BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pendidikan Karakter a. Pengertian Pendidikan Karakter - BAB II DWIKY ASHARI SAPUTRO PGSD'17

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pendidikan Karakter a. Pengertian Pendidikan Karakter Pendidikan dapat meningkatkan taraf hidup dan memungkinkan

  seseorang untuk dapat meningkatkan kemampuannya secara terencana, oleh sebab itu untuk merencanakan dan mengembangkan karakter anak sangat dibutuhkan pendidikan yang berkualitas. Pemerintah telah menetapkan tujuan pendidikan nasional yang dituangkan dalam Undang- undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 sebagai berikut:

  Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, pendidikan di sekolah tidak hanya terkait upaya penguasaan di bidang akademik oleh siswa, namun harus diimbangi dengan pembentukan karakter. Keseimbangan pendidikan akademik dan pembentukan karakter perlu diperhatikan oleh pendidik di sekolah dan orang tua di rumah.

  Karakter merupakan suatu sikap, perilaku, atau ciri khas yang dimiliki seseorang dalam bentuk tindakan dan tingkah laku. Gunawan,

  7

  (2014: 2) mengemukakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional kata karakter berarti sifat- sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, atau bermakna bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak. Oleh karena itu, istilah berkarakter artinya memiliki karakter, kepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak.

  Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa karakter adalah suatu kepribadian seseorang yang memiliki watak atau perilaku yang khas dalam dirinya. Seseorang yang berkarakter baik adalah seseorang yang dapat membuat keputusan dan siap bertanggung jawab dari keputusan yang dimilikinya.

  Pendidikan karakter menurut Fakry Gaffar (Kesuma, 2013: 5) yaitu sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu. Dalam definisi tersebut, ada tiga ide pikiran penting, yaitu: 1) proses transformasi nilai-nilai, 2) ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, dan 3) menjadi satu dalam perilaku. Jadi, definisi tersebut mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu.

  Sulhan (2011: 6) mengemukakan bahwa pendidikan karakter adalah internalisasi nilai-nilai kelayakan yang dikawal dalam pembiasaan hingga melahirkan kepribadian yang mulia. Nilai-nilai kelayakan yang dijadikan teladan adalah sifat-sifat mulia Rasulullah SAW, yaitu shidiq, amanah, tabligh , dan fathanah.

  Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu upaya yang harus dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik agar dapat memahami nilai-nilai yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan. Nilai-nilai akan dapat terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat.

b. Tujuan Pendidikan Karakter

  Pendidikan karakter bertujuan untuk penanaman nilai pada siswa untuk menjadi manusia yang cerdas dan membangun kepribadiannya agar berakhlak mulia. Ramli dalam buku Asmani (2013: 32) mengemukakan bahwa pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan akhlak. Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia yang baik, yaitu warga masyarakat dan negara yang baik. Manusia, masyarakat, dan warga negara yang baik adalah menganut nilai-nilai sosial tertentu yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, yang bertujuan membina kepribadian generasi muda.

  Asmani (2013: 43) mengemukakan bahwa pendidikan karakter bertujuan meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia siswa secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan. Siswa mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji, dan menginternalisasi serta nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

  Kesuma (2013: 9) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan karakter dalam seting sekolah yaitu: 1) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga kepribadian/kepemilikan siswa yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan. 2) Mengoreksi perilaku siswa yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.

  3) Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

  Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk kepribadian, karakter, dan akhlak mulia siswa untuk menjadi manusia yang baik terhadap masyarakat di sekitar. Dengan adanya tujuan pendidikan karakter diharapkan siswa dapat menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan, mengoreksi perilaku, dan membangun koneksi dengan keluarga dan masyarakat sehingga peserta didik memiliki kepribadian yang baik dan dapat memerankan tanggung jawabnya dengan baik.

c. Pilar Pendidikan Karakter

  Pilar pendidikan karakter sangat penting dan harus dikembangkan secara holistik melalui sistem pendidikan nasional di negeri ini. Indonesia

  Heritage Foundation (Majid, 2012: 42-43) merumuskan sembilan karakter

  dasar yang menjadi tujuan pendidikan karakter, yaitu: 1) Cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya 2) Tanggung jawab, disiplin, dan mandiri 3) Jujur 4) Hormat dan santun 5) Kasih sayang, peduli, dan kerjasama 6) Percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah 7) Keadilan dan kepemimpinan 8) Baik dan rendah hati 9) Toleransi, cinta damai, dan persatuan

  Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter memiliki sembilan karakter dasar yang harus kita tanamkan kepada siswa. Dengan sembilan karakter dasar tersebut diharapkan siswa mampu melaksanakannya dengan baik.

  Character Count di Amerika (Majid, 2012: 43) mengidentifikasikan

  bahwa karakter-karakter yang menjadi pilar yaitu:

  1) Dapat dipercaya (trustworthiness) 2) Rasa hormat dan perhatian (respect) 3) Tanggung jawab (responbility) 4) Jujur (fairness) 5) Peduli (caring) 6) Kewarganegaraan (citizenship) 7) Ketulusan (honesty) 8) Berani (courage) 9) Tekun (diligence) 10) Integritas

  Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pilar karakter memiliki nilai yang sangat baik dalam membangun karakter siswa.

