KARYA TULIS ILMIAH PENERAPAN KONSUMSI TELUR AYAM REBUS UNTUK PERCEPATAN PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM PADA IBU NIFAS DI BPM HENI WINARTI DESA JATIJAJAR, AYAH, KEBUMEN Diajukan Untuk Memenuhi Jenjang Pendidikan Diploma III Kebidanan
KARYA TULIS ILMIAH
PENERAPAN KONSUMSI TELUR AYAM REBUS UNTUK
PERCEPATAN PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM
PADA IBU NIFAS DI BPM HENI WINARTI
DESA JATIJAJAR, AYAH, KEBUMEN
Diajukan Untuk Memenuhi Jenjang Pendidikan
Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh :
Ulmi Rifani
B1401223
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONGTAHUN 2017
KARYA TULIS ILMIAH
PENERAPAN KONSUMSI TELUR AYAM REBUS UNTUK
PERCEPATAN PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM
PADA IBU NIFAS DI BPM HENI WINARTI
DESA JATIJAJAR, AYAH, KEBUMEN
Diajukan Untuk Memenuhi Jenjang Pendidikan
Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh :
Ulmi Rifani
B1401223
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONGTAHUN 2017
KARYA TULIS ILMIAH
PENERAPAN KONSUMSI TELUR AYAM REBUS UNTUK
PERCEPATAN PENYEMBUHAN LUKA PERENIUM
PADA IBU NIFAS DI BPM HENI WINARTI
1 DESA JATIJAJAR,AYAH, KEBUMEN
2
3 Ulmi Rifani , Adinda Putri Sari Dewi, S.Si.T., M. Keb.
INTISARI
Latar Belakang: Berdasarkan data WHO tahun 2011 hampir 90% proses
persalinan normal mengalami robekan perineum baik dengan atau tanpa episiotomi. Pada tahun 2009 di Asia ruptur perineum merupakan masalah yang cukup banyak dalam masyarakat. Prevelensi ibu bersalin yang mengalami ruptur perineum di Indonesia pada golongan umur 25-30 tahun yaitu 24%. Pada ibu bersalin dengan usia 31-39 tahun sebesar 62%. Ketidak nyamanan berupa nyeri yang dialami ibu post partum dengan ruptur perineum spontan tergantung dari derajat ruptur yang dialami (Sayiner, 2009). Metode yang dapat digunakan untuk mengurangi luka jahitan perinum secara alamiah yaitu dengan memberikan penerapan konsumsi telur ayam rebus terhadap percepatan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas.
Tujuan: Menerapkan konsumsi telur ayam rebus untuk percepatan penyembuhan
luka perineum pada ibu nifas.Metode: Menggunakan metode deskriptif analitik, yang menggambarkan dan
mendeskripsikan fakta yang didapat melalui pengkajian menggunakan penilaian, wawancara dan dokumentasi.
Hasil: Setelah mengkonsumsi telur ayam rebus 2 diantara 3 partisipan mengalami
penyembuhan luka perineum. Hal ini tampak dari penerapan yang dilakukan selama 1-7 hari post partem pada hari ke 2. Penyembuhan tersebut termasuk dalam kategori luka sembuh cepat dan luka sembuh lambat.
Kesimpulan: Penerapan konsumsi telur ayam rebus terbukti dapat mengurangi
penyembuhan luka jahitan perineum pada ibu nifas. Kata Kunci : Post Partum, Luka, Percepatan, Telur Rebus. Kepustakaan : 33 literatur (2007-2017) Jumlah halaman : xi+ 70+ 8lampiran1 Judul
