03 Kelas Tektonik Sesar Palu Koro, Sulawesi Tengah by Supartoyo drr.pdf

  Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 5 No. 2 Agustus 2014: 111 - 128

Kelas tektonik sesar Palu Koro, Sulawesi Tengah

  

Tectonic class of Palu Koro Fault, Central Sulawesi

  Supartoyo, Cecep Sulaiman, dan Deden Junaedi

  

Badan Geologi, Jln. Diponegoro No. 57, Bandung

ABSTRAK

Sesar Palu Koro terletak di sepanjang lembah Palu Koro yang membentang dari Teluk Palu ke arah tenggara.

  

Sesar ini merupakan struktur geologi utama di Provinsi Sulawesi Tengah. Berdasarkan data Shuttle Radar To-

pography Mission (SRTM) terlihat dengan jelas adanya kelurusan sepanjang lembah Palu Koro yang berkaitan

dengan keberadaan Sesar Palu Koro. Sebaran Sesar Palu Koro dapat dibagi menjadi tujuh segmen dengan

urutan dari utara ke selatan adalah S6, S5, S4, S3, S2, S1, dan S0. Tulisan ini menganalisis kelas tektonik Sesar

Palu Koro berdasarkan metode morfometri sinusitas muka pegunungan dan perbandingan lebar dan tinggi

lembah. Morfometri merupakan pengukuran secara kuantitatif dari bentuk lahan yang meliputi lembah, muka

pegunungan, luas daerah aliran sungai, tinggi, dan panjang sungai. Nilai parameter morfometri sinusitas muka

pegunungan Sesar Palu Koro berkisar antara 1,0008 hingga 2,3367, sedangkan nilai perbandingan lebar dan

tinggi lembah berkisar antara 0,03936 hingga 0,9732. Berdasarkan analisis morfometri menggunakan dua pa-

rameter tersebut terlihat bahwa semua segmen Sesar Palu Koro tergolong kelas tektonik tinggi dan menengah,

dan pada segmen bagian selatan, yaitu segmen S0, S1, S2, dan S3 kelas tektoniknya cenderung lebih tinggi

dibandingkan segmen pada bagian utara, yaitu S4, S5, dan S6.

  

Kata Kunci: morfometri, sinusitas muka pegunungan, perbandingan lebar dan tinggi lembah, kelas tektonik

ABSTRACT

Palu Koro Fault lies along Palu valley that stretches from the Gulf of Palu to the southeast. This fault is a major

geologic structure in the Province of Central Sulawesi. Based on data from the Shuttle Radar Topography Mission

(SRTM) lineament is clearly seen along the valley of Palu Koro which is related to the presence of Palu Koro Fault.

The distribution of Palu Koro Fault can be divided into seven segments with sequence from north to south are S6, S5,

S4, S3, S2, S1, and S0 respectively. This paper analyzes tectonic classes of Palu Koro Fault based on morphometry

methods of mountain front sinuosity and ratio of valley floor width to valley depth. Morphometry is a quantitative

measurement of the shape of landform including valley, mountain front, width of drainage basin, height and length

of rivers. The parameter values of mountain sinuosity of Palu Koro Fault range between 1.0008 to 2.3367, and

the values of ratio of valley floor width to valley depth range between 0.03936 to 0.9732. Based on morphometry

analysis using the both parameters it can be seen that all segments of Palu Koro Fault are classified as high to middle

tectonic classes, whereas in the southern part (segments S0, S1, S2, and S3) tend to have higher tectonic classes than

in the north (segments S4, S5, and S6).

  Keyword: morphometry, mountain front sinuosity, ratio of valley floor width to valley height, tectonic class

  112 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 5 No. 2, Agustus 2014: 111 - 128

  PENDAHULUAN Latar Belakang

  Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng yaitu Lempeng Eurasia, Indo-Australia, Pasifik, dan Laut Filipina (Hall, 2002). Pertemuan keempat lempeng tersebut mengakibatkan terbentuknya tatanan tektonik yang rumit. Di wilayah Indo- nesia bagian timur tataan tektoniknya melibat- kan lempeng utama, mikro kontinen, dan bu- sur kepulauan. Daerah Sulawesi merupakan ba- gian dari wilayah Indonesia bagian timur yang memiliki tataan tektonik rumit.

  Daerah Sulawesi Tengah merupakan salah satu daerah rawan bencana gempa bumi di Indone- sia (Supartoyo dan Surono, 2008), karena ter-

  Gambar 1. Peta sebaran pusat gempa bumi merusak dan

  letak dekat dengan sumber gempa bumi yang

  tahun kejadian di Pulau Sulawesi (modifikasi dari Supar-

  berada di darat dan di laut. Sebaran kejadian toyo dan Surono, 2008). gempa bumi merusak Pulau Sulawesi ditampil- kan pada Gambar 1. Sumber-sumber gempa bumi dengan pusat gempa bumi terletak di da- bumi tersebut terbentuk akibat proses tektonik rat di sekitar lembah Palu Koro diperkirakan yang terjadi sebelumnya. Sumber gempa bumi berkaitan dengan aktivitas Sesar Palu. di laut berasal dari penunjaman Sulawesi Utara yang terletak di sebelah utara Pulau Sulawesi,

