BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Aditya Anang Jatmiko BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini atau disebut juga dengan awal masa kanak-kanak

  adalah masa yang paling penting dalam sepanjang hidupnya. Sebab masa itu adalah masa pembentukan pondasi dan dasar kepribadian yang akan menentukan pengalaman anak selanjutnya. Menurut Rahman (2005) anak usia dini adalah anak usia 0 - 8 tahun. Hal tersebut karena pada usia itu anak mengalami lompatan perkembangan, kecepatan perkembangan yang luar biasa dibanding usia sesudahnya. Pada saat itu kesempatan yang sangat efektif untuk membangun seluruh aspek kepribadian anak dan merupakan usia emas (golden age) yang tidak akan terulang lagi.

  Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2000, penduduk Indonesia berjumlah 206.264.595 orang. Sedangkan hasil sensus pendukuk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237.641.326 orang. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 15,21% (BPS, 2014). Menurut BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) tahun 2012 jumlah balita di tanah air mencapai 31,8 juta jiwa (Antara, 2012).

  Menurut Soetjiningsih (2014), keluarga merupakan satuan unit terkecil dari masyarakat. Kedudukan keluarga menjadi inti yang penting dalam masyarakat. Karena pada hakekatnya keluarga di harapkan mampu berfungsi untuk mewujudkan proses pengembangan timbal balik rasa cinta

  1 dan kasih sayang antara anggota keluarga, antar kerabat serta antara generasi yang merupakan dasar keluarga yang harmonis. Akan tetapi, kadang kala pertengkaran terjadi antara kakak-adik bagi keluarga yang mempunyai balita lebih dari satu.

  Hubungan dengan saudara kandung adalah hubungan paling dasar sebelum kita memasuki dunia masyarakat. Bentuk-bentuk interaksi antar saudara tidak hanya berbentuk komunikasi positif seperti diskusi, berbagi cerita, bersenda gurau atau percakapan sehari-sehari, tetapi dapat juga berbentuk interaksi yang sifatnya negatif contohnya yaitu konflik antar saudara (sibling rivalry) (Putri dan Hendriyani, 2013).

  Sibling Rivalry biasanya muncul ketika selisih kandungnya terlalu

  dekat. Hal ini terjadi karena kehadiran adik di anggap menyita waktu dan perhatian terlalu banyak. Jarak usia yang lazim memicu munculnya sibling

  rivaly adalah jarak usia kurang dari 2 tahun. Kemudian muncul kembali 8-12

  tahun. Pada kalangan anak, reaksi sibling rivalry lebih beraneka ragam tetapi dua macam reaksi sibling rivalry secara langsung biasanya berperilaku agresif seperti memukul, mencubit atau bahkan menendang. Reaksi yang lainnya adalah yang sulit di kenali yaitu reaksi tidak langsung seperti munculnya kenakalan, rewel, mengompol dan pura-pura sakit (Khasanah, 2012).

  Sibling rivalry tidak hanya terjadi pada sibling yang berjenis kelamin

  sama, karena adanya perbedaan tugas dan tanggung jawab yang berbeda antara laki-laki dan perempuan dapat membuat anak merasa dibedakan dan menyebabkan timbulnya kecemburuan antar sibling. Seperti halnya anak laki-laki selalu dimintai tolong untuk membantu saudara perempuannya membawa atau mengerjakan sesuatu yang lebih berat. Sementara anak perempuan yang diharapkan membantu pekerjaan rumah tangga dapat membenci kenyataan bahwa anak laki-laki dalam keluarga mempunyai tugas- tugas rumah tangga lebih sedikit, dan mendapatkan keistimewaan serta diberi kesempatan untuk mengabaikannya (Hurlock, 2011).

  Para peneliti di Mc Master University (Maelani 2014) melakukan sebuah penelitian yang mempelajari efek dari sikap orang tua yang pilih kasih dengan anak-anaknya dengan kesehatan mental seluruh keluarga. Penelitian menemukan bahwa anak-anak yang kurang mendapatkan kasih sayang atau mendapatkan perlakuan yang sedikit berbeda dari saudara kandungnya, lebih mungkin mengalami masalah kesehatan mental dari waktu ke waktu daripada saudaranya yang mendapat perlakuan yang lebih baik. Gangguan kesehatan mental juga dapat mempengaruhi perkembangan anak. Apabila ini diteruskan berlanjut, maka akan berdampak pada kesehatan mental anak terutama anak yang kurang diistimewakan.

