ADAPTASI FILM : ANALISIS UNDANG-UNDANG HAK CIPTA AMERIKA SERIKAT DAN UNDANG-UNDANG HAK CIPTA INTERNASIONAL - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Hak cipta merupakan bentuk dari hak kekayaan intelektual,
meskipun hak cipta mempunyai perbedaan dari lainnya seperti hak paten,
merek dagang, indikasi geografis, integrated circuit. Tidak seperti hak
kekayaan intelektual yang lainnya yang berpunyai arti sebagai hak monopoli,
UU hak cipta dibuat untuk mencegah terhadap pelanggaran pada karya cipta
yang dilindungi.
Sejarah hak cipta dimulai di Inggris pada abad kedelapanbelas
setelah adanya perkembangan mesin cetak dan dengan banyaknya masyarakat
yang dapat membaca. Sebagai konsep hukum, hak cipta merupakan reaksi
monopoli pencetak. Raja Inggris dan Scotlandia menaruh perhatian
pencetakan buku yang tidak teratur dan menggunakan hak istimewa
kebangsawanannya dengan mengeluarkan ‘Licensing Act’ (izin pencetakan)
pada 1662 dengan membuat pendaftarkan buku-buku yang diizinkan
(semacam pendaftaran

Katalog


Dalam Terbitan;

KDT –penj.) dan

menyerahkan salinan berikut data perusahaan yang mencetaknya. UU Anna
pada 1709 merupakan UU hak cipta pertama dan memberi hak penulis untuk
beberapa waktu yang telah ditentukan, yang mana hak cipta tersebut
mempunyai masa akhir. Secara UU Internasional, Perjanjian Berne pada 1887
memperkenalkan ruang lingkup perlindungan hak cipta, dan masih digunakan
sampai hari ini. Hak cipta telah berkembang dari konsep sah yang mengatur

10

'hak pencetakan' pada penerbitan buku dan memetakan ke satu hasil yang
signifikan pada hampir setiap industri modern, pencakupan ruang lingkup
yang tercakup seperti industri rekaman, industri film, fotografi, perangkat
lunak, dan pekerjaan-pekerjaan arsitektur.1
Permasalahan mengenai HKI akan menyentuh berbagai aspek lainnya,
seperti aspek teknologi, industri, sosial, budaya dan berbagai aspek lainnya.
Namun aspek yang terpenting jika dihubungkan dengan perlindungan bagi

karya intelektual adalah aspek hukum. Hukum diharapkan mampu mengatasi
berbagai permasalahan yang timbul berkaitan dengan HKI tersebut. Hukum
harus dapat memberikan perlindungan bagi karya intelektual, sehingga mampu
mengembangkan daya kreasi masyarakat yang pada akhirnya bermuara pada
tujuan berhasilnya perlindungan HKI.
Seperti halnya di bidang lainnya film merupakan salah satu obyek
perlindungan dalam hak cipta yang sering kali menimbulkan permasalahan
dalam hal produksi maupun berkenaan dengan ciptaan orisininya. Industri film
nasional beberapa tahun terakhir telah mengalami pertumbhan yang
signifikan. Semangat dari para pembuat film nasional hendaknya didukung
pula dengan adanya perlindungan hukum terhadap karya cipta mereka.
Permasalahan sering muncul terutama dalam hal tiru meniru diantara sesame
pembuat film, bahkan sering kita temukan beberapa film yang mirip bahkan
hampir sama cerita maupun adegannya. Atau sering pula terjadi satu film
diangkat dari sebuah novel disebut dengan adaptasi film, kemudian terkenal
kemudian menjadi sumber penjiplakan pembuat film yang lain.Tidak dapat
1

Lyman Ray Patterson, “Copyright in Hystorical Perspective” Vanderbilt University Press, 1968


11

dipungkiri bahwa undang-undang hak cipta Indonesia belum jelas mengatur
bagaimana menghadapi konflik-konflik di bidang perfilman berjenaan dengan
hak cipta khususnya mengenai adaptasi film.
Penulis dalam hal ini ingin memberikan gambaran bagaimana
Amerika Serikat dengan industri perfilmannya yang sudah sangat maju dalam
hal menangani kasus-kasus pelanggaran hak cipta khususnya adaptasi film
sebelum dan sesudah Amerika Serikat bergabung dengan Perjanjian Berne.
1.2 Permasalahan
1. Bagaimanakah pengaturan mengenai adaptasi film dalam undang-undang
hak cipta internasional dan undang-undang hak cipta Amerika Serikat?
2. Bagaimanakah penanganan kasus-kasus pelanggaran hak cipta berkenaan
dengan adaptasi film sebelum dan sesudah Amerika Serikat bergabung
dengan Perjanjian Berne?
1.3 Metode Penelitian
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode yuridis empiris. Pendekatan yuridis empiris adalah suatu cara
prosedur yang digunakan untuk memecahkan masalah dengan meneliti
data sekunder terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan

penelitian terhadap data primer di masyarakat atau di lapangan.2 Metode
yuridis empiris digunakan karena merupakan suatu pendekatan yang
dimaksudkan untuk melakukan penafsiran atas permasalahan yang diteliti
beserta hasil penelitian yang diperoleh dalam hubungannya dengan aspekaspek hukumnya.

2

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1984), Hlm. 52.

12

1.4 Sistematika Penyajian
Sistematika dari suatu tulisan merupakan suatu uraian mengenai susunan
penulisan sendiri yang dibuat secara teratur dan rinci. Sistematika
penulisan yang dimaksud adalah untuk mempermudah dan memberikan
gambaran secara menyeluruh dengan jelas dari isi penelitian tersebut.
Penulisan hukum ini terdiri dari 4 (empat) bab, yakni sebagai berikut :
1. Bagian Awal, berisi Halaman Judul, Halaman Pengesahan, Halaman
Pernyataan, Kata Pengantar, Daftar Isi, Abstrak.
2. Bagian Isi, terdiri dari : BAB I : Pendahuluan, mencakup Latar

Belakang Masalah, Permasalahan, Metode Penelitian, Sistematika
Penyajian. BAB II :Tinjauan Pustaka. BAB III : Hasil Penelitian dan
Analisis dan Pembahasan. BAB IV

:

Penutup,

berisi

tentang

Kesimpulan dan Saran.
3. Bagian Akhir, berisi Daftar Pustaka

13