PELAKSANAAN PENYALURAN KREDIT USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PADA BANK TABUNGAN NEGARA CABANG MEDAN SKRIPSI

  

PELAKSANAAN PENYALURAN KREDIT USAHA MIKRO,

KECIL DAN MENENGAH PADA BANK TABUNGAN

NEGARA CABANG MEDAN

SKRIPSI

  

Diajukan Sebagai Tugas Akhir Untuk Memperoleh

Gelar Kesarjanaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh

  

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2 0 0 9

ABRAM EMMON TARIGAN

  NIM : 040200267

  

PELAKSANAAN PENYALURAN KREDIT USAHA MIKRO,

KECIL DAN MENENGAH PADA BANK TABUNGAN

NEGARA CABANG MEDAN

SKRIPSI

  

Diajukan Sebagai Tugas Akhir Untuk Memperoleh

Gelar Kesarjanaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

OLEH

ABRAM EMMON TARIGAN

  NIM : 040200267

  

DEPARTEMEN : HUKUM KEPERDATAAN

PROGRAM KEKHUSUSAN : HUKUM DAGANG

KETUA DEPARTEMEN

Prof. Dr. TAN KAMELLO, SH, MS

  

NIP. 131 764 556

PEMBIMBING I PEMBIMBING II Prof. Dr. TAN KAMELLO, SH, MS YEFRIZAWATY, SH.M.HUM NIP. 131 764 556 NIP. 132 300 074

  

ABSTRAK

  Penulisan skripsi ini dilatar belakangi oleh ketertarikan penulis terhadap masalah penyalur kredit dari bank kepada usaha mikro, kecil dan menengah di BTN Cabang Medan. Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi permasalahan adalah penyaluran Kredit Usaha Kecil di BTN Cabang Medan, prosedur yang diterapkan BTN Cabang Medan dalam memberikan Kredit Usaha Kecil, dan penyelesaian apabila terjadi Kredit Macet dalam Kredit Usaha Mikro Kecil Menegah. metode Penelitian penulis adalah sebagai berikut lokasi penelitian ini dilakukan pada Bank Tabungan Negara Cabang Medan, skripsi ini digunakan metode penelitian yuridis normatif dan yuridis empiris. Metode yuridis normative digunakan untuk mengkaji norma-norma hukum yang berkaitan dengan penyaluran kredit melalui lembaga perbankan. Sementara norma metode yuridis empiris digunakan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penyaluran kredit pada Bank Tabungan Negara Cbang Medan, Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder., Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah Penelitian kepustakaan (library research), dan Penelitian lapangan (field research ).

  Berdasarkan kesimpulan dari penelitian penulis yakni Proses pelaksanaan pemberian kredit pada usaha mikro, kecil, dan Menengah menurut sistem di BTN Cabang Medan diawali dengan mengisi formulir daftar isian permohonan kredit yaitu untuk memudahkan Bank memperoleh data yang diperlukan maka Bank mempergunakan daftar isian permohonan kredit yang harus diisi oleh nasabah, setelah itu BTN Cabang Medan mengadakan pemeriksaan terhadap kelengkapan dan berkas permohonan, permohonan dinyatakan lengkap apabila telah memenuhi persyaratan yang ditentukan untuk pengajuan permohonan, menurut jenis kreditnya. Kemudian setelah pihak Bank melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan dan berkas permohonan, pihak BTN Cabang Medan juga melakukan penyelidikan investigasi dan analisa kredit. Persetujuan permohonan kredit setelah pihak Bank mengabulkan sebagian atau seluruh permohonan kredit maka dalam proses berikutnya pihak bank tetap melakukan pengawasan dan pembinaan kredit dalam pelaksanaan penyusunan dana yang diberikan kepada pengusaha ekonomi kecil.

KATA PENGANTAR

  Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala kebaikan, penyertaan, berkat, dan kasih karunia-Nya yang dirasakan oleh penulis sejak mengikuti proses perkuliahan sampai kepada proses penulisan skripsi, sehingga penulisan dapat merampung penulisan skripsi ini.

  Skripsi merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa pada umumnya dan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera, pada khususnya guna memperoleh gelar Sarjan Hukum. Tertarik akan masalah kecil, maka penulis menulis judul ”Pelaksanaan Penyaluran Kredit Usaha Mikro, Kecil dan

  

Menengah Pada Bank Tabungan Negara Cabang Medan”, untuk dituangkan

ke dalam tulisan (skripsi).

  Dalam proses penulisan skripsi ini penulis merasakan banyak bantuan yang telah diberikan oleh berbagai pihak, baik itu berupa perhatian, dorongan, bimbingan kritik dan saran. Untuk semua itu penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada :

  1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

  2. Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS selaku Ketua Departemen Keperdataan dan Dosen Pembimbing I.

  3. Yefrizawaty, SH.M.Hum selaku Dosen Pembimbing II.

  4. M. Husni, SH, MH selaku Pembantu Dekan III.

  5. M. Siddik, SH.M.Hum selaku Dosen Wali.

  6. Ramli Siregar, SH, M.Hum

  7. Sahabat-sahabatku yang tercinta yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini (M. Rizky Nugraha , Amsar Ramzi, Irfan Lubis, Wak Den, Daniel, Budi, Putra, Tri, Iqbal, Laksamana, Vika, Wirda).

  Khususnya kepada kedua orangtuaku yang sangat tercinta (Ir. Semion Tarigan dan SM Barus) dan juga saudara-saudaraku yang kukasihi.