  Tulisan ini akan membahas tentang kelas tek- sedangkan sumber gempa bumi di darat ber- tonik Sesar Palu Koro berdasarkan analisis sumber dari beberapa sesar aktif di daratan Su- morfometri. Hasil analisis morfometri ini akan lawesi Tengah, salah satunya adalah Sesar Palu diverifikasi dengan kenampakan morfotektonik Koro. dan pengamatan lapangan. Dengan mengetahui pada bagian mana atau segmen mana dari Sesar

  Sesar Palu Koro merupakan sesar utama di Pu- Palu Koro yang memiliki kelas tektonik yang lau Sulawesi dan tergolong sebagai sesar aktif lebih tinggi akan membantu untuk melakukan

  (Bellier et al., 2001). Wilayah Sulawesi Tengah kegiatan mitigasi gempa bumi di sepanjang paling tidak telah mengalami 19 kali kejadian

  Zona Sesar Palu Koro. Kelas tektonik lebih gempa bumi merusak ( destructive earthquake) tinggi memiliki kecenderungan potensi bahaya sejak tahun 1910 hingga 2013 (modifikasi dari tektonik (kegempaan) lebih tinggi (El Ham-

  Supartoyo dan Surono, 2008). Beberapa kejadi- douni et al., 2008; Dehbozorgi et al., 2010). an gempa bumi merusak tersebut pusat gempa

  Kelas tektonik sesar Palu Koro. Sulawesi Tengah - Supartoyo et al.

  113 Tataan Tektonik Daerah Sulawesi Tengah

  Pulau Sulawesi terbentuk dari proses tektonik yang rumit, sehingga memberikan bentuk ke- nampakan seperti sekarang. Beberapa peneliti telah mengemukakan pendapatnya tentang pembentukan Pulau Sulawesi antara lain Soekam to (1975), Hamilton (1979), Hall dan Wilson (2000). Hall dan Wilson (2000) meng- gunakan istilah suture untuk menggambarkan kerumitan tektonik yang terjadi di Indonesia, termasuk di Pulau Sulawesi, dan mengiden- tifikasi adanya lima suture di Indonesia, yaitu

  Suture Sulawesi, Maluku, Sorong, Banda, dan Kalimantan (Gambar 2).

  Menurut Hall dan Wilson (2000) suture Su- lawesi terbentuk akibat proses tumbukan antara kontinen dan kontinen (Paparan Sunda dan Australia) yang merupakan daerah akresi yang sangat kompleks, tersusun oleh fragmen ofiolit, busur kepulauan dan kontinen. Pembentukan

  suture Sulawesi diperkirakan terjadi pada Kala

  Oligosen Akhir dan berlanjut hingga Miosen Awal. Hingga saat ini diperkirakan deformasi tersebut masih berlangsung. Hamilton (1979) berdasarkan perbedaan litologi membagi Pu- lau Sulawesi menjadi empat mandala ( province) tektonik yaitu Lengan Utara ( North Arm), Le- ngan Selatan ( South Arm), Lengan Timur (East

  Arm), dan Lengan Tenggara (Southeast Arm) (Gambar 3).

  Metodologi

  Metode yang dipergunakan untuk meng- analisis kelas tektonik Sesar Palu Koro adalah morfometri. Peneliti sebelumnya, yaitu Bellier

  et al. (2001) belum melakukan pembagian ke-

  las tektonik pada Sesar Palu Koro. Morfometri didefinisikan sebagai pengukuran kuantitatif bentuk bentang lahan ( landscape) menyangkut karakteristik ukuran, elevasi (maksimum, mini-

  

Gambar 2. Lima suture (garis hitam diarsir) yang terdapat di Indonesia akibat dinamika tek-

tonik yang terjadi (Hall dan Wilson, 2000). Daerah warna abu-abu merupakan daerah perte-

muan antara Lempeng Eurasia, India-Australia, Pasifik, dan Filipina.

  Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 5 No. 2, Agustus 2014: 111 - 128 114

  mum atau rata-rata), dan lereng (Keller dan Pinter, 1996). Pengukuran kuantitatif meng- ikuti kaidah geomorfologi sebagai objek de- ngan membandingkan bentuk lahan ( landform) dan menghitung parameter secara langsung yang bertujuan untuk identifikasi karakteristik dan tingkatan aktivitas tektonik suatu wilayah.

  Parameter untuk menghitung secara langsung meliputi luas, panjang, elevasi unsur morfologi disebut indeks geomorfik. Beberapa indeks geo- morfik telah dipergunakan sebagai dasar kajian tonik dan kelas tektonik suatu daerah. Indeks geomorfik tersebut ada yang perhitungannya menggunakan Daerah Aliran Sungai (DAS) maupun sub DAS, dan yang tidak menggu- nakan DAS. Beberapa indeks geomorfik yang menggunakan DAS maupun sub DAS yaitu: kurva hypsometric ( hypsometric curve) dan hypsometric integral, asimetri daerah aliran sungai ( drainage basin asymmetry), indeks gra- dien panjang sungai ( stream length – gradient

  index), dan indeks daerah aliran sungai (drain-

Gambar 3. Gambar kiri merupakan tataan tektonik Pulau Sulawesi (Hamilton, 1979), gambar kanan merupakan pembagian segmentasi Sesar Palu Koro (Bellier et al., 2001). Kelas tektonik sesar Palu Koro. Sulawesi Tengah - Supartoyo et al.

