BAB II LANDASAN TEORI - ANALISIS SEBELUM DAN SESUDAH PENYALURAN DANA KOPERASI SIMPAN PINJAM TERHADAP PENDAPATAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DI YOGYAKARTA (Studi Kasus :Koperasi Simpan Pinjam Dian Mandiri Yogyakarta) - UMBY repository

BAB II LANDASAN TEORI . A. Koperasi Gerakan koperasi digagas oleh Robert Owen (1771-1858).Ia

  menerapkannya pertama kali pada usaha pemintalan kapas di New Lanark, Skotlandia. Gerakan koperasi ini dikembangkan lebih lanjut oleh Willian King (1786-1865) dengan mendirikan toko koperasi di Brighton, Inggris.

  Pada 1 Mei 1928, King menerbitkan publikasi bulanan yang bernama The

  Coorperator yang berisi berbagai gagasan dan saran praktis tentang pengelolaan toko dengan prinsip koperasi.

  Koperasi dikenalkan di Indonesia oleh R. Aria Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah pada 1896.Pada 12 Juli 1947, pergerakan koperasi di Indonesia mengadakan kongres koperasi yang pertama di Tasikmalaya.Tanggal dilaksanakan kongres ini ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia.

  Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum. Koperasi yang melandaskan kegiatannya berdasar prinsip koperasi sekaligus merupakan gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Koperasi di Indonesia berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta berdasar atas asas kekeluargaan.Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur, berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

  Undang-Undang Dasar 1945, khususnya Pasal 33 ayat (1) menyatakan bahwa “perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha berdasar atas asas kekeluargaan”. Selanjutnya dalam penjelasan Pasal 33 UUD 45 antara lain dinyatakan bahwa kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang-seorang, dimana bangun perusahaan yang sesuai dengan itu adalah koperasi. Penjelasan Pasal 33 UUD 45 menempatkan koperasi sebagai sakaguru perekonomian nasional maupun sebagai bagian integral tata perekonomian nasional.

  Karakteristik utama koperasi dan sekaligus membedakan koperasi dari badan usaha yang lain adalah bahwa anggota koperasi memiliki identitas ganda (the dual identity of the member), yaitu anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pengguna (user own oriented). Oleh karena itu :

1. Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya pada satu kepentingan ekonomi yang sama.

  2. Koperasi didirikan dan dikembangkan berlandaskan nilai-nilai percaya diri untuk menolong dan bertanggung jawab kepada diri sendiri, kesetikawanan, keadilan, persamaan, dan demokrasi. Selain itu anggota koperasi percaya pada nilai-nilai etika kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial, dan kepedulian terhadap orang lain.

  3. Koperasi didirikan, dimodali, dibiayai, diatur, dan diawasi serta dimanfaatkan sendiri oleh anggota.

  4. Tugas pokok badan usaha koperasi adalah menunjang kepentingan ekonomi anggota dalam rangka memajukan kesejahteraan anggota.

  5. Jika terdapat kelebihan kemampuan pelayanan koperasi kepada anggota maka kelebihan kemampuan pelayanan itu dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang bukan anggota koperasi. Adapun jenis-jenis koperasi dapat dibedakan sebagai berikut.

  1. Jenis koperasi berdasarkan fungsinya : a.Koperasi Konsumsi Koperasi ini didirikan untuk memenuhi kebutuhan umum sehari-hari para anggotanya. Yang pasti barang kebutuhan yang dijual di koperasi harus lebih murah dibandingkan di tempat lain, karena koperasi bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya.

  b. Koperasi Jasa Fungsinya adalah untuk memberikan jasa keuangan dalam bentuk pinjaman kepada para anggotanya. Tentu bunga yang dipatok harus lebih rendah dari tempat meminjam uang yang lain.

  c. Koperasi Produksi Bidang usahanya adalah membantu penyediaan bahan memproduksi jenis barang tertentu serta membantu menjual dan memasarkannya hasil produksi tersebut. Sebaiknya anggotanya terdiri atas unit produksi yang sejenis.Semakin banyak jumlah penyediaan barang maupun penjualan barang maka semakin kuat daya tawar terhadap supplier dan pembeli.

