Tinjauan Sosial Yuridis terhadap Pelaksanaan Wakaf Tunai Kota Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

TINJAUAN SOSIAL YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN WAKAF
TUNAI DI KOTA MAKASSAR

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar
Sarjana Hukum Jurusan Hukum Pidana dan Ketatanegaraan
pada Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Alauddin Makassar

Oleh:
AULIA NIRWANA
NIM: 10300113263

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN ALAUDDINMAKASSAR
2017

i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI


Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama

: Aulia Nirwana

NIM

: 10300113263

Tempat/ Tgl. Lahir

: Makassar/ 20 September 1995

Jur/ Prodi/ Konsentrasi : Hukum Pidana dan Ketatanegaraan
Fakultas/ Program

: Syariah dan Hukum

Alamat


: Jalan Rajawali 1 Lr. 13B No. 7

Judul

: Tinjauan Sosial Yuridis Terhadap Pelaksanaan Wakaf Tunai
di Kota Makassar
Menyatakan dengan sesungguhya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini

benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan
duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka
skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Gowa, 20 Juli 2017
Penyusun,

Aulia Nirwana
NIM: 10300113263

ii

iii


KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillahi Rabbil Alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penyusunan skripsi ini dengan tepat waktu sesuai dengan rencana.
Skripsi dengan judul : “Tinjauan Sosial Yuridis Terhadap Pelaksanaan
Wakaf Tunai di Kota Makassar” yang merupakan tugas akhir dalam
menyelesaikan studi dan sebagai salah

satu syarat yang harus dipenuhi untuk

memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) pada program studi Hukum Pidana dan
Ketatanegaraan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa memulai hingga mengakhiri proses
pembuatan skripsi ini bukanlah hal seperti membalikkan telapak tangan. Ada banyak
hambatan dan cobaan yang dilalui. Skripsi ini jauh dari kesempurnaan yang
diharapkan, baik dari segi teoritis, maupun dari pembahasan hasilnya. Hanya dengan
ketekunan dan kerja keraslah yang menjadi penggerak sang penulis dalam

menyelesaikan segala proses tersebut. Juga karena adanya berbagai bantuan baik
berupa moril dan materil dari berbagai pihak yang telah membantu memudahkan
langkah sang penulis. Meskipun demikian, penulis telah berusaha semaksimal
mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Secara khusus penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada kedua orang tua tercinta ayahanda Drs. H. Abdul Wahid, S. H., M.
H dan ibunda Ratna Syahruddin yang telah mempertaruhkan seluruh hidupnya untuk

iv

kesuksesan anaknya, yang telah melahirkan, membesarkan dan mendidik dengan
sepenuh hati dalam buaian kasih sayang kepada penulis.
Selama menempuh studi maupun dalam merampungkan dan menyelesaikan
skripsi ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M. Si selaku Rektor Universitas Islam
Negeri (UIN) Alauddin Makassar.
2. Bapak Prof. Dr. Darussalam, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Alauddin Makassar.
3. Ibu Dra. Nila Sastrawati, M. Si., selaku Ketua Jurusan Hukum Pidana dan
Ketatanegaraan dan Ibu Dr. Kurniati, S. Ag., M. Hi., selaku Sekretaris Jurusan

Hukum Pidana dan Ketatanegaraan UIN Alauddin Makassar.
4. Bapak Prof. Dr. Achmad Abubakar, M. Ag., dan Ibu Rahmiati, S. Pd., M. Pd.,
selaku pembimbing I dan pembimbing II yang dengan penuh kesabaran telah
meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan
petunjuk mulai dari membuat proposal hingga rampungnnya skripsi ini.
5. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan,
memberikan ilmu pengetahuan, dan pelayanan yang layak selama penulis
melakukan studi.
6.

Kepala Seksi Pemberdayaan Wakaf Kantor Wilayah Kementerian Agama
Sulawesi Selatan, serta Bapak perwakilan BWI Kota Makassar yang telah
memberi izin dan berkenan diwawancarai untuk penelitian ini.

v

7. Saudara-saudari ku tercinta Moh. Wahyu Irawan, S. H., Riana Nugrah Wardani,
S. E., dan Riena Marlina yang telah memberikan dukungan dan perhatian yang
tiada hentinya buat penulis. Semoga kalian selalu dalam lindungan Allah swt.

Teruslah belajar dan beribadah serta raihlah kecintaan Allah swt.
8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2013 HPK E dan terkhusus buat sahabatsahabat saya Nisrina Munifa Ilham dan Rahmadana, S. H telah membantu dan
memberikan semangat kepada penulis.
9. Muh. Ikhzan S, S. Kom, terima kasih banyak karena selalu menemani,
memberikan semangat, dukungan dan doa yang tak henti-hentinya untuk
penulis.
10. Semua keluarga, teman-teman, dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan
satu per satu yang telah membantu penulis dengan ikhlas dalam banyak hal
yang berhubungan dengan penyelesaian studi penulis.
Semoga skripsi yang penulis persembahkan ini dapat bermanfaat. Akhirnya,
dengan segala kerendahan hati, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas
segala kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan skripsi ini. Saran dan kritik yang
membangun tentunya sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan skripsi ini.
Penulis,

Aulia Nirwana
10300113263

vi


DAFTAR ISI
JUDUL ................................................................................................................

i

PENYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...............................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................

iii

KATA PENGANTAR .........................................................................................

iv

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL/ILUSTRASI .........................................................................


ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................................

x

ABSTRAK ........................................................................................................... xviii
BAB I

BAB II

BAB III

: PENDAHULUAN ........................................................................ 1-13
A. Latar Belakang ....................................................................

1

B. Rumusan Masalah ................................................................


7

C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ..................................

7

E. Kajian Pustaka.......................................................................

9

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian............................................

12

: TINJAUAN UMUM TENTANG WAKAF TUNAI ............ 14-36
A. Pengertian Umum Wakaf.........................................................

14

B. Dasar Hukum Wakaf ............................................................


16

C. Unsur-unsur dan Rukun Wakaf ............................................

18

D. Pengertian Wakaf Tunai ……………………………......…

28

E. Dasar Hukum Wakaf Tunai ..................................................

30

F. Rukun dan Syarat Wakaf Tunai ...........................................

32

G. Tujuan dan Manfaat Wakaf Tunai........................................


34

H. Badan Wakaf Indonesia ................................................................

35

: METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 37-43
vii

BAB IV

A. Jenis dan Lokasi Penelitian ..................................................

37

B. Pendekatan Penelitian...........................................................

38

C. Sumber Data .........................................................................

38

D. Metode Pengumpulan Data ..................................................

39

E. Instrumen Penelitian .............................................................

41

F. Tehnik Pengolahan dan Analisis Data..................................

41

G. Pengujian Keabsahan Data ...................................................

42

: PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN........................44-67
A. Pelaksanaan Wakaf Tunai Berdasarkan Undang-Undang
No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf .....................................

