Perlindungan Hukum bagi Konsumen terhadap Produk Makanan Berlebel Halal (Studi Lapangan LPPOM MUI Sulawesi Selatan di Kota Makassar) - Repositori UIN Alauddin Makassar

  

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN

TERHADAP PRODUK MAKANAN BERLABEL HALAL

Studi Lapangan LPPOM MUI Sulawesi Selatan di Kota Makassar)

  (

Skripsi

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Hukum (S.H) Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum pada Fakultas Syari’ah dan Hukum

  UIN Alauddin Makassar Oleh

ANDYS GUNAWAN

  NIM. 10400113107

  

PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2017

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

  Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Andys Gunawan NIM : 10400113107 Tempat/Tgl. Lahir : Makassar 10 Juli 1995 Jurusan : Perbandingan Mazhab dan Hukum Fakultas : Syari’ah dan Hukum Alamat : BTN Mangga 3 Blok E1 No 17 Judul : Perlindungan Hukum bagi Konsumen terhadap Produk

  Makanan Berlabel Halal (Studi Lapangan LPPOM MUI

  Sulawesi Selatan di Kota Makassar )

  Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

  Samata, Gowa, 30 Agustus 2017 Penyusun,

ANDYS GUNAWAN NIM: 10400113107

KATA PENGANTAR

  Sebuah perjalanan hidup selalu memiliki awal dan akhir. Ibarat dunia ini yang memiliki permulaan dan titik akhir. Perjalanan hidup begitu terasa dalam sanubari. Setelah melewati perjalanan panjang dan melelahkan, menyita waktu, tenaga, dan pikiran sehingga penulis dapat merampungkanskripsi ini. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) pada Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin.

  Maka sepantasnyalah persembahan puji syukur hanya di peruntukan kepada Sang Maha Sutradara, Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul: Perlindungan Hukum bagi Konsumen terhadap Produk Makanan Berlebel Halal (Studi Lapangan LPPOM MUI Sulawesi Selatan di Kota Makassar).

  Kemudian selalu kirimkan sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw serta para sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Islam sebagai agama samawi sekaligus sebagai aturan hidup. Yang telah mengantarkan kita semua dari dunia perhimpunan, dunia perikatan menuju ke dunia pergerakan.

  Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu hingga selesainya penulisan skripsi ini, dan kepada:

  1. Kedua orang tua terkasih dan tersayang, Ayahanda M. Jufri dan Ibunda keduanya. Sebagaimana dia mendidik penulis semenjak kecil, yang atas asuhan, limpahan kasih sayang serta dorongan mereka, penulis selalu peroleh kekuatan material dan moril dalam merintis kerasnya kehidupan .

  2. Prof. Dr. H. Musafir Pababbbari, M. Ag., selaku Rektor UIN Alauddin.

  Beserta seluruh Civitas Akademik atas bantuannya selama penulis mengikuti pendidikan.

  3. Prof. Dr. Darussalam, M. Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Alauddin.

  4. Dr. Abdillah Mustari, M.Ag., dan Zulhas’ari Mustafa, S.Ag, M.Ag., selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam membimbing sampai selesainya penyusunan skripsi ini.

  5. Bapak Dr. Abdillah Mustari, M.Ag., selaku ketua jurusan serta Dr. Ahmad musyaid, M.Ag selaku sekretaris jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum.

  6. Ketua LPPOM MUI Sulawesi Selatan di Kota Makassar .yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melakukan penelitian di lokasi tersebut.

  7. Bapak dan Ibu dosen yang telah mencurahkan tenaga, pikiran serta bimbingannya dalam memberikan berbagai ilmu pengetahuan dalam mencari secercah cahaya Ilahi dalam sebuah pengetahuan di bangku kuliah. 8. saudaraku yang tercinta Uzlifatil Khaerah yang selalu memberikan semangat dan doanya.

  9. Ucapan terima kasih juga kepada sahabat Sukirno S.H, Fachrulrazi S.Hi, welly sul fadli S.H, Nur Salam S.Hi, Muhammad Rezky, sahabat-sahabat seperjuanganku di PMH angkatan 2013, sahabat-sahabat yang berada dalam POS Pencinta Alam dan komunitas Gempar Makassar, berserta sahabat- sahabat yang lainnya, dan seluruh sahabat-sahabatwati Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) baik yang namanya masuk secara struktur maupun kultul serta kepada teman-teman yang tidak mungkin penulis sebutkan namanya satu persatu mereka semua telah menjadi inspiratif kepada penulis secara tidak langsung.

  Akhirnya, meskipun skripsi ini telah penulis usahakan semaksimal mungkin agar terhindar dari kekeliruan dan kelemahan, baik dari segi substansi dan metodologinya, penulis dengan tangan terbuka menerima kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan isi. Demikian semoga apa yang ditulis dalam skripsi ini diterima oleh Allah swt. sebagai amal saleh.,,Amien

  Samata-Gowa, 25 Juli 2017 Penyusun,

ANDYS GUNAWAN NIM: 10400113107

  

DAFTAR ISI

  Halaman

  

JUDUL ................................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................ ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... iii

PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................ v

DAFTAR ISI .......................................................................................... viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................ x

ABSTRAK ............................................................................................. xix

BABI PENDAHULUAN ..................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah .....................................................

