BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penilaian Autentik Kurikulum 2013 1. Pengertian Penilaian Autentik - BAB II WILDA NADLIFATUL MAHMUDAH PAI'18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penilaian Autentik Kurikulum 2013 1. Pengertian Penilaian Autentik Penilaian secara sederhana dapat diartikan sebagai proses

  pengukuran dan nonpengukuran untuk memperoleh data karakteristik peserta didik dengan aturan tertenu. Sedangkan autentik secara istilah adalah sinonim dari asli, nyata, valid, atau variabel (Uno dan Koni, 2012: 2).

  Menurut Permendikbud No. 66 tahun 2013 tentang standar penilaian, penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai, mulai dari proses hingga keluaran (output) pembelajaran. Penilaian autentik (Authentic Assesment) mencakup ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan (Sunarti dan Rahmawati, 2014: 27). Sedangkan menurut Jonathan Mueller penilaian autentik adalah suatu bentuk penilaian dengan meminta peserta didik untuk menunjukkan tugas “dunia nyata” yang mendemonstrasikan aplikasi yang bermakna dari pengetahuan dan keterampilan penting (Sani, 2016: 22-23).

  Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa penilaian autentik dapat berupa penilaian unjuk kerja (performance) berdasarkan penguasaan pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya

  6 oleh peserta didik. Penilaian autentik mengarahkan peserta didik untuk mengahasilkan ide, mengintegrasikan pengetahuan, dan menyempurnakan tugas yang terkait dengan kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia nyata. Peserta didik dapat menunjukkan apa yang telah dipelajarinya dan kompetensi apa yang telah dikuasainya setelah mengikuti proses pembelajaran. Kompetensi yang ditunjukkan dapat berupa keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia nyata, misalnya dalam Pendidikan Agama Islam yaitu : peserta didik dapat mengamalkan ajaran Islam di dalam kehidupan sehari-hari dan peserta didik dapat menghayati ajaran Islamnya. Jadi, yang dimaksud penulis Penilaian Autentik Kurikulum 2013 adalah penilaian yang menekankan pada proses dan hasil belajar yang menggambarkan ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan peserta didik selama maupun setelah proses kegiatan belajar mengajar berlangsung.

2. Penilaian Kurikulum 2013

  Menurut Sunarti dan Rahmawati Selly (2014: 2-3) Standar penilaian pendidikan kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud No.66 tahun 2013 tentang standar penilaian pendidikan, yaitu kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrument penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik, mencakup penilaian autentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah.

  Penilaian dalam kurikulum 2013 lebih ditekankan pada penilaian autentik. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai masukan, proses dan hasil pembelajaran.

3. Pendekatan Penilaian dalam Kurikulum 2013

  Menurut Sunarti dan Rahmawati Selly (2014:213) pendekatan penilaian dalam kurikulum 2013 : a. Penilaian acuan kriteria (PAK). PAK meupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM) . (Sunarti dan Rahmawati Selly, 2014: 197)

  b. Ketuntasan Belajar Dalam Kurikulum 2013, Kompetensi Inti (KI) dirumuskan sebagai berikut :

  1) KI-1 : kompetensi inti sikap spiritual 2) KI-2 : kompetensi inti sikap sosial 3) KI-3 : kompetensi inti pengetahuan 4) KI-4 : kompetensi inti keterampilan

  Penilaian setiap mata pelajaran meliputi kompetensi pengetahun, kompetensi keterampilan, dan kompetensi sikap.

  Berdasarkan lampiran IV Permendikbud No. 81 A tahun 2013 tentang implementasi kurikulum pedoman umum pembelajaran, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan menggunakan skala 1-4 (kelipatan 0.33), sedangkan kompetensi sikap menggunakan skala Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K), yang dapat dikonversi ke dalam Predikat A-D seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.1 Standar Nilai

  Nilai Kompetensi

Predikat Pengetahuan Keterampilan Sikap

  A

  4

  4 SB

  A- 3,66 3,66 B+ 3,33 3,33 B

  B

  3

  3 B- 2,66 2,66 C+ 2,33 2,33 C

  C

  2

  2 C- 1,66 1,66 D+ 1,33 1,33 K

  D

  1

  1 Jadi, kriteria ketuntasan dalam kurikulum 2013 sebagai berikut: 1) Jika KD pada KI-3 dan KI-4, maka seorang peserta didik dinyatakan belum tuntas belajar untuk menguasai KD yang dipelajarinya apabila menunjukkan indikator nilai < 2.66 dari hasil tes formatif.

