BAB II TINJAUAN PUSTAKA - ANALISIS PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI DI PASAR (STUDI KASUS PASAR PURWAREJA KLAMPOK) - repository perpustakaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian terdahulu Penelitian terdahulu yang mendasari penulis dalam mengkaji pemilihan

  moda transportasi ialah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Teradahulu

  

Judul dan Nama Metode Variabel Hasil Penelitian

ANALISIS Metode Variabel yang Dari hasil analisis

PEMILIHAN MODA penelitian dikaji yaitu diperoleh bahwa:

TRANSPORTASI menggunakan mengenai biaya, Jika selisih biaya

UNTUK model besarnya biaya angkutan umum

PERJALANAN binomial logit perjalanan ke dengan angkutan

KERJA (Studi Kasus: biner. tempat kerja pribadi semakin Desa Dalung, dengan besar, maka peluang

Kecamatan Kuta Utara, menggunakan menggunakan

Badung, Bali) Ida angkutan pribadi angkutan pribadi

Bagus Putu Widiarta, (sepeda motor) akan meningkat;

tahun 2010. dan angkutan Walaupun biaya umum (angkot angkutan pribadi dan atau mikrolet). angkutan umum sama besar, maka tetap saja pekerja memilih untuk menggunakan angkutan pribadi (sebanyak 79%) walaupun terdapat selisih biaya sebesar Rp. 2.800,00. Kesetimbangan antara biaya dan pemakaian angkutan pribadi dengan angkutan umum didapat jika biaya angkutan pribadi lebih besar 1,4 kali dibandingkan biaya angkutan umum. ANALISA FAKTOR- Metode Variabel yang Faktor yang dominan

FAKTOR YANG penelitian dikaji yaitu dalam pemilihan MEMPENGARUHI yang mengenai faktor moda transportasi di PEMILIHAN MODA digunakan faktor yang Kecamatan TRANSPORTASI menggunakan mempengaruhi Sukmajaya PENDUDUK KERJA DI KECAMATAN SUKMAJAYA DEPOK MENUJU TEMPAT KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS Sabdo Wicaksono, tahun 2010 analytic hierarchy process pemilihan moda diantaranya aman, nyaman, waktu dan biaya untuk menuju tempat kerja. dalam melakukan kegiatan bekerja adalah faktor waktu. Pilihan faktor selanjutnya yang paling berpengaruh dalam pemilihan moda transportasi adalah faktor biaya, faktor aman, dan faktor nyaman sebagai pilihan terakhir. Moda yang dominan dipilih responden dalam melakukan kegiatan bekerja adalah sepeda motor. Alternatif moda pilihan selanjutnya adalah kereta api pada urutan kedua, mobil pribadi pada urutan ketiga, bis kota pada urutan keempat, dan angkutan kota pilihan terakhir.

  ANALISIS PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI DI PASAR HEWAN MENGGUNAKAN MODEL LOGIT BINER (Studi Kasus: Pasar Hewan Desa Purworejo Kecamatan Nogosari) Dhiyan Kartika Dewi, tahun 2017

  Metode yang digunakan untuk menganalisis menggunakan model logit biner.

  Variabel penelitian yang digunakan yaitu karakteristik pedagang dan pembeli berdasarkan jenis kelamin, karakteristik perjalanan angkutan hewan yang digunakan serta pemilihan moda yang digunakan.

  Hasil menunjukkan karakteristik pedagang dan pembeli yaitu laki- laki sebanyak 91,4 % dengan umur antara 30 tahun hingga 50 tahun. Karakteristik perjalanan angkutan hewan paling banyak digunakan adalah truk sebanyak 56,4%, dengan mayoritas hewan yang diangkut 65,7% sapi. Mayoritas moda responden adalah milik pribadi dengan jarak yang ditempuh paling dekat adalah di kecamatan Nogosari 0,5 km serta kapasitas truk terbanyak mengangkut kambing 20 ekor. Upah untuk kuli angkut antara Rp. 3000,00 sampai dengan Rp. 100.000,00, jumlah BBM yang digunakan antara 1 liter hingga 20 liter.

  PERFORMANCE EVALUATION AND SELECTION OF BEST MODE OF TRANSPORTATION

  IN LAGOS STATE METROPOLIS. Solomon Olasunkanmi Odeyale, Oguntola Jelili Alamu, Elizabeth Olubunmi Odeyale, tahun 2013

  Metode penelitian yang digunakan menggunakan analytic hierarchy process dan Fuzzy Set.

  Variabel penelitian yang digunakan yaitu, moda transportasi yang digunakan di Lagos negara metropolis; mobil pribadi, okada, keke- napep, kereta api, ferry, komersial bus dan taksi dan sembilan keputusan kriteria; rendah biaya, rendah dampak lingkungan, kapasitas besar, transportasi ditingkatkan keselamatan, kenyamanan tinggi, tinggi aksesbilitas, meningkatkan keandalan, jumlah rendah persimpangan

  Dari hasil skor rata- rata baris dan jumlah kolom yang disarankan untuk skala prioritas serta nilai akhir dari masing-masing moda atau alternatif dievaluasi dengan fuzzy set prioritas. Berdasarkan hasil diperoleh bahwa kendaraan pribadi adalah moda terbaik yang dipilih pada pemilihan transportasi diikuti oleh kereta api, okada, taksi, ferry, keke-napep dan komersial bus. perjalanan yang diperlukan dan lebih cepat.