  1 B. Rumusan Masalah ..............................................................

  10 C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ................................

  10 D. Kajian Pustaka ...................................................................

  11 E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................

  14 BAB II TINJAUAN TEORITIS .........................................................

  15 A. Tinjuan Umum Perlindungan Konsumen ............................

  15 1. Pengertian Konsumen ...................................................

  15 2. Hak dan Kewajiban Konsumen .....................................

  17 B. Tinjauan Umum Perlindungan Konsumen ..........................

  22 1. Pengertian Perlindungan Konsumen .............................

  22 2. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen ....................

  24 C. Perlindungan Konsumen dalam Perspektif Islam ................

  26 1. Sejarah Perlindungan Konsumen dalam Islam ..............

  26 2. Hak-hak Konsumen dalam Perspektif Islam..................

  32 D. Sertifikasi Halal..................................................................

  36

  1. Pengertian Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan,

  2. Dasar Hukum Terbentuknya LPPOM MUI ...................

  37 3. Sejarah Perkembangan LPOM MUI..............................

  38 BAB III METODE PENELITIAN ......................................................

  39 A. Jenis dan Lokasi Penelitian .................................................

  40 B. Pendekatan Penelitian.........................................................

  41 C. Metode Pengumpulan Data.................................................

  43 D. Instrument Penelitian ..........................................................

  44 E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data.................................

  45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................

  47 A. Profil Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan

  Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) Sulawesi Selatan ................................................................

  47 B. Perlindungan Hukum Konsumen oleh LPPOM MUI Sulawesi Selatan ................................................................

  50 C. Pengawasan terhadap Produk Makanan oleh LPPOM MUI Sulawesi Selatan ........................................................

  65 BAB V PENUTUP .................................................................................

  74 A. Kesimpulan ...........................................................................

  74 B. Implikasi Penelitian ............................................................

  74 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

  76 LAMPIRAN-LAMPIRAN .....................................................................

  77 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...............................................................

  78

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN A.

   Transliterasi Arab-Latin

  Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya kedalam huruf latin dapat dilihat pada tabel berikut:

  1. Konsonan Huruf Nama Huruf Latin Nama

  Arab Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan

  ا Ba b be

  ب Ta t te

  ت Sa s es (dengan titik di atas)

  ث Jim j Je

  ج Ha h ha (dengan titik di bawah)

  ح Kha kh Ka dan ha

  خ Dal d de

  د Zal x zet (dengan titik di atas)

  ذ Ra r er

  ر Zai z zet

  ز Sin s es

  س Syin sy es dan ye

  ش Sad s es (dengan titik di bawah)

  ص Dad d de (dengan titik di bawah)

  ض Ta t te (dengan titik di bawah)

  ط Za z zet (dengan titik di bawah)

  ظ ‘ain ‘ Apostrof terbalik

  ع Gain g ge

  غ Fa f ef

  ف Qaf q qi

  ق Kaf k ka

  ك Lam l el

  ل Mim m em

  م Nun n en

  ن Wau w we

  و Ha h ha

  ه Hamzah ‘ apostrof

  ء Ya y ye

  ى

  Hamzah ( ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apapun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda

  (‘).

  2. Vokal Vokal bahasa Arab, seperti vokal Bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau menoftong dan vokal rangkap atau diftong.

  Vokal tunggal Bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut : Tanda Nama Huruf Latin Nama

  fathah A a َا kasrah

  I i

  ِا dammah U u

  ُا

  Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu : Tanda Nama Huruf Latin Nama

  fathah dan yaa’ Ai a dani

  َٔى

  fathah dan wau Au a dan u

  َؤ Contoh:

  : kaifa َﻒْﯿَﻛ َلْﻮَھ : haula

  3. Maddah Maddah atau vocal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu :

  Harakat dan Nama Huruf dan Tanda Nama Huruf

  Fathah dan alif A A dan garis di َى…│ َا … atau yaa’ atas

  Kasrah dan yaa’

  I I dan garis di atas ى

  Dhammmah dan U U dan garis di ُو waw atas

  Contoh: : maata

  تﺎﻣ ﻰَﻣَر : ramaa

  : qiila ﻞْﯿِﻗ ُتْﻮُﻤَﯾ : yamuutu

  4. Taa’ marbuutah Transliterasi untuk taa’marbuutah ada dua, yaitu taa’marbuutah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah, dan dhammah, transliterasinya adalah [t].sedangkan taa’ marbuutah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah [h].

  Kalau pada kata yang berakhir dengan taa’ marbuutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sedang al- serta bacaan kedua kata tersebut terpisah, maka taa’ marbuutah itu ditransliterasikan dengan ha [h].

