PENGARUH PEMBERIAN INFORMASI OBAT TERHADAP PENINGKATAN PERILAKU PENGOBATAN MANDIRI PADA PENYAKIT BATUK DI DESA ARGOMULYO KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperole
PENGARUH PEMBERIAN INFORMASI OBAT
TERHADAP PENINGKATAN PERILAKU PENGOBATAN MANDIRI
PADA PENYAKIT BATUK DI DESA ARGOMULYO
KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN
PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Agnes Endah Perwitasari
NIM : 038114079
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
“Ta pi….in ila h pe t u a la n ga n ,
Ak u m e la n gk a h k e da la m r u a n g k e t ida k - t a h u a n .....
…. Ku sa da r i se pe n u h n ya , a da ba h a ya dise k it a r k u ....
...... Ku a k u i le bih m e r u pa k a n ba ya n ga n k e t im ba n g
k e n ya t a a n , da n
se bu a h k e in gin a n a t a s k e le n ga n ga n lia r
di bu k it - bu k it se k it a r k u ”....
( Ch r is Be n in gt on )
Karya ini Kupersembahkan untuk : “Jesus Christ”... always good….all the time……..”Mom & Dad”… ….” Sister n Brothers... ....”My beloved nephew”... Andhika Valerian Meyer... ….”My little sweetie that will come soon in the world”...
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih, karunia dananugerah yang senantiasa diberikan kepada kita semua sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Informasi Obat
Terhadap Peningkatan Perilaku Pengobatan Mandiri Pada Penyakit Batuk
Di Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar kesarjanaan (S.Far) Program Studi Farmasi Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma.Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bimbingan, bantuan, arahan dan motivasi
selama penyusunan skripsi ini kepada :
1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Yosef Wijoyo, Apt., selaku dosen pembimbing skripsi atas segala
bimbingan, ilmu, nasehat dan masukan yang berharga selama penyusunan skripsi ini.3. Bapak Drs. Mulyono, Apt., selaku dosen penguji atas masukan dan saran yang berharga.
4. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt., atas kesempatan untuk berdiskusi dan
masukan-masukannya.
5. Segenap dosen, karyawan, dan staf laboratorium Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma atas bimbingan, arahan, dan bantuan selama penulis menempuh studi.
6. Warga Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta atas bantuan selama penyusunan skripsi, nilai hidup, dan kesederhaan yang sudah ditularkan.
7. BAPPEDA Sleman dan semua aparatur pemerintahan Desa Argomulyo dan
Kecamatan Cangkringan yang telah memberikan ijin dan kesempatan dalam penyusunan skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu di Wonosari yang telah bersusah payah dengan segala
pengorbanan, dorongan, dan doanya.
9. Kakak, adik serta keponakanku tercinta yang selalu memberi penghiburan dan
tawa serta semangatnya.
10. Teman-teman seperjuangan Farmasi angkatan 2003 yang selalu memberikan
bantuan, dorongan, motivasi, dan kebersamaan selama penulis menempuh studi dan penyusunan skripsi ini.
11. Teman-teman Farmasi angkatan 2005 yang telah membantu dalam penelitian
skripsi ini dan bersama-sama mengalami perjuangan mengarungi Desa Argomulyo.
12. Semua yang pernah datang dan pergi dalam kehidupan penulis, Dee, Ien-chan,
Leezh, teman-teman Ngopi di Grissee, Bjong ......Terima kasih telah membuat penulis mengalami banyak rasa yang tidak tergantikan.13. Seluruh pihak yang telah telah memberikan bantuan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi.
Skripsi ini barulah sebagian dari usaha untuk menghimpun pengetahuan
dalam bidang Farmasi, karena itu penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini
masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Saran dan masukan yang
membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan dalam penulisan selanjutnya.
