Evaluasi Kesesuaian Lahan Komoditas Unggulan Dan Arahan Pengembangan Pertanian Di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KOMODITAS
UNGGULAN DAN ARAHAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
DI KECAMATAN LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR

TATU RIZKIA

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Kesesuaian
Lahan Komoditas Unggulan dan Arahan Pengembangan Pertanian di Kecamatan
Leuwiliang Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015

Tatu Rizkia
NIM A14110063

ABSTRAK
TATU RIZKIA. Evaluasi Kesesuaian Lahan Komoditas Unggulan dan Arahan
Pengembangan Pertanian di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Dibimbing
oleh SANTUN R.P. SITORUS dan SETYARDI PRATIKA MULYA.
Pengembangan sektor pertanian tidak lepas dari pembangunan suatu
daerah beserta pengembangan wilayahnya. Komoditas unggulan seharusnya
dipilih sesuai potensi dan kesesuaian lahan, sosial dan ekonomi. Potensi dan
kesesuaian lahan digunakan sebagai penapis untuk merekomendasikan komoditas
yang paling tepat untuk dikembangkan disuatu wilayah. Tujuan penelitian ini
adalah 1) menganalisis penggunaan lahan di Kecamatan Leuwiliang, 2)
menganalisis ketersediaan lahan dan kesesuaian lahan untuk pengembangan
komoditas unggulan pertanian, 3) menganalisis kelayakan usahatani untuk
komoditas unggulan pertanian, 4) menganalisis tingkat preferensi masyarakat

terhadap komoditas unggulan serta 5) menyusun arahan pengembangan komoditas
unggulan pertanian. Berdasarkan analisis evaluasi kesesuaian lahan dipilih untuk
menentukan tanaman yang sesuai untuk dikembangkan diawali dengan analisis
ketersediaan lahan dan hasil preferensi masyarakat untuk pengembangan
pertanian. Seluruh lahan potensial pengembangan sesuai untuk komoditas
manggis, sebagian besar sesuai untuk mentimun dan hampir seluruhnya tidak
sesuai untuk komoditas padi sawah. Arahan pengembangan komoditas unggulan
pertanian di Kecamatan Leuwiliang adalah: komoditas padi (9.55 ha) dan manggis
(17.23ha) di Desa Karehkel, komoditas manggis di Desa Cibeber II, komoditas
manggis di Desa Karacak, komoditas padi di Desa Karyasari dan komoditas
manggis di Desa Pabangbon.
Kata Kunci: Evaluasi Kesesuaian Lahan, Komoditas Unggulan, Usahatani

ABSTRACT
TATU RIZKIA. Land Suitability Evaluation and Referral Commodities
Agricultural Development in Subdistrict Leuwiliang Bogor Regency. Supervised
by SANTUN R.P. SITORUS and SETYARDI PRATIKA MULYA
The development of the agricultural sector can not be separated from the
development of an area as well as the development of the region. Superior
commodities should be chosen according to the potential and suitability of land,

social and economic. The potential and suitability of land used as filters to
recommend the most appropriate commodity to be developed in a region. The
purpose of this study are 1) to analyze land use in District Leuwiliang, 2) to
analyze land availability and suitability of land for development of superior
commodities of agriculture, 3) to analyze the viability of farming for superior
commodity agriculture, 4) to analyze the level of people's preference for superior
commodities and 5) to recommend the direction of the development of superior
agricultural commodities. Based on the analysis of land suitability evaluation
chosen to determine appropriate plant to be developed by starting with the
analysis of the availability of land available legality at the study site and result of
community preference. The entire potential area is suitable for the development of
mangosteen, the most appropriate one is cucumbers and almost entirely not
suitable for paddy rice. The recommendation of commodity agricultural
development in Subdistrict Leuwiliang are: paddy (9.55 ha) and mangosteen
(17.23 ha) in the village of Karehkel, mangosteens in the village Cibeber II,
mangosteens in the village Karacak, paddy in the village Karyasari and
mangosteens in the village Pabangbon.
Keywords : Farming, Land Suitability Evaluation, Superior Commodities

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KOMODITAS

UNGGULAN DAN ARAHAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
DI KECAMATAN LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR

TATU RIZKIA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Program Studi Manajemen Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan
karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga penulis mendapat upaya untuk

menyelesaikan karya ilmiah ini. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada
junjungan besar Nabi Muhammad SAW. Judul penelitian ini adalah Evaluasi
Kesesuaian Lahan Komoditas Unggulan dan Arahan Pengembangan Pertanian di
Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor.
Dalam proses penyelesaian penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr Ir Santun R. P. Sitorus dan Setyardi P. Mulya, SP. MSi selaku
pembimbing atas segala nasehat, bimbingan dan motivasi yang telah
diberikan selama proses penyelesaian karya ilmiah ini.
2. Dr Ir Widiatmaka, DAA selaku dosen penguji yang telah memberikan
saran dan masukannya.
3. Keluarga tercinta, Mama, Papa yang selalu mendukung dan mendoakan
hal yang terbaik untuk penulis, serta adik-adik ku tersayang Muhammad
Faisal Nur dan Muhammad Farhan Salim yang menjadi pemacu
semangat penulis untuk menjadi contoh teladan.
4. Seluruh dosen dan staf departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya lahan
yang telah memberikan ilmu dan dukungan kepada penulis.
5. Sahabat Soiler 48 terima kasih atas semangat, canda tawa dan
kebersamaan yang telah kalian berikan. Teman-teman seperjuang Divisi

Pengembangan Perencanaan Wilayah, Tanah 46, Tanah 47 dan Tanah 49
yang telah mendukung dan menyediakan waktunya untuk saling bertukar
pikiran satu sama lain.
6. Semua pihak yang telah membantu kegiatan penelitian dan penyusunan
skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi
pembaca.
Bogor, September 2015

Tatu Rizkia

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA
Penggunaan Lahan
Evaluasi Sumberdaya Lahan
Komoditas Unggulan
Analisis Kelayakan Usahatani
Hasil Penelitian Terdahulu
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis Data dan Sumber Data
Metode Penelitian
Tahap Persiapan
Tahap Pengumpulan Data
Tahap Analisis Data
Analisis Penggunaan Lahan
Analisis Ketersediaan Lahan
Analisis Kesesuaian Lahan
Analisis Usahatani
Analisis Preferensi Masyarakat
Penetapan Arahan Pengembangan Komoditas Unggulan
KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Kondisi Geografis dan Administrasi
Pemanfaatan Lahan dan Pola Ruang
Kondisi Fisik Wilayah
Iklim
Bentang Lahan dan Jenis Tanah
Kependudukan
Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Penggunaan Lahan
Ketersediaan Lahan untuk Pengembangan Komoditas Unggulan
Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Unggulan
Analisis Usahatani
Analisis Preferensi Masyarakat
Arahan Pengembangan Komoditas Unggulan Pertanian
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

vi

vii
viii
1
1
1
1
2
2
2
2
3
4
4
5
5
6
6
6
7
7

8
8
9
10
10
11
11
11
12
13
12
13
13
13
14
14
15
17
20
21

21
22
23
23
23

LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

25
39

DAFTAR TABEL
1. Jenis Data Penelitian
2. Tujuan Penelitian, Jenis Data dan Output yang diharapkan
3. Kriteria Ketersediaan Lahan untuk Pengembangan Pertanian
berdasarkan Atribut Peta RTRW, Peta Status Kawasan Hutan dan
Peta Penggunaan Lahan
4. Mekanisme dalam Menyusun Arahan Pengembangan Pertanian
5. Daftar Desa dan Luas Wilayah Desa Kecamatan Leuwiliang
6. Pola Ruang Kecamatan Leuwiliang
7. Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan Kecamatan Leuwiliang
Tahun 2012
8. Jumlah Peduduk, Luas Desa dan Kepadatannya di Kecamatan
Leuwiliang Tahun 2012
9. Jumlah Penduduk Kecamatan Leuwiliang Tahun 2014
10. Luas Persentase Penggunaan Lahan Kecamatan Leuwiliang
11. Luas Lahan Pengembangan Komoditas Unggulan
12. Kelas Kesesuaian Kesesuaian Lahan pada Satuan Lahan
13. Nilai Hasil Analisis R/C ratio Komoditas Unggulan Pertanian
Kecamatan Leuwiliang
14. Arahan Pengembangan Komoditas Unggulan Kecamatan
Leuwiliang

