artikel tataan tektonik dan sejarah kegempaan palu sulawesi tengah daryono 2010

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, www.bmkg.go.id 10 Januari 2011
ARTIKEL KEBUMIAN

TATAAN TEKTONIK DAN SEJARAH KEGEMPAAN PALU, SULAWESI
TENGAH
Oleh Daryono, S.S.i.,M.Si.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
E-mail: daryono@bmkg.go.id

GEMPABUMI tektonik berkekuatan 5,3 pada skala richter (SR) mengguncang Kota Palu,
Sulawesi Tengah, Sabtu (8/1/2011) pukul 16.15 WITA (Gambar 1). Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam situsnya menyebutkan, pusat gempabumi
terletak pada 0,85 Lintang Selatan dan 119,78 Bujur Timur. Gempabumi yang tidak
berpotensi tsunami itu terjadi di kedalaman 23 kilometer dengan jarak 9 kilometer arah
barat laut Kota Palu.
Warga Kota Palu sempat panik saat gempabumi berlangsung, terutama yang berada di
gedung bertingkat, akibat getaran gempabumi terjadi sekitar lima detik. Hingga saat ini
belum dilaporkan mengenai kerusakan atau korban jiwa akibat gempabumi tektonik itu.
Kota Palu akhir-akhir ini memeng sering dilanda gempabumi dengan kekuatan berkisar 4,0
SR hingga 5,5 SR karena di wilayah ini terdapat Sesar Palu-Koro yang dikenal aktif.
Melihat hiposenter gempabumi ini yang relatif dangkal hanya 23kilometer tampaknya

gempabumi ini memang dipicu oleh aktivitas sesar lokal.

Gambar 1. Episenter Gempabumi Palu 8 Januari 2011 (M=5.3 SR)
(Sumber: Info Gempabumi BMKG)

Tektonik dan Seismisitas
Daerah Palu merupakan salah satu kawasan seismik aktif di Indonesia. Tingginya tingkat
aktivitas kegempaan di kawasan ini tidak lepas dari lokasinya yang berada pada zona
benturan tiga lempeng tektonik utama dunia, yaitu Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik.
Pertemuan ketiga lempeng ini bersifat konvergen dan ketiganya bertumbukan secara relatif
mengakibatkan Daerah Sulawesi Tengah dan sekitarnya menjadi salah satu daerah yang
memiliki tingkat kegempaan yang cukup tinggi di Indonesia berkaitan dengan aktivitas
sesar aktif.
Menurut Hamilton (1979), ada beberapa segmentasi sesar yang sangat berpotensi
membangkitkan gempabumi kuat di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Sesar-sesar
tersebut adalah: (a) Sesar Palu-Koro yang memanjang dari Palu ke arah Selatan dan
Tenggara melalui Sulawesi Selatan bagian Utara menuju ke selatan Bone sampai di laut
Banda, (b) Sesar Saddang yang memanjang dari pesisir Pantai Mamuju memotong
diagonal melintasi daerah Sulawesi Selatan bagian tengah, Sulawesi Selatan bagian
selatan, Bulukumba menuju ke Pulau Selayar bagian Timur, dan (c) Sesar Parit-Parit di

Laut Makassar Selatan dan Laut Bone, dan beberapa anak patahan baik yang berada di
darat maupun di laut.
Untuk mengetahui tingkat aktivitas kegempaan di Palu, perlu dilakukan kajian sejarah
gempabumi dan seismisitas. Berdasarkan distribusi seismisitas, tampak klaster aktivitas
gempabumi yang cukup tinggi di sepanjang sesar aktif Palu-Koro hingga memotong Kota
Palu. Ditinjau dari kedalaman gempabuminya, aktivitas gempabumi di zona ini tampak
didominasi oleh gempabumi kedalaman dangkal antara 0 hingga 60 kilometer, yang
merupakan cerminan pelepasan tegangan kerak bumi yang dipicu oleh aktivitas sesar aktif.
Klaster seismisitas gempabumi dangkal ini terkonsentrasi hampir merata baik di lepas
pantai maupun di daratan. Klaster seismisitas ini merupakan gambaran dari sangat aktifnya
kondisi tektonik di kawasan ini. Kondisi seismisitas ini menunjukkan bahwa daerah Palu
dan sekitarnya merupakan daerah yang rawan terhadap gempabumi dan tsunami. Apalagi
kondisi seismisitas dan tektonik yang ada mendukung untuk terjadinya gempabumi kuat
dengan kedalaman dangkal yang dapat membangkitkan tsunami.

