Karya sinematografi proses kreatif pembuatan film pendek berjudul ``Ceris`` - USD Repository

  

KARYA SINEMATOGRAFI

PROSES KREATIF PEMBUATAN FILM PENDEK BERJUDUL “CERIS”

  Tugas Akhir Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Progam Studi Sastra Indonesia

  Disusun oleh : Ardi Tambara

  NIM 024114036

  

PROGAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DARMA

YOGYAKARTA

AGUSTUS 2010

  

KARYA SINEMATOGRAFI

PROSES KREATIF PEMBUATAN FILM PENDEK BERJUDUL “CERIS”

  Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

  Oleh Ardi Tambara

  024114036

  

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

AGUSTUS 2010

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

  

Stop Dreaming Start Action Dreaming

( Van Hallen )

Jadikan hidupmu seperti air mengalir sampai jauh.

  

( Gesang )

  TUGAS AKHIR INI DIPERSEMBAHKAN UNTUK Kemuliaan Allah yang memberikan inspirasi Kedua orang tuaku dan adik-adikku.

  Semua teman-teman yang mendukung Seluruh keluarga besar dosen dan karyawan Sanata Dharma.

KATA PENGANTAR

  Terima kasih kepada Tuhan YME karena atas karunianya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Karya Sinematografi Proses Kreatif Pembuatan Film Pendek Berjudul “Ceris”. Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana strata 1 (S-1) pada Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

  Tugas akhir ini tidak akan selesai tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

  1. S.E Peni Adji, S.S., M.Hum. Selaku dosen pembimbing I terima kasih atas segala bimbingan, masukan, kritikan, perhatian dan telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing sampai terselesaikannya skripsi ini.

  2. Drs. B Rahmanto., M.Hum. Selaku dosen pembimbing II terima kasih atas perhatian dan waktu luang yang diberikan kepada penulis.

  3. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum., Drs. Ari Subagyo, M.Hum,. Drs Heri Antono, M.Hum,. Drs. FX. Santosa, M.S., Drs. Heri Santoso, M.Hum., Dra. Adjie Tjandrasih., M.Hum, Drs. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., dan semua dosen Sastra Indonesia yang belum disebutkan, terima kasih atas segala pembelajaran yang telah penulis terima selama kuliah di Universitas Sanata Dharma.

  4. Karyawan dan karyawati secretariat Fakultas Sastra yang telah membantu kelancaran proses administrasi.

  5. Karyawn dan karyawati perpustakaan Sanata Dharma yang telah membantu mempermudah peminjaman buku-buku.

  6. Kedua orang tua dan dua adikku yang memberikan inspirasi, kasih sayang, kepercayaan, dan nasihat-nasihat yang telah diberikan kepada saya.

  7. Teman-teman Bengkel Sastra yang telah menjadi media pembelajaran bagi penulis 8.

  Teman-teman seperjuangan angkatan 2002 yang telah memberikan motivasi sehingga penulis selalu terdorong untuk menyelesaikan skripsi ini.

  9. Dadit dan Rice, terima kasih telah mendukung kelancaran shoting film.

  10. Terima kasih kepada Ceris karena telah meluangkan waktu untuk shoting film 11.

  Semua kru, pemain film, dan pihak-pihak lain yang membantu pembuatan film pendek berjudul Ceris, yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,segalan saran dan kritik dari berbagai pihak akan penulis terima dengan senang hati. Penulis berharap skripsi ini dapar bermanfaat bagi pembaca.

  Yogyakarta, …………..2010 Penulis

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 26 Juni 2010 Penulis

  Ardi Tambara

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, Saya Mahasiswa Universitas Sanata Dharma.

  Nama : Ardi Tambara Nomor Mahasiswa : 024114036

  Demi pembangunan Ilmu Pengetahuan, Saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma, karya Ilmiah Saya yang berjudul:

  

KARYA SINEMATOGRAFI

PROSES KREATIF PEMBUATAN FILM PENDEK BERJUDUL “CERIS”

  Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian Saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma, hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolahnya dalam bentuk data, mendistribusikannya secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk keperluan Akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Dengan demikian pernyataan ini saya buat

  Yogyakarta, 26 Juni 2010 Penulis

  Ardi Tambara

  

ABSTRAK

  Tambara, Ardi. 2010. Karya Sinematografi Proses Kreatif Pembuatan Film

  Pendek Berjudul “Ceris”. Tugas Akhir Strata Satu (S1). Yogyakarta:

  Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

  Skripsi ini berjudul Karya Sinematografi Proses Kreatif Pembuatan Film

  

Pendek Berjudul Ceris . Film tidak bisa dianggap sebagai tontonan atau hiburan

  belaka. Melalui proses pembuatan film ini, penulis berusaha untuk menciptakan film sebagai media refleksi. Rumusan masalah dalam skripsi ini yaitu (1) bagaimana proses pra-produksi pembuatan film berjudul Ceris? (2 ) bagaimana proses produksi pembuatan film berjudul Ceris? (3) Bagaimana proses pasca- produksi pembuatan film berjudul Ceris? Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses pra-produksi, produksi, dan pasca-produksi pembuatan film pendek berjudul Ceris.