  Metode

  FACTORS Variabel Hasilnya

  penelitian

  IMPACTING penelitian yang menunjukkan

  yang

  TRANSPORT digunakan bahwa yang paling

  digunakan

  MODE CHOICE IN adalah empat penting

  menggunakan

  EGYPT: AN AHP kriteria dalam adalah keandalan,

  analytic

  APPROACH pemilihan yang kedua adalah

  hierarchy

  D. S. Al-Moherz; O. moda waktu, yang ketiga

  process

  H. El-Anwar; A. A. tranpsortasi adalah biaya dan

  dengan subyek

  Khalil; H. M. Osman; yaitu waktu keempat adalah

  penelitian and M. S. Ibrahim perjalanan, kenyamanan. adalah

penumpang biaya,

pada pesawat

  kenyamanan terbang. dan keandalan.

B. Landasan Teori 1. Pengertian Transportasi

  Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dengan menggunakan wahana yang digerakkan oleh manusia atau mesin.

  Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Andriansyah, 2015, hlm. 1). Definisi transportasi menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :

  a. Transportasi didefinisikan sebagai kegiatan memindahkan atau mengangkut sesuatu dari suatu tempat ketempat lain (Morlok, 1978).

  b. Transportasi adalah perpindahan barang atau penumpang dari suatu tempat ketempat lain, dimana produk dipindahkan ke tempat tujuan dibutuhkan. Dan secara umum transportasi adalah suatu kegiatan tempat lain, baik dengan atau tanpa sarana (Bowersox, 1981).

  c. Transportasi adalah perpindahan orang atau barang dengan menggunakan alat atau kendaraan dari dan ke tempat-tempat yang terpisah secara geografis (Steenbrink, 1974).

  d. Transportasi didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari fasilitas tertentu beserta arus dan sistem kontrol yang memungkinkan orang atau barang dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat lain secara efisien dalam setiap waktu untuk mendukung aktivitas manusia (Papacostas, 1987).

  Transportasi merupakan salah satu fasilitas bagi suatu daerah untuk maju dan berkembang serta transportasi dapat meningkatkan aksesibilitas atau hubungan suatu daerah karena aksesibilitas sering dikaitkan dengan daerah. Untuk membangun suatu pedesaan keberadaan prasarana dan sarana transportasi tidak dapat terpisahkan dalam suatu program pembangunan. Kelangsungan proses produksi yang efesien, investasi dan perkembangan teknologi serta terciptanya pasar dan nilai selalu didukung oleh sistem transportasi yang baik. Transportasi faktor yang sangat penting dan strategis untuk dikembangkan, diantaranya adalah untuk melayani angkutan barang dan manusia dari satu daerah ke daerah lainnya dan menunjang pengembangan kegiatan-kegiatan sektor lain untuk meningkatkan pembangunan nasional di Indonesia. tujuan akhir, oleh karena itu permintaan akan jasa transportasi dapat disebut sebagai permintaan turunan (derived demand) yang timbul akibat adanya permintaan akan komoditas atau jasa lainnya. Dengan demikian permintaan akan transportasi baru akan ada apabila terdapat faktor-faktor pendorongnya. Permintaan jasa transportasi tidak berdiri sendiri, melainkan tersembunyi dibalik kepentingan yang lain (Morlok, 1984).

  Pada dasarnya permintaan angkutan diakibatkan oleh hal-hal berikut (Nasution, 2004): a. Kebutuhan manusia untuk berpergian dari lokasi lain dengan tujuan mengambil bagian di dalam suatu kegiatan, misalnya bekerja, berbelanja, ke sekolah, dan lain- lain.

  b. Kebutuhan angkutan barang untuk dapat digunakan atau dikonsumsi di lokasi lain.

  Masing-masing moda transportasi menurut Setijowarno dan Frazila (2001), memiliki ciri-ciri yang berlainan, yakni dalam hal:

  a. Kecepatan, menunjukan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk bergerak antara dua lokasi.

  b. Tersedianya pelayanan (availability of service), menyangkut kemampuan untuk menyelenggarakan hubungan antara dua lokasi.

  c. Pengoperasiaan yang diandalkan (dependability of operation), menunjukan perbedaan-perbedaan yang terjadi antara kenyataan dan jadwal yang ditentukan. menangani segala bentuk dan keperluan akan pengangkutan.

  e. Frekuensi adalah banyaknya gerakan atau hubungan yang dijadwalkan.