  Sibling rivalry memiliki sebab akibat, antara lain cemburu, anak

  sulung yang tadinya mendapat perhatian penuh harus bebagi perhatian dengan adiknya sehingga mengakibatkan dia ingin mencari perhatian biasanya dengan tingkah nakal. Faktor lainnya yaitu ketidakadilan, saudara kandung sangat peka terhadap “siapa mendapatkan apa” walau orang tua sudah berusaha seadil-adilnya namun beda dengan pemikiran anak. Faktor lain adalah ingin bersaing dan merasa diri unggul, kakak ingin berkuasa dan adik ingin menyainginya sehingga timbullah rasa ingin bersaing. Faktor selanjutnya yaitu sikap membanding-bandingkan, jika salah satu anak memiliki kelebihan dan itu selalu dibanding-bandingkan oleh orang tua, maka anak yang merasa kalah akan tumbuh dengan perasaan membenci saudara kandungnya (Wati, 2008).

  Berdasarkan catatan studi awal yang dilakukan peneliti terhadap 8 anak yang memiliki saudara kandung dengan jarak 1-3 tahun dan orang tua diperoleh informasi bahwa terdapat 5 (62,5%) anak yang terdapat sibling

  

rivalry antar anak yang memiliki saudara sekandung dan 3 (37,5%) orang

  yang tidak mengalami sibling rivalry. Persaingan antar saudara sekandung terjadi bila salah satu dibelikan sesuatu yang lain juga harus dibelikan jika tidak maka akan marah, nangis, mukul, merebut dan lain-lain. Persaingan ini lebih jelas terlihat apabila saudara sekandung berbeda jenis kelamin. Namun jika saudara sekandung sama jenis kelaminnya persaingannya tidak separah yang berbeda jenis kelamin. Selain informasi tersebut peneliti juga mendapat informasi bahwa orang tua siswa banyak menikah pada usia muda.

  Hal tersebut didukung pernyataan Sawacik dan Anderson (dalam Yunanto, 2012) yang menyatakan bahwa anak laki-laki akan menunjukkan lebih banyak penurunan tingkah laku akibat kehadiran adik dalam keluarga dibandingkan dengan anak perempuan. Kakak perempuan akan menunjukkan lebih banyak perbuatan positif dibandingkan laki-laki. Perbuatan positif tersebut seperti lebih perhatian kepada adik, dan lebih mandiri. Sementara itu,

  sibling rivalry lebih tinggi pada pasangan kakak/adik dengan jenis kelamin yang sama dibandingkan dengan kakak/adik dengan jenis kelamin yang berbeda.

  Berdasarkan uraian diatas maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian tentang “Determinan Perilaku Sibling Rivalry Pada Anak Yang Memiliki Saudara Kandung di Raudhatul Athfal Miftahul Huda Desa Selandaka Kecamatan Sumpiuh Kabupaten Banyumas ”.

B. Rumusan masalah

  Hubungan dengan saudara kandung adalah hubungan paling dasar sebelum kita memasuki dunia masyarakat. Bentuk-bentuk interaksi antar saudara tidak hanya berbentuk komunikasi positif seperti diskusi, berbagi cerita, bersenda gurau atau percakapan sehari-sehari, tetapi dapat juga berbentuk interaksi yang sifatnya negatif contohnya yaitu konflik antar saudara (sibling rivalry). Sibling rivalry biasanya muncul ketika selisih kandungnya terlalu dekat. Hal ini terjadi karena kehadiran adik dianggap menyita waktu dan perhatian terlalu banyak.

  Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah penelitian ini adalah apakah determinan perilaku sibling rivalry pada anak yang memiliki saudara kandung di Raudhatul Athfal Miftahul Huda Desa Selandaka Kecamatan Sumpiuh Kabupaten Banyumas?

C. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara jarak umur, jenis kelamin, urutan anak, kepribadian, lingkungan dan perlakuan orang tua yang membedakan anak dengan perilaku sibling rivalry pada anak yang memiliki saudara kandung di RA Miftahul Huda Desa Selandaka Kecamatan Sumpiuh Kabupaten Banyumas.

  2. Tujuan Khusus

  a. Teridentifikasi deskripsi perilaku sibling rivalry,umur, jenis kelamin, urutan anak, kepribadian, lingkungan dan perlakuan orang tua yang membedakan anak.

  b. Teridentifikasi hubungan antara jarak umur dengan perilaku sibling rivalry .

  c. Teridentifikasi hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku sibling .

  rivalry

  d. Teridentifikasi hubungan antara urutan anak dengan perilaku sibling rivalry .

  e. Teridentifikasi hubungan antara kepribadian dengan perilaku sibling rivalry .

  f. Teridentifikasi hubungan antara lingkungan dengan perilaku sibling rivalry .

  g. Teridentifikasi hubungan antara perlakuan orang tua yang membedakan anak dengan perilaku sibling rivalry

  D. Manfaat penelitian

  1. Bagi peneliti Memberikan tambahan pengetahuan serta pengalaman baru mengenai determinan perilaku sibling rivalry pada anak yang memiliki saudara kandung.