6
8

9
11
12
12
13
14
14
15
16
18
21
22

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Peta Lokasi Penelitian Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor
Diagram Alir Penelitian
Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Leuwiliang
Peta Ketersediaan Lahan Pengembangan Komoditas Unggulan
Peta Satuan Lahan Kecamatan Leuwiliang
Peta Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi
Peta Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Mentimun
Peta Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Manggis
Peta Arahan Pengembangan Komoditas Unggulan Kecamatan
Leuwiliang

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi Irigasi
Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Mentimun
Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Manggis
Kriteria Penilaian Kesuburan Tanah
Satuan Lahan Wilayah Kecamatan Leuwiliang
Sifat Satuan Lahan (land unit) di Kecamatan Leuwiliang
Sifat Satuan Lahan (land unit) di Kecamatan Leuwiliang
Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Padi Irigasi
Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Mentimun

5
7
15
16
17
18
19
19
22

DAFTAR LAMPIRAN
25
26
27
28
29
30
31
32
33

10.
11.
13.
14.

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Manggis
Usahatani Komoditas Padi Sawah
Usahatani Komoditas Mentimun
Preferensi Masyarakat terhadap Komoditas Unggulan

34
35
36
38

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan sektor pertanian tidak akan lepas dari pembangunan suatu
daerah beserta pengembangan wilayahnya, sehingga diperlukan adanya
peningkatan dalam usaha pertanian agar wilayah tersebut mampu berkembang.
Pertumbuhan ekonomi wilayah dipengaruhi oleh potensi komoditas yang dimiliki
suatu wilayah. Usaha pertanian dan rumah tangga petani merupakan unit dasar
aktivitas yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik, karakteristik
kependudukan, faktor sosial budaya, tingkat pelayanan sosial ekonomi, kondisi
pasar mengenai harga komoditas dan perdagangan.
Komoditas unggulan seharusnya dipilih sesuai potensi dan kesesuaian lahan,
sosial ekonomi dan kelembagaan masyarakat. Potensi dan kesesuaian lahan
digunakan sebagai penapis untuk merekomendasikan komoditas yang paling tepat
untuk dikembangkan dan diarahkan dalam rangka mengembangkan potensi yang
dimiliki suatu wilayah. Menurut Badan Penelitian Pertanian Pertanian (2003),
komoditas unggulan merupakan komoditas andalan yang memiliki posisi
strategis untuk dikembangkan di suatu wilayah yang penetapannya didasarkan
pada berbagai pertimbangan, baik secara teknis (kondisi tanah dan iklim) maupun
sosial ekonomi dan kelembagaan (penguasaan teknologi, kemampuan
sumberdaya, manusia, infrastruktur, dan kondisi sosial budaya setempat).
Penyusunan arahan pengembangan komoditas perlu mempertimbangkan
pemanfaatan lahan yang optimal. Kesalahan dalam pengelolaan lahan yang
melebihi daya dukung lahan akan menyebabkan terjadinya penurunan daya
dukung lahan (Nugroho 2000). Arahan pengembangan komoditas pada suatu
lahan mencakup perencanaan penggunaan lahan untuk pengembangan komoditas
tertentu. Komoditas yang terpilih adalah komoditas yang mempunyai nilai
ekonomis yang tinggi, hasil evaluasi kesesuaian lahannya sesuai serta
dibudidayakan masyarakat dan memiliki dukungan infrastruktur dan kelembagaan
yang cukup.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.
Belum diketahui jenis penggunaan lahan dan sebaran spasialnya
2.
Belum diketahui lahan yang berpotensi untuk pengembangan komoditas
unggulan
3.
Belum diketahui kelayakan usahatani masing-masing komoditas unggulan
4.
Belum diketahui pilihan/preferensi masyarakat terhadap komoditas
unggulan yang ada
5.
Belum tersedianya rencana pengembangan komoditas unggulan
Tujuan Penelitian
1.
2.

Penelitian ini bertujuan untuk:
Menganalisis penggunaan lahan di Kecamatan Leuwiliang.
Menganalisis ketersediaan lahan dan kesesuaian lahan untuk pengembangan
komoditas unggulan pertanian.

2

3.
4.
5.

Menganalisis kelayakan usahatani untuk komoditas unggulan pertanian
Menganalisis tingkat preferensi masyarakat terhadap komoditas unggulan
pertanian.
Menyusun arahan pengembangan komoditas unggulan pertanian.
Manfaat Penelitian

1.
2.

Memberikan informasi kesesuaian lahan dengan penggunaan lahan untuk
komoditas unggulan pertanian.
Sebagai masukan bagi pemerintah daerah dalam menyusun pengembangan
komoditas pertanian.

TINJAUAN PUSTAKA
Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan diartikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur
tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya
baik materil maupun spiritual. Penggunaan lahan dibedakan menjadi dua kategori,
yakni penggunaan lahan untuk sektor pertanian dan untuk sektor non-pertanian
(Sitorus 1989).
Penggunaan lahan merupakan hasil dari upaya manusia yang sifatnya terus
menerus dalam memenuhi kebutuhan terhadap sumberdaya lahan yang tersedia.
Oleh karena itu, sumberdaya lahan sifatnya dinamis, artinya mengikuti
perkembangan hidup manusia dan budayanya (Sitorus 1989).
Faktor fisik berupa iklim merupakan faktor fisik yang sulit dimodifikasi dan
paling menentukan keragaman penggunaan dan penutupan lahan. Unsur-unsur
iklim seperti hujan, penyinaran matahari, angin, kelembaban dan evaporasi akan
menentukan ketersediaan air dan energi sehingga secara langsung akan
mempengaruhi ketersediaan hara bagi tanaman. Penyebaran dari unsur-unsur
iklim bervariasi menurut ruang dan waktu sehingga penggunaan lahan juga
beragam sesuai dengan penyebaran iklimnya (Mather 1986 dalam Arsyad 1989).
Sumberdaya air dan kemungkinan pengairan, secara umum juga akan
mempengaruhi penggunaan dan penutupan lahan yang akan mengubah
karakteristik aliran sungai, total aliran permukaan, kualitas air, dan sifat hidrologi
daerah yang bersangkutan.
Evaluasi Sumberdaya Lahan
Evaluasi sumberdaya lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk
menduga potensi sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaannya. Adapun
kerangka dasar dari evaluasi sumberdaya lahan adalah membandingkan
persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan tertentu dengan sifat
sumberdaya yang ada pada lahan tersebut. Sebagai dasar pemikiran utama dalam
prosedur evaluasi adalah kenyataan bahwa berbagai penggunaan lahan
membutuhkan persyaratan yang berbeda-beda. Oleh karena itu dibutuhkan
keterangan-keterangan tentang lahan tersebut yang menyangkut berbagai aspek
sesuai dengan rencana peruntukan yang sedang dipertimbangkan (Sitorus 2004).
Menurut metode FAO dalam Sitorus (2004), Hardjowigeno dan
Widiatmaka (2007) klasifikasi kesesuaian lahan dapat dipakai untuk klasifikasi