  Dalam mencapai tujuan penelitian tersebut, penulis menggunakan metode observasi dan metode deskriptif. Penulis menggunakan metode observasi untuk mengamati tingkah laku dan karakter anjing peliharaan. Sementara metode deskriptif digunakan penulis untuk memaparkan proses pembuatan film pendek

  Ceris dari tahap pra produksi hingga tahap pasca produksi.

  Langkah-langkah yang dibuat dalam proses pembuatan karya sinematografi ini adalah persiapan ide cerita, karakter, penulisan skenario, pemilihan pemeran, persiapan sutradara dan produser, rencana modal, pembuatan

  

story board , pemilihan kostum, hunting lokasi, jadwal kegiatan, shooting film,

  dan proses editting film Film pendek Ceris merupakan hasil refleksi penulis dalam melakukan observasi terhadap pola tingkah laku anjing peliharaan. Film pendek Ceris menggambarkan kesetiaan seekor anjing kepada majikannya. Di dalam film tersebut Ceris disia-siakan oleh majikannya yang bernama Dadit. Padahal seekor anjing seperti Ceris memiliki kesetiaan yang tulus. Hal ini terlihat saat Ceris menyelamatkan majikannya yang sedang sekarat. Pada akhirnya Dadit menyesal telah menyia-nyiakan Ceris terutama ketika mengetahui anjing peliharaannya itu meninggal.

  Karya Sinematografi Proses Kreatif Pembuatan Film Pendek Berjudul

“Ceris”, akhirnya memberikan beberapa kesimpulan kepada penulis, bahwa

  sutradara dituntut kreatif, berwawasan, dan komunikatif, karena aktor utamanya adalah seekor anjing. Jadi, sutradara bersama tim harus bekerja keras dan ekstra sabar, kemudian penulisan skenario adalah (modal) awal dalam proses pembuatan film, lalu kekompakan tim adalah kunci keberhasilan sebuah film. Langkah

  

ABSTRACT

  Tambara, Ardi. 2010. Making Creative Work Cinematography Processes of Short

  Film Entitled “Ceris”. S1 Final Task. Yogyakarta: Indonesian Literature

  Study Program, Literature Department, Sanata Dharma University. This final task is titled Making Creative Work Cinematography

  

Processes of Short Film Entitled Ceris. The film can not be regarded as a mere

  spectacle or entertainment. Through the process of making this film, the author tries to create the film as a medium of reflection. Formulation of the problem in this paper are (1) how the pre-production of filmmaking titled Ceris? (2) How the production process for the film Ceris? (3) What is the process of post-production for the film Ceris? Based on the formulation of the problem, the purpose of this study is to describe the process of pre-production, production, and post-production of short film titled Ceris.

  In this paper, the writer uses observation method and descriptive method. The writer uses observation method to observe the characters of dogs and the descriptive method to describe the process of Ceris filmmaking from the pre production process up to the post production process.

  The steps made in the process of making cinematographic work is the preparation of this story ideas, characters, scenario writing, the selection of casts, director and producer of preparation, capital planning, story board creation, the selection of costumes, hunting locations, schedule of events, film shooting, and film editing

  Short film Ceris is actually the writ er’s reflection in observing the characters of dog. Short film Ceris describe the loyalty of a dog to his master. In the film, narrated that Ceris have been wasted by the master named Dadit, whereas a dog like Ceris has a sincere loyalty. Ceris was the one who saved his master

  ’s life while Dadit was dying. Dadit ultimately regret having wasted Ceris after knowing that the dog died.

  Finally, of all the processes Making Creative Work Cinematography

  

Processes of Short Film Entitled “Ceris”, bring writer concludes that, the

  directors must be creative, resourceful, and communicative , cause the actor’s point are a dog’s. And so, the director with teamworks must be hardwork patiently. The other ways, writting process is first thinking of film making, teamworks gathering are bring the most powerfull and key of successfuly on film making. Editing is the last element in the filmmaking process, including preparation of every scene from beginning to end into one entity.

  DAFTAR ISI

  3

  7 1.5.2.2 Sutradara.........................................................

  6 1.5.2.1.2 Kerangka tokoh..............................................

  6 1.5.2.1.1 Cerita..............................................................

  1.5.2 Pra Produksi................................................................... 5 1.5.2.1 Skenario..........................................................