2. Peranan Transportasi

  Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia harus menggunakan sumber daya alam yang menyediakan makanan dan minuman, pakaian, dan perumahan sebagai tempat tinggal dengan harapan untuk mendapatkan penghidupan yang layak dan nyaman serta tenteram. Akan tetapi, keberadaan sumber daya alam di permukaan bumi tidak merata karena keadaan alam itu sendiri. Tidak ada satu wilayah di dunia ini yang dalam memenuhi kebutuhan akan sumber daya alam di wilayahnya berasal hanya dari wilayah itu sendiri, dengan demikian manusia harus melakukan transportasi dengan melintasi berbagai kondisi alam (Andriansyah, 2015, hlm. 2).

  Transportasi yang baik akan berperan penting dalam perkembangan wilayah terutama dalam aksesibilitas, adapun yang dimaksud dengan aksesibilitas adalah kemudahan dan kemampuan suatu wilayah atau ruang untuk diakses atau dijangkau oleh pihak dari luar daerah tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Mudahnya suatu lokasi dihubungkan dengan lokasi lainnya lewat jaringan transportasi yang ada, berupa prasarana jalan dan alat angkut yang bergerak diatasnya. Pembangunan pedesaan semakin lambat dan

  2000).

  Menurut Kadir (2006) pada jurnal perencanaan dan pengembangan wilayah wahana hijau, peran dan pentingnya transportasi dalam pembangunan ekonomi yang utama adalah tersedianya barang, stabilisasi dan penyamaan harga, penurunan harga, meningkatnya nilai tanah, terjadinya spesialisasi antar wilayah, berkembangnya usaha skala kecil, terjadinya urbanisasi dan konsentrasi penduduk. Dampak negatif perkembangan transportasi antara lain : bahaya atas kehancuran umat manusia, hilangnya sifat-sifat individual dan kelompok, tingginya frekuensi dan intensitas kecelakaan, makin meningkatnya urbanisasi, kepadatan dan konsentrasi penduduk dan tersingkirnya industri kerajinan rumah tangga.

  Tujuan transportasi dalam mendukung perkembangan ekonomi nasional antara lain : a. Meningkatkan pendapatan nasional disertai dengan distribusi yang merata antara penduduk.

  b. Meningkatkan jenis dan jumlah barang jadi dan jasa yang dapat dihasilkan pada konsumen, industri, dan pemerintah.

  c. Mengembangkan industri nasional yang dapat menghasilkan devisa serta mensuplai pasaran dalam negeri.

  d. Menciptakan dan memelihara tingkatan kesempatan kerja bagi masyarakat.

   Sarana Transportasi

  Sarana adalah barang atau benda bergerak yang dapat dipakai sebagai alat dalam pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja. Menurut Miro (2008) masyarakat pelaku perjalanan (konsumen jasa transportasi) dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok yaitu : a. Golongan Paksawan (Captive) merupakan jumlah terbesar di Negara berkembang, yaitu golongan masyarakat yang terpaksa menggunakan angkutan umum karena ketiadaan mobil pribadi. Mereka secara ekonomi adalah golongan masyarakat lapisan menengah ke bawah (miskin atau ekonomi lemah).

  b. Golongan Pilihwan (Choice), merupakan jumlah terbanyak di negara-negara maju, yaitu golongan masyarakat yang mempunyai kemudahan (akses) ke kendaraan pribadi dan dapat memilih untuk menggunakan angkutan umum atau angkutan pribadi. Mereka secara ekonomi adalah golongan masyarakat lapisan menengah ke atas (kaya atau ekonomi kuat).

  Fungsi sarana transportasi adalah untuk mengangkut penumpang dan barang dari suatu tempat ke tempat lain, kebutuhan akan angkutan tergantung fungsi bagi kegunaan seseorang (personal place utility), maka bermunculan bermacam-macam kendaraan sebagai alat angkut.

  Menurut Nasution (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jasa angkutan adalah sebagai berikut : macam biaya, dan bukan sekedar biaya jasa angkutan saja. Namun demikian sekedar untuk menyederhanakan pemikiran dan analisis, anggap saja bahwa tarif jasa angkutan hanya mencerminkan imbalan balas jasa terhadap pengangkutan agar dapat melihat kepekaan permintaan jasa angkutan terhadap perubahan harga/tarif.

  b. Tingkat pendapatan - Apabila tingkat pendapatan pemakai jasa transportasi makin meningkat, maka permintaan jasa transportasi makin meningkat pula karena kebutuhan melakukan perjalanan makin meningkat.

  c. Citra atau image terhadap perusahaan atau moda transportasi tertentu

  • Apabila suatu perusahaan angkutan atau moda angkutan tertentu senantiasa memberikan kualitas pelayanan yang dapat memberi kepuasan kepada pemakai jasa transportasi, maka konsumen tersebut menjadi pelanggan yang setia. Dengan kualitas pelayanan yang prima, akan dapat meningkat citra perusahaan kepada para pelanggannya.