3

kesesuaian lahan kuantitatif maupun kualitatif, tergantung data yang tersedia.
Kesesuaian lahan kuantitatif adalah kesesuaian lahan yang ditentukan berdasar
atas penilaian karakteristik (kualitas) lahan secara kuantitatif (dengan angkaangka) dan biasanya dilakukan juga perhitungan-perhitungan ekonomi, dengan
memperhatikan aspek pengolahan dan produktifitas lahan. Kesesuaian lahan
kualitatif adalah kesesuaian lahan yang ditentukan berdasarkan atas penilaian
karakteristik (kualitas) lahan kualitatif (tidak dengan angka-angka) dan tidak ada
perhitungan-perhitungan ekonomi.
Menurut Sitorus (2004) terdapat beberapa sistem klasifikasi kesesuaian
lahan. Sistem klasifikasi kesesuaian lahan yang dipakai di Indonesia adalah sistem
yang dikembangkan oleh FAO (1976). Tingkatan kesesuaian suatu lahan
berdasarkan sistem klasifikasi ini, ditunjukkan pada kategori yang bersifat
menurun. Pertama ordo menunjukkan suatu lahan Sesuai (S) atau Tidak Sesuai
(N) untuk pengembangan komoditas pertanian tertentu. Kedua kelas menunjukkan
tingkat kesesuaian lahan dari masing-masing ordo, S1 (Sangat Sesuai), S2 (Cukup
Sesuai), S3 (Sesuai Marginal), N1 (Tidak Sesuai Saat Ini) dan N2 (Tidak Sesuai
Permanen). Untuk ordo yang tidak sesuai dalam penelitian ini dievaluasi hanya
sampai pada tingkat ordo (N). Ketiga sub-kelas pada order sesuai (S)
menunjukkan faktor pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam kelas
tersebut.
Komoditas Unggulan
Menurut Badan Penelitian Pengembangan Pertanian (2003), komoditas
unggulan merupakan komoditas andalan yang memiliki posisi strategis untuk
dikembangkan di suatu wilayah yang penetapannya didasarkan pada berbagai
pertimbangan, baik secara teknis (kondisi tanah dan iklim) maupun sosial
ekonomi dan kelembagaan (penguasaan teknologi, kemampuan sumberdaya,
manusia, infrastruktur, dan kondisi sosial budaya setempat).
Potensi dan kesesuaian lahan digunakan sebagai salah satu rekomendasi
dimana komoditas yang paling disukai masyarakat untuk diusahakan. Oleh karena
itu, analisis kesesuaian lahan merupakan tahap yang berkaitan dalam
merekomendasikan lokasi yang mampu memberikan daya dukung terbaik dan
menghasilkan kondisi optimum pengusahaan komoditas yang diunggulkan dari
hasil analisis yang dilakukan.
Nurleli (2008) melakukan penelitian tentang pengembangan komoditas
unggulan subsektor perkebunan di Kabupaten Tanggamus. Metode yang
digunakan adalah analisis kesesuaian lahan dengan bantuan program ALES,
metode LQ, kelayakan finansial menggunakan BC rasio, NPV dan IRR,
sedangkan arahan pengembangan dilakukan melalui diskusi kelompok dengan
metode FGD (Focus Group Discussion). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kopi, kakao, kelapa dan lada merupakan komoditas unggulan dan dipilih oleh
masyarakat di Kabupaten Tanggamus berdasarkan hasil diskusi kelompok. Dari
beberapa penelitian yang telah dilaksanakan, pengembangan komoditas unggulan
ditetapkan berdasarkan teori ekonomi basis, aspek biofisik (kesesuaian lahan),
kelayakan ekonomi, rencana tata ruang, dan keinginan masyarakat.

4

Analisis Kelayakan Usahatani
Analisis kelayakan usahatani dilakukan untuk menilai kelayakan usahatani
komoditas unggulan terpilih. Analisis usahatani yang digunakan di sini adalah
R/C ratio. R/C ratio suatu usahatani menunjukkan perbandingan antara nilai
produksi (penerimaan) dengan total biaya usahatani (Soekartawi 2005).
Penghasilan petani tergantung dari dua faktor utama yaitu harga jual dan biaya
usahatani. Perhitungan pengeluaran dan pendapatan petani didasarkan pada harga
sarana, tenaga kerja, dan produksi yang ada di lokasi penelitian.
Hasil Penelitian Terdahulu
Sitorus et al. (2013) melakukan teknik penentuan komoditi unggulan
pertanian berdasarkan potensi wilayah di Kecamatan Leuwiliang yang bertujuan
untuk menentukan komoditas unggulan. Teknis analisis data yang digunakan
dalam menentukan komoditas unggulan pertanian adalah analisis penentuan basis
aktivitas menggunakan LQ, analisis pertumbuhan produksi komoditas (LP) dan
analisis konsumsi komoditas (Kk)
Penentuan basis aktivitas kecamatan dalam penelitian ini dianalisis dengan
metode Location Quotient (LQ), data yang digunakan dalam analisis LQ adalah
data produksi komoditas di Kecamatan Leuwiliang yang dikalikan harga
komoditas di tingkat produsen. Berdasarkan hasil analisis LQ diperoleh 3 (tiga)
komoditas basis di Leuwiliang, yaitu : padi sawah, mentimun, manggis.
Selanjutnya analisis pertumbuhan produksi digunakan untuk mengetahui
peningkatan/penurunan produksi komoditas pada dua titik tahun. Data yang
digunakan adalah produksi yang diperoleh dari data sekunder Monografi
Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor tahun 2008 dan 2011.
Komoditas dikatakan mengalami pertumbuhan apabila produksinya bernilai
positif. Selanjutnya, analisis tingkat kebutuhan komoditas adalah perbandingan
antara produksi dan kebutuhan komoditas pertanian. Perhitungan kebutuhan
komoditas di tingkat kecamatan, definisi komoditas unggulan berdasarkan analisis
ini adalah komoditas yang memiliki rasio produksi (supply) hasil analisis LQ dan
analisis pertumbuhan dan kebutuhannya (demand) lebih dari 1 (R>1). Hal tersebut
berarti bahwa komoditas tersebut dapat mencukupi kebutuhan lokal (kecamatan)
dan selebihnya dapat dijual ke luar wilayah kecamatan. Komoditas yang memiliki
rasio produksi R>1 adalah padi sawah/beras, mentimun, manggis. Teknik
penentuan komoditas unggulan dilakukan dengan cara mencari irisan dari hasil
kombinasi LQ, pertumbuhan dan kebutuhan komoditas. Komoditas unggulan
yang diperoleh berdasarkan teknik yang sudah dilakukan adalah padi sawah,
mentimun dan manggis. Selanjutnya komoditas unggulan tersebut dianalisis
kesesuaian lahannya. Kesesuaian lahan untuk komoditas padi sawah menunjukan
luasan lahan yang sesuai sebesar 6.547,11 ha (58,29 %) dan luasan lahan yang
tidak sesuai sebesar 4.684,67 ha (41,71 %). Kesesuaian lahan untuk komoditas
mentimun menunjukan luasan lahan yang sesuai sebesar 7.491,94 ha (66,70 %)
dan luasan yang tidak sesuai sebesar 3.739,93 ha (33,30 %). Kesesuaian lahan
untuk komoditas manggis menunjukan luasan lahan yang sesuai sebesar 7.488,94
ha (66,68 %) dan luasan lahan yang tidak sesuai sebesar 3.742,93 ha (33,32 %).
Menurut Sitorus et al. (2014), secara ringkas kombinasi teknik analisis dari
berbagai metode yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

5

1.