  2. Jenis koperasi berdasarkan tingkat dan luas daerahkerja

  a. Koperasi Primer Koperasi primer ialah koperasi yang yang minimal memiliki anggota sebanyak 20 orang perseorangan.

  b. Koperasi Sekunder Adalah koperasi yang terdiri dari gabungan badan-badan koperasi serta memiliki cakupan daerah kerja yang luas dibandingkan dengan koperasi primer. Koperasi sekunder dapat dibagi menjadi :

  1) Koperasi pusat – adalah koperasi yang beranggotakan paling sedikit 5 koperasi primer

  2) Gabungan koperasi – adalah koperasi yang anggotanya minimal 3 koperasi pusat

  3) Induk koperasi – adalah koperasi yang minimum anggotanya adalah 3 gabungan koperasi

  3. Koperasi Berdasarkan Jenis Usahanya :

  a. Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Adalah koperasi yang memiliki usaha tunggal yaitu menampung simpanan anggota dan melayani peminjaman.

  Anggota yang menabung (menyimpan) akan mendapatkan imbalan jasa dan bagi peminjam dikenakan jasa. Besarnya jasa bagi penabung dan peminjam ditentukan melalui rapat anggota.Dari sinilah, kegiatan usaha koperasi dapat dikatakan

  “dari, oleh, dan untuk anggota.” b. Koperasi Serba Usaha (KSU)

  Adalah koperasi yang bidang usahanya bermacam- macam.Misalnya, unit usaha simpan pinjam, unit pertokoan untuk melayani kebutuhan sehari-hari anggota juga masyarakat, unit produksi, unit wartel.

  c.

  Koperasi Konsumsi Adalah koperasi yang bidang usahanya menyediakan kebutuhan sehari-hari anggota.Kebutuhan yang dimaksud misalnya kebutuhan bahan makanan, pakaian, perabot rumah tangga.

  d.

  Koperasi Produksi Koperasi produksi adalah koperasi yang bidang usahanya membuat barang (memproduksi) dan menjual secara bersama-sama.Anggota koperasi ini pada umumnya sudah memiliki usaha dan melalui koperasi para anggota mendapatkan bantuan modal dan pemasaran.

  4. Koperasi berdasarkan keanggotaannya

  a. Koperasi Unit Desa (KUD) Adalah koperasi yang beranggotakan masyarakat pedesaan.Koperasi ini melakukan kegiatan usaha ekonomi pedesaan, terutama pertanian. Untuk itu, kegiatan yang dilakukan KUD antara lain menyediakan pupuk, obat pemberantas hama tanaman, benih, alat pertanian, dan memberi penyuluhan teknis pertanian.

  b.

  Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Koperasi ini beranggotakan para pegawai negeri. Sebelum KPRI, koperasi ini bernama Koperasi Pegawai Negeri (KPN). KPRI bertujuan terutama meningkatkan kesejateraan para pegawai negeri (anggota).KPRI dapat didirikan di lingkup departemen atau instansi.

  c.

  Koperasi Sekolah Koperasi Sekolah memiliki anggota dari warga sekolah, yaitu guru, karyawan, dan siswa.Koperasi sekolah memiliki kegiatan usaha menyediakan kebutuhan warga sekolah, seperti buku pelajaran, alat tulis, makanan, dan lain- lain.Keberadaan koperasi sekolah bukan semata-mata sebagai kegiatan ekonomi, melainkan sebagai media pendidikan bagi siswa antara lain berorganisasi, kepemimpinan, tanggung jawab, dan kejujuran.

B. Koperasi Simpan Pinjam

  Koperasi simpan pinjam atau sering juga disebut dengan istilah koperasi kredit merupakan sebuah lembaga keuangan selain bank yang dikelola dan dijalankan untuk memberikan bantuan pinjaman modal dan memberikan bunga kredit rendah. Tunjuan awal dari koperasi simpan pinjam adalah memberikan solusi keuangan hanya untuk para anggota koperasi saja, Namun seiring perkembangan kebutuhan yang ada di masyarakat, koperasi turut andil memberikan bantuan untuk kebutuhan usaha kecil dan menarik dana dari masyarakat umum.

  Koperasi Simpan Pinjam lebih mendahulukan simpanan dibanding pinjaman. Tentu saja ketentuan ini menjadi tidak tepat kalau diterapkan pada angota yang tidak mempunyai kemampuan finansial, sehingga baginya yang lebih tepat adalah koperasi simpan pinjam, artinya anggota meminjam dahulu dan baru setelah mempunyai kemampuan maka dia akan menyimpan. Berbeda dengan anggota koperasi yang berkemampuan, istilah ini memang tepat karena anggota tersebut akan melakukan simpanan dahulu, baru bila diperlukan maka akan meminjam. Dengan adanya anggota yang tidak memiliki kemampuan, maka kalau pinjaman yang diambil tersebut digunakan untuk tujuan konsumtif maka anggota tersebut tidak akan mengalami penambahan kemampuan setelah melakukan peminjaman.