  : raudah al- atfal ُﺔَﺿْوَﺮِﻟﺎَﻔْطَ ْﻻا

  ْﻟا ُﺔَﻨْﯾِﺪَﻤﻟاُﺔَﻠِﺿﺎَﻔ : al- madinah al- fadilah

  : al-hikmah ُﺔَﻤْﻜِﺤْﻟا

  5. Syaddah (Tasydid)

  Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

  dengan sebuah tanda tasydid( َ◌), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonang anda) yang diberi tandasyaddah.

  Contoh : : rabbanaa

  ﺎَﻨﱠﺑَر ﺎَﻨْﯿﱠﺠَﻧ : najjainaa ﱡﻖَﺤْﻟا : al- haqq

  : nu”ima َﻢﱢﻌُﻧ

  : ‘aduwwun ﱞوُﺪَﻋ Jika huruf

  ى ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah ( ّﻲِﺑ) maka ia ditranslitersikan sebagai huruf maddah menjadi i.

  Contoh : : ‘Ali (bukan ‘Aliyyatau ‘Aly)

  ﱞﻲِﻠَﻋ ﱞﻲِﺑَﺮَﻋ : ‘Arabi (bukan ‘Arabiyyatau ‘Araby)

  6. Kata Sandang Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf

  لا (alif lam ma’arifah). Dalam pedoman transiliterasi ini, kata sandang maupun huruf qamariyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya.kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).

  Contoh : ُﺲﻤﱠﺸﻟا : al-syamsu (bukan asy-syamsu) ُﺔَﻟَﺰﻟﱠﺰﻟَا : al-zalzalah (az-zalzalah) ﺔَﻔَﺴﻠَﻔْﻟَا : al-falsafah ُد َﻼِﺒْﻟَا : al-bilaadu

  7. Hamzah Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (‘) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

  Contoh : َنْوُﺮُﻣْﺎَﺗ : ta’muruuna ُعْﻮﱠﻨﻟا : al-nau’ ٌءْﻲَﺷ : syai’un ُتْﺮِﻣُا : umirtu

  8. Penulisan Kata Bahasa Arab Yang Lazim Digunakan Dalam Bahasa

  Indonesia

  Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam Bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan telah menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya, kata Al-Qur’an (dari Al-Qur’an), al-hamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus ditransliterasi secara utuh. Contoh :

  Fizilaal Al-Qur’an Al-Sunnah qabl al-tadwin

  9. Lafz al- Jalaalah ( ّٰﷲ)

  Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jar dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mudaafilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.

  Contoh : ِﻪّٰﻠﻟﺎُﻨْـﻳِد diinullah ِّٰﷲﺎِﺑ billaah Adapun taamarbuutah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz al-

  , ditransliterasi dengan huruf [t].contoh :

  jalaalah hum fi rahmatillaah

  ِﰲ ِﻪّٰﻠﻟا

  ِﺔَْﲪَر ْﻢُﻫ

  10. Huruf Kapital Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf capital (All Caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf capital berdasarkan pedoman ajaran Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf capital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul refrensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). contoh:

  Wa ma muhammadun illaa rasul Inna awwala baitin wudi’ alinnasi lallazii bi bakkata mubarakan Syahru ramadan al-lazii unzila fih al-Qur’an

  Nazir al-Din al-Tusi Abu Nasr al- Farabi Al-Gazali Al-Munqiz min al-Dalal Jika nama resmi seseorang menggunakan kata ibnu (anak dari) dan Abu

  (bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh: Abu Al-Wafid Mummad Ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abu Al-

  Walid Muhammad (bukan : rusyd, abu al-walid Muhammad ibnu) Nasr Hamid Abu Zaid, ditulis menjadi: Abu Zaid, Nasr Hamid (bukan: Zaid,

  Nasr Hamid Abu) B.

   Daftar Singkatan

  Beberapa singkatan yang dilakukan adalah : swt = subhanallahu wata’ala a.s = ‘alaihi al-sallam H = Hijriah M = Masehi SM = Sebelum Masehi I = Lahir Tahun (untuk orang yang masih hidup saja) W = Wafat Tahun QS…/…4 = QS. Al-Baqarah/2:4 atau QS. Al-Imran/3:4 HR = Hadis Riwayat

  Untuk karya ilmiah berbahasa Arab, terdapat beberapa singkatan berikut :

  = ص ﺔﺤﻔﺻ

  = مد نﺎﻜﻣ نوﺪﺑ

  = ﻢﻌﻠﺻ ﻢﻠﺳ و ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ

  = ط ﺔﻌﺒﻃ

  = ند ﺮﺷﺎﻧ نوﺪﺑ

  = / ﱁا ﻩﺮﺧا ﱃا ﺎﻫﺮﺧا ﱃا

  = ج ءﺰﺟ

  

ABSTRAK

Nama : Andys Gunawan Nim : 10400113107 Jurusan : Perbandingan Mazhab dan Hukum Fakultas : Syari’ah dan Hukum

Judul : Perlindungan Hukum bagi Konsumen terhadap Produk

Makanan Berlebel Halal ( Studi Lapangan LPPOM MUI

  Sulawesi Selatan di Kota Makassar)

  Skripsi ini membahas tentang perlindungan hukum bagi konsumen terhadap produk makanan berlebel halal, dengan sub masalahnya yaitu, 1) Bagaimana bentuk perlindungan hukum bagi konsumen yang telah dikeluarkan oleh LPPOM MUI Sulawesi Selatan di kota Makassar ? dan 2) Bagaimana bentuk pengawasan produk makanan yang dilakukan oleh LPPOM MUI Sulawesi Selatan di kota Makassar ?

