BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - BAB I

  tantangan. Tantangan tersebut antara lain persaingan ketat dalam perdangan internasional sebagai konsekuensi pasar bebas di kawasan ASEAN dan Asia Pasifik. Hal tersebut telah menimbulkan berbagai masalah kehidupan, termasuk matinya produk-produk perdagangan lokal, bahkan pabrik-pabrik teksil dalam negeri, karena tidak mampu bersaing dengan produk luar. Contohnya: kalau jalan-jalan ke swalayan, dapat disaksikan berapa prosen produk dalam negeri yang dipasarkan, bahkan mencari jeruk Garut atau apel Malang saja sudah susah.

  Menghadapi tantangan dan permasalahan tersebut, pendidikan harus berorientasi sesuai dengan kondisi dan tuntutan itu, agar output pendidikan dapat mengikuti perkembangan yang terjadi. Dalam kondisi ini, manajemen birokratik sentralistik yang telah menghasilkan pola penyelenggaraan pendidikan yang seragam dalam berbagai kondisi lokal yang berbeda untuk berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, tidak bisa dipertahankan lagi.

  Dikatakan demikian, karena muatan dan proses pembelajaran di sekolah selama ini menjadi miskin variasi, berbasis pada standar nasional yang kaku, cenderung serba detail. Di samping itu, peserta didik dievaluasi atas dasar akumulasi pengetahuan yang telah diperolehnya, sehingga orang tua tidak mempunyai variasi pilihan atas jasa pelayanan pendidikan bagi anak- anaknya, sumber- sumber pembelajaran di “dunia” nyata dan unggulan daerah tidak dimanfaatkan bagi kepentingan pendidikan di sekolah, dan lulusan hanya mampu menghafal tanpa memahami.

  Tantangan masa depan yang beberapa indikatornya telah nampak akhir-akhir ini, menuntut manusia yang mandiri, sehingga peserta didik harus dibekali dengan kecakapan hidup (life skill) melalui muatan, proses pembelajaran dan aktivitas lain di sekolah. Kecakapan hidup di sini tidak semata-mata terkait dengan motif ekonomi secara sempit, seperti keterampilan untuk bekerja, tetapi menyangkut aspek sosial-budaya seperti cakap, berdemokrasi, ulet, dan memiliki budaya belajar sepanjang hayat. Dengan demikian, pendidikan yang berorientasi kecapakan hidup pada hakekatnya adalah pendidikan untuk membentuk watak dan etos.

  Perkembangan global saat ini juga menuntut dunia pendidikan untuk selalu mengubah konsep berpikirnya. Konsep lama mungkin sudah tidak sesuai dengan perkembangan saat ini, lebih-lebih untuk yang akan datang. Untuk itulah, perubahan selalu dilakukan sesuai dengan perkembangan zaman.

  Belajar adalah proses penambahan pengetahun. Konsep ini muncul bagi sebagian orang di negeri ini. Dengan pijakan konsep ini, belajar seolah- olah hanya penjejalan ilmu pengetahuan kepada siswa.

  Pandangan ini tidak salah karena pada kenyataannya bahwa belajar itu menambah pengetahun kepada anak didik. Namum demikian, konsep ini masih parsial, telalu sempit, dan menjadikan siswa sebagai individu-individu yang pasif dan represif. Siswa layaknya sebuah benda kosong yang perlu diisi sampai penuh tanpa melihat potensi yang sebenarnya sudah ada pada siswa.

  Pendidikan formal saat ini ditandai dengan adanya perubahan yang berkali-kali dalam beberapa tahun terakhir ini ditandai dengan adanya suatu perubahan (inovasi). Perubahan pada hakekatnya adalah sesuatu hal yang wajar karena perubahan itu adalah sesuatu yang bersifat kodrati dan manusiawi. Hanya ada dua alternatif pilihan yaitu menghadapi tantangan yang ada di dalamnya atau mencoba menghindarinya. Jika perubahan direspon positif akan menjadi peluang dan jika perubahan direspon negatif akan menjadi arus kuat yang menghempaskan dan mengalahkan kita.

  Konsep ini sejalan dengan ajaran Islam yaitu tidak menghendaki manusia hanya pasrah dengan keadaan yang ada tapi harus bergerak menuju kearah perubahan yang lebih baik sebagaimana firman Allah dalam Alquran surah Ar- Ra‟d ayat 11

              Artinya : …Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka

  1 sendiri yang ada pada diri mereka sendiri..