  Akhir kata penulis kembali mengucapkan puji syukur kehadirat-Nya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

  Medan, Agustus 2009

ABRAHAM EMMON TARIGAN

  

DAFTAR ISI

  ABSTRAK ........................................................................................... i KATA PENGANTAR .............................................................................. ii DAFTAR ISI ......................................................................................... iv

  BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1 B. Perumusan Masalah ................................................................ 4 C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ................................................ 4 D. Keaslian Penulisan .................................................................. 5 E. Tinjauan Kepustakaan ............................................................. 6 F. Metode Penelitian ................................................................... 9 G. Sistematika Penulisan .............................................................. 11 BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT A. Pengertian dan Jenis-jenis Kredit .............................................13 B. Jaminan dalam Pemberian Kredit ............................................25 C. Prosedur Pemberian Kredit Perbankan ..................................28 D. Sasaran Pengembangan Kredit ..............................................45 BAB III : USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH A. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ........................ 49 Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ............................ 50 B.

  C. Pembiayaan dan Penjaminan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ............................................................................... 51

  BAB IV: ASPEK HUKUM PEYALURAN KREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAH MELALUI BTN CABANG MEDAN A. Penyaluran Kredit Usaha Miko Kecil dan Menengah pada BTN Cabang Medan ............................................................... 57 B. Prosedur yang Diterapkan BTN Cabang Medan dalam Memberikan Kredit Usaha Kecil .............................................. 58 C. Penyelesaian kredit Macet dalam Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah pada BTN Cabang Medan .............................. 61

  BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .............................................................................. 67 B. Saran ........................................................................................ 68 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 70

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin majunya pertumbuhan ekonomi nasional dilapisan

  masyarakat, perlu adanya perhatian yang lebih terhadap usaha kecil untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat kecil baik materiil maupun spiritual.

  Sehubung dengan itu, Garis Konsep Kerangka Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1998 yang disusun dengan sistematika sama dengan GBHN 1993 dalam amanatnya menyatakan bahwa kemampuan dan peranan usaha kecil dan koperasi terus dikembangkan dengan menyediakan kemudahan dalam melakukan investasi, memperoleh permodalan dan sumber pembiayaan lainnya.Untuk mewujudkan amanat yang disebutkan GBHN 1998, pemerintah telah melaksanakan berbagai kebijaksanaan dalam upaya mendorong dan membantu usaha kecil menjadi usaha yang tangguh (kuat) dan mandiri, yaitu suatu usaha yang memiliki daya saing yang tinggi dan memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan bertumpu pada kepercayaan dan kemampuan sendiri.

  Bank sebagai lembaga kepercayaaan adalah maksud dan tujuan, serta dasar dan sifat utama dari Lembaga Perbankan. Dalam Undang–undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 (selanjutnya disebut Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 ayat 2 menyatakan:

  “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat.” Dari pasal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi bank dalam sistem hukum perbankan di Indonesia adalah sebagai intermediary bagi masyarakat yang surplus dana dan masyarakat yang kekurangan dana. Penghimpunan dana masyarakat yang dilakukan oleh bank berdasarkan pasal tersebut dinamakan “simpanan”, sedangkan pemyalurannya kembali dari bank kepada masyarakat dinamakan “kredit”.

  Pengertian kredit ini tertuang dalam Pasal 1 butir 12 Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1992, yang berbunyi :

  “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pin jam – meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.” Pembinaan dan pengembangan usaha kecil sudah mulai dilakukan

  Pemerintah sejak masa Pembangunan Jangka Panjang Tahap I (PJPT I). Dalam bidang permodalan, Pemerintah telah banyak memberi bantuan yang cukup berarti terutama dalam penyaluran berbagai jenis kredit yang khusus diberikan kepada pengusaha kecil di seluruh Indonesia. Dalam rangka mendukung pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah, maka sebagian kredit yang diberikan oleh setiap bank disediakan bagi usaha mikro, kecil dan menengah.

  Hal ini sesuai dengan amanat GBHN yang menyebutkan bahwa pembinaan terhadap mikro, kecil dan menengah merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan dalam setiap penetapan kebijaksanaan.

  Dalam penyempurnaan program ke arah terjaminnya penyediaan dana bagi usaha kecil dan kegiatan koperasi yang produktif, maka perlu didukung oleh semua bank melalui penyediaan kredit sebesar 20% dari jumlah pemberian kredit setiap bank yang dibiayai dari dana bank tersebut. Pemberian kepada usaha kecil atau yang lebih sering disebut Kredit Usaha Kecil (KUK) akan diperhitungkan dalam penilaian tingkat kesehatan bank yang

   bersangkutan, apabila terlaksana secara efektif.

  Pengertian Usaha Kecil diatur dalam berbagai ketentuan, antara lain Undang-Undang Nomor 20 Pasal 1 Tahun 2008 tentang Usaka Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

1 Rachmadi Usman Aspek-aspek hukum perbankan di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka

  

Utama, 2001, Jakarta, hal 18, sebagaimana dikutip oleh Mulyadi, Prinsip Kehati-hati (Prudent

Banking Principle)

  Sementara kredit usaha kecil adalah kredit yang diberikan kepada usaha

   yang memenuhi kriteria usaha kecil.

  Kredit yang diberikan oleh bank mengandung resiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas–asas perkreditan yang sehat, diantaranya perjanjian kredit yang dilakukan dengan surat perjanjian tertulis. Untuk mengurangi resiko kerugian dalam pemberian kredit, maka diperlukan jaminan pemberian kredit dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan perjanjian.