  Dalam penyusunan skripsi ini, penyusun menggunakan beberapa metode penulisan baik dalam pengumpulan data maupun dalam pengolahannya. Dalam penelitian ini jenis penelitiannya adalah field research kualitatif dan penelitian pustaka yang diperoleh dari beberapa sumber baik primer maupun sekunder.

  Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum bagi konsumen yang telah dikeluarkan oleh LPPOM MUI Sulawesi Selatan di Kota Makassar, dan untuk mengetahui bentuk pengawasan terhadap produk makanan yang dilakukan oleh LPPOM MUI Sulawesi Selatan di Kota Makassar.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1.Bentuk perlindungan konsumen adalah LPPOM MUI menerbitkan sertifikasi halal kepada beberapa produk, dan 2. Bentuk pengawasan produk makanan yang dilakukan oleh LPPOM MUI dengan cara survey pasar dan melakukan mekanisme pelaporan implementasi, dan jika ditemukan perusahaan yang telah diberikan sertifikasi halal dan mengubah status produksinya menjadi sampai berubahnya status kehalalannya, maka tanpa adanya surat peringatan, sertifikasi halalnya akan dicabut dan dipublikasikan. Dan juga setiap perusahaan wajib melaporkan kondisi produk setiap enam bulan sekali kepada LPPOM MUI.

  Implikasi penelitian ini, Perlindungan kesehatan masyarakat atas obat dan makanan yang dikomsumsi, salah satunya melalui sertifikasi halal. Konsumen muslim semakin kritis, konsumen tidak sekedar menuntut produk yang higenis dan terjamin kandungan gizinya, tetapi juga masyarakat muslim,menuntut kehalalannya. Label halalpun menjadi kunci pokok bagi masyarakat untuk memutuskan apakah akan membeli atau tidak pada suatu produk. Label halal merupakan keharusan. Semenarik apapun makanan itu, jika pada kemasan tidak mencantumkan label halal, maka baik untuk melupakannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang, pada suatu waktu, dalam posisi tunggal atau sendiri maupun

  berkelompok bersama orang lain, dalam keadaan apapun pasti menjadi konsumen untuk suatu produk barang atau jasa tertentu. Keadaan yang universal ini pada beberapa sisi menunjukkan adanya berbagai kelemahan pada konsumen sehingga

  1 konsumen tidak mempunyai kedudukan yang “ aman “[sic].

  Secara mendasar, konsumen juga membutuhkan perlindungan hukum yang sifatnya universal. Mengingat lemahnya kedudukan konsumen pada umumnya dibandingkan dengan kedudukan produsen yang lebih kuat dalam banyak hal, maka pembahasan perlindungan konsumen akan selalu aktual dan selalu penting

  2 untuk dikaji.

  Perlindungan terhadap konsumen dipandang secara materiil maupun formal makin terasa sangat penting, mengingat makin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan motor penggerak bagi produktifitas dan efisiensi produsen atas barang atau jasa yang dihasilkannya dalam rangka mencapai sasaran usaha. Dalam rangka mengejar dan mencapai kedua hal tersebut, akhirnya

1 Sri Redjeki Hartono, Aspek-aspek Hukum Perlindungan Konsumen dalam Kerangka

  Perdagangan Bebas , dikutip dalam bukunya Husni Syawali dan Neni Sri Imaniyati, Hukum

  Perlindungan Konsumen (Bandung: Mandar Maju, 2000), h. 33. baik langsung atau tidak langsung, maka konsumenlah yang pada umumnya akan merasakan dampaknya . 3 Melalui Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal 4 menetapkan 9 (sembilan) hak konsumen sebagai berikut:

  1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

  2. Hak untuk memilih barang dan jasa serta mendapatkan barang dan jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

  3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan jasa;

  4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan jasa yang digunakan;

  5. Hak untuk mendapatkan advokasi perlindungan konsumen secara patut;

  6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen;

  7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

  8. Hak untuk mendapatkan konpensasi, ganti rugi atau penggantian, apabila barang dan jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

  9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

  4 Dari sembilan butir hak konsumen yang diberikan di atas, terlihat bahwa masalah kenyamanan, keamanan dan keselamatan konsumen merupakan hal yang paling pokok dan utama dalam perlindungan konsumen. Barang dan jasa yang penggunaanya tidak memberikan kenyamanan, terlebih lagi yang tidak aman dan membahayakan keselamatan konsumen jelas tidak layak untuk diedarkan dalam

  5 masyarakat.

