Analisis Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Komoditas Pertanian di Kabupaten Nias Barat Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Nias Barat, yang dilaksanakan dari
bulan Desember 2015 sampai dengan bulan Juni 2016.
3.2. Jenis Penelitian
Untuk

mengarahkan

proses

berpikir

dalam

menganalisis

suatu


permasalahan, maka dibutuhkan kerangka pendekatan pola pikir agar penelitian
dapat disusun menuju pencapaian hasil yang memuaskan. Kerangka pendekatan
pola pikir tersebut adalah metode penelitian. Metode Penelitian merupakan suatu
sistem yang terdiri dari prosedur dan teknik yang perlu dilakukan dalam suatu
penelitian. Pemilihan metode penelitian yang tepat sangat menentukan
kesempurnaan hasil penelitian.
Salah satu jenis penelitian berdasarkan metode adalah penelitian deskriptif.
Sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka jenis penelitian ini
adalah penelitian deskriptif. Pendekatan deskriptif digunakan untuk merumuskan
analisis kesesuaian lahan untuk pengembangan komoditas pertanian di Kabupaten
Nias Barat.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Data yang dibutuhkan untuk menjadi bahan penelitian ini adalah:
1. Data dan peta iklim Kabupaten Nias Barat yang bersumber dari Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Sampali Medan.

Universitas Sumatera Utara

2. Data dan peta tanah Kabupaten Nias Barat yang bersumber dari Badan
Pengkajian Teknologi Pertanian Medan.

3. Data dan peta lereng Kabupaten Nias Barat yang bersumber dari Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nias Barat.
4. Data dan peta rawan banjir yang bersumber dari Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Nias Barat dan Dinas Pertanian, Perkebunan,
Peternakan dan Kehutanan Kabupaten Nias Barat.
5. Data luas lahan, produksi, produktivitas, harga dan tenaga kerja pada komoditi
pertanian yang bersumber dari Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan
Kehutanan Kabupaten Nias Barat; Dinas Pertanian Sumatera Utara ; dan Dinas
Perkebunan Provinsi Sumatera Utara.
3.4. Defenisi Operasional Variabel
Defenisi operasional variabel adalah penarikan batasan menurut sifat
variabel dengan lebih menjelaskan secara spesifik gambaran karakteristik variabel
penelitian, sehingga dapat diperoleh suatu alat ukur yang sesuai dengan hakikat
variabel. Defenisi operasional variabel dalam penelitian ini termuat dalam
Tabel 3.1 berikut ini.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3.1
Defenisi Operasional Variabel

No
Variabel
1 Temperatur
(tc)

2

Ketersediaan
air (wa)

3

Ketersediaan
oksigen
Media
perakaran (rc)

4

5


Gambut:

6

Retensi hara
(nr)

7

Toksisitas
(xc)

8

Sodisitas (xn)

9

Bahaya

sulfidik (xs)
Bahaya erosi
(eh)

10

11

Bahaya banjir
(fh)

12

Penyiapan
lahan (lp)

Defenisi Opersional
Besaran yang menunjukkan derajat
panas
suatu

tempat
yang
mempengaruhi
pertumbuhan
dan
perkembangan tanaman
Air terdapat dalam tanah karena ditahan
(diserap) oleh massa tanah atau karena
keadaan drainase yang kurang baik
Menunjukkan kecepatan hilangnya air
dari permukaan tanah
Ketersediaan
tanah
yang
yang
menyebabkan akar dapat menyerap
unsur hara

Parameter
Temperatur ratarata (oC)


a. Curah hujan (mm)
b. Lamanya masa
kering (bln)
Drainase baik

a. Tekstur SiC/C
b. Bahan kasar (%)
c. Kedalaman tanah
(cm)
Kondisi tanah yang sangat lembek dan
Ketebalan (cm)
tidak stabil dan jika kering akan
mengalami penurunan (subside).
kemampuan untuk
melepaskan hara

memegang

dan a. KTK liat

(cmol/kg)
b. Kejenuhan basa
(%)
c. pH H2O
d. C-organik (%)
Kadar garam dalam tanah yang Salinitas (S/m)
meningkatkan
tekanan
osmotik
sehingga ketersediaan dan kapasitas
penyerapan air akan berkurang
Menunjukkan
terdapatnya garam- Alkalinitas/ESP (%)
garam termasuk garam Na. Salinitas
dinyatakan dengan rata-rata kadar
garam dan luas lahan.
Tingkat kedalaman lapisan pirit untuk Kedalaman suldifik
keamanan bagi tanaman
(cm)
Besarnya penghayutan/terangkutnya

a. Lereng (%)
lapisan olah tanah yang penting bagi
b. Bahaya erosi
budidaya tanaman
Menunjukkkan lamanya tergenang air, Genangan
disebabkan oleh hujan atau aliran air
dari tempat lain.
Tingkat batuan di permukaan dengan
a. Batuan di
melihat ada tidaknya batu-batu kecil
permukaan (%)
atau besar yang tersebar pada
b. Singkapan batuan
permukaan tanah atau lapisan tanah
(%)
serta singkapan batuan-batuan besar
yang tersingkap pada lokasi.

Universitas Sumatera Utara


3.5. Parameter-Parameter Dalam Analisa Kesesuaian Lahan
Temperatur rata-rata
Daerah yang data temperatur udaranya tidak tersedia, temperatur
diperkirakan berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan laut. Semakin tinggi
tempat, semakin rendah temperatur udara rata-ratanya dan hubungan ini dapat
dihitung dengan menggunakan rumus Braak (1928):
26,3 C (0,01 x elevasi dalam meter x 0,60C)
Curah hujan
Data curah hujan diperoleh dari hasil pengukuran stasiun penakar hujan
yang ditempatkan pada suatu lokasi yang dianggap dapat mewakili suatu wilayah
tertentu. Pengukuran curah hujan dapat dilakukan secara manual dan otomatis.
Secara manual biasanya dicatat besarnya jumlah curah hujan yang terjadi selama
satu hari, yang kemudian dijumlahkan menjadi bulanan dan seterusnya
Untuk keperluan penilaian kesesuaian lahan biasanya dinyatakan dalam
jumlah curah hujan tahunan, jumlah bulan kering dan jumlah bulan basah.
Oldeman (1975) mengelompokkan wilayah berdasarkan jumlah bulan basah dan
bulan kering berturut turut. Bulan basah adalah bulan yang mempunyai curah
hujan >200 mm, sedangkan bulan kering mempunyai curah hujan 25 cm) pada
setiap lapisan tanah. Persentase bahan kasar dibedakan atas :
Sedikit


: < 15 %

Sedang

: 15 - 35 %

Banyak

: 35 - 60 %

Sangat banyak

: > 60 %

Kedalaman Tanah
Kedalaman tanah, dibedakan menjadi:
Sangat dangkal : < 20 cm

Universitas Sumatera Utara

Dangkal

: 20 - 50 cm

Sedang

: 50 - 75 cm

Dalam

: > 75 cm

Ketebalan Gambut
Ketebalan gambut, dibedakan menjadi:
Tipis

: < 50 cm

Sedang

: 50 - 100 cm

Agak tebal

: 100 - 200 cm

Tebal

: 200 - 300 cm

Sangat tebal

: 300 cm

Penilaian kesesuaian lahan untuk parameter ketebalan gambut, selain
mengacu pada kebutuhan tanaman yang didasarkan pada Keppres No. 32 Tahun
1990 tentang pengelolaan kawasan lindung (pasal 10) bahwa ketebalan gambut
untuk pertanian dibatasi hingga 300 cm.
Alkalinitas
Alkalinitas menggambarkan jumlah basa yang terkandung dalam air.
Ditetapkan berdasarkan exchangeable sodium percentage atau ESP (%) yaitu :