Akhir kata, semoga penulisan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Yogyakarta, Mei 2009 Penulis
PENGARUH PEMBERIAN INFORMASI OBAT
TERHADAP PENINGKATAN PERILAKU PENGOBATAN MANDIRI
PADA PENYAKIT BATUK DI DESA ARGOMULYO
KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN
PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Agnes Endah Perwitasari
038114079
INTISARI
Perilaku mencari upaya penanganan masalah kesehatan di masyarakat adalahsalah satu penerapan dari pengobatan mandiri. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk meningkatkan pengetahuan tentang pengobatan mandiri penyakit batuk dan
untuk mengetahui apakah dengan pemberian informasi menggunakan alat bantu
visual berupa booklet akan meningkatkan pengetahuan masyarakat dan perilaku
pengobatan sendiri pengobatan batuk.Rancangan penelitian yang digunakan adalah quasi experimental berupa
equivalent pre test and post test . yang dilakukan terhadap kelompok responden
yang mendapat perlakuan Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan Kabupaten
Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.Metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah dengan penyebaran
kuisioner. Responden merupakan kepala keluarga yang menggunakan obat untuk
gejala batuk yang dialami. Metode sampling yang digunakan adalah systematic
random sampling . Intervensi penelitian dilakukan dengan memberikan booklet.
Setelah pemberian booklet tersebut dan diberi penjelasan secukupnya maka satu
bulan kemudian responden diberikan suatu post-test menggunakan kuesioner yang
sama pada saat pre-test. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan
uji–t.Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1. Penyuluhan obat dengan metode
pemberian booklet dapat meningkatkan pengetahuan responden tentang
pengobatan mandiri yang terlihat dari naiknya rata-rata tingkat pengetahuan
responden secara signifikan sebesar 5,53%. 2. Peningkatan pengetahuan akan
meningkatkan tindakan responden terhadap pengobatan mandiri yang terlihat dari
naiknya rata-rata tindakan pengobatan mandiri responden secara signifikan
sebesar 7,05 %.Kata kunci : booklet, perilaku pengobatan mandiri, batuk
THE INFLUENCE OF GIVING DRUGS INFORMATION TOWARD THE
INCREASING OF SELF-MEDICATION BEHAVIOR
ON COUGH DISEASE IN ARGOMULYO VILLAGE
CANGKRINGAN SUBDISTRICT SLEMAN REGENCY
PROVINCE OF YOGYAKARTA SPECIAL REGION
Agnes Endah Perwitasari
038114079
Behaviour of finding out the efforts of health case management in society is one
of the implementation of self-medication. The purpose of this research was to
increase the comprehension on self-medication of cough disease and to know
whether by providing information using visual assiting instrument by the shape of
booklet will increase society’s knowledge and behaviour of self-medication to
cough disease.The design of research used was quasi experimental, i.e. equivalent pre
test and post test, of which was conducted to the group of respondents that gained
any treatment in Argomulyo Village, Cangkringan Subdistrict, Sleman Regency,
Province of Yogyakarta Special Region.The method used in data collection was spreading questionaire.
Respondents were the patriarchies that used medication for the cough symptomps
suffered. The method of sampling used was systematic random sampling. The
intervention of research was conducted by giving booklet. After the giving of
booklet and providing of adequate explanation, thus a month later, the
respondents were given a post-test by using similar questionaire to those in pre-
test. The result data of this resaerch was analyzed by using t-test.The conclusions from this research are: 1. The counseling of medication
by method of giving booklet can increase the respondents’ knowledge concerning
on self-medication seems from the increase of average level of respondents’
knowledge significantly of 5,53%. 2. The increase of comprehension will increase
the respondents’ action to self-medication seems from the increase of average of
respondent’s self-medication action significantly of 7,05%.Keyword : booklet, self-medication behavior, cough
DAFTAR ISI
HalamanHALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ...................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
PRAKATA ..................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ viii
INTISARI ...................................................................................................... ix
ABSTRACT ..................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii
BAB I. PENGANTAR .................................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Perumusan Masalah ...................................................................... 7 C. Keaslian Penelitian ........................................................................ 8 D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 8 E. Tujuan Penelitian ........................................................................... 9BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ........................................................... 10
A. Pengobatan Mandiri ..................................................................... 10 B. Perilaku Masyarakat ..................................................................... 12C. Batuk ............................................................................................ 20