  Selanjutnya, untuk menjamin bahwa suatu barang dan jasa dalam penggunaanya akan nyaman, aman maupun tidak membahayakan konsumen penggunanya, maka konsumen diberikan hak untuk memilih barang dan jasa yang dikehendakinya berdasarkan atas keterbukaan informasi yang benar, jelas dan jujur. Jika terdapat penyimpangan yang merugikan, konsumen berhak untuk didengar, memperoleh advokasi, pembinaan, perlakuan yang adil, kompensasi

  6 sampai ganti rugi.

  Konsumen yang keberadaannya sangat tidak terbatas dengan strata yang sangat bervariasi menyebabkan produsen melakukan kegiatan pemasaran dan distribusi produk barang atau jasa dengan cara efektif mungkin agar dapat mencapai konsumen yang sangat majemuk tersebut. Untuk itu semua cara pendekatan diupayakan sehingga mungkin menimbulkan berbagai dampak termasuk keadaan yang menjurus pada tindakan yang bersifat negatif bahkan tidak terpuji yang berawal dari itikad buruk. Dampak buruk yang lazim terjadi, antara

4 Abdul Halim Barkatullah, Hak-Hak Konsumen (Bandung: Nusa Media, 2010), h. 33.

  lain menyangkut kualitas, atau mutu barang, informasi yang tidak jelas bahkan 7 menyesatkan, pemalsuan dan sebagainya .

  Menurut Troelstrup, konsumen pada saat ini membutuhkan lebih banyak informasi yang lebih relevan dibandingkan lima puluh tahun lalu, karena pada saat ini terdapat lebih banyak produk, merek dan tentu saja penjualnya, saat ini daya beli konsumen makin meningkat, saat ini lebih banyak variasi merek yang beredar di pasaran, sehingga belum banyak diketahui semua orang, saat ini model-model produk lebih cepat berubah saat ini transportasi dan komunikasi lebih mudah 8 . sehingga akses yang lebih besar kepada bermacam-macam produsen atau penjual

  Di antara berbagai informasi tentang barang atau jasa konsumen yang diperlukan konsumen, tampaknya yang paling berpengaruh pada saat ini adalah informasi yang bersumber dari kalangan pelaku usaha. Terutama dalam bentuk iklan dan label, tanpa mengurangi pengaruh dari berbagai bentuk informasi 9 pengusaha lainnya

  .

  Kelemahan konsumen juga bisa disebabkan oleh tingkat kesadaran dan tingkat pendidikan konsumen yang relatif masih rendah yang diperburuk dengan anggapan sebagian pengusaha yang rela melakukan apapun demi produk mereka, tanpa memperhitungkan kerugian-kerugian yang akan dialami oleh konsumen. Selain itu, pemahaman tentang etos-etos bisnis yang tidak benar seperti anggapan bahwa bisnis harus memperoleh keuntungan semata, 7 8 Zumroetin K. Soesilo, Penyambung Lidah Konsumen (Jakarta: Swadaya,1996), h. 12 Erman Raja Guguk, Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta: Mandar Maju, 2003), h.

  2. bisnis tidak bernurani, atau anggapan bahwa bisnis itu memerlukan banyak biaya maka akan merugikan apabila dibebani dengan biaya-biaya sosial dan sebagainaya.

  10

  konsumen secara tepat dapat menentukan pilihan sebelum membeli dan atau mengomsumsi pangan. Tanpa adanya informasi yang jelas, maka kecurangan-kecurangan dapat terjadi . 11 Banyak produk makanan dengan pelabelan lengkap, tetapi pesan informasi tidak sampai ke konsumen, karena menggunakan bahasa yang tidak dipahami konsumen. Akhir-akhir ini, di pasaran dengan mudah ditemukan produk impor dengan menggunakan bahasa Negara asal produk tersebut, seperti Cina dan Jepang

  . 12 Dalam kasus-kasus perlindungan konsumen ada beberapa hal yang perlu

  dicermati, yakni:

  1. Perbuatan pelaku usaha baik sengaja maupun karena kelalaiannya dan mengabaikan etika bisnis, ternyata berdampak serius dan meluas.

  Akibatnya kerugian yang diderita konsumen missal (massive effect) karena menimpa apa saja dan siapa saja,

  2. Dampak yang ditimbulkan juga bisa bersifat seketika (rapidy effect), sebagai contoh konsumen yang dirugikan (dari mengkonsumsi produk) bisa pingsan, sakit atau bahkan meninggal dunia. Ada juga yang ditimbulkan baru terasa beberapa waktu kemudian (hidden defect), contoh 10 Neni Sri Imaniyati, Hukum Ekonomi dan Ekonomi Islam dalam Perkembangan (Bandung: Mandar Maju, 2002), h. 161. 11 Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-instrumen Hukumnya (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000), h. 15.

  yang paling nyata dari dampak ini adalah maraknya penggunaan bahan pengawet dan pewarna makanan dalam sejumlah produk yang bisa mengakibatkan kanker di kemudian hari,

  3. Kalangan yang menjadi korban adalah masyarakat bawah. Karena tidak punya pilihan lain, masyarakat ini terpaksa mengkonsumsi barang dan jasa yang hanya semampunya didapat, dengan standar kualitas dan keamanan yang sangat minim. Kondisi ini menyebabkan diri mereka selalu dekat dengan bahaya-bahaya yang bisa mengancam kesehatan dirinya kapan saja