ESP =

Na Dapat Tukar x 100
KTK Tanah

Universitas Sumatera Utara

Nilai ESP 15% sebanding dengan nilai sodium adsorption ratio atau SAR sebesar
13. SAR ditentukan menggunakan persamaan berikut :

SAR =

−� ±

Ca++ + Mg ++
2

2� �
Bahaya Erosi

Tingkat bahaya erosi dapat diprediksi berdasarkan kondisi lapangan, yaitu
dengan cara memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi
alur (rill erosion), dan erosi parit (gully erosion). Pendekatan lain untuk
memprediksi tingkat bahaya erosi yang relatif lebih mudah dilakukan adalah
dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun,
dibandingkan tanah yang tidak tererosi yang dicirikan oleh masih adanya horizon
A. Horizon A biasanya dicirikan oleh warna gelap karena relatif mengandung
bahan organik yang lebih tinggi. Tingkat bahaya erosi tersebut disajikan dalam
Tabel 3.4.
Tabel 3.4
Tingkat Bahaya Erosi
Tingkat bahaya erosi
Sangat ringan (sr)
Ringan (r)
Sedang (s)
Berat (b)
Sangat berat (sb)
Sumber : Ritung et al. (2007).

Jumlah tanah permukaan
yang hilang (cm/tahun)
< 0,15
0,15 - 0,9
0,9 - 1,8
1,8 - 4,8
> 4,8

Universitas Sumatera Utara

Lereng
Batas atas lereng untuk budidaya pertanian selain mempertimbangkan
keberlanjutan usaha pertanian dan resiko terhadap lingkungan, penetapan batas
atas lereng untuk budidaya pertanian sebesar 40% mengacu pada Keppres No. 32
Tahun1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung (Pasal 8). Pengelompokkan
kecuraman lereng terdapat pada Tabel 3.5. berikut:
Tabel 3.5.
Bentuk Wilayah dan Kelas Lereng
Relief
Datar
Berombak/agak melandai
Bergelombang
Berbukit
Bergunung
Bergunung curam
Bergunung

%
60

Sumber : Ritung et al. (2007).
Bahaya Banjir/Genangan
Banjir ditetapkan sebagai kombinasi pengaruh dari: kedalaman banjir (X)
dan lamanya banjir (Y). Kedua data tersebut dapat diperoleh melalui wawancara
dengan penduduk setempat di lapangan. Bahaya banjir dengan simbol Fx,y.
(dimana x adalah symbol kedalaman air genangan, dan y adalah lamanya banjir)
disajikan dalam Tabel 3.6. berikut:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3. 6.
Kelas Bahaya Banjir
Simbol
F0
F1

Kelas bahaya
Banjir
Tidak ada
Ringan

F2

Sedang

F3

Agak berat

F4

Berat

Kedalaman banjir (x)
(cm)
Dapat diabaikan
150

Lama banjir (y)
(bulan/tahun)
Dapat diabaikan
6

Sumber : Ritung et al. (2007).
Kemasaman tanah
Keasaman tanah ditentukan atas dasar pH tanah pada kedalaman 0-20 cm
dan 20-50 cm dengan kelas keasaman (pH) tanah pada Tabel 3.7 berikut.
Tabel 3.7.
Kelas Kemasaman (pH) Tanah
Kelas
Sangat
Masam
Agak masam
Netral
Agaka alkalis
Alkalis
Sumber : Ritung et al. (2007).

pH tanah
< 4,5
4,5 - 5,5
5,6 - 6,5
6,6 - 7,5
7,6 - 8,5
> 8,5

Universitas Sumatera Utara

3.6. Model Analisis Data
3.6.1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan
penjelasan karakteristik lahan dan arahan penggunaan lahan untuk pengembangan
komoditas di Kabupaten Nias Barat. Selain itu, analisis deskriptif juga akan
memberikan penjelasan dan penjabaran hasil analisis kuantitatif yang telah diolah
komputer untuk melihat karakteristik lahan dalam bentuk Satuan Peta Kesesuaian
Lahan (SPKL) serta melihat komoditas unggulan yang akan dikembangkan.
3.6.2. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif digunakan untuk menghitung seberapa besar variabelvariabel kualitas lahan yang mempengaruhi arahan penggunaan lahan untuk
pengembangan komoditas pertanian di Kabupaten Nias Barat. Kualitas lahan dan
arahan penggunaan lahan untuk pengembangan komoditas pertanian di Kabupaten
Nias Barat merupakan dua hal yang tidak dapat berdiri sendiri. Keduanya

memiliki hubungan dua arah yang saling berkaitan. Analisa kuantitatif juga
digunakan untuk menentukan komoditas unggulan yang dikembangkan.
3.5.3. Alur Kerja Pembuatan Peta Kesesuaian Lahan Potensial
Karakteristik lahan dapat diketahui dengan menggabungkan sifat-sifat
lahan dan lingkungannya yang diperoleh dari peta/data tanah, peta/data iklim dan
peta/data bentuk lahan. Karakteristik diuraikan pada setiap satuan peta lahan
(SPL) dari peta tanah. Setelah karakteristik lahan diperoleh, maka selanjutnya
adalah mencocokkan karakteristik lahan pada setiap SPL dengan persyaratan
tumbuh . Hasil dari pencocokkan tersebut dapat berupa kelas dan sub kelas

Universitas Sumatera Utara

kesesuaian lahan dari tanaman yang dinilai yang ditentukan oleh faktor pembatas
terberat. Selanjutnya untuk memperoleh kesesuaian lahan aktual dari berbagai
komoditas yang sesuai, perlu dipertimbangkan komoditas unggulan sehingga
mengahasilkan peta kesesuaian lahan potensial.
Secara ringkas, alur kerja pembuatan peta dalam penelitian ini digambarkan
sebagai berikut:
Data/Peta Iklim:
- Temperatur Udara
- Curah Hujan
- Kelembaban

Data/Peta Tanah:
- Jenis Tanah
- Drainase,
Tekstur, KTK,
pH, C-Organik,
N-Total, P2O5,
K2O, Salinitas,
Batuan
Permukaan

Data/Peta
Bentuk Lahan:
- Lereng
- Lama Genangan
Banjir
- Batuan
Permukaan

Karakteristik
Pencocokkan

Persyaratan Tumbuh
Tanaman (komoditas
unggulan)

