BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Pendekatan Saintifik - SUGENG HARYADI BAB II

BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Pendekatan Saintifik Permendikbud 81A Tahun 2013 menjelaskan bahwa pembelajaran

  saintifik adalah pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan- tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.

  Hosnan (2014: 31) menyatakan bahwa pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan- tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan.”

  Ridwan (2015: 50) menyatakan bahwa pendekatan saintifik berkaitan erat dengan metode saintifik. Metode saintifik (ilmiah) pada

  9 umumnya melibatkan kegiatan pengamatan atau obsevasi yang dibutuhkan untuk perumusan hipotesis atau mengumpulkan data. Metode ilmiah pada umumnya dilandasi dengan pemaparan data yang diperoleh melalui pengamatan. Oleh sebab itu kegiatan percobaan dapat diganti dengan kegiatan memperoleh informasi dari berbagai sumber.

  Hosnan (2014: 36) menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) berpusat pada siswa; 2) melibatkan keterampilan proses; 3) melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berfikir tingkat tinggi siswa; dan 4) dapat mengembangkan karakter siswa.

  Sedangkan karakteristik pembelajaran di sekolah dasar dengan menerapkan pendekatan saintifik menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar (2016: 22) adalah sebagai berikut: 1) berpusat pada siswa; 2) melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, prinsip atau teori (mengamati, menanya, menalar, mengumpulkan informasi/ mencoba, mengasosiasi dan mengomunikasikan); 3) melibatkan proses- proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelektual, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa; dan 4) dapat mengembangkan karakter siswa (teliti, rasa ingin tahu, kerja keras, pantang menyerah, komunikatif, dll.)

  Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik menurut Hosnan (2014: 36) adalah: 1) untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa; 2) untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik; 3) terciptanya kondisi pembelajaran di mana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan; 4) diperolehnya hasil belajar yang tinggi; 5) untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah; dan 6) untuk mengembangkan karakter siswa.

  Tujuan pembelajaran di sekolah dasar yang menerapkan pendekatan saintifik menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar (2016: 22) adalah sebagai berikut: 1) untuk meningkatkan kemampuan intelektual siswa, khususnya kemampuan berpikir tinqkat tinggi; 2) untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematis; 3) untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang mendorong minat dan keinginan siswa bahwa belajar merupakan kebutuhan; 4) untuk melatih keterampilan proses ilmiah siswa (mengamati, menanya, menalar, mengumpulkan informasi/ mencoba, mengasosiasi dan mengomunikasikan); 5) diperolehnya hasil belajar siswa yang tinggi; 6) untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-idenya; dan 7) untuk mengembangkan karakter/sikap ilmiah siswa (teliti, rasa ingin tahu, kerja keras, pantang menyerah, komunikatif, dll.)

  Prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik menurut Hosnan (2014: 37) adalah: 1) pembelajaran berpusat pada siswa; 2) pembelajaran membentuk students self concept; 3) pembelajaran terhindar dari verbalisme; 4) pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip; 5) pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berfikir siswa; 6) pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan memotivasi mengajar guru; 7) memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi; dan 8) adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikontruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

  Beberapa prinsip pembelajaran di sekolah dasar yang menerapkan pendekatan saintifik menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar (2016: 22) adalah: 1) pembelajaran berpusat pada aktivitas siswa dalam mengamati, menanya, menalar, mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi dan mengomunikasikan; 2) pembelajaran mengarah kepada penemuan dan pengembangan pengetahuan oleh siswa dan terhindar dari verbalisme (transfer pengetahuan); 3) pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa; 4) memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan keterampilan proses ilmiah (mengamati, menanya, menalar, mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi dan mengomunikasikan); dan 5) adanya proses validasi terhadap konsep, prinsip atau teori yang dikonstruksisiswa baik melaluipenguatan oleh guru maupun siswa.

  Adapun sasaran pembelajaran yang tertuang dalam Lampiran Permendikbud Nomor 65 (2013: 3), mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan

  (proses psik ologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas“ menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”.

  Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas“ mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas“ mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antarmata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).

  Jadi langkah-langkah umum pembelajaran dengan menggunakan saintifik, meliputi: menggali informasi melalui observing/pengamatan, questioning/bertanya, experimenting/percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, associating/menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta serta membentuk jejaring/networking.

  Adapun bentuk kegiatan pembelajaran melalui pendekatan saintifik yang sesuai Permendikbud 81 A (2013: 43) adalah:

a. Observing/mengamati

  Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.