  …(QS.Ar-ra‟d: 11). Jadi ayat diatas mengarahkan setiap insan untuk senantiasa berproses menuju kearah pembaharuan (inovasi) yang lebih baik dari sebelumnya dalam hal apa saja selama masih dalam kebaikan dan jalan kebenaran termasuk memperbaiki proses pembelajaran.

  Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran yang menyangkut materi, metode, media alat peraga dan sebagainya harus juga mengalami perubahan kearah pembaharuan (inovasi). Dengan adanya inovasi tersebut di atas dituntut seorang guru untuk lebih kreatif dan inovatif, terutama dalam menentukan model dan metode yang tepat akan sangat menentukan keberhasilan siswa terutama pembentukan kecakapan hidup (life skill) siswa yang berpijak pada lingkungan sekitarnya.

  Pada pembelajaran di Madrasah Aliyah penggunaan metode-metode yang aplikatif dan menarik sangat diharapkan. Pembelajaran yang menarik akan memikat anak-anak untuk terus dan betah mempelajari pelajaran di sekolah. Apabila siswa sudah tertarik dengan pembelajaran maka akan dengan mudah meningkatkan prestasinya.

  Dalam konsep Islam Allah swt mengajarkan lewat al-Quran metode pengajaran yang baik agar dapat menghasilkan generasi sesuai harapan 1 yaitu salah satunya adalah dengan hikmah dan kebijaksanaan disamping sekian banyak metode lain sebagaimana dalam quran surah

  

             

           

  Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

  Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui

  2

  orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl:125) Salah satu metode yang dicontohkan Rasulullah Saw dan juga dianjurkan oleh Islam pada saat mengajarkan orang lain yaitu dengan metode hikmah. Kata hikmah bermaksud perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil. Disamping anak didik atau orang yang diajar tersebut itu seharusnya diberikan al-

  

mau’izhah hasanah atau pelajaran yang baik (baik dari segi materi maupun

  metode). Selanjutnya jika terjadi perbedaan pendapat dalam proses pembelajaran maka dianjurkan kepada para pendidik untuk dapat menerapkan konsep mujadalah bi allati hiya ahsan (membantahnya dengan cara yang baik dan benar).

  Metode qur‟ani tersebut menurut Ramayulis menuntut kepada pendidikan yang berorientasi pada „educational deeds’ dimana factor human

  

nature yang potensial tiap pribadi anak dijadikan sentrum proses

2

  3

  kependidikan sampai pada batas maksimal perkembangannya. Sehingga jika diterapkan dalam proses pendidikan maka akan memberikan dampak positif bagi masa depan anak didik. Kenyataan dilapangan dalam proses pembelajaran agaknya metode demikian bagii pendidik masa kini kurang diimplementasikan sebagaimana yang diajarkan Alquran sehingga yang terjadi adalah output yang dihasilkan justru tidak sesuai yang diharapkan.

  Terkait dengan pembelajaran Fiqih di MAN Model Manado, nampak pada sebagian siswa merasa kurang diminati karena penyampaian materi yang kurang menarik sehingga secara tidak langsung, siswa menjadi lemah dalam penangkapan materi tersebut. Dengan mengacu pada hasil tes (ulangan/ujian) dimana banyak siswa yang remedial menunjukkan rendahnya perhatian siswa terhadap apa yang dipelajari. Pada pra tes ditemukan data tentang ketuntasan belajar siswa sebelum diadakan metode pembelajaran Jigsaw rata-rata mencapai 40

  • – 46 % dari keseluruhan jumlah siswa dan ketidaktuntasan siswa dalam belajar mencapai 50 - 70 %. Peneliti sebagai guru Fiqh sangat merasakan problem pembelajaran yang terjadi selama ini termasuk juga guru-guru yang lainnya.

  Di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model Manado meskipun sudah mulai menerapkan kurikulum 2013 namun masih ditemukan beberapa pendidik masih menitik-beratkan metode pengajaran pada paradigma lama yaitu metode konvensional yang inti kegiatannya yaitu ceramah, latihan soal, 3 dan penugasan, terkait langsung dengan hasil belajar siswa bukan siswa belajar.

  Dalam dunia pendidikan dewasa ini, orientasi dan fokus pendidikan lebih diarahkan pada siswa sebagai subyek belajar, sehingga berulang kali pemerintah melakukan perombakan terhadap kurikulum. Sebagai contoh perubahan kurikulum. dengan adanya penerapan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) sejak 2003 sebagai bentuk upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas belajar siswa, agar sesuai dengan tuntutan zaman.

  Dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) diharapkan dapat membawa perubahan dari paradigma lama kearah paradigma baru yang lebih baik.

  Paradigma lama tersebut tidak bisa lagi dipergunakan. Teori, penelitian, dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar membuktikan bahwa guru sudah harus mengubah paradigma pengajaran.

  Dalam perjalanannya, implementasi kurikulum 2003 mengalami beberapa hambatan dan tantangan baik internal maupun eksteral sehingga muncullah kurikulum 2013 sebagai bentuk penyempurnaan pola pikir dan penguatan tata kelola kurikulum dan perluasan materi. Selain itu, kurikulum 2013 sebagai penguatan proses pembelajaran dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan

  4 apa yang dihasilkan.

  Rekonseptualisasi ide kurikulum berbasis kompetensi menjadi kurikulum 2013 lebih diarahkan kepada pikiran pokok bahwa konten kurikulum adalah kompetensi dan kompetensi diartikan sebagai kemampuan melakukan suatu (ability to erform) berdasar sikap, keterampilan dan

  5

  pengetahuan. Kurikulum baru yang dikembangkan sangat mempedulikan aspek potensi manusia terkait dengan domain sikap untuk pengembangan

  

soft skills yang seimbang dengan hard skills seiring dengan ruh pendidikan

agama Islam itu sendiri termasuk di dalamnya mata pelajaran Fiqh.

  Fiqh dalam kurikulum madrasah merupakan salah satu struktur kelompok mata pelajaran pendidikan agama Islam. Fiqh (syariah) merupakan system atau seperangkat aturan yang mengatur hubungan manusia dengan Allah Swt (hablum minallah) sesama manusia (hablum minannas) dan dengan makhluk lainnya (

  hablum ma’al ghairi). Dalam mencapai

  pemahaman siswa tentang konten materi yang telah digariskan oleh kurikulum sebagaimana tersebut di atas dua hal penting yang merupakan bagian dari tujuan pembelajaran Fiqh adalah pembentukan sifat yaitu pola yang berfikir kritis dan kreatif. 4 KMA-Nomor-165. Lampiran.pdf. tentang Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan

  Agama Islam dan Bahasa Arab pada Madrasah 5

  Tercapainya pola berpikir kritis dan kreatif tentunya membutuhkan suasana kelas perlu didesain sedemikian rupa sehingga siswa mendapat kesempatan untuk saling berinteraksi. Dalam interaksi tersebut siswa akan membentuk komunitas yang memungkinkan mereka mencintai proses dan mencintai satu sama lain. Suasana belajar yang penuh dengan persaingan dan pengisolasian akan membentuk hubungan yang negatif dan mematikan semangat siswa. Hal ini akan menghambat pembentukan pengetahuan secara aktif. Oleh karena itu, pengajar perlu menciptakan suasana belajar sedemikian rupa sehingga siswa perlu bekerjasama secara gotong-royong.

  Melalui metode pembelajaran Jigsaw diharapkan dapat memberikan solusi dan suasana baru yang menarik dalam pengajaran sehingga memberikan dengan konsep baru. Pembelajaran Jigsaw membawa konsep pemahaman inovatif, dan menekankan keaktifan siswa, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasan gotong-royong dan memiliki banyak kesempatan untuk

  6 mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi.

  Beberapa alasan lain yang menyebabkan metode Jigsaw perlu diterapkan sebagai metode pembelajaran yaitu: tidak adanya persaingan antar siswa atau kelompok. Mereka bekerjasama untuk menyelesaikan masalah dalam mengatasi cara pikiran yang berbeda; Siswa dalam 6 kelompok bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar yang ditugaskan padanya lalu mengajarkan bagian tersebut pada anggota yang lain; Siswa juga senantiasa tidak hanya mengharapkan bantuan dari guru

  7 serta siswa termotivasi untuk belajar cepat dan akurat seluruh materi.

  Selama ini metode kooperatif Jigsaw hanya sering diteliti dan diterapkan di jurusan IPA dan sebagian pada ilmu social tetapi pada Ilmu Agama sebenarnya juga bisa untuk diterapkan,

  Dalam penelitian ini penerapan metode kooperatif Jigsaw untuk pokok bahasan konsep Fiqh dan ibadah dalam Islam; pengurusan jenazah; zakat; haji dan umrah dan; qurban dan akikah khusus dirasakan sesuai. Hal ini dikarenakan pokok bahasan tersebut sangat memerlukan analisis dan pemahaman siswa serta sub-sub pokok bahasan khusus saling terkait.

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti mulai meneliti lebih lanjut mengenai bagaimana hasil belajar Fiqh dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan judul: Upaya meningkatan motivasi dan hasil belajar Fiqh melalui metode pembelajaran Jigsaw pada siswa kelas X MAN Model Manado”.

  7

  B. Batasan Masalah

  Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah meliputi:

  1. Penelitian ini difokuskan pada siswa kelas X MAN Model Manado tahun pelajaran 2015/2016

  2. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2015 sampai dengan Mei 2016 yang bertepatan dengan semester ganjil dan genap tahun pelajaran 2015/2016.

  3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan tentang:

  a. konsep Fiqh dan ibadah dalam Islam;

  b. pengurusan jenazah;

  c. zakat;

  d. haji dan umrah dan;

  e. qurban dan akikah

  C. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana peningkatan hasil belajar dan motivasi belajar siswa dengan menggunakan metode Jigsaw?

  2. Bagaimana perbedaan antara pembelajaran dengan metode

  D. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan:

  1. Untuk menganalisis apakah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat memberikan hasil belajar dan motivasi belajar Fiqh yang lebih baik untuk pokok bahasan konsep Fiqh dan ibadah dalam Islam; pengurusan jenazah; zakat; haji dan umrah dan; qurban dan akikah pada siswa kelas X MAN Model Manado tahun pelajaran 2015/2016

  2. Menganalisis apakah ada perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar dan motivasi belajar Fiqh pokok bahasan konsep Fiqh dan ibadah dalam Islam; pengurusan jenazah; zakat; haji dan umrah dan; qurban dan akikah sebelum / setelah diterapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas X MAN Model Manado.

  E. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat terutama:

  1. Manfaat Praktis

  a. Bagi Siswa 1) Siswa dapat belajar bersosialisasi dengan cara memahami perbedaan-perbedaan yang tumbuh dalam kelompok 2) Siswa dapat saling bertukar pikiran antara sesama anggota kelompok sehingga setiap siswa dapat memperoleh ilmu

  3) Siswa dapat belajar untuk mau mendengarkan dan saling menghargai pendapat orang lain b. Bagi Pihak sekolah

  Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk mengadakan variasi metode pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar siswa

  c. Bagi Pihak Lembaga Terkait Sebagai bahan pertimbangan untuk pembuatan kebijaksanaan- kebijaksanaan baru tentang pendidikan

  2. Manfaat Teoritis

  a. Pembaca; Menambah pengetahuan pembaca

  b. Peneliti Berikutnya: Dapat dijadikan masukan bagi peneliti-peneliti lain yang melakukan penelitian serupa dimasa yang akan datang c. Peneliti Yang Bersangkutan: Menambah ilmu pengetahuan yang telah dimiliki peneliti dan merupakan wahana untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah di dapat di bangku kuliah dalam dunia pendidikan.

  Sistematika penulisan ini dibagi dalam empat bab dimana pada bab tersebut dirinci ke dalam beberapa sub bab ditambahkan satu bab lagi sebagai kesimpulan dari seluruh bab sebelumnya. Rincian pembahasan dalam bab dijelaskan sebagai berikut:

  Bab I: Pendahuluan Membahas mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan dan lain- lain.

  Bab II: Kajian Pustaka yang membahas tentang tinjauan tentang belajar (pengertian belajar teori belajar faktor yang mempengaruhi belajar metode belajar). Selanjutnya membahas tentang metode kooperatif dalam pembelajaran, yang meliputi metode kooperatif pembelajaran Jigsaw kerangka pembelajaran Jigsaw. Dilanjutkan dengan pembahasan metode konvensional (metode ceramah dan lain-lain) serta perbedaannya dengan metode jigsaw. Kemudian diakhiri dengan pembahasan tentang motivasi dan hasil belajar.

  Bab III: Metodologi Penelitian Membahas mengenai jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, tekhnik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisa data. Bab IV: Hasil penelitian Membahas mengenai motivasi belajar siswa dan kaitannya dengan hasil belajar yang menggunakan metode pembelajaran Jigsaw, data tentang motivasi belajar dan hasil belajar yang dalam pembelajarannya perbedaan antara metode pembelajaran Jigsaw dan metode pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil dan motivasi belajar siswa kelas X MAN Model Manado.

  Bab V: Penutup Pada bagian akhir tesis ini dikemukakan kesimpulan sebagai hasil penelitian dan saran-saran yang dianggap perlu untuk pihak-pihak yang terkait.