2 Mahasiswa prodi DIII Kebidanan
3 Dosen STIKES Muhammadiyah Gombong
SCIENTIFIC PAPER
THE APPLICATION OF BOILED CHICKEN EGG CONSUMPTION ON
THE RECOVERY ACCELERATION OF PERINEUM RUPTURE OF
POST PARTUM MOTHER IN INDEPENENT MIDWIFERY CLINIC
1 OF HENI WINARTI AT AYAH, KEBUMEN
2
3 Ulmi Rifani , AdindaPutri Sari Dewi, S. Si.T., M. Keb .
ABSTRACT
Background: Based on WHO data in 2011 nearly 90% of normal delivery
processes had perineum rupture either with or without episiotomy. In 2009 the perineal rupture in Asia was a considerable problem in society. The prevalence of maternal mother who has perineum rupture in Indonesia of 25-30 year age group is 24%. For maternal mothers aged 31-39 years it is 62%. Discomfort in the form of pain experienced by post partum mothers with spontaneous perineum rupture depends on the degree of rupture experienced (Sayiner, 2009). The way how to reduce the suture of the nurse's seam is naturally by giving the application of boiled chicken egg consumption to accelerate the healing of the perineum wound on the puerperal mother.
Objective: To apply boiled chicken egg consumption to accelerate the perineum
rupture recovery of puerperal mother.Method: This study is a analytical descriptive. The writer describes facts obtained
from the assessment through interviews and documentation.Result: After consuming boiled chicken egg, 2 of 3 participants has succeeded in
accelerating the recovery of their perineum rupture. This is based on the application during 1-7 days of post partum mothers on the second day. This was categorized to be quick and slow rupture recovery.
Conclusion: The application of boiled chicken egg consumption has been proven
to be able to reduce the recovery of perineum rupture of postpartum mother.Keywords : Post partum, perineum rupture, recovery, boiled chicken
eggs. Literature : 33 Literature (2007-2017) Number of pages : xi + 70 + 8 appendices.1 Tilte
2 Student of D III Program of Midwifery Dept
3 Lecturer of Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong.
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur senantiasa saya panjatkan kepada Allah Subhanallah Wa Taala (SWT) yang telah memberikan Rahmat serta Hidayahnya sehingga dalam penulisan karya ilmiah ini saya tidak mengalami kendala yang berarti hingga terselesaikannya karya tulis ilmiah yang saya beri judul ‘’Penerapan Konsumsi Telur Ayam Rebus Untuk Percepatan
Penyembuhan Luka Jahitan Perineum’’ Pada 3 Partisipan Ibu Nifas Di BPM
Heni Winarti, Amd. Keb. di Desa Jatijajar, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen.
Pada kesempatan ini, dalam penulisan karya tulis ilmiah ini saya mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak, oleh karenanya dari hati yang terdalam saya juga ingin mengungkapkan rasa terimakasih kepada : 1.
Hj Herniyatun M.Kep.Sp.Mat selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah Gombong, 2. Eka Novyriana, S.ST,M.P.H. selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan STIKes Muhammadiyah Gombong.
3. Adinda Putri Sari Dewi S.ST.M. Keb selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah.
4. Hastin Ika Indriyastuti, S.SiT.,MPH selaku penguji satu Karya Tulis Ilmiah.
5. Ibu Bidan Heni Winarti Amd.Keb selaku pembimbing lahan yang sudah banyak membantu saya dalam masukan dan saran kepada saya dalam proses pembuatan karya tulis ilmiah.
6. Partisipan, 3 ibu nifas yang bersedia menjadi pasien.
7. Penghargaaan yang khusus penulis sampaikan kepada kedua orang tua yang selalu memberikan suport baik moral maupun materi sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
8. Teman-teman seperjuangan yang juga selalu memberikan motifasi baik berupa pendapat, motifasi dalam hal-hal lainya dalam rangka menyelesaikan pembuatan karya tulis ilmiah ini.
9. Pihak-pihak terkait lainnya yang juga turut serta membantu saya dalam pembuatan karta tulis ilmiah ini.
Saya sangat menyadari tidak ada manusia yang sempurna dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, apa bila nantinya terdapat kekurangan, kesalahan dalam karya tulis ilmiah ini, saya selaku penulis sangat berharap kepada seluruh pihak agar dapat memberikan kritik dan juga saran seperlunya. Akhir kata semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat dan bahan pembelajaran kepada kita semua.