E. Obat Tanpa Resep ......................................................................... 28
F. Landasan Teori .............................................................................. 32
G. Hipotesis ........................................................................................ 32
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 33 A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................. 33 B. Variabel Penelitian ....................................................................... 33 C. Definisi Operasional .................................................................... 34 D. Subyek Penelitian dan Kriteria Inklusi Penelitian ....................... 34 E. Populasi dan Besar Sampel .......................................................... 35 F. Teknik Pengambilan Sampel ........................................................ 36 G. Instrumen Penelitian ..................................................................... 37 H. Tata Cara Pengumpulan Data ....................................................... 40 I. Tata Cara Analisis Data ................................................................. 44 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 52 A. Demografi Responden ................................................................. 52 B. Gambaran Penyakit Batuk Yang Dialami, Langkah, Alasan dan Cara Pengobatan Mandiri yang Dilakukan Responden ....................... 56 C. Pengaruh Pemberian Informasi Obat terhadap Perilaku Pengobatan Mandiri Penyakit Batuk.............................................................. 67 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 72 A. Kesimpulan ................................................................................... 72 B. Saran ............................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 73
LAMPIRAN .................................................................................................... 77
BIOGRAFI PENULIS .................................................................................... 114
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel I. Tanda dan gejala penyakit yang dihubungkan dengan batuk ............................................................................ 26Tabel II. Hasil Uji Validitas Instrumen Pengetahuan ............................... 41
Tabel III. Hasil Uji Validitas Instrumen Pengobatan Mandiri ................... 42
Tabel IV. Hasil pengujian Normalitas ........................................................ 44
Tabel V. Interval Klasifikasi Pengetahuan ................................................ 46
Tabel VI. Tendensi sentral variabel pengetahuan sebelum penggunaan booklet ....................................................................................... 46 Tabel VII. Tendensi sentral variabel pengetahuan sebelum penggunaan booklet ....................................................................................... 47 Tabel VIII. Tendensi sentral variabel pengetahuan setelah penggunaan booklet ....................................................................................... 47Tabel IX. Interval Klasifikasi Perilaku Pengobatan Mandiri ..................... 49
Tabel X. Tendensi sentral variabel Perilaku Pengobatan Mandiri sebelum penggunaan booklet ................................................................... 49 Tabel XI Tendensi sentral variabel Perilaku Pengobatan Mandiri sebelum penggunaan booklet ................................................................... 50 Tabel XII. Tendensi sentral variabel Perilaku Pengobatan Mandiri sebelum penggunaan booklet ................................................................... 50
Tabel XIII. Hasil Uji-t Pengetahuan ............................................................. 66
Tabel XIV. Hasil Uji-t Tindakan Pengobatan Mandiri ............................. 66
DAFTAR GAMBAR
HalamanGambar 1. Proses Pengambilan Keputusan .............................................. 16
Gambar 2. Algoritma Pengobatan Sendiri Batuk ...................................... 27
Gambar 3. Proses Penentuan Sampel ........................................................ 37
Gambar 4. Skema Kerangka Kuesioner ............................................... 39
Gambar 5 Diagram Batang Pengetahuan .................................................. 48
Gambar 6. Diagram Batang Perilaku Pengobatan Mandiri ....................... 51
Gambar 7 Distribusi Jenis Kelamin Responden di Desa ArgomulyoKecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ............................................................. 52 Gambar 8. Distribusi Usia Responden di Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta .............................................................................. 53 Gambar 9. Distribusi Pendidikan Terakhir Responden di Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ............................................................. 54
Gambar 10. Distribusi Pekerjaan Responden di Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ............................................................................. 55
Gambar 11. Distribusi Frekuensi Kejadian Batuk yang dialami oleh Responden
di Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ................................... 57
Gambar 12. Distribusi Langkah Responden dalam Menangani Batuk ..... 58
Gambar 13. Distribusi Alasan Responden Melakukan Pengobatan Mandiri Pada
Penyakit Batuk ....................................................................... 60 Gambar 14. Distribusi Penggunaan OTR yang Paling Sering Digunakan Responden .......................................................................... 61 Gambar 15. Distribusi Sumber Informasi Obat Batuk yang Digunakan Responden ............................................................................. 63Gambar 16. Distribusi Tempat Responden Mendapatkan OTR .............. 64
Gambar 17. Distribusi Alasan Responden Menggunakan OTR ............ 65
DAFTAR LAMPIRAN
HalamanLampiran 1. Surat Ijin Penelitian dari BAPPEDA ..................................... 77
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian ............................................................. 78
Lampiran 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................ 84
Lampiran 4. Tabulasi Data Hasil Penelitian ............................................... 88
Lampiran 5. Frekuensi Data Hasil Penelitian............................................... 100
Lampiran 6. Hasil Uji Normalitas................................................................ 102
Lampiran 7. Hasil Uji T-berpasangan ......................................................... 103
Lampiran 8. Peta Kecamatan Cangkringan ................................................. 106
Lampiran 9. Peta Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan ...................... 107
Lampiran 10. Booklet Mengenai Pemberian Informasi Tentang Batuk........ 108
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Penelitian Sakit (illness) merupakan keluhan yang bersifat subjektif yang dirasakan
seseorang, sehingga berbeda dengan penyakit (disease) yang terjadi pada tubuh
(bersifat objektif). Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional menunjukkan bahwa
prevalensi penduduk Indonesia yang mengeluh sakit selama sebulan sebesar
26,24% di perkotaan dan 24,95% di pedesaan, dengan keluhan utama yaitu
demam, sakit kepala, batuk dan pilek (Anonim, 1998).Perilaku pencarian pengobatan yang dilakukan oleh penduduk Indonesia
yang mengeluh sakit proporsi terbesar adalah pengobatan mandiri. Sisanya
mencari pengobatan medis dan tradisional (Anonim, 1998). Pengobatan mandiri
adalah tindakan mengobati diri sendiri dengan mnggunakan obat-obat tanpa resep
untuk mengatasi penyakit-penyakit ringan (minor illness) secara tepat dan
bertanggung jawab (Holt dan Hall, 1990). Sekarang ini semakin banyak
masyarakat memilih pengobatan sendiri. Menurut data yang diperoleh dari Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2001 diketahui bahwa 77,3 %
penduduk sakit di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan pengobatan
sendiri sebagai tindakan awal dalam mencari pengobatan (Handayani, 2003). Hal
ini disebabkan karena harga obat dan pelayanan kesehatan semakin mahal, banyak
produk-produk tanpa resep yang beredar, serta maraknya iklan obat di media
cetak dan media elektronik.Kecenderungan pengobatan sendiri yang terus meningkat juga didukung
oleh beberapa faktor, antara lain : pengetahuan masyarakat tentang penyakit
ringan dan berbagai gejala serta pengobatannya, motivasi masyarakat untuk
mencegah atau mengobati penyakit ringan yang mampu dikenali sendiri,
ketersediaan atau kemudahan mendapatkan obat-obat yang dapat dibeli tanpa
resep dokter atau Obat Tanpa Resep/OTR (Over The Counter/OTC) secara luas
dan terjangkau untuk mengatasi penyakit ringan atau gejala yang muncul, serta
diterimanya pengobatan tradisional sebagai bagian dari sistem kesehatan
(Anonim, 1998).Studi mengenai pengambilan keputusan untuk pencarian pengobatan sakit
umumnya menyangkut tiga pertanyaan pokok, yaitu sumber pengobatan apa yang
menurut anggota masyarakat mampu mengobati sakitnya, kriteria apa yang
dipakai untuk memilih salah satu dari beberapa sumber pengobatan yang ada, dan
bagaimana proses pengambilan keputusan untuk memilih sumber pengobatan
tersebut (Young, 1998). Sumber pengobatan di Indonesia menurut Kalengie
(1984) mencakup tiga sektor yang saling berhubungan yaitu pengobatan rumah
tangga atau pengobatan sendiri, pengobatan tradisional dan pengobatan medis
profesional. Dalam pengobatan sakit seseorang dapat memilih lima sumber
pengobatan, tetapi tindakan pertama yang paling banyak dilakukan adalah
pengobatan sendiri.Keuntungan pengobatan sendiri adalah aman apabila digunakan sesuai
dengan petunjuk (efek samping dapat diperkirakan), efektif untuk menghilangkan
keluhan karena 80% sakit bersifat self-limiting, yaitu sembuh sendiri tanpa
intervensi tenaga kesehatan, biaya pembelian obat yang relatif lebih murah
daripada biaya pelayanan kesehatan, hemat waktu karena tidak perlu
mengunjungi fasilitas/profesi kesehatan, kepuasan karena ikut berperan aktif
dalam pengambilan keputusan terapi, berperan serta dalam sistem pelayanan
kesehatan, menghindari rasa malu atau stress apabila harus menampakkan bagian
tubuh tertentu dihadapan tenaga kesehatan dan membantu pemerintah untuk
mengatasi keterbatasan jumlah tenaga kesehatan pada masyarakat (Holt, 1990).
Adapun kekurangan pengobatan mandiri adalah obat dapat membahayakan
kesehatan apabila tidak digunakan sesuai dengan aturan, pemborosan biaya dan
waktu apabila salah menggunakan obat, kemungkinan kecil dapat terjadi reaksi
obat yang tidak diinginkan, misalnya sensitivitas, efek samping atau resistensi,
penggunaan obat yang salah akibat informasi yang kurang lengkap dari iklan obat,
tidak efektif akibat salah diagnosis dan pemilihan obat, dan sulit bertindak
objektif karena pemilihan obat dipengaruhi oleh pengalaman menggunakan obat
di masa lalu dan lingkungan sosialnya (Holt, 1990).Pengobatan mandiri yang dilakukan oleh masyarakat dapat menjadi sangat
boros karena konsumsi obat-obat yang sebenarnya tidak dibutuhkan, atau malah
bisa berbahaya misalnya karena penggunaan yang tidak sesuai aturan pakai.
Bagaimanapun, obat bebas dan obat bebas terbatas bukan berarti bebas efek
samping, sehingga pemakaiannya pun harus sesuai dengan indikasi, dosis, lama
pemakaian yang benar, disertai dengan pengetahuan pengguna tentang resiko efek
samping dan kontraindikasinya (Lazarus, Tsechkovski, dan Tarakanova, 2002).Pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan perundangan berkaitan
dengan pengobatan mandiri. Pengobatan mandiri hanya boleh menggunakan obat
yang termasuk golongan obat bebas dan obat bebas terbatas (Anonim, 1971).
Tanda golongan obat harus tercantum pada setiap kemasan obat (Anonim, 1983).
Semua obat yang termasuk golongan obat bebas dan obat bebas terbatas wajib
mencantumkan keterangan tentang kandungan zat berkhasiat, kegunaan, aturan
pakai dan pernyataan lain yang diperlukan pada setiap kemasannya (Anonim,
1993). Semua kemasan obat bebas terbatas wajib mencantumkan tanda peringatan
“apabila sakit berlanjut segera hubungi dokter” (Anonim, 1994). Jadi kesimpulan
pengobatan sendiri yang sesuai dengan aturan adalah penggunaan obat bebas atau
obat bebas terbatas sesuai dengan keterangan yang tercantum pada kemasannya.
Juga dalam Pedoman Periklanan Obat Bebas dinyatakan bahwa informasi obat
harus objektif, lengkap dan tidak menyesatkan, serta bermanfaat bagi masyarakat
dalam pemilihan obat bebas (Anonim, 1994).Berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, Badan POM pada tahun
1996 menerbitkan buku Kompendia Obat Bebas sebagai pedoman untuk
melakukan pengobatan mandiri. Pengobatan sendiri yang sesuai dengan aturan
dalam buku tersebut mencakup 4 kriteria ; (a) tepat golongan, yaitu menggunakan
obat yang termasuk golongan obat bebas (termasuk obat bebas terbatas), (2) tepat
obat, yaitu menggunakan obat yang termasuk kelas terapi yang sesuai dengan
keluhannya, (3) tepat dosis, yaitu menggunakan dosis obat dengan dosis dekali
dan sehari pakai sesuai dengan umur, dan (4) lama pengobatan terbatas, yaitu
apabila sakit berlanjut segera hubungi dokter (Anonim, 1996).Selanjutnya dalam buku Kompendia Obat Bebas disebutkan; (a)
pengobatan sendiri keluhan demam dan atau sakit kepala harus menggunakan obat
bebas yang termasuk kelas terapi antipiretika/analgetika (obat demam dan pereda
nyeri), dengan dosis sehari untuk orang dewasa 3 kali satu tablet, dan lama
pengobatan tidak boleh lebih dari dua hari, (2) pengobatan sendiri keluhan batuk
menggunakan obat bebas yang termasuk kelas terapi antitusif (pereda batuk) atau
ekpektoransia (pengencer dahak) dengan dosis sehari untuk orang dewasa 3 kali
satu tablet, dan lama penggunaan tidak boleh lebih dari 4 hari, (3) pengobatan
sendiri keluhan pilek menggunakan obat bebas yang termasuk kelas terapi obat
flu, dengan dosis sehari untuk orang dewasa 3 kali satu tablet, dan lama
pengobatan tidak boleh lebih dari 3 hari (Anonim, 1996).Berdasarkan 4 kriteria tersebut, ternyata pengobatan sendiri yang
dilakukan oleh ibu-ibu di Kecamatan Tanjungbintang Kabupaten Lampung
Selatan, hanya 46,1 % yang sesuai dengan aturan (Supardi, 1997). Pengobatan
sendiri yang tidak sesuai dengan aturan, selain dapat membahayakan kesehatan,
juga mengakibatkan pemborosan waktu dan biaya karena harus melanjutkan
