimbangan yang rasional


(30)

12 dan juga tidak terencana. Memanfaatkan sesuatu bukan karena kebutuhan tapi karena keinginan.

Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumtif adalah tindakan seseorang dalam menggunakan sesuatu barang secara berlebihan yang sebenarnya kurang dibutuhkan, tetapi lebih karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf yang tidak rasional lagi. Perilaku konsumtif dapat dilihat dari perilaku seseorang yang kurang memperhitungkan keuangan dan mengesampingkan kebutuhannya.

1. Aspek-aspek perilaku konsumtif

Menurut Hidayati (2001) aspek- aspek perilaku konsumtif yaitu : a. Impulsif

Perilaku membeli produk pada remaja yang lebih cenderung didasari oleh keinginan yang kuat atau hasrat tiba-tiba, dilakukan tanpa pertimbangan terlebih dahulu, sehingga tidak memikirkan apa yang terjadi kemudian dan biasanya pembelian ini bersifat emosional.

b. Pemborosan

Perilaku membeli produk pada remaja cenderung berlebih-lebihan, ditunjukkan dengan adanya keinginan yang besar untuk mencoba produk baru, disertai adanya ketidakpuasan jika barang yang diinginkan belum dimiliki sehingga menyebabkan remaja menghamburkan banyak dana tanpa didasari kebutuhan yang jelas.


(31)

c. Mencari Kesenangan (pleasure seeking)

Perilaku membeli produk pada remaja cenderung semata-mata hanya untuk mencari kesenangan. Remaja membeli produk-produk tersebut karena ia senang misalnya untuk dikoleksi. Remaja juga senang dan nyaman ketika membeli dan memakai produk yang membuat ia tampak tampil gaya sesuai perkembangan mode atau sekedar ikut-ikutan teman sebaya.

d. Mengejar Kepuasan akan Status (satisfaction seeking)

Perilaku membeli pada remaja yang cenderung didasari keinginan untuk menunjukkan status yang lebih tinggi dari teman sebayanya. Remaja akan merasa bangga jika menggunakan produk yang paling mewah, paling mahal, dan modern, serta berbeda dari yang lain.

2. Faktor- faktor perilaku konsumtif

Engel, Kollet, dan Blackwell (1994) menyatakan perilaku konsumtif dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor-faktor eksternal meliputi faktor kebudayaan, kelas sosial, kelompok referensi, dan keluarga. Sedangkan faktor-faktor internal terdiri dari faktor motivasi, proses belajar, kepribadian, konsep diri, dan sikap.


(32)

14 Penjelasan dari faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Faktor Eksternal 1) Kebudayaan

Kebudayaan yang tercermin dalam cara hidup, kebiasaan, dan tindakan dalam permintaan bermacam-macam barang di pasar sangat mempengaruhi perilaku konsumen (Lina dan Rosyid, 1997). 2) Kelas Sosial

Menurut Engel, Kollet, dan Blackwell (1994) keanggotaan seseorang dalam suatu kelas dapat mempengaruhi pola konsumsinya dan sifat kepemilikan produk yang membedakannya dengan kelas sosial yang lain. Remaja sendiri cenderung menunjukkan kelas sosial tertentu dengan cara menggunakan produk tertentu untuk memperoleh pengakuan dari teman sebayanya.

3) Kelompok Referensi

Kelompok referensi remaja salah satunya adalah kelompok teman sebaya, dimana tekanan konformitas dari kelompok benar-benar dapat menimbulkan dampak pada keputusan pembelian produk (Engel, Kollet, dan Blackwell, 1994).

4) Keluarga

Keluarga sebagai bagian dari faktor eksternal mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan sikap dan perilaku anggotanya, termasuk dalam pembentukan keyakinan dan berfungsi


(33)

langsung dalam menetapkan keputusan konsumen (Loundon dan Bitta dalam Lina dan Rosyid, 1997).

b. Faktor Internal 1) Motivasi

Menurut Schiffman dan Kanuk (2004) terdapat motif rasional dan motif emosional pada individu dalam proses pembelian suatu produk. Motif rasional menunjukkan bahwa ketika membeli, seseorang mempertimbangkan dengan matang semua alternatif dan pada akhirnya memilih alternatif yang paling baik dari segi harga maupun dari segi kualitas. Sedangkan motif emosional lebih berkaitan dengan perasaan atau emosi subjektif seseorang seperti kebanggaan, status, afeksi, harga diri, persaingan, keinginan bersama orang lain, dan imitasi. Perilaku konsumtif biasanya lebih didasari oleh motif emosional, seperti pada remaja yang membeli barang lebih karena alasan agar diterima oleh kelompok sebaya.

2) Proses Belajar

Pengalaman belajar konsumen akan menentukan tindakan dan pengambilan keputusan membeli (Mangkunegara, 1988). Pengalaman konsumen yang menyenangkan dari pembelian suatu produk akan membuat konsumen ingin membeli lagi produk tersebut, sedangkan pengalaman yang tidak menyenangkan akan membuat konsumen tidak membeli lagi produk tersebut.


(34)

16 3) Kepribadian

Menurut Ibid (dalam Saputro, 2004) kepribadian konsumen akan mempengaruhi pengambilan keputusan dalam membeli produk. 4) Konsep Diri

Konsep diri adalah cara seseorang melihat dirinya sendiri, dan pada saat yang sama ia mempunyai gambaran tentang diri orang lain (Swastha, 1984). Individu membeli produk yang diharapkan dapat sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai konsep diri yang ideal (Saputro, 2004). Remaja membeli produk agar memberi kesan yang sesuai dengan standar kelompoknya.

5) Sikap

Sikap menurut Engel, dkk (1994) merupakan keseluruhan evaluasi atau reaksi perasaan positif dan negatif terhadap suatu produk yang didasarkan pada pengalaman masa lalu, keadaan sekarang, dan harapan di masa datang.

B. REMAJA KOST-KOST AN dan ASRAMA 1. Remaja

a. Pengertian

Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa Latin adolescene yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan” (Ali dan Asrori, 2004). Masa remaja merupakan masa peralihan


(35)

dari kanak- kanak ke dewasa. Dalam tahap perkembangan ini, remaja tidak memiliki status yang jelas dan terdapat keraguan akan peran yang dilakukan. “Pada masa ini, remaja bukan lagi sebagai anak tapi juga bukan sebagai orang dewasa” (Hurlock 1990). Oleh karena itu, pencarian identitas menjadi permasalahan penting pada masa ini.

Sarwono (1994) menyatakan bahwa dalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain yang terkait (seperti biologi dan ilmu-ilmu faal) remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya.

Masa remaja menurut Mappiare berlangsung antara usia 12 tahun sampai dengan 21 tahun pada wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun pada pria. Rentang usia ini dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan usia 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dengan usia 21/22 tahun adalah remaja akhir. Sedangkan menurut hukum di Amerika Serikat saat ini, individu dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun, bukan 21 tahun seperti sebelumnya (Hurlock, 2002). WHO sendiri (dalam Sarwono, 1994) menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja, dimana WHO membagi kurun usia tersebut dalam 2 bagian yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun.