Kombinasi antara hasil analisis LQ dan hasil analisis pertumbuhan (LP)
(LP-LQ);
2.
Kombinasi antara hasil analisis LQ, hasil analisis pertumbuhan dan analisis
kebutuhan komoditas berdasarkan komsumsi pangan (LQ-LP-Kk).
Interpretasi hasil analisis dengan menggunakan kombinasi teknik analisis 1,
menyatakan bahwa suatu komoditas dikatakan unggulan apabila menjadi basis di
wilayah itu (LQ>1) dan mengalami pertumbuhan produksi dari tahun awal ke
tahun berikutnya. Sementara itu, berdasarkan kombinasi teknik analisis 2, suatu
komoditas dikatakan unggulan apabila menjadi komoditas basis di wilayah
tersebut (LQ>1), mengalami pertumbuhan produksi dari tahun awal ke tahun
berikutnya serta rasio produksi dan kebutuhan komoditasnya mencukupi wilayah
lokal (R>1).

METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor yang
terdiri dari 11 Desa yaitu Desa Barengkok, Desa Cibeber I, Desa Cibeber II, Desa
Karacak, Desa Karehkel, Desa Karyasari, Desa Leuwiliang, Desa Leuwimekar,
Desa Pabangbon, Desa Purasari dan Desa Puraseda (Gambar 1). Penelitian
berlangsung mulai dari bulan Januari sampai bulan Juli 2015. Pengelolaan dan
analisis data dilakukan di Studio Divisi Perencanaan Pengembangan Wilayah,
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor

6

Jenis Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Data
yang dikumpulkan dalam penelitian berupa data sekunder yang diperoleh dari
instansi kantor Kecamatan Leuwiliang, dokumen penelitian (Sitorus et al. 2013)
dan hasil penentuan komoditas unggulan pada penelitian sebelumnya yang
dilakukan Sitorus et al. (2013) serta data primer yang merupakan hasil survei
lapangan. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara dengan
menggunakan kuesioner. Pengambilan sampel (responden) di lokasi penelitian
dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu penetapan jumlah sampel
(responden) dilakukan berdasarkan pertimbangan tujuan penelitian. Responden
terpilih dinilai memiliki kompetensi dan pengalaman dibidang budidaya pertanian
komoditas unggulan. Dalam penelitian ini dipilih petani yang sedang atau pernah
membudidayakan tanaman (padi sawah/mentimun/manggis) untuk analisis
usahatani dan analisis preferensi masyarakat.
Tabel 1. Jenis Data Penelitian
No.

Data

Sumber Data

Digunakan untuk

1

Citra
Ikonos
(2012)
Kecamatan Leuwiliang

Analisis penggunaan
lahan eksisting

2

Peta
Administrasi
Kecamatan Leuwiliang,
Peta RTRW, Peta Status
Kawasan Hutan, Peta
Tanah, Peta Satuan Lahan,
Peta lereng
Data input dan output
produksi
komoditas
unggulan

Data Sekunder
(Sitorus et al.
2013)
BAPPEDA
Kab.
Bogor,
Data Sekunder
Tim
Peneliti
2013, BIG
Responden

Analisis
kelayakan
usahatani
untuk
komoditas unggulan
pertanian
Analisis
tingkat
preferensi masyarakat
terhadap
komoditas
unggulan pertanian

3

4

Hasil kuesioner preferensi
masyarakat
terhadap
komoditas unggulan

Responden

Menganalisis
ketersediaan
dan
kesesuaian
lahan
komoditas unggulan
pertanian

Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu tahap
persiapan, tahap pengumpulan data, serta tahap analisis data dan interpretasi hasil.
Penulisan skripsi merupakan kegiatan akhir dari kegiatan penelitian.
Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan konsultasi dalam pemilihan topik penelitian, studi
literatur, membuat proposal, menentukan metode yang digunakan dan data yang
diperlukan. Studi literatur dilakukan dengan mencari tulisan ilmiah yang berkaitan
dengan evaluasi kesesuaian lahan, analisis usahatani dan analisis sosial mengenai
preferensi masyarakat.

7

Tahap Pengumpulan Data
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data, berupa data spasial serta
informasi dari masyarakat. Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer
yang diperoleh dari hasil wawancara responden di lokasi penelitian dan data
sekunder berupa Citra Ikonos tahun 2012, Peta Administrasi Kecamatan
Leuwiliang, Peta RTRW Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor tahun 20092025, Peta Status Kawasan Hutan, Peta Satuan Lahan (Dokumen Tim Peneliti
2013). Beberapa informasi satuan lahan dilengkapi dengan cara pengambilan
contoh tanah, sebanyak 6 contoh tanah komposit diambil dari 6 satuan lahan dan
dianalisis sifat kimianya meliputi nilai pH, KTK, C organik (Walkey and Black),
N Total (Kjehldhal), P2O5 (Bray 1) dan K2O HCl 25%. Pada saat cek lapang
dilakukan pengambilan titik koordinat, pengamatan langsung pada bentang lahan
serta mendokumentasikan data lapang berupa foto.
Tahap Analisis Data
Tahap pengelolaan dan analisis data terdiri dari analisis data spasial berupa
analisis penutupan dan penggunaan lahan, analisis ketersediaan lahan untuk
pengembangan pertanian berdasarkan hasil overlay peta RTRW, peta Status
Kawasan Hutan dan peta penggunaan lahan serta analisis kesesuaian lahan
komoditas unggulan. Analisis usahatani dan analisis preferensi masyarakat yang
dilakukan berdasarkan data primer diperoleh dari proses wawancara terhadap
responden. Secara sistematis rangkaian tahapan penelitian dapat dilihat pada
Gambar 2 dan informasi mengenai tujuan penelitian, jenis data dan teknik analisis
tersedia pada Tabel 2.