upaya pencarian ke pelayanan medis.Upaya pengobatan sendiri juga umum dilakukan masyarakat ketika
terserang batuk dengan mengkonsumsi obat-obat tradisional, menggunakan obat-
obat tanpa resep yang banyak terdapat di warung-warung, toko obat dan apotek,
dan jika belum sembuh baru kemudian berobat ke dokter. Masyarakat yang
menderita batuk umumnya melakukan upaya pengobatan karena batuk membuat
mereka terganggu terutama pada saat bekerja dan tidur (Tietze, 2000).Batuk merupakan penyakit yang umum diderita masyarakat. Mayoritas
batuk yang terjadi dalam masyarakat merupakan batuk akut dan batuk yang self-
limiting, sehingga banyak masyarakat menangani batuk dengan menggunakan
obat-obat over the counter (Everett, Kastelik, Thompson, dan Morice, 2007). Pada
tahun 2002, batuk menempati urutan kedua setelah pilek dengan persentase
sebesar 45,32 % sebagai penyakit yang paling banyak dikeluhkan di Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta (Anonim, 2003).Problem seputar pengobatan sendiri relatif banyak tidak muncul ke
permukaan karena sesuai dengan konsep pengobatan sendiri bahwa tindakan
pengobatan sendiri oleh masyarakat tanpa intervensi dan pengawasan dari tenaga
kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian tentang pengobatan sendiri sakir kepala,
demam, batuk dan pilek di Jawa Barat (Supardi dan Notosiswoyo, 2005)
menunjukkan bahwa pengobatan sendiri yang benar atau sesuai dengan aturan
masih rendah.Perilaku masyarakat berkaitan dengan tindakan pengobatan sendiri dapat
ditingkatkan melalui penyuluhan kesehatan. Notoatmodjo (1993) membuktikan
bahwa penyuluhan kesehatan antara lain berhasil meningkatkan tindakan
pengobatan sendiri untuk kasus ISPA ringan pada anak balita di Jawa Timur dan
Sumatra Barat. Hasil penyuluhan yang terbaik dilakukan oleh tokoh masyarakat
dan petugas Puskesmas.Metode penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh penyuluh Puskesmas
disesuaikan dengan unsur perilaku sasaran yang akan diubah, apakah unsur
pengetahuan, sikap atau tindakan. Dari berbagai metode penyuluhan, yang paling
sering dilakukan oleh penyuluh Puskesmas untuk meningkatkan pengetahuan
adalah metode ceramah/tanya jawab (Anonim, 1991). Salah satu kelemahan
ceramah adalah pesan yang terinci mudah dilupakan setelah beberapa lama
(Anonim, 1993). Alat bantu visual yang sering digunakan untuk meningkatkan
efektivitas ceramah adalah leaflet atau booklet (Anonim, 1991).Dari uraian di atas perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah
pemberian informasi obat dengan alat bantu visual berupa booklet dapat
meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam perilaku pengobatan mandiri
terhadap penyakit batuk dan apakah hal tersebut berpengaruh secara signifikan
terhadap perilaku pengobatan mandiri penyakit batuk khususnya di desa
Argomulyo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, permasalahan yang ingin dipecahkan adalah :
1. Apakah pemberian informasi obat dapat mempengaruhi perilaku pengobatan
mandiri penyakit batuk ?C. Keaslian Penelitian
Penelitian ini melanjutkan penelitian Veronika Yuli Kurniasari yang berjudul
Hubungan antara Pengetahuan dan Tingkat Ekonomi dengan Tindakan
Pengobatan Mandiri pada Penyakit Batuk di Desa Argomulyo Kecamatan
Cangkringan Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada
aspek peningkatan pengetahuan masyarakat setelah diberikan informasi tentang
pengobatan penyakit batuk dengan menggunakan obat batuk tanpa resep.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu dalam hal rancangan penelitian,
pengambilan tahun, bulan, dan waktu penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk
mencari pengaruh pemberian informasi obat dengan menggunakan alat bantu
visual berupa booklet terhadap peningkatan pengetahuan responden dan
hubungannya dengan peningkatan perilaku pengobatan mandiri.D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini meliputi :