44

B. Pengelolahan Wakaf Tunai Oleh Lembaga Wakaf
Dalam Menyejahterakan Umat .............................................
BAB V

56

: PENUTUP .................................................................................. 68-69
A. Kesimpulan ...........................................................................

67

B. Implikasi Penelitian ..............................................................

68

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 70-72
LAMPIRAN………………………………………………………………….. . 73-85
RIWAYAT HIDUP .........................................................................................

viii

86

DAFTAR TABEL/ILUSTRASI
Tabel I

Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ................................... 9

Tabel II

Tentang Informan .................................................................. 39

Tabel III

Tentang Data Persertifikasian Tanah Wakaf di Kota Makassar
............................................................................................... 66

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN
A. Transliterasi Arab-Latin
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat
dilihat pada tabel berikut:
1.

Konsonan

Huruf Arab

Nama

Huruf Latin

Nama

‫ا‬

alif

‫ب‬

ba

b

be

‫ت‬

ta

t

te

‫ث‬

ṡa



es (dengan titik di atas)

‫ج‬

jim

j

je

‫ح‬

ḥa



ha (dengan titik di bawah)

‫خ‬

kha

kh

ka dan ha

‫د‬

dal

d

de

‫ذ‬

żal

ż

zet (dengan titik di atas)

‫ر‬

ra

r

er

‫ز‬

zai

z

zet

‫ش‬

sin

s

es

‫ش‬

syin

sy

es dan ye

‫ص‬

ṣad



es (dengan titik di bawah)

‫ض‬

ḍad



de (dengan titik di bawah)

‫ط‬

ṭa



te (dengan titik di bawah)

‫ظ‬

ẓa



zet (dengan titik di bawah)

tidak dilambangkan tidak dilambangkan

x

‫ع‬

„ain



apostrof terbalik

‫غ‬

gain

g

ge

‫ف‬

fa

f

ef

‫ق‬

qaf

q

qi

‫ك‬

kaf

k

ka

‫ل‬

lam

l

el

‫و‬

mim

m

em

ٌ

nun

n

en

‫و‬

wau

w

we

ِ

ha

h

ha

‫ء‬

hamzah

ʼ

apostrof

‫ى‬

ya

y

ye

Hamzah (‫ )ء‬yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda
apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda („).
2.

Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal

atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
Vokal tuggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,
transliterasinya sebagai berikut:
Tanda

Nama

Huruf Latin

Nama

‫اؘ‬

fatḥah

a

a

‫اؚ‬

kasrah

i

i

‫اؙ‬

ḍammah

u

u

xi

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat
dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:
Tanda

Nama

Huruf Latin

Nama

‫ٸ‬
‫ؙ‬

fatḥah dan yā‟

ai

a dan i

‫ٷ‬

fatḥah dan wau

au

a dan u

Contoh:

‫ف‬
َ ‫ َكي‬: kaifa
‫هَو َل‬: haula
3.

Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakatdan huruf,

transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
Harakat dan

Nama

Huruf dan

Huruf
‫ى‬
‫ ؘ‬... | ‫ ا ؘ‬...

Tanda
fatḥah dan alif atau yā‟

ā

a dan garis di atas

‫ى‬

kasrah dan yā‟

ī

i dan garis di atas

‫ؙو‬

dammah dan wau

ū

u dan garis di atas

Contoh:
َ‫يات‬: māta
‫ر َيي‬:
َ ramā
‫لِي َم‬: qīla
‫ يًَوت‬: yamūtu
4.

Nama

Tā‟ marbūṭah

xii

Transliterasi untuk tā‟ marbūṭahada dua, yaitu: tā‟ marbūṭahyang hidup atau
mendapat harakat fatḥah, kasrah,dan ḍammah, transliterasinya adalah [t]. Sedangkan
tā‟ marbūṭahyang mati atau mendapat harakat sukun,transliterasinya adalah [h].
Kalau pada kata yang berakhir dengan tā‟ marbūṭahdiikuti oleh kata yang
menggunakan kata sandang al- serta bacaankedua kata itu terpisah, maka tā‟
marbūṭahituditransliterasikan dengan ha (h).
Contoh:
: ‫ضةؙ اﻷطفَا ِل‬
َ ‫ َرو‬rauḍah al-aṭfāl
‫فاضهَة‬
ِ ‫انَ ًَ ِديَُة ان‬: al-madīnah al-fāḍilah
‫انَ ِحك ًَة‬: al-ḥikmah
Syaddah (Tasydīd)

5.

Syaddah atau tasydīd yang dalam sistem tulisan Arabdilambangkan dengan
sebuahtanda tasydīd (ّ ), dalamtransliterasi ini dilambangkan dengan perulangan
huruf (konsonanganda) yang diberi tanda syaddah.
Contoh:
َ ‫ َربُا‬: rabbanā
َ ‫ ََجيُا‬: najjainā
‫ انَ َحك‬: al-ḥaqq
‫َعُّ َى‬: nu“ima
‫ َعدو‬: „aduwwun
Jika huruf ‫ ى‬ber-tasydid diakhir sebuah kata dan didahuluioleh huruf kasrah
(‫ )ى‬maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah menjadi ī.
Contoh:

xiii

‫ َع ِهي‬: „Alī (bukan „Aliyy atau „Aly)
‫ َع َربي‬: „Arabī (bukan „Arabiyy atau „Araby)
6.

Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkandengan huruf ‫( ال‬alif

lam ma„arifah). Dalam pedoman transliterasiini, kata sandang ditransliterasi seperti
biasa, al-, baik ketika iadiikuti oleh huruf syamsiyah maupun huruf qamariyah.
Katasandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya.Kata sandang
ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dandihubungkan dengan garis mendatar
(-).
Contoh:
‫ انَشًص‬: al-syamsu (bukan asy-syamsu)
‫ انَسنسَ نة‬: al-zalzalah (bukan az-zalzalah)
‫سفَة‬
َ ‫ انَفَه‬: al-falsafah
َ‫ انَبهد‬: al-bilādu
7.

Hamzah
Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (‟) hanya berlaku bagi

hamzahyang terletak di tengah dan akhir kata.Namun, bila hamzah terletak di awal
kata, ia tidak dilambangkan,karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.
Contoh:
ٌَ‫ تأيرو‬: ta‟murūna
‫انَُوع‬: al-nau„
‫شَيء‬: syai‟un
‫ أو ِّرت‬: umirtu

xiv

8.

Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia
Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalahkata, istilah atau

kalimat yang belum dibakukan dalam bahasaIndonesia. Kata, istilah atau kalimat
yang sudah lazim dan menjadibagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau
sering ditulisdalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam
duniaakademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi diatas. Misalnya,
kata al-Qur‟an (dari al-Qur‟ān), alhamdulillah, danmunaqasyah. Namun, bila katakata tersebut menjadi bagian darisatu rangkaian teks Arab, maka harus ditransliterasi
secara utuh.
Contoh:
Fī Ẓilāl al-Qur‟ān
Al-Sunnah qabl al-tadwīn
9.