  1) Tujuan Observasi

  Menurut Hosnan (2015: 41), observasi bertujuan adalah untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut.

  2) Tahap-tahap dalam kegiatan observasi

  Observasi memiliki 7 tahap kegiatan sebagai berikut :

  a) seleksi suatu latar (setting), yaitu dimana, kapan proses-proses dan individu-individu yang menarik itu dapat diobservasi b) berikan pengertian tentang apa yang dapat didokumentasikan dalam observasi itu dan dalam setiap kasus c) berikan latihan untuk pengamatan supaya ada standarisasi, misalnya apa yang dijadikan fokus-fokus pengamatan d) observasi deskriptif yang memberikan suatu pemaparan umum mengenai hasil pengamatan e) observasi terfokus yang semakin terkonsentrasi pada aspek-aspek yang relevan dengan pertanyaan pengamatan f) observasi selektif yang dimaksudkan untuk secara sengaja menangkap hanya aspek-aspek pokok g) akhir dari observasi apabila kepemenuhan teori telah tercapai, yaitu apabila observasi lebih lanjut tidak memberikan pengetahuan lanjutan

3) Langkah-langkah dalam mengamati/observasi

  Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah, seperti berikut ini.

  a) menentukan objek apa yang akan diobservasi

  b) membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi c) menentukan secara jeras data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder d) menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi

  e) menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan dengan mudag dan lancar f) menentukan cara dan melakukan pencatatan hasil observasi seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape rekorder, vidio perekam, dan alat-alat tulis lainnya.

4) Manfaat observasi

  Menurut Guba dan Lincoln (1981: 191-193) dalam Moleong, (2001: 125-l) alasan-alasan pengamatan (observasi) dimanfaakan sebesar- besarnya dalam pengamatan kualitatif intinya karena hal berikut ini.

  a) Pengamatan memberi pengalaman langsung dan pengalaman langsung dinilai merupakan alat yang ampuh untuk memperoleh kebenaran.

  Apabila informasi yang diperoleh kurang meyakinkan, maka pengamat dapat melakukan pengamatan sendiri secara langsung untuk mengecek kebenaran informasi tersebut.

  b) Dengan pengamatan dimungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang sebenarnya.

  c) Pengamatan memungkinkan pengamat mencatat peristiwa yang berkaitan dengan pengetahuan yang relevan maupun pengetahuan yang diperoleh dari data.

  d) Sering terjadi keragu-raguan pada pengamat terhadap informasi yang diperoleh yang dikarenakan kekhawatiran adanya bias atau penyimpangan. Bias atau penyimpangan dimungkinkan karena responsden kurang mengingat peristiwa yang jadi atau adanya jarak psikologis antara pengamat dengan yang diwawancarai. Jalan yang terbaik untuk menghilangkan keragu-raguan tersebut, biasanya pengamat manfaatkan pengamatan. e) Pengamatan memungkinkan pengamat mampu memahami situasi- situasi yang rumit. Situasi yang rumit mungkin terjadi jika pengamat ingin memperhatikan tingkah laku sekali gus. Jadi, pengamatan dapat menjadi alat yang ampuh untuk situasi-situasi yang rumit dan untuk perilaku yang kompleks.

  f) Dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan, pengamatan menjadi alat yang sangat bermanfaat.

  Misalkan, seseorang mengamati perilaku bayi yang belum bisa berbicara atau mengamati orang-orang luar biasa, dan sebagainya.

  5) Pencatatan hasil observasi

  Catatan hasil pengamatan mutlak dibuat secara lengkap dengan keterangan tanggal dan waktu yang lengkap. Untuk mampu menulis catatan hasil pengamatan yang lengkap dan informatif, peneliti perlu melatih kedisiplinan untuk melakukan pencatatan secara kontinu, dan menuliskannya langsung saat melakukan observasi di hasil pengamatan. Apabila pencatatan tidak mungkinkan dilakukan langsung di hasil pengamatan, maka hal tersebut wajib dilakukan sesegera mungkin setelah peneliti meninggalkan hasil pengamatan.

  6) Aspek-aspek tingkah laku yang cocok dievaluasi dengan metode observasi

  Aspek tingkah laku yang cocok dievaluasi dengan metode observasi adalah temperamen, karakter, penyesuaian, sikap, dan minat. Intelegensi, bakat dan hasil belajar dapat pula dievaluasi dengan metode observasi, tetapi pelaksanaannya sangat sulit dan kurang efektif.