Gombong, 24 Juli 2017 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman judul ................................................................................................ i Halaman persetujuan ...................................................................................... ii Halaman pengesahan. ..................................................................................... iii Lembar pernyataan ......................................................................................... iv Intisari ............................................................................................................ v Abstract .......................................................................................................... vi Kata pengantar ............................................................................................... vii Daftar isi ......................................................................................................... viii Daftar tabel ..................................................................................................... ix Daftar gambar ................................................................................................ x Daftar lampiran .............................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Tujuan ............................................................................................ 6 C. Manfaat .......................................................................................... 6 BAB II TINJAUAN TEORI A. Masa Nifas 1. Teori Masa Nifas ...................................................................... 8 2. Teori Luka Perineum ................................................................ 13 3. Teori REEDA Scale .................................................................. 19 4. Teori Telur Rebus ..................................................................... 27 B. Kerangka Teori .............................................................................. 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ............................................................................. 41 B. Partisipan ...................................................................................... 42 C. Tempat Dan Waktu Penelitian ..................................................... 43 D. Instrumen ...................................................................................... 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Manajemen Kasus ........................................................................ 45 B. Hasil Penelitian ............................................................................ 58 C. Pembahasan .................................................................................. 62 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................. 67 B. Saran ............................................................................................. 70 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Keterangan Skala REEDA SCALE ...................................................... 19 Tabel 2 Keterangan Kejadian dan Penyembuhan Luka ................................... 21 Tabel 3 Kategori Penyembuhan Luka Perineum ............................................. 26
Tabel 4 Keterangan Perbandingan Nutrisi Telur ......................................................... 31
Tabel 5 Instrumen ............................................................................................ 44 Tabel 6 Tingkat Penyembuhan ........................................................................ 49 Tabel 7 Hasil Sebelum Penerapan Luka Perineum ......................................... 57 Tabel 8 Nilai Observasi Partisipan I, II, dan III ............................................... 59
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Terlur Ayam Kampung .................................................................................. 28
Gambar 2 Telur Ayam Bebek ........................................................................... 29Gambar 3 Telur Ayam Negeri ........................................................................... 30 Gambar 4 Komponen Telur .............................................................................. 36 Gambar 5 Kerangka Teori ................................................................................ 40
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Konsultasi Bimbingan KTI Lampiran 2 Lembar Infomend Consent Partisipan Lampiran 3 Standar Operasional Prosedur Telur Rebus Lampiran 4 Standar Operasional Prosedur Konsumsi Telur Lampiran 5 Formulir Pemeriksaan Skala REEDA Lampiran 6 Penentuan Penilaian REEDA
Lampiran 7 Formulir Penyembuhan Luka Perineum
Lampiran 8 Dokumentasi TindakanBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012 sebanyak 359/100 ribu kelahiran hidup dan AKB 32/1000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2013). Sedangkan target SDG’s AKI 2015 102/100 ribu kelahiran hidup dan AKB 23/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu di Indonesia meliputi perdarahan (30,5%), infeksi (22,5%), dan gestosis (17,5%).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Jawa Tengah tahun 2014 berdasarkan laporan dari kabupaten kota sebesar 126,55 per 100.000 kelahiran hidup mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2013 sebesar 118,62 per 100.000 kelahiran hidup, hal ini berarti terjadi peningkatan AKI di propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan jumlah kasus kematian ibu di Jawa Tengah kematian maternal pada masa nifas menduduki peringkat pertama sebesar 57,95% (Dinkes Prov Jateng, 2014).
Menurut Profil Jawa Tengah dampak yang terjadi pada kematian ibu di Indonesia masih disominasi oleh perdarahan (42%), eklamsia/preeklmsia (13%), abortus (11%), infeksi (10%), partus lama/ persalinan macet (9%) dan penyebab lainya (15%). Beberapa faktor penyebab langsung kematian ibu adalah faktor ekonomi,sosial,budaya (Dinkes Jateng, 2015).