  4

  1.5.1 Sinematografi……………………………….....………

  4

  1.5 Kerangka Teori……………………….......................................

  4

  1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………....

  1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………..............

  Halaman HALAMAN JUDUL ……………………………………………… i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ……………………. ii

  3

  1.2 Rumusan Masalah Penelitian …………………………...........

  1

  1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………

  1

  ……………………………………………………… xi DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xiv BAB I PENDAHULUAN ………………………………………….

  ………………………………………………………. x DAFTAR ISI

  ABSTRACK

  ABSTRAK ......................................................................................... ix

  HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI.......................................... iii MOTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................... iv KATA PENGANTAR ....................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................... vii HALAMAN PUBLIKASI …………………………………………. viii

  7

  1.5.2.3 Produser dan Modal........................................

  7 1.5.2.4 Story Board.....................................................

  8 1.5.2.5 Kostum............................................................

  9 1.5.2.6 Pemeran (Bintang Film/ Artist).......................

  9 1.5.2.7 Hunting Lokasi................................................

  10 1.5.2.8 Jadwal Kegiatan .............................................

  10 1.5.3 Produksi..........................................................................

  11 1.5.3.1 Juru Kamera dan Tata Fotografi.................

  11 1.5.3.2 Tata Artistik....................................................

  12 1.5.3.3 Tata Rias.........................................................

  12 1.5.3.4 Tata Suara dan Tata Cahaya...........................

  13 1.5.4 Pasca Produksi..............................................................

  14 1.5.4.1 Editing............................................................

  14 1.5.4.2 Tata Musik......................................................

  14

  1.6

  15 Metode Penelitian.....................................................................

  1.7

  16 Sistematika Penyajian ……………………………………….

  17 BAB II PRA PRODUKSI…...………………………………………

  17 2. Pra Produksi….…………………………………………………...

  2.1 Skenario 18 ……...... …………………………………....................

  2.1.1 Cerita.....

  18 ………………………………....

  2.1.2 Kerangka Tokoh................................................

  19 2.1.3 Skenario Film Ceris.............................................

  27

  2.2

  47 Pemeran…..…………………...………………………..

  2.3

  54 Persiapan Sutradara dan Produser……………………..

  2.4 Rencana Modal 57 ……….……………………………….

  2.6

  59 Kostum ……………………………………………….

  2.7

  60 Hunting Lokasi…………………………………………

  2.8

  62 Jadwal Kegiatan………………………………………..

  BAB III PRODUKSI .....................................................................

  64

  64 3.1 Penata Fotografi dan Juru Kamera …………………………..

  70 3.2 Tata Artistik dan Seting Film ...……………..……………….

  3.3 Tata R 72 ias …….………..............................................................

  73 3.4 Penata Suara dan Cahaya……………………………………..

  BAB IV PASCA PRODUKSI......................................................

  75 4.1 Proses Editing ...........................................................................

  75 4.1.1 Editing Gambar .....................................................................

  75 4.1.2 Editing Suara .........................................................................

  82 4.1.3 Tata Musik..............................................................................

  84 BAB. V PENUTUP ..........................................................................

  87 5.1 Kesimpulan .........................................................

  87 5.2 Catatan Reflektif .................................................

  89 5.3 Film Sebagai Sarana Pendidikan...........................

  96 5.4 Saran.......................................................................

  91

  92 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………....

  DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Tokoh Ceris.............................................................................

  48 Gambar 2. Tokoh Dadit................................................................................. 49 Gambar 3. Tokoh Dian................................................................................... 49 Gambar 4. Tokoh Cece....................................................................................50 Gambar 5. Tokoh Om Broto........................................................................... 51 Gambar 6. Tokoh Rebo ........................................................................ 51 Gambar 7. Tokoh Koho ........................................................................ 51 Gambar 8. Tokoh Bu Is ........................................................................ 52 Gambar 9. Tokoh Pak RT ........................................................................ 52 Gambar 10. Tokoh Pemulung

  ……………………………………………… 52 Gambar 11. Tokoh Udin

  ………………................................................ 53 Gambar 12. Tokoh Bangun ........................................................................ 53 Gambar 13. Tokoh Pemain Musik.................................................................. 54 Gambar 14. Sutradara Memberi Arahan Kameramen ........................ 56 Gambar 15,16,17 dan 18. Contoh Hunting Lokasi .....................................61 Gambar 19. Kameramen Sedang Mengambil Angle yang Tepat................... 65 Gambar 20. Contoh Medium Long Shot

  66 ................................................ Gambar 21. Contoh Medium Shot ...........................................................

  66 Gambar 22. Contoh Close Up ........................................................................ 67

  Gambar 24. Contoh Extreme Long Shoot ..................................................

