Post | | Syuhudi Ismail

BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu hadis merupakan satu ilmu yang sangat penting dan menjadi perhatian para
ulama, karena selain sebagai pedoman Islam kedua setelah al-Qur’an, ia juga sebagai proteks
jika suatu saat ada pihak yang ingin menghancurkan Islam. Maka karena itulah, banyak umat
Islam berbondong-bondong belajar, meneliti, dan kemudian mengajarkannya kepada generasi
ke generasi. Namun, karena ilmu hadis adalah ilmu yang susah dan rumit dipahami bagi
khalayak umum, timbulah inisiatif para ulama atau para peneliti khususnya dibidang hadis
untuk memberikan metode-metode yang mungkin dapat memudahkan memahami hadis Nabi
secara jelas. Mulai dari Ilmu ini berasal sampai keseluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia.
Di Indonesia penelitian hadis dimulai sekitar pada abad ke 17 dengan ditulisnya kitab-kitab
hadis oleh ‘Abd al-Rauf al-Sinkili. Hingga akhirnya sampai abad ke 20.
Pada abad ke 20 ini salah satu tokoh akademisi yang mendalami bidang hadis yaitu
Muhammad Syuhudi Ismail dan merupakan salah satu mahasiswa yang belajar dan meneliti
hadis dari Perguruan Tinggi Islam Negri di Indonesia. Ia mulai dikenal khalayak umum,
khususnya pecinta ilmu hadis setelah desertasinya yang berjudul “Kaidah Kesahihan Sanad
Hadis Telaah Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu Sejarah” diterbitkan menjadi
sebuah buku. Maka untuk lebih mengenal sosok Syuhudi Ismail dan buku tersebut, pada
kesempatan kali ini kita akan membahas lebih jauh seputar pemikiran beliau beserta
karyanya. Di samping itu makalah ini secara khusus bertujuan untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah “Sejarah Perkembangan Hadis Indonesia” di Kampus IAIN Surakarta. Selamat

membaca dan semoga bermanfaat...

1

BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Syuhudi Ismail.1
Syuhudi Ismail dilahirkan di Lumajang, Jawa Timur, pada tanggal 23 April 1943.
Pendidikan formalnya beliau tempuh dari satu daerah ke daerah lain sebagai berikut:
1. Sekolah Rakyat Negeri di Sidorejo, Lumajang, Jawa Timur (1955)
2. Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) Malang (1959)
3. Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN) Yogyakarta (1961)
4. Fakultas Syari'ah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) "Sunan Kalijaga"

Yogyakarta, Cabang Makassar (kemudian menjadi IAIN "Alauddin"
Makassar), berijazah Sarjana Muda (1965)
5. Fakultas Syari'ah IAIN "Alauddin" Ujungpandang (1973)
6. Studi Purna Sarjana (SPS) di Yogyakarta (Tahun Akademi 1978/1979),
7. Program Studi S2 pada Fakultas Pascasarjana IAIN "Syarif Hidayatullah"


Jakarta (1985).
Mengenai riwayat pekerjaannya adalah sebagai berikut:
1. Pegawai Pengadilan Agama Tinggi (Mahkamah Syar'iyyah Propinsi) di

Ujungpandang (1962-1970)
2. Kepala Bagian Kemahasiswaan dan Alumni IAIN "Alauddin" Ujungpandang

(1973-1978)
3. Sekretaris KOPERTAIS Wilayah VIII Sulawesi (1974-1982)
4. Sekretaris Al-Jami'ah IAIN "Alauddin" Ujungpandang (1979-1982).
5. Staf pengajar di berbagai perguruan tinggi Islam di Ujungpandang, antara

lain:
a. Fakultas Syari' ah IAIN "Alauddin" Ujungpandang (sejak 1967)
b. Fakultas Tarbiyah UNISMUH Makassar di Ujungpandang dan Enrekang

(1974-1979)
c. Fakultas Ushuluddin dan Syari'ah, Universitas Muslim Indonesia (UMI)

Ujungpandang (1976-1982)

d. Pesantren IMMIM Tamalanrea, Ujungpandang (1973-1978).