(36)

18 Remaja memiliki tugas perkembangan yang harus diselesaikan, karena keberhasilan dalam menyelesaikan tugas perkembangan pada masa remaja akan menentukan keberhasilan tugas- tugas perkembangan pada masa dewasa

Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst (Mappiare 1982) adalah menerima keadaan fisiknya dan menerima perannya sebagai pria / wanita, menjalin hubungan baru dengan teman sebaya, baik sesama jenis maupun yang lain jenis kelamin, remaja juga memperoleh kebebasan secara emosional, juga memperoleh kepastian kaitannya dengan kebebasan peraturan, remaja juga diharapkan mampu mengembangkan keterampilannya yang kelak akan diperlukan dalam hidup sebagai warga masyarakat, selain itu remaja juga diharapkan dapat mengembangkan perilaku sosialnya yang bertanggung jawab seperti norma yang berlaku di masyarakat.

2. Kost dan Asrama a. Pengertian Kost.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989), Kost / indekos adalah menumpang tinggal dengan membayar. Aturan yang ada pada kost- kost-an kurang begitu ketat bila dibandingkan dengan peraturan yang ada di asrama. Kost- kost-an tidak selalu mendapat pengawasan / pantauan dari pemilik kost. Sehingga memungkinkan terjadi hal- hal yang kurang baik. Jam pulang yang tidak terlalu ketat memberikan kebebasan kepada penghuni kos dalam mengatur jadwal masing-masing.


(37)

Remaja yang tinggal di kost- kost-an pola perilakunya bisa jadi sangat beragam, karena pola lingkungan yang berbeda- beda dapat memunculkan pola perilaku yang beragam pula. Kebebasan yang diberlakukan di kost- kost-an membuat penghuni kost dapat lebih bebas dalam menentukan aktifitas maupun gaya hidupnya. Remaja kost harus belajar untuk memenuhi semua kebutuhannya sendiri, oleh karena itu remaja kost harus sekreatif mungkin dalam mengelola kebutuhannya. Kurang ketatnya peraturan di kost- kost-an serta kurangnya pengawasan dari pemilik kost- kost-an membuat penghuni kost- kost-an dapat dengan bebas menentukan jadwal kegiatannya masing- masing. Kelonggaran ini akan memberi dampak pada msing- masing penghuni kost- kost-an. b. Pengertian Asrama

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Asrama adalah bangunan / tempat tinggal kumpulan tertentu. Ber-asrama adalah tinggal bersama-sama dalam suatu bangunan. Slameto (1990) mengartikan asrama sebagai rumah pemondokan atau disamakan dengan kost. Tapi asrama biasanya memiliki cirri khas yang berbeda dengan kost. Yang disebut asrama biasanya adalah sebuah rumah pemondokan yang besar, yang menerima banyak anak dan kepemilikannya sering berhubungan dengan sekolah atau yayasaan tertentu yang memiliki tujuan tertentu pula. Sejalan dengan pendapat Aryatmi (1990) yang mendefinisikan asrama sebagai sebuah rumah pemondokan yang besar, yang menerima banyak anak dan


(38)

20 berhubungan dengan sekolah atau yayasan yang memiliki tujuan tertentu. Anak yang diterima dalam asrama merupakan kelompok selektif, maksudnya selektif adalah ada beberapa tahapan dalam penerimaan tinggal di asrama, misal tahap administrasi dan tahap tatap muka (wawancara) dengan pihak orangtua.

Suatu asrama memiliki banyak peraturan, dan juga ketentuan- ketentuan yang ketat yang mutlak di taati oleh seluruh penghuninya. Apabila terjadi pelanggaran, maka akan diberikan sanksi dari asrama, Ahmad AK. Muda (2006),.

Jadi asrama adalah sebuah bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal oleh orang- orang yang mempunyai tujuan yang sama. Dan di dalam asrama terdapat aturan yang mengikat dan mutlak untuk dipenuhi, jika tidak maka akan dikenakan hukuman / sanksi. Hukuman bisa dari hal yang kecil sampai yang besar, misal ditegur sampai dengan dikeluarkan oleh pihak asrama. Kehidupan asrama yang penuh dengan aturan, tidak jarang membuat mereka merasa tertekan dan juga kurang menunjukkan ekspresinya secara bebas.

Remaja yang tinggal di asrama, pola perilaku yang terbentuk akan sangat dipengaruhi oleh aturan- aturan yang melingkupinya. Fasilitas yang sudah terpenuhi oleh pihak asrama adakalanya membuat penghuni asrama sudah terpenuhi kebutuhannya, misalnya saja seperti makan,atau minum. Namun aturan – aturan yang sangat ketat yang diberlakukan di asrama


(39)

bisa jadi membuat kreatifitas para penghuni menjadi terbatas, selain itu jadwal yang sudah ditetapkan oleh pihak asrama bisa jadi membatasi kegiatan penghuni asrama, misalnya saja jam pulang ke asrama yang sudah dibatasi oleh pihak asrama, dapat membuat penghuni asrama harus membatasi kegiatannya di luar asrama. Sehingga tidak jarang penghuni asrama kekurangan informasi – informasi yang beredar di luar asrama. 3. Remaja sebagai konsumen

Kelompok usia remaja adalah salah satu pasar yang potensial. Alasannya antara lain karena pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja. Di samping itu, remaja biasanya mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya. Sifat-sifat remaja inilah yang dimanfaatkan oleh sebagian produsen untuk memasuki pasar remaja.

Di kalangan remaja yang memiliki orang tua dengan kelas ekonomi yang cukup berada, terutama di kota-kota besar, mall sudah menjadi rumah kedua. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka juga dapat mengikuti mode yang sedang beredar. Padahal mode itu sendiri selalu berubah sehingga para remaja tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya. Lebih lanjut Salomon (1994), menyatakan bahwa remaja membeli atau menggunakan produk untuk mengekspresikan identitas mereka, menjelajah dunia baru dan juga untuk menikmati kebebasan baru yang diperoleh. Serta menunjukan pemberontakan terhadap orangtua maupun orang dewasa lainnya. Remaja sebagai konsumen


(40)

22 memiliki beberapa kebutuhan meliputi kebutuhan untuk eksperimen coba- coba. Penggunaan produk merupakan media untuk mengekspresikan kebutuhan- kebutuhan tersebut (Salomon, 1994)

4. Perilaku konsumtif remaja

Remaja sebagai konsumen tentu akan memunculkan perilaku yang beragam, ada remaja sebagai konsumen yang teliti, remaja sebagai konsumen yang hemat dan ada juga remaja sebagai konsumen yang konsumtif, dan remaja sebagai konsumen yang cenderung konsumtif akan dapat di mengerti bila melihat bahwa usia remaja adalah usia peralihan dalam mencari identitas diri. Misalnya kebutuhan remaja untuk diakui eksistensi oleh lingkungannya adalah dengan cara berusaha menjadi bagian dari lingkungan itu. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain yang sebaya itu menyebabkan remaja berusaha untuk mengikuti berbagai atribut yang sedang trendi / berkembang.

Ini akan menjadi masalah ketika kecenderungan yang sebenarnya wajar pada remaja ini dilakukan secara berlebihan. Pepatah “lebih besar pasak daripada tiang” berlaku di sini. Terkadang apa yang dituntut oleh remaja di luar kemampuan orang tuanya sebagai sumber dana. Hal ini menyebabkan banyak orang tua yang mengeluh saat anaknya mulai memasuki dunia remaja. Dalam hal ini, perilaku tadi telah menimbulkan masalah ekonomi pada keluarganya.