  2) Jika KD pada KI-3 dan KI-4, maka seorang peserta didik dinyatakan sudah tuntas belajar untuk menguasai KD yang dipelajarinya apabila menunjukkan indikator nilai > 2.66 dari hasil tes formatif.

  3) Jika KD pada KI-1 dan KI-2, maka ketuntasan seorang peserta didik dilakukan dengan memerhatikan aspek sikap pada KI-1 dan KI-2, untuk seluruh mata pelajaran, yaitu jika profil sikap peserta didik secara umum berbeda pada kategori baik (B) menurut standar yang ditetapkan satuan pendidikan yang bersangkutan.

4. Prinsip Penilaian Autentik

  Menurut Sani (2016: 74) prinsip penilaian autentik sebagai berikut: a. Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran.

  b. Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world problems ), bukan masalah dunia sekolah.

  c. Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode, dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.

  d. Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (sikap, keterampilan, dan pengetahuan).

  Menurut Sani (2016: 75) prinsip khusus yang harus dipenuhi dalam penilaian autentik untuk digunakan dalam Kurikulum 2013, adalah sebagai berikut :

  a. Materi penilaian dikembangkan dari kurikulum

  b. Bersifat lintas muatan atau mata pelajaran

  c. Berkaitan dengan kemampuan peserta didik

  d. Berbasis kinerja peserta didik

  e. Memotivasi belajar peserta didik

  f. Menekankan pada kegiatan dan pengalaman belajar peserta didik g. Memberi kebebasan peserta didik untuk mengkonstruksi responnya h. Menekankan keterpaduan sikap, pengetahuan, dan keterampilan i. Mengembangkan kemampaun berfikir divergen (penting) j. Menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran k. Menghendaki balikan yang segera dan terus-menerus l. Menekankan konteks yang mencerminkan dunia nyata m. Terkait dengan dunia kerja n. Menggunakan data yang diperoleh langsung dari dunia nyata o. Menggunakan berbagai cara dan instrumen

5. Karakteristik Penilaian Kurikulum 2013

  Menurut Sunarti dan Rahmawati Selly (2014: 4) karakteristik penilaian kurikulum 2013, sebagai berikut : a. Belajar Tuntas (Mastery Learning)

  Belajar tuntas, yaitu peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar. Peserta didik harus mendapat bantuan yang tepat dan diberi waktu sesuai dengan yang dibutuhkan untuk mencapai kompetensi yang ditentukan. Peserta didik yang belajar lambat perlu diberi waktu lebih lama untuk materi yang sama, dibandingkan peserta didik pada umumnya. Kompetensi pada kategori pengetahuan (KI-3) dan keterampilan (KI-4), peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan atau kompetensi berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik.

  b. Penilaian Autentik Penilaian autentik dapat dikelompokkan menjadi :

  1) Memandang penilaian dan pembelajaran merupakan dua hal yang saling berkaitan.

  2) Mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah. 3) Menggunakan berbagai cara dan kriteria penilaian.

  4) Holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan dan sikap).

  5) Penilaian autentik tidak hanya mengukur hal yang diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih menekankan mengukur hal yang dapat dilakukan oleh peserta didik.

  c. Penilaian Berkesinambungan Penilaian dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan selama pembelajaran berlangsung, untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan hasil belajar peserta didik, memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk penilaian proses dan berbagai jenis ulangan secara berkelanjutan. Contohnya adalah ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester.

  d. Menggunakan Teknik Penilaian yang Bervariasi Teknik penilaian yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio, unjuk kerja, proyek, pengamatan, dan penilaian diri.

  e. Berdasarkan Acuan Kriteria Penilaian berdasarkan acuan kriteria maksudnya penilaian harus didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi dibandingkan terhadap kriteria yang ditetapkan, misalnya ketuntasan belajar minimal (KKM).