Lafẓ al-Jalālah (‫)هللا‬
Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau

berkedudukan sebagai muḍāf ilaih (frasanominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.
Contoh:
ِ‫ دِيٍ هللا‬dīnullāh ِ‫ ب ِالل‬billāh
Adapun tā‟ marbūṭahdi akhir kata yang disandarkankepada Lafẓ al-Jalālah,
ditransliterasi dengan huruf [t]. Contoh:
ِ‫هى فِي رح ًَ ِة هللا‬hum fī raḥmatillāh
10. Huruf Kapital
Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam
transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenaiketentuan tentang penggunaan huruf

xv

kapital berdasarkan pedomanejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf
kapital, misalnya,digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat,
bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama dirididahului oleh kata
sandang (al-), maka yang ditulis dengan hurufkapital tetap huruf awal nama diri
tersebut, bukan huruf awal katasandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka
huruf A dari katasandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang
sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yangdidahului oleh kata
sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teksmaupun dalam catatan rujukan (CK, DP,
CDK, dan DR). Contoh:
Wa mā Muḥammadun illā rasūl
Inna awwala baitin wuḍi„a linnāsi lallażī bi Bakkatamubārakan
Syahru Ramaḍān al-lażī unzila fīh al-Qur‟ān
Naṣīr al-Dīn al-Ṭūsī
Abū Naṣr al-Farābī
Al-Gazālī
Al-Munqiż min al-Ḍalāl
Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibnu (anak dari) dan Abū
(bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, makakedua nama terakhir itu harus
disebutkan sebagai nama akhirdalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh:
Abū al-Walīd Muḥammad ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abū alWalīdMuḥammad (bukan: Rusyd, Abū al-Walīd Muḥammad Ibnu)
Naṣr Ḥāmid Abū Zaīd, ditulis menjadi: Abū Zaīd, Naṣr Ḥāmid (bukan: Zaīd, Naṣr
ḤāmidAbū)
B. Daftar Singkatan
xvi

Beberapa singkatan yang dibakukan adalah:
swt.

=

subḥānahū wa ta„ālā

saw.

=

ṣallallāhu „alaihi wa sallam

a.s.

=

„alaihi al-salām

H

=

Hijrah

M

=

Masehi

SM

=

Sebelum Masehi

l.

=

Lahir tahun (untuk orang yang masih hidup saja)

w.

=

Wafat tahun

QS …/…: 4

=

QS al-Baqarah/2: 4 atau QS Āli „Imrān/3: 4

HR

=

Hadis Riwayat

xvii

ABSTRAK
Nama

: Aulia Nirwana

Nim

: 10300113263

Judul

: Tinjauan Sosial Yuridis Terhadap Pelaksanaan Wakaf Tunai
Kota Makassar

Pokok masalah penelian ini adalah bagaimana tinjauan sosial yuridis terhadap
pelaksanaan wakaf tunai di kota Makassar. Pokok masalah tersebut selanjutnya
diuraikan ke dalam beberapa sub-masalah atau pertanyaan penelitian, yaitu 1)
Bagaimana pelaksanaan Wakaf Tunai berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun
2004 Tentang Wakaf di Kota Makassar?, 2) Bagaimana pengelolahan Wakaf Tunai
oleh Lembaga Wakaf dalam menyejahterahkan masyarakat di Kota Makassar?
Penelitian ini menggunakan pendekatan Yuridis Empiris yaitu suatu cara atau
prosedur yang digunakan untuk memecahkan masalah dengan terlebih dahulu
meneliti data sekunder yang ada kemudian dilanjutkan dengan penelitian terhadap
data primer di lapangan. Data yang dipergunakan adalah data primer yaitu data yang
diperoleh langsung dari lapangan dengan menggunakan pedoman wawancara, serta
data sekunder yang diperoleh dengan metode studi pustaka. Analisis data yang
digunakan adalah analisis kualitatif yang penarikan kesimpulannya secara deduktif.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui: 1) Pelaksanaan Wakaf Tunai
berdasarkan Undang-Undang No 41 tahun 2004 tentang Wakaf bahwa pengelolaan
dan pengembangan harta benda wakaf khususnya wakaf tunai dilakukan dengan
prinsip syariah, antara lain dapat dilakukan melalui pembiayaan mudharabah,
murabahah, musharakah, atau ijarah. 2) Pengelolahan Wakaf Tunai oleh Lembaga
Wakaf untuk menyejahterakan umat di kota Makassar sangat terlihat pada bidang
pendidikan dan ekonomi.
Implikasi dari penelitian ini antara lain: masyakarat diharapkan dapat
mewakafkan harta bendanya dalam bentuk cash/uang tanpa harus menunggu
memiliki sebidang tanah terlebih dahulu. Bagi masyarakat yang tidak mampu ingin
merasakan fungsi wakaf tunai bisa langsung mendatangi nadzir atau lembaga wakaf
tunai yang berwenang dalam pengelolahan wakaf tunai. Dimana nadzir disini
fungsinya membantu mengelolah dana wakaf untuk dikembangkan oleh masyarakat
yang tidak mampu.

xviii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wakaf tunai sudah dikenal sejak abad ke-2 Hijriah, sebagaimana riwayat
Imam Bukhari yang menyatakan bahwa al-Zuhri, salah seorang ulama terkemuka dan
peletak dasar kualifikasi hadits, membolehkan wakaf tunai. Sementara praktek wakaf
tunai dalam pemerintahan Islam pertama kali pada masa Dinasti Utsmani di Mesir,
pada akhir abad ke-16 (1555-1823 M). pada era Dinasti Utsmani di Mesir,
berkembang pemakaian fikih Hanafi dalam menjalankan aktifitas bisnis dan
sosialnya.1
Pada tahun 1280 Hijriyah, pemerintahan Turki Utsmani mengeluarkan UU
yang mengatur masalah pembukuan pelaksanaan wakaf. Dalam UU ini, diatur
masalah pencatatan wakaf, sertifikasi wakaf, tata cara pengelolahan wakaf, upayaupaya untuk mencapai tujuan wakaf dan lain sebagainya. Pada tahun 1287 Hijriyah
pemerintah Turki juga mengeluarkan UU tentang kedudukan tanah produktif
kekuasaan Turki yang berstatus wakaf.2
Menjelang abad ke 20 Masehi, terutama pada masa kekuasaan Muhammad
Ali Pasha, tahun 1891 M, ia berusaha mengatur praktek perwakafan dengan cara
membentuk Diwan al-Wukuf yang berwenang untuk mengatur dan mengurus wakaf
1

Dirjen Bimas Islam dan Direktorat Pemberdayaan Wakaf Kementerian Agama RI, Wakaf
Uang dan Prospek Ekonomi di Indonesia (Jakarta; Dirjen Bimas Islam dan Direktorat Pemberdayaan
Wakaf Kementerian Agama RI, 2013), h. 38.
2

Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Depag-RI,
Kumpulan Khutbah Wakaf (Jakarta; Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jendral Bimbingan
Masyarakat Islam, 2008), h. 10.