Salah satu akibat dari infeksi postpartum, karena adanya luka pada bekas
2
perineum, dinding vagina dan serviks. Luka pada perineum akibat episiotomi ruptur uteri atau laserasi merupakan daerah yang tidak mudah kering. Angka kejadian infeksi karena episiotomi masih tinggi, diperkirakan insiden trauma perineum atau episiotomi dialami 70% wanita yang melahirkan pervaginam sedikit banyak mengalami traumaparienal ( Prasetya Lestari , 2016).
Diseluruh Dunia pada tahun 2009 terjadi 2,7 juta kasus robekan (ruptur) perenium pada ibu bersalin. Angka ini diperkirakan mencapai 6,3 juta pada tahun 2020, seiring dengan bidan yang tidak mengetahui asuhan kebidanan dengan baik dan kurang pengetahuan ibu tentang perawatan mandiri ibu dirumah.( Hilmi dalam Bascom,2010)
Dampak dari ruptur perineum pada ibu yang tidak mendapatkan perawatan dengan baik adalah infeksi pada luka jahitan. Berdasarkan Angka Kematian Ibu menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia meningkat sebesar 359 per 100.000 ribu kelahiran hidup dan AKB 32 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan SDKI tahun 2007 yang mengalami penurunan yaitu mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab terbesar kematian ibu selama tahun 2010-2013 menyebutkan infeksi menduduki peringkat ke tiga. Pada tahun 2013 kejadian infeksi sebesar 7,3%, angka ini lebih tinggi jika dibandingkan tahun 2012 sebesar 5,6% (Kemenkes RI, 2014) .
Infeksi merupakan penyebab kematian ibu. Di Negara berkembang paling sedikit satu dari sepuluh kematian ibu disebabkan oleh Infeksi . Luka
3
Infeksi setelah persalinan penyebabnya adalah luka persalinan, mastitis, tromboflebitis dan radang panggul (Varney, 2009).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Kebumen dari tahun 2011 hingga 2013 menunjukan tren meningkat dari 42,5 per 100.000 di tahun 2011, 51,86 per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2012, dan 71,84 per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2013. Akan tetapi pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 58,37 per 100.000 kelahiran hidup kemudian naik kembali menjadi 68,48 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan target RPJMD adalah 49 per 100.000 kelahiran hidup yang artinya pencapaian Kabupaten Kebumen masih jauh dari target yang diharapkan. Kematian ibu nifas di Kabupaten Kebumen tahun 2015 sebagian besar terjadi pada masa nifas (Dinkes Kab Kebumen, 2015).
Robekan jalan lahir yang berupa perlukaan jalan lahir lahir dapat menyebabkan infeksi. Penyebab infeksi diantaranya adalah bakteri eksogen (kuman dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh), endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Gorback mendapatkan dari 70% dari biakan serviks normal dapat pula ditemukan bakteri anaerob dan aerob yang patogen. Secara umum frekuensi infeksi puerperalis adalah sekitar 1-3%. (Prawirohardjo, 2009).
Paradigma pencegahan, episiotomi tidak lagi dilakukan secara rutin karena dengan perasat khusus, penolong persalinan akan mengatur ekspulsi
4
robekan minimal pada perineum. Masalah ini didukung dengan SK 789/Menkes/SK/VII/1999, tentang pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal (APN) (JNPK-KR, 2012).
Menurut BKKBN (2007) menurut sarwono Prawirohardjo 2009 Menurut jurnal dinamika kebidanan infeksi nifas masih berperan sebagai penyebab utama sebagai kematian ibu terutama dinegara berkembang seperti indonesia ini, masalah itu terjadi akibat dari pelayanan kebidanan yang masih jauh dari sempurna. Faktor penyebab lain terjadinya infeksi nifas diantaranya, daya tahan yang kurang, perawatan nifas yang kurang baik, serta kurang gizi/ mal gizi, anemia, hygiene yang kurang baik,serta kelelahan upaya pemantauan yang melekat dan asuhan pada ibu dan bayi pada masa nifas diharapkan dapat mencegah masalah tersebut (BKKBN,2007).