  Pendidikan sekolah memiliki kewajiban dalam membangun karakter yang baik pada siswa. Orang tua juga mempunyai kewajiban yang utama dalam membangun karakter pada anak. Maka dari itu, keluarga dan pihak sekolah harus ada kerjasama dalam pendidikan karakter pada siswa tersebut.

  Kemendiknas (2010: 8) menjelaskan bahwa pendidikan karakter memiliki nilai-nilai yang dikembangkan dan diidentifikasi dari beberapa sumber, yaitu: 1) Agama, 2) Pancasila, 3) Budaya, dan 4) Tujuan Pendidikan Nasional. Keempat sumber nilai di atas, teridentifikasi sejumlah nilai untuk pendidikan karakter sebagai berikut:

  1) Religius 2) Jujur 3) Toleransi

  4) Disiplin 5) Kerja Keras 6) Kreatif 7) Mandiri 8) Demokratis 9) Rasa Ingin Tahu 10) Semangat Kebangsaan 11) Cinta Tanah Air 12) Menghargai Prestasi 13) Bersahabat/Komunikatif 14) Cinta Damai 15) Gemar Membaca 16) Peduli Lingkungan 17) Peduli Sosial 18) Tanggung-jawab

  Berdasarkan uraian di atas, 18 nilai karakter tersebut akan diteliti 4 karakter, yaitu: 1) Religius

  Religius adalah nilai karakter yang bersumber pada kepercayaan dan keyakinan dalam diri manusia. Nilai ini sangat penting untuk diteliti karena nilai religius memiliki nilai yang kaitannya dengan Tuhan dan ajaran agama.

  2) Jujur Kejujuran merupakan suatu sikap dalam berkata dan berbuat sesuatu dengan sebenar-benarnya. Kejujuran adakalanya dalam hal ucapan dan adakalanya dalam hal perbuatan. Bersikap jujur berarti memilih untuk berbohong, menipu, atau berbuat curang dengan cara apapun. Jujur dapat membangun kekuatan nilai karakter dan diberkati dengan kedamaian pikiran dan rasa hormat kepada diri sendiri serta akan dipercaya oleh Allah dan sesama manusia. 3) Disiplin

  Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi suatu tanggung jawab. Disiplin sangat penting bagi siswa di sekolah karena disiplin dapat membantu siswa dalam mengembangkan hati nurani, pengambilan keputusan, dan pengendalian perilaku. 4) Tanggung Jawab

  Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab sangatlah penting bagi siswa, karena dengan sikap dan perilaku tanggung jawab maka siswa akan mendapat kepercayaan, disenangi oleh teman-teman, dan menghindari rasa kegagalan atau kerugian bagi bagi diri siswa maupun orang lain.

  Beberapa uraian di atas, terdapat 6 karakter yang akan diteliti. Cara meneliti 4 karakter di atas yaitu melakukan wawancara kepada siswa, melakukan pengamatan di sekolah, dan mencatat suatu temuan yang ada di sekolah tersebut.

  Beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai karakter di atas harus ditekankan dan diterapkan baik di sekolah maupun di lingkungan sekitar. Apabila nilai-nilai karakter tersebut ditanamkan secara terus menerus, maka siswa memiliki nilai-nilai karakter yang sudah ditanamkan.

2. Karakter Islami a. Pengertian Karakter Islami

  Karakter dalam pandangan Islam sama dengan akhlak. Akhlak dalam pandangan Islam ialah kepribadian. Kepribadian memiliki tiga komponen yaitu pengetahuan, sikap, dan perilaku. Majid (2012: 9) berpendapat bahwa akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari khuluqun yang menurut logat diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Oleh karena itu, akhlak merupakan suatu sikap, watak, tabiat, dan tingkah laku yang dimiliki seseorang yang menyatu dalam melakukan suatu perbuatan.

  Imam Al-Ghazali dalam kutipan Sani (2016: 44) mengemukakan bahwa akhlak adalah sikap dan perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga muncul secara spontan ketika berinteraksi dengan lingkungan. Orang yang berakhlak baik akan melakukan kebaikan secara spontan tanpa pamrih apapun. Demikian juga orang yang berakhlak buruk, melakukan keburukan secara spontan tanpa memikirkan akibat bagi dirinya.

  Hamid (2013: 44) mengemukakan beberapa definisi akhlak secara subtansial, yaitu sebagai berikut: 1) Akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.

  2) Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Tanpa pemikiran tersebut bukan berarti bahwa saat melakukan perbuatan, orang yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur, dan gila.

  3) Akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan, dan keputusan yang bersangkutan.

  4) Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara, perbuatan yang dilakukan ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan pujian.

  Berdasarkan definisi di atas bahwa akhlak merupakan perbuatan yang timbul dalam diri seseorang dan tertanam kuat dalam jiwa seseorang.

  Akhlak juga merupakan suatu sikap dan perbuatan yang telah menyatu dalam diri seseorang sehingga muncul secara spontan ketika berinteraksi dengan lingkungan.

  Beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karakter dalam pandangan Islam sama dengan akhlak. Karakter Islami adalah suatu bentuk watak, tingkah laku, dan kepribadian seseorang yang berasaskan nilai-nilai Islam. Karakter Islami juga merupakan sekumpulan nilai-nilai akhlak yang diajarkan oleh wahyu Illahi dalam menata tingkah laku dan kepribadian seseorang. Apabila karakter Islami tersebut ditanamkan kepada siswa secara terus menerus, maka siswa akan memiliki karakter sesuai dengan tuntunan Islam.

b. Karakter Rasulullah

  Karakter atau akhlak Rasulullah seharusnya dijadikan sebagai teladan yang baik bagi seorang muslim. Aqib (2012: 3) berpendapat bahwa karakter yang dimiliki oleh Rasulullah adalah shiddiq yang artinya benar/jujur, amanah artinya dapat dipercaya, tabligh artinya menyampaikan kebenaran, dan fathanah artinya cerdas.

  Kesuma (2013: 11) berpendapat bahwa Nabi Muhammad SAW juga terkenal dengan karakter kesabarannya, ketangguhannya, dan berbagai karakter lain. Shiddiq yang berarti benar, mencerminkan bahwa Rasulullah berkomitmen pada kebenaran, selalu berkata dan berbuat benar, dan berjuang untuk menegakkan kebenaran. Amanah yang berarti jujur atau terpercaya, mencerminkan bahwa apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan Rasulullah dapat dipercaya oleh siapapun, baik oleh kaum muslimin maupun nonmuslim. Fathanah yang berarti cerdas/pandai, arif, luas wawasan, terampil, dan professional. Artinya perilaku Rasulullah dapat dipertanggungjawabkan kehandalannya dalam pemecahan masalah.

  Tabligh yang bermakna komunikatif mencerminkan bahwa siapa pun yang menjadi lawan bicara Rasulullah, maka orang tersebut akan mudah memahami apa yang dibicarakan/dimaksudkan oleh Rasulullah.

  Sani (2015: 64) berpendapat bahwa selain empat sifat yang wajib dimiliki oleh seorang Rasulullah, beliau juga memiliki karakter yang juga seharusnya dijadikan sebagai teladan oleh seorang muslim, diantaranya:

  1) Sifat Lemah Lembut 2) Sifat Pemaaf 3) Sifat Penyayang 4) Sifat Penyabar 5) Sifat Tawadu 6) Sifat Jujur

  Berkaitan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Rasulullah SAW memiliki empat sifat atau karakter wajib, yaitu shiddiq (benar), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan kebenaran), dan fathanah (cerdas). Rasulullah juga memiliki karakter lainnya selain empat karakter wajib tersebut, yaitu lemah lembut, pemaaf, penyayang, penyabar, tawadu, dan jujur. Karakter yang dimiliki Rasulullah SAW diharapkan menjadi suatu contoh dan teladan bagi seorang muslim.

c. Penerapan Pendidikan Karakter Islami di Sekolah

  Sekolah merupakan kawah candradimuka bagi anak didik dalam menggapai sesuatu yang dicita-citakan. Pendidikan karakter sangat efektif diterapkan di sekolah. Penerapkan pendidikan karakter di sekolah memerlukan berbagai metode agar anak mempunyai karakter yang baik, yaitu: 1) Kegiatan pembelajaran

  Asmani (2013: 58) menjelaskan bahwa penerapan pendidikan karakter melalui kegiatan pembelajaran dapat melalui tahap pendekatan dan metode pembelajaran. Pendekatan pembelajaran bersifat lebih umum dan berkaitan dengan seperangkat asumsi dengan hakikat pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan rencana menyeluruh tentang penyajian materi ajar secara sistematis dan berdasarkan pendekatan yang ditentukan. Kegiatan pembelajaran bertujuan menjadikan siswa menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, serta dirancang untuk menjadikan siswa mengenal, menyadari atau peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dalam bentuk perilaku.

  2) Bimbingan Bimbingan (Majid, 2012: 121) merupakan proses pemberian bantuan terhadap siswa untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum terhadap siswa untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum terhadap sekolah, keluarga serta masyarakat. Hal ini juga sependapat dengan Muhammad Surya, bahwa bimbingan merupakan proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaiamn diri dengan lingkungannya. 3) Kegiatan Spontan

  Kegiatan spontan menurut Wibowo (2012: 87-88) adalah kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada saat guru atau tenaga kependidikan yang lain mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik dari siswa, yang harus dikoreksi pada saat itu juga. Apabila guru mengetahui adanya perilaku dan sikap yang kurang baik, maka pada saat itu juga harus melakukan koreksi sehingga siswa tidak akan melakukan tindakan yang tidak baik itu. Misalnya, ketika ada siswa yang membuang sampah tidak pada tempatnya, berteriak-teriak sehingga mengganggu pihak lain, berkelahi, memalak, berlaku tidak sopan, mencuri, berpakaian tidak senonoh, maka guru atau tenaga kependidikan lainnya, harus cepat mengkoreksi kesalahan yang dilakukan siswa tersebut.