  115

  gunakan DAS atau sub DAS adalah sinusitas muka pegunung an ( mountain front sinuosity), dan perbandingan lebar dan tinggi lembah ( ra-

  tio of valley floor width to valley height). Indeks

  geomorfik tersebut sering dipergunakan untuk studi tektonik aktif (Keller dan Pinter, 1996). Pada penelitian ini dipergunakan analisis indeks geomorfik yang perhitungannya tidak meng- gunakan DAS atau sub DAS, yaitu sinusitas muka pegunungan ( mountain front sinuosity), dan perbandingan lebar dan tinggi lembah ( ra-

  tio of valley floor width to valley height). Hal ini

  disebabkan karena sebaran sebaran Sesar Palu Koro sudah jelas, dan bukan untuk menganali- sis suatu kawasan.

  Sinusitas muka pegunungan diberi simbol Smf merupakan rangkaian pegunungan yang ter- dapat pada bagian depan atau muka yang meng- hadap ke daerah dataran. Muka pegunung an tersebut merupakan kumpulan kenampakan bentang alam yang terdiri dari gawir, sungai yang mengikis gawir tersebut dan bentuk lahan baru. Muka pegunungan pada umumnya meru- pakan bidang sesar atau zona sesar dan dapat terbentuk pada semua jenis sesar, yaitu sesar naik, normal, dan mendatar. Pada zona muka pegunungan dapat menghasilkan bentuk lahan baru, seperti yang terdapat di daerah metropoli- tan Los Angeles pada bagian selatan California, dan bentuk lahan yang terbentuk pada muka pegunungan berupa perbukitan faset segitiga, perbukitan piedmont junction, dan piedmont foreland (Bull, 2007).

  Nilai Smf dihitung dengan membandingkan panjang lekukan sepanjang muka pegunungan terhadap jarak lurus pada zona muka pegunung- an dengan mengambil titik tertentu (Keller dan sepanjang muka pegunungan dapat diamati dengan data citra, foto udara, dan peta topo- grafi. Persamaan untuk menghitung muka pe- gunungan (Smf ) adalah: Smf = Lmf / Ls. ...........................................(1) Lmf adalah panjang lekukan muka pegunung- an pada bagian bagian bawah, sedangkan Ls adalah panjang secara lurus muka pegunungan. Gambar 4 menjelaskan metode perhitungan Smf.

  Perbandingan lebar dan tinggi lembah diberi simbol Vf merupakan nilai perbandingan an- tara lebar dan tinggi lembah pada suatu daerah. Nilai Vf dihitung dengan persamaan: Vf = 2 Vfw / ( Eld – Esc ) + ( Erd – Esc ) ......(2) Vfw adalah lebar dasar lembah, Eld dan Erd adalah elevasi bagian kiri dan kanan lembah, Esc adalah elevasi dasar lembah. Gambar 5 me- nampilkan metode perhitungan Vf.

  Nilai Vf tinggi berasosiasi dengan kecepatan pengangkatan rendah, sehingga sungai akan memotong secara luas pada dasar lembah dan bentuk lembah akan semakin melebar. Bentuk lembah akan cenderung berbentuk huruf U. Nilai Vf rendah akan merefleksikan lembah dalam, lembah berbentuk huruf V, dan mencer- minkan penambahan aktivitas sungai, hal ini berasosiasi dengan kecepatan pengangkatan. Metode ini juga telah diterapkan untuk menga- nalisis tektonik aktif di zona Sesar Garlock dae- rah California berdasarkan perhitungan nilai Vf berkisar antara 0,05 – 47, dan nilai Vf rendah dijumpai pada lembah bagian utara zona Sesar Garlock yang diasumsikan bahwa aktivitas tek- toniknya lebih aktif dibanding daerah lainnya (Keller dan Pinter, 1996). Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 5 No. 2, Agustus 2014: 111 - 128 116

  Gambar 4. Ilustrasi metode perhitungan sinusitas muka pegu- nungan/Smf dari kenampakan atas (Keller dan Pinter, 1996).

  Gambar 5. Metode perhitungan perbandingan lebar dan tinggi lembah (Keller dan Pin- ter, 1996).

  Kelas tektonik sesar Palu Koro. Sulawesi Tengah - Supartoyo et al.

  

Tabel 1. Perbandingan antara indeks geomorfik untuk klasifikasi kelas tektonik pada kajian di daerah Spanyol Selatan dan

di USA dari beberapa peneliti, yaitu Bull dan McFadden, 1977; Rockwell dkk.,1985, dan Silva dkk., 2003 (El Hamdouni

dkk., 2008).

  Beberapa peneliti telah mengusulkan klasifikasi indeks geomorfik untuk membuat klasifikasi kelas tektonik, yaitu sinusitas muka pegunung- an (Smf ) dan perbandingan antara lebar dan tinggi lembah (Vf ) (Bull dan McFadden, 1977; Rockwell et al.,1985, dan Silva et al., 2003 dalam El Hamdouni et al., 2008). Resume kla- sifikasi kelas tektonik berdasarkan para peneliti tersebut ditampilkan pada Tabel 1.

  Hasil analisis morfometri tersebut akan di- verifikasi dengan kenampakan morfotektonik.

  Berdasarkan hasil analisis morfometri akan di- peroleh kelas tektonik. Masing-masing kelas tektonik tersebut akan dianalisis kenampakan morfotektoniknya. Pada kajian morfotektonik keberadaan data citra mutlak diperlukan, teru- tama yang mempunyai resolusi tinggi. Data ci- tra tersebut akan membantu untuk menganali- sis bentuk lahan.

