Pengaruh Penambahan Cairan Amnion dalam Air Minum terhadap Profil Hematologis Ayam Broiler Umur 28 - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

14

BAB III

MATERI DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Mei sampai dengan Juli 2016,
pemeliharaan ayam broiler dilaksanakan selama 28 hari di Laboratorium Produksi
Ternak Unggas Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro,
Semarang. Analisis darah dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

3.1. Materi

Penelitian ini menggunakan 100 day-old-chick broiler Lohman jantan (MB202) dengan bobot badan awal rata-rata 41,30 ± 2,68 gram. Cairan Amnion (CA)
yang digunakan didapat dari sapi yang baru saja melahirkan dan ditampung secara
aseptik ke dalam botol dan disimpan dalam suhu -20 oC hingga digunakan dalam
penelitian ini.
Kandang ayam yang digunakan adalah kandang alas sekam dengan ukuran 1
× 1 × 1 meter. Pada setiap flock terdapat tempat minum, tempat pakan dan lampu
penghangat. Termohigrometer dipasang dalam dan luar kandang untuk

mengetahui kondisi suhu dan kelembaban kandang. Komposisi bahan pakan dan
kandungan nutrisi ransum yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.
Untuk mengetahui profil hematologis ayam broiler, peralatan yang
digunakan untuk mengambil sampel darah adalah spuit 3 ml, vacutainer EDTA,
ice pack dan cool box.

15

Tabel 1. Komposisi Bahan Pakan dan Kandungan Nutrisi Ransum
Bahan Pakan
Jagung
Bungkil kedelai
Tepung ikan
Bekatul
Menir
DL-Methionine
L-lysine
Tepung kapur
Dicalcium phosphatase
Premix

NaCl
Total
Kandungan Nutrisi Ransum
Energi Metabolis (kkal/kg)2
Protein Kasar (%)
Serat Kasar (%)
Kalsium (%)
Fosfor (%)
Metionin (%)
Lisin (%)

Jumlah
----------(%)---------54,0
27,0
9,00
6,75
1,00
0,23
0,06
1,01

0,20
0,50
0,25
100,00
2.892
22,5
3,52
1,03
0,56
0,66
1,43

Peralatan yang digunakan untuk menganalisis sampel darah adalah
mikroskop, pipet eritrosit, larutan Hayem, bilik hitung improve neubeuer , kaca
penutup, kaca objek, hemoglobin kit metode Sahli, batang pengaduk, sentrifus,
tabung mikrokapiler, tabel Janetsky, sealing compound, pipet leukosit, larutan
Turk, larutan giemsa, methanol, aquades dan tisu.

3.2. Metode


Teradapat tiga tahap dalam penelitian ini, yaitu tahap persiapan, tahap
pemeliharaan serta tahap analisis sampel dan data.

16

3.2.1. Tahap persiapan
Tahap persiapan meliputi pengambilan CA dari sapi yang baru saja
melahirkan secara aseptis ke dalam botol. Kemudian CA disimpan di dalam
lemari pendingin dengan suhu -20 oC hingga tahap pemeliharaan dilaksanakan.
Persiapan kandang meliputi pembersihan, pengkapuran, instalasi peralatan
kandang dan listrik, penentuan rancangan serta petak percobaan serta fumigasi
kandang.

3.2.2. Tahap pemeliharaan

Kandang yang digunakan untuk memeliharan ayam broiler selama
perlakuan adalah tipe flock dengan ukuran 1 × 1 × 1 meter. Terdapat 10 petak
yang masing-masing berisi 10 ekor ayam. Ayam dipelihara selama 28 hari,
pemberian pakan dan air minum secara ad-libitum. Pada penelitian ini terdapat 2
perlakuan, yaitu T0 tanpa perlakuan sebagai kontrol dan perlakuan T1

penambahan CA ke dalam air minum sebanyak 1% (1/100ml) selama penelitian.

3.2.3. Tahap analisis sampel dan data
3.2.3.1. Preparasi darah, pada akhir pemeliharaan (hari ke-28), diambil sampel
darah ayam melalui vena brachialis pada sayap ayam. Pengambilan darah
menggunakan spuit ukuran 3 ml yang kemudian dimasukkan ke dalam tabung
vacutainer yang berisi EDTA, setelah darah dipindahkan ke vacutainer digojok
merata agar darah tidak menggumpal, lalu dimasukkan ke ice box berisi ice pack
dan dikirim ke laboratorium untuk dianalisis.