  Kegiatan spontan ini tidak saja berlaku untuk perilaku dan sikap siswa yang tidak baik, tetapi perilaku yang baik harus direspon secara spontan dengan memberikan pujian, misalnya ketika siswa memperoleh nilai tinggi, menolong orang lain, memperoleh prestasi dalam olah raga atau kesenian, dan berani menentang atau mengkoreksi perilaku teman yang tidak terpuji.

  4) Keteladanan Keteladanan menurut Gunawan (2014: 92) merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan dalam memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik, sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya. Jika guru dan tenaga kependidikan yang lain menghendaki agar siswa berperilaku atau bersikap sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa maka guru dan tenaga kependidikan yang lain adalah orang yang pertama dan utama memberikan contoh berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai itu, seperti berpakaian rapi, datang tepat waktu, bekerja keras, bertutur kata sopan, kasih sayang, perhatian terhadap siswa, jujur, menjaga kebersihan. 5) Pembiasaan

  Pembiasaan menurut Gunawan (2014: 93) adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Penerapan pembiasaan berkaitan dengan pengalaman, karena yang dibiasakan itu ialah sesuatu yang diamalkan dan inti kebiasaan adalah pengulangan. Pembiasaan ini menempatkan manusia sebagai sesuatu yang istimewa, yang dapat menghemat kekuatan, karena akan menjadi kebiasaan yang melekat dan spontan agar kegiatan itu dapat dilakukan dalam setiap pekerjaan. Oleh karenanya, menurut para pakar, pembiasaan sangat efektif dalam rangka pembinaan karakter dan kepribadian siswa.

d. Indikator Karakter Islami

  Karakter yang diterapkan di sekolah dan di rumah harus dikembangkan dan diterapkan secara berulang-ulang agar siswa dapat mengembangkan karakter dengan baik. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan dalam mengembangkan karakter siswa. Oleh karena itu, terdapat beberapa karakter yang harus dimiliki, yaitu:

  1) Religius Religius adalah nilai karakter yang bersumber pada kepercayaan dan keyakinan dalam diri manusia. Asmani (2011: 36) berpendapat bahwa nilai religius merupakan nilai yang hubungannya dengan Tuhan, dengan kata lain, pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan atau ajaran agama. Jadi, nilai religius memiliki keterkaitan terhadap tuhan, kepercarayaan, dan keyakinan yang dimiliki oleh manusia. Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan wajib melaksanakan ibadah menurut kepercayaan dan keyakinannya. 2) Jujur

  Sikap jujur adalah salah satu karakter yang dituntut untuk dimiliki oleh seorang muslim (Sani, 2016: 77). Kejujuran juga memiliki arti kecocokan dengan kenyataan atau fakta yang ada. Lawan kata dari kejujuran adalah Dusta. Dusta adalah apa yang diucapkan dan diperbuat tidak sesuai dengan apa yang dibatinnya, dan tidak sesuai dengan kenyataan. Dusta juga dapat berarti tidak berkata sebenarnya, dan menyembunyikan yang sebenarnya.

  Al-Hasyimi (2009: 130) berpendapat bahwa kejujuran adalah sumber segala kebajikan. Kejujuran juga dapat menuntun seseorang melakukan kebajikan yang akan mengiringi seseorang menuju surga. Kejujuran adalah salah satu buah yang nyata dari keimanan. Al-Quran sangat menganjurkan untuk berbuat jujur, di antara Firman Allah tentang, kejujuran di antaranya:

           Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama-sama orang-orang yang benar (QS At- Taubah-119) .

  Berkaitan uraian di atas, sebagai makhluk Allah harus berusaha sekuat tenaga untuk bersikap jujur. Rasulullah harus jadikan teladan dalam segala sisi kehidupan dan perilaku. Seorang muslim harus taat dengan perintah dan ajaran-ajarannya, karena dengan taat kepada Rasul, berarti seseorang tersebut telah mengikuti jejak tradisi mulia yang beliau bangun.

  3) Disiplin Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi suatu tanggung jawab. Asmani (2011: 37) berpendapat bahwa disiplin merupakan suatu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

  Sani (2016: 27) berpendapat bahwa aspek kedisiplinan akan membentuk karakter siswa yang bertanggung jawab dalam melakukan aktivitas dan sungguh-sungguh dalam berupaya mencapai sesuatu yang diinginkan. Hal yang diharapkan dengan pembentukan disiplin adalah munculnya disiplin diri, yakni siswa memiliki energi dan semangat secara mandiri untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tanpa harus disuruh oleh orang lain. 4) Bertanggung Jawab

  Tanggung jawab merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak disengaja.

  Tanggung jawab juga berarti sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Samani (2013: 51) mengemukakan bahwa tanggung jawab merupakan upaya dalam melaksanakan tugas sepenuh hati, bekerja dengan etos kerja yang tinggi, berusaha keras untuk mencapai prestasi terbaik, mampu mengontrol diri, dan berdisiplin diri. Jadi, tanggung jawab merupakan segala sesuatu yang harus dikerjakan dalam melaksanakan tugas dengan baik.