  Bagi usaha mikro, kecil dan menengah, kredit dirasa cukup penting mengingat kebutuhan untuk pembiayaan modal kerja dan investasi diperlukan guna menjalankan usaha dan meningkatkan akumulasi pemupukan modal mereka. Permasalahan timbul ketika pengusaha mikro, kecil dan menengah tersebut dihadapkan kepada kelengkapan persyaratan bank guna memperoleh pinjaman. Meskipun usaha mereka feasible namun sebagian besar pengusaha mengalami kesulitan dalam penyediaan aset dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi persyaratan jaminan kredit bank.

B. Perumusan Masalah

  Adapun yang merupakan permasalah yang timbul dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

2 Try Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan Di Indonesia., hal. 306.

  1. Bagaimana penyaluran kredit usaha mikro, kecil dan menengah pada BTN Cabang Medan?

  2. Bagaimana prosedur yang diterapkan BTN Cabang Medan dalam memberikan Kredit Usaha mikro, kecil dan menengah?

  3. Bagaimana penyelesaian kredit macet dalam kredit usaha mikro, kecil dan menegah pada BTN Cabang Medan?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

  1. Tujuan penulisan

  Tujuan penulis melaksanakan penelitian ini adalah :

  a. Untuk mengetahui bagaimana penyaluran kredit usaha mikro, kecil dan menengah pada BTN Cabang Medan.

  b. Untuk mengetahui prosedur yang diterapkan BTN Cabang Medan dalam memberikan Kredit Usaha mikro, kecil dan menengah.

  c. Untuk mengetahui bagaimana penyelesaian kredit macet dalam kredit usaha mikro, kecil dan menengah pada bank BTN Cabang Medan.

  2. Manfaat penulisan

  Adapun manfaat Penulisan skripsi yang akan penulis lakukan adalah:

  a. Secara Teoritis

  Guna mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan hukum perdata, khususnya mengenai pelaksanaan penyaluran kredit usaha mikro kecil menengah melalui BTN Cabang Medan.

  b. Secara Praktis 1) Agar masyarakat mengetahui bagaimana prosedur Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

  2) Dapat memberikan tambahan informasi tentang bagaimana pelaksanaan penyaluran kredit yang baik.

  D. Keaslian Penulisan

  Adapun judul tulisan ini adalah Pelaksanaan Penyaluran Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah,pada Bank Tabungan Negara Cabang Medan judul skripsi ini belum pernah ditulis dan diteliti dalam bentuk yang sama khususnya di BTN Cabang Medan, sehingga tulisan ini asli dalam hal tidak ada judul yang sama. Dengan demikian keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

  E. Tinjauan Kepustakaan

  Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 pada Pasal 1 ayat 2 menyatakan:

  “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat.” Dari pasal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi Bank dalam sistem hukum perbankan di Indonesia sebagai intermediary bagi masyarakat yang surplus dana dan masyarakat yang kekurangan dana. Penghimpunan dana masyarakat yang dilakukan oleh bank berdasarkan pasal tersebut dinamakan “simpanan”, sedangkan pemyalurannya kembali dari bank kepada masyarakat dinamakan “kredit”.

  Peranan sektor perbankan adalah menjembatani dua kelompok kepentingan masyarakat ,yaitu antara kepentingan masyarakat pemilik dana (surplus spending units) dengan masyarakat yang membutuhkan dana (defecit

  

spending units ). Dalam menjalankan fungsinya sebagai penerima amanah

  masyarakat, maka bank adalah selaku lembaga depossito yang bermodalkan keperecayaan semata dari masyarakat. Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyalur dana kepada masyarakat, maka bank sebagai lembaga perkreditan, harus melakukan analisis melalui prinsip 5c, guna meminimal resiko bermasalahnya atau kembalinya kredit. Banyak sumber-sumber yang menyebabkan kredit tersebut menjadi bermasalah.

  Pengertian kredit ada terdapat pengertian transfer antara waktu sekarang dengan waktu yang akan datang. Dengan demikian didefinisikan sebagai suatu hak untuk menggunakan uang dalam batas waktu tertentu

  

  berdasarkan pertimbangan tertentu.” Kredit berarti suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu yang akan datang disertai dengan suatu kontra prestasi. Pada hakekatnya pemberian kredit didasarkan atas kepercayaan, yang berarti bahwa pemberian kredit adalah pemberian kepercayaan oleh Bank sebagai pemberi kredit, dimana prestasi yang diberikan benar-benar sudah diyakini akan dapat dibayar kembali

   oleh si penerima kredit sesuai dengan syarat yang telah disetujui bersama.

  Dalam penyaluran kredit usaha kecil kepada pengusaha kecil, pihak bank sebagai kreditur menentukan persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengusaha kecil sebagai debitur dan pada umumnya kebanyakan dari usaha kecil yang ada tidak memapu memenuhi persyaratan yang ditentukan. Hal ini mengakibatkan usaha kecil mendapat kesulitas dalam memperoleh fasilitas kredit usaha kecil dari pihak perbankan.