6. Jenis-jenis Penilaian Autentik

  Menurut Kemendikbud, dalam rangka melaksanakan penilaian autentik yang baik, guru harus memahami secara jelas tujuan yang ingin dicapai. Khususnya yang berkaitan dengan Sikap, Pengetauan, dan Keterampilan. Beberapa jenis penilaian autentik yaitu : a. Penilaian Poyek

  Penilaian proyek atau tes penugasan merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode atau waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan, mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan, dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.

  Menurut Sunarti dan Rahmawati Selly (2013: 63) pada penilaian proyek, minimal ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan, yakni sebagai berikut :

  1) Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengerjaan proyek atau pengumpulan data, serta penulisan laporan. 2) Relevansi atau kesesuaian proyek dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan pengetahuan dan keterampilan dalam pembelajaran. 3) Keaslian proyek yang dibuat, yang seharusnya merupakan hasil karya peserta didik, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan untuk pengerjaan proyek tersebut.

  Penilaian proyek dilakukan dengan menugaskan peserta didik untuk membuat atau melaksanakan sebuah proyek belajar. Proyek belajar adalah tugas belajar yang harus diselesaikan oleh peserta didik dalam waktu tertentu. Tugas tersebut dapat berupa suatu penelitian, poster, karya seni, dan sebagainya. Penilaian proyek dapat dilakuakan dengan menggunakan catatan anekdot yang dibuat guru selama mengamati kegiatan peserta didik pada waktu membuat atau melaksanakan proyek.

  b. Penilaian Unjuk Kerja Penilaian unjuk kerja adalah penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu (Sunarti dan Rahmawati Selly, 2014: 59).

  Penilaian unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : 1) Langkah-langkah kinerja yang diharapakan dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi. 2) Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.

  3) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.

  4) Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua dapat diamati.

  5) Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan pengamatan.

  Adapun beberapa instrumen dari penilaian unjuk kerja yaitu : 1) Checklist

  Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan checklist (ya/tidak), terhadap indikator- indikator pada setiap KD. Peserta didik dinyatakan “kompeten” apabila seluruh indikator terpenuhi (ya) dan “tidak kompeten” apabila ada indikator yang tidak terpenuhi.

  2) Rating Scale Biasanya digunakan dengan skala numeric berikut predikatnya. Misalnya 4= bila siswa selalu melakuakan, 3= bila kadang-kadang, 2= bila jarang, dan 1= bila tidak pernah.

  3) Anekdot

  Anekdot merupakan catatan hasil observasi informal

  tentang apa yang dipelajari oleh peserta didik, bagaimana respon peserta didik terhadap instruksi, tindakan peserta didik, atau reaksi dalam belajar yang memungkinkan guru memahami apa yang terjadi.

  4) Memori atau ingatan Digunakan guru dengan cara mengamati peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa membuat catatan. Guru menggunakan informasi dari memorinya untuk menentukan apakah peserta didik sudah berhasil atau belum.

  c. Penilaian Portofolio Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik atau dokumen yang dihasilkan dalam proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik. Pada akhir suatu periode pembelajaran, hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru. Guru dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dengan memeriksa portofolio peserta didik selama proses pembelajaran (Sani, 2016: 291).

  Menurut Sani (2016: 295) penilaian portofolio dapat dimanfaatkan sebagai berkut : 1) Mengetahui perkembangan yang dialami peserta didik. 2) Mengetahui kelemahan proses pembelajaran. 3) Memberi penghargaan atas prestasi kerja peserta didik. 4) Meningkatkan efektivitas proses pembelajaran. 5) Mempercepat pertumbuhan konsep diri positif pada peserta didik.

  6) Meningkatkan kemampuan peserta didik untuk melakukan refleksi diri.

  7) Membantu peserta didik dalam merumuskan tujuan belajar.

  d. Penilaian tertulis Penilaian tertulis adaah tes yang menuntut peserta tes memberi jawaban secara tertulis berupa pilihan ganda dan uraian (Sunarti dan Rahmawati Selly, 2014: 30).