4. Perencanaan Transportasi

  Beberapa konsep perencanaan transportasi yang telah berkembang sampai saat ini dan yang paling populer adalah “Model Perencanaan

  Transportasi Empat Tahap (Four Step Models ).” Model perencanaan ini merupakan gabungan dari beberapa seri submodel yang masing-masing dilakukan terpisah dan berurutan. Submodel tersebut adalah: b. Bangkitan dan tarikan pergerakan

  c. Sebaran pergerakan

  d. Pemilihan moda

  e. Pemilihan rute

  f. Arus lalu-lintas dinamis Sedangkan Model Perencanaan Transportasi Empat Tahap (Four

  Step Models ) tersebut adalah (Tamin, 2000):

  a. Model Bangkitan Pergerakan (Trip Generation Models), yaitu pemodelan transportasi yang berfungsi untuk memperkirakan dan meramalkan jumlah (banyaknya) perjalanan yang berasal (meninggalkan) dari suatu zona/kawasan/petak lahan dan jumlah (banyaknya) perjalanan yang datang/tertarik (menuju) ke suatu zona/kawasan/petak lahan pada masa yang akan datang (tahun rencana) per satuan waktu.

  b. Model Sebaran Pergerakan (Trip Distribution Models), yaitu pemodelan yang memperlihatkan jumlah (banyaknya) perjalanan/yang bemula dari suatu zona asal yang menyebar ke banyak zona tujuan atau sebaliknya jumlah (banyaknya) perjalanan/yang datang mengumpul ke suatu zona tujuan yang tadinya berasal dari sejumlah zona asal.

  c. Model Pemilihan Moda Transportasi (Mode Choice Models), yaitu pemodelan atau tahapan proses perencanaan angkutan yang mengetahui jumlah (dalam arti proporsi) orang dan barang yang akan menggunakan atau memilih berbagai moda transportasi yang tersedia untuk melayani suatu titik asal-tujuan tertentu, demi beberapa maksud perjalanan tertentu pula.

  d. Model Pemilihan Rute (Trip Assignment Models), yaitu pemodelan yang memperlihatkan dan memprediksi pelaku perjalanan yang memilih berbagai rute dan lalu lintas yang menghubungkan jaringan transportasi tersebut.

5. Pemilihan Moda

  Pemilihan moda adalah tahapan paling penting dalam proses perencaan transportasi dan mengambil sebuah kebijakan perencanaan (Minal dan Ravi, 2014). Pemilihan moda adalah proses memisahkan orang perjalanan dengan modus perjalanan untuk memahami hubungan antara moda dengan suatu faktor yang mempengaruhi pemilihan moda (Tejaswi,dkk 2008). Menurut Warpani (1996), pemilihan moda dinyatakan sebagai prosentase jumlah perjalanan yang dituangkan dalam cara atau moda angkutan yang berlainan. Seorang individu memilih altenatif moda dengan pertimbangan banyak tetapi selalu ada ketidakpastian yang terlibat dalam mengambil keputusan individu (Minal dan Ravi, 2014). Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai model pemilihan moda transportasi (mode choice model).

   Model Pemilihan Moda Transportasi (Mode Choice Models)

  Model adalah sesuatu yang dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya yang ada di lapangan atau merupakan suatu alat bantu atau media yang dapat digunakan untuk mencerminkan dan menyederhanakan suatu realita (dunia sebenarnya) secara terukur.

  Beberapa macam model: 1) Model verbal, yakni model yang menggambarkan keadaan yang ada dalam bentuk kalimat. Misalnya: suatu kota yang dipenuhi dengan pepohonan yang rindang dengan sungai yang indah. 2) Model fisik, yakni model yang menggambarkan keadaan yang ada dengan ukuran yang lebih kecil. Misalnya: model bangunan, model saluran, model jembatan dan maket bangunan. 3) Model matematis, yakni model yang menggambarkan keadaan yang ada dalam bentuk persamaan-persamaan matematis. Model inilah yang dipakai pada perencanaan transportasi. Misalnya: jumlah lalu lintas yang sebanding dengan jumlah penduduk.

  Model matematis transportasi dapat dijabarkan dalam bentuk- bentuk berikut ini: 1) Deskriptif, yang menjelaskan keadaan yang ada atau keadaan jika dilakukan suatu perubahan terhadap keadaan yang ada.

  2) Prediktif, yang meramalkan keadaan yang akan datang. 3) Planning, yang meramalkan keadaan yang akan datang disertai dengan rencana-rencana perubahannya. perencanaan transportasi. Hasil analisis pemilihan moda ini sangat bermanfaat sebagai masukan dan bahan pertimbangan penyedia jasa transportasi dan para pengambil kebijakan di dalam mengambil pertimbangan dan keputusan ke depannya. Beberapa kelompok pengguna jasa dan moda transportasi (Miro, 2008): 1) Pengguna jasa transportasi/pelaku perjalanan (trip maker)

  Pengguna jasa transportasi atau konsumen jasa transportasi dapat dibagi menjadi dua kelompok : a) Golongan paksawan (captive) merupakan jumlah terbesar di negara berkembang, yaitu golongan masyarakat yang terpaksa menggunakan angkutan umum karena ketiadaan mobil pribadi. Mereka secara ekonomi adalah golongan masyarakat lapisan menengah ke bawah (miskin atau ekonomi lemah).

  b) Golongan masyarakat yang mempunyai kemudahan (akses) ke kendaraan pribadi dan dapat memilih untuk menggunakan angkutan umum atau angkutan pribadi. Mereka secara ekonomi adalah golongan pilihan (choice), merupakan jumlah terbanyak di negara-negara maju, yaitu golongan masyarakat lapisan menengah ke atas (kaya atau ekonomi kuat).