Penelitian terdahulu:
Hasil Analisis
Komoditas Unggulan

Peta RTRW, Peta
Penggunaan Lahan, Peta
Status Kawasan Hutan
dan Perairan
Overlay
Peta Ketersediaan
Lahan

Analisis Kesesuaian
Lahan pada Lahan
Tersedia
Satuan Peta Lahan,
Kriteria Kesesuaian
Lahan
Analisis Kesesuaian
Lahan (Matching)

Analisis Kelayakan
Usahatani

Analisis Preferensi
Masyarakat

Arahan Pengembangan
Pertanian

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian

Peta KetersediaanKesesuaian Lahan

8

Tabel 2. Tujuan Penelitian, Jenis Data, Teknis Analisis Data dan Output yang
diharapkan
No. Tujuan Penelitian

Jenis Data

Analisis
1 penggunaan
lahan eksisting
Analisis
ketersediaan
lahan dan
kesesuaian
komoditas
2
unggulan
pertanian

Citra Ikonos (2012)
Kecamatan
Leuwiliang
Peta Administrasi
Kecamatan
Leuwiliang, Peta
RTRW, Peta Status
Kawasan Hutan,
Peta Penggunaan
Lahan dan Peta
Satuan Lahan (BIG,
Data Sekunder
(Sitorus et al. 2013)
Data input dan
output produksi
komoditas unggulan
(Responden)

Analisis
kelayakan
usahatani untuk
3
komoditas
unggulan
pertanian
Analisis tingkat
preferensi
masyarakat
4 terhadap suatu
komoditas
unggulan
pertanian
Menyusun arahan
pengembangan
komoditas
5 unggulan
pertanian

Teknik Analisis
Data

Analisis SIG
(Sistem Informasi
Geografis)
Digitasi, Overlay
dan Matching

Analisis
Kelayakan
Usahatani

Output

Peta penggunaan
Lahan
Peta ketersediaan
lahan pertanian
untuk komoditas
unggulan. Hasil
evaluasi lahan
komoditas
unggulan
Peta ketersediaan
dan kesesuaian
lahan.
Kelayakan
usahatani
komoditas
unggulan

Hasil kuesioner
Deskriptif
preferensi
masyarakat terhadap
komoditas unggulan
(Responden)

Preferensi
masyarakat
terhadap
komoditas
unggulan

Hasil analisis
preferensi
masyarakat dan
kelayakan usahatani,
Peta Kesesuaian
lahan Komoditas
Unggulan

Rencana dan
strategi
pengembangan
komoditas
unggulan
pertanian

Membandingkan
seluruh hasil
analisis data yang
diperoleh

Analisis Penggunaan Lahan
Analisis penggunaan lahan menggunakan data spasial berupa citra satelit
(Ikonos Tahun 2012). Pengolahan data spasial diawali dengan proses koreksi
geometri menggunakan proyeksi UTM WGS 84 zona 48 South. Setelah diketahui
penutupan lahannya, tahap selanjutnya adalah mengkoreksi hasil peta penutupan
lahan dengan data groundcheck lapangan, kemudian dilakukan revisi sehingga
diperoleh peta penggunaan lahan.

9

Analisis Ketersediaan Lahan
Analisis ketersediaan lahan di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor
bertujuan melihat status suatu lahan untuk rencana penggunaan lahan yang sesuai
dan tersedia untuk suatu pengembangan pertanian. Analisis ketersediaan lahan
menggunakan data berupa peta RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kabupaten
Bogor Tahun 2009-2025, Peta Status Kawasan Hutan 2014 dan peta penggunaan
lahan hasil interpretasi Citra Ikonos. Ketiga peta tersebut di overlay (Tabel 3),
hasil overlay dari peta-peta tersebut menghasilkan informasi lahan yang tersedia
dan lahan yang tidak tersedia untuk pengembangan (ekstensifikasi) komoditas
unggulan pertanian.
Tabel 3.

Kriteria Ketersediaan Lahan untuk Pengembangan Pertanian
berdasarkan Atribut Peta RTRW, Peta Status Kawasan Hutan dan Peta
Penggunaan Lahan
Jenis Peta
Atribut
Ketersediaan
RTRW
Hutan Konservasi
Tidak tersedia
Hutan Produksi
Tidak tersedia
Lahan Kering
Tersedia
Lahan Basah
Tersedia
Permukiman
Tidak tersedia
Zona Industri
Tidak tersedia
Tanaman Tahunan
Tidak tersedia
Status Kawasan Hutan
Hutan Lindung
Tidak tersedia
Hutan Produksi
Tidak tersedia
Taman Nasional
Tidak tersedia
Lautan/Sungai
Tidak tersedia
Areal Penggunaan Lain
Tersedia
Penggunaan Lahan
Permukiman
Tidak tersedia
Hutan
Tidak tersedia
Kebun Campuran
Tidak tersedia
Sawah
Tidak tersedia
Badan air
Tidak tersedia
Semak belukar
Tersedia
Perkebunan
Tidak tersedia
Tanah terbuka
Tersedia
Tegalan
Tersedia

Lahan tersedia untuk pengembangan adalah lahan yang secara legalitas
sesuai untuk kegiatan budidaya pertanian dengan jenis penggunaan lahan yang
belum produktif, sedangkan pada penggunaan lahan yang sudah produktif seperti
kebun campuran masuk pada kriteria tidak tersedia. Lahan yang tersedia
selanjutnya dilakukan analisis kesesuaian lahan untuk komoditas padi sawah,
mentimun dan manggis. Lahan yang tersedia dan sesuai merupakan lahan
potensial untuk pengembangan komoditas unggulan.
Analisis Kesesuaian Lahan
Pada tahap ini diawali dengan proses pengumpulan data berupa peta
digital, yaitu peta satuan lahan, satuan lahan mempertimbangkan parameter 1)
elevasi lahan, 2) batuan utama pembentuk tanah, 3) sebaran jenis tanah dan 4)

10

tingkat kelerengan. Pertimbangan tersebut, selanjutnya digunakan untuk menilai
satuan lahan di wilayah Kecamatan Leuwiliang, dimana skala informasi 1:50.000,
diperoleh sebaran 20 unit lahan yang menggambarkan karakteristik fisik alami
(Sitorus et al. 2013). Digunakan proses matching antara data yang tersedia dengan
kriteria kesesuaian lahan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
(2011) untuk komoditas padi irigasi, mentimun dan manggis.
Kesesuaian lahan merupakan gambaran tingkat kecocokan sebidang lahan
untuk suatu penggunaan tertentu. Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan dalam dua
tahap yaitu penilaian persyaratan tumbuh tanaman dan identifikasi karakteristik
lahan (Sitorus, 2004). Tingkatan kesesuaian suatu lahan berdasarkan sistem
klasifikasi dengan kategori yang bersifat menurun. Pertama ordo menunjukkan
suatu lahan Sesuai (S) atau Tidak Sesuai (N) untuk pengembangan komoditas
pertanian tertentu. Kedua kelas menunjukkan tingkat kesesuaian lahan dari
masing-masing ordo, S1 (Sangat Sesuai), S2 (Cukup Sesuai), S3 (Sesuai
Marginal), N1 (Tidak Sesuai Saat Ini) dan N2 (Tidak Sesuai Permanen). Untuk
ordo yang tidak sesuai dalam penelitian ini dievaluasi hanya sampai pada tingkat
ordo (N).
Analisis Usahatani
Analisis usahatani secara sederhana dilakukan dengan menggunakan
analisis R/C ratio yaitu perbandingan antara total pendapatan yang diperoleh
dengan total biaya yanag digunakan dalam kegiatan usahatani. R/C ratio suatu
usahatani menunjukan perbandingan antara nilai produki (penerimaan) dengan
total biaya usahatani (Soekartawi, 2005). Hasil analisis R/C ratio dapat
memberikan gambaran apakah suatu komoditas layak untuk diusahakan atau
tidak. Rumus untuk menghitung R/C ratio adalah sebagai berikut:
R/C ratio =
Py
Y
FC
VC