  Menurut Sunarti dan Rahmwati Selly (2014: 30) tes tertulis berbentuk uraian yaitu menuntut kemampuan siswa untuk mengorganisasikan dan merumuskan jawaban menggunakan kata-kata sendiri. Sedangakan menurut Sunarti dan Rahmawati Selly (2014: 36) tes tertulis berbentuk pilihan ganda terdiri atas sebuah pernyatan atau kalimat yang belum lengkap, kemudian diikuti oleh sejumlah pertanyaan atau bentuk yang dapat digunakan untuk melengkapinya.

  Hal ini sangat bergantung pada bobot soal yang diberikan oleh guru. Tipe semacam ini memberikan kesempatan pada guru untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi.

B. Pembelajaran PAI 1. Pengetian Pembelajaran

  Pembelajaran merupakan proses dasar dari pendidikan, dari sanalah lingkup terkecil secara formal yang menentukan dunia pendidikan berjalan baik atau tidak. Pembelajaran merupakan suatu proses menciptakan kondisi yang kondusif agar terjadi interaksi komunikasi belajar mengajar antara guru, peserta didik, dan komponen pembelajaran lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran (Rusman, dkk, 2013: 15-16).

  Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar diri seorang guru untuk membelajarkan siswanya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembeajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, di mana antara keduanya terjadi komunikasi yang intens dan terarah menuju padasuatu target yang telah ditetapkan sebelumnya (Trianto, 2013: 17).

2. Komponen Pembelajaran

  Komponen-komponen Pembelajaran menurut Rusman, dkk (2016: 42) sebagai berikut :

  a. Tujuan, tujuan pendidikan sendiri adalah untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dengan kata lain, pendidikan merupakan peran sentral dalam upaya mengembangkan sumber daya manusia.

  b. Sumber Belajar, diartikan segala bentuk atau segala sesuatu yang ada di luar diri seeorang yang bisa digunakan untuk membuat atau memudahkan terjadinya proses belajar pada diri sendiri atau peserta didik, apa pun bentuknya, apa pun bendanya, asal bisa digunakan untuk memudahkan proses belajar, maka benda itu bisa dikatakan sebagai sumber belajar.

  c. Startegi Pembelajaran, adalah tipe pendekatan spesifik untuk menyampaikan informasi, dan kegiatan yang mendukung penyelesaian tujuan khusus. Strategi pembelajaran pada hakikatnya merupakan penerapan prinsip-prinsip psikologi dan prinsip-prinsip pendidikan bagi perkembangan siswa.

  d. Media Pembelajaran, merupakan salah satu alat untuk mempertinggi proses interaksi guru dengan siswa dan interaksi siswa dengan lingkungan dan sebagai alat bantu mengajar dapat menunjang pengetahuan metode mengajar yang digunakan oleh guru dalam proses belajar.

  e. Evaluasi Pembelajaran, merupakan alat indikator untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan serta menilai proses pelaksanaan mengajar secara keseluruhan. Evaluasi bukan hanya sekadar menilai suatu aktivitas secara spontan dan incidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematis, dan terarah berdasarkan tujuan yang jelas.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran

  Menurut Slameto (2010: 54) Pembelajaran yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang ada pada diri individu yang sedang belajar (factor intern) maupun yang ada di luar individu (factor ekstern). a. Faktor Intern Faktor-faktor yang tergolong dalam faktor internal adalah:

  1) Faktor jasmaniyah merupakan faktor yang bersifat dari bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini yaitu kesehatan dan cacat tubuh. 2) Faktor Psikologis

  Dari faktor Psikologis yang mempengaruhi proses belajar mengajar adalah: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. 3) Faktor Kelelahan

  Faktor Kelelahan pada seseorang walaupun sulit dipisahkan tetapi dapat dibedakan dua macam: yang pertama, kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh maupun kelelahan rohani. Sedangkan yang kedua kelelahan rohani yang dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

  b. Faktor Ekstern Faktor-faktor yang tergolong dalam faktor ekstern adalah:

  1) Faktor Keluarga Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

  2) Faktor Sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. 3) Faktor Masyarakat

  Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Faktor masyarakat yang mempengaruhi belajar siswa yaitu: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

4. Pengertian PAI

  Menurut Ditbinpaisun (dalam Daradjat, 2009: 88) Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung di dalam Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya dan pada akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhiratnya kelak.