1

serta membuat perencanaan untuk mengelolah wakaf secara produktif.
Perkembangan selanjutnya adalah pada tanggal 20 November 1913, lembaga Diwan
al-Wukuf dirubah menjadi Departemen yang

langsung ditangani oleh seorang

menteri dibawah kendali Wizaratul Auqaf.3
Wakaf uang menjadikan hadist ini sebagai pijakan hukum karena menganggap
bahwa wakaf uang memiliki hakekat yang sama dengan wakaf tanah, yakni harta
pokoknya tetap dan hasilnya dapat dikeluarkan. Dengan mekanisme wakaf uang yang
telah ditentukan, pokok harta akan dijamin kelestariannya dan hasil usaha atas
penggunaan uang tersebut dapat dipakai untuk mendanai kepentingan umat.
Di Indonesia, wakaf tunai tidak lagi menjadi persoalan. Pada tanggal 11 Mei
2002 MUI mengeluarkan fatwa yang memperbolehkan wakaf tunai, tentunya setelah
mengkaji dan mentarjih berbagai pendapat yang dikemukakan, dengan syarat
pokokwakaf tunai tersebut dijamin kelestariannya. Tahap berikutnya pemerintah
membuat UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. Dalam pasal 28-31 UU No. 41
Tahun 2004 tersebut menyebutkan bolehnya wakaf tunai/uang. Demikian juga pasal
22-27 PP No. 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan UU Wakaf secara eksplisit
menyebutkan bolehnya wakaf tunai/uang. Kemudian dikuatkan lagi dengan Peraturan
Menteri Agama (PMA) No. 4 Tahun 2009 Tentang Administrasi Pendaftaran Wakaf
Uang.4
Berdasarkan rumusan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004
tentang Wakaf menyatakan bahwa wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk

3

Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Depag-RI,
Kumpulan Khutbah Wakaf.
4

Dirjen Bimas Islam dan Direktorat Pemberdayaan Wakaf Kementerian Agama RI, Wakaf
Uang dan Prospek Ekonomi di Indonesia), h. 40-41.

2

memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian dari harta benda miliknya untuk
dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan
kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut
syariah.
Pengertian wakaf sebagaimana tersebut dalam Pasal 1 UndangUndang Nomor
41 Tahun 2004 tentang Wakaf, diperluas lagi berkaitan dengan Harta Benda Wakaf
(obyek wakaf) yang diatur dalam Pasal 16 ayat (1) yang menyatakan Harta Benda
Wakaf meliputi :
a.

Benda tidak bergerak; dan

b.

Benda bergerak.
Selanjutnya yang dimaksud wakaf benda bergerak, salah satunya adalah uang.

(Pasal 16 ayat (3) huruf a Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf).5
Dengan demikian yang dimaksud wakaf tunai adalah wakaf yang dilakukan
seseorang, kelompok orang dan lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang. Juga
termasuk kedalam pengertian uang adalah surat-surat berharga, seperti saham, cek
dan lainnya.6
Dalam dekade terakhir terjadi perubahan yang sangat besar dalam masyarakat
Muslim terhadap paradigma wakaf ini. Wacana dan kajian akademis ini kemudian
merebak ke Indonesia enam tahun terakhir. Salah satu pembahasan yang mengemuka
adalah wakaf tunai. Wakaf tunai sebenarnya sudah menjadi pembahasan ulama

5

Dirjen Bimas Islam dan Direktorat Pemberdayaan Wakaf Kementerian RI, Himpunan
Peraturan Perundang-Undangan Tentang Wakaf (Jakarta: Dirjen Bimas Islam dan Direktorat
Pemberdayaan Wakaf Kementerian RI, 2013), h. 6.
6

Tim Dirjen Bimas Islam dan Penyelengaraan Haji Depag-RI, Pedoman Pengelolaan Wakaf
Uang (Jakarta: Direktorat Jenderal Pengembangan Zakat dan Wakaf Direktorat Bimbingan Masyarakat
Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2005), h. 1.

3

terdahulu; salah satunya Imam az-Zuhri yang membolehkan wakaf uang (saat itu
dinar dan dirham). Bahkan sebenarnya pendapat sebagian ulama mazhab al-Syafi‟i
juga membolehkan wakaf tunai. Mazhab Hanafi juga membolehkan dana wakaf tunai
untuk investasi mudharabah atau sistem bagi hasil lainnya. Keuntungan dari bagi
hasil digunakan untuk kepentingan umum.7
Sebagai contoh apabila wakaf uang dapat diimplementasikan maka ada dana
potensial yang sangat besar yang bisa dimanfaatkan untuk pemberdayaan dan
kesejahteraan ummat. Jika saja terdapat 1 juta saja masyarakat Muslim yang
mewakafkan dananya sebesar Rp 100.000, maka akan diperoleh pengumpulan dana
wakaf sebesar Rp 100 milyar setiap bulan (Rp 1,2 trilyun per tahun). Jika
diinvestasikan dengan tingkat return 10 persen per tahun maka akan diperoleh
penambahan dana wakaf sebesar Rp 10 miliar setiap bulan (Rp 120 miliar per tahun).
Dan apabila umat Islam di Indonesia berwakaf uang secara variatif dilihat dari
pendapatan pukul rata umat Islam per bulan maka cukup membuka peluang besar
untuk efektifitas wakaf uang bagi bangsa Indonesia.8
Di Indonesia, praktek wakaf produktif atau wakaf tunai masih tergolong baru
contohnya Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa Republika.
Lembaga otonom dompet dhuafa republika ini memberikan fasilitas permanen untuk
kaum dhuafa di gedung berlantai empat, lengkap dengan operasional medic 24 jam
dan mobile-service. LKC adalah obyek wakaf uang yang efektif, memberi secercah
harapan semangat hidup sehat kaum dhuafa. Sedangkan di kota Makassar,

7

Abdul Aziz Setiawan, Peneliti pada SEBI Research Center, STIE SEBI Jakarta.
www.hukumonline.com.
8

Dirjen Bimas Islam dan Direktorat Pemberdayaan Wakaf Kementerian Agama RI, Himpunan
Peraturan Perundang-Undangan Tentang Wakaf, h.46.