(41)

Perilaku konsumtif ini dapat terus mengakar di dalam gaya hidup kelompok remaja. Dalam perkembangannya, mereka akan menjadi orang-orang dewasa dengan gaya hidup konsumtif. Gaya hidup konsumtif ini harus didukung oleh kekuatan finansial yang memadai. Masalah lebih besar terjadi apabila pencapaian tingkat finansial itu dilakukan dengan segala macam cara yang tidak sehat. Mulai dari pola bekerja yang berlebihan sampai menggunakan cara instan seperti korupsi. Pada akhirnya perilaku konsumtif bukan saja memiliki dampak ekonomi, tapi juga dampak psikologis, sosial bahkan etika.

C. PERBEDAAN PERILAKU KONSUMTIF ANTARA REMAJA PUTRI KOST dan REMAJA PUTRI ASRAMA

Kecenderungan perilaku konsumtif pada remaja, adalah dimana seorang konsumen cenderung membeli dan memiliki serta memanfaatkan sesuatu produk baik barang / jasa tidak dengan pikiran yang panjang, dan hanya berdasarkan keinginan. Pada remaja putri yang tinggal di kost, faktor pengawasan yang tidak ketat, serta mendapat kebebasan untuk mengatur jadwal sendiri sesuai dengan keinginan, tidak jarang membuat remaja terjebak dengan keinginan- keinginannya yang semakin hari akan semakin berkembang, misalnya saja kurang ketatnya peraturan jam malam, akan berdampak pada pola kegiatan dari penghuni, misalnya saja ada Café yang baru buka, dan memberikan diskon mulai dari jam 8 malam, bisa jadi ini mempengaruhi remaja untuk memilih ke Café di malam hari tanpa perlu takut mengenai jam malam. Sedikit demi sedikit perilaku konsumtif akan mulai terbentuk, karena rata- rata kost yang ada di Yogyakarta biasanya


(42)

24 memiliki peraturan yang tidak terlalu ketat dan penghuni kost juga jarang mendapat pantauan dari pemilik kost. Sehingga cenderung pulang ke kost dan pergi keluar dengan sesuka hati.

Berbeda dengan remaja di Asrama yang memiliki jadwal kegiatan yang sudah ditetapkan, serta adanya aturan- aturan yang ketat yang wajib dipatuhi, selain itu pihak pengurus asrama akan rutin memantau penghuni asrama, sehingga penghuni tidak dapat keluar- masuk dengan seenaknya. Dan tidak mendapat kebebasan untuk mengatur jadwal masing- masing.

Dan terlihat pula pola perilaku yang berbeda dari remaja asrama dan remaja kost, misalnya saja remaja asrama pergaulannya akan cenderung lebih sempit, karena tidak mempunyai waktu yang banyak untuk melakukan kegiatan bebas, sehingga pergaulan dengan dunia luar pun akan terbatas, dan kurang dapat menikmati hal- hal baru yang terjadi di luar asrama. Sedangkan pada remaja kos-kos-an yang identik dengan kurang ketatnya aturan dan jam pulang malam, maka dapat terlihat bahwa pola perilaku remaja kost biasanya cenderung lebih luas, karena kebebasan dalam mengatur jadwal maka cenderung remaja akan cenderung lebih mudah dalam pengekspresian dirinya. Dapat mencari tahu apa yang terjadi di dunia luar lebih cepat. Mengikuti hal- hal yang sedang berkembang, dan bentuk pengekspresian biasanya dengan coba- coba segala sesuatu yang sedang ramai di pasaran. Disinilah pola perilaku konsumtif akan sedikit demi sedikit terbentuk.


(43)

Skema Perbedaan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri Kost-kost an dan Remaja Putri Asrama

PL. Konsumtif

Tindakan seseorang dalam menggunakan sesuatu barang secara berlebihan yang sebenarnya kurang dibutuhkan, tetapi lebih karena adanya keinginan yang sudah

mencapai taraf yang tidak rasional lagi.

Asrama

Ciri-ciri:

1. Umumnya dimiliki yayasan 2. Aturan ketat

3. Adanya pengawasan 4. Menampung banyak anak

kost Ciri-ciri:

1. Jam keluar fleksibel 2. Pergaulan lebih luas

3. Tidak ada larangan menonton TV 4. Jumlah anak beragam

Anak asrama

1. Jam keluar terbatas 2. Pergaulan terbatas

3. Ada larangan menonton TV

Anak kost

1. Jam keluar fleksibel 2. Pergaulan lebih luas

3. Tidak ada larangan menonton TV


(44)

26

D. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada perbedaan yang signifikan perilaku konsumtif antara remaja putri yang tinggal di kost dan remaja putri yang tinggal di asrama”


(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini adalah jenis komparatif, yaitu jenis penelitian yang berbentuk perbandingan dari dua sampel atau lebih. Penelitian ini disebut penelitian komparatif, karena dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan perilaku konsumtif penelitian uji perbedaan yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya perbedaan perilaku konsumtif antara remaja yang tinggal di asrama dan remaja yang tinggal bukan di asrama (kost-kost an)

B. IDENTIFIKASI VARIABEL

Variabel Bebas : Tempat tinggal ( kost dan asrama ) Variabel Tergantung : Perilaku Konsumtif

C. DEFINISI OPERASIONAL 1. Tempat tinggal

a. Kost

Kost / indekos didefinisikan sebagai tempat tinggal yang dikelola oleh perseorangan, dimana penghuni menumpang tinggal dengan membayar. Aturan yang ada pada kos- kosan kurang begitu ketat bila dibandingkan dengan peraturan yang ada di asrama. Kost- kost-an tidak selalu mendapat pengawasan / pantauan dari pemilik kost. Remaja putri yang tinggal di kost mempunyai kebebasan dalam mengelola waktu masing- masing, misalnya saja mau makan jam berapa, mau


(46)

28 tidur jam berapa, semua jadwal kegiatan pribadi, diatur oleh diri sendiri. Identitas tempat tinggal subjek penelitian akan diperoleh berdasarkan keterangan pada angket yang akan diberikan.

a. Asrama

Bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal oleh orang-orang yang mempunyai tujuan yang sama. Dan di dalam asrama terdapat aturan yang mengikat dan mutlak untuk dipenuhi, jika tidak maka akan dikenakan hukuman / sanksi. Kehidupan asrama yang penuh aturan tadi terkadang membatasi kegiatan ataupun perilaku dari penghuni asrama sendiri. Remaja putri yang tinggal di asrama memiliki keterbatasan dalam mengatur jadwal pribadi, karena harus menyesuiakan juga dengan jadwal yang sudah disusun oleh pihak yayasan pemilik asrama. Identitas tempat tinggal subjek penelitian akan diperoleh berdasarkan keterangan pada angket yang akan diberikan.

2. Perilaku Konsumtif

Perilaku konsumtif adalah pola perilaku membeli produk (barang / jasa) yang sebenarnya kurang dibutuhkan, dan konsumen membeli bukan karena kebutuhan, tapi lebih karena keinginan. Perilaku konsumtif ini cenderung impulsif dimana hasrat membeli datang secara tiba- tiba didorng oleh keinginan yang kuat, dan akan mengakibatkan pemborosan materi dalam rangka untuk sekedar mencari kesenangan semata dengan tujuannya untuk mengejar kepuasan akan status / prestise. Perilaku konsumtif juga dapat dilihat dari kecenderungan konsumen yang kurang memperhitungkan keuangan dan mengesampingkan


(47)

kebutuhannya yang sesungguhnya. Semakin tinggi skor total subjek maka semakin tinggi pula perilaku konsumtif subjek tersebut.

Untuk mengetahui tinggi atau rendahnya kecenderungan perilaku konsumtif pada subjek, akan dilihat berdasarkan penilaian skor total yang diperoleh dari subjek penelitian.

B. SUBJEK PENELITIAN

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswi dengan rentang umur 18–20 tahun pada Asrama Syantikara Yogyakarta, yang berjumlah 30 orang. Dan juga mahasisiwi dengan rentang umur 18 – 20 tahun yang berjumlah 30 orang yang diambil dari beragam kost- kost an perempuan di Yogyakarta. Dan untuk pengambilan data untuk subjek yang tinggal di Asrama, dilakukan di Asrama Syantikara dengan alasan bahwa Asrama ini sudah cukup lama berdiri, juga sebagai asrama yang sudah cukup terkenal di Yogyakarta, Asrama Syantikara juga memiliki jadwal kegiatan dan peraturan yang ketat. Sehingga suasana kehidupan asrama dapat benar- benar dirasakan di Asrama Syantikara ini.

C. METODE PENGUMPULAN DATA 1. Alat pengumpulan data

Alat atau instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah skala perilaku konsumtif remaja. Skala adalah rangkaian pengukuran mengikuti aturan tertentu yang mengukur 1 sifat / atribut tertentu,


(48)

30 dalam hal ini mengukur kecenderungan perilaku konsumtif pada remaja. Skala ini disususun sendiri oleh peneliti, berdasar pada aspek-aspek kecenderungan perilaku konsumtif pada remaja, seperti yang telah dijelaskan pada bab- bab sebelumnya. Aspek- aspeknya perilaku konsumtif ( Hidayati,2001 ) adalah : a. Impulsif

Perilaku membeli produk pada remaja yang lebih cenderung didasari oleh keinginan yang kuat atau hasrat tiba-tiba, dilakukan tanpa pertimbangan terlebih dahulu, sehingga tidak memikirkan apa yang terjadi kemudian dan biasanya pembelian ini bersifat emosional.

b. Pemborosan

Perilaku membeli produk pada remaja cenderung berlebih-lebihan, ditunjukkan dengan adanya keinginan yang besar untuk mencoba produk baru, disertai adanya ketidakpuasan jika barang yang diinginkan belum dimiliki sehingga menyebabkan remaja menghamburkan banyak dana tanpa didasari kebutuhan yang jelas.

c. Mencari Kesenangan (pleasure seeking)

Perilaku membeli produk pada remaja cenderung semata-mata hanya untuk mencari kesenangan. Remaja membeli produk-produk tersebut karena ia senang misalnya untuk dikoleksi. Remaja juga senang dan nyaman ketika membeli dan memakai produk yang membuat ia tampak tampil gaya sesuai perkembangan mode atau sekedar ikut-ikutan teman sebaya.


(49)

d. Mengejar Kepuasan akan Status (satisfaction seeking)

Perilaku membeli pada remaja yang cenderung didasari keinginan untuk menunjukkan status yang lebih tinggi dari teman sebayanya. Remaja akan merasa bangga jika menggunakan produk yang paling mewah, paling mahal, dan modern, serta berbeda dari yang lain.

Dari aspek- aspek yang telah dijelaskan di atas, diurai menjadi empat komponen skala kecenderungan perilaku konsumtif remaja, yaitu impulsif, pemborosan, mencari kesenangan dan mengejar kepuasan akan status / prestise. Disertai dengan indikator- indikator perilaku pada masing- masing komponen. Hal tersebut disajikan dalam tabel berikut ini :


(50)

32

Tabel 1

Blue Print Skala Perbedaan Perilaku Konsumtif Remaja Kost-kost an dan Remaja Asrama

No Komponen perilaku Bobot

(%)

Jumlah soal 1. Impulsif

Muncul keinginan yang kuat untuk memiliki produk segera setelah melihat produk

Tidak mempertimbangkan apa yang terjadi setelah pembelian produk

25 20

2. Pemborosan

Pembelian suatu produk karena iklannya berlebihan (heboh)

Semakin banyak produk baru muncul, maka semakin ingin mencoba produk paling terbaru tersebut

Adanya keinginan coba- coba produk baru

25 20

3. Mencari kesenangan

Membeli produk untuk koleksi dan menjadi kepuasan pribadi

Membeli produk, kaitannya dengan terlihat jadi lebih trend, dan mengikuti mode yang beredar

25 20

4. Mengejar kepuasan akan status / prestise

Membeli produk karena dorongan dari teman- teman sekitar

Membeli produk karena ingin dianggap lebih tinggi dari teman sebayanya

25 20


(51)

Skala berisi daftar pernyataan yang akan dikenakan pada subjek penelitian. Aitem- aitem dalam skala akan berisi pernyataan favorable / favorabel dan unfavorable / tidak favorabel. Aitem favorabel yaitu berupa pernyataan yang mendukung pada kecenderungan yang akan dikur, sedangkan aitem tidak favorabel berisi pernyataan yang tidak mendukung pada kecenderungan yang akan diukur. Untuk setiap skala pernyataan diberikan empat macam kategori jawaban, yaitu “Sangat Tidak Setuju” (STS), “Tidak Setuju” (TS)”, ”Setuju” (S), dan ”Sangat Setuju” (SS). Alternatif jawaban dibuat hanya empat kategori jawaban yang dimaksudkan untuk menghindari kecenderungan subjek penelitian menjawab pernyataan dengan alternatif jawaban yang bersifat netral atau ragu-ragu (Hadi, 1991).

Skala ini disusun dengan menggunakan teknik summated rating skala Likert dimana subjek diminta untuk menjawab pernyataan dengan memilih salah satu jawaban dari empat kategori jawaban yang tersedia. Total aitem soal pada skala pernyataan harga diri ini berjumlah 80 aitem yang terdiri dari 40 aitem pernyataan favorable dan 40 aitem unfavorable.

Setiap kategori diberi bobot nilai, sebagai berikut :

Jawaban Favorabel Tidak Favorabel

STS 1 4

TS 2 3

S 3 2


(52)

34

D. VALIDITAS, SELEKSI ITEM dan RELIABILITAS

Kriteria bagi setiap alat ukur psikologis untuk dapat dinyatakan sebagai alat ukur yang baik, apabila mampu memberikan informasi yang dapat dipercaya tentang reliabilitas dan validitas alat ukurnya (Azwar, 2003)

1. Validitas

Validitas dapat diartikan sebagai ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat ukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi bila alat tersebut mampu memberi hasil ukur sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 1992). Suatu alat ukur yang valid tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat akan tetapi juga dapat memberikan gambaran mengenai data tersebut.

Penelitian ini menggunakan metode Validitas Isi. Validitas Isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional, untuk melihat sejauh mana isi tes mencerminkan atribut yang hendak diukur. Dengan demikian, alat tes tersebut harus relevan dan tidak keluar dari batas tujuan ukur (Azwar, 1992). Pengujian validitas isi tidak dilakukan dengan analisi statistik, tapi dilakukan analisis dengan melihat apakah item- item yang disusun sesuai dengan blue-print yang sudah disusun sebelumnya atau tidak, dan juga mengadakan pengecekan ulang pada item- item untuk mengetahui apakah item-item tersebut telah sesuai dengan indikator perilaku yang hendak diukur.


(53)

2. Seleksi item

Prosedur seleksi item adalah dengan memperhatikan pada koefisien korelasi item, semakin baik maka koefisien korelasi semakin mendekati angka 1,00. dan pemilihan item yang baik dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan batas terbawah 0,3. dengan demikian, item yang memiliki koefisien korelasi dibawah 0,3 maka akan disisihkan. Dan untuk item yang memiliki koefisien korelasi sama dengan 0,3 atau diatas 0,3 maka dinyatakan item yang lolos seleksi dan dapat digunakan dalam angket penelitian.

3. Reliabilitas

Reliabilitas sebenarnya mengacu pada keajegan, kestabilan, dan konsistensi, dimana reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2003). Pengukuran yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak kurang dapat dipercaya. Dan pengukuran yang reliabel tentu akan konsisten pula dari waktu ke waktu. Pendekatan yang digunakan dalam perhitungan reliabilitas alat tes ini adalah reliabilitas koefisien

α

dari

Cronbach, karena koefiien

α

mempunyai nilai praktis dan efisiensi yang tinggi karena hanya dilakukan satu kali pada sekelompok subjek (Azwar, 1997).

Koefisien reliabilitas (rxx) yang angkanya berada dalam rentang 0

sampai dengan 1,00. semakin mendekati 1,00 maka semakin tinggi reliabilitas, dan semakin mendekati 0 maka reliabilitas semakin rendah. Reliabilitas telah dianggap memuaskan bila koefisiennya mencapai rxx = 0.900


(54)

36 Namun, koefisien yang tidak setinggi itu biasanya sudah dianggap cukup baik. Dengan koefisien reliabilitas 0.900, berarti variasi yang tampak pada skor skala tersebut mampu mencerminkan 90% dari variasi yang terjadi pada skor murni kelompok subjek yang bersangkutan. Dengan kata lain, 10% dari perbedaan skor yang tampak disebabkan oleh variasi atau kesalahan pengukuran tersebut (Azwar, 1999).

E. METODE ANALISIS DATA 1. Uji asumsi analisis data

Penelitian ini menggunakan perhitungan statistik untuk melakukan inferensi / kesimpulan terhadap informasi dari data sampel yang telah dikumpulkan. Untuk memperoleh kesimpulan yang tidak menyimpang dalam penelitian, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi data penelitian yang meliputi :

a. Uji Normalitas

Dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi sebaran variabel bebas dan variabel tergantung bersifat normal / tidak. Pengujian normalitas data dengan menggunaka teknik one-sample Kolmogorov test yang dipandang sebagai suatu uji umum karena dapat digunakan untuk menentukan distribusi sebaran dari suatu sampel (Santoso, 2003). Sehingga dengan uji Kolmogorov-Smirnov dapat menginformasikan apakah data sampel berasal dari populasi- populasi yang berdistribusi normal.


(55)

b. Uji Homogenitas

Dilakukan untuk mengetahui apakah varians dari sampel yang akan diuji tersebut adalah sama. Dengan menggunakan uji Lavene . Lavene test dapat menguji varians populasi sampel- sampel sama atau berbeda. Nilai signifikansi < 0,05 berasal dari populasi- populasi yang memiliki varians tidak sama. Sedangkan nilai signifikansi > 0,05 berasal dari populasi- populasi yang memiliki varians sama (Santoso, 2002)

2. Uji hipotesis

Uji hipotesis data dilakukan dengan tujuan untuk mengolah data hasil penelitian yang masih berupa data kasar menjadi data yang lebih mudah dimengerti dan diinterpretasikan. Metode yang digunakan untuk analisis data penelitian ini adalah dengan menggunakan program independent sample t-tes

dan spss 11,00 for windows. Uji t digunakan untuk melihat perbedaan

kecenderungan perilaku konsumtif antara remaja putri kost dan remaja putri asrama. Melalui uji-t dapat dilihat perbedaan mean antara kedua kelompok tersebut.


(56)

38

Tabel 2

Blue print Skala Perilaku Konsumtif

Aspek Nomor Item Jumlah

item

% Favorabel 1,2*,17,25,32,40,51,52*,

67,80* Impulsif

Unfavorabel 7,14,24,35,44,56,61,77,7 8,79

20 25

Favorabel 8,12,21*,30,38,41,42*,60 ,68,69

Pemborosan

Unfavorabel 3*,4,18*,26,34,48*,53,57 ,62,76

20 25

Favorabel 5,9*,22,29,36*,43*,55,59 ,66,75

Mencari Kesenangan

Unfavorabel 13,19,27,28,37,46*,47,54 ,72,73*

20 25

Favorabel 6,10,20,31,33*,49,58,63, 64,74

Mengejar kepuasan akan status / prestise

Unfavorabel 11*,15,16,23,39,45,50,65 ,70*,71

20 25

TOTAL 80 100

Keterangan :


(57)

BAB IV

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PERSIAPAN PENELITIAN

Persiapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu :

1. Mempersiapkan skala untuk mengukur perbedaan perilaku konsumtif antara remaja putri kost dan remaja putri asrama.

2. Melakukan uji coba alat penelitian, Uji coba dilakukan untuk mengetahui layak atau tidaknya skala tersebut jika digunakan sebagai alat pengambilan data 3. Mengurus surat keterangan penelitian dari Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Sanata Dharma. Setelah surat ijin penelitian bernomor 79/Psi/USD/VII/2007 keluar, kemudian mengurus perijinan penelitian ke Asrama Syantikara, setelah mendapat ijin dari pihak Asrama, lalu persiapan penyebaran angket diadakan. 4. Pelaksanaan penelitian berdasarkan skala uji coba, dengan item- item yang

sudah lolos uji coba.

Setelah persiapan penelitian matang, langkah yang dilakukan selanjutnya adalah Pelaksanaan Uji Coba Alat Penelitian,uji coba penelitian dilakukan dengan purpose sampling, dimana data diambil dari subjek- subjek yang sesuai dengam kriteria subjek pada penelitian, dilakukan pada beberapa tempat yaitu pada mahasiswi fakultas psikologi sendiri, pada mahasisiwi yang tinggal di kost-kost an dan juga pada mahasiswi yang tinggal di asrama Syantikara, Yogyakarta pada tanggal 9-12 Juli 2007. Sebelum memberikan skala juga


(58)

40 diajukan pertanyaan mengenai umur, karena disini peneliti memberi rentang umur antara 18 – 20. setelah memenuhi kriteria baru diberikan skala uji coba untuk di isi. Setelah subjek selesai mengisi, subjek mengembalikan kepada peneliti, dan peneliti kembali meneliti ulang, menghindari ada nya item yang terlewati. Dari 50 angket yang disebar, angket yang kembali kepada peneliti hanya 46. dari 46 angket yang kembali, lalu dianalisis.

Hasil uji coba alat ukur digunakan untuk memperoleh validitas dan reliabilitas alat ukur, sehingga alat ukur yang digunakan dalam penelitian dapat akurat dan lebih dipercaya ( Azwar, 2000 ). Hasil uji coba alat ukur meliputi : 1. Uji Coba Validitas

Pada penelitian ini validitas skala yang digunakan yaitu validitas isi, uji validitas isi dilakukan dengan membandingkan item yang sudah ada dengan indikator yang telah ditentukan pada setiap variabel yang sudah dibuat sebelumnya. Dengan melakukan uji validitas isi, maka dapat diketahui apakah item- item dalam skala sudah mencakup keseluruhan yang akan diukur. Selain itu dengan validitas isi juga untuk memerikasa agar apa yang akan diukur tidak keluar dari indikator yang telah ditentukan sebelumnya.

2. Uji Seleksi Item

Seleksi item dilakukan dengan tujuan mendapatkan item- item yang berfungsi tepat sesuai dengan blue print yang sudah dirancang sebelumnya, juga untuk membedakan kelompok yang memiliki atribut yang diukur dengan kelompok yang tidak memiliki atribut yang diukur ( Azwar, 2000 ). Suatu item


(59)

dikatakan baik jika memiliki koefisien korelasi total yang mencapai nilai ≥ 0, 30. Hasil penguiian terhadap 80 item skala perbedaan perilaku konsumtif menunjukkan terdapat 64 item yang mempunya daya beda item berkisar antara 0,3108 sampai dengan 0,7055. Dan terdapat 16 item yang gugur yang mempunyai daya beda item yang berkisar antara -0, 1730 sampai dengan 0,2972. Nomor- nomor item yang gugur dapat dilihat pada lampiran..

Dari 64 item yang lolos seleksi, item- item ini lah yang digunakan untuk mengukur reliabilitas. Susunan item yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada lampiran.

3. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas pada skala perbedaan perilaku konsumtif ini dihitung dengan menggunakan spss 11,00 for windows. Dan dari hasil perhitungan, didapatkan reliabilitas 0,9592.

Setelah dilakukan analisis, maka dinyatakan bahwa skala perbedaan perilaku konsumtif antara remaja putri kost dan remaja putri asrama layak digunakan untuk pelaksanaan penelitian. Berikut tabel distribusi item yang lolos seleksi item. Berupa 64 item yang lolos untuk diajukan pada skala penelitian.


(60)

42 Tabel 3

Distribusi item yang lolos seleksi item (Digunakan Dalam Penelitian)

Aspek Nomor

Item

Jumlah

item

Favorabel 1,17,25,32,40,51,67

Impulsif

Unfavorabel 7,14,24,35,44,56,61,77,78,79

17

Favorabel 8,12,30,38,41,60,68,69

Pemborosan Unfavorabel 4,26,34,53,57,62,76

15

Favorabel 5,22,29,55,59,66,75

Mencari

Kesenangan Unfavorabel 13,19,27,18,37,47,54,72

15

Favorabel 6,10,20,31,49,58,63,64,74

Mengejar

kepuasan

akan status /

prestise

Unfavorabel 15,16,23,39,45,50,65,71

17

TOTAL

64

A. PELAKSANAAN PENELITIAN

Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada tanggal 8 – 18 Agustus, yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu yang pertama penyebaran angket yang dilakukan dari kost- ke kost. Lalu yang kedua adalah penyebaran angket yang dilakukan pada remaja yang tinggal di Asrama Syantikara Yogyakarta. Sama seperti penyebaran skala uji coba, pada skala penelitian ini pun, jika subjek sesuai kriteria, baru skala akan diberikan. Lalu subjek diminta untuk mengisi angket, setelah selesai dan dikembalikan kepada subjek, lalu peneliti memeriksa kembali untuk memastikan tidak ada pertanyaan yang terlewatkan.


(61)

Penelitian ini berlangsung selama 11 hari, hal ini disebabkan oleh pada rentang tanggal tersebut adalah waktu libur bagi mahasiswa, baik yang tinggal di kost- kost an ataupun di asrama, jadi sulit untuk ditemui. Untuk subjek yang di asrama, agak sulit untuk ditemui karena biasanya subjek-subjek hanya pulang asrama untuk makan siang, lalu mulai aktivitas lagi dan baru kembali di malam hari. Skala perbedaan perilaku konsumtif yang dibagikan ada 60 eksemplar, yang terdiri 30 untuk remaja yang tinggal di kost-kost an dan 30 eksemplar untuk remaja

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala perilaku konsumtif, dimana skala ini sebelumnya sudah melewati tahap seleksi item dan memiliki reliabilitas yang baik pula. Maka skala ini dianggap relevan untuk mengukur perbedaan perilaku konsumtif remaja putri kost-kost an dan remaja putri asrama

B. DESKRIPSI SUBJEK

Subjek dalam penelian ini adalah remaja putri yang tinggal di kost dan tinggal di asrama. Setiap kelompok subjek terdiri dari 30 orang, maka jumlah keseluruhan subjek dalam penelitian ini adalah 60. subjek penelitian berumur antara 18-20 tahun, dengan pertimbangan bahwa rentang umur tersebut adalah rentang remaja sedang tingginya mencari identitas diri.


(62)

44 Tabel 4

Deskripsi Subjek Penelitian

Umur Remaja putri Kost Remaja putri Asrama

Usia 18 tahun 9 7

19 tahun 7 12

20 tahun 14 11

Total 30 30

C. DESKRIPSI DATA PENELITIAN

Setelah pengambilan data maka diadakan uji reliabilitas pada penelitian perbedaan perilaku konsumtif dan dihitung dengan menggunakan spss 11,00 for

windows. Terdapat 15 item yang gugur, dan penghitungan dilakukan pada 49

item tersisa yang sudah lolos. Hasil perhitungan didapatkan reliabilitas 0,9463 Berdasarkan hasil analisis akan didapatkan mean teoritis dan mean empiris, dimana mean teoritis adalah rata-rata skor skala penelitian yang didapatkan dari angka yang menjadi titik tengah dari nilai skala tersebut, sedangkan mean empiris adalah nilai tengah yang didapatkan berdasarkan skor data yang didapat dari penelitian yang dilakukan.

Skala perilaku konsumtif yang digunakan dalam penelitian ini berisi 64 item pertanyaan, dimana dalam setiap item diberikan skor 1 untuk nilai terendah dan diberikan skor 4 untuk nilai tertinggi. Maka rentang maksimal dan minimal dalam skala ini adalah 4 x 49 = 196 sampai dengan 1 x 49 = 49. Luas jarak sebaran 196-49 = 147. maka didapatkan standard deviasinya adalah σ 147 / 6= 24,5.


(63)

Tabel 5 Hasil analisis

Statistik Teoritis Empiris

Kost Asrama Gabungan

N 30 30 30 60 Skor

maksimum

196 162 148 162

Skor minimum

49 83 86 83

Mean 122,5 128,5 114,1 121,3

SD 24,5 19,463 15,415 18,860

Keterangan :

Skor maksimum : skor terbesar pada skala x 4 Skor minimum : skor terkecil pada skala x 1 Mean : skor maksimum + skor minimum

2

Standard deviasi : range 6

D. UJI ASUMSI ANALISIS DATA 1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan bantuan komputer SPSS for Windows

Release versi 11.0. pengambilan keputusan didasarkan pada besaran

probabilitas (p). Apabila p > 0,05 maka distribusi dinyatakan normal. Dan sebaliknya, jika p < 0,05 maka disitribusi dinyatakan tidak normal.


(64)

46 Tabel 6

Hasil perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov

Kost Asrama Kost+Asrama

Kolmogorov Sminov 0,705 0,438 0,602 Asymp. Sig (p) 0,704 0,991 0,861

Berdasarkan pada tabel 8 maka didapatkan hasil pengujian perilaku konsumtif pada remaja putri kost dan remaja putri asrama diperoleh p sebesar 0,861. Karena p > 0,05 maka distribusi skor perilaku konsumtif pada remaja kost dan remaja asrama adalah normal. Untuk uji normalitas skor perilaku konsumtif pada remaja kost diperoleh p sebesar 0,704. Karena p > 0,05 maka distribusi skor perilaku konsumtif remaja kost adalah normal. Dan hasil uji normalitas skor perilaku konsumtif pada remaja asrama diperoleh p sebesar 0,991. Karena p > 0,05 maka distribusi skor perilaku konsumtif remaja kost adalah normal atau memenuhi persyaratan uji normalitas.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan bantuan komputer SPSS for

Windows Release versi 11.0. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui

apakah data sample memiliki varian yang sama. Jika nilai p > 0,05 maka data berasal dari populasi yang memiliki varian yang sama, dan sebaliknya jika p < 0,05 maka data berasal dari populasi yang mempunyai varian yang tidak sama. Dari perhitungan diperoleh p sebesar 0,424. Karena p > 0,05 maka varians tersebut adalah homogen.


(65)

Uji normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa skor pada penelitian in adalah normal dan homogen, sehingga syarat untuk melakukan uji-t terpenuhi.

E. UJI HIPOTESIS

Pengujian hipotesis dilakukan dengan bantuan komputer SPSS for Windows Release versi 11.0.

Hipotesis untuk penelitian ini adalah :

Ha : Ada perbedaan yang signifikan perilaku konsumtif antara remaja putri

yang tinggal di kost dan remaja putri yang tinggal di asrama”

Dasar pengambilan keputusan adalah dengan membandingkan nilai t hitung dengan

t tabel. Dan t-tabel dicari dengan tabel distribusi t pada taraf kepercayaan 95 %

(α= 5%) dengan ketentuan:

- jika ± t hitung < ± t tabel, maka Ha ditolak. - jika ± t hitung > ± t tabel, maka Ha diterima .


(66)

48 Tabel 7

Uji t

Perbedaan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri Kost-kost an dan Remaja Putri Asrama

Tempat tinggal

N Mean SD df t p Keterangan

kost 30 128,5 19,463

Asrama 30 114,1 15,415

58 3,177 0,002 signifikan

Taraf signifikansi 5 % Keterangan :

N : Jumlah Subjek

SD : Besarnya standard deviasi t : Hasil uji t

p : Probabilitas

Dari data pada tabel diatas terlihat bahwa setelah dilakukan uji signifikansi maka didapatkan t hitung, sebesar 3,177 dan t tabel sebesar 1,671. Karena t hitung > t tabel (3,177 > 1,671) maka Ha diterima. Penelitian menunjukkan bahwa

“Ada Perbedaan Kecenderungan Perilaku Konsumtif Antara Remaja Putri Kost-kost an dan Remaja Putri Asrama”, dimana tingkat perilaku konsumtif remaja putri yang tinggal di kost-kost-an lebih tinggi daripada remaja putri yang tinggal di asrama.

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa rata-rata skor perilaku konsumtif remaja putri kost lebih tinggi dari skor perilaku konsumtif remaja putri asrama yaitu 128,5 > 114,1


(67)

F. PEMBAHASAN

Pengambilan keputusan dalam penelitian ini dengan menggunakan ketentuan apabila t hitung > daripada t tabel maka hipotesis diterima, demikian pula dengan sebaliknya. Dan dari hasil uji hipotesis yang sudah dilakukan maka didapatkan t hitung yang lebih besar daripada t tabel, yaitu 3,177 > 1,671. Maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ini dapat diterima. Yaitu dapat diambil hipotesis bahwa ada perbedaan kecenderungan perilaku konsumtif antara remaja putri kost-kost an dan remaja putri asrama.

Berdasarkan hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan mean empiris antara remaja putri kost dan remaja putri asrama, dimana didapatkan mean empiris remaja putri kost (128,5) lebih besar daripada mean empiris remaja putri asrama (114,1). Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja putri kost memiliki kecenderungan perilaku konsumtif yang lebih tinggi daripada remaja putri yang tinggal di asrama.

Dan setelah diadakan wawancara pada beberapa subjek, subjek mengemukakan bahwa melakukan perilaku konsumtif saat ini memang sudah jadi budaya, namun semua kembali ke subjek masing- masing. Kontrol diri disini akan sangat berperan, sejauh mana diri sendiri dapat membatasi keinginan dari masing- masing subjek. Misalnya saja, akan lebih baik bila diperlukan pemikiran yang matang sebelum melakukan proses membeli, perlu berfikir lagi apakah memang barang tersebut diperlukan atau hanya sebatas ingin saja. Beberapa subjek mengemukakan bahwa mereka sendiri kadang tidak menyadari sudah menjadi konsumen yang konsumtif, karena mereka sendiri terkadang tidak menyadari


(68)

50 bahwa mereka sudah mengeluarkan uang untuk barang- barang yang ternyata kurang dibutuhkan, selain itu pada beberapa subjek yang berasal dari kost-kost an menyatakan bahwa faktor kurangnya pengawasan dan kurang ketatnya jam malam, sering juga membawa mereka ke budaya konsumtif, misal saja pergi “nongkrong” di malam hari di tempat- tempat gaul yang sedang berkembang, yang sebenarnya bila dipikir lagi hal- hal tersebut bukanlah merupakan suatu kebutuhan, tapi hanya berupa bentuk keinginan semata. Dan disinilah peran pengawasan dan kontrol diri sangat diperlukan untuk menghindari budaya konsumtif mengakar menjadi gaya hidup.

Perilaku konsumtif adalah perilaku yang mengacu pada pola hidup pada masyarakat luas, artinya adalah bahwa perilaku konsumtif lebih menekankan pada perilaku yang muncul akibat pola hidup yang sedang trend dan berkembang di masyarakat. Menurut Lina dan Rosyid, konsumtif adalah kehidupan mewah yang berlebihan, dan penggunaan segala hal yang dianggap paling mahal yang memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik yang sebesar-sebsarnya. Sejalan dengan pendapat Loudon dan Bitta ( 1984 ) yang menyatakan bahwa remaja merupakan kelompok yang berorientasi konsumtif, karena remaja suka mencoba hal- hal yang baru.

Remaja yang tinggal di kost- kost an memiliki perilaku konsumtif yang lebih tinggi daripada remaja yang tinggal di asrama karena remaja yang tinggal di kost-kost an lebih bebas dalam menentukan jadwal kegiatannya sendiri. Sedangkan di asrama, jadwal pribadi dibuat menyesuaikan dengan jadwal kegiatan yang berlaku di asrama. Selain itu juga karena anak kost-kost an tidak


(69)

selalu mendapatkan pengawasan dari pemiliknya (kost dan permasalahannya, Binar kartika, No.12, tahun V, desember 2000 dalam Catur Eko Prasetyo) jadi remaja yang tinggal di kost cenderung lebih bebas dalam menentukan perilakunya. Sedangkan untuk remaja yang tinggal di asrama, perilaku konsumtifnya cenderung lebih rendah dikarenakan mereka terbiasa dengan peraturan yang berlaku di asrama yang secara langsung akan mengikat mereka, dan juga mempengaruhi perkembangan perilakunya. Keluhan-keluhan yang diajukan penghuni asrama pada umumnya adalah mereka merasa hidup seperti dalam tahanan, dan tidak dapat datang dan pergi dengan bebas dan sesuka hati, segala hal serba ketat dan juga kurang bebas dalam menentukan jadwal bagi diri sendiri.