Berdasarkan Kebijakan Program Pemerintah yang dilandasi oleh Gerakan Sayang Ibu (GSI) yaitu kebijakan program nasional yang berisikan paling sedikit empat kali melakukan kunjungan masa nifas yang salah satunya bertujuan mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas. Pada kunjungan hari keenam salah satu asuhan yang diberikan adalah menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
Salah satu solusi bagi ibu post partum adalah gagasan yang diperoleh dari dunia yaitu makanan hewani yaitu telur rebus, telur merupakan jenis lauk pauk protein hewani yang murah, mudah ditemukan, ekonomis dan salah satu makanan paling padat nutrisi. Kandungan nutrisi telur rebus utuh mengandung
5
berkualitas dan asam amino esensial. Pada kajian ini telur rebus dan dibuktikan untuk penyembuhan luka jahitan perineum pada ibu pasca persalinan atau ibu post partem karena percepatan penyembuhan luka perineum dalam masa nifas sangat diharapkan untuk menghindari ibu nifas dari bahaya infeksi menurut pendapat (Nurmiyati R, 2014).
Sejumlah hasil penelitian telah membuktikan manfaat telur rebus dibutuhkan untuk kesembuhan luka jahitan perineum pada ibu nifas, mayoritas responden sembuh normal dengan waktu yang dibutuhkan antara 6-7 hari, lamanya waktu yang dibutuhkan untuk kesembuhan jahitan luka perineum terlihat nyata, waktu kesembuhan yang dibutuhkan ibu nifas yang tidak mengkonsumsi telur rebus rata-rata 7,4 hari. Terdapat pengaruh waktu kesembuhan luka jahitan perineum pada ibu nifas antara yang mengkonsumsi telur rebus dan yang tidak mengkonsumsi telur rebus. Hal ini dibuktikan bahwa harta t hitung lebih kecil dari t tabel (-4,869 kurang dari -2,042) sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Jadi terdapat perbedaan secara signifikan waktu kesembuhan yang dibutuhkan ibu nifas yang tidak mengkonsumsi telur rebus dan yang tidak mengkonsumsi telur rebus. Waktu kesembuhan ibu nifas yang mengkonsumsi telur rebus lebih cepat 1,7 hari ( Notoatmodjo, S. 2010)
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Pengaruh Mengkonsumsi Telur Ayam Rebus Untuk Percepatan Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas”.
6
B. Tujuan 1.
Tujuan Umum Mampu “Menerapkan Konsumsi Telur Ayam Rebus Untuk Percepatan Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas”.
2. Tujuan Khusus a.
Mengetahui waktu percepatan penyembuhan luka perineum dengan penerapan konsumsi telur ayam rebus.
b.
Mengetahui efektifitas hasil penerapan konsumsi telur ayam rebus untuk percepatan penyembuhan luka perineum setelah diberikan penerapan.
C. Manfaat 1.
Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk menambah informasi dan menambah wawasan pengetahuan ibu nifas tentang penyembuhan luka perinium dengan mengkonsumsi telur ayam rebus untuk luka perineum pada ibu nifas.
2. Manfaat Praktis a.
Bagi Masyarakat Studi kasus ini dapat meningkatkan pengetahuan penyembuhan luka perinium dengan mengkonsumsi telur ayam rebus pada ibu nifas.
b.
Bagi Instasi Pendidikan Studi kasus ini dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa Muhammadiyah Gombong tentang penyembuhan luka perinium sehingga
7
pendidikan dapat merencanakan program peningkatan pengetahuan keterampilan mahasiswa dengan penelitian.
c.
Bagi Peneliti Lain Studi kasus ini dapat menambah pengetahuan dalam melakukan penelitian dan diharapkan peneliti lain akan melakukan penelitian tentang perilaku ibu dalam memeberikan metode ini dengan metode yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Cristina, Ari dan Mizam Ari Kurniati.2014. Efektifitas Air Rebusan Daun Sirih
Dalam Mempercepat Penyembuhan Luka Perineum. Malang. Malang : Jurnal Ilmiah Kesehatan Media Husada. STIKES Widya Husada.
Volume 2. No 2. 30 Mei 2014. Depkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia tahun. 2014 . Available.online.on
Diakses tanggal 10 januari 2017 .