1. Manfaat teoritis Sebagai gambaran Departemen Kesehatan setempat mengenai pentingnya pemberian informasi obat kepada masyarakat sehingga dapat melakukan
kebijakan-kebijakan lebih lanjut untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
mengenai kesehatan dan pentingnya informasi obat.2. Manfaat praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan oleh pihak-pihak terkait (dokter, apoteker, departemen kesehatan) dalam menentukan tindak lanjut pengobatan mandiri penyakit batuk yang dilakukan oleh masyarakat. Selain itu juga, memberikan gambaran sejauh mana pengaruh pemberian informasi obat dengan alat bantu visual berupa booklet terhadap perilaku pengobatan mandiri penyakit batuk pada masyarakat di Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sehingga dapat memberi masukan untuk untuk kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya penyuluhan obat kepada masyarakat.
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian informasi obat dengan alat bantu visual berupa booklet terhadap peningkatan perilaku pengobatan mandiri penyakit batuk di Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Propindi Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pemberian informasi obat dengan alat bantu visual berupa booklet dapat memberikan pengaruh terhadap perilaku responden dalam pengobatan mandiri penyakit batuk yang berupa peningkatan pengetahuan dan tindakan responden dalam pengobatan mandiri penyakit batuk.
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Pengobatan Mandiri Pengobatan mandiri adalah upaya yang dilakukan orang awam untuk
mengatasi sakit atau keluhan yang dialaminya tanpa bantuan tenaga ahli
medis/tradisional (Anonim, 2004). Definisi pengobatan mandiri menurut The
International Pharmaceutical Federation (FIP) dan The World Self-Medication
Industry (WSMI) adalah penggunaan obat tanpa resep dokter oleh masyarakat
yang dilakukan sesuai dengan inisiatif mereka sendiri (Anonim, 1999). Beberapa
pustaka menyebutkan definisi pengobatan mandiri yang berbeda-beda, tetapi yang
sering dipakai secara luas adalah pengobatan menggunakan obat tanpa resep.
Terkait dengan penyakitnya, maka yang termasuk dalam lingkup pengobatan
sendiri adalah minor illness atau gejala yang mampu dikenali sendiri oleh
penderita.Pengobatan mandiri bertujuan untuk peningkatan kesehatan, pengobatan
sakit ringan, dan pengobatan rutin penyakit kronis setelah perawatan dokter
(Supardi, 1997). Pengobatan mandiri juga bertujuan untuk menolong diri sendiri
dalam mengatasi masalah atau gangguan kesehatan ringan, misalnya batuk, pilek,
demam, sakit kepala, maag, gatal-gatal dan lain-lain (Anonim, 2006).Hal-hal yang perlu diketahui sebelum melakukan pengobatan mandiri
antara lain memahami masalah kesehatan yang sedang dihadapi, perlu atau tidak
diperiksakan ke dokter atau tenaga medis, perlu obat atau tidak, obat tradisional
ataukah obat tanpa resep yang akan digunakan untuk mengatasi gejala, dan
sebagainya (Anonim, 2001).Menurut Covington (2000), perawatan dan pengobatan mandiri dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :
1. perilaku konsumen, antara lain penghargaan terhadap nilai kesehatan, motivasi
dan tanggung jawab untuk mempelajari penyakit yang diderita dan cara perawatannya, keseriusan penerimaan penyakit yang berpengaruh pada keputusan tipe perawatan kesehatan yang dipilih serta pengaruh dari orang lain (teman, keluarga dan tenaga kesehatan).2. karakter demografi, meliputi usia, jumlah keluarga, jenis kelamin dan status
sosial dan ekonomi dari masyarakat yang tinggala dalam suatu wilayah atau
daerah tertentu.3. keadaan ekonomi, meliputi status ekonomi seseorang, biaya perawatan
kesehatan (produk dan pelayanan), ketersediaan dan kemudahan mendapatkan
produk perawatan kesehatan.4. pendidikan dan pengetahuan konsumen, meliputi tersedianya informasi yang
berguna dari farmasis atau tenaga kesehatan lainnya maupun dari media informasi dan label dalam kemasan obat, serta adanya alternatif perawatan kesehatan seperti akupuntur dan terapi herbal.