  Oleh karena itu, guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus berkembang, maka menurut Undang-Undang Nomor 20 Pasal 3 Tahun 2008 tentang Usaha Kecil; bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan. 3 Muchdarsyah Sinungan, Dasar dan Teknik Manajemen Kredit, Penerbit Rineka Cipta,

  Jakarta, 1997, hal. 67 4 Thomas Suyatno, et. all. Dasar-dasar Perkreditan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1999, hal. 44

  Selain itu, dalam proses pemberian kredit usaha kecil, pihak bank juga mensyaratkan adanya jaminan. Sebagai jaminan yang utama adalah nilai dan kelayakan usaha yang akan dibiayai dengan kredit yang dimohonkan. Apabila nilai dan kelayakan usaha kurang menjamin pengembalian kredit maka bank mensyaratakan harus menjamin pengembalian kredit yang berupa jaminan kebendaan.

  Dengan kata lain, peranan sektor usaha mikro, kecil dan menengah Dalam Undang–Undang Perbankan, Pasal 8 dan penjelasannya dikatakan bahwa pemberian Kredit selalu mengandung resiko. Salah asatu resiko adalah menetapkan jaminan (collateral) dalam analisis pemberian Kredit.

  Gejala kredit bermasalah adalah :

  a. Adanya penyimpangan dari ketentuan dan syarat-syarat perjanjian kredit/perjanjian pinjaman biasa dilakukan oleh kreditur atau debitur.

  b. Adanya penurunan kondisi keuangan debitur yang kelihatan dari keterlambatan pembayarannya.

  c. Adanya perbuatan dari debitur yang mulai kurang kooperatif dengan mulai menunggak dan membayar tidak tepat waktu.

  d. Adanya penyampaian data atau informasi dan laporan yang tidak benar atau sama sekali tidak ada laporannya.

  e. Adanya penurunan nilai dan kualitas serta kuantitas asset dan agunan yang telah ditentukan dalam perjanjian.

  f. Adanya pergantian pengurusan tanpa persetujuan kreditur baik jabatan, pemegang saham maupun posisi-posisi yang penting.

  g. Adanya penjualan pribadi atau keluarga yang dibawa kedalam perusahaan atau permasalahan diantara pengurus.

  h. Adanya gugatan dari dalam perusahaan sendiri atau dari luar perusahaan. i. Adanya permasalahan tenaga kerja atau perburuhan yang mengganggu kestabilan perusahaan.

   5 Irman, Tb, Anatomi Kejahatan Perbankan, Penerbit AYYCCS Group, Jakarta 2006, hal.

  147

  Dengan kata lain, dalam menjalankan fungsinya maka kredit bermasalah merupakan sumber kerugian yang sangat potensi bagi bank.

  Karena itu diperlukan penanganan yang sistematis dan berkelanjutan. Akibatnya kredit bermasalah menimbulkan biaya yang menjadi beban dan kerugian bagi bank.

F. Metode Penelitian

  Dalam penguraian dan penulisan skripsi ini, penlis mengumpulkan data yang diperlikan dengan menggunakan metode sebagai berikut :

  1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Bank Tabungan Negara Cabang Medan, Jalan Iskandar muda No. 18 Medan.

  2. jenis penelitian Untuk menjawab permasalahan dalam skripsi ini digunakan metode penelitian yuridis normatif dan yuridis empiris. Metode yuridis normative digunakan untuk mengkaji norma-norma hokum yang berkaitan dengan penyaluran kredit melalui lembaga perbankan. Sementara norma metode yuridis empiris digunakan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penyaluran kredit pada Bank Tabungan Negara Cbang Medan.

  3. Jenis data

  Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari penelitian lapangan. Sementara data sekunder merupakan hasil penelitian kepustakaan.

  4. Metode pengumpulan data Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah :

  a. Penelitian kepustakaan (library research) Penelitian kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan landasan teoritis dari permasalahan yang diteliti. Penelitian ini dilakukan terhadap :

  1) Bahan hukum primer, yang berupa peraturan perundang-undangan 2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti Rancangan Undang-Undang (RUU), hasil-hasil penelitian, karya ilmiah, pendapat para ahli/pakar hukum. 3) Bahan hukum tertier, yaitu bahan-bahan yang memberi petunjuk penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus

  (hukum), ensiklopedia dan sebagainya.

  b. Penelitian lapangan (field research) Penelitian lapangan dilakukan untuk mendapatkan data primer. Data primer tersebut diperoleh dengan melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait pada BTN Cabang Medan.

  5. Analisa data Data yang dikumpulkan dari penelitian disusun secara sistematis dan kemudian dianalisa secara kualitatif. Selanjutnya dilakukan penarikan dengan menggunakan metode deduktif, yaitu menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus dalam upaya menjawab permasalahan.

G. Sistematika Penulisan

  Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab berbagi atas beberapa sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang dapat digambarkan sebagai berikut :

  

BAB I : Pendahuluan, bab ini merupakan gambaran umum yang berisi

  tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

  

BAB II : Tinjauan Umum Tentang Kredit. Bab ini berisikan tentang

  pengertian dan jenis-jenis kredit , prosedur pemberian kredit perbankan, sasaran pengembangan kredit dan pelaksanaan pemberian kredit .

  

BAB III : Usaha Mikro, Kecil & Menengah. Dalam bab ini berisi tentang

  pengertian usaha mikro, kecil dan menengah, ruang lingkup usaha kecil mikro, kecil dan menengah, penyaluran kredit bagi usaha mikro, kecil & kenengah, kriteria usaha mikro, kecil dan menengah, pembiayaan dan penjaminan usaha mikro, kecil dan menengah.

  

BAB IV : Aspek Hukum Peyaluran Kredit Usaha Mikro Kecil Menengah

Melalui BTN Cabang Medan . Bab ini berisi tentang penyaluran

  kredit usaha mikro, kecil dan menengah di BTN Cabang Medan, prosedur yang diterapkan BTN Cabang Medan dalam memberikan kredit usaha kecil dan penyelesaian kredit macet dalam kredit usaha mikro, kecil dan menegah.