4

Universitas Muslim Indonesia (UMI) salah satu lembaga yang bersumber dari wakaf
tunai.
Munculnya pemikiran wakaf tunai/uang yang dipelopori oleh Prof. Dr. M. A.
Mannan, seorang ekonom yang berasal dari Bangladesh pada dekade ini merupakan
momen yang sangat tepat untuk mengembangkan instrumen wakaf untuk
membangun kesejahteraan umat. Paling tidak dengan wakaf uang, minimal ada 4
(empat) manfaat utama yaitu :9
1. Wakaf tunai/uang jumlahnya bisa bervariasi, sehingga seseorang yang memiliki
dana terbatas sudah bisa mulai memberikan dana wakafnya tanpa harus menunggu
menjadi tuan tanah terlebih dahulu;
2. Melalui wakaf tunai/uang, aset-aset wakaf yang berupa tanah-tanah kosong bisa
mulai dimanfaatkan dengan pembangunan gedung atau diolah untuk lahan
pertanian;
3. Dana wakaf tunai/uang juga bisa membantu sebagian lembaga-lembaga
Pendidikan Islam yang cash flow-nya terkadang kembang-kempis dan menggaji
Civitas Akademika alakadarnya;
4. Pada gilirannya, InsyaAllah Umat

Islam dapat lebih mandiri dalam

mengembangkan dunia pendidikan tanpa harus tergantung pada anggaran
pendidikan (APBN) yang memang semakin lama semakin terbatas.
Wakaf tunai juga dapat menjadi instrumen ekonomi untuk menyelesaikan
masalah perekonomian yang membelit. Paling tidak, wakaf tunai yang diperkenalkan
oleh Prof. Dr. M. A Mannan melalui pendirian Social Investment Bank Limited

Efri Syamsul Bahri, “Peranan Wakaf Tunai Dalam Pembangunan,” http://www.
Geocities.com, dimuat di Harian Republika, 26 Januari 2004.
9

5

(SIBL) di Bangladesh. SIBL merupakan sebuah Model Perbankan Tiga Sektor diluar
Perbankan konvensional dan beroperasi secara bersama-sama dengan tujuan
menghapuskan kemiskinan dan memberdayakan keluarga melalui investasi sosial
berlandaskan sistem ekonomi parsitipatif.10
Badan khusus yang mengelolah Wakaf adalah Badan Wakaf Indonesia (BWI),
sebagaimana diatur dalam Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004
tentang Wakaf dinyatakan bahwa : “dalam rangka memajukan dan mengembangkan
perwakafan nasional, dibentuk Badan Wakaf Indonesia”.11 Badan ini diharapkan
dapat mengelola wakaf secara produktif dan profesional, khususnya wakaf tunai
dengan berdasarkan perumusan Fiqih Wakaf baru. Dalam pengelolaan wakaf uang,
nantinya Badan Wakaf Indonesia (BWI) harus bekerja sama dengan lembaga
profesional dan bank-bank syariah. Dengan demikian, harta Wakaf dapat berkembang
dengan baik dan hasilnya benar-benar dapat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat.
Dapat dikatakan bahwa wakaf tunai/uang ini merupakan sumber pendanaan
yang dihasilkan dari swadaya masyarakat karena sertifikat wakaf tunai ini adalah
untuk menggalang tabungan sosial serta mentransformasikannya menjadi modal
sosial dan membantu mengembangkan pasar modal sosial. Selanjutnya melalui
sertifikat ini berarti menyisihkan sebagian keuntungan dari sumber daya orang kaya
kepada fakir miskin.
Dengan demikian akan menumbuhkan tanggung jawab sosial mereka pada
masyarakat sekitarnya yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan umat.
10

Prof. Dr. M. A. Mannan, Sertifikat Wakaf Tunai; Sebuah Inovasi Instrumen Keuangan Islam
(Depok: CIBER, 2001), h.36.
11

Dirjen Bimas Islam Depag RI, Undang-Undang Nomor 41 tentang Wakaf Peraturan
Pemerintah Nomor 42 tahun 2006 Tentang Pelaksanaannya (Jakarta: Dirjen Bimas Islam Depag RI,
2008), h.24.

6

Wakaf tunai produktif dianggap sebagai sumber dana yang sangat bisa diandalkan
untuk mensejahterakan rakyat miskin. Dari uraian tersebut, merupakan alasan yang
mendorong penulis untuk menyusun skripsi yang berjudul “Tinjauan Sosial Yuridis
Terhadap Pelaksanaan Wakaf Tunai Di Kota Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Di dalam penulisan skripsi ini diperlukan adanya penelitian yang seksama dan
teliti agar didalam penulisannya dapat memberikan arah yang menuju pada tujuan
yang ingin dicapai, sehingga dalam hal ini diperlukan adanya perumusan masalah
yang akan menjadi pokok pembahasan di dalam penulisan skripsi ini agar dapat
terhindar dari kesimpangsiuran dan ketidak konsistenan di dalam penulisan.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka pokok masalah yang akan
diajukan dalam penulisan skripsi ini adalah Bagaimana Tinjauan Sosial Yuridis
Tehadap Pelaksanaan Wakaf Tunai di Kota Makassar.
Sub masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan Wakaf Tunai berdasarkan Undang-Undang Nomor 41
Tahun 2004 Tentang Wakaf di Kota Makassar?
2. Bagaimana pengelolahan Wakaf Tunai oleh Lembaga Wakaf dalam
menyejahterahkan masyarakat di Kota Makassar?
C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus
1. Fokus Penelitian :
a. Tinjauan Sosial Yuridis
b. Pelaksanaan Wakaf Tunai
2. Deskripsi Fokus :

7

a.

Pengertian Sosial Yuridis
Sosial kb. berkenaan dengan khalayak, berkenaan dengan masyarakat,

berkenaan dengan umum. Yuridis kb.berdasarkan hukum, menurut hukum.12 Sosial
Yuridis adalah bagian dari Sosiologi Hukum, dimana Sosiologi Hukum adalah ilmu
yang mempelajari fenomena hukum yang bertujuan untuk memberikan penjelasan
terhadap praktek-praktek hukum. Apabila itu dibedakan kedalam perbuatan UU,
penerapan dan pengadilan. Sosiologi Hukum juga menjelaskan mengapa praktek itu
terjadi, sebab-sebabnya, faktor-faktor yang mempengaruhinya, latar belakang, dan
menyelidiki tingkah laku orang dalam bidang hukum baik sesuai hukum ataupun
yang menyimpang dari hukum.13
b.

Tinjauan Sosial Yuridis Wakaf
Pembahasan permasalahan dalam penulisan karya ilmiah ini menggunakan

paradigma fakta sosial, karena permasalahan yang dibahas menyangkut struktur
sosial (social structure) dan institusi sosial (social institution), dalam hal ini
menyangkut tentang masyarakat Kota Makassar dan Undang-Undang Nomor 41
Tahun 2004 tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dalam hubungan
dengan fakta sosial ini, maka teori sosial yang dipergunakan adalah teori
fungsionalisme struktural. Sedangkan teori hukum yang dipergunakan sebagai acuan
adalah teori social engineering.
Dengan perkataan lain, suatu institusi hukum pada akhirnya akan dapat
menjadi hukum yang benar-benar diterima dan digunakan oleh masyarakat ataupun
suatu komunitas tertentu adalah sangat ditentukan oleh budaya hukum masyarakat
12
13

Media Center, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, h.502.