  67 Gambar 25. Contoh Long Shot .............................................................. 67 Gambar 26. Contoh Tracking .......................................................................... 69 Gambar 27. Petugas Clapper dan Kameramen .......................................69 Gambar 28. Contoh Clapper .......................................................................... 69 Gambar 29. Contoh Lokasi shoting ............................................................... 70 Gambar 30. Tim Artistik Bekerja dibawah Komando Sutradara.................. ... 71 Gambar 31. Penata Rias Saat Merias Pemeran.................................................73 Gambar 32. Contoh Lighting Saat Shooting................................................... 74 Gambar 33. Contoh Menghubungkan Analog Source dan Komputer............ 76 Gambar 34. Membuat Project Baru .............................................................. 77 Gambar 35. Jendela New Project ............................................................... 77 Gambar 36. Import File

  ………………………………………………... 78 Gambar 37. Memanjangkan Potongan Film ................................................... 78 Gambar 38. Pemotongan Gambar dengan Razor

  ………........................... 79 Gambar 39. Contoh Efek Black and White........................................................79 Gambar 40. Contoh Fade In..............................................................................81 Gambar 41. Contoh Fade Out ...........................................................................81 Gambar 42. Project File Audio pada Adobe Premier 2.0..................................83 Gambar 43. Efect Control Audio pad Adobe Premier 2.0.................................83

BAB I KARYA SINEMATOGRAFI PROSES KREATIF PEMBUATAN FILM PENDEK BERJUDUL “CERIS”

1.1 Latar Belakang

  Sebagian orang menganggap film sebagai tontonan atau hiburan saja, padahal sebuah film tidak sesederhana itu. Dalam sebuah film, terdapat banyak nilai-nilai positif yang bisa dipetik dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga bisa sebagai penghancur moral kita. Di dalamnya, terdapat kritikan-kritikan yang membangun dan dapat membuat kehidupan menjadi lebih baik. Sebaliknya, sebuah film juga bisa memutar-balik kehidupan ke dalam keterpurukan, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Film memiliki wawasan yang sangat luas, bahkan dengan film kita bisa megenal sejarah, masalah-masalah sosial dalam kehidupan sehari-hari, budaya, dan berbagai macam penyimpangan-penyimpangan lainnya.

  Munculnya film di tengah-tengah masyarakat, telah menimbulkan tanggapan pro dan kontra. Film diterima sebagai penyebar nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi, tetapi juga dianggap sebagai sumber kebejatan moral. Film disambut sebagai pendidik yang baik, tetapi juga ditolak karena eksistensinya sebagi penggoda yang licik. Film dipuji sebagai alat perkembangan budaya, tetapi juga dikecam sebagai penghancur kebudayaan manusia (Mangunhardjana, 1976 : 7).

  Sebuah film dapat berfungsi sebagai alat mengekspresikan diri, sebagai salah satu cara untuk mengutarakan isi hati kita dalam berkarya. Banyak ide-ide dan baik. Sebagai sebuah wacana, film juga menjadi salah satu bahan pertimbangan, dan mengajari cara hidup secara mendalam asalkan kita tidak mengambil film itu secara mentah, yang kita ambil sisi positifnya saja.

  Dalam Program Studi Sastra Indonesia, terdapat mata kuliah yang mendukung proses pembuatan sebuah film, antara lain Analisis Drama Indonesia, Penulisan Skenario Radio-TVdan Film, Penulisan Iklan, Penulisan Drama, Drama Indonesia, Pementasan Ekspresi Sastra, dan Penulisan Resensi.

  Berangkat dari mata kuliah yang diajarkan, penulis memberanikan diri untuk membuat sebuah karya sinematografi yang diwujudkan dalam sebuah film pendek berdurasi kurang lebih 40 menit dengan judul

  “Ceris” untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan. Tema “Ceris” ini adalah kesetiaan, karena penulis ingin memberikan contoh kepada masyarakat arti pentingnya sebuah kesetiaan. Penulis memilih aktor anjing karena anjing adalah salah satu binatang yang sangat setia terhadap majikannya.

  “Ceris” bercerita tentang kesetiaan seekor binatang peliharaan (anjing) terhadap majikannya (manusia). Walaupun anjing itu sering dimarahi, dicaci-maki, tetapi tetap setia kepada majikannya. Dalam keseharian, acapkali terjadi seperti itu, manusia sering kali sombong, angkuh, egois, hingga mereka lupa akan jati dirinya.

  “Ceris” ingin menggambarkan kesetiaan seekor anjing kepada majikannya, walaupun ia sering disiksa, tetapi anjing ini tidak ada rasa dendam atau benci kepada majikanya, hingga anjing ini menolong dan menyelamatkan majikannya yang sedang sekarat dan hampir meninggal. Sang majikan pada akhirnya menyesal dengan apa yang telah dilakukannya terhadap anjingnya, setelah mengetahui anjingnya telah tiada.