=

: Harga per satuan produksi
: Total produksi
: Biaya tetap
: Biaya variabel

Terdapat tiga kemungkinan dari implikasi R/C ratio (Soekartawi, 2005), yaitu:
1)
Jika R/C ratio > 1, maka kegiatan usahatani efisien
2)
Jika R/C ratio = 1, maka kegiatan usahatani impas
3)
Jika R/C ratio < 1, maka kegiatan usahatani tidak efisien
Analisis Preferensi Masyarakat
Analisis preferensi masyarakat diproses dengan cara mengumpulkan data
primer berupa hasil wawancara terhadap 30 responden, responden yang terpilih
adalah petani yang pernah atau sedang membudidayakan komoditas padi sawah
atau mentimun atau manggis. Pertanyaan yang diajukan salah satunya untuk
mengetahui ketertarikan responden membudidayakan/mengembangkan komoditas
unggulan di wilayah penelitian. Dalam hal ini analisis preferensi masyarakat
dihasilkan berupa hasil deskriptif. Penelitian deskriptif bermaksud mengumpulkan
penjelasan secara sistematis, faktual dan aktual mengenai sifat populasi atau

11

daerah tertentu (Arikunto 2005). Analisis preferensi masyarakat disajikan secara
deskriptif untuk menentukan tingkat kesukaan masyarakat dan menentukan
prioritas masyarakat dalam memilih komoditas yang paling digemari untuk
dibudidayakan.
Penetapan Arahan Pengembangan Komoditas Unggulan
Arahan pengembangan komoditas setiap desa di Kecamatan Leuwiliang
akan ditetapkan berdasarkan hasil analisis ketersediaan dan kesesuaian lahan yang
berpotensi untuk pengembangan. Pengembangan yang dimaksud adalah
menetapkan alokasi pengembangan baru untuk tanaman komoditas unggulan.
Lahan yang sesuai untuk pengembangan terdiri atas kelas S1 (sangat sesuai),
dilanjutkan dengan lahan dengan kelas S2 (cukup sesuai) dan S3 (sesuai
marginal). Penetapan pengalokasian pengembangan komoditas pertanian setiap
desa di Kecamatan Leuwiliang yaitu komoditas yang memiliki kelas kesesuaian
paling tinggi dengan faktor pembatas yang paling sedikit, serta hasil preferensi
masyarakat. Hasil preferensi masyarakat tidak akan digunakan ketika kesesuaian
lahan untuk komoditas tidak sesuai (N) di suatu lokasi. Mekanisme dalam
menyusun arahan pengembangan pertanian disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Mekanisme dalam Menyusun Arahan Pengembangan Pertanian
Diarahkan untuk
Tidak diarahkan untuk
Kriteria
pengembangan
pengembangan
1. Ketersediaan
tersedia
tidak tersedia
2. Kesesuaian
sesuai
tidak sesuai
3. Penggunaan lahan
tegalan, semak belukar,
penggunaan lahan
eksisting
lahan terbuka
lainnya
4. Preferensi Masyarakat
persentase pilihan
persentase pilihan
terbesar *
terkecil
*Hanya digunakan apabila lebih dari 1 komoditi berpotensi pengembangan

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
Kondisi Geografis dan Administrasi
Kecamatan Leuwiliang adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Dengan luas wilayah 6.159,70 ha, yang termasuk
daerah pengembangan wilayah barat. Suhu udara di Kecamatan Leuwiliang pada
umumnya berhawa sejuk karena berada pada ketinggian rata-rata 101-600 mdpl.
Curah hujan rata-rata 3.183 mm/tahun, dengan bentuk wilayah dataran berbukit
dengan kemiringan lereng 5-20 persen. Berdasarkan informasi yang didapat dari
Laporan Data Monografi Kecamatan Leuwiliang Tahun 2014 persebaran bentuk
wilayah dataran sebesar 70 %, berombak sampai berbukit 20 % dan berbukit
sampai bergunung 10 %.
Secara administratif batas wilayah Kecamatan Leuwiliang adalah sebagai berikut :
a.
Sebelah utara
: Kecamatan Rumpin
b.
Sebelah selatan
: Kabupaten Sukabumi
c.
Sebelah timur
: Kecamatan Cibungbulang
d.
Sebelah barat
: Kecamatan Leuwisadeng

12

Kecamatan Leuwiliang terdiri dari 11 desa, daftar desa dan luasannya dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Daftar Desa dan Luas Wilayah Desa Kecamatan Leuwiliang
Desa
Luas Wilayah (km2)
Persentase (%)
5. Purasari
6,32
10,3
6. Puraseda
3,90
6,3
7. Karyasari
6,86
11,2
8. Pabangbon
11,92
19,4
9. Karacak
7,10
11,5
10. Barengkok
4,50
7,3
11. Cibeber II
5,14
8,4
12. Cibeber I
6,16
10,0
13. Leuwimekar
2,44
4,0
14. Leuwiliang
2,97
4,8
15. Karehkel
4,20
6,8
Jumlah
61,51
100,0
Sumber : BPS Kabupaten Bogor (2013)
Pemanfaatan Lahan dan Pola Ruang
Data pemanfaatan lahan ini diperoleh dari Laporan Data Monografi
Kecamatan Leuwiliang Tahun 2014. Menurut data tersebut, diketahui
pemanfaatan wilayah tersebut adalah sawah seluas 3.119,3 ha, tanah kering seluas
6.620 ha, kolam seluas 14,80 ha, tanah hutan seluas 1.154 ha, tanah perkebunan
seluas 412 ha dan tanah keperluan fasilitas umum seluas 72,3 ha.
Berdasarkan Rencana Tata Tuang Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 20092025, terdapat 7 (tujuh) pola ruang yang terdapat di wilayah Kecamatan
Leuwiliang, yaitu: Kawasan Hutan Konservasi, Kawasan Hutan Produksi,
Kawasan Permukiman, Kawasan Pertanian Lahan Basah, Kawasan Pertanian
Lahan Kering, Kawasan Tanaman Tahunan dan Zona Industri. Luasan peruntukan
kawasan di Kecamatan Leuwiliang selengkapnya disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Pola Ruang Kecamatan Leuwiliang
No Pola Ruang
1
Kawasan Hutan Konservasi
2
Kawasan Hutan Produksi
3
Kawasan Permukiman Perdesaan (Hunian Jarang)
4
Kawasan Permukiman Perdesaan (Hunian Rendah)
5
Kawasan Permukiman Perkotaan (Hunian Padat)
6
Kawasan Permukiman Perkotaan (Hunian Rendah)
7
Kawasan Permukiman Perkotaan (Hunian Sedang)
8
Kawasan Pertanian Lahan Basah
9
Kawasan Pertanian Lahan Kering
10 Kawasan Tanaman Tahunan
11 Sungai/Tubuh air
12 Zona Insdustri
Jumlah

Luas (ha)
%
3.178,90 35,19
33,96
0,38
9,77
0,11
225,39
2,50
984,17 10,50
198,11
2,19
662,16
7,33
1.677,66 18,57
381,47
4,22
1.641,30 18,17
56.68
0.63
18,89
0,21
9.032,46 100,00