  Nashir (2013: 82) menjelaskan bahwa tanggung jawab ialah kesadaran dari dalam diri sendiri untuk melaksanakan tugas dan kewajiban. Manusia hidup tidak lepas dari tanggung jawab. Islam menganjurkan bahwa setiap manusia ialah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawabannya. Manusia juga bertanggung jawab untuk menerima Al-

  Qur’an sebagai pedoman hidup. Jadi, tanggung jawab manusia luas cakupannya dimulai dari tanggung jawab kepada diri sendiri, keluarga, tetangga, masyarakat luas, dan tanggung jawab kepada Allah.

  Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri karakter harus melekat pada siswa. Karakter tersebut harus dilatih dan dikembangkan siswa agar siswa memiliki kebiasaan yang baik dalam kehidupan sehari-hari, karena karakter sangat berperan penting dalam kehidupan sehari-hari.

  

e. Karakter Islami melalui Al-Islam dan

Pendidikan Kemuhammadiyahan

  Pendidikan al-Islam dan kemuhammadiyahan merupakan wujud pendidikan agama Islam dalam lingkungan Muhammadiyah seutuhnya.

  Salah satu pendidikan yang diterapkan Muhammadiyah adalah pendidikan akhlak yang berdasarkan pada hadiś Nabi Muhammad SAW. bahwa orang

  Islam yang paling mulia adalah orang yang paling baik akhlaknya kepada sesama. Penguatan nilai-nilai akhlak ini secara umum komitmen Muhammadiyah dalam membangun pendidikan Islam menjadi kekuatan moral yang dapat membaca realitas sosial dan menjadi solusi bagi masyarakat dengan gerakan amal usahanya.

  Kurikulum Al Islam dan Kemuhammadiyahan adalah desain kurikulum dalam sekolah Muhammadiyah yang lebih menonjolkan pelajaran agama Islam dan bahasa Arab Tujuannya adalah mencetak lulusan pendidikan yang ahli dalam pendidikan agama sekaligus pengetahuan umum. Adapun muatan pendidikan Al Islam dan Kemuhammadiyahan terdiri dari beberapa mata pelajaran, antara lain aqidah, akhlaq, ibadah/muamalah, al- Qur’an, bahasa arab/hijaiyyah, tarikh, dan Kemuhammadiyahan.

  Pendidikan Muhammadiyah yang berbasiskan Al Islam dan Kemuhammadiyahan diperlukan dalam pengembangan dan pembaruan pendidikan Muhammadiyah, dengan melakukan objektivasi ke dalam nilai-nilai unggulan sesuai prinsip Islam dan ideologi persyarikatan sebagai pondasinya. Muhammad Ali dalam Haedar Nashir (2010: 420), ada lima identitas sebagai elaborasi dari Al Islam dan Kemuhammadiyahan, di antaranya adalah: 1) Menumbuhkan cara berpikir tajdid/inovatif 2) Memiliki kemampuan antisipatif 3) Mengembangkan sikap pruralistis 4) Memupuk watak mandiri 5) Mengambil langkah moderat

  Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Al- Islam dan Kemuhammadiyahan merupakan suatu wujud pendidikan agama Islam dalam menerapkan pendidikan akhlak. Pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan bertujuan untuk mencetak kader muhamadiyah yang memiliki nilai-nilai akhlak sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Siswa diharapkan mampu menambah pengetahuan, menanamkan nilai-nilai akhlak melalui pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan yang sudah diterapkan di sekolah.

3. Kepribadian a. Pengertian Kepribadian

  Kepribadian adalah suatu karakteristik individu yang cenderung menetap dan ditampilkan melalui perilaku. Kepribadian menurut Mujib (2007: 17-18) merupakan terjemahan dari personality (Inggris),

  personlijkheid (Belanda), personnalita (Prancis). Akar kata masing-

  masing sebutan itu berasal dari kata latin “persona” yang berarti “topeng”, yaitu seseorang yang memainkan sandiwara dan memerankan suatu karakter pribadi. Jadi, maksud dari definisi tersebut kepribadian merupakan suatu perbuatan dan perilaku seseorang dalam memerankan karakter diri atau karakter pribadi.

  Kepribadian menurut Theodore M. Newcomb dalam kutipan Roqib (2009: 15) diartikan sebagai organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku. Kepribadian menunjuk pada organisasi sikap-sikap seseorang untuk berbuat, mengetahui, berpikir dan merasakan secara khususnya apabila seseorang berhubungan dengan orang lain atau menanggapi suatu keadaan. Karena kepribadian merupakan abstraksi individu dan kelakuannya sebagaimana halnya dengan masyarakat dan kebudayaan, maka ketiga aspek tersebut mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Kepribadian mencakup kebiasaan-kebiasaan, sikap dan sifat lain yang khas yang dimiliki seseorang.