  7) Prosedur Kegiatan Mengamati berdasarkan Permendikbud Nomor 103 tahun 2014 adalah: a) kegiatan mengamati dilakukan melalui kegiatan membaca, melihat, menyimak, menonton, mendengar, merasa, meraba, mencium dan sebagainya dengan menggunakan panca indera (mata, hidung, telinga, kulit dan lidah) tanpa atau menggunakan alat bantu (teleskop, stetoskop, angket, kuesioner, interview, dll.).

  b) kegiatan ini didasari oleh kesadaran akan objek observasi.

  c) hasil dari kegiatan mengamati adalah skema dari fakta/fenomena.

  d) guru harus menyusun indikator-indikator pengamatan yang dilakukan siswa.

  e) kompetensi yang dikembangkan pada langkah mengamati adalah kesungguhan dan ketelitian.

  f) guru harus menilai proses ketika siswa melakukan kegiatan mengamati sesuai dengan indikator.

  8) Langkah-langkah dalam kegiatan mengamati menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar (2016: 23) terdiri dari:

  a) Guru menentukan objek yang akan diamati

  b) Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan penuntun dan pelacak Contoh: "Apa yang kalian amati?" "Bagaimana kalau ...?" c) Guru mengecek apakah yang diamati peserta didik sudah tepat sesuai indikator. Contoh: "Ceritakan apa yang telah kalian amati!"

b. Questioning/menanya

  Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak.

  Kegiatan menanya dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotik.

  Bertanya merupakan salah satu pintu masuk untuk memperoleh pengetahuan. Karena itu bertanya dalaan kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan guru untuk mendorong membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Demikian pula, bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembalajaran inquiry, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

  Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri.

1) Fungsi Bertanya dalam Kegiatan Pembelajaran adalah :

  a) membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang tema atau topik pembelajaran.

  b) mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.

  c) mendiagnosis kesulitan berajar peserta didik sekaligus menyampaikan rancangan untuk mencari solusinya.

  d) menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan.

  e) membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan membenri jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.

  f) mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir dan menarik simpulan.

  g) membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.

  h) membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap daram merespon persoalan yang tiba-tiba muncul. i) melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.

  2) Manfaat Penggunaan Model Pembelajaran Questioning

  Manfaat penerapan model questioning dalam sebuah pembelajaran adalah sabagai berikut: a) menggali informasi, baik administrasi maupun akademis.

  b) mengecek pemahaman siswa.

  c) membangkitkan respons kepada siswa.

  d) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa.

  e) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa.

  f) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru.

  g) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

  3) Kriteria Pertanyaan yang Baik

  Kriteria pertanyaan yang baik adalah: 1) singkat dan jelas; 2) menginspirasi jawaban; 3) memiliki fokus; 4) bersifat probing atau divergen; 5) bersifat validatif atau penguatan; 6) memberi kesempatan peserta didik untuk berfikir ulang; 7) merangsang peningkatan tuntutan kemampuan berfikir kognitif; dan 8) merangsang proses interaksi.

  4) Tingkatan Pertanyaan

  Pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi peserta didik untuk memberikan jawaban yang baik dan benar pula. Guru harus memahami kualitas pertanyaan, sehingga mmenggambarkan tingkatan kognitif seperti

  apa yang akan disentuh, mulai dari yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi. Bobot pertanyaan yang menggambarkan tingkatan kognitif yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi, sebagai berikut.

Tabel 2.1 Bobot Pertanyaan Berdasarkan Tingkatan Kognitif Tingkat Subtingkat Kata-kata kunci pertanyaan

  Kognitif yang Pengetahuan  Apa... lebih rendah  Siapa ... .

   Kapan ...  Di mana...  Sebutkan ...  Jodohkan atau pasangkan...  Persamaan kata ...  Golongkan ...  Berilah nama ...  Dan lain-lain Pemahaman  Terangkahlah ...

  (comprehension)  Bedakanlah ...

   Terjemahkanlah ...  Simpulkan ...  Bandingkan..,  Ubahlah ...

   Berikanlah interpretasi . Penerapan  Gunakanlah ... (application\  Tunjukkanlah ...

   Buatlah ...  Demonstrasikanlah ,  Carilah hubungan ...

   Tulislah contoh ...  Siapkanlah ...  Klasifikasikanlah ... Kognitif yang Analisis  Analisislah ... lebih (analysis)  Kemukakan bukti-bukti ...

   Mengapa ... Tinggi  Identifikasikan...  Tunjukkanlah sebabnya.  Berilah alasan-alasan ... Sintesis  Ramalkanlah ...  Bentuk ... (synthesis)  Ciptakanlah ...  Susunlah ...