13

Kondisi Fisik Wilayah
Iklim
Berdasarkan data curah hujan wilayah Bogor yang diperoleh dari Badan
Pusat Statistik yang bersumber dari Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) dapat disajikan distribusi hari hujan dan curah hujan bulanan Kecamatan
Leuwiliang tahun 2012
Tabel 7. Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan Kecamatan Leuwiliang Tahun 2012
Bulan
Hari Hujan
Curah Hujan (mm)
Januari
25
478
Februari
25
549
Maret
16
359
April
20
512
Mei
14
238
Juni
11
120
Juli
9
244
Agustus
6
101
September
13
338
Oktober
21
861
November
29
672
Desember
17
495
Jumlah
203
412
Sumber: BPS Kabupaten Bogor (2013)
Curah hujan bulanan di wilayah Kecamatan Leuwiliang memiliki kisaran
antara 101 sampai 861 mm, sedangkan jumlah hari hujan berkisar antara 6-29
hari/bulan.
Bentang Lahan dan Jenis Tanah
Berdasarkan Data Monografi Kecamatan Leuwiliang, wilayah ini pada
umumnya merupakan daerah datar sampai perbukitan/pegunungan yang memiliki
ketinggian 700 meter di atas permukaan laut. Menurut USDA, jenis tanah yang
tersebar di wilayah Kecamatan Leuwiliang diantaranya adalah Dystrandepts,
Tropudults, Eutropepts, Haplortox, Tropaquepts, Tropudalfs, Humitropepts,
Tropohumults, Troporthents dan Tropofluvents.
Kependudukan
Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan Leuwiliang pada tahun 2014, terdapat
121.297 jiwa. Dengan jumlah penduduk yang paling tinggi berada di Desa
Leuwiliang dan yang terendah berada di Desa Pabangbon. Tingkat kepadatan
penduduk yang paling tinggi adalah Desa Leuwimekar dan yang terendah adalah
Desa Pabangbon. Data angka disajikan pada Tabel 8 dan Tabel 9.

14

Tabel 8. Jumlah Penduduk, Luas Desa dan Kepadatannya di Kecamatan
Leuwiliang Tahun 2012.
Jumlah Penduduk
Kepadatan
Desa
Luas (Km2)
(Jiwa)
(Jiwa/Km2)
1. Purasari
12.260
6,32
1.939,87
2. Puraseda
7.840
3,90
2.010,26
3. Karyasari
8.334
6,86
1.214,87
4. Pabangbon
6.141
11,92
515,18
5. Karacak
10.862
7,10
1.529,86
6. Barengkok
12.664
4,50
2.814,22
7. Cibeber II
8.912
5,14
1.733,85
8. Cibeber I
9.645
6,16
1.565,75
9. Leuwimekar
14.098
2,44
5.777,87
10. Leuwiliang
16.549
2,97
5.572,05
11. Karehkel
12.564
4,20
2.991,43
Jumlah
119.869
61,51
1.948,77
Sumber : BPS Kabupaten Bogor (2013)
Tabel 9. Jumlah Penduduk Kecamatan Leuwiliang Tahun 2014
Desa

Laki-laki

1. Purasari
6.004
2. Puraseda
4.063
3. Karyasari
4.291
4. Pabangbon
3.149
5. Karacak
6.178
6. Barengkok
6.991
7. Cibeber II
4.435
8. Cibeber I
5.150
9. Leuwimekar
6.977
10. Leuwiliang
8.495
11. Karehkel
6.504
62.237
Jumlah
Sumber: Kecamatan Leuwiliang Tahun (2014)

Perempuan
6.363
3.701
4.031
2.986
6.065
5.706
4.512
4.578
7.113
7.923
6.082
59.060

Jumlah
Penduduk
12.367
7.764
8.322
6.135
12.243
12.697
8.947
9.728
14.090
16.418
12.586
121.297

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kecamatan Leuwiliang dibagi menjadi sembilan
penutupan/penggunaan lahan. Kesembilan kelas penggunaan lahan itu adalah:
badan air, hutan, kebun campuran, lahan terbuka, perkebunan, permukiman,
sawah, semak belukar dan tegalan. Penggunaan lahan di Kecamatan Leuwiliang
didominasi oleh kebun campuran, dengan luasan mencapai 31,68 % (2.860,9 ha).
Posisi kedua ditempati oleh hutan dengan luasan mencapai 27,89 % (2.518,5 ha)
dan sawah pada posisi ketiga dengan luasan 16,52 % (1.491,9 ha). Data Luas dan
Persentase Penggunaan Lahan Kecamatan Leuwiliang disajikan pada Tabel 10.

15

Distribusi sebaran penggunaan lahan di Kecamatan Leuwiliang disajikan pada
Gambar 3.
Tabel 10. Luas dan Persentase Penggunaan Lahan Kecamatan Leuwiliang
Penggunaan Lahan
Luas (ha)
Luas (%)
Badan Air
27,7
0,31
Hutan
2.518,5
27,89
Kebun Campuran
2.860,9
31,68
Lahan Terbuka
40,8
0,45
Perkebunan
470,7
5,21
Permukiman
549,3
6,08
Sawah
1.491,9
16,52
Semak Belukar
598,1
6,62
Tegalan
472,0
5,23
Jumlah
9.029,9
100,00

Gambar 3. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Leuwiliang
Ketersediaan Lahan untuk Pengembangan Komoditas Unggulan
Analisis ketersediaan lahan untuk pengembangan komoditas unggulan
dengan tujuan melihat status suatu lahan yang sesuai di Kecamatan Leuwiliang
apakah tersedia atau tidak untuk arahan pengembangan komoditas unggulan.
Lahan yang tersedia merupakan faktor penting dalam menetapkan arahan
pengembangan komoditas karena menyangkut ketersediaan suatu sumberdaya,
khususnya sumberdaya lahan. Ketersediaan lahan yang dimaksudkan merupakan
jumlah status lahan yang tersedia berdasarkan peruntukan yang sudah ditetapkan
menurut pola ruang, peta RTRW yang dikaitkan dengan peta status kawasan hutan

16

serta penggunaan lahan yang ada di wilayah penelitian. RTRW menjadi penting
karena semua perencanaan penggunaan lahan harus didasarkan pada RTRW yang
berlaku. Penggunaan lahan eksisting memberikan gambaran tentang jenis
penggunaan lahan saat ini dan kemungkinan penggunaan lahan untuk
pengembangan pertanian, maka ditetapkan penggunaan lahan yang belum
produktif sebagai lahan yang tersedia untuk pengembangan pertanian.
Secara spasial persebaran lahan tersedia untuk pengembangan komoditas
unggulan disajikan pada Gambar 4. Hasil analisis ketersediaan lahan ini
selanjutnya dijadikan acuan untuk mengetahui kesesuaian lahan untuk komoditas
unggulan di Kecamatan Leuwiliang.