  Moda adalah jenis-jenis sarana yang tersedia untuk melakukan perjalanan atau pergerakan seseorang dari suatu tempat ke tempat lainnya baik yang menggunakan kendaraan bermotor maupun tidak serta para pejalan kaki yang sedang menggunakan jalan. Ada dua kelompok besar moda transportasi, yaitu:

  a) Kendaraan pribadi (private transportation) Moda transportasi yang dikhususkan untuk pribadi seseorang dan seseorang itu bebas menggunakannya kemana aja, kapan saja, dan dimana saja yang diinginkan atau tidak menggunakannya sama sekali (mobilnya disimpan di garasi). Keuntungan yang didapat adalah perjalanan menjadi lebih cepat, bebas tidak tergantung waktu, dapat membawa barang dan anak-anak dengan lebih aman, bebas memilih rute sesuai keinginan pengemudi (Warpani, 1990).

  b) Kendaraaan umum (public transportation) Moda transportasi yang diperuntukkan buat bersama

  (orang banyak), kepentingan bersama, menerima pelayanan bersama, mempunyai arah dan titik tujuan yang sama, serta terikat dengan peraturan trayek yang sudah ditentukan dan jadwal yang sudah ditetapkan dan para pelaku perjalanan tersebut apabila angkutan umum ini sudah mereka pilih. Moda angkutan umum menggunakan ruang jalan jauh lebih efisien daripada moda angkutan pribadi (Tamin, 2000).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemilihan Moda

  Model pemilihan moda bertujuan untuk mengetahui proporsi orang yang akan menggunakan setiap moda. Proses ini dilakukan dengan maksud untuk mengkalibrasi model pemilihan moda pada tahun dasar. Pemilihan moda sangat sulit untuk dimodel karena banyak faktor yang sulit dikuantifikasi misal kenyamanan, keamanan, keandalan, atau ketersediaan moda saat diperlukan.

  Faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan moda ini dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) kelompok (Miro, 2008), yaitu: 1) Kelompok faktor karekteristik si pelaku perjalanan (traveler

  characteristics factor ). Beberapa variabel berikut ini diyakini

  sangat mempegaruhi pemilihan moda:

  a) Ketersediaan atau pemilikan kendaraan pribadi (car ownership ).

  b) Pendapatan (income), berupa daya beli sang pelaku perjalanan untuk membiayai perjalananya.

  c) Kondisi kendaraan pribadi (tua, jelek, baru dll).

  d) Kepadatan pemukiman (density of residential development). keluarga (pasangan muda, punya anak, pensiun atau bujangan), usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, lokasi pekerjaan, punya lesensi mengemudi (SIM) atau tidak. 2) Kelompok faktor karakteristik perjalanan (travel charecteristics

  factor ). Terdapat beberapa variable yang dianggap kuat

  pengaruhnya terhadap perilaku pengguna jasa moda transportasi dalam memilih moda: a) Tujuan perjalanan (trip purpose) seperti bekerja, sekolah, sosial dan lain-lain.

  b) Waktu perjalanan (time of trip made) seperti pagi hari, siang, tengah malam, hari libur dan seterusnya.

  c) Panjang perjalanan (trip length), merupakan jarak fisik (km) antara asal dengan tujuan, termasuk panjang rute, waktu pembanding kalau menggunakan moda-moda lain, disini berlaku bahwa semakin jauh perjalanan, semakin orang cenderung memilih untuk naik angkutan umum. 3) Kelompok faktor karakteristik sistem transportasi

  (transportation system characteristics factor) . Hal ini dapat dikelompokkan menjadi dua kategori.

  Pertama, faktor kuantitatif seperti: lamanya waktu menunggu kendaraan, dan waktu diatas kendaraan.

  b) Biaya relative perjalanan (relative travel cost), merupakan seluruh biaya yang timbul akibat melakukan perjalanan dari asal ke tujuan untuk semua moda yang berkompetisi seperti tarif, bahan bakar dan lain-lain.