  Beberapa definisi di atas, maka kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi, tempramen, ciri-ciri khas, dan perilaku seseorang. Sikap perasaan ekspresi dan tempramen itu akan terwujud dalam tindakan seseorang jika dihadapkan pada situasi tertentu. Setiap orang mempunyai kecenderungan perilaku yang baku, atau berlaku terus menerus secara konsisten dalam menghadapi situasi yang dihadapi, sehingga menjadi ciri khas pribadinya.

b. Aspek-Aspek Kepribadian

  Kepribadian merupakan suatu sikap atau tingkah laku yang dimiliki seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kepribadian terdapat aspek- aspek yang dikemukakan oleh Yusuf (2011: 127):

  1) Karakter, yaitu konsekuen tidaknya mematuhi etika, perilaku, memegang pendirian atau pendapat.

  2) Temperamen, yaitu reaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang.

  3) Sikap, yaitu sambutan terhadap objek yang bersifat positif dan negatif. 4) Stabilitas emosional, yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan.

  5) Responbilitas, yaitu persiapan menerima resiko dari perbuatan yang dilakukan.

  6) Stabilitas, yaitu disposisi pribadi berkaitan dengan hubungan interpersonal, kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

  Penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan suatu kumpulan beberapa aspek dalam membentuk perilaku individu yang berkepribadian baik. Dalam ajaran Islam, ada tiga aspek pokok yang memberi corak bagi pribadi seseorang, yaitu (Zuhairini, 2009: 200): 1) Adanya wahyu Allah yang memberi ketetapan kewajiban-kewajiban pokok yang harus dilaksanakan oleh seorang muslim, yang mencakup seluruh lapangan hidupnya, baik yang menyangkut tugas-tugasnya terhadap Allah, maupun terhadap masyarakat. Dengan ajaran kewajiban akan menjadikan seorang muslim siap sedia untuk berpartisipasi dan beramal saleh bahkan bersedia untuk mengorbankan jiwanya demi terlaksananya ajaran agama. 2) Praktek ibadah yang harus dilakukan dengan aturan-aturan yang pasti dan teliti. Hal ini akan mendorong setiap orang dalam memperkuat rasa berkelompok dengan sesamanya secara terorganisir. 3) Konsepsi Al-

  Qur’an tentang alam yang menggambarkan penciptaan manusia secara harmonis dan seimbang di bawah perlindungan Allah SWT.

  Beberapa aspek di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam aspek pokok atas dasar ajaran Islam harus memiliki kepribadian yang penuh dengan sifat-sifat pengabdian kepada Allah maupun kepada sesama manusia. Adapun prinsip ajaran moral (Zuhairini, 2009: 201) yang harus menjadi hiasan tiap kepribadian seorang muslim, yaitu:

  1) Seorang muslim tidak boleh memandang hina kepada orang lain 2) Seorang muslim tidak boleh buruk sangka dan tidak boleh pula mengintai-intai kesalahan orang lain 3) Islam menyuruh kepada persatuan

  4) Islam menyerukan agar membayarkan amanat dan menepati janji 5) Islam melarang hasad (iri hati) 6) Islam melarang takabur dan sombong 7) Islam menyerukan agar saling tolong menolong dan mementingkan orang lain

  Beberapa prinsip di atas, bahwa sebagai seorang muslim harus memiliki kepribadian yang baik. Seorang muslim harus saling menghormati dan menghargai terhadap sesama muslim. Islam mengajarkan kepada seseorang untuk berbuat damai terhadap sesama agama Islam, supaya dapat diberi contoh terhadap peserta didik dan dengan harapan siswa dapat menjalankannya sebagai seorang muslim.

4. Peran Sekolah dalam Pendidikan Karakter Islami a. Peran Guru di Sekolah

  Guru merupakan seseorang yang memiliki peran penting dalam membantu perkembangan siswa untuk mewujudkan tujuan yang akan dicapai. Guru sebagai pengajar, pendidik, dan pembimbing harus mampu memdidik karakter siswa agar membentuk kepribadian yang baik. Lickona (2013: 112) mengungkapkan guru memiliki kekuatan untuk menanamkan nilai-nilai dan karakter pada siswa, setidaknya dengan tiga cara, yaitu:

  1) Guru dapat menjadi seorang penyayang yang efektif, menyanyangi dan menghormati siswa, membantu mereka meraih sukses di sekolah, membangun kepercayaan diri mereka, dan membuat mereka mengerti apa itu moral dengan melihat cara guru mereka memperlakukan mereka dengan etika yang baik 2) Guru dapat menjadi seorang model, yaitu orang-orang beretika yang menunjukkan rasa hormat dan tanggung jawabnya yang tinggi, baik di dalam maupun di luar kelas. 3) Guru dapat menjadi mentor yang beretika, memberikan intruksi, moral dan bimbingan melalui penjelasan, diskusi di kelas, bercerita, pemberian motivasi personal, dan memberikan umpan balik yang korektif ketika pada siswa yang menyakiti temannya atau menyakiti diri sendiri.

  Mulyasa (2007: 37) mengidentifikasi sedikitnya 19 peran guru, yakni guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu (innovator), model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa ceritera, aktor, emansipator, evaluator, pengawet, dan sebagai kulminator.

