Tinjauan Yuridis Terhadap Penipuan Melalui E-commerce - Repositori UIN Alauddin Makassar

  “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENIPUAN MELALUI E-COMMERCE

  SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Hukum (SH) Jurusan Ilmu Hukum Pada

  Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar

  Oleh :

IRMA SURIANI

  NIM: 10500113005

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2017

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

  Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Irma Suriani Nim : 10500113005 Tempat/Tgl. Lahir : Bontote’ne , 01 Februari 1995 Jurusan : Ilmu Hukum Fakultas : Syariah dan Hukum Alamat : Punggallu Desa Belabori Kec. Parangloe Judul : Tinjauan Yuridis Terhadap Penipuan Melalui E-commerce

  Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

  Makassar, 08 Juni 2017 Penyusun, Irma Suriani NIM : 10500113005

  iv

KATA PENGANTAR

  

  

  Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah swt. Yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada penyusun, sehingga proses penyusunan skripsi ini yang berjudul “ Tinjauan Yuridis Penipuan Melalui E-commerce (di Polrestabes Makassar)” dapat diselesaikan dengan baik.

  Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai rahmatan li al-'alaimin yang telah membawa umat manusia dari kesesatan kepada kehidupan yang selalu mendapat sinar ilahi.

  Saya sangat meyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan yang saya miliki, tapi karena dukungan dan bimbingan serta doa dari orang-orang sekeliling saya akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini.

  Rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya saya berikan kepada :

  1. Kedua orang tua tercinta, ayah handa Dahang Tabiang dan ibunda Manisi Dumbang yang telah memberikan dukungan dan kasih sayang yang luar biasa besarnya kepada penyusun serta ketiga kakakku. Umar Dahang S.Pdi, Rudianto A.Ma, Sukarno S.Pdi. yang selalu memberikan dukungan yang terbaik.

  2. Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M.Si selaku Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

  3. Prof. Dr. Darussalam Syamsuddin, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

  4. Ibu Istiqamah S.H.,M.H selaku ketua Jurusan Ilmu Hukum dan Bapak Rahman v Syamsuddin S.H.,M.H selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Hukum.

  5. Bapak Ahkam Jayadi.,SH.,MH. dan Bapak Dr. Jumadi.,SH.,MH. selaku pembimbing yang senantiasa membimbing ananda dalam proses penulisan skripsi ini.

  6. Ibu St. Nurjannah SH.,M. Dan Ibu Erlina.,SH.,MH. Selaku penguji yang senantiasa memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

  7. Kepala Polrestabes Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada penyusun untuk melakukan penelitian.

  8. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, terima kasih untuk seluruh didikan, bantuan dan ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

  9. Kepada para sahabatku “Bestie”, Hardianti dan Nismawati yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian Skripsi ini.

  10. Kepada sahabatku penghuni kelas Ilmu Hukum A, St. Muflihah, Amriani, Nurul Rahmah, Harisa tulkrima Dinda dan Ijah Ramadina terimakasih atas kebersamaan dan ketulusannya selama ini.

  11. Keluarga besar Ilmu Hukum A Angkatan 2013, Saudara-saudara seperjuangan, Terima kasih untuk kalian semua, kalian saudara yang hebat dan luar biasa.

  12. Keluarga KKN Angkatan 53 se-kecamatan Tinggimoncong yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian Skripsi ini.

  13. Keluarga besar KKN Angkatan 53 Kelurahan Pattapang yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian Skripsi ini. vi Untuk kesempurnaan skripsi ini, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak, semoga skripsi ini kedepannya dapat bermanfaat untuk semua orang.

  Makassar, 1Mei2017 Penyusun, Irma Suriani

  

DAFTAR ISI

  JUDUL ..................................................................................................................i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI............................................................... ii PENGESAHAN ....................................................................................................iii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv DAFTAR ISI.........................................................................................................vii PEDOMAN TRANSLITERASI ...........................................................................xiv ABSTRAK ............................................................................................................xv BAB

  I PENDAHULUAN ...............................................................................1-10

  A. Latar Belakang ...................................................................................1

  B. Rumusan Masalah ..............................................................................6

  C. Pengertian Judul .................................................................................6

  D. Kajian Pustaka....................................................................................7

  E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian........................................................ 9

  F. Garis Besar Isi.....................................................................................10 BAB

  II TINJAUAN TEORITIS ......................................................................11-50

  A. Pidana dan Pemidanaan......................................................................11

  B. Tindak Pidana Penipuan.....................................................................28

  C. TinjauanTentang E-commerce ........................................................... 32

  D. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ..........................................................................44

  BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................51-53 A. Jenis dan Lokasi Penelitian .................................................................51 B. Metode Pendekatan .............................................................................51 C. Jenis dan Sumber Data ........................................................................51 D. Metode Pengumpulan Data .................................................................52 E. Metode Pengolahan Analisis Data ......................................................52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................54-67 A. Keadaan Umum Visi dan Misi Polrestabes Makassar ........................ 54 B. Upaya Kepolisian Dalam Mencegah Berulangnya Penipuan Melaui E- commerce Serta Kendala yang Dihadapi Oleh Pihak Polrestabes Makassar Dalam Penyidikan Tindak Pidana Penipuan Melalui E-commerce ....58