  Berdasarkan genetiknya morfologi pada per- mukaan bumi dapat dibagi menjadi dua, yaitu morfologi tektonik primer dan morfologi tek-

  Bull and McFadden (1977) Rockwell et al. (1985) Silva et al.

  (2003) Present study Class 1 Smf : 1.2 – 1.6 Vf : 0.055 – 0.5

  Unentrenched alluvial fans.

  117

  Uplift rate : > 0.4 – 0.5 m/ka Smf < 1.4 Vf < 1 Smf < 1.53

  Vf < 0.60 Smf < 1.1 Vf < 0.5 SL : High anomalous values (Af-50) > 15 Bs > 4 Class 2 Smf : 1.8 – 3.4

Elongated drainage basins with narrow valley floors

  Uplift rate : 0.5 – 0.05 m/ka Smf : 1.8 – 2.3 Vf : 0.3 – 0.8 Smf : 1.1 – 1.5 Vf : 0.5 – 1 SL : Low anomalous values (Af-50) : 7 – 15 Bs : 4 - 3

  Class 3 Smf : 2 – 7 Vf : 2 – 47 Pedimented fronts and embayments. Steep hillslopes only on resistant rock types and few large integrated stream system in the mountains.

  Uplift rate : < 0.05 m/ka Smf > 1.4 Vf > 1 Smf : 2.8 – 3.5

  Vf : 0.8 – 1.2 Smf > 1.5 Vf > 1 SL : No anomalies (Af-50) < 7 Bs < 3

  Vf : 0.5 – 3.6 Entrenched alluvial fans. Large drainage basin that are more circular than class 1.

  and steep hillslopes even in soft materials.

  Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 5 No. 2, Agustus 2014: 111 - 128 118

  tonik sekunder (Stewart dan Hancock, 1994). Morfologi tektonik primer adalah bentuk mor- fologi langsung dari hasil pergerakan pada per- mukaan bumi, seperti longsoran, gawir sesar, likuifaksi, pergeseran tanah, dan lain-lain. Se- dangkan morfologi tektonik sekunder adalah suatu fenomena geomorfologi yang telah di- rubah, diawetkan atau dimodifikasi oleh ak- tivitas tektonik berikutnya. Bentuk topografi yang telah mengalami perpindahan/pergerakan dapat terlihat dan teramati melalui data citra atau foto udara yang memberikan kenampakan morfotektonik berupa pola aliran sungai, per- pindahan perbukitan, pembelokan sungai, ke- lurusan, gawir sesar, kenampakan teras sungai.

  • tenggara (Gambar 6). Kelurusan ini memben- tuk lembah yang diapit oleh gawir pada bagian barat dan timur. Di lembah Palu bagian utara kenampakan gawir bagian barat lebih lurus dibandingkan bagian timur yang telah berkelok. Arah kelurusan ini dominan terdapat di daerah penyelidikan. Kelurusan lainnya berarah barat - timur dan utara - selatan. Pada bagian tenggara Zona Sesar Palu Koro di sekitar Teluk Bone ke- lurusan tersebut berarah utara - barat laut dan selatan - tenggara, barat laut - tenggara, timur laut - barat daya. Arah kelurusan utara - barat laut dan selatan - tenggara masih terlihat domi- nan di daerah ini.

  HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Morfotektonik

  Keberadaan Sesar Palu Koro dapat diamati berdasarkan kenampakan citra Shuttle Radar

  Topography Mission (SRTM) resolusi 90 m dan

  peta topografi berupa adanya kelurusan mor- fologi sepanjang lembah Palu – Koro. Keluru- san tersebut dapat diamati dengan jelas berupa lekukan antara perbukitan, lembah dan leku- kan pada zona peralihan antara perbukitan dan dataran. Daerah yang memperlihatkan ada nya kelurusan yang terletak diantara lekukan per- bukitan dan dataran tersebut dikenal se bagai muka pegunungan ( mountain front) dan pada umumnya merupakan suatu zona sesar (Bull, 2007). Zona muka pegunungan tersebut mem- bentang sepanjang lembah Palu – Koro. Ber- dasarkan analisis kelurusan menggunakan data citra SRTM terlihat bahwa kelurusan utama di daerah penyelidikan terdapat di Lembah Palu - Koro yang berarah utara - barat laut dan selatan

  Analisis Morfometri

  Perhitungan paramater Smf dan Vf dihitung menggunakan peta topografi skala 1 : 50.000 yang diterbitkan oleh Bakosurtanal (sekarang Badan Informasi Geospasial). Gambar 7 beri- kut ini menampilkan peta topografi lembar Palu.

  Sinusitas Muka Pegunungan

  Perhitungan Smf dapat dilakukan pada segmen S1, S2, S3, S4, S5, dan S6, sedangkan pada seg- men S0 tidak dapat dilakukan, karena tidak terbentuk zona muka pegunungan. Zona sesar yang terbentuk pada segmen S0 merupakan perbukitan.

  Nilai Smf dihitung sebanyak 36 lokasi. Ber- dasarkan hasil perhitungan, sebaran nilai Smf di daerah penyelidikan berkisar antara 1,0008 hingga 2,3367. Sebaran nilai Smf pada segmen S1, S2, S3, S4, S5, dan S6 ditampilkan pada Tabel 2. Kelas tektonik sesar Palu Koro. Sulawesi Tengah - Supartoyo et al.

  119 Gambar 6. Kelurusan di sepanjang lembah Palu – Koro (garis warna merah muda), mulai dari Teluk Palu hingga Teluk Bone berdasarkan analisis data citra SRTM. Arah kelurusan dominan utara - barat laut dan selatan – tenggara.

  Gambar 7. Peta topografi dan jaringan sungai bersumber dari peta rupa bumi lembar Palu yang diterbitkan oleh BIG. Peta tersebut diper- Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 5 No. 2, Agustus 2014: 111 - 128 120

  Nilai Smf kecil (berkisar satu) akan memben- tuk muka pegunungan berbentuk lurus, linier, dan sedikit atau bahkan tanpa adanya lekukan. Nilai Smf besar (lebih besar dari satu setengah) akan terdapat banyak lekukan sepanjang muka pegunungan akibat proses erosi yang dominan setelah proses pembentukan sesar. Batuan yang terdapat di sepanjang Zona Sesar Palu Koro didominasi oleh Granit dan sebagian endapan aluvial (Soekamto, 1975; Sukido et al., 1993), pada segmen S6 merupakan batuan gunung api berumur Tersier (Soekamto et al., 1973), dan pada segmen S5 sebagian merupakan Formasi Tinombo (Soekamto et al., 1973) berupa ser- pih, batu pasir, konglomerat, batuan vulkanik, batu gamping, rijang, filit, batu sabak, dan kuarsit. Dengan adanya batuan yang dominan tersebut berupa granit dan sebagian kecil lain- nya berupa batuan gunung api berumur Tersier dan Formasi Tinombo, serta adanya nilai Smf yang berbeda-beda, maka dapat disimpulkan bahwa nilai Smf yang terbentuk di daerah pene- litian bukan didominasi oleh akibat pengaruh erosi dan resistensi batuan, tetapi lebih domi- nan diakibatkan oleh pengaruh tektonik.

  Nilai Smf rendah atau kecil berkaitan dengan tektonik aktif yang tercermin oleh bentuk muka pegunungan lurus dengan sedikit atau bahkan tanpa adanya lekukan. Nilai Smf tinggi atau besar menggambarkan proses erosi yang dominan setelah terhentinya proses tektonik yang tercermin pada muka pegunungan dengan banyak lekukan atau kelokan. Peta selengkap-

  No. Lmf (km) Ls (km) Smf Segmen 1 8,338 4,991 1,6706 S6 2 6,559 2,807 2,3367 S6 3 2,096 1,894 1,1067 S6 4 3,111 3,029 1,0271 S6 5 1,868 1,060 1,7623 S6 6 3,180 2.695 1,1800 S6 7 2,575 2,213 1,1636 S6 8 3,002 2,818 1,0653 S6 9 3,054 2,685 1,1374 S5 10 5,453 5,095 1,0703 S5 11 3,710 3,238 1,1458 S5 12 3,048 2,841 1,0729 S5 13 1,999 1,899 1,0527 S5 14 1,275 1,183 1,0778 S4 15 2,629 2,372 1,1083 S4 16 3,754 3,715 1,0105 S4 17 5,208 4,955 1,0511 S4 18 7,458 7,304 1,0211 S4 No. Lmf(km) Ls (km) Smf Segmen

  19 4,874 4,835 1,0081 S4 20 8,224 7,912 1,0394 S4 21 10,51 8,165 1,2872 S4 22 5,893 5,787 1,0183 S3 23 5,3 4,523 1,1718 S3 24 5,909 4,938 1,1966 S3 25 5,512 5,225 1,0549 S3 26 5,684 5,281 1,0763 S3 27 2,855 2,515 1,1352 S3 28 3,167 2,670 1,1861 S2 29 3,408 3,267 1,0432 S2 30 2,791 2,612 1,0685 S2 31 2,555 2,399 1,0650 S2 32 5,353 5,315 1,0071 S2 33 2,582 2,58 1,0008 S1 34 1,120 1,066 1,0507 S1 35 3,085 3,014 1,0236 S1 36 3,678 3,581 1,0271 S1

  Tabel 2. Hasil perhitungan Smf pada Zona Sesar Palu Koro

  Kelas tektonik sesar Palu Koro. Sulawesi Tengah - Supartoyo et al.

  121

  nya yang memperlihatkan hasil analisis Smf dan lokasi perhitungan Smf ditampilkan pada Gam- bar 8 dan 9.

  Perbandingan Lebar dan Tinggi Lembah

  Perhitungan nilai Vf dapat dilakukan pada seg- men S0, S1, S2, S3, S4, dan S5, sedangkan

  Gambar 8. Lokasi dan hasil perhitungan nilai Smf nomor 1 hingga 16 (gambar kiri), dan

nomor 17 hingga 30 (gambar kanan). Angka dalam kurung merupakan nilai Smf.

  

Gambar 9. Lokasi dan hasil perhitung -

an nilai Smf nomor 31 hingga 36. Ang- Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 5 No. 2, Agustus 2014: 111 - 128 122

  pada segmen S6 tidak dapat dilakukan, karena lembahnya merupakan Teluk Palu yang mem- bentang berarah utara – barat laut dan selatan

  Pada umumnya nilai Vf di sepanjang Zona Se- sar Palu Koro kecil, yaitu kurang dari setengah. Nilai Vf kecil akan mencerminkan bentuk lem- bah dalam, curam, berbentuk huruf V, dan ber- asosiasi dengan aktivitas tektonik. Batuan yang terdapat di sepanjang Zona Sesar Palu Koro didominasi oleh Granit dan sebagian endapan aluvial (Soekamto, 1975; Sukido et al., 1993). Batuan pada segmen S6 merupakan batuan gunung api berumur Tersier (Soekamto et al.,

  • tenggara. Disamping itu nilai Vf pada segmen S6 ini diperkirakan besar. Nilai Vf dihitung se- banyak 25 lokasi. Berdasarkan hasil perhitung- an, sebaran nilai Vf di daerah penyelidikan berkisar antara 0,03936 hingga 0,9732. Seba- ran nilai Vf pada pada masing-masing segmen Sesar Palu Koro tercantum pada Tabel 3.

  No.

  Vfw (m)

  2 Vfw Eld (m) Esc (m) Erd (m) (Eld-Esc)+(Erd-Esc) Vf Segmen 1 70,1 140,2 1285 825 150 1145 0,122445415 S0 2 30,9 61,8 1485 800 1685 1570 0,039363057 S0 3 79,0 158,0 1655 775 1685 1790 0,088268156 S0 4 40,2 80,4 980 750 1005 485 0,165773196 S0 5 70,4 140,8 1055 700 1685 1340 0,105074627 S1 6 103,9 207,8 980 650 1955 1635 0,127094801 S1 7 92,8 185,6 1030 625 1105 1105 0,167963801 S1 8 127,6 255,2 1080 525 1730 1760 0,145 S1 9 65,8 131,6 1030 550 1060 990 0,132929293 S1 10 61,9 123,8 1105 450 1355 1560 0,079358974 S1 11 300,0 600,0 1030 425 1055 1235 0,48582996 S1 12 78,1 156,2 830 525 1180 960 0,162708333 S2 13 133,9 267,8 1055 700 1105 760 0,352368421 S2 14 268,0 536,0 780 600 1750 1330 0,403007519 S2 15 29,9 59,8 630 350 680 610 0,098032787 S2 16 58,5 117,0 825 225 930 1305 0,089655172 S2 17 509,0 1018,0 1300 100 1430 2530 0,402371542 S3 18 62,5 125,0 950 75 2050 2850 0,043859649 S3 19 129.2 258,4 875

  75 2300 3025 0,08521488 S3 20 148,2 296,4 700 175 1155 1505 0,196943522 S4 21 1000,0 2000,0 875 75 1330 2055 0,97323601 S4 22 689,0 1378,0 875

  50 2125 2900 0,475172414 S4 23 436,0 872,0 1100 25 1550 2600 0,335384615 S4 24 144,2 288,4 1050 150 1675 2425 0,118927835 S5

  25 790,0 1580,0 1055 50 1475 2430 0,650205761 S5 Tabel 3. Hasil perhitungan Vf pada Zona Sesar Palu Koro

  Kelas tektonik sesar Palu Koro. Sulawesi Tengah - Supartoyo et al.

  123

  1973), dan pada segmen S5 sebagian merupa- kan Formasi Tinombo (Soekamto et al., 1973) berupa serpih, batu pasir, konglomerat, batuan vulkanik, batu gamping, rijang, filit, batu sa- bak, dan kuarsit. Dengan adanya variasi batuan tersebut dan nilai Vf yang berbeda-beda, maka dapat disimpulkan bahwa nilai Vf yang terben- tuk di daerah penelitian bukan didominasi oleh akibat pengaruh erosi dan resistensi batuan, tetapi lebih dominan diakibatkan oleh penga- ruh tektonik. Peta selengkapnya yang mem- perlihatkan lokasi dan hasil perhitungan Vf di- tampilkan pada Gambar 10 dan 11.

  

Gambar 10. Peta lokasi dan hasil perhitungan nilai Vf nomor 24 dan 25 (gambar kiri), dan nomor

15 hingga 23 (gambar kanan). Angka dalam kurung merupakan nilai Vf.

  

Gambar 11. Peta lokasi dan hasil perhitungan nilai Vf nomor 10 hingga 14 (gambar kiri),

dan nomor 1 hingga 9 (gambar kanan). Angka dalam kurung merupakan nilai Vf.

  Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 5 No. 2, Agustus 2014: 111 - 128 124 DISKUSI

  Indeks geomorfik Smf dan Vf diaplikasikan pada lokasi daerah penelitian, yaitu Sesar Palu Koro. El Hamdouni et al. (2008) dan Dehbo- zorgi et al. (2010) telah membuat klasifikasi atau pembagian kelas tektonik berdasarkan pa- rameter Smf dan Vf menjadi tiga kelas, yaitu: Kelas tektonik parameter Smf:

  • Segmen S0 nilai Vf berkisar 0,0394 - 0,1658
  • Segmen S1 nilai Vf berkisar 0,0794 - 0,4858
  • Segmen S2 nilai Vf berkisar 0,0897 - 0,4030
  • Segmen S3 nilai Vf berkisar 0,0439 - 0,4024
    • Kelas 1 (Smf < 1,1)
    • Kelas 2 (1,1 ≤ Smf < 1,5)
    • Kelas 3 (Smf ≥ 1,5) Kelas tektonik parameter Vf:
    • Kelas 1 (Vf ≤ 0,5)
    • Kelas 2 (0,5 ≤ Vf < 1)
    • Kelas 3 (Vf ≥ 1) Kelas 1 memperlihatkan potensi bahaya akibat proses tektonik (gempa bumi) tinggi. Kelas 2 potensi bahaya gempa bumi menengah, sedang- kan kelas 3 potensi bahaya gempa bumi rendah. Berdasarkan pembagian kelas tektonik di atas, maka dapat dibuat pembagian kelas tektonik Sesar Palu Koro untuk masing-masing segmen berdasarkan parameter Smf dan Vf sebagai beri- kut. Kelas tektonik berdasarkan parameter Smf:

  • Segmen S4 nilai Vf berkisar 0,1969 - 0,9732
  • Segmen S5 nilai Vf berkisar 0,1189 - 0,6502
  • Segmen S1 nilai Smf berkisar 1,0008 - 1,0507 (kelas 1).
  • Segmen S2 nilai Smf berkisar 1,0071 - 1,1861 (kelas 1 hingga 2).
  • Segmen S3 nilai Smf berkisar 1,0183 - 1,1966 (kelas 1 hingga 2).
  • Segmen S4 nilai Smf berkisar 1,0081 - 1,2872 (kelas 1 hingga 2).
  • Segmen S5 nilai Smf berkisar 1,0527 -
  • Segmen S6 nilai Smf berkisar 1,0271 -

  1,1458 (kelas 1 hingga 2)

  2,3367 (kelas 1 hingga 3) Kelas tektonik berdasarkan parameter Vf:

  (kelas 1)

  (kelas 1)

  (kelas 1)

  (kelas 1)

  (kelas 1 hingga 2)

  (kelas 1 hingga 2) Berdasarkan parameter Smf terlihat bahwa ke- las tektonik Sesar Palu Koro untuk segmen S1 merupakan kelas tektonik tinggi, segmen S2, S3, S4, dan S5 merupakan kelas tektonik tinggi hingga menengah, dan segmen S6 merupakan kelas tektonik tinggi hingga rendah. Para meter morfometri Vf memperlihatkan bahwa kelas tektonik Sesar Palu Koro untuk segmen S0, S1, S2, dan S3 merupakan kelas tektonik tinggi, sedangkan segmen S4 dan S5 merupakan ke- las tektonik tinggi hingga menengah. Kelas tekto nik tinggi memberikan kenampakan la- pangan berupa gawir sesar membentuk muka pegunung an lurus dengan sedikit lekukan, per- bukitan linier lurus dengan sedikit lekukan, dan lembah curam berbentuk huruf V.

  Kelas tektonik tinggi hingga menengah mem- berikan kenampakan lapangan berupa gawir sesar membentuk muka pegunungan lurus de ngan adanya lekukan (Gambar 12), per- bukitan linier dengan adanya lekukan, dan lembah curam berbentuk huruf V (Gambar 13). Sementara itu teramati adanya depresi/

  Kelas tektonik sesar Palu Koro. Sulawesi Tengah - Supartoyo et al.

  125 sagpond pada segmen S3 di Desa Bekubekulu,

  Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi. Kekar tarik dan kekar gerus pada batuan lava terdapat pada segmen S5 di Desa Kamonji, Kelurahan Palu Barat, Kota Palu (Gambar 14). Endapan su ngai yang terpotong dan membentuk gawir sesar teramati di Kelurahan Donggala Kodi. Mata air panas teramati di dua lokasi, yaitu pada segmen S4 di Desa Mantikole, Kecamatan Dolo Barat, Kabupaten Sigi (Gambar 15), dan pada segmen

  S2 di Desa Namo, Kecamatan Kulawi, Kabu- paten Sigi. Pada segmen S2 ini terlihat adanya perbukitan linier yang membentuk lereng ter- jal dan tersusun oleh batuan granit yang telah mengalami pelapukan. Hal ini mengakibatkan potensi tinggi terjadi gerakan tanah. Berdasar- kan pengamatan lapangan terlihat adanya be- berapa gawir gerakan tanah dalam dimensi

  Gambar 12. Gawir sesar berarah N 330 o E yang terdapat pada zona muka pegunungan di Kampung Kabunena, Desa Wolujadi, Kota Palu.

  Gambar 13. Morfologi perbukitan linier berarah utara – barat laut dan selatan - tenggara yang mencerminkan ke- Gambar 14. Kenampakan kekar gerus pada batuan lava tersingkap di Kecamatan Palu Barat, Kota Palu. Kekar gerus ini merupakan struktur penyerta pada Sesar Palu Koro.

  Gambar 15. Mata air panas muncul pada zona muka pe- gunungan di Desa Mantikole, Kecamatan Dolo Barat, Kabupaten Sigi.

  126 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 5 No. 2, Agustus 2014: 111 - 128

  tanah pada segmen S2 ini adalah Desa Namo, Kelas tektonik menengah memberikan kenam- Salua (Gambar 16), dan Bolapapu, Kecamatan pakan lapangan berupa gawir sesar membentuk Kulawi, Kabupaten Sigi. Di Desa Bolapapu muka pegunungan dengan banyak lekukan, terlihat adanya jejak terjadinya gerakan tanah perbukitan linier dengan banyak lekukan, dan yang diikuti oleh banjir bandang yang terjadi lembah yang tererosi lanjut dan cenderung ber- pada tahun 2012 (Gambar 17). Apabila terjadi bentuk huruf U. Kelas tektonik ini terdapat ge rakan tanah maka akan memutuskan jalan pada bagian utara dari Sesar Palu Koro. Ber- peng hubung antar desa di Kecamatan Kulawi. dasarkan data kejadian gempa bumi merusak terlihat adanya aktivitas pada kelas tektonik tinggi hingga menengah. Kejadian gempa bumi merusak yang terjadi pada tahun 2005 dan 2012 di Sesar Palu Koro Segmen S3, sedangkan tahun 2009 terjadi di Sesar Palu Koro Segmen S4. Kejadian gempa bumi merusak ini mere- fleksikan aktivitas tektonik kelas tinggi hingga menengah pada Sesar Palu Koro.