Kesesuaian Lahan Aktual
Pengelolaan
Lahan
Peta Kesesuaian Lahan
Potensial

Gambar 2. Alur Kerja Pembuatan Peta Kesesuaian Lahan Potensial

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Kabupaten Nias Barat
4.1.1.1. Sejarah Pengembangan Kabupaten Nias Barat
Kabupaten Nias Barat merupakan salah satu Kabupaten dari pemekaran
Kabupaten Nias menjadi 3 kabupaten dan 1 kota yaitu Kabupaten Nias,
Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat dan Kota Gunungsitoli.
Pemerintah telah melakukan pengkajian secara mendalam dan menyeluruh
mengenai kelayakan pembentukan daerah dan berkesimpulan bahwa pemerintah
perlu membentuk Kabupaten Nias Barat. Pembentukan Kabupaten Nias Barat
tercantum dalam Undang-Undang RI No. 46 Tahun 2008 tentang Pembentukan
Kabupaten Nias Barat di Provinsi Sumatera Utara.
4.1.1.2. Letak Geografis dan Batas Administrasi
Secara geografis Nias Barat terletak 0012’ –0032’ LU dan 970–980 BT
dengan keberadaan ketinggian 0 – 800 meter di atas permukaan laut. Kabupaten
ini memiliki wilayah seluas 47.072,38 hektar dengan batas-batas sebagai berikut :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tugala Oyo Kabupaten Nias
Utara;
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Botomuzoi, Kecamatan Hili
serangkai, Kecamatan Gido, dan Kecamatan Mau Kabupaten Nias;

Universitas Sumatera Utara

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Lolowau Kabupaten Nias
Selatan; dan
• Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.
Kabupaten Nias Barat terbagi ke dalam 8 wilayah kecamatan dan
105 desa/kelurahan dengan Jumlah Penduduk pada tahun 2014 sebesar 90.459
Jiwa. Adapun luas masing-masing kecamatan sebagaimana disajikan dalam
Tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1
Luas Wilayah Kabupaten Nias Barat Menurut Kecamatan
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Kecamatan
Sirombu
Lahomi
Ulu Moro’o
Lolofitu Moi
Mandrehe Utara
Mandrehe
Mandrehe Barat
Moro’o
Jumlah

Luas (Km)

Pesentase (%)

8.342,26
5.105,82
3.459,90
5.678,70
6.908,08
7.320,36
4.677,43
5.908,08
47.072,38

17,72
16,25
7,35
12,06
13,98
15,55
9,94
12,55
100,00

Sumber : Bappeda Kabupaten Nias Barat, 2015.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

4.1.1.3. Kependudukan

Sampai dengan tahun 2014, jumlah penduduk kabupaten Nias Barat
mencapai 90.459

jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 19.183 KK.

Tingkat kepadatan penduduk mencapai 166 jiwa/Km2 (Tabel 4.1). Berdasarkan
jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki mencapai 44.076 jiwa dan jumlah
penduduk perempuan sebesar 46.383 jiwa yang dapat dilihat pada Tabel 4.2
berikut
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga Kabupaten Nias Barat Menurut
Kecamatan Tahun 2014
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Kecamatan
Sirombu
Lahomi
Ulu Moro’o
Lolofitu Moi
Mandrehe Utara
Mandrehe
Mandrehe Barat
Moro’o
Jumlah

Jumlah Penduduk
(Jiwa)
11.178
9.500
8.004
10.840
9.496
22.203
8.514
10.724
90.459

Jumlah Rumah Tangga
(KK)
2.576
2.072
1.648
2.238
1.992
4.638
1.814
2.205
19.459

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Nias Barat, 2015

4.1.1.4. Penggunaan Lahan di Kabupaten Nias Barat.
Penggunaan lahan di Kabupaten Nias Barat terdiri dari lahan terbangun
dan lahan non terbangun. Lahan terbangun meliputi : permukiman sedangkan
lahan non terbangun meliputi perkebunan, hutan, pertanian lahan kering, sawah,
rawa gambut, badan air, dan semak belukar.

Universitas Sumatera Utara

4.1.1.5. Pengembangan Pertanian di Dalam RTRW Kabupaten Nias Barat
Tahun 2011- 2031
Pengembangan pertanian tertuang dalam penataan ruang untuk pertanian
pada Pasal 28 paragraf kedua Peraturan daerah Kabupaten Nias Barat Nomor 12
Tahun 2014 tentang Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat Tahun 20142034 dimana kawasan peruntukan pertanian meliputi Kawasan pertanian lahan
basah, kawasan pertanian lahan kering dan kawasan pertanian hortikultura.
Pengembangan lahan pertanian lahan basah dengan luas lebih kurang
3.109 ha yang berada hampir di seluruh kecamatan, kecuali di kecamatan Lolofitu
Moi. Sedangkan pengembangan pertanian lahan kering dengan luas lebih kurang
15.681 ha direncanakan menyebar di seluruh kecamatan baik skala besar maupun
kecil.
Salah satu pengembangan lahan pertanian kering diarahkan pada kawasan
peruntukan perkebunan. Adapun tanaman perkebunan yang akan dikembangkan
di Kabupaten Nias Barat: karet, kelapa, kakao yang tersebar di seluruh kecamatan
dengan luas lebih kurang 5.061 ha.
Kawasan peruntukan peternakan ditetapakan yakni; kawasan peternakan
besar seperti sapi diarahkan di kecamatan Sirombu dan Mandrehe, sedangkan
kawasan peternakan kecil dan unggas menyebar di seluruh kecamatan.
4.1.1.6. Kawasan Pemukiman
Kawasan pemukiman penduduk di Kabupaten Nias Barat memiliki luas
181,76 ha yang

tidak direkomendasikan untuk pengembangan komoditas

pertanian yang dapat di lihat pada Gambar 4.2. berikut.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

4.1.1.7. Kawasan Hutan
Pengembangan Komoditas Pertanian perlu mempertimbangkan kawasan
kehutanan. Hal ini diperkuat

dengan adanya pembatasan pemanfaat lahan

kehutanan menjadi lahan pertanian atau penggunaan lainnya seperti termuat dalam
penetapan peta indikatif penundaan pemberian izin baru pemanfaatan hutan,
penggunaan kawasan hutan dan perubahan peruntukaan kawasan hutan dan areal
penggunaan lain (Revisi VII) melalui Keputusan Menteri Republik Indonesia
Nomor SK. 3706/Menhut-VII/IPSDH/2014 yang dapat dilihat pada Gambar 4.3
berikut.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

4.1.2. Karakter Iklim
4.1.2.1. Temperatur Udara
Sebaran temperatur udara di wilayah Kabupaten Nias Barat merata di
seluruh tempat 26.1 0C. Rincian distribusi suhu pada Tabel 4.3 dan Gambar
berikut.
Tabel 4.3
Jumlah Temperatur di Kabupaten Nias Barat Tahun 2001-2015
No
Tahun
1
2001
2
2002
3
2003
4
2004
5
2005
6
2006
7
2007
8
2008
9
2009
10
2010
11
2011
12
2012
13
2013
14
2014
15
2015
Rata-rata

Rata-rata (0C)
26,1
26,0
26,0
26,0
26,0
26,0
26,0
25,9
26,2
26,5
26,1
26,1
26,3
26,1
26,1
26,1

Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Sampali Medan, 2015

4.1.2.2. Curah Hujan
Kondisi sebaran curah hujan di Kabupaten Nias Barat berkisar dari
2.956,20 mm/tahun. Selain itu ketersediaan air ini semestinya dapat dikelola
untuk memenuhi kebutuhan sumber air. Rincian distribusi curah hujan pada Tabel
4.4 berikut.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.4
Curah Hujan di Kabupaten Nias Barat Tahun 2001- 2015
No
Tahun
1
2001
2
2002
3
2003
4
2004
5
2005
6
2006
7
2007
8
2008
9
2009
10
2010
11
2011
12
2012
13
2013
14
2014
15
2015
Rata-rata