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasar latar belakang masalah, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  

1.2.1 Bagaimana proses pra-produksi Karya Sinematografi Proses Kreatif

  Pembuatan Film Pendek Berjudul “Ceris”?

  

1.2.2 Bagaimana proses produksi Karya Sinematografi Proses Kreatif Pembuatan

  Film Pendek Berj udul “Ceris”?

  

1.2.3 Bagaimana proses pasca-produksi Karya Sinematografi Proses Kreatif

  Pembuatan Film Pendek Berjudul “Ceris”?

1.3 Tujuan

  Berdasar rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah :

  

1.3.1 Mendeskripsikan proses pra-produksi Karya Sinematografi Proses Kreatif

Pembuatan Film Pendek Berjudul “Ceris”.

  

1.3.2 Mendeskripsikan proses produksi Karya Sinematografi Proses Kreatif

Pembuatan Film Pendek Berjudul “Ceris”.

  

1.3.3 Mendeskripsikan proses pasca-produksi Karya Sinematografi Proses Kreatif

Pembuatan Film Pendek Berjudul “Ceris”.

  1.4 Manfaat Pembuatan Film

  Manfaat pembuatan karya sinematografi ini secara umum bermanfaat bagi perkembangan sinematografi di Indonesia dan khususnya di Yogyakarta. Manfaat- manfaat itu antara lain:(1) Dengan adanya film pendek yang berjudul

  “Ceris” ini, kita dapat mengetahui proses dari awal hingga akhirnya menghasilkan sebuah karya film.

  (2) Bagi Jurusan Sastra Indonesia sendiri, film ini berguna untuk bahan kajian mata kuliah yang berhubungan dengan sinematografi.

  1.5 Kerangka Teori

  Kerangka teori yang dibahas dalam sub-judul ini merupakan pengertian atau definisi dari pembuatan film, seperti sinematografi, skenario, sutradara, produser dan modal, story board, juru kamera dan penata fotografi, tata artistik, kostum dan tata rias, tata suara dan tata cahaya, editing, tata musik, serta pemeran / tokoh.

1.5.1 Sinematografi

  Sinematografi adalah kata serapan dari bahasa Inggris cinematography yang berasal dari bahasa latin kinema „gambar‟. Sinematografi sebagai ilmu terapan merupakan bidang ilmu yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabung-gabungkan gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide (dapat mengemban cerita). (Bazin, 1996 : 38-53).

  Sinematografi memiliki objek yang sama dengan fotografi yakni menangkap pun mirip. Perbedaannya, peralatan fotografi menangkap gambar tunggal, sedangkan sinematografi menangkap rangkaian gambar. Film sebagai genre seni juga merupakan produk sinematografi. Menurut Sumarno (1996 : 112). Sinema berasal dari bahasa Yunani yang berarti gerak. Di Inggris, sinema dipakai untuk menyebut gedung bioskop

1.5.2 Pra-Produksi

  Pra produksi adalah proses sebelum produksi sebuah film dijalankan. Pra produksi merupakan sebuah tahap persiapan sebelum kegiatan syuting dimulai.

  Proses ini sangat menentukan kelancaran kegiatan syuting nantinya. Oleh karena itu, proses ini harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Pra produksi meliputi penulisan skenario, penyutradaraan, produser dan modal, story board, kostum,pemeran, hunting lokasi,dan jadwal kegiatan. (Denis, 2008:30)

1.5.2.1 Skenario

  Sekali ide cerita film ditemukan dan dianggap baik, maka dicarilah seorang penulis cerita film, penulis skenario (scenarioman), penulis skrip (script writer).

  Tugas penulis skenario film adalah membuat ide cerita film itu menjadi siap untuk difilmkan. Cara dan proses karya penulis skenario film berbeda dari satu penulis dengan penulis lain. Maka pembicaraan mengenai penulisan skenario film selalu bersifat umum (Mangunhardjana, 1976:12).

  Skenario adalah naskah atau script yang menjadi acuan sutradara untuk memproduksi sebuah film. Penulis skenario menciptakan sebuah cerita secara utuh, lengkap dengan dialog dan deskripsi visualnya. Namun, pekerjaan seorang penulis skenario tidak berhenti sampai di atas kertas. Selain harus memikirkan agar cerita agar enak dibaca secara tulisan (gunanya untuk panduan sutradara, produser, kru, pemain, dll), penulis skenario juga harus membayangkan bagaimana visualisasi tulisan tersebut menjadi tontonan sinetron atau film (Lutters, 2004:xv)

1.5.2.1.1 Cerita

  Sebelum sinopsis dikembangkan ke dalam bentuk skenario, sebenarnya ada satu proses lagi yang harus dilewati, yaitu penyusunannya dalam sebuah cerita film atau video cerita, dengan pemaparan yang lebih berkembang dan lebih detail dari

  

treatment , dengan dialog dan watak tokoh yang tergambar lebih jelas. Kalau

treatment biasanya per episode, sebuah cerita film atau video cerita masih mungkin

  untuk diproduksi sebagai sebuah serial ataupun cerita lepas serta cerita tergambarkan lebih detail, dengan konflik dan perkembangan tokoh yang sudah jelas pula.