  . 13 Berkenaan dengan hal tersebut, menurut Sri Redjeki Hartono, Negara

  mempunyai kewajiban untuk mengatur agar kepentingan-kepentingan yang berhadapan harus dapat dipertemukan dalam keselarasan dan harmonisasi yang ideal. Untuk itu, Negara mempunyai kewenangan untuk mengatur dan campur tangan dalam memprediksi kemungkinan pelanggaran yang terjadi dengan menyediakan rangkaian perangkat peraturan yang mengatur sekaligus memberikan ancaman berupa sanksi apabila terjadi pelanggaran siapapun pelaku ekonomi . 14 Di era globalisasi, perkembangan perekonomian terutama di bidang perindustrian dan perdagangan nasional sekarang, telah menghasilkan berbagai bentuk barang dan jasa yang dapat dikonsumsi. Kondisi ini pada satu pihak menguntungkan konsumen, karena kebutuhan konsumen akan barang dan jasa 13 N.H.T. Siahaan, Hukum Konsumen, Perlindungan Konsumen, dan Tanggung Jawab yang diinginkan dapat terpenuhi, serta semakin lebar kebebasan konsumen untuk memilih aneka jenis dan kualitas barang dan jasa sesuai dengan kemampuan konsumen. Di lain pihak, kondisi tersebut mengakibatkan kedudukan konsumen dengan pelaku usaha tidak seimbang dan konsumen berada di posisi yang lemah.

  Konsumen hanya menjadi objek yang tidak mempunyai kekuatan mandiri untuk menimbang suatu barang atau jasa. Ketika mendapati masalah, biasanya konsumen hanya diam. Sementara itu, pelaku usaha lebih tahu persis keadaan,

  15 kondisi dan kualitas barang yang dihasilkan.

  Tujuan pemberian label pada pangan yang di kemas adalah agar masyarakat yang membeli dan atau mengkonsumsi pangan memperoleh informasi yang benar dan jelas tentang setiap produk pangan yang di kemas, baik menyangkut asal, kemasan, mutu, kandungan gizi maupun keterangan lain yang diperlukan sebelum memutuskan akan membeli dan atau mengkonsumsi pangan tersebut. Ketentuan ini berlaku bagi pangan yang telah melalui proses pengemasan akhir dan siap untuk diperdagangkan (prepackaged), tetapi tidak berlaku bagi perdagangan pangan yang di bungkus di hadapan pembeli.

  16 Penggunaan label dalam kemasan selalu berkaitan dengan aspek perdagangan.

  Selain itu, banyaknya produk yang belum bersertifikat halal mengakibatkan konsumen, terutama konsumen muslim, sulit untuk membedakan produk mana yang benar-benar halal dan dapat dikonsumsi sesuai dengan syariat Islam dengan produk yang tidak haram. Dari data yang dimiliki Lembaga 15 N.H.T. Siahaan, Hukum Konsumen: Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab

  Produk , h. 36-37.

  Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM MUI) tahun 2007, jumlah produk yang telah didaftarkan rata-rata dari perusahaan yang mempunyai

  17 nama besar di pasar.

  Konsumen memiliki resiko yang lebih besar daripada pelaku usaha, dengan kata lain hak-hak konsumen sangat rentan. Disebabkan posisi tawar konsumen yang lemah, maka hak-hak konsumen sangat sering dan mudah untuk dilanggar. Terhadap posisi konsumen tersebut, harus dilindungi oleh hukum karena salah satu sifat, sekaligus tujuan hukum adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat. Perlindungan terhadap masyarakat tersebut harus diwujudkan

  18 dalam bentuk kepastian hukum yang menjadi hak konsumen.

  Pada tahun 1999 telah lahir Undang-Undang perlindungan konsumen, yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang selanjutnya disebut UUPK bertujuan untuk memberikan kepastian hukum kepada konsumen. Dalam undang-undang ini juga dijelaskan mengenai tanggung jawab pelaku usaha yang tentunya hal ini diatur untuk memberikan kepastian hukum serta melindungi hak para konsumen tersebut. Hal demikian memang perludiatur karena untuk menghindari sikap negatif pelaku usaha terhadap konsumen. Perlindungan konsumen ini adalah jaminan yang seharusnya didapatkan oleh para konsumen atas setiap produk bahan makanan yang dibeli dari produsen atau pelaku usaha. Namun dalam kenyataannya saat ini konsumen seakan-akan dianak tirikan oleh para produsen atau pelaku usaha tersebut. 17 LPPOM – MUI, Panduan Umum Sistem Jaminan Halal (Jakarta: LPPOM MUI, 2008), Undang-Undang tentang perlindungan konsumen ini memang telah di terbitkan namun dalam proses pelaksanaan atau aplikasi dari undang undang itu sendiri belum maksimal atau dengan kata lain peraturan yang ada dalam undang-undang tidak sesuai dengan kenyataan.