  C. Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Penipuan Melalui E-commerce dan Proses Penyidikan Tindak Pidana Penipuan Melalui E-commerce .............................................................................................................60

  BAB V PENUTUP................................................................................................ 68-69 A. Kesimpulan ......................................................................................... 68 B. Implikasi.............................................................................................. 69 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 70-71 LAMPIRAN-LAMPIRAN....................................................................................72-.88 DAFTAR RIWAYAT HIDUP..............................................................................89

PEDOMAN TRANSLITERASI

  1. Konsonan

  Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

  Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

  ا

  ba b Be

  ب

  ta t Te

  ت

  sa s es (dengan titik di atas)

  ث

  jim j Je

  ج

  ha h ha (dengan titik di

  ح

  bawah) kha kh kadan ha

  خ

  dal d De

  د

  zal z zet (dengan titik di atas)

  ذ

  ra r Er

  ر

  zai z Zet

  ز

  sin s Es

  س

  syin sy esdan ye

  ش

  sad s es (dengan titik di

  ص

  bawah) dad d de (dengan titik di

  ض

  bawah) ta t te (dengan titik di bawah)

  ط za z zet (dengan titik di

  ظ

  bawah)

  ‘ain ‘ Apostrop terbalik ع

  gain g Ge

  غ

  fa f Ef

  ف

  qaf q Qi

  ق

  kaf k Ka

  ك

  lam l El

  ل

  mim m Em

  م

  nun n En

  ن

  wau w We

  و

  ha h Ha

  ه

  hamzah , Apostop

  ء

  ya y Ye

  ي

  Hamzah yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberitanda apapun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda( ).

  2. Vokal Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

  Vokal tungggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut :

  Tanda Nama Huruf Latin Nama

  Fathah A A Kasrah i

  I Dammah u U Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu :

  Tanda Nama Huruf Latin Nama fathahdanya Ai a dan i fathahdanwau Au a dan u

  3. Maddah

  Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,

  transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu : Harkat dan Huruf Nama Huruf dan Tanda Nama

  fathahdanalifatauya a a dan garis di

  atas

  kasrahdanya

  i i dan garis di atas

  dammahdanwau u u dan garis di

  atas

  4. Ta Marbutah

  Transliterasi untuk ta marbutah ada dua, yaitu: ta marbutah yang hidup atau mendapat harkat fathah, kasrah, dan dammah, yang transliterasinya adalah [t].

  Sedangkan tamar butah yang mati atau mendapat harkat sukun transliterasinya adalah [h].

  Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta

  marbutah itu transliterasinya dengan [h].

  5. Syaddah (Tasydid)

  Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan

  sebuah tanda tasydid ( ), dalam transliterasinya ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonanganda) yang diberi tanda syaddah.

  Jika huruf ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf

  ي kasrah maka ia ditransliterasikan seperti huruf maddah (i). (ي),

  6. Kata Sandang Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf (alif

  ﻻ lam ma’arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi

  seperti biasa, al-, baik ketika ia di ikuti oleh huruf syamsiah Maupun huruf qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).

  7. Hamzah Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrop ( ) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

  8. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya kata Al- Qur’an (dari al-

  Qur’an), sunnah, khusus dan umum. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi

  bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka mereka harus ditransliterasi secara utuh.

  9. Lafz al-Jalalah

  (ﷲ ) Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau

  berkedudukan sebagai mudafilaih (frase nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.

  Adapun ta marbutah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz a-ljalalah, ditransliterasi dengan huruf [t].

  10. Huruf Kapital Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku

  (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama dari (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat.

  Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (AL-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK,DP, CDK, dan DR).

  

ABSTRAK

Nama : Irma Suriani Nim : 10500113005 Fak/Jur : Syari’ah & Hukum / IlmuHukum Judul : Tinjauan Yuridis Terhadap Penipuan Melalui E- commerce

  Skripsi ini berjudul Tinjauan Yuridis Terhadap Penipuan Melalui E- commerce yang bertujuan 1) Untuk mengetahui apa saja sanksi pidananya terhadap pelaku penipuan melalui E-commerce atau perdagangan Elektroni via online (internet). 2) Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan kepolisian dalam mencegah berulangnya penipuan melalui E-commerce.

  Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan, dengan menggunakan data berupa wawancara langsung/tanyajawab (dialog) dan dokumen. Sumber data penelitian dari data primer dan data sekunder. Pengolahan dan Analisisdata dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu: reduksi data, penyajian data dan pengambilan kesimpulan.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Tindak pidana penipuan ini dapat dijerat

dengan pasal 378 KUHP sebagai tindak pidana penipuan atau pasal 28 ayat (1) UU ITE

tentang pengaturan mengenai penyebaran berita bohong dan menyesatkan yang merugikan

konsumen. Atau dapat dikenakan pasal-pasal berlapis terhadap suatu tindak pidana

  yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana penipuan sebagaimana diatur dalam pasal 378 KUHP dan memenuhi unsur-unsur tindak pidana pasal 28 ayat (1) UU ITE. Artinya, bila memang unsur-unsur tindak pidananya terpenuhi, polisi dapat menggunakan kedua pasal tersebut. 2) upaya mencegah terjadinya kasus penipuan melalui e-commerce dengan menjalankan beberapa strategi seperti memberikan pelatihan kepada anggota kepolisian khusus dan juga edukasi kepada masyarakat tentang cyber crime. Dan tindakan pencegahan kepolisian seperti patroli dan pemeriksaan terhadap dunia usaha. Kemudian memberikan efek jera kepada pelaku penipuan.

  Kata Kunci : Penipuan, E-commerce.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang A. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi

  dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Walaupun Undang-Undang ITE tidak secara khusus mengatur mengenai tindak pidana penipuan, namun terkait dengan timbulnya kerugian konsumen dalam transaksi elektronik terdapat ketentuan pasal 28 ayat (1) UU ITE yang menyatakan:

  “setiap orang dengan sengaja, dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi

  1 elektronik”.

  Terhadap pelanggaran pasal 28 ayat (1) UU ITE diancam pidana penjara paling lama enam tahun dan atau denda paling banyak Rp1 milyar, sesuai pengaturan pasal 45 ayat (2) UU ITE.

  Globalisasi telah menjadi pendorong lahirnya era perkembangan tehnologi informasi. Fenomena kecepatan perkembangan teknologi informasi ini telah merebak diseluruh belahan dunia. Tidak hanya negara maju saja, namun negara berkembang juga telah memacu perkembangan tehnologi informasi pada masyarakatnya masing-

  1 masing, sehingga tehnologi informasi mendapatkan kedudukan yang penting bagi

  2 kemajuan sebuah bangsa.

  Kebutuhan dan penggunaan akan tehnologi informasi yang diaplikasikan dengan internet dalam segala bidang seperti e-banking, ecommerce, e-goverment, e- education telah menjadi sesuatu yang lumrah dan telah membuat perilaku seseorang menjadi lebih baik dalam berperilaku dalam sebuah masyarakat. Informasi yang telah didapat menimbulkan suatu perubahan dalam seluruh bidang misalnya bidang sosial, ekonomi dan budaya secara cepat dan luas. Selain itu memberikan suatu peningkatan kesejahteraan, kemajuan, dan peradaban manusia. Semakin canggihnya tehnologi informasi yang berkembang saat ini, tidak menutup kemungkinan dampak negatif seperti pengancaman, pencurian, penipuan, pencemaran nama baik serta pengunggahan media yang tidak wajar (pornografi).

  Arus globalisasi yang melanda dunia dewasa ini menyebabkan perubahan dalam seluruh aspek kehidupan manusia, terutama pada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Perubahan yang terjadi itu dengan sendirinya terjadi pula pada perubahan hukum karena kebutuhan masyarakat akan berubah secara kuantitatif dan kualitatif. Permasalahan yang timbul dalam perubahan hukum itu adalah sejauh mana hukum bisa sesuai dengan perubahan tersebut dan bagaimana tatanan hukum itu agar tidak tertinggal dengan perubahan masyarakat. Disamping itu, sejauh mana 2 Budi Suhariyanto, Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cybercrime) Urgensi Pengaturan masyarakat dapat mengikat diri dalam perkembangan hukum agar ada keserasian antara masyarakat dan hukum supaya melahirkan ketertiban dan ketenteraman yang diharapkan.

  Era globalisasi juga menyebabkan makin canggihnya tehnologi informasi sehingga telah membawa pengaruh terhadap munculnya berbagai bentuk kejahatan

  3 yang sifatnya modern yang berdampak lebih besar dari pada kejahatan konvensional.

  Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa manusia kepada kemudahan berinteraksi antara satu sama lain nyaris tanpa batas-batas negara dan wilayah. Globalisasi yang disertai revolusi informasi mestinya dapat mempermudah pengembangan pemahaman bersama dan rasa persaudaraan dalam suatu relasi tanggung jawab universal untuk menciptakan suatu masyarakat dunia yang lebih baik, aman dan makmur. Akan tetapi pada kenyataannya perkembangan tersebut justru menghadirkan kompleksitas permasalahan. Permasalahan-permasalahan yang muncul itu lebih beragam mencakup masalah ekologi, ekonomi, politik, dan sosial. Masyarakat telah memanfaatkan teknologi dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya teknologi informasi dan komunikasi seperti telefon genggam, internet dan media elektronik lainnya. Selain memiliki dampak positif, teknologi informasi dan komunikasi juga memiliki sisi negatifnya. Berbagai tindak kejahatan dapat dilakukan seperti perjudian online (internet), pembobolan Automated Teller Machine (ATM), pencurian data perusahaan lewat internet dan 3 Budi Suhariyanto, Tindak Pidana Tehnologi Informasi (Cybercrime)Urgensi Pengaturan penipuan melalui media eletronik. Oleh sebab itu diperlukan hukum untuk mengaturnya.