Sejarah Gempabumi
Daerah Palu dan sekitarnya, selain sangat rawan gempabumi juga rawan terhadap tsunami.
Kerawaan gempabumi dan tsunami daerah ini sudah dibuktikan dengan beberapa catatan
sejarah gempabumi dan tsunami yang berlangsung sejak tahun 1927, seperti Gempabumi
dan Tsunami Palu 1927, Gempabumi dan Tsunami Parigi 1938 dan Gempabumi dan

TsunamiTambu 1968.
Gempabumi dan Tsunami Palu 1 Desember 1927 bersumber di teluk Palu dan
mengakibatkan kerusakan parah di Kota Palu, Palu, Biromaru dan sekitarnya. Gempabumi
juga dirasakan dibagian tengah Pulau Sulawesi yang jaraknya sekitar 230 kilometer. Selain
menimbulkan kerusakan sangat parah, gempabumi ini juga memicu tsunami di Teluk
Palu.
Gelombang Tsunami yang tingginya mencapai 15 meter ini terjadi segera setelah
terjadi gempabumi. Banyak bangunan rumah di kawasan pantai mengalami kerusakan
parah. Bencana ini menyebabkan 14 orang meninggal, dan 50 orang luka-luka. Tsunami
juga menimbulkan kerusakan dipelabuhan. Tangga dermaga Pelabuhan Talise hanyut
akibat terjangan tsunam ini,sementara itu berdasarkan laporan dasar laut setempat
mengalami penurunan sedalam 12 meter.

Gempabumi dan Tsunami Parigi 20 Mei 1938 terjadi sangat dahsyat, hingga dirasakan
hampir diseluruh bagian Pulau Sulawesi dan Bagian timur pulau Kalimatan. Daerah yang
menderita kerusakan paling parah adalah kawasan Teluk Parigi. Di tempat ini dilaporkan
942 unit rumah roboh. Kerusakan yang ditimbulkan ini meliputi lebih dari 50 % rumah
yang ada wilayah tersebut, sedangkan 184 rumah lainnya rusak ringan.
Di Teluk Parigi dilaporkan 16 orang tewas tenggelam, dan di Ampibabo satu orang
tewas tersapu gelombang tsunami. Dermaga Pelabuhan Parigi hanyut, dan menara suar

penjaga pantai mengalami rusak berat. Binatang ternak dan pohon kelapa juga banyak
yang hanyut tersapu gelombang tsunami. Beberapa ruas jalan di daerah Marantale
mengalami retak-retak dengan lebar 50 cm disertai keluar lumpur, bahkan sebuah rumah
bergeser hingga 25 meter, namun daerah Palu mengalami kerusakan ringan. Di daerah
Poso dan Tinombo dirasakan getaran sangat kuat, tetapi tidak menimbulkan kerusakan.
Gempabumi dan Tsunami Tambu 14 Agustus 1968 merupakan gempabumi kuat yang
bersumber di lepas pantai barat laut Sulawesi. Akibat gempabumi tersebut, di Teluk
Tambu, antara Tambu dan Sabang, terjadi fenomena air surut hingga kira-kira 3 meter dan
selanjutnya terjadi hempasan gelombang tsunami.Pada beberapa tebing terjadi longsoran
dan terjadi retakan tanah yang disertai munculnya pancaran air panas.
Di Daerah Sabang dilaporkan bahwa tsunami dating dengan suara gemuruh. Tsunami
tersebut juga menyerang di sepanjang pantai Palu. Menurut laporan, ketinggian gelombang
tsunami mencapai 10 meter dan limpasan tsunami ke daratan mencapai 500 meter dari
garis pantai. Daerah yang mengalami kerusakan paling parah adalah kawasan Mapaga.
Ditempat ini ditemukan160 orang meninggal dan 40 orang dinyatakan hilang, serta 58
orang luka parah.
Terakhir, Gempabumi dan Tsunami Toli-Toli dan Palu 1996 (M 6.3), menyebabkan 9
orang tewas,serta kerusakan parah di Desa Bangkir, Toli-Toli, Tonggolobibi, dan Palu.
Gempabumi ini juga memicu tsunami denganketinggian 2 meter dengan limpasan air laut
ke daratan sejauh 400 meter (Suparto et al. 2006).

Tingginya aktivitas gempabumi di Daerah Palu berlangsung hingga sekarang. Dalam
beberapa tahun terakhir, gempabumi kuat masih terjadi dan mengguncang kawasan ini,
seperti Gempabumi Palu-Palu yang terjadi padatanggal 24 Januari 2005 yang
menyebabkan satu orang meninggal dan 4 orang luka-luka.
Bagi masyarakat Palu dan sekitarnya, kondisi alam yang kurang bersahabat ini adalah
sesuatuyang harus diterima sehingga mau tidak mau, suka tidak suka, semua itu adalah
risiko yang harus dihadapi sebagai penduduk yang tinggal di kawasan seismik aktif.
Bagi kalangan ahli kebumian dan instansi terkait dalam penanganan bencana, labilnya
Daerah Palu secara tektonik merupakan tantangan berpikir untuk menyusun strategi
mitigasi yang tepat untuk memperkecil risiko jika sewaktu-waktu terjadi bencana bencana
gempabumi dan tsunami di Daerah Palu dan sekitarnya seperti yang terjadi pada masa
lalu.***
DaftarPustaka
Steve, J.M. and Moyra E.J.W., 1998,Biogeographic Implication of the Tertiary
paleogeaographic evolution of Sulawesi and Borneo, SE Asia Research Group,
University of Technology, Perth,Australia.
Suparto, Eka T.P.dan Surono, 2006, Katalog gempabumi merusak di Indonesia tahun
1629-2006 edisi ketiga.
Hamilton, W., 1979,Tectonic of Indonesia Region, Geological Survey Professional Paper,
UnitedStates Government Printing Office, Washington.