Yesmil Anwar dan Adang, Pengantar Sosiologi Hukum (Jakarta: Grasindo, 2008), h.224.

8

ataupun komunitas tertentu adalah sangat ditentukan oleh budaya hukum masyarakat
atau komunitas yang bersangkutan.
c.

Pelaksanaan
Pengertian pelaksanaan adalah sebagai usaha-usaha yang dilakukan untuk

melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan
ditetapkan dengan melengkapi segala kebutuhan alat-alat yang diperlukan, siapa yang
akan melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya dan kapan waktu dimulainya.
d.

Wakaf Tunai
Pengertian Wakaf tunai adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok

orang, dan lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai, termasuk dalam
pengertian ini adalah surat-surat berharga.14
Tabel 1
Tentang, Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus
No
1

2

Fokus Penelitian

Deskripsi Fokus

Tinjauan Sosial Yuridis

Pelaksanaan Wakaf Tunai

-

Pengertian sosial yuridis

-

Tinjauan sosial yuridis wakaf

-

Pengertian pelaksanaan

-

Pengertian wakaf tunai

D. Kajian Pustaka
Adapun setelah penulis mengadakan kajian kepustakaan, penulis menemukan
judul yang hampir sama. Banyak literatur yang membahas tentang masalah ini,
namun belum ada literatur yang membahas secara khusus tentang judul skripsi ini.

14

Lihat Keputusan Fatwa MUI mengenai Wakaf Uang yang disahkan pada tanggal 11 Mei

2002.

9

Agar lebih fokus pada pokok kajian maka dilengkapi beberapa literatur yang masih
berkaitan dengan pembahasan yang dimaksud diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Departemen Agama RI, Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji, Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf (2005)
“Wakaf Tunai dalam Perspektif Hukum Islam”. Dalam buku ini membahas
tentang wakaf tunai dalam segi hukum islam dimana pengertian wakaf tunai
(cash wakaf/ waqf al-nuqud) adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok
orang, lembaga, atau badan hukum dalam bentuk uang tunai. Buku ini juga
menjelaskan urgensi dan bentuk-bentuk pemanfaatan wakaf uang dalam kegiatan
ekonomi Islam.
2. Muhammad Apriadi (2010) “Efektifitas Penghimpunan dan Pengelolahan
Wakaf Uang Pada Baitulmaal Muamalat (BMM)”. Tujuan peneliti ini adalah
untuk mengetahui efektifitas penghimpunan dan pengelolahan wakaf uang
terhadap penambahan jumlah dana wakaf di Baitulmaal Muamalat. Penelitian ini
menunjukkan bahwa penghimpunan dan pengelolahan wakaf uang pada
Baitulmaal Muamalat kurang efektif. Faktanya penambahan hasil pengelolahan
dana wakaf masih relatif kecil dan tidak terjadi kenaikan secara signifikan.
3. Nazula Yustisia (2008) “Studi Tentang Pengelolahan Wakaf Tunai Pada
Lembaga Amil Zakat Di Kota Yogyakarta”. Penelitian ini bertujuan
menjelaskan

pengelolahan

wakaf

uang

beserta

konsep

perencanaan,

pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasannya Lembaga Amil Zakat di
kota Yogyakarta. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengelolahan wakaf tunai
terhadap Lembaga Amil Zakat Mesjid Syuhada dan Bina Umat Peduli tetap
terjaga nilai pokok wakafnya dan termasuk kategori wakaf produktif karena
10

dapat menyejahterahkan umat dan telah melaksanakan fungsi manejemen yang
baik. Penerima wakaf tunai pada LAZ Yogyakarta belum sesuai dengan konsep
penerimaan wakaf tunai pada lembaga keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang
LKS-PWU.
4. Nila Saadati, Lc (2014)“Pengelolahan Wakaf Tunai Dalam Mekanisme
Pemberdayaan Ekonomi Pesantren (Studi pada Pondok Pesantren AtTauhid

Al-Islamy

Magelang)”.

Dalam

tesis

ini

membahas

tentang

pemberdayaan wakaf tunai, pelaksanaan wakaf tunai di Pondok Pesantren dan
pelaksanaan wakaf tunai untuk kesejahteraan masyarakat dalam ruang lingkup
Pondok Pesantren At-Tauhid Al-Islamy Magelang. Hasil penelitian ini bahwa
pemberdayaan ekonomi pesantren sudah tepat sasaran, karena hasil wakaf uang
dari iuran amal jariyah digunakan untuk kepentingan santri-santri dan manfaat
operasional yang dirasakan manfaatnya oleh semua santri dan orang-orang
didalamnya dalam meningkatkan kesejahteraannya, meskipun hasilnya tidak
terlalu besar tapi hasil wakaf yang diberdayakan ke dalam sektor produktif ini
sedikit banyak bisa membantu Pondok pesantren dalam perekonomiannya.
5. Latifah K. Wardhani (2011) “Pengelolahan Wakaf Uang Dalam Bentuk
Reksa Dana Syariah (Suatu Tinjauan Hukum Pengelolahan Wakaf Uang
Dalam Bentuk Reksa Dana Syariah di Badan Wakaf Indonesia)”. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan wakaf uang di Indonesia setelah
berlakunya UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf dan mengetahui mekanisme
penerapan pengelolahan wakaf uang dalam bentuk Reksa Dana Syariah di Badan
Wakaf Indonesia. Reksa dana syariah menjadi instrument yang tepat untuk
dikelolah oleh BWI sebagai lembaga pengelolah wakaf yang telah memenuhi
11

kriteria nadzir yang dapat mengelolah wakaf uang dalam bentuk investasi.
Namun, sampai saat ini BWI belum mengelolah wakaf uang dalam bentuk Reksa
Dana Syariah karena masih fokus pada pembinaan nadzir.
6. Sukarno Al Farizi (2007) “Optimalisasi Pengelolaan Wakaf Tunai Untuk
Meningkatkan Kesejahteraan Hidup Umat”.Tesis ini melakukan komparasi
ke negara lain, agar didapatkan konsep pengelolahan wakaf tunai yang lebih
optimal di negara kita. Tesis ini pun juga berbeda dengan isu hukum yang
peneliti angkat, karena tidak melihat aspek pengelolahan wakaf tunai, tapi
tinjauan aspek perlindungan hukum bagi Wakif, Nazhir dan Penerima
Wakaf tunai, dan jaminan hukum pemanfaatan wakaf tunai oleh lembaga
keuangan syariah agar sesuai dengan prinsip syariah dan kehendak wakif dalam
UU Nomor 41 Tahun 2004.
Oleh karena itu penelitian tentang Tinjauan Sosial Yuridis Terhadap Wakaf
Tunai di Kota Makassar yang penulis ajukan adalah hasil dalam pengembangan
literasi-literasi diatas. Dalam penelitian ini, lebih menguraikan tentang pelaksanaan
dan pengelolahan wakaf tunai dalam ruang lingkup kota Makassar.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui:
a. Pelaksanaan wakaf tunai berdasarkan Undang-Undang No 41 tahun 2004
tentang Wakaf di Kota Makassar
b. Pengelolahan wakaf tunai yang dilakukan oleh Lembaga Wakaf untuk
menyejahterakan masyarakat di Kota Makassar