Dinkes Jateng. 2014. Profil Tentang Angka Kematian Ibu. Tahun 2014.
Available. Online. On kses tanggal 10 januari 2017.
Dinkes. Kabupaten Kebumen. 2015. Profil Tentang Angka Kematian Ibu tahun 2015. Available . online. On
Diakses tanggal 15 januari 2017.
BKKBN. 2007. Kebijakan Tentang Pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal yang Didukung Oleh 789/Menkes/SK/VII/1999. Jakarta Available online on
Diakses tanggal 16 januari 2017.
Kemenkes RI. 2015. Kebijakan Pemerintah Gerakan Sayang Ibu. 2015. Jakarta
available online on kses tanggal 20 Februari 2015.
Supiati , Yulaikhah dkk. 2015 . Pengaruh Konsumsi Telur Rebus Terhadap
Percepatan Penyembuhan Luka Perineum Dan Peningkatan Kadar Hemoglobin Pada Ibu nifas . Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, volume 4, No 2, November 2015, hlm 82-196.
Sulistyawati Ari. 2009. Buku Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin, Yogyakarta : ANDI
Siwi Elisabeth Walyani. 2015. Buku Asuhan Masa Nifas dan Menyusui, Yogyakarta : Pustakabarupress. Wiknjosastro. 2007. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal, Yogyakarta : wordpress. Boyle Maureen. 2009. Buku Seri Praktik Kebidanan Pemulihan Luka, Jakarta :
Wijayanti, Aida Ratna. 2014. Perbandingan Hasil Teknik Penjahitan Jelujur
Subkutikular dan Transkutenus Terputus Pada Laserasi Spontan Derajat
II Persalinan Primipara . Kediri. Kediri : Jurnal Ilmiah Kesehatan Media Husada. Universitas Brawijaya Malang. 16 Mei 2016.
Nurmayanti R . 2014. Efektifitas Konsumsi Telur Ayam Ras Terhadap Peningktan
Kadar Hb Pada Ibu Hamil Trimester III. Sekripsi. Poltekkes Kemenkes Surakarta : Peodi D IV Kebidanan . Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan,
Volume 4, No 2, November 2015, hlm 82-196. Titis Kusuma Sari. 2012. Buku Healithy Food For Healithy Life. 2015.
. Diakses tanggal 27 januari 2017.
Ir. Suswono, MMA dkk 2012. Buku Konsumsi cara Perebusan Telur. 2015.
iakses tanggal 27 januari 2017.
Boga, Yasa. 2006. Resep Praktis dan Lezat, Telur: Padat Nutrisi, Ekonomis, Yummy. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Diakses tanggal 24 Februari 2017.
SondangSidabutar. 2009. Usia dan Budaya Pantangan Makanan Mempengaruhi
Penyembuhan Luka Perineum. Surabaya. Surabaya : Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan Husada. Akbid Griya Husada. 12 Februari 2015.
Endah Purwaningsih. 2016. Hubungan Konsumsi Makanan Hewani Pada Ibu
Nifas Dengan Penyembuhan Luka Perineum di Kabupaten Klaten . Klaten : Jurnal Involusi Kebidanan, volume 7, No 12, Juni 2016.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta. Prakirtia Primadona, Dewi Sulistiyowati. 2015. Penyembuhan Luka Perineum
Fase Proliferasi Pada Ibu Nifas . Klaten. Klaten : Jurnal PROFESI, Volume 13, Nomer 1, September 2015.
Saryono. 2008. Metodeologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Penerbit Buku Kesehatan. Arikunto. 2007. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : PT Rineka Cipta . Smeltzer. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Price, S.A. 2007. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC. Ija. 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan, Jakarta : EGC Almatsier S, Soetarjdo S, Soekarti M. 2011. Gizi Seimbang Daur Kehidupan.
Jakarta : Gramedia Puataka Utama. Chaweewan, Y. 2007. Relief Perineal Pain After Perineorrhaphy by Cold Gel Pack Pad: A Randomized Controlled Trial , Thai J Nurs Res.