   Rancanglah ...  Tulislah ...  Bagaimana kita dapat memecahkan .. .

   Apa yang terjadi seaindainya...  Bagaimana kita dapat memperbaiki ...

   Kembangkan ... Evaluasi  Berilah pendapat ...  Alternatif mana yang lebih baik ... (evaluation)  Setujukah anda ...  Kritiklah ...  Berilah alasan ...  Nilailah ...  Bandingkan ...  Bedakanlah ...

  5) Prosedur Kegiatan Menanya

  Prosedur Kegiatan Menanya menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar (2016: 22) adalah :

  a) Kegiatan dilakukan melalui kegiatan membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab dan sebagainya.

  b) Kegiatan ini merupakan perwujudan dari rasa ingin tahu siswa terhadap apa yang tidak dipahaminya.

  c) Pada saat siswa menanya, guru harus memfokuskan pada pertanyaan yang sesuai dengan cakupan materi.

  d) Bentuk pertanyaan dari siswa dapat berupa pertanyaan faktual, konseptual, prosedural atau hipotetik. i. Contoh Pertanyaan Faktual:

  " Apa nama benda itu?" " Di mana itu terjadi?"

  " Kapan kejadiannya?" Jawabannya berupa fakta ii. Contoh Pertanyaan Konseptual: " Apa yang dimaksud dengan gaya?" Jawabannya berupa konsep iii. Contoh Pertanyaan Prosedural: " Bagaimana caranya?" " Bagaimana menggunakannya?" " Bagaimana melakukannya?" Jawabannya berupa prosedur iv. Contoh Pertanyaan Hipotetik " Mengapa bisa begitu?" " Mengapa itu terjadi?" Jawabannya berupa prinsip atau generalisasi

  e) Guru harus menyusun indikator-indikator pertanyaan yang baik dan tepat

  f) Kegiatan menanya dapat mengembangkan kreativitas dan rasa ingin tahu

  g) Guru harus menilai proses pada saat siswa membuat, menyusun dan menyampaikan pertanyaannya.

6) Langkah-Langkah Penerapan Model Questioning

  Beberapa langkah penerapan model questioning (bertanya) yang dapat dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut.

a) Model pertama Langkah-langkah dalam pengembangan model ini adalah seperti berikut.

  i. Pilihlah salah satu kompetensi dasar yang sesuai. ii. Tentukan media kontekstual, sesuai KD dan dapat merangsang siswa untuk bertanya atau mengembamkan pertanyaan. iii. Buatlah kelompok atau pasangan siswa untuk saling membuat pertanyaan. iv. Berikan waktu kepada siswa untuk membuat pertanyaan berdasarkan media yang telah disediakan guru. v. Tukar pertanyaan yang telah dibuat siswa atau kelompok yang satu dengan siswa atau kelompok yang lain. vi. Adakan pembahasan di bawah panduan guru.

  b) Model kedua i. Pilihlah salah satu kompetensi dasar yang sesuai.

  ii. Tentukan media kontekstual, sesuai KD dan dapat merangsang siswa untuk bertanya atau mengembangkan pertanyaan. iii. Pajangkan atau bagikan media yang telah disiapkan kepada siswa. iv. Berikan waktu kepada siswa untuk memperhatikan media yang telah dipersiapkan. v. Tugaskan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru dan membuat pertanyaan untuk dibahas. vi. Adakan kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa atau sebaliknya sekitar materi/KD yang dibahas dengan mengacu pada media pembelajaran yang disampaikan.

  c) Model ketiga i. Pilihlah salah satu kompetensi dasar yang sesuai.

  ii. Tentukan media kontekstual, sesuai KD dan dapat merangsang siswa untuk bertanya atau mengembangkan pertanyaan. iii. Buatlah kelompok atau pasangan siswa untuk saling membuat pertanyaan. iv. Berikah waktu kepada siswa untuk membuat pertanyaan berdasarkan media yang telah disediakan guru. v. Tukarkan pertanyaannya yang telah dibuat siswa atau kelompok yang satu dengan siswa atau kelompok yang lain. vi. Adakan kegiatan tanya jawab multi-arahan yang dipandu oleh guru sekitar materi/KD yang dibahas dengan mengacu pada media pembelajaran dan daftar pertanyaan yang telah dibuat siswa di kelompoknya.