12

2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Manfaat Praktisi
1) Sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan dan pengelolahan wakaf tunai
oleh Lembaga Wakaf di Kota Makassar
2) Sebagai tambahan litelatur terutama yang berkaitan dengan masalah wakaf
tunai di Kota Makassar
3) Sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya mengenai wakaf tunai
b. Manfaat Akademisi
1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi
pembaca pada umumnya, dan khususnya bagi Mahasiswa UIN Alauddin
Makassar
2) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi bagi
masyarakat yang ingin menginvestasikan dananya ke lembaga wakaf
3) Sebagai

kontribusi

pemikiran

Ketatanegaraan

13

bagi

jurusan

Hukum

Pidana

dan

BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG WAKAF TUNAI
A. Pengertian Umum Wakaf
1. Pengertian Wakaf Secara Terminologi
Masalah wakaf adalah masalah yang paling banyak dibicarakan dan
diamalkan di kalangan kaum muslimin di Indonesia. Oleh karena itu sesuai dengan
adat-istiadat mereka sebelum beragama Islam.15
Kata “wakaf” atau “waqf” berasal dari bahasa arab “waqafa” yang artinya
“menahan” atau “berhenti” atau “diam ditempat”. Kata “waqafa (fiil madi)yaqifu(fiil mudari)-waqfan (isim masdar) sama artinya dengan “habasa-yahbisutahbisan” artinya mewakafkan.16
Disebut menahan karena wakaf ditahan dari kerusakan, penjualan dan semua
tindakan yang tidak sesuai dengan tujuan wakaf. Selain itu dikatakan menahan juga
karena manfaat dan hasilnya ditahan dan dilarang bagi siapapun selain dari orangorang yang berhak atas wakaf tersebut.17
2. Pengertian Wakaf Secara Istilah
Para ahli fiqih mendifinisikan wakaf mempunyai pandangan yang berbedabeda di bawah ini akan dijelaskan pengertian wakaf:18

15

Hasbullah Bakry, Pedoman Islam di Indonesia (Jakarta: Universitas Indonesia, 1988), h.

302.
16

Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawir Arab Indonesia (Surabaya: Pustaka
Progresif, 2002), h. 1576.
17

Munzir Qahaf, Menejemen Wakaf Produktif (Jakarta: Pustaka Kausar Grup, 2005), h. 45.

18

Departeman Agama RI, Fiqh Wakaf (Jakarta: Derektorat Pembinaan Wakaf, 2007), h. 2-3.

14

a. Menurut Mazhab Syafi‟i dan Ahmad bin Hambal wakaf adalah melepaskan
harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif setelah sempurna prosedur
perwakafan. Wakif tidak boleh melakukan apa saja terhadap harta yang
diwakafkan baik menjual, menghibahkan atau mewariskan kepada siapapun.
b. Menurut Mahzab Hanafi adalah menahan suatu benda yang menurut hukum
tetap milik si wakif dalam rangka mempergunakan manfaat untuk kebajikan.
Berdasarkan definisi tersebut maka kepemilikan atas benda wakaf tetap
menjadi milik si wakif dan yang timbul dari wakif hanyalah menyedekahkan
manfaatnya untuk digunakan oleh penerima wakaf.
c. Menurut Mazhab Malikiyah wakaf adalah tidak melepaskan harta yang
diwakafkan dari kepemilikan wakif, namun wakaf tersebut mencegah wakif
melakukan tindakan yang dapat melepaskan kepemilikannya atas harta
tersebut yang lain dan wakif berkewajiban menyedekahkan manfaat serta
tidak boleh menarik kembali wakafnya.
Ahmad Azhar Basyir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan wakaf ialah,
menahan harta yang dapat diambil manfaatnya tidak musnah seketika, dan untuk
penggunaannya yang dibolehkan, serta dimaksudkan untuk mendapat ridha Allah.19
Menurut fiqh Islam yang berkembang dalam kalangan ahlusunnah, dikatakan
sah kita mewakafkan binatang. Demikian juga pendapat Ahmad dan menurut satu
riwayat, juga Imam Malik.20

19

Ahmad Azhar Basir, Wakaf Izarah dan Syirkah (Bandung: Al-Ma,arif,1987), h. 5.

20

Suparman Usman, Hukum perwakafan di Indonesia (Jakarta: Darul Ulum Press, 1999), h.

53.

15

Dari berbagai rumusan pengertian tentang wakaf, dapat diartikan bahwa
wakaf adalah menyerahkan suatu hak milik yang tahan lama zatnya kepada seseorang
atau Nazhir (pemelihara atau pengurus wakaf) atau kepada suatu badan pengelola
dengan ketentuan bahwa hasil atau manfaatnya dipergunakan sesuai dengan ajaran
Islam. Benda yang diwakafkan tidak lagi menjadi hak milik yang mewakafkan dan
bukan pula milik tempat menyerahkan, tetapi menjadi milik Allah.21 Wakaf artinya
menahan yaitu menahan suatu benda yang kekal zatnya untuk diambil manfaatnya
bagi kemaslahatan umum.22
B. Dasar Hukum Wakaf
Dalil yang menjadi dasar disyari‟atkannya ajaran wakaf bersumber dari
pemahaman teks ayat Al-Qur‟an dan juga As-Sunnah. Tidak ada dalam ayat AlQur‟an yang secara tegas menjelaskan tentang ajaran wakaf. Yang ada adalah tentang
pemahaman konteks terhadap ayat Al-Qur‟an yang dikategorikan sebagai amal
kebaikan. Ayat-ayat yang dipahami berkaitan dengan wakaf sebagai amal kebaikan
adalah sebagai berikut:
Al-Qur‟an Surat Al-Haj ayat 77:
           



Terjemahannya:

21

Abdul Halim, Hukum Perwakafan di Indonesia (Ciputat: Ciputat Press, 2005), h. 7.

22

A. Manan Idris, dkk, Aktualisasi Pendidkan Islam Respon Terhadap Problematika
Kontemporer (Jakarta: Hilal Pustaka, 2009), h. 252.