  KESIMPULAN

  Parameter morfometri Smf dan Vf dapat di- pergunakan untuk analisis kelas tektonik pada

  

Gambar 16. Gerakan tanah dimensi besar di Desa Salua, Sesar Palu Koro. Hal ini juga mencerminkan

Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi. Gerakan tanah ini

  bentukan morfotektonik. Nilai Smf Sesar Palu

  mengancam jalan yang menghubungkan antar desa di Ke-

  Koro berkisar antara 1,0008 hingga 2,3367 dan camatan Kulawi. dominan < 1,2. Nilai Smf kecil ini merefleksi- kan bentuk lahan berupa gawir sesar memben- tuk muka pegunungan lurus dengan sedikit lekukan dan perbukitan linier lurus dengan se- dikit lekukan. Nilai Vf Sesar Palu Koro berkisar antara 0,03936 hingga 0,9732 dan dominan < 0,2 yang merefleksikan bentuk lahan berupa lembah curam dan berbentuk huruf V.

  Berdasarkan analisis kedua parameter morfome- tri tersebut terlihat bahwa semua segmen Sesar Palu Koro tergolong kelas tektonik tinggi, dan terlihat bahwa pada segmen bagian selatan yaitu

  

Gambar 17. Jejak banjir bandang yang terjadi pada tahun segmen S0, S1, S2, dan S3 kelas tektoniknya

2012 di Desa Bolapapu, Kecamatan Kulawi, Kabupaten

  cenderung lebih tinggi dibandingkan pada seg-

  Sigi. Pada latar belakang terlihat gawir Sesar Palu Koro be- men bagian utara, yaitu segmen S4, S5, dan S6.

  Kelas tektonik sesar Palu Koro. Sulawesi Tengah - Supartoyo et al.

  127 Ucapan Terima Kasih Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dr.

  Gede Suantika dan Dr. Sri Hidayati, dari badan ge- ologi atas persetujuannya terhadap kegiatan lapan- gan pada penyelidikan ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Rustan Effendi dari Fakultas MIPA Universitas Tadulako atas diskusi dan masukannya mengenai sebaran Sesar Palu Koro ACUAN Bellier, O., Sbrier, M., Beaudouin, T., Villeneuve, M., Braucher, R., Bourles, D., Siame, L., Putranto, E., dan Pratomo, I., 2001, High Slip Rate for a Low Seismicity along the Palu Koro Active Fault in Central Sulawesi (Indonesia), Blackwell Science Ltd., Terra Nova, 13, 463 – 470. Bull,W.B., 2007, Tectonic Geomorphology of Moun- tain: a New Approach for Paleoseimology, Blackwell Publishing: 316 pp.

  Dehbozorgi, M., Poukermani, M., Arian, M., Mat- kan, A.A., Motamedi, A., dan Hosseiniasi, A., 2010, Quantitative Analysis of Relative Tectonic Activity in The Sarvestan Area, Central Zagros, Iran, Geo- morphology 03284, 1 – 13. El Hamdouni, R., Irigaray, C., Fernandez, T., Chacon, J., dan Keller, E.A., 2008, Assesment of rel- ative active tectonics, southwest border of the Sierra Nevada (southern Spain), J ournal of Geomorphology 96 (2008), 150 – 173.

  Hall, R., 2002, Cenozoic Geological and Plate Tec- tonic Evolution of SE Asia and the SW Pacific: Com- puter Based Reconstruction, Model and Animation, Journal of Asian Earth Science (20) 2002, 353 – 431.

  Hall, R. dan Wilson, M.E.J., 2000: Neogene sutures in eastern Indonesia, Journal of Asian Earth Sciences, Vol. 18, hal. 781-808. Hamilton, W., 1979, Tectonic of Indonesia Region, Geological Survey Professional Paper, United States Government Printing Office, Washington.

  Keller, E.A. dan Pinter, N., 1996, Active Tectonic Earthquake, Uplift and Landscape, Prentice hall, Up- per Saddle River, New Jersey 07458: 338 pp.

  Simandjuntak, T.O., Surono, dan Supandjono, J.B., 1997, Peta Geologi Lembar Poso, Skala1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geo logi, Ban- dung.

  Soekamto, RAB., 1975, P eta Geologi Indonesia Lem- bar Ujung Pandang, Skala 1 : 1.000.000, Direktorat Geologi, Bandung.

  Soekamto, RAB., Sumadirdja, H., Suptandar, T., Hardjoprawiro, S., dan Sudana, D., 1973, P eta Ge- ologi Lembar Palu, Skala 1 : 250.000, Sulawesi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

  Sukido, Sukarna, D., dan Sutisna, K., 1993, Peta Geologi Lembar Pasangkayu, Skala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

  Supartoyo dan Surono, 2008, Katalog Gempa bumi Merusak di Indonesia Tahun 1629 – 2007, Pusat Vul- kanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung.

  Stewart, I.S., dan Hancock, P.L., 1994, Neotecton- ics In P. L. Hancock (Ed.), Continental Deformation, Pergamon Press, Oxford, 370 – 409.