  

BAB V : Kesimpulan dan Saran. Merupakan bab penutup dari seluruh

  rangkaian bab-bab sebelumnya, yang berisikan kesimpulan yang dibuat berdasarkan uraian skripsi ini, yang dilengkapi dengan saran-saran.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT A. Pengertian dan Jenis-jenis Kredit

1. Pengertian kredit Dalam bahasa Latin kredit disebut “credere” yang artinya percaya.

  Maksudnya si pemberi kredit percaya kepada si penerima kredit, bahwa kredit yang disalurkan pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit berarti menerima kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjaman sesuai dengan jangka waktunya.

  Oleh karena itu untuk meyakinkan bank bahwa si nasabah benar-benar dapat dipercaya, maka sebelum kredit diberikan diadakan analisis kredit. Analisis kredit mencakup latar belakang nasabah atau perusahaan, prospek usahanya, jaminan yang diberikan serta faktor-faktor lainnya. Tujuan analisis ini adalah agar bank yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar aman.

  Di dalam memahami pengertian kredit tersebut maka diambil beberapa pendapat para sarjana, namun pengertian mengarah kepada suatu tujuan yaitu kepercayaan. Kredit menurut etimologi berarti “percaya, karena pihak yang memperoleh kredit pada dasarnya, adalah pihak yang memperoleh

   kepercayaan”.

  Menurut Mohammad Djohan “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam – meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu

  

  tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.” Menurut Indra Darmawan “Pinjaman yang diberikan (kredit) ialah penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam antara bank dengan lain pihak dalam hal, pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka

  

  waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan.” Kredit berarti suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu yang akan datang disertai dengan suatu kontra prestasi.

  Berdasarkan pengertian kredit seperti tersebut di atas, maka ditarik suatu kesimpulan bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam pemberian kredit adalah :

  a. Kepercayaan yaitu keyakinan si pembeli kredit (bank) bahwa prestasi (uang) yang diberikan akan benar-benar diterima kembali dari si penerima kredit pada suatu masa yang akan datang.

  b. Waktu, yaitu jangka waktu antara saat pemberian prestasi dengan saat pengembaliannya.

  Dalam unsur waktu ini terkandung pengertian tentang nilai rasio uang yaitu nilai uang sekarang lebih berharga daripada uang di masa yang datang.

  c. Resiko, yaitu sebagai akibat yang akan dapat timbul pada pemberian kredit.

  Guna menghindari risiko, maka sebelum kredit diberikan harus dilakukan penilaian secara cermat dan dilindungi dengan agunan/jaminan kredit sebagai benteng terakhir dalam pengamanan kredit. 9 ) 6)

H. As. Mahmuedin, Etika Bisnis Perbankan, Mulia Sari, Jakarta, 1994, hal. 99 11 ) Mohammad Djohan, Perbankan di Indonesia, PT. Gramedia, Jakarta, 1990, hal. 2.

  Indra Darmawan, Pengantar Uang dan Perbankan, Rineka Cipta, Jakarta, 1992, hal.44 d. Prestasi, dalam hubungannya dengan pemberian kredit. Yang dimaksud

   ) dengan prestasi adalah uang.

  Pengertian kredit menurut Undang-undang Perbankan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. (pasal1)

  Sedangkan pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. (Pasal 1)

2. Jenis-jenis Kredit

  Jenis kredit dapat dibedakan menurut berbagai kriteria, yaitu dari kriteria lembaga pemberi, penerima kredit, jangka waktu serta penggunaan kredit, kelengkapan dokumen perdagangan atau dari berbagai kriteria

   lainnya.

  1. Dari segi pemberi, penerima kredit yang menyangkut struktur pelaksanaan kredit di Indonesia, maka jenis kredit terdiri dari : a. Kredit perbankan kepada masyarakat untuk kegiatan usaha dan atau 12 ) konsumsi. Kredit ini diberikan oleh bank pemerintah atau bank swasta 13 ) Mohammad Djohan, Op.cit, hal. 5.

  

Sam A.Wallean, Bank dan Wiraswasta, Allinpri Prima, Jakarta, 1991. hal 66 kepada dunia usaha untuk ikut membiayai sebagian kebutuhan permodalan dan atau kredit dari bank kepada individu untuk membiayai pembelian kebutuhan hidup yang berupa barang maupun jasa.

  b. Kredit likuiditas, yaitu kredit yang diberikan oleh bank sentral kepada bank yang beroperasi di Indonesia yang selanjutnya dipergunakan sebagai dana untuk membiayai kegiatan perkreditannya. Pelaksanaan kredit ini merupakan operasi Bank Indonesia dalam rangka pelaksanaan tugasnya yang diemban, yaitu untuk memajukan urusan perkreditan sekaligus bertindak mengadakan pengawasan terhadap urusan perkreditan tersebut.

  c. Kredit langsung, kredit ini diberikan oleh Bank Indonesia kepada lembaga pemerintah atau semi pemerintah. Misalnya Bank Indonesia memberikan kredit langsung kepada Bulog dalam rangka pelaksanaan program pengadaan pangan atau pemberian kredit langsung kepada

   Pertamina atau pihak ketiga lainnya.