  Setiap anggota Koperasi Simpan Pinjam harus mempunyai komitmen yang sama terhadap visi maupun misi yang menjadi pedoman koperasi. Sebagai badan hukum, koperasi dimungkinkan untuk menambah pemilik koperasi dan atau anggota koperasi. Agar visi dan misi yang ditetapkan oleh anggota tersebut tidak mengalami perubahan yang mendasar, yang jelas akan berpengaruh pada penentuan strategi bisnis perusahaan, maka penerimaan masyarakat sebagai anggota koperasi harus benar-benar sesuai dengan kemauan bersama anggota sebelumnya. Untuk itu sangat diperlukan berbagai kriteria masyarakat yang dapat diterima sebagai anggota koperasi, misalnya :

  1. Anggota baru koperasi harus membayar iuran atau simpanan pokok yang sama dengan anggota sebelumnya.

  2. Anggota baru harus membayar simpanan wajib atau saham, minimal dengan nilai tertentu per sahamnya.

  3. Anggota baru harus mengakui dan menjalankan visi dan misi yang sudah ada.

  Secara umum ruang lingkup kegiatan usaha koperasi simpan pinjam adalah penghimpunan dan penyaluran dana yang berbetuk penyaluran pinjaman terutama dari dan untuk anggota. Pada perkembanganya memang koperasi simpan pinjam melayani tidak saja anggota tetapi juga masyarakat luas.

  Kegiatan dari sisi pasiva. Koperasi simpan pinjam dilihat dari aspek pasiva melakukan kegiatan penghimpunan dana baik dari anggota ataupun masyarakat umum. Bentuk penghimpunan ini bisa berupa tabungan atau simpanan sedangan dari masyarakat bisa berbentuk pinjaman modal.

  Kegiatan usaha dari aspek aktiva merupakan upaya dari koperasi simpan pinjam atau KSP serta USP untuk memperoleh laba dengan cara mengalokasikan dari hasil penghimpunan yang disalurkan kepada anggota dalam bentuk pijaman. Lebih jauh jika dikerucutkan maka kegiatan koperasi simpan pinjam bisa dirinci sebagai berikut.

  1. Koperasi simpan pinjam dituntut mampu melayani penyimpanan dan juga penarikan dana oleh anggota sesuai dengan ketentuan serta kesepakatan.

  2. Koperasi simpan pinjam juga menyalurkan dana yang terkumpul kepada anggota yang dimasa datang akan diterima kembali secara bertahap. Kedua kegiatan diatas harus dikelola sedemikian rupa sehingga penghimpunan dan penyaluran berjalan seimbang.

  Untuk bisa menjalankan usahanya koperasi simpan pinjam harus masuk kategori hutang atau ekuitas atau kekayaan bersih. Jika dilihat jenis sumber dana maka dana yang berbentuk hutang berasal dari tabungan kemudian simpanan berjangka atau pinjamanyang diterima koperasi simpan pinjam sedangkan yang bersumber dari kekayaan bersih diantaranya berasal dari sumber simpanan wajib anggota dan simpanan sukerela, cadangan umum serta SHU di tahun berjalan.

  Dari keseluruhan sumber dana tersebut, sumber dana utama adalah simpanan, sehingga perlu diberikan penjelasan yang lebih mendalam tentang simpanan. Menurut PP 9 Tahun 1995 simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya kepada KSP/USP dalam bentuk tabungan dan simpanan koperasi berjangka. Pengertian simpanan sebagaimana dinyatakan dalam PP tersebut adalah simpanan yang merupakan hutang bagi KSP/USP, sementara itu terdapat jenis simpanan lain dari anggota yang merupakan kekayaan bersih bagi KSP/USP, yaitu simpanan pokok dan simpanan wajib (bagi KSP). Pembahasan mengenai simpanan di bawah ini, meliputi simpanan yang merupakan kekayaan bersih, yaitu simpanan pokok dan simpanan wajib serta simpanan yang merupakan hutang, Yaitu tabungan dan simpanan berjangka.

  Jenis simpanan yang ada di Koperasi Simpan Pinjam adalah : 1.

  Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya dan atau sama nilainya yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil selama yang bersangkutan menjadi anggota.

  2. Simpanan Wajib Simpanan wajib adalah sejumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama, wajib dibayar oleh anggota, kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil selama yang bersangkutan menjadi anggota.

  3. Simpanan Berjangka Koperasi Simpanan berjangka koperasi adalah simpanan pada koperasi yang penyetorannya dilakukan satu kali untuk suatu jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian antara penyimpan dengan koperasi yang bersangkutan dan tidak boleh diambil sebelum jangka waktu tersebut berakhir.

  Ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan simpanan berjangka dapat meliputi:

  a. Calon penyimpan pada simpanan berjangka disyaratkan terlebih dulu untuk menjadi penabung.

  b. Jumlah setoran minimal.

c. Sebagai imbalan, penyimpanan akan mendapatkan

  bunga sesuai dengan jangka waktu dari simpanan berjangka tersebut. Pembayaran bunga simpanan berjangka dilakukan setiap akhir bulan dengan menambahkannya ke dalam saldo tabungan.

  `

  4. Tabungan Koperasi Tabungan koperasi adalah simpanan pada koperasi yang penyetorannya dilakukan berangsur-angsur dan penarikannya hanya dapat dilakukan oleh anggota yang bersangkutan atau kuasanya dengan menggunakan Buku Tabungan Koperasi, setiap saat pada hari kerja Koperasi. Ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan tabungan dapat meliputi:

  a. Penyetoran dan pengambilan dapat dilakukan setiap

  saat pada hari kerja;

  b. Jumlah setoran minimal pertama (saat pembukaan

  tabungan) dan setoran minimal selanjutnya; c. Jumlah saldo minimal yang harus ada dalam tabungan;

  d. Penyetoran dapat dilakukan oleh siapa saja, tidak harus

  pemilik tabungan;

  e. Pengambilan tabungan hanya dapat dilakukan oleh

  pemilik tabungan atau yang diberikan kuasa; f. Sebagai imbalan, KSP/USP memberikan bunga

  tabungan kepada penyimpan; g. Bunga tabungan dihitung menggunakan metode tertentu misalnya saldo rata-rata harian, saldo terkecil atau yang lainnya;

  h. Pembayaran bunga dilakukan setiap akhir bulan dengan

  menambahkannya ke dalam saldo tabungan; i. Penanggung jawab penghitungan bunga adalah bagian pembukuan.

C. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

  Ciri- ciri usaha mikro antara lain : “modal usahanya tidak lebih dariRp10 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan), tenaga kerja tidak lebihdari lima orang dan sebagian besar merupakan anggota keluarga/kerabat atau tetangga, pemiliknya bertindak secara naluriah/alamiah dengan mengandalkan naluri dan pengalaman sehari- hari. Jenis usaha mikro, antara lain seperti dagang (warung nasi,bakso,sayuran), industri kecil (konveksi, pembuatan tempe/kerupuk/kecap, kompor/sablon), jasa (tukang cukur, laundry, tambal ban, bengkel motor kecil, las, penjahit), pengrajin (sabuk, tas, cenderamata, perkayuan,anyaman), pertanian/peternakan (palawija, ayam

  Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menyebutkan: “Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini”.

  Pada Pasal 6 ayat (1) menyebutkan kriteria yang harus dipenuhi agar dapat disebut sebagai usaha mikro, yaitu:

  1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratur juta rupiah).

  Pasal 1 angka (8) Undang-Undang No.20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah memberikan pengertian pemberdayaan sebagai upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.

  Menurut Kuncoro (2007) ada empat karakteristik yang dimiliki olek kebanyakan UMKM di Indonesia.

  1. Tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi dan operasi. Kebanyakan industri kecil dikelola oleh perorangan yang merangkap sebagai pemilik sekaligus pengelola perusahaan yang memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat dekatnya.

  2. Rendahnya akses terhadap lembaga-lembaga kredit formal sehingga mereka cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal sendiri atau sumber-sumber lain seperti keluarga, pedagang, perantara, bahkan rentenir.