  Menurut Silberman (2007: 13-14) dalam Hosman (2014: 56) Langkah yang strategis questions students have adalah sebagai berikut.

  a) bagikan kartu kosong kepada masing-masing siswa.

  b) mintalah setiap siswa menulis beberapa pertanyaan yang mereka miliki tentang matapelajaran atau sifat pelajaran yang sedang dipelaiari.

  c) putarlah kartu tersebut searah jarum jam. ketika setiap kartu diedarkan kepada siswa berikutnya, siswa tersebut harus membacanya dan memberikan tanda cek pada kartu itu apabila kartu itu berisi pertanyaan mengenai pembaca.

  d) saat kartu kembali kepada penulisnya, maka setiap perserta telah memeriksa seluruh pertanyaan yang ada. Poin ini mengidentifikasi pertanyaan yang memperoreh suara terbanyak. e) panggil beberapa siswa berbagi pertanyaan secara sukarela, sekalipun mereka tidak memperoleh suara terbanyak.

  f) kumpulkan semua kartu. kartu tersebut mungkin berisi pertanyaan yang menurut guru penting untuk dijawab.

  Langkah-langkah kegiatan menanya menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar (2016: 24) adalah:

  a) Guru memastikan bahwa apa yang diamati siswa sudah tepat;

  b) Guru memberikan stimulus supaya siswa berani bertanya;

  c) Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan penuntun supaya muncul pertanyaan dari siswa sesuai dengan yang guru harapkan; d) Guru memfokuskan pertanyaan-pertanyaan siswa pada pertanyaan yang sesuai dengan materi atau apa yang akan dicari oleh siswa; dan e) Guru memberikan penguatan kepada siswa yang sudah berani bertanya dan motivasi bagi siswa yang belum berani bertanya.

7) Kelebihan dan kekurangan kegiatan menanya.

  Adapun kelebihan questions students have, diantaranya sebagai berikut.

  a) dapat mengaktifkan siswa secara penuh.

  b) melatih rasa percaya diri siswa.

  c) melatih siswa untuk berbuatjujur.

  d) meningkatkan kreativitas siswa.

  e) dapat memeperdalam pengu asaanmateri pelajaran.

  f) dapat digunakan untuk semua matapelajaran.

  Sedangkan kelemahan questions students have, diantaranya sebagai berikut.

  a) memakan waktu lama jika digunakan dalam kelas besar.

  b) pertanyaan dari siswa sering kali tidak sesuai dengan topik yang dibahas.

c. Percobaan/Experimenting

  Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi.

  Informasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memeroses informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.

  Langkah ketiga pada scientific approach adalah experimenting (mencoba). Kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan informasi/eksperimen. Kegiatan belajarnya adalah melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks mengamati objek kejadian aktivitas, wawancara dengan nara sumber. Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemamuan berkomunikasi menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi metalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan berajar sepanjang hayat. Pada langkah pembelajaran ini, setiap siswa dituntut untuk mencoba mempraktikkan apa yang dipelajari.

  Eksperimen/mencoba dapat didefenisikan sebagai kegiatan terinci yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau menguji sesuatu hipotesis. Suatu eksperimen akan berhasil jika variabel yang dimanipulasi dan jenis respon yang diharapkan dinyatakan secara jelas dalam suatu hipotesis juga kondisi-kondisi yang akan dikontrol sudah tepat. uUntuk keberhasilan ini maka setiap eksperimen harus dirancang dulu kemudian diuji coba.

  Menurut Syaifin Bahri Djamarah (1995) dalam Hosnah (2014: 58), metode ersperimen adalah cara penyajian pelajaran di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Kemudian Mulyani Sumantri, dkk, (1999); mengatakan bahwa metode eksperimen diartikan sebagai cara belajar mengajar yang melibatkan siswa dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan. Menurut Roetiyah (2001: 80), metode eksperimen adalah suatu cara mengajar di mana siswa merakukan sesuatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.

  Menurut Schoenherr (1996, yang dikutip oleh Palendeng, 2003: Bl) dalam Hosnah (2014: 58), metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksprimen mampu memberikan kondisi berajar yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.

  Menurut Al-Farisi (2005: 2) dalam Hosnan (2014: 58) metode eksperimen adalah metode yang bertitik tolak dari suatu masalah yang hendak dipecahkan dan dalam prosedur kerjanya berpegang pada prinsip metode ilmiah.

  Karakteristik metode eksperimen menurut Winataputra (Triadi, 2011) dalam Hosnan (2014: 58) adalah : 1) ada alat bantu yang digunakan, 2) siswa aktif melakukan percobaan, 3) guru membimbing, 4) tempat dikondisikan, 5) ada pedoman untuk siswa, 6) ada topik yang dieksperimenkan, 7) ada temuan-temuan.

  Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode eksperimen adalah : 1) setiap siswa harus engadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi siswa, 2) agar eksperimen tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih,

  3) siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan, maka perlu adanya waktu yang cukup lama sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu,

  4) siswa sedang belajar dan berlatih, maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka di samping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta keterampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih objek eksperimen,

  5) tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai kejiwaan beberapa segi kehidupan sosial dan keyakinan manusia.

  Prosedur eksperimen menurut Roestiyah (2001: 81) dalam Hosnan (2014: 60) adalah :

  1) perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksperimen, mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen, 2) memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan diperlukan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat,

  3) selama eksperimen berlangsung, guru harus mengawasi pekerjaan siswa. bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen,

  4) setelah eksperimen selesai, guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.

  Prosedur kegiatan mengumpulkan informasi/mencoba menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar (2016: 25) adalah:

  1) kegiatan ini dilakukan melalui kegiatan eksperimen, mencoba sesuatu, membuat sesuatu, mendemonstrasikan, meniru gerak, membaca berbagai sumber, mewawancara narasumber dan sebagainya. 2) guru perlu menyusun indikator-indikator bahwa siswa mengumpulkan informasi dengan benar dan tepat 3) guru melakukan penilaian proses ketika siswa melaksanakan kegiatan mengumpulkan informasi 4) hasil dari kegiatan ini berupa dalal informasi

  Tahap-tahap eksperimen menurut Palendeng (2003: 82) dalam Hosnan (2014: 61) adalah :

  1) percobaan awal yaitu pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemontrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. demontrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fisika yang akan dipelajari,

  2) pengamatan yang merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut,

  3) hipotesis awal yaitu siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya, 4) verifikasi yaitu kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya,

  5) aplikasi konsep yaitu setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang dipelajari,

  6) evaluasi merupakan kegiatan terakhir setelah selesai satu konsep. penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep.

  Langkah-langkah kegiatan mengumpulkan informasi/mencoba menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar (2016: 25) adalah:

  1) guru merumuskan tujuan pengumpulan informasi yang akan dilakukan 2) guru bersama siswa menyiapkan perlengkapan 3) siswa memperhitungkan tempat dan waktu 4) guru menyediakan keftas kerja untuk mengarahkan kegiatan siswa 5) siswa mengumpulkan informasi menggunakan kertas kerjanya 6) guru mengumpulkan hasil kerja siswa dan mengevaluasinya

  Kelebihan metode eksperimen menurut Rusyan (Maulidia, 2011) dalam Hosnan (2014: 63) adalah: 1) melatih disiplin diri siswa melalui eksperimen yang dilakukannya, terutama kaitannya dengan keterlibatan, ketelitian, ketekunan dalam melakukan eksperimen,

  2) kesimpulan eksperimen lebih lama tersimpan dalam ingatan siswa melalui eksperimen yang dilakukanya sendiri secara langsung.

  3) siswa akan lebih memahami hakikat dari ilmu pengetahuan dan hakikat kebenaran secara langsung,

  4) mengembangkan sikap terbuka bagi siswa, 5) melibatkan aktivitas dan kreativitas siswa secara langsung dalam pengajaran, sehingga mereka akan terhindar dari verbalisme.

  Kelemahan metode eksperimen adalah : 1) memakan waktu yang banyak, 2) metode ini kebanyakan cocok untuk sain dan teknologi, kurang tepat jika diterapkan pada pelajaran lain, terutama bidang ilmu sosial, 3) pada hal-hal tertentu seperti pada eksperimen bahan-bahan kimia, kemunginan memiliki bahaya selalu ada, 4) memerlukan alat dan fasilitas yang lengkap, jika kurang salah satu padanya, maka eksperimen tidak akan berhasil dengan baik.

d. Menalar / Associating

  Kegiatan menalar dengan menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menentukan hubungan data/kategori, menyimpulkan dari hasil analisis data. Kegiatan menalar sebagaimana dalam Permendikbud No 81a Tahun 2013 adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan, baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.

  1) Metode menalar Metode dalam menalar menurut Hosnan (2014: 72) ada 2 yaitu metode induktif dan metode deduktif. Metode induktif adalah metode yang digunakan dalam berfikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Sedangkan metode deduktif adalah metode berfikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.