4 Menurut Achmad Sanusi.

  “Hukum adalah himpunan kaidah -kaidah, berisi keharusan ataupun

  larangan tentang pengaturan masyarakat, yang memang dianut dengan nyata oleh masyarakat. Atau, ia adalah rangkaian gejala-gejala masyarakat yang terjadinya memang diharuskan terhadap pelanggaran kaidah-kaidah itu, atau terhadap gejala-gejala masyarakat yang bertentangan dengan keharusan itu, dapat dikenakan sanksi, jika perlu dengan paksa oleh penguasa.

  “Hukum sebagai alat pembaharuan sosial (a tool of social engineering)

  harus dapat digunakan untuk memberi jalan terhadap perkembangan yang terjadi di masyarakat, terutama terhadap perkembangan-perkembangan di bidang teknologi.

  Untuk itu pengaturan ahli teknologi sebagai tolak ukur kemajuan negara miskin dan berkemban g harus dapat diatur dalam hukum tersendiri”.

  Dahulu kala, perdagangan hanya bisa dilakukan dengan bertatap muka, penjual dan pembeli bertransaksi secara langsung. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, penjual dan pembeli pun bisa bertransaksi tanpa bertemu sekalipun. Banyak pengusaha yang memanfaatkan media elektronik dengan mempromosikan barang/jasanya secara online, karena lebih mudah dan tidak 4 Abdul Kadir Pobela, “Analisis Yuridis Terhadap Tindak Pidana Penipuan Yang Dilakukan

  

Melalui Media Elektronik”,Skripsi (Makassar:fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin memakan banyak biaya. Di Indonesia sudah banyak bermunculan toko-toko media elektronik termasuk di kota Makassar. Mulai dari perusahaan besar sampai penjual rumahan sudah memanfaatkan media elektronik ini untuk mempromosikan dagangannya. Media-media elektronik itu berupa internet, televisi, radio, dan lain- lain. Kejelasan toko-toko di media elektronik patut dipertanyakan baik dari segi kualitas maupun keabsahan toko-toko tersebut, sebab peluang dalam melakukan tindak kejahatan berupa penipuan sangat mungkin terjadi di kota Makassar, banyak orang yang mengalami kasus penipuan melalui media elektronik ini mengingat masyarakat banyak yang telah memiliki akun sosial berupa facebook atau twitter mempermudah pelaku kejahatan dalam melakukan aksinya.

  Contoh riilnya adalah kasus yang terjadi di Kota Makassar, pelaku kejahatan memiliki situs atau website yang menjual barang-barang elektronik berupa handphone, kamera digital, ipod serta laptop. Korban yang melihat foto yang ada di situs atau website tersebut tertarik untuk melakukan transaksi jual beli dan berselang beberapa waktu korban telah mentransfer uang kepada si pelaku. Akan tetapi hingga pembayarannya telah lunas korban tidak kunjung mendapatkan barang yang telah dibayarnya tersebut. Kasus ini membuat Penulis ingin menelusuri lebih dalam tentang bagaimana sanksi pidana dan upaya pencegahannya terhadap penipuan melalui perdagangan elektronik. Dengan melalui judul Tinjauan Yuridis Terhadap Penipuan melalui E-commerce.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimanakah upaya yang dilakukan kepolisian dalam mengurangi dan mencegah berulangnya penipuan melalui e-commerce di Polrestabes Makassar?

  2. Bagaimanakah penerapan sanksi pidana terhadap pelaku penipuan yang dilakukan melalui e-commerce di Kota Makassar?

  C. Pengertian Judul Skripsi ini berjudul “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENIPUAN

  MELALUI E-COMMERCE ”. Untuk memberikan arah yang tepat terhadap masalah yang dibahas, penulis berusaha memberikan pengertian kata-kata yang berkaitan dengan judul skripsi ini:

  1. Tinjauan adalah hasil meninjau; pandangan; pendapat (sesudah

  5 menyelidiki, mempelajari, dsb.

  2. Yuridis adalah menurut hukum; secara hukum; bantuan-bantuan

  6 hukum.

5 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka

  2002), h. 120 6

  3. Menipu adalah mengenakan tipu muslihat; mengakali; memperdayakan. penipuan adalah proses, cara, perbuatan menipu;

  

7

perkara menipu (mengecoh).

  4. Perdagangan elektronik (e-commerce) adalah proses pembelian, penjualan atau pertukaran produk, jasa dan informasi melalui jaringan

  8 komputer.

D. Kajian Pustaka

  Berbagai sumber kepustakaan yang penulis telusuri, belum ditemuka kajian yang serupa dengan penelitian penulis, baik dari segi judul dan masalah yang dibahas.