17

3.2.3.2. Analisis darah sebagai parameter, parameter yang diukur adalah jumlah
eritrosit, hemoglobin, hematokrit, jumlah leukosit dan diferensial leukosit yang
terdiri dari heterofil, eosinofil, limfosit dan monosit. Indeks Mean Corpuspular
Hemoglobine (MCH), Mean Corpuscular Volume (MCV) dan Mean Corpuscular
Hemoglobine Concentration (MCHC) diketahui menggunakan perhitungan

setelah jumlah eritrosit, hemoglobin dan hematokrit didapatkan. Prosedur analisis
darah yang dilakukan mengacu Wibowo dkk. (2016) dan Fajar dkk. (2015).

Jumlah eritrosit diukur dengan cara menghisap sampel darah dengan pipet
eritrosit hingga skala 0,5 dan menambahkan larutan Hayem sampai skala 11,
kemudian larutan dihomogenkan, setelah homogen larutan diteteskan pada bilik
hitung improve neubeuer yang sudah ditutup oleh kaca penutup. Perhitungan
dilakukan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 100 kali dan dibantu
dengan handcounter . Cara menghitung mengikuti prosedur perhitungan eritrosit.
Kadar hemoglobin diukur dengan cara mengisi tabung Sahli hingga 2 ml,
menghisap darah menggunakan pipet Sahli hingga skala 20 lalu darah dimasukkan
ke tabung Sahli dan dihomogenkan menggunakan batang pengaduk. Setelah itu
menambahkan aquades hingga warna pada tabung Sahli sama dengan pada
komparator blok dan membaca kadar hemoglobin yang tertera pada tabung Sahli.
Kadar hematokrit diukur dengan cara memasukkan darah kedalam tabung
mikrokalpiler hingga ¾ bagian dan kedua ujungnya ditutup menggunakan sealing
compound. Kemudian disentrifuse pada kecepatan 3.000 rpm selama 5 menit.

Tinggi padatan darah dalam mikrokalpiler diukur menggunakan tabel Janetsky
dan didapat besaran kadar hematokrit dalam %.

18


Jumlah leukosit diukur dengan cara menghisap sampel darah dengan pipet
leukosit hingga skala 0,5 dan menambahkan larutan Turk sampai skala 101,
kemudian larutan dihomogenkan, setelah homogen larutan diteteskan pada bilik
hitung improve neubeuer yang sudah tertutup oleh kaca penutup. Perhitungan
dilakukan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 100 kali dan dibantu
dengan handcounter. Cara perhitungan mengikuti prosedur perhitungan leukosit.
Diferensial leukosit diketahui dengan cara membuat preparat apus darah,
yaitu meletakkan beberapa tetes darah pada kaca objek dan diratakan tipis merata,
lalu difiksasi menggunakan methanol dan ditunggu kering, kemudian melakukan
pewarnaan menggunakan giemsa, ditunggu beberapa saat, dibilas menggunakan
aquades dan dikeringkan. Preparat apus darah yang sudah jadi diamati dibawah
mikroskop dengan pembesaran 400 kali dan di bedakan antara fraksi heterofil,
eosinofil, limfosit dan monosit yang kemudian dipersentasekan.
Indeks Mean Corpuspular Hemoglobine (MCH) dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut :
MCH (µ 3) = (hemoglobin × 10) : jumlah eritrosit
Indeks Mean Corpuscular Volume (MCV) dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut :
MCV (fl) = (hematokrit × 10) : jumlah eritrosit
Indeks Mean Corpuscular Hemoglobine Concentration (MCHC) dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut:
MCHC (%) = (hemoglobin : hematokrit) × 100%

19

3.3. Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 2 perlakuan dan 5 ulangan, sehingga analisis data dilakukan
dengan uji t (t - test). Prosedur analisis data uji t yang dilakukan mengacu kepada
Mas dan Prastiwi (2016). Model matematis dan hipotesis statistik yang diterapkan
adalah sebagai berikut :
Yij = μ + τi + εij ;
Keterangan :
Yij

: Hasil pengamatan ke-j yang memperoleh perlakuan penambahan CA

μ

: Nilai tengah umum (rata-rata populasi) hasil pengamatan


τi

: Pengaruh dari perlakuan penambahan CA

εij

: Pengaruh galat percobaan yang memperoleh perlakuan penambahan
CA pada ulangan ke-j

Kriteria pengujian yang diterapkan yaitu :
-

Jika -t tabel < t hitung < t tabel, maka H1 diterima

-

Jika diluar dari ketentuan di atas, maka H0 diterima

H0 : µ 1 = µ 2, tidak ada perbedaan rataan parameter yang diukur pada ayam

broiler yang diberi CA dan tanpa diberi CA dalam air minum.
H1 : µ 1 ≠ µ 2, terdapat perbedaan rataan parameter yang diukur pada ayam broiler
yang diberi CA dan tanpa diberi CA dalam air minum.