  Kedua, faktor kualitatif menurut (Tamin, 1997)

  a) Kenyamanan

  b) Keteraturan

  c) Keandalan

  d) Keamanan 4) Kelompok faktor karakteristik kota dan zona, yaitu: a) Jarak kediaman dengan tempat kegiatan.

  b) Kepadatan penduduk (population density).

c. Pemilihan Moda Transportasi

  Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam model pemilihan moda (Tamin, 2000): 1) Biaya

  Dalam pemodelan pemilihan moda sangat penting dibedakan antara biaya perkiraan dengan biaya aktual. Biaya perkiraan adalah biaya yang dipikirkan oleh pemakai jalan dan dasar pengambil keputusan, sedangkan biaya aktual adalah biaya dilakukan. 2) Angkutan umum captive

  Dalam pemodelan pemilihan moda, tahap berikutnya adalah mengidentifikasi pemakai angkutan umum captive. Orang seperti ini didefenisikan sebagai orang yang berangkat dari rumah dan tidak atau mempunyai atau menggunakan kendaraan pribadi (tidak ada pilihan lain kecuali angkutan umum). Diasumsikan bahwa orang tersebut pasti menggunakan angkutan umum.

  3) Lebih dari dua moda Beberapa prosedur pemilihan moda memodel pergerakan dengan hanya dua buah moda transportasi: angkutan umum dan angkutan pribadi. Di beberapa negara Barat terdapat beberapa pilihan lebih dari dua moda; misalnya, London mempunyai kereta api bawah tanah, kereta api, bus dan mobil. Di Indonesia terdapat bebrapa jenis moda kendaraan bermotor (termasuk ojeg) ditambah becak dan berjalan kaki termasuk penting di Indonesia. Jones (dalam Tamin, 2000) menekankan dua pendekatan umum tentang analisis sistem dengan dua buah moda.

  Total Total Bergerak Tidak bergerak Bergerak Tidak bergerak Mobil Angkutan umum Mobil Angkutan umum 2

  Angkutan Angkutan Angkutan umum 1 umum 1 umum 2

Gambar 2.1 Pemilihan dua moda (angkutan umum dan mobil)

  Sumber : Tamin, 2000

  Dari gambar di atas dapat diambil asumsi bahwa gambar sebelah kiri mengasumsikan pelaku perjalanan mengambil pilihan antara bergerak dan tidak bergerak. Apabila pelaku perjalanan melakukan pergerakan, maka pertanyaan yang timbul adalah apakah menggunakan angkutan pribadi atau umum? Sedangkan gambar sebelah kanan mengasumsikan bahwa begitu memilih untuk bergerak maka pelaku perjalanan memilih moda yang tersedia.

  Pendekatan yang lebih cocok khusus untuk Indonesia adalah seperti Gambar 2.2 di bawah ini:

  TOTAL PERJALANAN POTENSIAL Melakukan Perjalanan Tidak Melakukan Perjalanan Berjalan kaki Berkendaraan

  Angkutan Umum Mobil Pribadi Tidak Bermotor Bermotor

  Tidak Bermotor Bermotor (Becak/Ojek Sepeda) (Sepeda) Sepeda Motor

  Jalan Rel Mobil (Roda 4) Jalan Raya (Roda 2) (Kereta Api)

  Bus Mikrolet Taksi Becak Mesin

Gambar 2.2 Proses pilihan lebih dari dua moda yang dipilih

  

Sumber : Miro, 2005

Gambar 2.2 di atas mengilustrasikan betapa rumitnya memodelkan seluruh moda transportasi yang ada dalam suatu

  sistem. Masalah lain dalam hal angkutan pribadi adalah pengendara dan penumpang. Keduanya mempunyai atribut yang berbeda yang sangat berpengaruh dalam proses pemilihan moda.

d. Pendekatan Model Pemilihan Moda

  Dalam pemilihan moda biasanya pelaku perjalanan memilih moda yang tercepat, termurah dan ternyaman. Tujuan daripada pemodelan pemilihan moda sebenarnya adalah untuk mengetahui proporsi orang akan menggunakan salah satu moda transportasi.

  Dalam penelitian ini pemodelan pemilihan moda bertujuan untuk kendaraan pribadi dan kendaraan umum) serta faktor-faktor karakteristik sistem transportasi yang mempengaruhi terhadap pemilihan moda transportasi tersebut. Untuk memodelkan pemilihan moda ini (Watson, 1974, dalam Tamin, 2000) merekomendasikan asumsi-asumsi sebagai berikut: 1) Pelaku perjalanan yang waras (rasional) selalu memaksimumkan kepuasan diperolehnya.

  2) Dalam pemanfaatan sumber kepuasan tersebut, pelaku perjalanan mempunyai batasan-batasan seperti pendataan dan sebagainya. 3) Pelaku perjalanan mempunyai pengetahuan yang cukup tentang karakteristik masing-masing alternatif moda yang akan dipilihnya. 4) Jatuhnya pilihan pada salah satu moda menunjukkan bahwa dia mempertimbangkan karakteristik moda tersebut sesuai dengan karakteristik perjalanannya. 5) Pelaku perjalanan konsisten sepanjang waktu terhadap pilihannya selama tidak terdapat peubah pada karakteristik pribadinya.