  Namun terdapat beberapa rujukan yang memiliki kaitan penelitian penulis berupa hasil penelitian lapangan (filed research) seperti skripsi dan kajian pustaka (library research) berupa buku-buku yang dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi dalam menuangkan ide-ide dan gagasan dalam penelitian ini.

  Hasil penelitian lapangan berupa skripsi, seperti yang ditulis Berechmans Marianus Ambardi Bapa yang berjudul penanggulangan tindak pidana penipuan dalam pembelian secara online shop, tahun 2013. Yang menerangkan tindak pidana penipuan melalui media elektronik. Dalam skripsinya itu diteliti juga tentang

  9 penanggulangan tindak pidana penipuan. 7 8 Departemen Pendidikan Nasional Edisi Ketiga. Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1199 Dewi Irmawati, “Pemanfaatan E -commerce Dalam Dunia Bisnis”, Jurnal Ilmiah (Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya, 2011) 9 Berechmans Marianus Ambardi, “Penanggulangan Tindak Pidana Penipuan Dalam

  

Pembelian Secara Online Shop” Skripsi (Yogyakarta:Fakultas Hukum, Universitas Atma Jaya

  Selain penelitian lapangan berupa skripsi yang telah dikemukakan, ditemukan banyak kajian pustaka merekomedasikan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang tinjauan yuridis terhadap tindak pidana penipuan melalui e-commerce di Polrestabes Makassar. Kajian pustaka yang di maksud antara lain adalah buku-buku literatur seperti:

  Pertama, buku yang berjudul Merajut Hukum di Indonesia, tahun 2014, ditulis Rahman Syamsuddin, dan Ismail Aris, yang dalam salah satu bab pembahasannya menguraikan tentang definisi Tindak Pidana.

  Kedua, buku yang berjudul Tanya Jawab Sekitar Undang-Undang No.11 tahun

  

2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, tahun 2008, ditulis Soemarno

  Partodihardjo, dalam buku ini disebutkan beberapa kejahatan dalam perdagangan secara Elektronik dan meliputi ciri-cirinya.

  Ketiga, buku yang berjudul Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cybercrime), ditulis Budi Suhariyanto, dalam buku ini dijelaskan tinjauan umum mengenai cybercrime dan juga dijelaskan urgensi Undang-Undang cybercrime dalam sistem hukum nasional serta pengaturan tindak pidana teknologi informasi (cybercrime) dalam UU ITE.

  Keempat, buku yang berjudul cepat dan mudah memahami hukum pidana, ditulis Ismu Gunadi, dan Jonaedi Efendi, dalam buku ini membahas masalah-masalah tindak pidana penipuan dalam bentuk pokok dan menjelaskan unsur objektif dan unsur subjektif tindak pidana penipuan.

E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

  1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian pada penulisan karya ilmiah ini adalah:

  a. Untuk mengetahui apa saja sanksi pidananya terhadap pelaku penipuan melalui e-commerce.

  b. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan kepolisian dalam mencegah dan mengurangi berulangnya penipuan melalui media elektronik dan kendala yang dihadapi oleh pihak polrestabes Makassar dalam menangani kasus tindak pidana penipuan melalui e-commerce.

  2. Kegunaan Penelitian Penelitian yang dilakukan penulis diharapkan akan menghasilkan kegunaan sebagai berikut: a. Kegunaan Teoritis

  1) Hasil penelitian dapat memberikan kegunaan untuk mengembangkan ilmu hukum khususnya jurusan hukum pidana.

  2) Untuk memberikan pengetahuan yang lebih dalam tentang pengguna aplikasi sosial media b. Kegunaan praktis

  Dapat menambah wawasan, dan mengetahui upaya pencegahan terhadap penipuan e-commerce di Kota Makassar.

F. Garis Besar Isi

  Skripsi ini terdiri dari lima bab, untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi skripsi ini, maka akan diberikan gambaran secara umum berupa garis besar isi skripsi sebagai berikut:

  Bab pertama pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, definisi opersional, kajian pustaka, tujuan dan kegunaan penelitian, serta garis-garis besar isi.

  Bab kedua Tinjauan Pustaka membahasa mengenai pengertian dasar dan berbagai materi dan substansi terkait dengan permasalahan yang berasal dari literature.

  Bab ketiga metodologi penelitian, dalam bab ini penulis menjelaskan tentang jenis penelitian, metode pendekatan, metode pengumpulan data, serta metode pengolah dan analisis data.

  Bab keempat hasil penelitian, dalam bab ini penulis menjelaskan tentang penerapan sanksi pidana terhadap pelaku penipuan yang dilakukan melalui e- commerce serta upaya-upaya yang dilakukan pihak kepolisian terhadap penipuan melalui e-commerce.

  Bab kelima penutup merupakan rangkaian isi tulisan yang akan di uraikan dalam kesimpulan hasil penelitian dan implikasi.

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pidana dan Pemidanaan

1. Pengertian Pidana dan Pemidanaan

  Pidana berasal dari kata straf yaitu hukuman yang dijatuhkan terhadap orang yang terbukti bersalah melakukan delik berdasarkan putusan yang berkekuatan

  1

  hukum yang tetap. Menurut Sudarto, pidana adalah nestapa yang diberikan oleh negara kepada seseorang yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan undang-

  2 undang (hukum pidana), sengaja agar diberikan sebagai nestapa.