Jumlah (mm/tahun)
2.746
3.080
3.307
2.973
2.068
2.635
3.406
2.976
2.135
3.203
3.476
3.261
2.989
2.467
3.621
2.956,20

Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Sampali Medan, 2015

4.1.2.3. Kelembaban
Sebaran kelembaban di wilayah Kabupaten Nias Barat merata di seluruh
tempat yaitu 89,55 %. Rincian distribusi kelembabab pada Tabel 4.5. berikut.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.5
Jumlah Kelembaban di Kabupaten Nias Barat Tahun 2001-2015
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Rata-rata

Rata-rata (%)
89,42
90,33
90,33
89,75
89,67
89,25
88,83
89,92
90,92
90,75
88,83
88,83
87,58
89,33
89,50
89,55

Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Sampali Medan, 2015

4.1.2.4. Jumlah Bulan Kering dan Bulan Basah
Dalam menentukan banyaknya bulan kering dan bulan basah dalam
penelitian ini berdasarkan oldeman. Bulan basah adalah bulan yang mempunyai
curah hujan > 200 mm, sedangkan bulan kering mempunyai curah hujan < 100
mm sedangkan bulan lembab mempunyai curah hujan antara 100 mm dan 200
mm yang dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.6.
Jumlah Bulan Kering Tahun 2001- 2015
No

Tahun

2001
1
2002
2
2003
3
2004
4
2005
5
2006
6
2007
7
2008
8
2009
9
2010
10
2011
11
2012
12
2013
13
2014
14
2015
15
Rata-rata

Jumlah Bulan Kering
(Bulan)
0
0
0
0
2
1
0
1
2
0
0
0
1
1
0
0,53

Keterangan
Februari dan Agustus
Mei
Februari
Februari dan Juni
Maret
Februari
-

Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Sampali Medan, 2015

Dari Tabel 5.6 di atas diperoleh bahwa jumlah bulan kering dalam rentan
waktu 2001- 2015 adalah 0,53 bulan, bulan basah sebanyak 9 bulan dan bulan
lembab sebanyak 2 bulan.
4.1.3. Media Perakaran
Drainase dan Tekstur
Karakteristik lahan yang dinilai terdiri dari drainase dan tekstur.
Karakteristik lahan drainase sebagai faktor pembatas yang paling mempengaruhi
hanya dijumpai di di dataran pada tanah-tanah hapludulfs, humitropepts,
tropaquepts, troporthents yang mempunyai drainase agak terhambat, sementara
karakteristik lahan drainase sebagai faktor pembatas terkecil di jumpai pada tanah
dystropepts, fluvaquents dan tropohemist yang mempunyai drainase sedang.

Universitas Sumatera Utara

Karakter tekstur sebagai pembatas yang paling banyak menghambat pertumbuhan
tanaman yaitu pada tanah dystropepts, fluvaquents dan tropohemist yaitu yaitu
mulai dari tekstur pasir berlempung sampai bertekstur pasir, sedangkan tanahtanah lainnya bertekstur lempung, lempung berpasir dan lempung liat berpasir.
4.1.4. Retensi Hara
Kapasitas Tukar Kation, pH H20 dan C-Organik
Karakteristik lahan yang dinilai terdiri dari Kapasitas Tukar Kation
(KTK), pH H20 dan C-Organik. Daerah penelitian ini dicirikan oleh nilai kapasitas
tukar kation mulai dari sangat rendah, rendah dan sedang. Dari karakteristik lahan
yang dinilai dari pH H20 diperoleh bahawa tanah di daerah penelitian sangat
masam dan masam. Sementara dinilai dari C-organik diperoleh bahwa tanah di
daerah penelitian digolongkan dalam sangat rendah sampai rendah. Berdasarkan
nilai yang diperoleh bahwa kapasitas tukar kation yang sangat rendah sampai
sedang, pH H20 yang sangat masam sampai masam, serta C-organik yang rendah
dan sangat rendah dapat merupakan faktor pembatas penggunaan lahan daerah ini.
Tingkat kemasaman yang sangat rendah dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman.
4.1.5. Hara Tersedia
N Total, P205 dan K20
Ketersediaan hara N , P, K dan C organik dillokasi penelitian sangat
beragam. Ketersedian N termasuk dalam kategori rendah dan sangat rendah yang
tersebar hampir di seluruh jenis tanah di wilayah Kabuapaten Nias Barat dan
merupakan faktor pembatas. Ketersedian P juga merupakan faktor pembatas yang

Universitas Sumatera Utara

dikategorikan

sangat

rendah

pada

jenis

tanah

dystropets,

fluvaquents,

humitropepts, tropaquents, tropaquepts,tropohemist. Sedangkan pada jenis tanah
hupludults P tergolong sedang dan hanya pada jenis tanah troporthents P bernilai
tinggi. Sementara Ketersedian unsur K tidak menjadi faktor pembatas di tempat
penelitian yang dikategorikan sedang dan tinggi.
4.1.6. Penyiapan Lahan
Batuan di Permukaan
Batuan permukaan di wilayah penelitian tidak menjadi faktor pembatas
dan tidak berpengaruh pada penyiapan lahan pertanian. Batuan permukaan
terdapat pada jenis tanah hupludult, humitropepts,tropaquepts dengan banyaknya
2 %, dan pada jenis tanah tropothents 3%. Sementara pada jenis tanah yang lain
hampir tidak ditemukan.
4.1.7. Karakter Faktor fisik dasar lahan.
4.1.7.1. Topografi.
Kondisi wilayah Kabupaten Nias Barat berdasarkan ketinggian lahan dari
permukaan laut berkisar antara 0 meter di atas permukaan laut (mdpl) sampai
dengan 500 mdpl. Titik paling tinggi adalah 471,05 mdpl. Sebagian besar wilayah
Kabupaten Nias Barat berada > 50 mdpl. Lebih jelasnya luas wilayah Kabupaten
Nias Barat berdasarkan kondisi topografi disajikan dalam Tabel 4.7 berikut ini.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.7
Luas Lahan Wilayah Kabupaten Nias Barat
Berdasarkan Kondisi Topografi
No
1
2
3
4
5
6

Topografi
< 50 mdpl
50- 100 mdpl
100- 200 mdpl
200- 300 mdpl
300- 400 mdpl
400- 500 mdpl
Jumlah

Luas
(Ha)
20.030,45
9.227,18
11.752,68
5.186,04
1.709,52
278,38
48.184,25

Proporsi (%)
41,57
19,15
24,39
10,76
3,55
0,58
100

Sumber : Bappeda Kabupaten Nias Barat, 2014

4.1.7.2. Kemiringan Lereng.
Sebaran kemiringan lereng di Kabupaten Nias Barat dengan kelas
kemiringan lereng terdiri dari :
1. Lahan dengan kondisi kemiringan 0- 3 % pada umumnya memiliki bentuk
permukaan datar dengan luas hanya 10.182,72 Ha dengan porsi 21,63 %.
2. Lahan dengan kondisi kemiringan 3- 8 % seluas 5.896,98 Ha, dengan bentuk
yang berombak/ agak melandai dengan porsi 12,53 %.
3. Lahan dengan kondisi kemiringan 8- 15 % merupakan bentuk berombak/
melandai seluas 15.118,72 Ha dengan porsi terbesar terbesar yaitu 32,12 % dari
total luas keseluruhan wilayah.
4. Wilayah perbukitan dengan kondisi kemiringan 15- 30 % dengan luas
13.555,63 Ha dengan porsi kedua terbesar yaitu 28,80 % dari keseluruhan dari
total luas keseluruhan wilayah.
5. Wilayah bergunung dengan kondisi kemiringan 30- 40 % dengan luas 2.158,65
Ha dengan porsi 4,59 % dari keseluruhan luas wilayah Kabupaten Nias Barat,