  Kelebihan sebuah cerita film atau video cerita ini, terutama terletak pada pengembangan alur cerita, konflik yang terbangun dengan wajar, dan karena berbentuk cerita, maka nuansa yang tercipta lebih terasa. (Asura, 2005 : 99-100)

1.5.2.1.2 Kerangka Tokoh

  Tokoh tokoh dalam pengembangan plot dapat dibedakan adanya tokoh utama dan tokoh tambahan. Ditinjau dari fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh protagonis dan tokoh antagonis (Altenbert dan lewis via Nurgiantoro, 1995:178).

1.5.2.2 Sutradara

  Sutradara disebut sebagai pencipta, karena ia menciptakan seluruh ide dalam bentuk tulisan menjadi bentuk gambar atau visual. Tugas sutradara adalah menciptakan sebuah hasil karya menarik dari ide yang dicetuskan atau yang diberikan penulis naskah. Tuntutan dari seorang sutradara adalah harus kreatif. Kreatif berarti bisa menciptakan sesuatu yang menarik dan beda, selain itu melahirkan ide-ide cemerlang. Kalau imajinasinya tajam dan selalu terasah maka kreativitasnya tidak akan kering, bahkan selalu menghasilkan yang terbaik. Sutradara dituntut mengetahui seluk-beluk seni peran, kamera, pencahayaan dan suara (Dennis, 2008 : 3-4).

  Sutradara juga bertanggung jawab atas pengarahan dan perkembangan seluruh proses pembuatan film dari awal sampai akhir. Untuk itu, sutradara harus menguasai seluk beluk pembuatan film, memiliki kepribadian yang seimbang, bisa berorganisasi, dan memiliki bakat kreatif dan artistik (Mangunhardjana, 1976 : 67).

  1.5.2.3 Produser dan Modal

  Produser tugasnya adalah memimpin sebuah departemen produksi. Ia menjadi penggerak awal sebuah produksi film. Dalam sebuah film, produser akan membantu sutradara dalam mengelola proses pembuatan film tersebut. Jika istilah produser tercetus, yang ada di benak kita pastinya urusan uang. Apalagi di Indonesia, istilah produser diartikan sebagai pemilik modal, pemilik uang yang akan memproduksi film tersebut. Anggapan itu tidak tepat. Di televisi, produser adalah orang yang mempunyai progam. Ia bertanggung jawab atas berbagai hal dalam produksi, baik teknis, kreatif maupun urusan keuangan (Dennis, 2008:7).

  Perhitungan biaya pembuatan film (budget) biasanya dilakukan secara ketat. Angka-angka di dalam perhitungan itu menunjuk sampai ke sen-senya. Budget dihitung menurut pengeluaran seluruh biaya pembuatan film yang bersangkutan. Ini meliputi harga-harga baku, ongkos peralatan, honorium bagi para petugas pembuat film, seperti penulis skenario, para bintang film, penyusun film, biaya syuting, biaya administrasi untuk mencari izin produksi misalnya, biaya pengolahan film sampai film itu jadi. Kalau seluruh budget pembuatan film itu telah dibuat, budget harus dipecah-pecah menurut acara syuting. Hal itu untuk menghindari jangan sampai terjadi pembuatan film macet di tengah jalan karena kehabisan modal (Mangunhardjana, 1976:68-69).

  1.5.2.4 Story Board

  Skenario film tidak harus berupa pembeberan kata-kata. Banyak film, gambar-gambar film dari adegan atau bagian adegan film yang bersangkutan. Story merupakan gambar-gambar sket yang kasar, yang melukiskan adegan-adegan

  board atau bagian-bagian yang pokok dari adegan film itu.

  Keuntungan dari pembuatan story board ini adalah sutradara bisa langsung melihat adegan atau bagian pokok dari adegan film yang akan dibuatnya. Sutradara tidak perlu repot menerjemahkan kata-kata skenario ke dalam bentuk-bentuk visual. Tentu saja penulis skenario harus pandai menggambar (Mangunhardjana,1976 : 17).