  2. Dari segi penggunaan kredit, jenis kredit terdiri dari :

  a. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan oleh bank pemerintah atau bank swasta, yang diberikan kepada perseorangan untuk membiayai keperluan konsumsinya untuk kebutuhan sehari-hari.

  b. Kredit produkif baik kredit investasi atau kredit ekploitasi

  14 ) Thomas Suyatno, et. all. Op.cit, hal 52

  1) Kredit investasi, kredit yang ditujukan untuk pengunaan sebagai pembiayaan modal tetap, yaitu peralatan produksi, gedung dan mesin-mesin, juga untuk membiayai rehabilitasi dan ekspansi. Adapun jangka waktunya 5 tahun atau lebih. Di Indonesia jenis kredit investasi ini mulai diperkenalkan pada pertengahan tahun 1969 bersamaan dengan dimulainya Repelita I sebagai penunjang program industrialisasi yang mulai dilancarkan pemerintah.

  2) Kredit eksploitasi, kredit yang ditujukan untuk penggunaan pembiayaan kebutuhan dunia usaha akan modal kerja berupa persediaan bahan baku, persediaan produk akhir, barang dalam proses produksi serta piutang, sedangkan jangka waktunya berlaku pendek. Di Indonesia jenis kredit ekploitasi ini boleh dikatakan sudah dilakukan sejak lama yaitu sejak masa tahun 1950-an.

  3. Dari segi dokumen maka kredit jenis ini, yaitu kredit yang sangat terikat dengan dokumen-dokumen berharga yan memiliki subsitusi nilai jumlah uang, dan dokumen tersebut merupakan jaminan pokok pemberian kredit. Kredit ini banyak dipergunakan oleh orang yang mengadakan transaksi dagang yang berlainan tempat. Jenis kredit ini terdiri dari : a. Kredit ekspor adalah semua bentuk kredit sebagai sumber pembiayaan bagi usaha ekspor. Jadi bisa dalam bentuk kredit langsung maupun tidak langsung seperti pembiayaan kredit modal kerja jangka pendek maupun kredit investasi untuk jenis industri yang berorientasi ekspor. b. Kredit impor

  4. Dari segi besar kecilnya aktivitas perputaran usaha, yaitu melihat dinamika sektor yang digeluti, aset yang dimiliki dan sebagainya, maka jenis kredit ini terdiri dari :

  a. Kredit kecil, yaitu kredit yang diberikan kepada pengusaha yang digolongkan sebagai pengusaha kecil. Melalui kebijaksanaan Januari 1990 antara lain mengharuskan bank-bank untuk menyalurkan 20% kreditnya kepada kegiatan usaha kecil (Kredit Usaha Kecil) dan realisasinya dijadikan sebagai salah satu faktor penilaian kesehatan bank. Yang termasuk dalam usaha kecil, adalah kegiatan usaha yang asetnya di luar tanah dan bangunan yang ditempati tidak melebihi Rp. 600 juta, sedangkan maksimum kredit yang dapat diberikan adalah Rp. 200 juta. Ketentuan ini kemudian diperbaiki melalui deregulasi Mei 1993, maka bagi kredit kecil dinaikkan menjadi Rp. 250 juta.

  b. Kredit menengah, yaitu kredit yan diberikan kepada pengusaha yang asetnya lebih besar daripada pengusaha kecil.

  c. Kredit besar

  5. Dari segi jangka waktunya jenis kredit meliput i :

  a. Kredit jangka pendek (Short term loan) yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum 1 tahun. Bentuknya dapat berupa kredit rekening koran, kredit penjualan, kredit pembelian dan kredit wesel.

  b. Kredit jangka menengah (Medium term loan) yaitu kredit berjangka waktu antara 1 tahun sampai 3 tahun. c. Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari 3 tahun. Kredit jangka panjang ini pada umumnya adalah kredi investasi yang bertujuan menambah modal perusahaan dalam rangka untuk

   ) melakukan rehabilitas, ekspansi (perluasan) dan pendirian proyek baru.

  6. Dari segi jaminannya, jenis kredit dapat dibedakan, antara lain :

  a. Kredit tanpa jaminan atau kredit blangko (unsecured loan). Kredit ini menurut Undang-undang Perbankan tahun 1992 mungkin saja bisa direalisasikan. Karena Undang-undang Perbankan 1992 tidak secara ketat menentukan, bahwa pemberian kredit harus memiliki jaminan. Hanya disarankan saja dalam memberikan kredit bank wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Sebaliknya menurut Undang- undang Pokok Perbankan tahun 1967 yang digantikannya, pemberian kredit tanpa jaminan ini dilarang sesuai dengan Pasal 24 ayat (1) bahwa bank umum tidak memberi kredit tanpa jaminan kepada siapapun juga.

  b. Kredit dengan jaminan (secured loan), yaitu kredit yang diberikan pihak kreditur mendapat jaminan, bahwa debitur dapat melunasi hutangnya.

  Kredit yang diberikan oleh bank mengandung risiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat. Untuk mengurangi risiko, maka diperlukan jaminan dalam pemberian kredit tersebut. Adapun bentuk jaminan dapat berupa jaminan 15 ) kebendaan, maupun jaminan perorangan.

  Mohammaf Djohan, Op.cit, hal 58

  7. Kredit Sindikasi Kredit sindikasi atau pinjaman sindikasi adalah pinjaman yang diberikan oleh dua atau lebih lembaga keuangan dengan persyaratan dan kondisi yang serupa, menggunakan dokumentasi yang umum dan ditatausahakan oleh suatu agen bank, disusun oleh arranger yang bertugas dan bertanggung jawab mulai dari proses solisitasi (permintaan pinjaman)

   nasabah sampai dengan proses penandatangan perjanjian kredit.