  2. Bagi orang tua responden Memberikan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku sibling rivalry pada anak.

  3. Bagi ilmu pengetahuan Dapat dijadikan informasi bagi akademis/pendidik, maupun sumber pengetahuan tentang ilmu keperawatan komunitas khususnya tentang determinan perilaku sibling rivalry pada anak yang memiliki saudara kandung serta sebagai bahan masukan atau pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut.

  E. Penelitian terkait

  1. Fitriani (2014) melakukan penelitian tentang pengaruh jarak usia jumlah saudara dan jenis kelamin dengan perilaku sibling rivalry pada anak usia toddler di Desa Surien tahun 2013. Metode penelitian bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional dengan menggunakan uji statistik Chi-square. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Ada pengaruh jarak usia, pengetahuan orang tua dan jenis kelamin terhadap perilaku sibling rivalry pada anak usia toddler di Desa Surin Kecamatan Meuraxa Banda Aceh.

  Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah sama-sama menguji perilaku sibling rivalry pada anak dan sama-sama menggunakan uji chi square. Sedangkan perbedaannya adalah penggunaan sampel penelitian, penelitian terdahulu menggunakan sampel anak usia toddler di Desa Surin Kecamatan Meuraxa Banda Aceh, sedangkan penelitian ini menggunakan sampel orang tua yang memiliki anak yang memiliki saudara kandung di RA Miftahul Huda Desa Selandaka Kecamatan Sumpiuh Kabupaten Banyumas.

  2. Putri dan Hendriyani (2013) melakukan penelitian tentang Dampak

Sibling Rivalry (Persaingan Saudara Kandung) Pada Anak Usia Dini.

  Penelitian ini menggunakan metode wawancara (interview) dan observasi. Subjek pada penelitian ini yaitu dua orang anak usia dini dengan latar belakang problem sibling rivalry dan saudara yang berbeda jenis kelaminnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dampak

  

sibling rivalry pada anak tersebut akan dirasakan secara berbeda oleh

  masing-masing anak, tergantung pada karakter anak masing-masing serta pola asuh orang tua. Lingkungan juga mempengaruhi pada dampak yang terjadi terhadap anak. Sikap orang-orang terdekat di sekitarnya dapat menambah munculnya dampak yang terjadi pada anak. Terdapat temuan baru pada dampak diri sendiri, dampak terhadap saudara dan dampak terhadap orang lain.

  Persamaan penelitian adalah penggunaan variabel sibling rivalry. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian terdahulu menggunakan uji deskriptif sedangkan penelitian ini menggunakan uji chi square.

  3. Khasanah dkk (2012) melakukan penelitian dengan judul pengaruh kesiapan terhadap perilaku orang tua dalam menghadapi sibling rivalry (cemburu) pada anak usia dini (di Desa Harjowinangun Barat Kecamatan Tersono Kabupaten Batang). Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah angket. Selanjutnya untuk keperluan analisis data digunakan analisis deskriptif dengan rumus persentase dan analisis regresi linier sederhana. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan kesiapan terhadap perilaku orang tua dalam menghadapi sibling rivalry pada anak usia dini di Desa Harjowinangun Barat Kecamatan Tersono Kabupaten Batang. Adapun besarnya pengaruh tersebut adalah 46,8%.

  Persamaan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan variabel

  

sibling rivalry . Sedangkan perbedaannya adalah penggunaan variabel

umur, jenis kelamin dan faktor orang tua.

  4. Maneli (2014) meneliti tentang hubungan pengetahuan ibu tentang sibling rivalry dengan teknik mengatasi sibling rivalrydiwilayah kerja Puskesmas Gulai Bancah Kota Bukittinggi tahun 2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan pengetahuan ibu tentang sibling rivalry dengan teknik mengatasi sibling rivalry diwilayah kerja Puskesmas Gulai Bancah Kota Bukittinggi tahun 2013.

  Persamaan penelitian ini dengan penelitian Maneli (2014) adalah penggunaan variabel sibling rivalry. Sedangkan perbedaannya adalah penambahan variabel umur dan jenis kelamin.

  5. Yunanto (2012) yang melakukan penelitian tentang pengaruh

  

cooperative play terhadap reaksi langsung sibling rivalry pada anak usia

  pra sekolah di Desa Cangkring Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember. Penelitian ini menyimpukan bahwa ada pengaruh bermakna terhadap reaksi langsung sibling rivalry pada anak usia

  cooperative play

  pra sekolah di Desa Cangkring Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember.

  Persamaan penelitian ini dengan penelitian Yunanto (2012) adalah penggunaan variabel sibling rivalry. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian ini menggunakan variabel umur, jenis kelamin dan faktor orang tua yang membedakan anak, sedangkan penelitian terdahulu menggunakan variabel cooperative play.