  Menurut Tafsir mengatakan Pendidikan Agama Islam dibakukan sebagai nama kegiatan mendidikkan agama Islam. Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran seharusnya dinamakan “Agama Islam”, karena yang diajarkan adalah agama Islam bukan Pendidikan Agama Islam

  . Kata “pendidikan” ini ada pada dan mengikuti setiap mata pelajaran (Muhaimin, 2010: 6).

  Dari uraian tersebut mengenai pengertian Pendidikan Agama Islam dapat disimpulkan sebagai berikut :

  a. Pendidikan Agama Islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup.

  b. Pendidikan Agama Islam ialah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam.

  c. Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran- ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejaheraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.

5. Tujuan Pembelajaran PAI

  Pendidikan Agama Islam disekolah atau madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian, dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Majid dan Diah, 2015: 135).

  Menurut Zakiyah Daradjat (Gunawan dan Ibnu Hasan, 2015: 5) diformulasikan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu membina manusia beragama berarti manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna, sehingga tercermin pada sikap dan tindakan dalam seluruh kehidupannya, dalam rangka mencapai kebahagian dan kejayaan dunia dan akhirat. Yang dapat dibina melalui pengajaran agama yang intensif dan efektif. Oleh Karena itu berbicara Pendidikan Agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup (hasanah) di dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) di akhirat kelak.

6. Fungsi Pembelajaran PAI

  Menurut Majid dan Diah (2015: 134) Pendidikan Agama Islam untuk sekolah atau madrasah berfungsi sebagai berikut :

  a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah Swt yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

  b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

  c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

  e. Pencegahaan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

  f. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya.

  g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.

7. Ruang Lingkup PAI

  Pengajaran agama yang kita bicarakan ini ialah pengajaran agama Islam. Dilihat dari penanaman suatu mata pelajaran, sebenarnya agama Islam itu bukan suatu mata pelajaran. Islam itu adalah suatu agama yang berisi ajaran tentang tata hidup yang diturunkan Allah kepada umat manusia melalui para rasul-Nya, sejak dari Nabi Adam sampai kepada Nabi Muhammad Saw. agama Islam berisi ajaran yang menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai hamba Allah, individu, anggota masyarakat, maupun sebagai makhluk dunia. (Azra, 2002: 47) Sebagai garis besar, ruang lingkup Agama Islam menyangkut tiga hal pokok, yaitu : a. Aspek keyakinan yang disebut aqidah, yaitu aspek credial atau keimanan terhadap Allah dan semua yang difirmankan-Nya untuk diyakini.

  b. Aspek norma atau hukum yang disebut syariah, yaitu aturan- aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia, dan dengan alam semesta.

  c. Aspek perilaku yang disebut akhlak, yaitu sikap-sikap atau perilaku yang nampak dari pelaksanaan aqidah dan syariah.

  Ketiga aspek tersebut tidaklah berdiri sendiri-sendiri, tetapi menyatu membentuk kepribadian yang utuh pada diri seorang muslim. Hal ini diungkapkan secara tegas dalam firman Allah Q.S. Al-Baqarah ayat 208 yang artinya:

  “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh nyata

  ”.

C. Implementasi Penilaian Autentik Mata Pelajaran PAI

  Penilaian dalam PAI dilaksanakan dengan dua cara yaitu penilaian proses dan penilaian hasil belajar. Penilaian proses pembelajaran menggunakan penilaian autentik yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara utuh.

  Menurut Permendikbud Nomor 53 Tahun 2015 (dalam Sani, 2016: 86) tentang Penilaian Hasil Belajar oleh pendidik pada Pendidikan Dasar dan Menengah, yang harus ditetapkan oleh semua satuan pendidikan.

  Penilaian yang digunakan harus mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.

  1. Penilaian Kompetensi Sikap Dalam kurikulum 2013 sikap dibagi menjadi dua, yaitu sikap spiritual dan sikap sosial dan termasuk dalam Kompetensi inti yaitu

  KI-1 untuk spiritual dan KI-2 untuk sikap sosial.

  Menurut Sani (2016: 86) penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik dan instrumen sebagai berikut : a. Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indra, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.

  Pelaksanaan obsevasi dilakukan dengan cara menggunakan instrumen yang sudah dirancang sebelumnya sesuai dengan jenis perilaku yang akan diamati dan situasi yang akan diobservasikan, misalnya kedisiplinan peserta didik di dalam kelas. Penilai atau guru dapat secara langsung mengamati dan mencatat perilaku yang muncul, dan dapat juga menggunakan lembar observasi/daftar centang (checklist) mengenai aspek-aspek tugas/pekerjaan tertentu yang akan diamati.

  b. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapain kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.

  c. Penilaian antar teman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapain kompetensi.

  d. Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan diluar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.

  2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan Menurut Permendikbut Nomor 53 Tahun 2015 dalam Sani,

  (2016: 88) pendidik dalam menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan. Adapun teknik dan bentuk instrumen penilaian kompetensi pengetahuan :

  a. Tes tertulis merupakan tes soal yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan, dan peserta idik juga memberikan jawaban secara tertulis. Respon peserta didik dalam menjawab soal tidak selalu dalam bentuk menulis jawaban, tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti member tanda, mewarnai, menggambar, dan sebagainya. Instrumen tes tertulis berupa soal pilihan ganda, isisan, uraian singkat, benar salah, menjodohkan, dan uraian.

  b. Tes lisan berupa daftar pertanyaan. Tes lisan ini sebaiknya dipersiapkan terlebih dahulu sebelum guru memasuki kelas. Guru menulis beberapa pertanyaan yang akan diajukan secara lisan dengan tahapan yang sesuai dengan tahapan pembelajaran.

  c. Penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau proyek yang dikerjakan secara individual suatu kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.

  3. Penilaian Kompetensi Keterampilan Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik/unjuk kerja, proyek, dan penilaian portofolio (Sani,2016: 89). Adapun teknik dan bentuk instrumen penilaian kompetensi keterampilan : a. Unjuk kerja adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktifitas atau perilaku sesuai dengan tuntunan kompetensi.

  b. Proyek adalah kegiatan penilain terhadap suatu tugas yang harus diseesaiakan dalam periode/waktu tertentu. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.

  c. Portofolio adalah suatu teknik penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu.

  Dalam konteks kurikulum 2013, langkah-langkah yang dilakukan dalam mengimplementasikan penilaian autentik disesuaikan dengan langkah-langkah kegiatan pembelajaran, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengolahan/analisis dan pelaporan.

1. Perencanaan Penilaian

  Menurut Sani (2016: 60) perencanaan penilaian proses dan hasil belajar tidak dapat dilepaskan dari perencanaan pembelajaran, karena penyusunan rencana penilaian merupakan rangkaian program pembelajaran yang utuh dan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran dan kurikulum yang terkait. Oleh sebab itu, ketika membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) guru juga membuat perencanaan penilaian yang dimuat dalam RPP tersebut. Tahapan perencanaan penilaian oleh penidik pada umumnya mengikuti prosedur sebagai berikut.

  a. Menjelang awal tahun semester, kelompok guru mata pelajaran sejenis pada satuan pendidikan melakukan: pengembangan indikator pencapaian KD, penyusunan rancangan penilaian yang sesuai, pembuatan rancangan program remedial dan pengayaan untuk setiap KD, dan penetapan KKM masing- masing mata pelajaran untuk setiap KD dengan memerhatikan karakteristik peserta didik, dan kondisi satuan pendidikan yang meliputi daya dukung, kualifikasi dan kompetensi guru, fasilitas sarana dan prasarana.

  b. Pada awal semester guru menginformasikan KKM ulangan harian dan silabus mata pelajaran yang memuat rancangan dan kriteria penilaian kepada peserta didik.

  c. Guru mengembangkan indikator penilaian, kisi-kisi, instrumen penilaian untuk berbagai teknik penilaian baik tes, pengamatan, maupun penugasan, dan pedoman penskoran.

2. Pelaksanaan Penilaian

  Menurut Sani (2016: 62) pelaksanaan penilaian dilakukan oleh guru. Dalam pelaksanaan penilaian harus mengikuti beberapa tahapan. Adapun tahapan pelaksanaan penilaian yang dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut : a. Melaksanakan penilaian dengan menggunakan instrumen yang telah dikembangkan, b. Memeriksa hasil pekerjaan peserta didik mengacu pada pedoman penskoran dan kriteria penilaian yang telah ditetapkan sebelumnya, untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar peserta didik, c. Hasil pekerjaan peserta didik untuk setiap penilaian dikembalikan kepada masing-masing peserta didik disertai balikan atau komentar yang mendidik.

3. Analisis Hasil Penilaian

  Menurut Sani (2016: 63) kegiatan yang dilakukan guru pada tahap analisis adalah menganalisis hasil penilaian ulangan harian menggunakan acuan krieria yang telah ditetapkan. Kegiatan analisis hasil penilaian oleh satuan pendidikan adalah sebagai berikut:

  a. Menentukkan nilai akhir untuk setiap mata pelajaran yang diperoleh dari akumulasi nilai ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan penugasan. Bobot masing-masing penilaian ditetapkan sekolah.

  b. Satuan pendidikan mengadakan rapat dewan pendidik untuk menentukan nilai akhir dan kepribadian peserta didik berdasarkan hasil penilaian/pengamatan guru yang dilaporkan oleh guru Pendidikan Agama Islam.

  c. Satuan pendidikan menetapkan dapat tidaknya peserta didik naik kelas berdasrkan kriteria kenaikan kelas yang telah ditetapkan melalui rapat dewan pendidik.

  d. Menganalisis hasil ujian sekolah dengan membandingkan hasil ujian sekolah masing-masing peserta didik dengan batas kelulusan ujian seklah yang telah ditentukan. e. Satuan pendidikan mengadakan rapat dewan pendidik untuk menetapkan peserta didik yang lulus dari satuan pendidikan sesuai dengan kriteria kelulusan yang telah ditetapkan.

4. Pelaporan Hasil Penilaian

  Menurut Sani (2016: 64) pada tahap pelaporan hasil penilaian, kegiatan yang dilakukan oleh pendidikan sebagai berikut:

  a. Melaporkan hasil penilaian untuk semua mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada orang tua/wali peserta didik dalam bentuk Laporan Hasil Belajar (rapor). Laporan ini dapat dimanfaatkan oleh orang tua atau wali peserta untuk membantu dan memotivasi anaknya untuk belajar,

  b. Melaporkan kelulusan peserta didik yang berisi nilai yang dicapai peserta didik kepada orang tua/walinya, c. Melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk setiap tahun pelajaran.

D. Penelitian Terdahulu

  Penelitian mengenai implementasi penialaian autentik kurikulum 2013 sudah ada. Namun dari beberapa penelitian tersebut sedikit berbeda dengan penelitian penulis. Penulis lebih mengkhususkan melakukan penelitian implementasi penilaian autentik kurikulum 2013 pada Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Karangmoncol. Beberapa penelitian terdahulu adalah sebagai berikut:

1. Skripsi dengan judul “Implementasi Penilaian Otentik Dalam

  Kurikulum 2013 d i Sekolah Dasar Neegeri 4 Teluk” oleh Radhita Oktisari Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto tahun 2014. Dapat disimpulkan hasil penelitiannya sebagai berikut : SD Negeri 4 Teluk dalam pelaksanaan penilaian autentik masih kurang dalam penilaian autentiknya.

  2. Skripsi dengan ju dul “Implementasi Penilaian Otentik Dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013 d i Sekolah Dasar” oleh Nanda Putri Purnaningtyas fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto tahun 2015. Simpulan hasil penelitian adalah sebagai berikut: SD Negeri 2 Tinggarjaya dalam pelaksanaan penilaian autentik sudah sesuai dengan implementasi penilaian autentik kurikulum 2013.

  Dari beberapa hasil penelitian terdahulu pada tiap-tiap objek yang di teliti dapat ditarik kesimpulan bahwa rata-rata permasalahan yang ada yaitu pada kendala penerapan penilaian autentik kurikulum 2013. Penelitian ini berbeda dengan beberapa penelitian terdahulu. Penelitian ini terfokus pada implementasi penilaian autentik yang digunakan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Dari penelitian ini diharapkan dapat membantu mengurangi permasalahan yang timbul dalam proses penilaian autentik khususnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.