  Untuk memperhitungkan pemilihan moda transportasi yang digunakan (yaitu kendaraan pribadi dan kendaraan umum) serta faktor-faktor karakteristik sistem transportasi yang mempengaruhi

  hierarchy process (AHP) adalah model yang paling mudah dan

  sering digunakan untuk pengambilan keputusan terhadap pemilihan moda transportasi yang akan digunakan, oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan model analytic hierarchy process (AHP).

e. Analytic Hierarchy Process (AHP)

  Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu cara

  dalam pengambilan keputusan, seperti yang diungkapkan oleh Saaty dan Vargas (1982) (dalam Odeyale, dkk, 2013) bahwa “AHP is a

  multi-criteria decision- making method developed”. AHP ini

  digunakan karena memberikan hasil yang baik dalam pengambilan keputusan terutama dalam pemilihan moda transportasi, seperti yang diungkapkan oleh Saaty dan Vargas (1982) (dalam Odeyale, dkk, 2013) bahwasannya penggunaan AHP ini dapat digunakan untuk membantu orang-orang dalam melihat prioritas dan membuat keputusan terbaik pada aspek kualitatif dan kuantitatif yang dipertimbangkan. Oleh karena itu AHP ini tepat digunakan untuk pemilihan moda transportasi dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya yang bersifat kulaitatif dan kuantitatif.

  Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan teori umum mengenai pengukuran. 4 (empat) macam skala pengukuran yang biasanya digunakan secara berurutan adalah skala nominal, ordinal, interval dan rasio. Skala yang lebih tinggi dapat sebaliknya. Pendapatan per bulan yang berskala rasio dapat dikategorikan menjadi tingkat pendapatan yang berskala ordinal atau kategori (tinggi, menengah, rendah) yang berskala nominal. Sebaliknya jika pada saat dilakukan pengukuran data yang diperoleh adalah kategori atau ordinal, data yang berskala lebih tinggi tidak dapat diperoleh. AHP mengatasi sebagian permasalahan itu (Saaty, 2001).

  AHP digunakan untuk menurunkan skala rasio dari beberapa perbandingan berpasangan yang bersifat diskrit maupun kontinu.

  Perbandingan berpasangan tersebut dapat diperoleh melalui pengukuran aktual maupun pengukuran relatif dari derajat kesukaan, atau kepentingan atau perasaan. Dengan demikian metode ini sangat berguna untuk membantu mendapatkan skala rasio dari hal-hal yang semula sulit diukur seperti pendapat, perasaan, perilaku dan kepercayaan (Saaty, 2001).

  Langkah-langkah dalam AHP (Acuna, et al., 2009) (Omar & Abdullah, 2010) 1) Mengembangkan struktur hirarkis dalam istilah dari keseluruhan alternatif tujuan, kriteria, sub kriteria dan keputusan.

  2) Data dikoleksikan oleh pair-wise comparation keputusan alternatif sehubungan dengan sub kriteria. diperiksa konsistensi penilaian. 4) Menganalisis prioritas bobot dan membangun solusi untuk masalah.

  Penggunaan metode Analytic Hierarchy Process(AHP) dimulai dengan membuat struktur hirarki atau jaringan dari permasalahan yang ingin diteliti. Didalam hirarki terdapat tujuan utama, kriteria-kriteria, sub kriteria-sub kriteria dan alternatif- alternatif yang akan dibahas. Perbandingan berpasangan dipergunakan untuk membentuk hubungan didalam struktur. Hasil dari perbandingan berpasangan ini akan memebentuk matrik dimana skala rasio diturunkan dalam bentuk eigenvektor utama atau fungsi- eigen. Matrik tersebut berciri positif dan berbalikan, yakni a ij = 1/a ji (Saaty, 2001).

  Abstraksi susunan hirarki keputusan dapat dilihat dibawah ini: Level 1 : Fokus atau Sasaran Utama Level 2 : Faktor atau Kriteria Level 3 : Obyektif Level 4 : Sub obyektif Level 5 : Alternatif

  Setiap hirarki tidak perlu terdiri dari 5 level, banyaknya level tergantung pada permasalahan yang dihadapi. Tetapi untuk setiap kriteria) dan level 5 (alternatif) harus selalu ada.

Gambar 2.3 menunjukkan struktur hirarki dari kasus permasalahan yang ingin diteliti yakni pemilihan moda transportasi

  berdasarkan keempat faktor. Penetapan faktor yang berpengaruh didasarkan atas berbagai studi sebelumnya.

  Level 1 Tujuan Nyaman Biaya Waktu Level 2 Aman Level 3

  Mobil Sepeda Angkutan Bis Kereta Pribadi Motor Api Kota Kota

Gambar 2.3 Struktur Hirarki

  Sumber: Decision Making For Leaders (Saaty 2001, dalam, Wicaksono)

  Garis-garis yang menghubungkan kotak-kotak antar level merupakan hubungan yang perlu diukur dengan perbandingan berpasangan dengan arah ke level yang lebih tinggi. Level 1 merupakan tujuan dari penelitian yakni memilih alternatif moda yang tertera pada level 3. Faktor-faktor pada level 2 diukur dengan perbandingan berpasangan berarah ke level 1. Misalnya didalam memilih moda, mana yang lebih penting antara faktor aman dan nyaman? Mana yang lebih penting antara faktor aman dan biaya, aman dan waktu, aman dan nyaman, nyaman dan biaya dan antara satu dengan yang lain, skala pengukuran relatif 1 hingga 9, seperti yang tertera dalam tabel 2.2, diusulkan untuk dipakai oleh Saaty.