  Penjelasan tentang peran di atas dapat disimpulkan bahwa guru harus bisa memposisikan diri sebagai orang yang serba bisa. Peran guru sebagai pembimbing, penasehat, pembaharuan, dan pengawas setidaknya harus dapat menanamkan karakter kedisiplinan di sekolah dengan baik. Selain itu memberikan teladan dalam penerapan karakter Islami dalam kehidupan yang nyata.

b. Peran Kepala Sekolah

  Kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah dalam mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sarana sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Oleh karena itu, dalam menyukseskan pendidikan karakter di sekolah perlu dipilih kepala sekolah yang memiliki kemampuan manajemen serta kepemimpinan yang tangguh, agar mampu mengambil keputusan dan prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah. Gunawan (2014: 178) kepala sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam menyukseskan implementasi pendidikan karakter di sekolah, terutama dalam mengkoordinasi, menggerakkan, dan mengharmoniskan semua sumber daya pendidikan yang tersedia.

  Mulyasa (2007: 187) mengemukakan pendapat bahwa kepala sekolah dituntut untuk senantiasa berusaha membina dan mengembangkan hubungan kerja sama yang baik antara sekolah dan masyarakat guna mewujudkan sekolah yang efektif dan efisien. Kepala sekolah yang professional tidak saja dituntut untuk melaksanakan berbagai tugasnya di sekolah, tetapi kepala sekolah juga harus mampu menjalin hubungan kerja sama dengan masyarakat dalam rangka membina siswa secara optimal.

  Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah merupakan seseorang yang bertanggung jawab dalam mengelola sekolah dan menggerakan seluruh potensi sekolah secara optimal untuk mencapai suatu tujuan. Kepala sekolah juga bertanggung jawab terhadap pembentukan karakter guru dan warga sekolah lainnya. Dalam pendidikan karakter, kepala sekolah memiliki tugas serta tanggung jawab dalam menciptakan pendidikan karaker Islami guna membentuk kepribadian baik siswa dan guru.

B. Peneliti yang Relevan

  Penelitian terkait dengan pendidikan karakter Islami pernah dilakukan oleh peneliti lain, diantaranya:

  1. Maryamah, Riani. (2013). menulis skripsi dengan judul Pembentukan

  Kepribadian Muslim Melalui Pendidikan Karakter Di SD Terpadu Putra Harapan Purwokerto Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2012/2013 ,

  diperoleh hasil bahwa SD Terpadu Putra Harapan Purwokerto melaksanakan pendidikan karakter untuk membentuk kepribadian muslim.

  Adapun kegiatan tersebut meliputi, kegiatan pembelajaran, bimbingan, pengkondisiaan kelas, spontan, keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah berbasis karakter. Ketujuh komponen tersebut memiliki cara pembentuk kepribadian yang berbeda-beda. Cara tersebut dapat mempengaruhi nilai-nilai karakter dalam membentuk kepribadian muslim. Dari beberapa kegiatan di atas, peserta didik mampu memiliki kepribadian yang baik diantaranya ketika bertemu dengan ustad atau ustadzah memberikan salam, salinng menghormati sesame teman, dapat melaksanakan ibadah, memiliki modal keberanian, jujur, mengenal rukun islam, memanfaatkan waktu dengan baik, memiliki akhlak yang mulia, mandiri, mengenal pencipta-Nya, dan kepedulian sosial.

  Sekolah Dasar Putra Harapan masih memiliki beberapa faktor dalam membentuk kepribadian muslim. Ada beberapa faktor dalam melaksanakan pendidikan karakter antara lain faktor pendukung seperti guru mendidik anak dengan baik, lingkungan sekolah mendukung, kurikulum sekolah mendukung, guru yang kompeten, fasilitas yang mendukung, dan mendapat dukungan dari orang tua dalam terlaksananya pendidikan karakter. Faktor penghambat seperti lingkungan asal yang kurang mendukung, terdapat beberapa orang tua yang kurang perhatian kepada siswa, jumlah guru masih kurang, terdapat beberapa siswa yang kurang memahami apa yang diajarkan oleh ustad/ustadzah, dan sarana ibadah solat masih dilakukan didalam kelas.

  2. Sihabudin, Mukh. (2015), menulis skripsi dengan judul Pembinaan Karakter

  Islami Di Madrasah Ibtidayah Negeri Purwokerto Tahun Pelajaran 2014/2015 ,

  diperoleh hasil bahwa di Madrasah Ibtidayah Negeri Purwokerto terdapat nilai- nilai karakter Islami yang sudah dibina dan dikembangkan oleh sekolah yaitu, religius, disiplin, peduli lingkungan, bersih diri, gaya hidup sehat, peduli sesama, dan cerdas.

  Model yang dipakai dalam pembinaan karakter Islami di MI Negeri Purwokerto adalah model Boarding School atau madrasah berasrama. MI Negeri Purwokerto menerapkan model Boarding School dengan berbagai kegiatan yang menunjang kesuksesan pembinaan karakter Islami, dengan harapan dapat tercipta lingkungan pembelajaran yang kondusif bagi pengembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik secara seimbang sebagai bekal untuk menunjang pendidikan tingkat menengah dan bergaul dengan masyarakat. MI Negeri Purwokerto juga memiliki strategi dalam pelaksanaan pembinaan karakter Islami.