Suatu survei yang pernah dilakukan di Amerika Serikat menyebutkan bahwa
terjadi peningkatan perilaku pengobatan mandiri di kalangan masyarakat dengan
beberapa parameter yaitu :1. tingkat kepuasan konsumen terhadap keputusan mereka sendiri dalam
mengatasi masalah kesehatannya2. kecenderungan melakukan pengobatan sendiri dengan obat tanpa resep untuk
mengatasi gejala yang dirasakan dan penyakit ringan yang umum diderita3. keyakinan bahwa obat tanpa resep aman digunakan apabila dipakai sesuai
petunjuk4. keinginan agar beberapa obat yang saat ini harus diperoleh dengan resep
dokter, diubah menjadi tanpa resep5. kesadaran membaca label sebelum memilih dan menggunakan obat tanpa
resep, terutama mengenai aturan pakai dan cara pakai serta efek samping obat
(Pal, 2002).B. Perilaku Masyarakat
1. Definisi
Perilaku masyarakat dalam pengobatan mandiri dapat disebut sebagai perilaku konsumen. Perilaku konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut (Dhammesta dan Handoko, 2000).
2. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam perilaku masyarakat
Faktor-faktor yang mempengaruhi individu dalam mengambil
keputusan yaitu faktor internal yang berasal dari individu itu sendiri dan faktor
eksternal yang berasal dari luar individu. Faktor internal terdiri dari motivasi,
pengamatan, belajar, kepribadian dan konsep diri, serta sikap. Faktor eksternal
terdiri atas kebudayaan, adanya perbedaan tingkat sosial, keluarga dan individu itu sendiri (Dhammesta dan Handoko, 2000).Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku masyarakat menurut Dhammesta dan Handoko (2000) adalah sebagai berikut.
a. Faktor budaya. Perilaku manusia sangat ditentukan oleh kebudayaan yang melingkupinya, dan pengaruhnya akan selalu berubah setiap waktu sesuai dengan kemajuan atau perkembangan zaman dari masyarakat tersebut b.Faktor kelas sosial. Masyarakat Indonesia pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam tiga kelas sosial, yaitu golongan atas, golongan menengah, dan golongan rendah. Perilaku konsumen antara kelas sosial yang satu akan sangat berbeda dengan kelas lain karena menyangkut aspek- aspek sikap yang berbeda-beda.
c. Faktor kelompok sosial. Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang menjadi tempat individu-individu berinteraksi satu sama lain. Ada 3 bentuk kelompok sosial yang terjadi di dalam masyarakat yaitu kelompok primer, sekunder, formal dan informal. Kelompok primer adalah keluarga, kelompok teman-teman dekat dan teman sekerja yang selalu melibatkan individu dalam berinteraksi. Kelompok sekunder adalah kelompok besar dari banyak orang dan hubungan diantara anggota tidak perlu saling mengenal secara pribadi. Kelompok formal adalah kelompok yang mempunyai peraturan-peraturan yang tegas dan dengan sengaja diciptakan untuk mengatur hubungan antar anggotanya, sedangkan kelompok informal
adalah kelompok yang tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu.
d. Faktor kelompok referensi. Kelompok referensi adalah kelompok sosial