  2) Cara menalar Cara menalar dengan metode induktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari fenomena atau artribut-artribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Jadi menalar secara induktif adalah proses penarikan simpulan dari kasus-kasus yang bersifat nyata secara individual atau spesifik menjadi simpulan yang bersifat umum. Cara menalar dengan deduktif dengan menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus. Pola penalaran deduktif dikenal dengan pola silogisme. Cara kerja penalaran deduktif adalah menerapkan ha-hal yang umum terlebih dahulu untuk kemudian dihubungkan ke dalam bagian-bagian yang khusus.

  3) Hubungan Antarfenomena Hubungan sebab akibat diambil dengan menghubungkan satu atau beberapa fakta yang lain. Penalaran sebab akibat ini masuk dalam ranah penalaran induktif yang disebut dengan penalaran induktif sebab akibat. Penalaran induktif sebab akibat terdiri atas tiga jenis.

  a) Hubungan sebab akibat. Pada penalaran hubungan sebab akibat hal-hal yang menjadi sebab dikemukakan terlebih dahulu, kemudian ditarik kesimpulan yang berupa akibat. b) Hubungan akibat sebab. Pada penalaran hubungan akibat sebab, hal-hal yang menjadi akibat dikemukakan terlebih dahulu, selanjutnya ditarik kesimpulan yang merupakan penyebabnya.

  c) Hubungan sebab akibat 1, akibat 2. Pada penalaran hubungan sebab akibat 1, akibat 2 suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat, akibat yang pertama menjadi penyebab sehingga menimbulkan akibat yang kedua. Akibat yang kedua menjadi penyebab sehingga menimbulkan akibat ketiga dan seterusnya. 4) Prosedur kegiatan menalar/mengasosiasikan menurut Direktorat Pembinaan

  Sekolah Dasar (2016: 25) adalah:

  a) kegiatan ini dilakukan melalui kegiatan mengolah informasi, menganalisis data, menemukan pola, menyimpulkan dan sebagainya.

  b) hasil dari kegiatan ini adalah dala/informasi yang telah diolah dan digeneralisasi c) guru perlu merumuskan indikator-indikator bahwa siswa melakukan kegiatan mengasosiasi dengan tepat d) guru harus menilai proses ketika siswa melakukan kegiatan mengasosiasi

  5) Langkah-langkah dalam kegiatan menalar/mengasosiasikan menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar (2016: 25) mengasosiasi terdiri dari:

  a) siswa mencermati data/ informasi satu per satu

  b) siswa mengolah data/ informasi tersebut

  c) siswa melihat keunikan dari kumpulan informasi/ data tersebut dan

  d) mengambil benang merahnya (menyimpulkan)

e. Mengomunikasikan

  Kegiatan mengkomunikasikan dilakukan dengan menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.

  Beberapa hal yang dapat dilaksanakan dalam kegiatan mengkomunikasikan adalah sebagai berikut.

  1) setiap kelompok bekerja sama untuk mendiskripsikan karakter dan kegiatan pada kotak-kotak yang telah disediakan dalam buku siswa, 2) setiap peserta didik memahami bagaimana mendeskripsikan orang dan binatang yang ada dilingkungan sekitar rumahnya, 3) peserta didik membacakan hasil kerja mereka di depan kelas, 4) setiap kelompok mendengarkan dengan baik, dan bisa memberikan masukan/tambahan tentang karakter dan kegiatan yang dilakukan oleh orang maupun binatang yang ada dilingkungan sekitar rumahnya,

  5) setiap kelompok bergiliran membacakan hasil kerja kelompoknya di depan kelas, 6) guru mengarahkan dan memastikan jalannya roses kegiatan penerapan ini bisa berjalan dengan baik, 7) semua peserta didik harus terlibat aktif dalam proses kegiatan mengkomunikasikan ini,

  8) setelah semua kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, dan menampung masukan-masukan dari kelompok lain, guru memberikan penjelasan di depan kelas. 9) guru menjelaskan tentang karakter-karakter orang, binatang, dan benda/pepohonan.

  10) guru mengucapkan setiap kalimat deskriptif dengan baik dan benar.

  Prosedur kegiatan mengkomunikasikan menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar (2016: 26) adalah :

  1) kegiatan ini dapat dilakukan melalui presentasi, pajang karya, kunjung karya, menyajikan laporan secara lisan atau tertulis mulai dari proses, hasil dan kesimpulan. 2) guru harus merumuskan indikator-indikator bahwa siswa mengomunikasikan dengan tepat.