  Halal bagi umat Islam merupakan syariat yang wajib dijalankan. Ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 168, Allah swt berfirman :

  َ ۡ

ْ َ ٗ ْ

َ ܈ َ ܅ܸٱ

  ِتَٰ ُُ݁ܭ ݬَٰ َܪ ِض ݧٱ اݠُ ُߥ ُسܛ܅ ٱ ܛَݟ܆

اݠُِ݇ܞ܅ َܡ ِ޳ ܛ܅ݙِ

ݫَو ܛٗܞِّݤ َ݀ ِݚٰ َ ۡݤ

  َݕ ۥ ٌߡِܞ܆ݘ ّٞوُܯَ݆ ۡݗُ ُݝ܅ݛِإ

  Terjemahan: Wahai manusia! makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan.

  19 karena sungguh syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.

  Umat Islam diwajibkan mengkonsumsi makanan halal, bukan makanan yang diharamkan atau najis. Dalam Surat An-Nahl ayat 114, Allah swt berfirman:

  ٗ ِ ܅ܒٱ َܠَݙِۡ݇ݛ ْاوُُܱݓ ܷۡٱ ݬَٰ َܪ ُ ܅ܒٱ ُݗُ َݏَزَر ܛ܅ݙِ ْاݠُ ُ َ݌ ُهܛ܅ݣِإ ۡݗُܢݜ ُݒ نِإ َو ܛٗܞِّݤ َ݀

  َنوُܯُܞَۡ݇

  Terjemahnya: Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu, dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya menyembah

  20 kepada-Nya.

  Dengan demikian maka penulis mengambil judul “Perlindungan Hukum bagi Konsumen terhadap Produk Makanan Berlebel Halal (Studi Lapangan

  LPPOM MUI Sulawesi Selatan di Kota Makassar) “. 19 Kementerian Agama Republik Indonesia, , Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta:

  B.

   Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut dan melihat masih terdapat kekurangan pengetahuan mengenai bagaimana bentuk perlindungan hukum bagi konsumen terhadap produk makanan berlabel halal ?

  Berdasarkan dari pokok masalah tersebut maka yang menjadi sub-sub masalah yang akan dibahas sebagai berikut :

  1. Bagaimana bentuk perlindungan hukum bagi konsumen yang telah dikeluarkan oleh LPPOM MUI Sulawesi Selatan di kota Makassar ?

  2. Bagaimana bentuk pengawasan produk makanan yang dilakukan oleh LPPOM MUI Sulawesi Selatan di kota Makassar ? C.

   Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

  1. Fokus Penelitian Judul skripsi ini adalah “Perlindungan Hukum bagi Konsumen terhadap

  Produk Makanan Berlebel Halal”. Lokasi penelitian ini dilakukan di LPPOM MUI Sulawesi Selatan di kota Makassar.

  2. Deskripsi Fokus Demi menghindari kesalah-pahaman dalam mendefinisikan dan memahami penelitian ini, maka penulis akan memaparkan pengertian beberapa variabel yang dianggap penting. Antara lain:

  a. Perlindungan Hukum, adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan ini diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh

  21 hukum.

  b. Konsumen, adalah setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun

  22

  makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan,

  c. Produk adalah barang atau jasa yang terkait dengan makanan, minuman, obat, kosmetik, produk kimiawi, biologi, rekayasa genetik, serta barang gunaan

  23

  yang dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan oleh masyarakat,

  24

  d. Makanan, adalah segala sesuatu yang bias dimakan,

  25

  e. Berlabel, adalah mempunyai label, dan mempunyai nama,

  f. Halal, adalah sesuatu yang boleh. Pada kasus makanan termasuk halal kecuali

  26 secara khusus disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadits.

  D.

   Kajian Pustaka

  Masalah yang akan dikaji dalam skripsi ini yaitu Perlindungan Hukum bagi Konsumen terhadap Produk Makanan Berlebel Halal. Banyak literatur yang membahas tentang masalah ini, namun belum ada literatur yang membahas secara khusus tentang judul skripsi ini. Agar nantinya pembahasan ini lebih fokus pada 21 22 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000), h. 53.

Pasal 1 Ayat 2 Undang-Undang No. 8 Tahun 2009 tentang Perlindungan Konsumen, dikutip dalam buku Zulham, Hukum Perlindungan Hukum (Jakarta: Kencana, 2013), h. 173.

  23 Republik Indonesia, Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

  . Dikutip dalam situs www.dpr.go.id (Diakses pada tanggal 1 Februari 2017). 24 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ed.

  3; Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 901. 25 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.788. pokok kajian maka dilengkapi beberapa literatur yang masih berkaitan dengan pembahasan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

  1. Eli Wuria Dewi, dalam bukunya “Hukum Perlindungan Konsumen”.

  Buku ini menjelaskan tentang tentang perlindungan hukum terhadap konsumen ini membahas mengenai hukum perlindungan konsumen secara garis besar, perlindungan konsumen dalam hukum positif indonesia, tanggung jawab pelaku usaha berkaitan dengan kerugian konsumen, permasalahan-permasalahan terkait dengan hukum perlindungan konsumen, lembaga-lembaga yang berperan dalam upaya hukum perlindungan konsumen, dan juga ketentuan-ketentuan mengenai sanksi dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan

  27 konsumen.