16

“Wahai orang-orang yang beriman! Rukuklah, sujudlah, dan sembahlah
Tuhanmu; dan berbuatlah kebaikan, agar kamu beruntung”.23
Al Qurthubi mengartikan “berbuat baiklah kamu” dengan pengertian
perbuatan baik itu adalah perbuatan sunnah bukan perbuatan wajib, sebab perbuatan
wajib

adalah kewajiban yang sudah semestinya dilakukan hamba kepada

Tuhannya.24 Salah satu perbuatan sunnah itu adalah wakaf yang selalu menawarkan
pahala di sisi Allah. Bunyi akhir dari ayat di atas adalah “mudah-mudahan kamu
sekalian beruntung” adalah gambaran dampak positif dari perbuatan amal kebaikan
termasuk wakaf.
Adapun beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur masalah
perwakafan di Indonesia adalah:25
1.

Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 masalah wakaf dapat
kita ketahui pada pasal 5, pasal 14 ayat 1 dan pasal 49

2.

Peraturan pemerintah nomor 28 tahun 1977 tentang perwakafan tanah milik
dikeluarkan untuk memberi jaminan kepastian mengenai tanah wakaf serta
pemanfaatanya sesuai dengan tujuan wakif.26

3.

Inpres No. Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang
merupakan pengembangan dan penyempurnaan terhadap materi perwakafan

23

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-quran dan terjemah (Surabaya: Fajar Mulya,
2002), h. 608.
24

Al-Qurtubi, CD. Program Holy Qur‟an Tafsir Surat al-Haj ayat 77.

25

Departemen Agama RI, Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis di
Indonesia (Jakarta: Derektorat Pemberdayaan Masyarakat Islam dan Derektorat Jendral Bimbingan
Masyarakat Islam, 2007), h. 20-34.
26

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 Tentang Perwakafan Tanah Milik.

17

yang ada pada perundang-undangan sebelumnya mengenai obyek wakaf (KHI
Pasal 215 ayat 1), sumpah nazhir (KHI pasal 219 ayat 4), jumlah nazhir (KHI
pasal 219 ayat 5), perubahan benda wakaf (KHI pasal 225), peranan majelis
ulama dan camat (KHI pasal 219 ayat 3,4; pasal 220 ayat 2; pasal 221 ayat
2).27
4.

Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf dalam pasal 42
menjelaskan bahwa dalam pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf
secara produktif, nazhir dapat bekerja sama dengan pihak ketiga seperti
Islamic Development Bank (IDB), Investor, Perbankan Syariah, Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), dan lain-lain.28 Agar terhindar dari kerugian,
nazhir harus menjamin kepada asuransi syariah. Hal ini dilakukan agar
seluruh kekayaan wakaf tidak hilang atau terkurangi sedikitpun.29 Upaya
supporting (dukungan) pengelolaan dan pengembangan wakaf juga dapat
dilakukan dengan memaksimalkan peran UU Nomor 22 Tahun 1999 Tentang
Otonomi Daerah yang mendukung pemberdayaan wakaf secara produktif.

5.

Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang pelaksanaan UndangUndang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf pasal 13 14 berisi tentang masa
bakti nazhir, pasal 21 berisi tentang benda wakaf benda wakaf bergerak selain
uang, pasal 39 berisi tentang pendaftaran sertifikat tanah wakaf.30

C. Unsur-unsur dan Rukun Wakaf

27

Inpres Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam.

28

Undang-undng nomor 42 tahun 2004 tentang wakaf, pasal 42.

29

Undang-undng nomor 42 tahun 2004 tentang wakaf., pasal 2 ayat 3.

30

Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang No.
41Tahun 2004 Tentang Wakaf.

18

Dalam bahasa Arab, kata rukun mempunyai makna yang sangat luas. Secara
etimologi, rukun bisa diterjemahkan dengan sisi yang terkuat. Karenanya, kata rukn
al sy‟i kemudian diartikan sebagai sisi dari sesuatu yang menjadi tempat bertumpu.
Adapun, dalam terminologi fiqih, rukun adalah sesuatu yang dianggap
menentukan suatu disiplin tertentu, dimana ia merupakan bagian integral dari disiplin
itu sendiri. Atau, dengan kata lain rukun adalah penyempurna sesuatu, dimana ia
merupakan bagian dari sesuatu itu.
Oleh karena itulah, sempurna atau tidaknya wakaf sangat dipengaruhi oleh
unsur-unsur yang ada dalam perbuatan wakaf tersebut. Masing-masing unsur tersebut
harus menopang satu dengan lainnya.
Adapun unsur-unsur atau rukun wakaf menurut sebagian besar ulama dan
fiqih Islam, yaitu ada 5 rukun wakaf yang akan diuraikan di bawah ini:
1.

Orang yang berwakaf (wakif)
wakif adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya.31 Sebagai subjek

wakaf, wakif memiliki otoritas penuh terhadap harta yang ingin diwakafkan, untuk
apa harta tersebut dimanfaatkan bagi kebajikan? Menurut Imam Ali, bahwa “barangbarang yang diwakafkan itu dilaksanakan seperti yang diinginkan pewakafnya”.
Karena itu, para ulama mazhab mengatakan, “syarat yang ditetapkan oleh pewakaf
sama dengan nash syara”. Demikian redaksinya sama dengan redaksi syara‟, dalam

31

Departemen Agama RI, Fiqh Wakaf, h. 21.

19

arti bahwa ia harus diikuti dan diamalkan. Hal serupa juga terjadi pada orang yang
bernadzar, bersumpah, berwasiat dan pemberi pernyataan.32
Orang yang mewakafkan (wakif) disyaratkan cakap bertindak dalam
membelanjakan hartanya. Kecakapan bertindak disini meliputi empat kriteria, yaitu:33
a. Merdeka
Wakaf yang dilakukan seorang budak (hamba sahaya) tidak sah, karena
wakaf adalah pengguguran hak milik dengan cara memberikan hak milik itu
kepada orang lain. Sedangkan hamba sahaya tidak memiliki hak milik,
dirinya dan apa yang dimiliki adalah kepunyaan tuannya. Namun demikian,
Abu Zahrah mengatakan bahwa para Fuqaha sepakat, budak itu boleh
mewakafkan hartanya apabila ada izin dari tuannya, karena ia sebagai wakil
darinya. Bahkan Adz-Dzahiri, menetapkan bahwa budak dapat memiliki
sesuatu yang diperbolehkan dengan jalan waris atau tabarru‟. Bila ia dapat
memiliki sesuatu berarti ia dapat pula membelanjakan miliknya itu. Oleh
karena itu, ia boleh mewakafkan,walau hanya sebagai tabarru‟ saja.
b. Berakal Sehat
Wakaf yang dilakukan orang gila tidak sah hukumnya, sebab ia tidak
berakal, tidak mumayyiz dan tidak cakap untuk melakukan akad serta
tindakan lainnya. Demikian juga wakaf orang lemah mental (idiot), berubah
akal karena faktor usia,