3. Sebagian besar usaha ini belum memiliki status badan hukum.

  4. Hampir sepertiga UMKM bergerak pada kelompok usaha makanan, minuman, dan tembakau (ISIC31), barang galian bukan logam (ISIC36), tekstil (ISIC32), dan industrikayu, bambu, rotan, rumput, dan sejenisnya termasuk perabot rumah tangga (ISIC33)

  Pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan Koperasi merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan perekonomian dari sebagian terbesar rakyat Indonesia, khusunya melalui penyediaan lapangan kerja dan mengurangi kesenjangan dan tingkat kemiskinan. Dengan demikian upaya untuk memberdayakan UMKM harus terencana, sistematis dan menyeluruh baik pada tataran makro dan mikro yang meliputi

  1. Penciptaan iklim usaha dalam rangka membuka kesempatan berusaha seluas-luasnya, serta menjamin kepastian usaya disertai adanya

  2. Pengembangan sistem pendukung usaha bagi UMKM untuk meningkatkan akses kepada sumber daya produktif sehingga dapat memanfaatkan kesempatan yang terbuka dan potensi sumber daya, terutama sumber daya lokal yang tersedia;

  3. Pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif usaha kecil dan menengah (UKM); dan

  4. Pemberdayaan usaha skala mikro untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang bergerak dalam kegiatan usaha ekonomi di sektor informal yang berskala usaha mikro, terutama yang masih berstatus keluarga miskin. Selain itu, peningkatan kualitas koperasi untuk berkembang secara sehat sesuai jati dirinya dan membangun efisiensi kolektif terutama bagi pengusaha mikro dan kecil.

  Menurut Jafar (2004) dalam Lenora (2008) pada hakekatnya UMKM merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat.

  Upayayang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalah UMKM adalah sebagai berikut :

  1. Penciptaan iklim usaha yang kondusif Pemerintah perlu mengupayakan terciptanya iklim yang kondusif, antara lain dengan mengusahakan ketentraman dan keamanan berusaha serta penyederhanaan prosedur perijinan.

  2. Bantuan permodalan

  Pemerintah perlu memperluas kredit khusus dengan syarat yang tidak memberatkan UMKM untuk membantu peningkatan modal, seperti melalui sektor jasa finansial informal.

  3. Perlindungan usaha Jenis-jenis usaha tertentu, terutama jenis usaha tradisional yang merupakan usaha ekonomi lemah, harus mendapatkan perlindungan dari pemerintah.Perlindungan tersebut dapat berupa undang-undang maupun peraturan pemerintah yang bermuara kepada saling menguntungkan.

  4. Pengembangan kemitraan Pengembangan kemitraan yang saling membantu antara UMKM perlu dikembangkan.Disamping itu, juga untuk memperluas pangsa pasar dan pengelolaan bisnis yang lebih efisien. Dengan demikian, UMKM akan mempunyai kekuatan dengan pelaku bisnis lainnya, baik dari dalam maupun luar negeri.

  5. Pelatihan Pemerintah perlu meningkatkan pelatihan bagi UMKM baik dalam aspek kewiraswastaan, manajemen, administrasi dan pengetahuan, serta keterampilannya.Disamping itu, juga perlu diberi kesempatan untuk menerapkan hasil pelatihan di lapangan untuk mempraktekan teori melalui pengembangan kemitraan rintisan.

  6. Membentuk lembaga khusus

  Lembaga khusus ini bertanggung jawab dalam mengkoordinir semua kegiatan dengan upaya penumbuh kembangkan UMKM dan juga berfungsi untuk mencari solusi dalam rangka mengatasi permasalahan yang dihadapi UMKM.

  7. Memantabkan asosiasi Asosiasi yang telah ada perlu diperkuat untuk mengingkatkan perannya, antara lain dalam mengembangkan jaringan informasi usaha yang sangat dibutuhkan untuk pengembangan usaha bagi anggotanya.

  8. Mengembangkan promosi Guna mempercepat proses kemitraan antara UMKM dengan usaha besar diperlukan media khusus dalam upaya mempromosikan produk- produk yang dihasilkan.

  9. Mengembangkan kerjasama yang setara Perlu adanya kerjasama atau koordinasi yang serasi antara pemerintah dengan UMKM untuk mengatasi berbagai isu yang terkait dengan perkembangan usaha.

  Selain itu, strategi bisnis yang dapat dilakukan untuk mempertahankan dan mengembangkan UMKM adalah sebagai berikut: 1. Perlu dipelajari terlebih dahulu tentang ciri-ciri, definisi atau pengertian, kelemahan-kelemahan, potensi-potensi yang tersedia serta perundang-undangan yang mengatur UMKM.

2. Diperlukan bantuan manajerial agar tumbuh inovasi-inovasi dalam mengelola UMKM secara berdampingan dengan usaha-usaha besar.

  3. Secara vertikal dalam sistem gugus usaha, UMKM bisa menjadikan diri sebagai komplemen-komplemen usaha bagi industri perusahaan produsen utama. Diperlukan suatu strategi UMKM untuk menjalin kerja komplementer dengan usaha-usaha besar.