Remaja dalam perkembangan kognitif dan emosinya masih memandang bahwa atribut yang superfisial itu sama penting (bahkan lebih penting) dengan substansi. Apa yang dikenakan oleh seorang artis yang menjadi idola para remaja menjadi lebih penting (untuk ditiru) dibandingkan dengan kerja keras dan usaha yang dilakukan artis idolanya itu untuk sampai pada kepopulerannya.(e-psikologi.com).

Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain sebaya itu menyebabkan remaja berusaha untuk terus memenuhi pola yang berlaku di masyarakat. Sejauh ini memang belum ada yang dapat membuktikan seberapa besar bahaya dari perilaku konsumtif itu sendiri, namun sepanjang rperilaku konsumtif tidak mengakar dan tidak dijadikan pedoman hidup, maka tidak akan


(70)

52 terlalu menggangu. Masalah mulai akan muncul bila dalam pemenuhan perilaku konsumtif dilakukan dengan cara- cara yang tidak etis, misalnya saja mencuri atau mengutil. Karena dengan cara tidak etis ini pula maka perilaku konsumtif juga memiliki dampak buruknya etika yang sudah terbentuk.


(71)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengolahan pada data penelitian ini, maka hipotesis yang telah diajukan terbukti, yaitu ada perbedaan kecenderungan perilaku konsumtif pada remaja putri kost dan remaja putri asrama.

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kecenderungan perilaku konsumtif remaja kost lebih tinggi daripada remaja asrama yaitu 128,5 (anak kost) > dari 114,1 (anak asrama)

Dimana dalam penelitian ini memberikan gambaran bahwa perilaku konsumtif dapat terjadi pada siapa saja, namun dengan pemahaman mengenai bahaya dari perilaku konsumtif, tentunya perilaku konsumtif dapat dihindari. Misalnya saja kontrol diri yang kuat serta penanaman prinsip pada masing- masing individu.

B. SARAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan serta hasil yang sudah didapatkan maka saran yang dapat peneliti sampaikan kepada :

a. Remaja Putri

Mengingat bahwa hipotesis dalam penelitian terbukti, maka diharapkan setiap individu dapat memperhitungkan bahayanya perilaku


(72)

54 konsumtif untuk kedepannya. Karena tanpa disadari budaya perilaku konsumtif sudah beredar di dalam kehidupan sehari. Mengingat remaja juga sebagai individu yang sedang mencari jati diri tentunya lebih mudah terbujuk oleh rayu kenikmatan hidup yang sedang berkembang.

Untuk mencegah perilaku konsumtif muncul maka diperlukan kontrol diri yang kuat dari masing- msing individu dan juga penanaman prinsip yang kuat dalam diri, agar tidak mudah terbawa arus. Belajar untuk membuat serta memperhatikan prioritas dalam kebutuhan, untuk menghindari munculnya perilaku konsumtif yang menuju ke sebuah gaya hidup yang nantinya dapat mengakar dalam kehidupan.

a. Peneliti selanjutnya

Bagi peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penelitian dan memperluas tentang hal yang berkaitan dengan topik ini, sebaiknya mencoba melakukan penelitian dengan menggunakan sampel yang berbeda dan pengambilan subjek yang lebih banyak, selain itu juga pada saat pengambilan data, perlu diadakan wawancara kecil-kecilan pada subjek, agar data yang diperoleh dapat lebih mendalam. Tentunya hasil- hasil dalam penelitian ini maupun penelitian berikutnya juga dapat memberikan gambaran tentang maraknya perilaku konsumtif saat ini, dan juga memberikan pengetahuan mengenai bahaya perilaku konsumtif secara lebih luas dan lebih mendalam.


(73)

B. KETERBATASAN PENELITIAN

Keterbatasan dalam penelitian ini, adalah dimana peneliti hanya mengambil subjek dari satu asrama saja, alangkah lebih baiknya jika pengambilan data diambil pada subjek dari berbagai asrama, mengingat saat pengambilan data, ada beberapa asrama SMA yang tutp karena sedang liburan semester. Selain itu wawancara yang dilakukan pun tidak dapat memberikan gambaran secara mendalam. Pada proses, observasi mengenai kegiatan- kegiatan dari remaja putri yang tinggal di asrama, tidak dapat dilakukan secara mendalam, misal kegiatan makan, menonton atau doa. Sehingga kurang dapat memberikan gambaran mengenai kehidupan di asrama.


(1)

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

Item-total Statistics

Scale Scale Corrected

Mean Variance Item- Squared Alpha if Item if Item Total Multiple if Item Deleted Deleted Correlation Correlation Deleted

ITEM54 117.4833 344.5251 .5997 . .9446

ITEM55 117.2833 348.0031 .5874 . .9447

ITEM56 116.9167 354.7218 .3730 . .9459

ITEM59 117.1167 341.9692 .7756 . .9436

ITEM60 117.0500 339.4381 .7325 . .9436

ITEM61 117.4833 356.2201 .3389 . .9467

ITEM62 117.6333 347.3209 .5246 . .9451

Reliability Coefficients 49 items


(2)

110

Uji Normalitas Data Penelitian

Uji Normalitas remaja putri kost

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

30 128.50 19.463 .129 .079 -.129 .705 .704 N Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

KOST

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

Uji Normalitas remaja putri asrama

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

30 114.10 15.415 .080 .070 -.080 .438 .991 N Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

ASRAMA

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.


(3)

Uji Normalitas keseluruhan data penelitian

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

60 121.30 18.860 .078 .051 -.078 .602 .861 N

Mean

Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

TOTAL

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.


(4)

112

Uji Homogenitas Data Penelitian

Descriptives 128.50 3.553 121.23 135.77 129.19 132.50 378.810 19.463 83 162 79 21.50 -.791 .427 .392 .833 114.10 2.814 108.34 119.86 113.91 115.50 237.610 15.415 86 148 62 25.00 .126 .427 -.600 .833 Mean Lower Bound Upper Bound 95% Confidence

Interval for Mean

5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean Lower Bound Upper Bound 95% Confidence

Interval for Mean

5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis tempat tinggal kost asrama TOTAL

Statistic Std. Error

Test of Homogeneity of Variance

.687 1 58 .411

.520 1 58 .474

.520 1 50.175 .474

.647 1 58 .424

Based on Mean Based on Median Based on Median and with adjusted df

Based on trimmed mean TOTAL

Levene


(5)

Uji T Data Penelitian

T-Test

Group Statistics

30 128.50 19.463 3.553

30 114.10 15.415 2.814

tempat tinggal kost

asrama TOTAL

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

Independent Samples Test

.687 .411 3.177 58 .002 14.40 4.533 5.326 23.474

3.177 55.108 .002 14.40 4.533 5.316 23.484

Equal variances assumed Equal variances not assumed TOTAL

F Sig.

Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper

95% Confidence Interval of the

Difference t-test for Equality of Means


(6)