Perry, A.G. (2007). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep, proses, dan dan praktik. Jakarta : EGC. Hartiningtiyaswati, Setiya. Hubungan perilaku pantangan makanan dengan lama
penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar . Surakarta : Program studi D IV kebidanan fakultas
kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta : 2010. Almatsier S, Soetarjdo S, Soekarti M. 2011. Gizi Seimbang Daur Kehidupan.
Jakarta : Gramedia Puataka Utama. Oxorn H. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi Dan Fisiologi Persalinan Human Labor and Birth . Jakarta : Yayasan Essentia Medika Persada.
Ambarwati. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta : Nuha Medika.
LAMPIRAN
Lampiran 3 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEREBUSAN TELUR AYAM REBUS Pengertian Kegiatan atau proses perebusan terlur rebus untuk pasien.
Tujuan Menghasilkan telur rebus yang higienis dan layak dikonsumsi untuk
pasien. Kebijakan Telur rebus dibuat dengan proses dan alat yang higienis.2. Telur rebus dimasak sesuai dengan kebutuhan pasien.
Prosedur 1.
Sortir telur dan masukkan ke dalam panci atau wajan. Masukkan telur di bagian bawah panci yang berat. Tumpuk telur-telur dengan hati-hati agar tidak retak. Jangan menumpuk telur lebih dari empat tingkat.
2. Isi panci dengan air keran dingin. Tutupi telur dengan lembut dengan air minimal 3 cm. Tambahkan sedikit garam. Anda dapat menahan telur dengan tangan ketika menambahkan air agar telur tidak retak. Atau, cukup alirkan air di bagian sisi panci.
3. Letakkan panci di atas api sedang. Tutup panci dengan tutupnya.
Biarkan air mendidih. Air akan mendidih sedikit lebih cepat bila panci ditutup.
4. Biarkan telur di dalam panci saat air mendidih, agar telur matang dengan sempurna. Biarkan panci tetap ditutup selama 10-15 menit sampai telur benar-benar matang.
5. Jika telur sudah benar-benar matang matikan kompor dan angkat telur menggunakan sendok atau saringan lalu dinginkan telur untuk menghentikan proses masak. Siram telur di bawah air dingin, biarkan telur di air dingin selama sekitar lima menit.
6. Sesudah dingin laukukan kupas telur jika akan disajikan dan siapkan tempat untuk menyajikan telur rebus yang sudah matang.
Sumber : (Titis Sri Kusuma, 2012).
Lampiran 4
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
CARA MENGKONSUMSI TELUR AYAM REBUS
Judul Penerapan Konsumsi Telur Rebus Terhadap Percepatan Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas
Pengertian Telur merupakan jenis lauk pauk protein hewani yang murah, mudah ditemukan, ekonomis dan salah satu makanan paling padat nutrisi (protein). Tujuan Untuk percepatan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas. Kebijakan Ibu yang mempunyai luka jahitan perineum Petugas Mahasisa dan Bidan Perlatan Alat masak (kompor,panci,sringan,piring) Prosedur 1.
Kupas telur dengan cangkang telur dengan cara hati- pelaksanaan hati.