  3) guru harus menilai proses ketika siswa melakukan kegiatan mengomunikasikan.

  Langkah-langkah dalam kegiatan mengkomunikasikan menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar (2016: 26) terdiri dari:

  1) siswa menentukan apa yang akan dikomunikasikan 2) siswa menentukan siapa yang akan menjadi penerima informasi 3) siswa memikirkan bagaimana cara mengomunikasikan supaya penerima informasi bisa menerimanya atau memahaminya 4) siswa memberikan kesempatan kepada penerima informasi untuk bertanya hal-hal yang belum dipahaminya

2. Posisi Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013

  Kedudukan Bahasa Indonesia pada Kurikulum 2013 berperan sangat penting yaitu sebagai penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).

  Pembelajaran di Sekolah Dasar tidak lagi berbasis mata pelajaran, melainkan berbasis tema, baik tema alam, sosial, maupun tema budaya. Di dalam buku yang tematik masih mengandung 8 (delapan) mata pelajaran inti untuk SD yaitu Agama, PPKN, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS SBdp dan PJOK.

  Walaupun terdapat mata pelajaran, tetapi penyampaian pembelajarannya dilakukan secara tematik-terpadu. Materi pelajaran tidak disajikan dalam buku- buku mata pelajaran tetapi dalam bentuk buku tema-tema pelajaran. Tentu semua tema pelajaran itu bukan saja ditulis dalam Bahasa Indonesia melainkan pula Bahasa Indonesia dijadikan sebagai penghela dan pembawa ilmu pengetahuan (carrier of knowledge): Bahasa Indonesia tidak semata diajarkan sebagai ilmu pengetahuan tetapi dipraktikkan sebagai penghela ilmu pengetahuan.

3. Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Pendekatan Saintifik

  Tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam Permendiknas No 22 (2006: 317) agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

  a. berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis b. menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara c. memahami Bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan

  d. menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial e. menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa

  f. menghargai dan membanggakan sastra indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia indonesia.

  Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam Permendiknas Nomor 22 (2006: 318) mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1) mendengarkan; 2) berbicara; 3) membaca; dan 4) menulis.

  Mendengar/menyimak (Asnah 2014: 3) merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang bersifat reseptif. Dengan demikian, menyimak tidak sekadar kegiatan mendengarkan tetapi juga memahaminya. Ada dua jenis situasi dalam menyimak, yaitu situasi menyimak secara interaktif dan situasi menyimak secara noninteraktif. Menyimak secara interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon atau yang sejenisnya. Dalam menyimak jenis ini, kita bergantian melakukan aktivitas menyimak dan berbicara. Oleh karena itu, kita memiliki kesempatan untuk bertanya guna memperoleh penjelasan, meminta lawan bicara mengulang apa yang diucapkan olehnya atau mungkin memintanya berbicara agak lebih lambat. Kemudian, contoh situasi- situasi mendengarkan noninteraktif, yaitu mendengarkan radio, TV, film, khotbah, atau menyimak dalam acara-acara seremonial. Dalam situasi menyimak noninteraktif tersebut, kita tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak bisa pembicara mengulangi apa yang diucapkan, dan tidak bisa meminta pembicaraan diperlambat.

  Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika kita berupaya untuk memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar harus mampu menguasai beberapa hal berikut:

  a. menyimpan/mengingat unsur bahasa yang didengar menggunakan daya ingat jangka pendek (short-term memory); b. berupaya membedakan bunyi-bunyi yang membedakan arti dalam bahasa target; c. menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara, intonasi, dan adanya reduksi bentuk-bentuk kata; d. membedakan dan memahami arti kata-kata yang didengar;

  e. mengenal bentuk-bentuk kata khusus (typical word-order patterns);

  f. mendeteksi kata-kata kunci yang mengidentifikasi topik dan gagasan;

  g. menebak makna dari konteks;

  h. mengenal kelas-kelas kata (grammatical word classes); i. menyadari bentuk-bentuk dasar sintaksis; j. mengenal perangkat-perangkat kohesif (recognize cohesive devices); k. mendeteksi unsur-unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, preposisi, dan unsur-unsur lainnya.

  Berbicara (Asnah 2014: 4) merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang bersifat produktif. Sehubungan dengan keterampilan berbicara ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semiinteraktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya pergantian antara berbicara dan menyimak, dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kita dapat meminta lawan bicara memperlambat tempo bicara dari lawan bicara. Kemudian, ada pula situasi berbicara yang semiinteraktif, misalnya alam berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan betul-betul bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televisi.