1 M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, Telaah Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan
Ilmu Sejarah. Cet. II, (Jakarta: PT. Bulan Bintang. 1995), hlm. 269-270

2

Di samping tugas-tugasnya sebagai pegawai dan pengajar, beliau juga aktif dalam
membuat karya-karya tulis dalam bentuk makalah, penelitian, bahan pidato, artikel,
maupun diktat, baik untuk kepentingan kalangan IAIN "Alauddin" sendiri, atau untuk
forum ilmiah lainnya, juga untuk dimuat dalam majalah atau surat kabar yang terbit di
Ujungpandang atau di Jakarta. Diantara karya tulisnya yang telah diterbitkan berupa
buku, adalah: Pengantar Ilmu Hadis, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, Hadits Nabi
menurut pembela, pengingkar dan pemalsunya, Menentukan Arah Kiblat dan Waktu
Salat dan buku Kaedah Kesahihan Sanad Hadis: Telaah Kritis dan Tinjauan dengan
Pendekatan llmu Sejarah yang berasal dari disertasi penulis untuk meraih gelar Doktor
dalam bidang Ilmu Hadis pada Fakultas Pascasarjana IAIN "Syarif Hidayatullah" Jakarta
(Program Studi S3, tamat 1987). Saat ini tugas formal beliau adalah sebagai staf pengajar
(Pembina/Lektor) pada Fakultas Syari'ah IAIN "Alauddin" Ujungpandang.
B. Latar Belakang Penulisan Buku “Kaedah Kesahihan Sanad Hadis: Telaah Kritis

dan Tinjauan dengan Pendekatan llmu Sejarah”.
Adapun latar belakang buku ini adalah merupakan karya M. Syuhudi Ismail yang
awalnya berbentuk Disertasi untuk memenuhi syarat doktoral di Fakultas Pascasarjana
IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Lalu kemudian atas saran dan dorongan beberapa
rekan dosen maka disertasi tersebut diterbitkan menjadi sebuah buku dengan
pertimbangan agar mereka yang berminat mendalami pengetahuan Islam dapat
memperoleh bahan bacaan yang lebih luas berkenaan dengan hadis Nabi.2
Ada tiga pembahasan besar yang terdapat dalam buku ini, yaitu:
1. Periwayatan Hadis
2. Kesahihan Sanad Hadis
3. Kualitas Periwayat dan Persambungan Sanad
C. Pemikiran dan Pandangan Syuhudi Ismail dalam Memahami dan Meriwayatkan
Hadis.
M. Syuhudi Ismail adalah seorang ulama dan intelektual yang cukup besar
pengaruhnya di Indonesia terutama dalam bidang Hadis. Salah satu pemikirannya yaitu
tentang metode memahami kandungan suatu hadis. Hal ini tergambar jelas dari salah satu
bukunya yang berjudul “Hadis Nabi yang tekstual dan kontekstual: telaah Ma'ani alHadits tentang ajaran Islam yang universal, temporal, dan lokal” yang diterbitkan oleh
2 Ibid, hlm. vi

3


penerbit Bulan Bintang, Jakarta, 1994. Jadi, Menurut beliau bahwa ada matan hadis yang
harus dipahami secara tekstual dan ada pula yang harus dipahami secara kontekstual. Ini
menunjukan bahwa kandungan hadis Nabi itu ada yang bersifat universal, temporal dan
lokal.
Sedangkan pemikirannya mengenai periwayatan hadis, menurut beliau dalam
bukunya Kaedah Kesahihan Sanad Hadis: Telaah Kritis dan Tinjauan dengan
Pendekatan llmu Sejarah, pengertian periwayatan adalah kegiatan penerimaan dan
penyampaian hadis, serta penyandaran hadis itu kepada rangkaian para periwayatnya
dengan bentuk-bentuk tertentu. Beliau juga menjelaskan bahwa orang yang menerima
hadis dari seorang periwayat namun dia tidak menyampaikan hadis itu, maka dia tidak
dapat dikatakan sebagai periwayat hadis. Pun jika seseorang menyampaikan hadis yang
diterimanya dari seorang periwayat namun tidak menyebutkan rangkaian periwayatnya,
maka orang tersebut juga tidak dapat disebut sebagai periwayat hadis. Jadi menurut
beliau, ada tiga unsur yang harus dipenuhi dalam periwayatan hadis: [1] Kegiatan
menerima hadis dari periwayat hadis [2] Kegiatan menyampaikan hadis itu kepada orang
lain, dan [3] Ketika hadis itu disampaikan, susunan rangkaian periwayatnya harus
disebutkan.3
D. Pemikiran dan Pandangan Syuhudi Ismail dalam Kesahihan Sanad Hadis.
Dalam konteks pembahasan Kesahihan Sanad Hadis ini, Syuhudi Ismail