  1.5.2.5 Kostum

  Fungsi kostum adalah, pertama membantu menghidupkan perwatakan pelaku, bahkan kostum dapat menunjukkan hubungan psikologisnya dengan karakter yang lain. Fungsi kedua adalah untuk individualisme peranan, warna dan gaya kostum membedakan peranan yang satu dengan yang lain dan latar belakang. Fungsi yang ketiga adalah memberi fasilitas dan membantu gerak pelaku, tetapi juga menambah efek visualisasi gerak, menambah indah dan menyenangkan setiap posisi yang diambil pelaku setiap saat (Harymawan, 1988 : 131-132).

  1.5.2.6 Pemeran (Bintang Film/ Artist)

  Bintang film (artist) merupakan sebuah profesi. Profesi ini menuntut bakat dan kepiawaian tersendiri. Dasar yang dipakai untuk menilai film adalah dasar artistik, antara lain : cocok, indah, dan memikat. Hal yang dinilai adalah permainan menjadi bahan baku untuk merek dagangannya. Dasar penilaian acting adalah pelarisan atau alat mendatangkan uang. Jadi, bintang film harus berperan ganda (bermain baik dan menarik penonton), (Mangunhardjana,1976:58).

  Di sinilah dedikasi seorang bintang film dituntut. Tanpa dedikasi, artist akan lebih mencintai uang daripada memperkembangkan kepandaian bermainnya. Dia akan mudah tertarik kesana-kemari untuk

  “main asal main.” Semua peran disanggupi tanpa memikirkan apakah peran itu cocok atau tidak, apakah dia mampu atau tidak.

  Terutama bagi bintang film yang sedang laris, cara kerja seperti ini cepat atau lambat akan “menjerat lehernya sendiri.” Cepat atau lambat permainannya akan merosot, akhirnya tidak terpakai lagi. Uang imbalan memang perlu, tapi bila dimutlakkan akan merugikan (Mangunhardjana, 1976 : 61).

  1.5.2.7 Hunting Lokasi Hunting lokasi merupakan proses pencarian tempat yang sesuai sebelum

shoting berlangsung. Hunting lokasi dihasilkan melalui observasi dengan

  memperhatikan norma yang berlaku di masyarakat. Observasi dilakukan oleh sutradara, juru fotografi dan stage manager, agar sesui dengan apa yang diharapkan oleh sutradara dalam pembuatan film (Dennis, 2008:32).

  1.5.2.8 Jadwal Kegiatan

  Jadwal kegiatan merupakan susunan rencana kegiatan secara sistematis dan oleh sutradara berdasarkan kesiapan para kru dan alat pendukung dalam pembuatan film.

1.5.3 Produksi

  Tahap produksi merupakan tahap dimana seluruh tim mulai bekerja. Seorang sutradara, produser sangat dituntut kehandalannya untuk mengatasi kru dalam tiap tahap (Dennis, 2008:33). Proses ini meliputi :

1.5.3.1 Juru Kamera dan Penata Fotografi

  Tugas pokok seorang juru kamera adalah mengambil gambar-gambar untuk disusun menjadi film. Dia merupakan orang yang bertanggung jawab sepenuhnya atas segala segi fotografis dari film yang dibuat. Setiap juru kamera selalu mendapat pembantu sedemikian lengkap dalam setiap pembuatan film. Hal ini sangat tergantung dari situasi dan kebutuhan orang sewaktu membuat film itu (Mangunhardjana,1976:19).

  Sebagai tangan kanan sutradara, penata fotografi melakukan tugas pembingkaian. Dalam pelaksanaan tugasnya, seorang penata fotografi harus sadar betul, walaupun dasar-dasarnya sama, tetapi komposisi foto dan film punya persamaan dan perbedaan.

  Persamaanya, dalam penataan posisi subyek dan pertimbangan kontras, baik kontras gelap terang dan kontras warna. Perbedaanya, film merekam subyek-subyek komposisi. Oleh karena itu, komposisi untuk film harus dipikirkan dengan seksama. Tujuannya agar penonton tidak kehilangan pusat perhatian (Sumarno,1996:51).

1.5.3.2 Tata Artistik

  Urusan penampilan artis dalam hal busana dan make-up menjadi tanggung jawab penata artistik. Dalam bekerja, penata artistik dibantu oleh properti master, kostum dan tata rias (Dennis, 2008 : 44).

  Tata artistik berarti penyusunan segala sesuatu yang melatarbelakangi cerita film, yakni menyangkut pemikiran tentang setting. Penata artistik boleh mempunyai kecenderungan, namun bukan gaya yang harus tunduk pada tuntutan cerita atau pengarahan sutradara. Ia bertugas menerjemahkan konsep visual sutradara kepada pengertian-pengertian visual: segala hal yang mengelilingi aksi di depan kamera, di latar depan sebagaimana di latar belakang. Selain itu, penata artistik tidak boleh merancang tugas berdasarkan pertimbangan estetik semata, tetapi juga menyangkut biaya dan teknis pembuatan (Sumarno, 1996:51).