  Strategi yang digunakan oleh sekolah dalam pelaksanaan pembinaan karakter Islami yaitu, memahami hakikat pendidikan karakter, mensosialisasikan nilai karakter, menciptakan lingkungan kondusif, menumbuhkan sikap disiplin, adanya figur kepala sekolah yang amanah, dan strategi pemanduan. MI Negeri Purwokerto juga menerapkan metode dalam pelaksanaan pembinaan karakter Islami. Metode yang digunakan oleh sekolah dalam pelaksanaan pembinaan karakter Islami yaitu, metode pengajaran, metode pembiasaan, metode keteladanan, metode penentuan prioritas, dan metode holistik. MI Negeri Purwokerto memiliki beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pembinaan karakter Islami. Faktor pendukung dalam pelaksanaan pembinaan karakter Islami yaitu, peserta didik mudah diarahkan dan mau mengikuti peraturan, terciptanya lingkungan yang kondusif di sekolah, kepala sekolah yang amanah dalam melaksanakan tugas sebagai pemimpin lembaga pendidikan, semangat tinggi dari kepala sekolah dan dewan guru MI Negeri Purwokerto disertai dengan dukungan dan kerjasama orang tua peserta didik, tersedianya fasilitas untuk sumber belajar dan media pendidikan karakter yang memadai, adanya model asrama (boarding school). Adapun beberapa faktor hambatan dalam pelaksanaan pendidikan karakter Islami yaitu, kondisi fisik sekolah yang terpisah (kelas 1-2 di Purwokerto Timur, kelas 3-5 di Teluk, dan kelas 6 di Sokaraja), latar belakang keluarga anak beraneka ragam, terdapat beberapa siswa yang terkadang masih tidak menaati aturan, dan adanya perbedaan pemahaman tentang kelayakan fasilitas asrama.

  Penelitian di atas dikatakan relevan karena dalam penelitian tersebut sama- sama membahas terkait dengan pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah dasar/madrasah ibtidayah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah bahwa penelitian sebelumnya membahas pembentukan kepribadian muslim melalui pendidikan karakter di sekolah, dan mengetahui nilai-nilai, model, metode, dan strategi guru dalam melaksanakan pembinaan karakter Islami, sedangkan penelitian ini untuk mengetahui peran sekolah dan guru dalam melaksanakan pendidikan karakter Islami di SD Muhammadiyah Purwokerto, nilai-nilai karakter Islami yang sudah dibina dan dikembangkan di SD Muhammadiyah Purwokerto, dan faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pendidikan karakter Islami di SD Muhammadiyah Purwokerto.

C. Kerangka Berpikir

  Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia. Tujuan pendidikan nasional merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Sekolah merupakan kawah candradimuka bagi siswa dalam menggapai sesuatu yang dicita-citakan. Sekolah juga perlu adanya pendidikan karakter. Pendidikan karakter sangat penting apabila diterapkan di sekolah. Jadi, sekolah tidak hanya terkait upaya penguasaan di bidang akademik oleh peserta didik, namun harus diimbangi dengan pembentukan karakter atau kepribadian.

  Sekolah juga bisa lebih baik apabila dalam penerapan pendidikan karakter harus dilakukan secara Islami. Pendidikan karakter secara Islami memiliki keunggulan bagi siswa, yaitu membentuk kepribadian peseta didik memiliki sikap dan perilaku sesuai dengan ajaran Islam dan mampu mengubah sesuatu untuk menjadi lebih baik sesuai dengan tuntunan Islam. Oleh karena itu, peran sekolah sangat penting dalam meningkatkan karakter atau kepribadian siswa dalam melaksanakan penerapan pendidikan karakter secara Islami.

  Pelaksanaan pendidikan karakter Islami di SDM Purwokerto adalah pendidikan yang supaya peserta didik memiliki akhlak, moral, perilaku, dan kepribadian yang baik sesuai dengan tuntunan Islam. Persoalan karakter pada saat ini adalah siswa memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap faktor lingkungan yang kurang mendukung. Akibatya, siswa masih kurang baik dari segi sikap, perbuatan, perilaku, akhlak, dan kepribadiannya seperti membuang sampah sembarangan, makan dan minum sambil berdiri dan berjalan, pakaiannya tidak rapi, dalam berbicara masih kurang sopan serta sikap dan perilakunya masih ada yang kurang baik. Selain faktor lingkungan yang kurang mendukung, faktor globalisasi yang bersifat negatif juga berpengaruh terhadap siswa pada saat ini.

  Maka dari itu penting dilakukan penelitian ini untuk mencari tahu peran dan strategi guru di sekolah dalam melaksanakan pembinaan karakter Islami kepada siswa di SDM Purwokerto. Adapun alur dari kerangka berpikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

  Pengaruh negatif faktor globalisasi dan lingkungan yang sangat berpengaruh besar bagi siswa Terdapat beberapa siswa yang karakter dan kepribadiannya masih kurang

  Peran sekolah dalam melaksanaan Pendidikan Karakter secara Islami di SD Muhammadiyah Purwokerto Pelaksanaan program khusus sekolah dalam membina karakter siswa secara Islami agar menjadi pribadi yang memiliki akhlak yang baik