  Dengan demikian pada dasarnya kredit sindikasi adalah pinjaman yang diberikan oleh dua atau lebih lembaga keuangan, maka : a. Apabila dilihat dari jumlah kreditnya, dapat disimpulkan bahwa terjadinya kredit sindikasi ini adalah lebih banyak disebabkan karena :

  1) Keterbatasan dana bank Dalam suatu permohonan kredit dalam jumlah besar yang diajukan oleh debitur/calon debitur terutama corporate, seringkali bank yang bersangkutan tidak mampu menyediakan dana sebesar permohonan tersebut. Kalaupun mampu bank tersebut belum tentu mau untuk membiayainya, karena dengan pertimbangan risiko kredit yang terlalu besar.

  2) Penyebaran risiko Dengan pertimbangan risiko kredit yang besar tersebut, maka bank 16) mencari jalan keluar dengan penyebaran risiko, yaitu kredit dalam

  Hasuddin Rachman, Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1991, hal. 45 jumlah yang besar diberikan oleh beberapa bank kepada debitur. Sehingga dengan demikian risiko yang akan timbul di kemudian hari dipikul secara bersama-sama oleh bank pemberi kredit sindikasi. 3) Pembatasan peraturan perundang-undangan

  Bahwa dalam pemberian kredit oleh bank tidaklah tanpa batas, sebab hal ini akan berpengaruh terhadap kesehatan bank itu sendiri.

  Mengingat setiap pelepasan akan bepengaruh terhadap Loan to

  deposit ratio dan capital adequacy ratio. Bahkan mengenai jumlah

  pelepasan kredit ini diatur secara tersendiri oleh Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yaitu dalam pasal 11 dengan sebutan “Batas Maksimum Pemberian Kredit”.

  b. Apabila dilihat dari subjeknya, dapat disimpulkan bahwa pihak-pihak yang terlibat di dalam suatu perjanjian kredit sindikasi adalah : 1) Pihak debitur (Borrower)

  Pihak debitur ini adalah sebagai pihak yang menerima pinjaman atau kredit yang pada umumnya berstatus sebagai badan hukum (Perseroan Terbatas). 2) Pihak para Kreditur (Lenders)

  Pihak para kreditur ini sering juga disebut The Lenders atau

  Participant , adalah sebagai pihak yang memberikan pinjaman atau kredit yang pada umumnya bank atau lembaga keuangan bukan bank.

  3) Pihak Lead Manager Pihak Lead Manager adalah sebagai pihak yang ditunjuk dan diangkat oleh debitur untuk mencari dana (meng-approach) bank- bank lain untuk ikut berpartisipasi, misalnya pinjaman yang akan diberikan berjumlah besar, maka Lead Manager mungkin akan memberikan pinjaman setengah dari jumlah tersebut, selebihnya

  Lead Manager akan mencari bank lain yang akan bertindak sebagai Manager , selanjutnya Manager tersebut akan mencari Co-Manager

  dan Co-Manager akan mencari participant.

  Jadi pihak Lead Manager, Manager dan Co-Manager dalam prakteknya juga bertindak sebagai Lender.

  4) Pihak Agen Bank Pihak agen bank ini mewakili dan bertindak untuk kepentingan serta untuk dan atas nama para kreditur (Leaders) pihak Agen Bank ini ditunjuk dan diangkat oleh para kreditur (Leaders), yang bertanggung jawab secara operasional dalam mengelola pinjaman sindikasi, mulai dari menerima angsuran, bunga dan mengatur serta membagi dana pada waktu memberikan pinjaman kepada debitur dengan perkataan lain pihak Agen ini hanya mengatur administrasi operasional saja.

  Dalam praktek perbankan yang menduduki posisi Agen Bank ini pada umumnya adalah Bank yang menjadi Lead Manager.

  

  5) Commitment Fee Kemudian dalam prakteknya, Lead Manager, Manager, Co-

  Manager dan Agent mendapat imbalan berupa fee yang dibebankan

  pada debitur. Adapun jenis fee tersebut antara lain adalah :

  a) Participation Fee

  Fee yang diterima oleh bank-bank yang menjadi participant dalam kredit sindikasi.

  b) Arranger Fee

  Fee yang diterima oleh Lead Manager atas jasanya dalam proses

  pembentukan sindikasi, walaupun rencana kredit sindikasi tersebut tidak terealisir.

  c) Management Fee

  Fee yang diterima bank peserta sindikasi sesuai dengan kepesertaannya.

  d) Agent Fee Fee yang diterima oleh Agent bank atas jasanya dalam mengadministrasikan kredit sindikasi.

  17) Harry Waluya, Ekonomi Moneter, Uang dan Perbankan, Rineka Cipta, Jakarta, 1993, hal 69

  Fee yang diterima oleh bank peserta sindikasi atas tidak atau belum terpakainya dana sindikasi yang telah disediakan oleh bank yang bersangkutan. Antara Lead Manager, Manager, Co-

  Manager dan Agent serta Participant lainnya, tentunya

  mempunyai hubungan hukum satu sama lain, khususnya sifat hubungan hukum yang melekat pada pihak Lead Manager atau

  Manager , karena di satu pihak ia sebagai Kreditur (Leaders)

  terhadap Debitur sedangkan di lain pihak ia bertindak sebagai agen dari pada Kreditur (Leaders) lainnya.