  4. Kerjasama bisa berbentuk koperasi dan bersama-sama beroperasi masuk dalam usaha tertentu. Di Indonesia, kemitraan usaha yang berbentuk koperasi merupakan strategi bisnis yang sangat penting, sehingga pemerintah menganggap perlu membentuk departemen khusus untuk menangani UMKM dan Koperasi.

  Tingkat kemiskinan yang semakin tinggi disertai dengan jumlah pengangguran yang semakin banyak memaksa pemerintah untuksegera bertindak.Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah pembangunan sektor UMKM.Hal ini dikarenakan sektor UMKM mempunyai potensi yang cukup besar dalam penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan, sekaligus pemerataan pendapatan bagi masyarakat.Selain itu, UMKM merupakan kegiatan ekonomi yang dapat memberdayakan masyarakat miskin, sehingga memberikan peluang bagi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan sekaligus menurunkan angka kemiskinan.Akan tetapi, sektor UMKM menghadapi permasalahan keterbatasan modal untuk menjalankan usaha.Hal ini berakibat pada UMKM yang tidak dapat berkembang dengan baik.

  Pemberian kredit kepada UMKM melalui Koperasi Simpan Pinjam yaitu Koperasi Dian Mandiri merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan perekonomian rakyat.

D. Penelitian Sebelumnya

  Tahun 2011 menurut Rita yaitu pemberian kredit oleh Koperasi Simpan Pinjam kepada anggotanya cukup berarti dalam meningkatkan pendapatan dan omset usaha anggotanya.Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata pendapatan anggota KSP.

  Tahun 2011 penelitian menurut Susi Fitria Sari menerangkan bahwa manfaat dari pemberian kredit ini terlihat pada peningkatan pendapatan yang diterima UMKM sebelum dan sesudah menerima kredit.Secara keseluruhan, pemberian kredit yang dilakukan Koperasi Simpan Pinjam memang memberikan manfaat yang besar bagi pelaku usaha.Hal tersebut dibuktikan melalui peningkatan nilai R/C ratio.

  Tahun 2014 menurut Irhineu Dwi Wahyu Pratiwi bahwa pemberdayaan masyarakat melalui peminjaman modal Koperasi Simpan Pinjam dalam memberdayakan UMKM memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan penghasilan mereka.

  Tahun 2016 penelitian menurut Amad Saebani, kesejahteraan masyarakat setelah menjadi anggota Koperasi Simpan Pinjam secara garis besar sudah cukup berhasil.Hal ini dapat dibuktikan bahwa sebanyak 88% sudah dapat memenuhi indikator-indikator kesejahteraan. Secara umum mereka dapat meningkatkan pendapatan keluarga melalui usaha yang mereka jalankan.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KINERJA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DENGAN DAN TANPA PINJAMAN DI KABUPATEN JEMBER

1 37 17

ANALISIS PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN PENGELOLAAN KOPERASI SIMPAN PINJAM / UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA MELALUI KEPUASAN KERJA (Studi kasus pada Koperasi Simpan Pinjam/Unit Simpan Pinjam Koperasi diKabupaten Jemb

0 42 19

ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH DITERAPKANNYA KEBIJAKAN KREDIT PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM BANGUN JAYA MAKMUR MADIUN

1 7 37

PROFIL BISNIS USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM)

0 18 34

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2013

0 1 15

ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN RENTABILITAS EKONOMI USAHA MIKRO, KECIL DAN KOPERASI DI KECAMATAN PIYUNGAN BANTUL

0 0 11

BAB II PENGATURAN KEPAILITAN KOPERASI SIMPAN PINJAM A. Jenis-jenis Koperasi di Indonesia - Kedudukan Nasabah Koperasi Simpan Pinjam Dalam Pailitnya Koperasi Simpan Pinjam

0 0 40

BAB II PENGATURAN KEPAILITAN KOPERASI SIMPAN PINJAM A. Jenis-jenis Koperasi di Indonesia - Kedudukan Nasabah Koperasi Simpan Pinjam Dalam Pailitnya Koperasi Simpan Pinjam

0 0 40

PELAKSANAAN PENYALURAN KREDIT USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PADA BANK TABUNGAN NEGARA CABANG MEDAN SKRIPSI

0 1 83

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Koperasi 2.1.1. Pengertian koperasi - ANALISIS TINGKAT KESEHATAN MANAJEMEN DAN KEUANGAN UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI WANITA “SETIA MANDIRI” DI SURABAYA - Perbanas Institutional Repository

0 0 25