  2. Zulham, dalam bukunya “Hukum Perlindungan Konsumen” buku ini menjelaskan tentang sejarah perlindungan konsumen di Indonesia, Barat, dan Islam. Hak dan kewajiban konsumen perspektif Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan Islam, serta memberkan pemahaman tentang sertifikasi halal dan lembaga perlindungan konsumen di Indonesia.

  3. Muthia Sakti dan Dwi Aryanti Yuliana Yuli W, dalam jurnalnya “Perlindungan Konsumen Terhadap Beredarnya Makanan yang Tidak

  Bersertifikat Halal ”. Jurnal ini menguraikan tentang dengan adanya

  perlindungan hukum, maka konsumen akan merasa terlindungi jiwa nya dan merasa terjamin kepastian atas informasi suatu produk berkaitan dengan kandungan atau komposisi dalam produk berkaitan dengan kehalalannya,

  4. Majelis Ulama Indonesia, dalam bukunya “Panduan Umum Sistem

  Jaminan Halal LPPOM-MUI ”. Buku ini menjelaskan tentang mekanisme

  sebuah perusahaan untuk memberikan jaminan kepada MUI dan konsumen Muslim bahwa perusahaan menjaga konsistensi kehalalan produknya, dengan cara mengajukan suatu sistem yang disebut Sistem Jaminan Halal (SJH).

  5. Penelitian Skripsi oleh Oni Farihah, dengan judul “Upaya Perlindungan

  Konsumen Terhadap Produk yang Mencantumkan Label Halal atau Haram (Studi Kasus Konsumen di Kabupaten Cirebon) ”. Dari hasil

  penelitian bahwa dengan tercantumnya label pada kemasan, konsumen sudah merasa terlindungi. Pelaku usaha harusnya wajib melaksanakan pencantuman label halal sesuai dengan Peraturan Pemerintah Pasal 1 Angka 5 No. 69 Tahun 1999 tentang label dan iklan pangan dalam upaya perlindungan konsumen yang tertuang pada Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Dari beberapa literatur-literatur yang telah dikemukakan, baik secara kelompok maupun perorangan. Tidak ditemukan yang membahas secara signifikan tentang persoalan yang diuraikan dalam skripsi. Meskipun ada diantaranya yang mengkaji tentang Perlindungan Hukum bagi Konsumen, namun masih bersifat umum, maka dengan itu penulis ingin mengkaji secara mendalam tentang Perlindungan Hukum bagi Konsumen terhadap Produk Makanan Berlebel Halal.

  E.

   Tujuan dan Kegunaan Penelitian

  1. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah yang dipaparkan diatas, yaitu sebagai berikut : a. Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum bagi konsumen yang telah dikeluarkan oleh LPPOM MUI Sulawesi Selatan di Kota Makassar, b. Untuk mengetahui bentuk pengawasan terhadap produk makanan yang dilakukan oleh LPPOM MUI Sulawesi Selatan di Kota Makassar.

  1. Kegunaan Peneltian

  a. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan teoritis, untuk menambah pengetahuan dibidang perlindungan hokum khususnya bagi konsumen

  b. Kegunaan Praktis Diharapkan mampu memberikan sumbangsih terhadap perkembangan hukum di Indonesia, khususnya mengenai pemeriksaan setempat dalam hukum pidana serta dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi pemerintah agar lebih memperhatikan penegakan hukum di Indonesia, khususnya dalam penegakan hukum.

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Umum Konsumen

  1. Pengertian Konsumen Sebagai suatu konsep, “konsumen telah diperkenalkan beberapa puluh tahun lalu di berbagai negara dn sampai saat ini sudah puluhan negara memiliki undang-undang atau praturan khusus yang memberikan perlindungan kepada konsumen termasuk penyediaan sarana peradilannya. Sejalan dengan perkembangannya itu, berbagai Negara telah pula menetapkan hak-hak konsumen yang digunakan sebagai landasan pengaturan kepada konsumen . di samping itu, telah pula berdiri organisasi konsumen internasional, yaitu internasional

  

organization of consumer union (UICO). Di Indonesia telah pula berdiri berbagai

  organisasi konsumen seperti Yayasan Konsumen Indonesia (YLKI) di Jakarta, dan organisasi konsumn lain di bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan

  28 sebagainya.

  Istilah konsumen berasal dan alih bahasa dari kata consumer, secara harfiah arti kata consumer adalah (lawan dari produsen) setiap orang yang

  29

  menggunakan barang. Begitu pula dalam Kamus Bahasa Inggris-Indonesia yang member arti kata consumer sebagai pemakai atau konsumen. Kamus Besar

28 Nurmadjito, Hukum Perlindungan Konsumen, (Bandung: Mandar Maju, 2000), h. 12.

  Bahasa Indonesia Konsumen adalah pemakai barang barang hasil industri (bahan

  30 pakaian dan makanan).