Menggunakan istilah kaedah mayor untuk menyebut semua syarat, kriteria, atau unsur
yang berstatus umum. Dan Kaedah minor untuk yang berstatus khusus. Beliau juga
memberikan tambahan penjelasan pandangan mayoritas ulama hadis mengenai syaratsyarat kesahihan sanad hadis yang lima:
1. Sanadnya bersambung
2. Periwayatnya adil
3. Periwayatnya dhabit
4. Tidak terdapat kejanggalan, dan
5. Tidak terdapat cacat atau illat.
Menurut beliau tiga macam syarat yang disebutkan pertama berkenaan dengan
sanad saja, sedang dua macam syarat yang disebutkan terakhir berkenaan dengan sanad
dan matn sekaligus.4
3 Ibid, hlm. 23-24
4 Ibid, hlm. 10

4

Lebih lanjut, beliau mengkritisi dan mengkaji kaedah kesahihan sanad hadits
yang sudah dibuat oleh mayoritas ulama muhaddisin dengan menggunakan pendekatan
ilmu sejarah. Dimana yang dimaksud dengan pendekatan ilmu sejarah di sini adalah
tinjauan terhadap kaidah mayor dan minor kesahihan sanad hadis kemudian

dibandingkan dengan menggunakan seperangkat teori yang terdapat dalam ilmu sejarah.5
E.

5 Ibid, hlm. 11

5

BAB III
KESIMPULAN
Syuhudi Ismail adalah salah seorang pecinta ilmu hadis. Karya-karyanya banyak
memberikan kontribusi pada khazanah keilmuan di Indonesia, terutama dalam ilmu Hadis.
Dalam karya-karyanya, beliau memberikan pandangan bahwa hadis adalah benar-benar
sebagai pedoman kedua bagi umat Islam dan ia harus dipahami dengan sepaham-pahamnya,
agar tidak ada kesalahan dalam mengambil pelajaran dan hukum kepadanya. Karena ilmu
hadis, apalagi banyak pihak yang tidak menginginkan ia membumi, harus terus dijaga dengan
apik dan baik dengan memahaminya dengan pemahaman yang jelas dan tidak melanggar
norma keilmuan itu sendiri. Ia mesti dipahami dari berbagai aspek dan sudut pandang yang
tidak melanggar syariat yang suci.
Maka dari itu, beliau berpendapat bahwa hadis tidak hanya dipahami secara tekstual
saja, melainkan ia juga harus dipahami secara kontekstual. Karena bisa jadi apa yang Nabi

sampaikan dalam hadis-hadisnya ada yang kita tidak pahami, padahal dulu para sahabat
sudah dapat memahaminya. Atau hadis yang disampaikan itu memang sudah jelas harus
dipahami dan diterima adanya sesuai dengan apa yang disampaikan. Namun, tentu cara
memahaminya sesuai dengan apa yang mestinya dipahami oleh para sahabat juga. Hal ini
agar tidak terjadi kesalahpahaman nantinya dalam pengamalannya. Syuhudi Ismail sudah
“berani” mengambil langkah. Ia mencoba menganalisa yang kemudian mencari “jalan lain”
dalam memahami hadis Nabi. Bagaimana ia menjadikan pendekatan sejarah atau kita sebut
dengan Historycal Method untuk membuktikan apakah metode dengan pendekatan ini akan
sama hasilnya dengan metode kesahihan sanad hadis yang sudah lama digunakan oleh
muhaddisin untuk membuktikan diterima atau tidaknya suatu hadis ditinjau dari sanadnya.
Dilihat secara kasat mata, Syuhudi Ismail sebenarnya tidak membuat metode atau teori baru
dalam memahami hadis Nabi. Ia hanya menghubung-hubungkan satu metode dengan metode
lainnya, yang kemudian ia buktikan kesingkronan atau ketersambungan kedua metode
tersebut. Yang akhirnya ia menyimpulkan bahwa metode yang satu dengan metode satu
lainnya adalah sama atau tidak sama. Dalam hal ini, metode kesahihan sanad hadis yang
sering digunakan ulama muhaddisin dengan metode pendekatan sejarah sangat mirip syarat
dan segala metode yang digunakannya. Selebihnya ia hanya merubah sebutan istilah yang
mungkin dimaksudkan untuk kekhasan diri beliau.

6


DAFTAR PUSTAKA
Ismail, M. Syuhudi, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, Telaah Kritis dan Tinjauan dengan
Pendekatan Ilmu Sejarah. Cet. II, Jakarta: PT. Bulan Bintang. 1995.

7