Universitas Sumatera Utara

6. Wilayah pegunungan dan kondisi kemiringan >40%, bentuk permukaannya
curam bervariasi terjal, umumnya dijumpai sebagai kerucut. Wilayah
pegunungan ini memiliki luas 159,69 Ha dengan porsi yang paling kecil yakni
0,34 Ha dari total luas keseluruhan wilayah.
Klasifikasi bentuk lereng di Kabupaten Nias Barat dapat dilihat pada
Tabel 4.8 berikut.
Tabel 4.8
Luas Lahan Wilayah Kabupaten Nias Barat
Berdasarkan Kemiringan Lereng.

No

Lereng (%)

1
2
3
4
5
6

Luas
(Ha)

0- 3 %
10.182,72
3- 8 %
5.896,98
8- 15 %
15.118,72
15- 30 %
13.555,63
30- 40
2.158,65
> 40%
159,69
Jumlah
4.7072,38
Sumber : Bappeda Kabupaten Nias Barat, 2014

Proporsi (%)
21,63
12,53
32,12
28,80
4,59
0,34
100

Berdasarkan klasifikasi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa lahan
datar di wilayah Kabupaten Nias Barat ini terdapat sekitar 21,63 % yang
merupakan lahan dengan tingkat kemiringan 0- 3 %. Dan 78,72 % merupakan
lahan dengan kondisi kemiringan > 3 %. Klasikasi lereng Kabupaten Nias Barat
dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

4.1.7.3. Jenis Tanah.
Identifikasi Jenis tanah di wilayah Kabupaten Nias Barat dari pembacaan
peta jenis tanah yang bersumber dari Badan Pengkajian dan Teknologi Pertanian
(BPTP) Medan. Jenis tanah yang terdapat di wilayah Kabupaten Nias Barat yaitu :
fluvaquents, hydraquents, tropaquepts, humitropepts, tropohemists, dystropepts,
troporthents dan hapludulfs yang disajikan pada Tabel 4.9 berikut.
Tabel 4.9
Luas Lahan Wilayah Kabupaten Nias Barat
Berdasarkan Jenis Tanah.
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Jenis Tanah
Fluvaquents
Tropaquents
Tropaquepts
Humitropepts
Tropohemists
Dystropepts
Troporthents
Hapludulfs
Jumlah

Luas
(Ha)
3.227,3
645,19
5.207,34
16.125,10
1.853,00
758,02
1.897,74
17.358,67
47.072,38

Proporsi (%)
6,86
1,37
11,06
34,26
3,94
1,61
4,03
36,88
100,00

Sumber : BPTP Medan, 2014

Berdasarkan klasifikasi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa jenis
tanah yang paling luas tersebar di wilayah Kabupaten Nias Barat ini yakni tanah
Hapludulfs dengan luas 17.358,67 Ha dengan porsi 36,88 % dan kedua terluas
yakni jenis tanah Humitropepts dengan porsi 16.125,10 Ha dengan porsi 34,36
Ha. Sementara itu jenis tanah yang paling sedikit tersebar yakni tropaquents
dengan luas sebesar 645,19 Ha dengan porsi 1,37 %. Sebaran jenis tanah ini dapat
dilihat dari Gambar 4.5 berikut.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

4.1.7.3. Rawan Banjir.
Identifikasi Lahan Rawan Banjir di wilayah Kabupaten Nias Barat dari
pembacaan peta jenis tanah menurut Bappeda Kabupaten Nias Barat. Lahan
Rawan Banjir yang terdapat di 3 Kecamatan wilayah Kabupaten Nias Barat yakni
Kecamatan Mandrehe, Kecamatan Mandrehe Barat dan Kecamatan Lahomi.
Bahaya banjir di daerah penelitian hanya disebabkan oleh genangan yang
dipengaruhi oleh meluapnya 2 sungai besar yakni Sungai Moro’o dan Sungai
Lahomi yang melintasi beberapa wilayah dataran rendah. Bahaya banjir akan
terjadi yaitu pada saat puncak musim hujan, akan tetapi genangan air ini tidak
terlalu lama yaitu bisa surut dalam 1 hari saja. Dataran yang terkena banjir dapat
dilihat pada Tabel 4.10 dan Gambar 4.6 berikut.
Tabel 4.10
Luas Lahan Wilayah Kabupaten Nias Barat
Berdasarkan Kerawanan Banjir.
No Karakter Lahan
1
2

Rawan banjir
Tidak Rawan banjir
Jumlah

Luas Genangan
(Ha)
534,82
46.537,56
47.072,38

Lama Genangan
(hari)
1
1

Sumber : Bappeda Kabupaten Nias Barat, 2014

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

4.1.8. Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Pengembangan Komoditas
Pertanian
Penentuan Kesesuaian Lahan di daerah penelitian dilakukan sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan dalam petunjuk teknis evaluasi lahan untuk pertanian
yang dikeluarkan oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya
Lahan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian
Pertanian Tahun 2011. dan cara memprediksi karakteristik lahan secara praktis di
lapangan. Dalam Juknis tersebut memuat tentang karakateristik lahan dan cara
meprediksi karakteristik lahan secara praktis di lapangan dan kriteria
pengelompokkannya.
Teknis analisis kesesuaian lahan dalam penelitian

ini adalah sebagai

berikut:
1. Menyiapkan data shapefile dari semua peta iklim, peta tanah dan peta bentuk
lahan.
2. Melakukan overlay semua peta sehingga diperoleh karakateristik lahan dalam
bentuk satuan peta lahan (SPL)
3. Menentukan komoditas unggulan di daerah penelitian dengan menggunakan
alat analisis LQ, Shift share, dan Tipologi Klassen.
4. Mencocokkan (matching) antara satuan peta tanah dengan persyaratan tumbuh
tanaman/penggunaan lahan pada komoditas unggulan sehingga diperoleh
kesesuaian lahan aktual.
5. Dengan memberikan usaha perbaikan dengan tingkat pengelolaannya pada
penggunaan lahan aktual sehingga diperoleh kesesuaian lahan potensial.
6. Membuat layout peta sehingga diperoleh peta kesesuaian lahan dan
informasinya.