  Dari hubungan hukum tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam suatu kredit sindikasi selain perjanjian kredit antara kreditur dengan debiturnya juga terdapat perjanjian sindikasi yan ditandatangani antara dan oleh para kreditur (Leaders) .

  

  Penting diketahui oleh Legal Officer bahwa analisa dari sisi legal

  

aspect kredit sindikasi tidak berbeda dengan kredit biasa, walaupun kredit

  sindikasi merupakan suatu transaksi yang mempunyai ciri khusus yang berbeda dengan cara pemberian kredit biasa.

  Faktor-faktor yang membedakan antara kredit biasa dengan kredit sindikasi antara lain adalah :

  1. Faktor Perjanjian Kredit (Loan Agreement)

17 Untung, Budi, Kredit Perbankan di Indonesia, Andi Yogyakarta, 2000, hal. 63

  Dalam perjanjian kredit ini terdapat hubungan hukum yang menyangkut kepentingan para kreditur (bank-bank dan participant), debitur dan Agen Bank.

  2. Faktor Lead Manager Bank Dalam kredit sindikasi, diperlukan satu bank yang berkedudukan sebagai

  

Lead Manager yang pembentukannya pada umumnya didasarkan pada

  jumlah pinjaman yang diberikan lebih besar daripada jumlah yang diberikan oleh participant lainnya, mempunyai banyak pengalaman dan kemampuan sebagai Lead Manager.

  3. Faktor suku bunga (Interest rate) Dalam kredit sindikasi sering dilakukan negoisasi tersendiri terhadap tingkat suku bunga (Interest rate) yang dibebankan kepada debitur yang bersangkutan. Interest rate tersebut dapat berupa fixed rate dan dapat pula berbentuk floating rate.

  4. Faktor Market Dalam memasarkan kredit sindikasi ini, pada umumnya sebagai target

  

marketn ya adalah coorporate (Perseroan Terbatas) untuk Kredit Investasi

dan Modal Kerja, Manufacturing dan Trading.

  5. Faktor Jangka waktu

  Kredit sindikasi pada umumnya berjangka waktu panjang (long term) atau menengah (Medium term), yaitu dari 3 sampai 15 tahun.

  

B. Jaminan dalam Pemberian Kredit

  a) Jaminan pokok yang terdiri dari barang-barang bergerak maupun tidak bergerak dan/tagihan yang langsung berhubungan dengan aktifitas usahanya yang dibiayai dengan kredit.

  Pembedaan jenis jaminan kredit

  b) Jaminan tambahan berupa jaminan pribadi atau jaminan perusahaan yang dibuat secara notariel serta jaminan bank.

  c) Peminjaman dokumen yang telah ada dalam penguasaan bank kepada nasabah tidak diperkenankan. Apabila peminjaman tersebut dimaksudkan untuk keperluan urusan dengan instansi-instansi yang berwenang,nasabah dapat meminta bantuan pada bank.

  Dalam kegiatan pengklasifikasikan tersebut maka saat ini dikenal jenis- jenis kredit yang didasarkan kepada :

  1. Kelembagaan

  2. Jangka waktu

  3. Penggunaan kredit

  4. Kelengkapan dan ketertarikan dengan dokumen yang dibutuhkannya

  5. Aktivitas perputaran usaha 18 )

  Muhammad Jumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Citra Aditya, Bandung, 1996, hal 82

  6. Jaminannya

  7. Bidang ekonomi

  8. Objek yang ditransfer

  9. Waktu pencairannya

  

  10. Cara penarikannya Dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan, fungsi kredit antara lain sebagai berikut :

  1. Meningkatkan daya guna uang Memberikan pinjaman uang kepada pengusaha yang memerlukan dana untuk melangsungkan usahanya berarti mendayagunaan uang itu secara benar

  2. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang Pemberian uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan alat pembayaran yang baru seperti bilyet giro, cek, wesel dan sebagainya. Ini berarti terdapat peningkatan peredaran uang giral. Pemberian uang dalam bentuk tunai juga akan meningkatkan peredaran uang kartal.

  3. Meningkatkan daya guna dan peredaran barang Para pengusaha di bidang industri memelukan banyak modal untuk membiayai usahanya.s ebagaian dari pengsuaha itu ada yang menggunnakn modal dari kredit (pinjaman). Dengan uang pinjaman itu mereka 19)

  Muhammad Djumhana, Op.cit, hal. 372 menjalankan usaha untuk membeli bahan baku yang kemudian memproses bahan baku menjadi barang jadi sehingga daya guna barang itu meningkat.

  4. Sebagai salah satu stabilitas ekonomi Untuk meningkatkan keadaan ekonomi dari keadaan kurang sehat keadaan yang lebih sehat biasanya kebijakanm pemerintah diarahkan kepada usaha-usaha untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, mengendalikan inflasi dan mendorong kegiatan ekspor.

  5. Meningkatkan kegairahan berusaha Kemampuan para pengusaha untuk mengadakan modal sendiri bagi usahanya sangat terbatas bila dibandingkan dengan keinginan dan peluang yang ada untuk memperluas usahanya. Untuk itu pemberian kredit dapat lebih meningkatkan kegairahan mereka.

  6. Meningkatkan pemerataan pendapatan Para pengusaha dapat memperluas usahanya dengan bantuan modal dari kredit bank. Biasanya perluasan usaha ini memerlukan tenaga kerja tambahan. Hal ini sama saja dengan membuka lapangan kerja dan juga membuka peluang adanya pemerataan pendapatan.