  Adapun pengertian pemidanaan itu sendiri mendapat penjelasan oleh Sudarto yakni Perkataan pemidanaan itu adalah sinonim dengan perkataan penghukuman. Tentang hal tersebut berkatalah beliau antara lain bahwa: penghukuman itu berasal dari kata dasar hukum, sehingga dapat diartikan sebagai menetapkan hukum atas memutuskan tentang hukumannya (berechten).

  Menetapkan hukum untuk suatu peristiwa tidak hanya menyangkut bidang hukum pidana saja, tetapi juga hukum perdata. Karena tulisan ini berkisar pada hukum pidana, istilah tersebut harus disempitkan artinya, yakni penghukuman dalam perkara pidana, yang kerap kali sinonim dengan pemidanaan atau pemberian atau penjatuhan pidana oleh hakim. Penghukuman disini mempunyai makna sama dengan sentence atau vervoordeling.

  1 2 Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), h.119 Rahman Syamsuddin & Ismail Aris. Merajut Hukum Di Indonesia, (Jakarta: Mitra Wacana

  Pemidanaan adalah tindakan yang diambil oleh hakim untuk memidana seseorang terdakwa sebagaimana yang dikemukakan oleh Sudarto yang menyebutkan bahwa:

  “ Penghukuman berasal dari kata dasar hukum, sehingga dapat diartikan sebagai

  menetapkan hukum atau memutuskan tentang hukumnya (berchten) menetapkan hukum untuk suatu peristiwa itu tidak hanya menyangkut bidang hukum pidana saja, akan tetapi juga perdata. Kemudian istilah penghukuman dapat disempitkan artinya, yaitu kerap kali disinonimkan dengan pemidanaan

  3 atau pemberian atau penjatuhan pidana oleh hakim”.

2. Pengertian Tindak Pidana

  Pengertian perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan yang mana disertai ancaman (sanksi) yangberupa pidana tertentu,

  4

  bagi barangsiapa melanggar larangan tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan yang oleh suatu aturan hukum dilarang dan diancam pidana, asal saja dalam pada itu diingat bahwa larangan ditunjukkan kepada perbuataan, (yaitu suatu keadaan atau kejadiaan yang ditimbulkan oleh kelakuan orang), sedangkan ancaman pidananya ditunjukkan kepada orang yang menimbulkannya kejadian itu. Antara larangan dan ancaman pidana ada hubungan yang erat, oleh karena antara kajadian dan orang yang menimbulkan kejadian itu, ada hubungan yang erat pula. Dan justru untuk menyatakan hubungan yang erat itu, maka dipakailah perkataan perbuatan, yaitu suatu pengertian abstrak yang menunjukkan kepada dua keadaan konkrit: pertama, adanya kejadian yang tertentu dan kedua, adanya orang yang berbuat, yang menimbulkan kejadian itu.

3 Dwidja Priyatno, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara Di Indonesia, (Bandung: PT Refika

  Aditama, 2013), h. 6 4

  Menurut Rahman Syamsuddin dalam bukunya Merajut Hukum Di Indonesia

  5

  mengatakan bahwa:

  “H ukum pidana adalah kumpulan peraturan yang mengatur perbuatan, baik

  menyeruh berbuat atau melakukan sesuatu, maupun melarang berbuat atau melakukan sesuatu yang diatur di dalam undang-undang dan peraturan daerah yang diancam dengan sanksi pidana ” .

  Ada istilah lain yang dipakai dalam hukum pidana, yaitu “tindak pidana”.

  Istilah ini, karena timbulnya dari pihak kementrian kehakiman, sering dipakai dalam perundang- undangan. Meskipun kata “tindak” lebih pendek dari “perbuatan” tapi

  

“tindak” tidak menunjukkan pada suatu yang abstrak seperti perbuatan, tapi hanya

  menyatakan perbuatan konkrit, sebagaimana halnya dengan peristiwa dengan perbedaan bahwa tindak adalah kelakuan, tingkah laku, gerak-gerik atau sikap jasmani seseorang . Oleh karena tindak sebagai kata tidak begitu dikenal, maka dalam perundang-undangan yang menggunakan istilah tindak pidana baik dalam pasal-pasal sendiri, maupun dalam penjelasannya hampir selalu dipakai pula kata perbuatan. Contoh: U.U no. 7 tahun 1953 tentang pemilihan umum (pasal 127, 129 dan lain-

  6 lain.

  Hukum pidana belanda memakai istilah strafbaar feit, kadang-kadang juga

  

delict yang berasal dari Bahasa latin Delictum. Hukum pidana negara-negara Anglo-

  Saxon memakai istilah offense atau criminal act untuk maksud yang sama. Oleh Karena KUHP Indonesia bersumber pada WvS Belanda, maka istilah aslinya pun

  7 sama yaitu strafbaat feit.