Universitas Sumatera Utara

4.1.9. Analisis Komoditas Unggulan
4.1.9.1. Analisis Location Quotients (LQ)
Untuk mengetahui komoditas potensial di suatu daerah, alat analisis yang
digunakan adalah dengan melihat Location Quotients (LQ), yang merupakan
perbandingan kontribusi masing-masing sektor terhadap luas lahan komoditas
pertanian, nilai produksi komoditas pertanian dan jumlah tenaga kerja pada
komoditas pertanian Kabupaten Nias Barat dengan luas lahan komoditas
pertanian, nilai produksi komoditas pertanian dan jumlah tenaga kerja pada
komoditas pertanian Provinsi Sumatera Utara. Jika nilai LQ > 1 maka komoditas
tersebut dapat dikatakan komoditas potensial (basis). Apabila nilai LQ < 1 maka
komoditas tersebut bukan merupakan komoditas potensial (non basis).
Berdasarkan hasil analisis pada luas lahan komoditas pertanian maka
nilai LQ luas lahan masing- masing komoditas pertanian di Kabupaten Nias Barat
Tahun 2010- 2014 dapat dilihat pada Tabel 4.11. Dari tabel tersebut dapat
diketahui bahwa ada 6 (enam) komoditas yang nilai LQ nya lebih besar dari satu,
yaitu komoditas karet, kelapa, pinang, kakao, Ubi Jalar dan cengkeh. Keenam
komoditas tersebut adalah basis artinya luas lahannya sudah mencukupi
kebutuhan daerah tersebut bahkan mencari lahan lain untuk dikembangkan.
Sementara selebihnya lebih kecil dari satu disebut komoditas bukan basis artinya
luas lahan di daerah tersebut sangat terbatas dan tidak mecukupi untuk kebutuhan
daerahnya.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.11
Hasil Analisis LQ Luas Lahan Pertanian Kabupaten Nias Barat
Tahun 2010- 2014

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

Komoditas
Kelapa
Pinang
Kakao
Karet
Ubi Jalar
Cengkeh
Kopi Robusta
Durian
Kangkung
Padi
Duku
Nangka
Ubi Kayu
Bayam
Rambutan
Jambu Air
Cab e
Manggis
Nilam
Pisang
Pepaya
Buncis
Belimbing
Kacang Tanah
Mangga
Aren
Jambu Bij
Kopi Arabika
Jagung
Kemiri
Jeruk
Nenas

LQ Luas Lahan Komoditas Pertanian
Kabupaten Nias Barat
2010
2011
2012
2013
3,53
3,50
3,33
3,27
2,44
2,75
2,50
2,39
2,28
2,38
2,23
2,20
2,20
2,08
2,12
2,05
0,20
2,35
1,60
1,23
1,50
1,21
0,97
0,90
0,84
0,75
0,73
0,76
0,25
0,21
0,85
0,87
0,28
0,30
0,65
0,91
0,46
0,44
0,42
0,44
0,21
0,10
0,41
0,49
0,26
0,31
0,27
0,26
0,02
0,35
0,51
0,22
0,09
0,10
0,53
0,52
0,03
0,03
0,42
0,49
0,18
0,17
0,34
0,35
0,06
0,07
0,45
0,46
0,21
0,16
0,27
0,25
0,09
0,16
0,31
0,16
0,11
0,12
0,20
0,25
0,14
0,12
0,20
0,14
0,09
0,11
0,17
0,19
0,10
0,10
0,09
0,17
0,13
0,06
0,07
0,18
0,05
0,04
0,06
0,07
0,03
0,05
0,05
0,05
0,01
0,01
0,07
0,10
0,05
0,05
0,04
0,04
0,01
0,04
0,04
0,02
0,01
0,01
0,01
0,01
0,00
0,01
0,01
0,00
0,01
0,01
0,01
0,01

2014
3,02
2,15
2,13
1,89
0,55
0,87
0,70
0,70
0,43
0,41
0,61
0,38
0,26
0,13
0,32
0,23
0,13
0,25
0,29
0,21
0,16
0,08
0,16
0,09
0,09
0,09
0,07
0,04
0,02
0,02
0,00
0,01

Ratarata
3,33
2,45
2,24
2,07
1,19
1,09
0,75
0,57
0,52
0,43
0,36
0,30
0,27
0,27
0,26
0,25
0,23
0,23
0,20
0,18
0,15
0,13
0,12
0,11
0,06
0,05
0,05
0,04
0,02
0,01
0,01
0,01

Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan Kabupaten Nias Barat, 2014

Dari hasil analisis LQ pada nilai produksi komoditas pertanian pertanian
di Kabupaten Nias Barat Tahun 2010-2014, diperoleh ada 11 (sebelas)

Universitas Sumatera Utara

komoditas yang nilai LQ nya lebih besar dari satu, yaitu komoditas cengkeh,
kelapa, kakao, karet, pinang, kangkung, cabe, ubi kayu, ubi jalar, bayam dan
nilam. Komoditas yang nilai LQ nya lebih dari satu tersebut termasuk dalam
komoditas basis artinya produksi komoditas tersebut dapat memenuhi kebutuhan
dalam daerahnya dan bahkan dapat diekspor di tempat lain, sedangkan komoditas
lain nilai LQ nya lebih kecil dari satu, artinya produksi yang dihasilkan tidak
dapat memenuhi kebutuhan dalam daerahnya sendiri. Rincian nilai LQ nya dapat
di lihat pada Tabel 4.12 berikut.
Tabel 4.12
Hasil Analisis LQ Nilai Produksi Komoditas Pertanian Kabupaten Nias Barat
Tahun 2010- 2014
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

Komoditas
Cengkeh
Kelapa
Kakao
Karet
Pinang
Kangkung
Cab e
Ubi Kayu
Ubi Jalar
Bayam
Nilam
Padi
Duku
Kopi Robusta
Buncis
Pepaya
Rambutan
Durian
Nangka
Pisang
Manggis
Kacang Tanah
Jambu Air

2010
9,41
7,12
3,60
3,73
1,76
0,95
0,19
0,86
0,22
0,29
0,64
0,59
0,18
0,45
0,24
0,40
0,01
0,02
0,04
0,06
0,09
0,12
0,04

LQ Nilai Komoditas Pertanian
Kabupaten Nias Barat
2011
2012
2013
7,28
5,17
4,11
7,98
4,64
4,83
5,25
3,26
3,88
2,00
1,57
2,07
2,04
1,99
2,94
0,60
2,32
4,46
2,58
2,19
3,38
2,25
3,96
0,61
2,82
1,89
1,60
0,39
2,43
2,87
0,82
0,81
1,24
0,80
0,93
0,97
0,11
0,57
0,98
0,84
0,89
0,95
0,43
0,77
1,08
0,23
0,52
0,58
0,01
0,26
1,05
0,02
0,32
0,50
0,07
0,08
0,50
0,09
0,34
0,33
0,07
0,10
0,49
0,17
0,15
0,34
0,04
0,08
0,10

2014
5,97
6,46
5,27
4,32
3,35
2,74
1,22
0,41
0,88
0,72
1,73
1,40
2,67
1,25
0,46
1,23
0,49
0,67
0,85
0,37
0,40
0,33
0,14

Ratarata
6,39
6,21
4,25
2,74
2,42
2,21
1,91
1,62
1,48
1,34
1,05
0,94
0,90
0,88
0,60
0,59
0,37
0,31
0,31
0,24
0,23
0,22
0,08

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.12. Lanjutan
LQ Nilai Komoditas Pertanian
Kabupaten Nias Barat
No
24
25
26
27
28
29
30
31
32