2. Pisahkan putih telur dengan kuning telur, lalu ambil putih telurnya.
3. Makan putih telurnya saja bisa untuk lauk makan atau untuk cemilan saja.
4. Konsumsi sehari dua kali yaitu pagi dan sore.
5. Pilihan telur yang lebih sehat karena tidak ada tambahan lemak selama memasak.
6. Sebaiknya mengkonsumsi telur yang baik pada luka perineum adalah dengan di rebus tidak digoreng.
7. Konsumsi setelah ibu sudah melahirkan dan selama masa nifas.
8. Untuk penyembuhan luka perineum lakukan pengkonsumsian selama 6-7 hari.
9. Lakukan secara teratur. Unit terkait Ahli Gizi Makanan Hewani. Sumber : Sumber : (Titis Sri Kusuma, 2012).
Lampiran 5 FORMULIR HASIL PENILAIAN PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM PADA IBU POSTPARTEM Identitas Pasien
Nama Ibu : Ny. S Umur : 24 Tahun Nama Suami : Tn. I Umur : 24 Tahun Pendidikan : Sarjana Alamat Lengkap : Desa Jatijajar, Ayah, Kebumen Telp/Hp :
Lampiran 5 FORMULIR HASIL PENILAIAN PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM PADA IBU POSTPARTEM Identitas Pasien
Nama Ibu : Ny. Y Umur : 23 Tahun Nama Suami : Tn. S Umur : 24 Tahun Pendidikan : SMA Alamat Lengkap : Desa Candirenggo, Ayah, Kebumen Telp/Hp :
Lampiran 5 FORMULIR HASIL PENILAIAN PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM PADA IBU POSTPARTEM Identitas Pasien
Nama Ibu : Ny. W Umur : 27 Tahun Nama Suami : Tn. T Umur : 35 Tahun Pendidikan : SD Alamat Lengkap : Desa Ayah, Ayah, Kebumen Telp/Hp :
N o Item Penyembuhan Hasil Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari
1
2
2
2
2
5 Approximation (penyatuan luka)
2
2
1
1
2
2
3 Jumlah
9
9
7
6
6
6
2
2
7 Tgl 13/4/ 2017
1
Tgl 14/04/ 2017
Tgl
15/04/
2017
Tgl 16/04/ 2017 Tgl17/04/ 2017 Tgl 18/04/ 2017 Tgl
19/04 /2017
1 Redness (kemerahan)
3
3
2
1
4 Discharge (pengeluaran)
2 Edema (pembengkakan)
3 Ecchymosis (bercak perdarahan)
2
2
2
2
2
2
2
7
N o Item Penyembuhan Hasil Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari
1
2
2
2
2
5 Approximation (penyatuan luka)
1
1
4 Discharge (pengeluaran)
1
1 Jumlah
8
7
7
6
2
2
7 Tgl 24/4/ 2017
2
Tgl 25/04/ 2017
Tgl
26/04/
2017
Tgl 27/04/ 2017 Tgl28/04/ 2017 Tgl 29/04/ 2017 Tgl
30/04 /2017
1 Redness (kemerahan)
3
2
2
1
2 Edema (pembengkakan)
3 Ecchymosis (bercak perdarahan)
2
2
2
5
N o Item Penyembuhan Hasil Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari
1
2
2
2
1
1
1
5 Approximation (penyatuan luka)
1
1
1
1
1 Jumlah
8
8
5
4
4 Discharge (pengeluaran)
1
7 Tgl 29/4/ 2017
2 Edema (pembengkakan)
Tgl 30/04/ 2017
Tgl
01/05/
2017
Tgl 02/05/ 2017 Tgl03/05/ 2017 Tgl 04/05/ 2017 Tgl
05/05 /2017
1 Redness (kemerahan)
1
1
2
1
2
1
1
1
3 Ecchymosis (bercak perdarahan)
2
2
1
4
Lampiran 6 Penuntun Penilaian REEDA SCALE Nilai Redness (Kemerahan) Odema (Pembengk akan) Ecchymosis (Bercak perdarahan) Discharge (Pengelua ran) Approxim ation (Penyatun luka)
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tertutup
1 Kurang dari 0,25cm pada kedua sisi laserasi Pada perineum, <1cm dri laserasi Kurang dari
0,25 cm pada kedua sisi atau 0,5 cm pada satu sisi
Serum Jarak kulit 3 mm atau kurang
2 Kurang dari 0,5cm pada kedua sisi laserasi Pada perineum atau vulva, 1-2cm dari laserasi
0,25-1cm pada kedua sisi atau 0,5-2cm pada satu sisi serosangui nus
Terdapat jarak antara kulit dan lemak subkutan
3 Lebih dari 0,5cm pada kedua sisi laserasi Pada perineum dn atau vulva, >2cm dari laserasi
>1cm pada kedua sisi atau 2cm pad satu sisi
Berdarah purulent Terdapat jarak antara kulit, lemak subkutn dan fasia