Gambar 4. Peta Ketersediaan Lahan Pengembangan Komoditas Unggulan
Hasil analisis lahan yang tersedia di Kecamatan Leuwiliang untuk
pengembangan komoditas unggulan pertanian seluas 122,55 ha, hasil ini
merupakan lahan yang tersedia secara penetapan pola ruang dan jenis penggunaan
lahan seperti tanah terbuka, semak belukar dan tegalan. Informasi luas lahan yang
tersedia untuk pengembangan per desa disajikan pada Tabel 11. Berdasarkan
informasi yang terdapat pada Tabel 10 desa yang mempunyai ketersediaan lahan
untuk pengembangan komoditas unggulan paling besar terdapat di Desa Cibeber
II dengan luas 42,38 ha (34,58 %).
Tabel 4. Luas Lahan Pengembangan Komoditas Unggulan
No. Desa
Luas (ha)
1 Karehkel
26,78
2 Cibeber II
42,38
3 Karacak
19,73

Persentase (%)
21,79
34,58
16,10

17

Tabel 11. (Lanjutan)
4 Karyasari
5 Pabangbon
Jumlah

6,96
26,70
122,55

5,68
21,79
100,00

Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Unggulan
Analisis kesesuaian lahan dilakukan untuk mengetahui lahan yang
berpotensi untuk pengembangan komoditas unggulan (padi sawah, mentimun,
manggis) di Kecamatan Leuwiliang. Evaluasi kesesuaian lahan merupakan
kesesuaian lahan aktual yang didasarkan pada karakteristik lahan eksisting.
Evaluasi kesesuaian lahan dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan pendekatan
peta satuan lahan untuk wilayah Kecamatan Leuwiliang yang disesuaikan dengan
kriteria kesesuaian lahan untuk ketiga jenis komoditas (padi sawah, mentimun dan
manggis). Peta satuan lahan di Kecamatan Leuwiliang disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Peta Satuan Lahan Wilayah Kecamatan Leuwiliang
Evaluasi kesesuaian lahan hanya dilakukan pada satuan lahan yang memiliki
lahan tersedia untuk pengembangan pertanian komoditas unggulan. Sifat satuan
lahan (land unit) tertera pada Lampiran 6 dan 7. Satuan lahan diberi kode dengan
angka 1-20. Terdapat 11 satuan lahan (2, 3, 5, 7, 9, 10, 11, 14, 16, 17, 19 dan 20)
yang dievaluasi untuk mengetahui kelas kesesuaian lahan berdasarkan kriteria dari
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian (2011). Hasil
analisis kesesuaian lahan yang diperoleh disajikan pada Tabel 12.

18

Tabel 5. Kelas Kesesuaian Lahan Aktual pada Satuan Lahan
Kelas Kesesuaian Lahan
Kode Satuan Lahan
Padi Irigasi
Mentimun
Manggis
2
S3 nr, na
S3 nr, na
S3 nr, na
5
S3 nr, na
S3 nr, na
S3 nr, na
7
S3 na
S3 nr, na
S3 na
9
N eh
N eh
S3 nr, na, eh
10
N eh
S3 nr, na, eh
S3 na
11
N eh
S3 nr, na, eh
S3 na
14
N eh
N eh
S3 na, eh
16
N eh
N eh
S3 eh
17
N eh
N eh
S3 nr, eh
19
N eh
N eh
S3 na, eh
20
N eh
N eh
S3 nr, na, eh
Berdasarkan informasi yang tertera pada Tabel 11, dapat dilihat bahwa kelas
kesesuaian lahan untuk komoditas padi irigasi didominasi oleh kelas kesesuaian N
(tidak sesuai) dengan faktor pembatas eh (bahaya erosi). Sebagian satuan lahan
sesuai untuk mentimun dengan faktor pembatas nr (retensi unsur hara), na
(ketersediaan unsur hara) dan eh (bahaya erosi) sedangkan seluruh lahan potensial
pengembangan sesuai untuk manggis. Hasil evaluasi lahan untuk komoditas
mentimun dan manggis memiliki tingkat kesesuaian S3 (sesuai marginal) untuk
setiap satuan lahan yang sesuai dengan faktor pembatas sebagian besar adalah
bahaya erosi (eh), retensi unsur hara (nr) dan ketersediaan unsur hara (na). Secara
spasial penyebaran hasil evaluasi lahan untuk masing-masing komoditas unggulan
disajikan pada Gambar 6, Gambar 7 dan Gambar 8.

19

Gambar 6. Peta Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi

Gambar 7. Peta Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Mentimun

20

Gambar 8. Peta Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Manggis
Analisis Usahatani
Analisis usahatani dilakukan dengan analisis R/C ratio yaitu perbandingan
antara jumlah pendapatan yang diperoleh dengan jumlah biaya yang dilakukan
dalam kegiatan usahatani. Perhitungan yang dilakukan berdasarkan data primer
yang didapatkan dari hasil wawancara terhadap petani yang melakukan usahatani
untuk budidaya komoditas padi sawah, mentimun dan manggis. Responden yang
dipilih dalam analisis usahatani adalah petani yang sedang atau pernah
membudidayakan komoditas unggulan tersebut (padi sawah, mentimun dan
manggis). Data yang dikumpulkan berupa jumlah biaya pengeluaran dan
pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani. Komponen biaya yang
disertakan dalam perhitungan adalah biaya dari awal proses budidaya sampai
proses pemanenan, meliputi biaya pengolahan tanah, bibit, pupuk, perawatan,
pestisida, irigasi/sumber air, tenaga kerja dan pascapanen. Komponen pendapatan
pada usahatani merupakan perhitungan dari hasil panen dikalikan dengan harga
jual (Rp) untuk persatuan beratnya (kg).
Hasil analisis R/C ratio dilakukan terhadap tiga jenis tanaman (padi,
mentimun dan manggis) di Kecamatan Leuwiliang menunjukan bahwa ketiga
komoditas tersebut layak diusahakan (R/C ratio >1). Hasil analisis dapat dilihat
dalam Tabel 13. Nilai R/C ratio untuk tanaman padi sebesar 3.17 tanaman
mentimun sebesar 2.21 dan tanaman manggis sebesar 2.45. Perhitungan R/C ratio
disajikan pada Lampiran 11, 12 dan 13.

21

Tabel 6. Nilai Hasil Analisis R/C Ratio Komoditas Unggulan Pertanian
Kecamatan Leuwiliang
Jumlah Pendapatan
Jumlah Biaya
Komoditas
Nilai R/C ratio
(Rp/ha)
(Rp/ha)
Padi
17.000.000
5.365.000
3.17
Mentimun
23.000.000
10.425.000
2.21
Manggis
75.000.000
30.550.000
2.45
Perhitungan tanaman padi dan mentimun dilakukan pada setiap musim
tanam dengan masa tanam 105-115 hari untuk tanaman padi dan 30-40 hari untuk
tanaman mentimun. Analisis usahatani tanaman manggis dilakukan hingga umur
10 tahun saja, meskipun tanaman manggis dapat berproduksi sampai puluhan
tahun.
Analisis Preferensi Masyarakat
Preferensi masyarakat untuk membudidayakan tanaman komoditas
unggulan di Kecamatan Leuwiliang dianalisis berdasarkan tingkat preferensi
masyarakat. Proses pengumpulan informasi dari 30 responden petani yang sedang
atau pernah membudidayakan padi sawah atau mentimun atau manggis.
Pertanyaan yang diberikan kepada responden merupakan pertanyaan yang
bertujuan untuk melihat prioritas dan alasan ketertarikan petani untuk
membudidayakan komoditas padi sawah, mentimun dan manggis.
Menurut tingkat kesukaan membudidayakan komoditas dari ketiga
komoditas yang dianalisis diperoleh hasil sebesar 53 % responden memilih padi
sawah, 29 % responden memilih mentim