Komoditas
Mangga
Aren
Jagung
Jambu Bij
Kopi Arabika
Belimbing
Kemiri
Jeruk
Nenas

2010

2011

2012

2013

2014

0,02
0,03
0,02
0,01
0,05
0,01
0,01
0,00
0,01

0,03
0,06
0,05
0,01
0,03
0,04
0,01
0,00
0,01

0,05
0,04
0,11
0,04
0,02
0,02
0,00
0,01
0,01

0,07
0,05
0,04
0,13
0,02
0,05
0,00
0,00
0,01

0,20
0,16
0,04
0,07
0,04
0,02
0,05
0,00
0,02

Ratarata
0,08
0,07
0,05
0,05
0,03
0,03
0,01
0,01
0,01

Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan Kabupaten Nias Barat, 2014

Dari hasil analisis LQ pada jumlah tenaga kerja pertanian di Kabupaten
Nias Barat Tahun 2010- 2014 , diperoleh ada 7 (tujuh) komoditas yang nilai LQ
nya lebih besar dari satu, yaitu komoditas kelapa, pinang, kakao, karet, ubi jalar,
cengkeh dan kopi robusta. Komoditas tersebut termasuk dalam komoditas basis
yang artinya tenaga kerjanya cukup tersedia bagi daerah tersebut dan bahkan lebih
pada tingkat komoditas yang sama denga provinsi sehingga dapat dipekerjakan di
luar daerahnya. Sedangkan komoditas lain berdasarkan tenaga kerja nilai LQ-nya
lebih kecil dari satu bukan basis, artinya daerah tersebut kekurangan tenaga kerja
pada komoditas yang sama di tingkat provinsi. Rincian analisis LQ-nya dapat di
lihat dapat di lihat pada Tabel 4.13 berikut.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.13
Hasil Analisis LQ Jumlah Tenaga Kerja Pertanian Kabupaten Nias Barat
Tahun 2010- 2014

No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

Komoditas
Kelapa
Pinang
Kakao
Karet
Ubi Jalar
Cengkeh
Kopi Robusta
Durian
Kangkung
Padi
Duku
Nangka
Ubi Kayu
Bayam
Jambu Air
Rambutan
Cab e
Manggis
Nilam
Pisang
Pepaya
Buncis
Belimbing
Kacang Tanah
Mangga
Aren
Jambu Bij
Kopi Arabika
Jagung
Kemiri
Jeruk
Nenas

2010
5,26
3,63
3,40
3,28
0,30
2,24
1,25
0,37
0,41
0,68
0,32
0,38
0,03
0,13
0,27
0,04
0,09
0,31
0,14
0,17
0,21
0,13
0,15
0,20
0,08
0,05
0,02
0,07
0,01
0,02
0,01
0,01

LQ Jumlah Tenaga Kerja Pertanian
Kabupaten Nias Barat
2011
2012
2013
2014
4,82
4,58
4,37
4,45
3,79
3,44
3,20
3,17
3,28
3,06
2,94
3,14
2,86
2,91
3,37
2,78
3,24
2,19
1,64
0,81
1,67
1,34
1,21
1,28
1,03
1,00
1,02
1,03
0,29
1,16
1,16
1,04
0,42
0,90
1,22
0,64
0,60
0,58
0,59
0,61
0,14
0,56
0,65
0,91
0,43
0,38
0,34
0,56
0,48
0,70
0,30
0,38
0,13
0,73
0,69
0,18
0,24
0,46
0,47
0,34
0,04
0,58
0,65
0,47
0,09
0,63
0,61
0,18
0,22
0,37
0,33
0,37
0,23
0,43
0,21
0,42
0,17
0,27
0,33
0,31
0,16
0,28
0,18
0,23
0,15
0,23
0,26
0,12
0,13
0,13
0,23
0,23
0,09
0,09
0,24
0,13
0,06
0,09
0,10
0,14
0,07
0,07
0,07
0,13
0,02
0,09
0,13
0,11
0,06
0,06
0,05
0,05
0,05
0,06
0,02
0,02
0,02
0,01
0,01
0,03
0,01
0,01
0,01
0,00
0,01
0,01
0,01
0,01

Ratarata
4,69
3,45
3,16
3,04
1,64
1,55
1,06
0,80
0,72
0,61
0,51
0,42
0,38
0,38
0,36
0,36
0,32
0,32
0,29
0,25
0,21
0,18
0,18
0,15
0,09
0,08
0,07
0,06
0,03
0,02
0,01
0,01

Sumber : Hasil Analisis, 2016

Universitas Sumatera Utara

4.1.9.2. Analisis Shift Share
Luas Lahan Komoditas Pertanian
Tabel 4.14
Hasil Analisis Shift Share Luas Lahan Komoditas Pertanian
di Kabupaten Nias Barat Tahun 2010- 2014
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

Komoditas
Karet
Padi
Kakao
Ubi Kayu
Ubi Jalar

National Share
-611,91
-232,09
-113,02
-0,53
-2,23

Durian
-0,62
Pinang
-9,55
Jagung
-1,49
Cab e
-0,96
Rambutan
-0,07
Kangkung
-0,53
Duku
-0,16
Aren
-0,11
Bayam
-0,21
Kelapa
-295,63
Nilam
-0,11
Kemiri
-0,11
Jambu Air
-0,08
Mangga
-0,05
Nangka
-0,16
Pisang
-0,43
Manggis
-0,09
Jambu Biji
-0,01
Pepaya
-0,03
Nenas
0,00
Belimbing
-0,01
Jeruk
-0,04
Buncis
-0,27
Kopi Arabika
-2,07
Kopi Robusta
-13,37
Cengkeh
-3,13
Kacang Tanah
-1,43
Total
-1.290,50
Sumber : Hasil Analisis, 2016

Propotional
share
898,14
215,41
78,34
2,02
-3,06
1,91
16,57
-2,30
0,04
-0,22
0,67
0,03
0,23
0,31
215,44
-0,35
0,10
0,33
0,15
-0,20
-1,62
0,12
-0,02
-0,02
0,00
-0,03
-0,06
-0,90
3,01
8,64
6,75
-4,34
1.435,09

Differential
Shift
201,77
206,68
127,68
83,51
35,29
17,25
5,98
15,78
12,42
5,19
4,56
3,34
2,88
1,40
81,49
1,46
1,01
0,57
0,65
0,92
2,47
0,39
0,26
0,08
0,00
0,05
-0,05
0,16
-2,44
0,73
-10,12
-1,73
799,61

Jumlah
488,00
190,00
93,00
85,00
30,00
18,53
13,00
12,00
11,50
4,90
4,70
3,22
3,00
1,50
1,30
1,00
1,00
0,82
0,75
0,56
0,41
0,41
0,23
0,03
0,00
0,00
-0,15
-1,00
-1,50
-4,00
-6,50
-7,50
944,21

Universitas Sumatera Utara

Perkembangan luas lahan komoditas pertanian di Kabupaten Nias Barat
berdasarkan analisis Shift Share tahun 2010–2014 dipengaruhi oleh beberapa
komponen. Pengaruh komponen pertumbuhan nasional (national share) pada
keseluruhan komoditas ini mempunyai efek negatif dalam penambahan luasnya
seperti pada Tabel 4.14 di atas. Pengaruh komponen proporsi (propotional share)
mempunyai nilai positif pada beberapa komoditas yakni karet, kelapa, padi,
kakao, pinang, kopi robusta, cengkeh, kopi arabika, ubi kayu, durian, kangkung,
jambu air, bayam, aren, mangga, manggis, kemiri, cabe, duku dan nenas. Nilai
positif pada beberapa komoditas tersebut kompetitif atau berkembang dengan
daerah lain di Provinsi Sumatera Utara. Kemajuan komoditas ini di sebabkan oleh
unsur-unsur di luar Kabupaten Nias Barat berupa harga dan perdagangan di
daerah lain . Sementara selebihnya berpengaruh negatif, yang artinya
pertumbuhan komoditas pertanian dalam luas lahan relatif lebih lambat
dibandingkan pertumbuhan komoditas yang sama di tingkat provinsi. Pengaruh
komponen keunggulan kompetitif (differential shift) beberapa komoditas
pertanian mempunyai efek positif, kecuali jeruk, kacang tanah, kopi arabika, dan
cengkeh memiliki nilai negatif. Komoditas yang mempunyai nilai positif tersebut
termasuk komoditas maju dibandingkan daerah lain dan memiliki keunggulan
tersendiri. Sedangkan komoditas yang mempunyai nilai negatif

termasuk

komoditas lambat perkembangannya. Untuk jumlah keseluruhan (pergeseran shift
share) mempunyai efek positif, artinya dari keseluruhan komoditas terjadi
penambahan luas komoditas sebesar 125,21 ha, dimana komoditas yang
mengalami penambahan luas yang sangat dominan yaitu komoditas karet sebesar
488 ha, sementara komoditas yang mengalami perngurangan luas

yakni

Universitas Sumatera Utara

komoditas kacang tanah seluas 7,50 ha, cengkeh seluas 6,50 ha, kopi robusta
seluas 4 ha, kopi arabika seluas 1,5 ha, buncis seluas 1 ha dan jeruk seluas
0,15 ha.
Nilai Produksi Komoditas Pertanian
Tabel 4.15
Hasil Analisis Shift Share Nilai Produksi Komoditas Pertanian
Kabupaten Nias Barat Tahun 2010- 2014
No.
1

Komoditas
Padi

National Share

Propotional share

Differential Shift

7.585.995.928,98

-217.055.402,76

18.704.617.473,78

26.073.558.000,00

Jumlah

2

Cab e

741.654.877,45

-897.574.999,41

5.969.563.451,96

5.813.643.330,00

3

Kakao

3.700.110.157,37

231.934.080,19

1.017.955.762,44

4.950.000.000,00

4

Durian

19.946.522,78

44.793.354,31

2.881.160.122,91

2.945.900.000,00

5

Pisang

131.843.891,01

150.323.815,75

2.280.822.293,24

2.562.990.000,00

6

Ubi Jalar

236.124.075,88

-159.825.229,52

1.241.569.893,64

1.317.868.740,00

7
8
9

Ubi Kayu
Duku
Mangga

1.411.562.926,08
23.095.973,74
23.935.827,33

8.189.005.231,90
23.954.402,64
1.453.688,08

-8.377.793.157,98
1.012.149.623,62
404.890.484,59

1.222.775.000,00
1.059.200.000,00
430.280.000,00

10

Cengkeh

140.686.027,09

1.094.511.197,70

-827.485.344,79

407.711.880,00

11

Nangka

12.597.803,86

-16.579.056,97

395.981.253,11

392.000.000,00

12

Kopi Robusta

13

Pinang

14

75.816.383,14

25.012.410,91

287.050.405,95

387.879.200,00

149.002.930,97

-19.985.956,03

190.345.525,06

319.362.500,00

Kangkung

40.811.635,42

49.481.913,04

209.849.111,54

300.142.660,00

15

Jagung

80.048.545,35

53.446.190,50

123.035.264,15

256.530.000,00

16

Manggis

18.161.833,90

24.176.008,31

208.142.157,79

250.480.000,00

17

Pepaya

22.330.044,76

58.326.946,84

166.294.008,39

246.951.000,00

18

Rambutan

4.002.427,27

-4.765.263,43

211.612.836,17

210.850.000,00

19

Buncis

44.382.981,59

-5.843.511,33

58.556.029,74

97.095.500,00

20

Kacang Tanah

27.557.695,94

-31.044.189,78

61.992.493,83

58.506.000,00

21

Bayam

14.732.431,74

-101.370,07

41.088.938,34

55.720.000,00

22

Nenas

11.482.373,31

35.745.334,16

4.522.292,53

51.750.000,00

23

Jambu Air

4.829.158,15

8.380.781,88

36.750.059,98

49.960.000,00

24

Kemiri

1.345.427,96

209.536,03

25.357.236,02

26.912.200,00

25

Jeruk

15.694.763,97

21.711.015,25

-15.285.779,23

22.120.000,00

26

Jambu Biji

4.492.341,86

-9.999.170,42

21.236.828,56

15.730.000,00

27

Aren

1.520.484,94

-759.191,99

12.358.707,05

13.120.000,00

28

Kopi Arabika

67.741.737,64

57.686.269,47

-117.903.257,11

7.524.750,00

29
30
31

Belimbing
Nilam
Kelapa

3.306.923,51
201.426.198,42
2.928.319.850,22

-8.658.063,11
-441.247.921,39
-2.417.162.226,92

-208.860,41
221.838.722,97
-2.376.488.963,30

-5.560.000,00
-17.983.000,00
-1.865.331.340,00

32

Karet
Total

27.988.825.159,30
45.733.385.340,93

-65.360.239.075,33
-59.520.688.451,51

-3.842.126.083,98
20.231.449.530,58

-41.213.540.000,00
6.444.146.420,00

Sumber : Hasil Analisis, 2016

Universitas Sumatera Utara

Perkembangan nilai produksi komoditas pertanian di Kabupaten Nias
Barat berdasarkan analisis Shift Share tahun 2010–2014 dipengaruhi oleh
beberapa komponen. Pengaruh komponen pertumbuhan nasional (national share)
pada keseluruhan komoditas ini mempunyai efek positif dalam penambahan nilai
produksi seperti pada tabel 4.15 di atas. Pengaruh komponen proporsi
(propotional share) mempunyai efek negatif pada total komoditas yaitu – Rp
59.520.688.451,15 yang didominasi oleh karet, kelapa, nilam, pinang, padi, ubi
jalar, cabe, buncis, bayam, rambutaan, jambu biji, nangka dan belimbing. Hal ini
menyebabkan pertumbuhan

nilai komoditas tersebut bertumbuh lambat

dibandingkan komoditas yang sama di tingkat provinsi, sementara komoditas
lainnya bertumbuh cepat termasuk kopi arabika, kopi robusta, kakao, cengkeh,
kemiri, jagung, ubi kayu dan beberapa komoditas lainnya. Pengaruh komponen
keunggulan kompetitif (differential shift) pada total nilai produksi komoditas
pertanian mempunyai efek positif

yaitu Rp 20.231.449.530,58, dimana

didominasi oleh komoditas padi, cabe, durian, pisang, ubi jalar, kakao, duku,
mangga, nangka, kopi robusta, nilam, rambutan, kangkung, nanggis, pinang,
pepaya, jagung, kacang tanah, buncis, bayam, jambu air, kemiri, jambu biji, aren,
dan nenas. Sementara komoditi yang mempunyai nilai negatif yakni ubi kayu,
cengkeh, kakao, karet, kelapa, jeruk dan kopi arabika. Untuk jumlah keseluruhan
(pergeseran shift share) mempunyai efek positif, artinya dari keseluruhan