  5 6 Rahman Syamsuddin& Ismail Aris, Merajut Hukum Di Indonesia, h. 192 7 Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, h. 55.

  Sedangkan dalam buku Pelajaran Hukum Pidana karya Adami Chazawi menyatakan bahwa:

  “I stilah tindak pidana adalah berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum

  pidana Belanda yaitu strafbaar feit, tetapi tidak ada penjelasan tentang apa yang dimaksud dengan strafbaar feit itu. Karena itu para ahli hukum berusaha memberikan arti dan isi dari istilah itu. Sayangnya sampai kini belum ada

  8 keragaman pendapat ” .

  Sedangkan Rahman Syamsuddin & Ismail Aris menyimpulkan bahwa perbuatan pidana adalah suatu perbuatan yang melanggar perintah untuk melakukan sesuatu secara melawan hukum dengan kesalahan dan diberikan sanksi, baik di dalam

  9 undang-undang maupun di dalam peraturan daerah.

  Menurut Mahrus Ali dalam bukunya Dasar-Dasar Hukum Pidana mengatakankan bahwa:

  “P erbuatan hukum pidana adalah perbuatan yang dilarang dan diancam dengan

  pidana barangsiapa yang melakukannya. Menurutnya kesalahan tidak terkait dengan perbuatan pidana, tapi berhubungan dengan pertanggungjawaban pidana. Ketika seseorang terbukti melakukan suatu perbuatan yang dilarang oleh hukum pidana, tidak secara otomatis orang itu dijatuhi pidana. Untuk menjatuhkan pidana kepada orang itu, harus terdapat kesalahan pada orang itu dan telah dibuktikan dalam proses peradilan,dan itu di luar perbincangan tentang perbuatan pidana. Dalam praktik peradilan yang pertama kali dilakukan hakim ketika memeriksa perkara pidana yang diajukan kepadanya adalah apakah orang yang dihadapkan kepadanya memang terbukti melakukan perbuatan yang dilarang oleh hukum pidana. Setelah hal itu terbukti, hakim

  10 kemudian membuktikan ada tidaknya kesalahan pada diri orang itu ” .

3. Unsur-unsur Tindak Pidana

  Pada hakikatnya, setiap perbuatan pidana harus terdiri dari unsur-unsur lahiriah (fakta) oleh perbuatan, mengandung kelakuan dan akibat yang ditimbulkan

  8 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 67. 9 10 Rahman Syamsuddin& Ismail Aris, Merajut Hukum Di Indonesia, h. 193

  11

  karenanya. Keduanya memunculkan kejadian dalam alam lahir (dunia). Sebuah perbuatan tidak bisa begitu saja dikatakan perbuatan pidana. Oleh karena itu, harus diketahui apa saja unsur atau ciri dari perbuatan pidana itu sendiri.

  Moeljatno menyebutkan bahwa perbuatan pidana terdiri dari lima elemen. Yaitu kelakuan dan akibat (perbuatan), Hal ikhwal atau keadaan yang menyertai perbuatan, keadaan tambahan yang memberatkan pidana, unsur melawan hukum yang

  12 subjektif, dan unsur melawan hukum yang objektif.

  Selain itu, sifat melawan hukum dilihat dari sumber perlawanannya terbagi menjadi dua. Pertama, unsur melawan hukum yang objektif yaitu menunjuk kepada

  13

  keadaan lahir atau objektif yang menyertai perbuatan. Hal ini digambarkan pada

  pasal 164 ayat 1 KUHP (1) Barang siapa memaksa masuk ke dalam rumah, ruangan atau pekarangan tertutup yang dipakai orang lain dengan me-lawan hukum atau berada di situ dengan melawan hukum, dan atas permintaan yang berhak atau suruhannya tidak pergi dengan segera, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

  Hal yang menjadi tuntutan atau larangan disitu ialah keadaan ekstern dari si

  

pelaku. Yaitu tidak dizinkan atau dalam istilah di atas “dan atas permintaan yang

  berhak atau suruhannya t idak pergi dengan segera”. Maka ia melanggar atau melawan hukum yang objektif.Kedua, unsur melawan hukum yang subjektif yaitu yang kesalahan atau peanggarannya terletak dihati terdakwa sendiri. Seperti rumusan

  11 12 Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, h. 64. 13 Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, h. 69. pencurian yang mencantumkan maksud pengambilan untuk memiliki barang secara melawan hukum.

  Menurut Mahrus Ali ketika dikatakan bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana barangsiapa yang melakukannya, maka unsur-unsur perbuatan pidana meliputi beberapa hal. Pertama, perbuatan itu berujud suatu kelakuan baik aktifnmaupun pasif yang berakibat pada timbulnya suatu hal atau keadaan yang dilarang oleh hukum. Kedua, kelakuan dan akibat yang timbul tersebut harus bersifat melawan hukum baik dalam pengertiannya yang formil maupun yang materiil.Ketiga, adanya hal-hal atau keadaan tertantu yang menyertai terjadinya kelakuan dan akibat yang dilarang oleh hukum. Dalam unsur yang ketiga ini terkait dengan beberapa hal yang wujudnya berbeda-beda sesuai dengan ketentuan pasal hukum pidana yang ada dalam undang-undang. Misalnya berkaitan dengan diri pelaku perbuatan pidana, tempat terjadinya perbuatan pidana, keadaan sebagai syarat tambahan bagi pemidanaan, dan keadaan yang memberatkan

  14 pemidanaan.