Tabel 2.2 Skala nilai perbandingan berpasangan

  Intensitas Kepentingan Keterangan

  1 Kedua elemen sama pentingnya

  3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya

  5 Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya

  7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya

  9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan

  Sumber: Decision Making For Leader (Saaty, 2001)

  Berikut ini merupakan bentuk kuesioner matriks berpasangan yang dibuat oleh Wicaksono dalam jurnal penelitiannya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda transportasi. Kuisioner ini mengantarkan perhitungan ke level 2 dan 3 untuk menganalisis moda transportasi yang digunakan dengan faktor- faktornya yaitu aman, nyaman, biaya, dan waktu.

Tabel 2.3 Kuesioner Analisis Pemilihan Moda Transportasi

  No Kriteria A Skala Skala Kriteria B 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Aman

  Nyaman No Kriteria A Skala Skala Kriteria B 2 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Aman

  Biaya No Kriteria A Skala Skala Kriteria B 3 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Aman

  Waktu

  

No Kriteria A Skala Skala Kriteria B

4 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Nyaman

  Biaya

No Kriteria A Skala Skala Kriteria B

5 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Nyaman

  Waktu

No Kriteria A Skala Skala Kriteria B

6 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Biaya

  Waktu

  Sumber :Wicaksono, Jurnal Teknik Sipil, Universias Gunadarma C.

   Kerangka Pemikiran

  Pasar Purwareja Klampok merupakan suatu kawasan yang cukup strategis dikarenakan berada di tengah-tengah pusat keramaian dan dilalui oleh jalan raya yang menghubungkan Kabupaten Banjarnegara dan daerah lainnya. Berbagai kebutuhan bahan pokok dipasarkan seperti sandang dan pangan yang didatangkan dari dalam maupun dari luar daerah. Keberadaan pasar Purwareja Klampok menjadi salah satu objek vital dalam sarana perekonomian masyarakat sekitar. Pengunjung berasal dari berbagai wilayah disekitar Kecamatan Purwareja Klampok maupun dari daerah lain.

  Transportasi yang digunakan oleh pengunjung pasar cukup beragam. Transportasi yang digunakan diantaranya sepeda motor, berjalan kaki, sepeda (tak bermotor), angkudes (angkutan desa), bis kecil (mikro), serta becak.

  Dengan banyaknya transportasi yang digunakan serta dipilih oleh pengunjung pasar maka penulis ingin menganalisis dari segi faktor yang mempengaruhi pengunjung pasar yang diantaranya aman, nyaman, biaya perjalanan, waktu tempuh serta keandalan kapasitas dengan moda transportasi yang digunakan.

  Sehingga nantinya didapatkan faktor yang menjadi pilihan utama serta moda

  Klampok berdasarkan faktor-faktor karakteristik sistem transportasi yang mempengaruhi. Diharapakan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi bahan kajian bagi penelitian selanjutnya pada umumnya serta pihak pengelola pasar dan pengelola jalan yang terkait di Kabupaten Banjarnegara pada khususnya.

Dokumen yang terkait

View of ANALISIS DILEMA DALAM KONFLIK DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TEORI DRAMA (STUDI KASUS PADA KONFLIK MODA TRANSPORTASI KONVENSIONAL DENGAN MODA TRANSPORTASI ONLINE DI KOTA BANDUNG)

0 1 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI PADA PT. PABRIK ES PASAR TURI - Perbanas Institutional Repository

0 1 29

ANALISIS PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI ANTARA ANGKUTAN UMUM DAN SEPEDA MOTOR

4 24 17

ANALISIS PERAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM MENJAGA STABILITAS BAHAN POKOK DI PASAR (STUDI KASUS DI PASAR KALINYAMATAN). - STAIN Kudus Repository

0 0 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PeranPemerintah dalam Pasar 1. Teori Peran - ANALISIS PERAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM MENJAGA STABILITAS BAHAN POKOK DI PASAR (STUDI KASUS DI PASAR KALINYAMATAN). - STAIN Kudus Repository

0 0 33

ANALISIS PERAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM MENJAGA STABILITAS BAHAN POKOK DI PASAR (STUDI KASUS DI PASAR KALINYAMATAN). - STAIN Kudus Repository

0 1 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sistem Pendukung Keputusan - APLIKASI PEMILIHAN KACAMATA DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) - repository perpustakaan

0 1 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu - ANALISIS KAPASITAS DRAINASE DENGAN METODE RASIONAL DI PERUMAHAN PURI HIJAU PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 2 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Umum - PEMANFAATAN FLEDSPAR LIMBAH PENAMBANGAN BIJIH EMAS UNTUK BATAKO - repository perpustakaan

0 0 14

ANALISIS PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI DI PASAR (STUDI KASUS PASAR PURWAREJA KLAMPOK)

0 0 17