  Penciptaan setting berarti penciptaan konsep visual secara keseluruhan. Itu berarti juga menyangkut pakaian-pakaian yang harus dikenakan pada tokoh film, bagaimana tata riasnya, dan barang-barang (properti) yang harus ada. Karena tugas yang beragam itu, penata artistik akan didampingi oleh sebuah tim kerja yang terdiri atas bagian penata kostum, bagian make-up pemeran, pembangun dekor-dekor, dan jika diperlukan tenaga pembuat efek-efek khusus (Sumarno, 1996 : 66-67).

  1.5.3.3 Tata Rias

  Tata rias adalah seni menggunakan bahan-bahan kosmetik untuk mewujudkan wajah pemeran. Fungsi rias akan berhasil baik kalau pemain-pemain itu mempunyai syarat-syarat watak, tipe, dan keahlian yang dibutuhkan oleh oleh peranan-peranan yang akan dilakukannya. Rias film membentuk suasana atau karakter pemeran yang dilihat oleh penonton melalui lensa kamera (Harymawan, 1988 : 134-135).

  1.5.3.4 Tata Suara dan Tata Cahaya

  Ada bermacam-macam suara manusia, suara alam, musik, dan suara-suara yang kita dengar sewaktu kita menikmati film. Untuk membuat film bersuara, perekaman suara tidak selalu dilakukan bersama dengan shoting filmnya. Suara-suara yang biasa direkam bersama dengan shoting adalah suara manusia, dialog atau suara khas manusia. Untuk setiap film, bahkan film yang paling sederhana sekalipun juru penata suara mempersiapkan paling sedikit tiga-empat macam suara. Bagaimana menentukan banyak sedikitnya suara-suara yang harus dipersiapkan, sangat dipengaruhi oleh jenis film yang akan dibuat. Agar juru penata suara bisa mempersiapkan suara-suara itu dengan baik, dia perlu mengetahui bagaimana jenis film itu akan dibuat dan bagaimana bentuk dan cara film itu akan disusun (Magunhardjana,1976:24-42)

  Tata cahaya adalah sutu cara penyinaran khusus pada sutu objek membentuk gambar objek itu menjadi lebih jelas dari pada objek-objek lain di sekitarnya. Karena objek yang penting daripada objek-objek yang lain. Dengan cara penyinaran khusus itu, penonton dipaksa untuk melihat dan memperhatikan objek itu serta melupakan saja objek-objek yang lain. Objek itu berbicara lebih keras daripada objek-objek yang lain (Mangunhardjana, 1976 : 24-42).

  1.5.4 Pasca-Produksi

  Tahap ini adalah tahap penyelesaian akhir dari semua kegiatan shoting yang sudah dilaksanakan sebelumnya. Kesalahan pada waktu shoting sebagian mungkin diselesaikan pada tahap ini. Pasca produksi meliputi editing, dan tata musik (Dennis, 2008:34).

  1.5.10 Editing

  Tugas editor adalah melaksanakan proses penyusunan gambar-gambar film atau editing. Dalam editing ini, seluruh gambar hasil shoting dirangkaikan menjadi satu membentuk film yang utuh. Proses editing sendiri baru dimulai setelah seluruh

  

shoting selesai. Hasil shooting yang berupa film-film mentah itu kemudian diproses

  menjadi film-film negatif. Dari film negatif ini dibutuhkan rangkap dua sampai tiga turunan (copy). Copy film inilah yang akan dijadikan landasan kerja menjadi working

  

copy . Tugas penyusun film dapat bebas memotong, menyambung, memotong lagi

  untuk membuatnya menjadi satu film. Dengan demikian, film negatif asli tidak rusak (Mangunhardjana, 1976 : 44).

1.5.11 Tata Musik

  Pada awal sejarah perkembangannya, musik mula-mula diperdengarkan hanya untuk mengiringi adegan-adegan di atas layar, agar suasana tidak sepi. Lambat laun, musik dihubungkan dengan isi adegan di layar. Ditelisik mempunyai kemampuan yang dapat menimbulkan perasaan khusus di dalam hati mereka yang mendengarkannya, maka musik dimanfaatkan untuk menciptakan situasi film yang tidak mungkin diperoleh dengan kata-kata yang diucapkan atau dengan penyajian gambar-gambar saja (Mangunhardjana, 1976 : 78-79).

  Musik dapat dipakai untuk melucu dan menyindir. Musik dapat dipakai untuk menambah rasa takut. Singkatnya musik dapat menjadi penghubung yang efektif antara gambar-gambar yang ada di atas layar dan para penontonnya. Musik menyentuh indera pendengar penonton dan menenggelamkan mereka ke dalam pengalaman batin yang bercorak ragam (Mangunhardjana, 1976 : 78-79).