  Lebih jelasnya Setiap tindak pidana yang terdapat dalam kitab undang-undang hukum pidana itu pada umumnya menurut doktrin, unsur-unsur delik atau perbuatan pidana terdiri atas unsur subjektif dan unsur objektif. Terdapat unsur-unsur tersebut

  15

  dapat diutarakan sebagai berikut: 1) Unsur Subjektif

  Unsur subjektif adalah unsur yang berasal dari dalam diri pelaku. Asas hukum pidana menyatakan An act does not make a person guilty unless the mind is guilty or 14 15 Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, h. 100

  

actus non facit reum nisi mens sit rea (tidak ada hukuman, kalau tidak ada

  kesalahan). Kesalahan yang dimaksud di sini adalah kesalahan yang diakibatkan oleh kesengajaan (intention/opzet/dolus) dan kealpaan (negligence or schuld). Pada

  umumnya para pakar telah menyetujui bahwa “kesengajaan” terdiri atas tiga yakni:

  a. Kesengajaan sebagai maksud (oogmerk)

  b. Kesengajaan dengan keinsafan pasti (opzet als zekerheidsbewustzijn)

  c. Kesengajaan keinsafan dengan keinsafan akan kemungkinan (dolus

  evantualis )

  Sedangkan kealpaan terdiri dari dua, yakni:

  a. Tak berhati-hati; b. Dapat menduga akibat itu. 2) Unsur Objektif

  Unsur objektif merupakan unsur dari luar diri pelaku yang terdiri atas:

  a. Perbuatan manusia, berupa: 1) Act, yakni perbuatan aktif atau perbuatan positif; 2) Omission, yakni perbuatan pasif atau perbuatan negative, yaitu perbuatan yang mendiamkan atau membiarkan b. Akibat (result) perbuatan manusia

  Akibat tersebut membahayakan atau merusak, bahkan menghilangkan kepentingan-kepentingan yang dilindungi oleh hukum, misalnya nyawa, badan, kemerdekaan, kehormatan, dsb.

  c. Keadaan-keadaan (circumtances) Pada umumnya, keadaan tersebut dibedakan antara lain:

  1) Keadaan pada saat perbuatan dilakukan; 2) Keadaan setelah perbuatan dilakukan.

  d. Sifat dapat dihukum atau sifat melawan hukum Sifat dapat dihukum berkenaan dengan alasan-alasan yang membebaskan si pelaku dari hukuman. Adapun sifat melawan hukum adalah perbuatan itu bertentangan dengan hukum, yakni berkenaan dengan larangan atau perintah melakukan sesuatu.

  Menurut Satochid Kartanegara unsur delik terdiri atas unsur objektif dan unsur subjektif. Unsur yang objektif adalah unsur yang terdapat di luar diri manusia, yaitu berupa suatu tindakan, suatu akibat dan keadaan (omstandigheid). Selanjutnya Satichid menyatakan kesemuanya itu dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang. Sedangkan unsur subjektif adalah unsur-unsur dari perbuatan yakni kemampuan dapat dipertanggungjawabkan (toerekeningsvatbaarheid) dan kesalahan

  16 (schuld).

  Menurut Lamintang unsur delik terdiri atas dua macam, yakni unsur subjektif

  

dan unsur objektif. Selanjutnya Lamintang menyatakan sebagai berikut: “Yang

  dimaksud dengan unsur-unsur subjektif itu adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri si pelaku, dan termasuk ke dalamnya yaitu segala yang terkandung di dalam hatinya. Sedang yang dimaksud dengan unsur- unsur objektif itu adalah unsur-unsur yang ada hubungannya dengan keadaan- keadaan mana tindakan-tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan. Unsur-unsur subjektif dari suatu tindak pidana itu adalah:

  1. Kesengajaan atau ketidak sengajaan (dolus atau culpa)

  2. Maksud atau voornemen pada suatu percobaan atau poging seperti yang dimaksud di dalam pasal 53 ayat 1 KUHP

  3. Macam-macam maksud atau oogmerk seperti yang terdapat misalnya di dalam kejahatan-kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan, dan lain- lain.

  4. Merencanakan terlebih dahulu atau woorbedachteraad seperti misalnya yang terdapat di dalam kejahatan pembunuhan menurut pasal 340 KUHP.

  5. Perasaan takut atau vrees seperti yang antara lain terdapat di dalam rumusan tindak pidana menurut pasal 308 KUHP. Unsur-unsur objektif dari suatu tindak pidana adalah sebagai berikut: