Fakto-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Sektor Property, Real Estate, dan Konstruksi di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Struktur Modal
2.1.1 Pengertian Struktur Modal
Sawir (2004: 2) menyatakan bahwa struktur modal merupakan komposisi
pendanaan parmanen perusahaan, yaitu bauran pendanaan jangka panjang
perusahaan. Struktur modal merupakan struktur keuangan dimana struktur
keuangan mencerminkan kebijakan manajemen perusahaan dalam mendanai
aktivanya.
selanjutnya Riyanto (2008: 4) keseluruhan aktivitas yang bersangkutan
dengan usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan atau mengalokasikan
dana tersebut disebut pembelanjaan perusahaan. Perolehan dan penggunaan dana,
harus didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektifitas. Adapun penggunaan
dana harus dilakukan secara efisien artinya setiap rupiah dana yang tertanam
dalam aktiva harus dapat digunakan seefisien mungkin untuk dapat menghasilkan
tingkat keuntungan investasi atau rentabilitas yang maksimal. Efisiensi
penggunaan dana secara langsung akan menentukan besar kecilnya tingkat
keuntungan yang dihasilkan dari investasi tersebut atau rentabilitas. Sedangkan
penggunaan dana harus dilakukan secara efisien, artinya manajer keuangan harus
mengusahakan agar perusahaan dapat memperoleh dana yang diperlukan dengan

biaya yang minimal dan syarat-syarat yang paling menguntungkan.
Tujuan manajemen struktur modal kerja adalah menciptakan bauran
sumber dana permanen sedemikian rupa agar mampu memaksimalkan harga
14

Universitas Sumatera Utara

saham dan agar tujuan manejemen keuangan untuk memaksimalkan nilai
perusahaan tercapai. Bauran pendanaan yang ideal dan selalu diupayakan
manajemen ini disebut sruktur modal optimal.
2.1.2 Teori Struktur Modal
Teori struktur modal adalah teori yang menjelaskan bahwa kebijakan
pendanaan perusahaan dalam menentukan bauran antara hutang dan ekuitas yang
bertujuan untuk memaximumkan nilai perusahaan. Setiap keputusan pendanaan
mengharuskan manajer keuangan untuk dapat mempertimbangkan manfaat dan
biaya dari sumber-sumber dana yang akan dipilih.
Sumber pendanaan di dalam perusahaan dibagi kedalam dua kategori,
yaitu sumber pendanaan internal dan sumber pendanaan eksternal. Sumber
pendanaan internal dapat diperoleh dari laba ditahan dan depresiasi aktiva tetap
sedangkan sumber pendanaan eksternal dapat diperoleh dari para kreditur yang

disebut dengan hutang.
Teori struktur modal pertama kali dikemukakan oleh Modigliani dan
Miller pada tahun 1958, yang selanjutnya disebut dengan teori MM. Teori MM
dibagi dalam dua bagian yaitu teori MM tanpa pajak dan teori MM dengan pajak.
1. Teori MM Tanpa Pajak
Dalam teori MM tanpa pajak dijelaskan bahwa struktur modal tidak
mempengaruhi nilai perusahaan dengan memiliki beberapa asumsi, diantaranya:
a.

Tidak terdapat Agency cost.

b.

Tidak ada pajak

c.

Investor dapat berhutang dengan suku bunga yang sama dengan perusahaan.
15


Universitas Sumatera Utara

d.

Investor mempunyai informasi yang sama dengan manajemen mengenai
prospek perusahaan dimasa depan.

e.

Tidak ada biaya kebangkrutan.

f.

Earning Before Interest and Taxes (EBIT) tidak dipengaruhi oleh
penggunaan dari hutang.

g.

Para investor adalah price-takers.


h.

Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar.
Teori MM tanpa pajak dalam Syahyunan (2013: 60) menyatakan Teori

MM tanpa pajak menyatakan dua preposisi yang dikenal sebagai preposisi MM
tanpa pajak yaitu:
a.

Preposisi I
Jika tidak ada pajak nilai perusahaan tidak tergantung pada struktur modal
(menggunakan hutang atau tidak). Hal ini terjadi karena nilai perusahaan
yang menggunakan hutang sama dengan perusahaan yang tidak menggunakan
hutang akibat kemungkinan munculnya proses arbitrase. Proses arbitrase
muncul karena investor selalu lebih menyukai investasi yang memerlukan
dana yang lebih sedikit.

b.

Preposisi II

Penggunakan hutang tidak akan meningkatkan nilai perusahaan, karena
keuntungan dari biaya hutang yang lebih kecil ditutup dengan naiknya biaya
modal sendiri yang diinginkan pemilik akibat meningkatnya risiko yang
disebabkan meningkatnya penggunaan hutang.

16

Universitas Sumatera Utara

2. Teori MM Dengan Pajak
Teori MM tanpa pajak dianggap tidak realistis karena kenyataannya
peraturan pemerintah mengharuskan pembayaran pajak bagi setiap perusahaan.
Oleh sebab itu, pada tahun 1963, Teori MM menerbitkan lanjutan teori mengenai
adanya efek pajak (Brigham dan Houston, 2006: 37). Dalam teori MM dengan
pajak juga terdapat dua preposisi yaitu:
a.

Preposisi I
Nilai perusahaan yang berhutang sama dengan nilai perusahaan yang tidak
berhutang ditambah dengan penghematan pajak karena bunga hutang.

Implikasinya adalah pembiayaan dengan hutang sangat menguntungkan dan
struktur modal optimal adalah penggunaan seratus persen hutang.

b.

Preposisi II
Biaya modal saham akan meningkat dengan semakin meningkatnya hutang,
tetapi penghematan pajak akan lebih besar dibandingkan dengan penurunan
nilai karena kenaikan biaya modal saham. Implikasi teori tersebut adalah
sebaiknya perusahaan menggunakan hutang sebanyak-banyaknya.

2.1.3 Kebijakan Struktur Modal
Pada dasarnya, pendanaan melalui utang akan meningkatkan tingkat
pengambalian yang diharapkan dari suatu investasi, tetapi disisi lain, pendanaan
melalui utang juga meningkatkan tingkat resiko atas investasi. Menurut Brigham
dan Hoston (2006: 6) kebijakan struktur modal melibatkan adanya suatu
pertukaran antara resiko dan pengembalian:

17


Universitas Sumatera Utara

a.

penggunaan lebih banyak utang akan meningkatkan resiko yang ditanggung
oleh para pemengang saham,

b.

namun penggunaan utang yang lebih besar biasanya akan menyebabkan
terjadinya espektasi tingkat pengembalian atas ekuitas yang lebih tinggi.
Selanjutnya menurut Brigham dan Houston (2006: 101) seberapa jauh

perusahaan menggunakan utang (financial leverage) akan memiliki 3 (tiga)
implikasi penting yaitu:
a.

Dengan memperoleh dana melalui utang, para pemegang saham dapat
mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut dengan sekaligus
membatasi investasi yang mereka berikan,


b.

Kreditor akan melihat pada ekuitas, atau dana yang diperoleh sendiri, sebagai
suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal
yang diberikan pemegang saham, maka semakin kecil resiko yang dihadapi
kreditor.

c.

Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana
hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan, maka
pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar, atau diungkit (leverage).

2.1.4 Rasio Struktur Modal
Rasio yang digunakan untuk mengukur struktur modal adalah dengan
menggunakan rasio leverage. Rasio leverage mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh
beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang (Rodoni
dan Ali, 2010: 123).

18

Universitas Sumatera Utara

Fakhrudin (2008: 109) menyatakan bahwa leverage merupakan jumlah
utang yang digunakan untuk membiayai atau membeli aset-aset perusahaan.
Perusahaan yang memiliki utang lebih besar dari equity dikatakan sebagai
perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi.
Menurut Sugiono dan Untung (2008: 64) rasio leverage bertujuan untuk
menganalisa pembelanjaan yang dilakukan berupa komposisi hutang dan modal
serta kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan beban tetap lainnya.
Rasio leverage terdiri dari debt ratio, financial ratio, fixed charge coverage ratio,
dan cash flow coverage.
Dalam penelitian ini, struktur modal diukur dengan menggunakan Debt to
Assets Ratio (DAR). Sawir (2004: 2) menyatakan bahwa leverage keuangan
dapat diukur berdasarkan nilai buku yaitu dengan rasio nilai buku seluruh utang
terhadap total aktiva (Debt to Asset Ratio). Pengukuran manfaat penggunaan
utang

atau


analisis

leverage

keuangan

dapat

dilakukan

dengan

memperbandingkan tingkat pengembalian aktiva (Sawir, 2004:4).
Menurut Sugiono dan Untung (2008: 64) Debt to Assets Ratio merupakan
perbandingan antara total hutang dan total aktiva. Para kreditur menginginkan
debt ratio yang rendah karena semakin tinggi rasio ini maka semakin besar risiko
para kreditur. Debt to Assets Ratio dirumuskan sebagai berikut (Sugiono dan
Untung, 2008: 64):


19

Universitas Sumatera Utara

2.2 Ukuran Perusahaan
2.2.1 Pengertian Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menurut Riyanto (2008: 313) adalah besar kecilnya
perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai penjualan, atau nilai aktiva.
Menurut Sawir (2004: 101) ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan
dari struktur keuangan
Berdasarkan definisi tersebut maka dapat diketahui bahwa ukuran
perusahaan adalah suatu skala yang menentukan besar kecilnya perusahaan yang
dapat dilihat dari nilai equity, nilai penjualan, jumlah karyawan dan nilai total
aktiva yang merupakan variabel konteks yang mengukur tuntutan pelayanan atau
produk organisasi.
2.2.2 Klasifikasi Ukuran Perusahaan
Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 mengklasifikasikan ukuran
perusahaan ke dalam kategori yaitu usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah,
dan usaha besar. Pengklasifikasian ukuran perusahaan tersebut didasarkan pada
total aset yang dimiliki dan total penjualan tahunan perusahaan tersebut.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tersebut mendefinisikan usaha mikro,
usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar sebagai berikut:
1.

Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan /atau badan
usaha perorangan yang memiliki kriteria usaha mikro sebagaimana diatur
dalam undang-undang ini. Kriteria usaha menurut undang-undang ini
digolongkan berdasarkan jumlah asset dan omzet yang dimiliki oleh sebuah

20

Universitas Sumatera Utara

usaha. Untuk kriteria usaha mikro asset yang harus dimiliki maksimal 50 juta
dan omzet maksimal yang dicapai 300 juta.
2.

Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah
atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud
dalam undang-undang ini. Kriteria usaha menurut undang-undang ini
digolongkan berdasarkan jumlah asset dan omzet yang dimiliki oleh sebuah
usaha. Untuk kriteria usaha kecil asset yang harus dimiliki 50 juta sampai 500
juta dan omzet yang dicapai 300 juta sampai 2,5 miliar.

3.

Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha
besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Kriteria usaha menurut
undang-undang ini digolongkan berdasarkan jumlah asset dan omzet yang
dimiliki oleh sebuah usaha. Untuk kriteria usaha menengah asset yang harus
dimiliki 500 juta sampai 10 miliar dan omzet yang dicapai 2,5 miliar sampai
50 miliar.

4.

Usaha besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan
usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih
21

Universitas Sumatera Utara

besar dari usaha menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau
swasta, usaha patungan dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di
Indonesia.
2.2.3 Rasio Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan (size) bisa diukur dengan menggunakan total aktiva,
penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut. Salah satu tolak ukur yang
menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan
tersebut.
Menurut Riyanto (2008: 299), suatu perusahaan yang besar di mana
sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal saham hanya akan
mempunyai pengaruh kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya
control dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya
perusahaan yang kecil di mana sahamnya hanya tersebar di lingkungan kecil,
penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap
kemungkinan hilangnya kontrol pihak dominan terhadap perusahaan yang
bersangkutan.
Dengan demikian maka pada perusahaan yang besar di mana sahamnya
tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi
kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan dibandingkan dengan
perusahaan yang kecil.
Perusahaan yang lebih besar memiliki akses yang lebih besar untuk
mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber sehingga untuk memperoleh
pinjaman dari kreditur pun akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran
22

Universitas Sumatera Utara

besar memiliki profitabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan atau
bertahan dalam industri. Pada sisi lain, perusahaan dengan skala kecil lebih
fleksibel dalam menghadapi ketidakpastian, karena perusahaan kecil lebih cepat
bereaksi terhadap perubahan yang mendadak. Semakin besar ukuran suatu
perusahaan, maka kecenderungan menggunakan modal asing juga semakin besar.
Untuk melakukan pengukuran terhadap ukuran perusahaan Jogiyanto
(2007: 282) mengemukakan bahwa Ukuran aktiva digunakan untuk mengukur
besarnya perusahaan, ukuran aktiva tersebut diukur sebagai logaritma dari total
aktiva.

Sedangkan Prasetyantoko (2008: 257) menyatakan bahwa total asset

dapat menggambarkan ukuran perusahaan, semakin besar aset biasanya
perusahaan tersebut makin besar.
Berdasarkan uraian di atas, maka untuk menentukan ukuran perusahaan
digunakan ukuran aktiva. Ukuran aktiva tersebut diukur sebagai logaritma dari
total aktiva. Logaritma digunakan untuk memperkecil aset tersebut yang sangat
besar dibanding variabel keuangan lainnya.
2.3 Profitabilitas
2.3.1 Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas

menurut

Harahap

(2007:

304)

menyatakan

bahwa

profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui
semua kemampuan dan sumber daya yang ada seperti kegiatan penjualan, kas,
modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Brigham & Houston
(2010: 149) berpendapat bahwa rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang

23

Universitas Sumatera Utara

menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen aset, dan utang
pada hasil operasi.
Profitabilitas merupakan faktor yang seharusnya mendapat perhatian
penting karena untuk dapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan harus
berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Tanpa adanya
keuntungan (profit), maka akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari
luar.
2.3.2 Rasio Profitabilitas
Menurut Kasmir (2009: 162), rasio profitabilitas merupakan rasio untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu
periode tertentu. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen
suatu perusahaan.
Rasio profitabilitas bertujuan untuk mengukur efektivitas manajemen yang
tercermin pada imbalan atas hasil investasi melalui kegiatan perusahaan atau
dengan kata lain mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan dan efisiensi
dalam pengelolaan kewajiban dan modal (Sugiono dan Untung, 2008:

70).

Rasio-rasio profitabilitas antara lain: Gross Profit Margin, Net Profit Margin,
Cash Flow Margin, Return, Return on Assets, dan Return on Equity.
Rasio profitabilitas pada penelitian ini diukur dengan Return on asset
(ROA). Return on asset adalah perbandingan antara laba sebelum pajak dengan
total aktiva, atau dapat dikatakan perbandingan antara laba bersih dengan total
aset. Semakin besar ROA semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai
oleh perusahaan dan semakin baik posisi perusahaan tersebut dari segi
24

Universitas Sumatera Utara

penggunaan aset. Begitu juga sebaliknya bila ROA kecil maka tingkat keuntungan
yang dicapai oleh perusahaan akan kecil dan posisi perusahaan akan kurang baik.
Hanafi

(2008: 42) menyatakan bahwa Return on Assets mengukur

kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang
tertentu. Menurut Fahmi (2012: 98) Return on asset sering juga disebut sebagai
return on investment, karena Return on Assets ini melihat sejauh mana investasi
yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai
dengan yang diharapkan dan investasi tersebut sebenarnya sama dengan aset
perusahaan yang ditanamkan atau ditempatkan.

Selanjutnya,

Dendawijaya

(2009: 118) menyatakan bahwa Return on Assets digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara
keseluruhan. Menurut Sartono (2001: 35) menyatakan bahwa Return on Assets
mengukur kemampuan perusahaan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang
tertentu. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan efisiensi manajeman asset.
Menurut Rivai et al. (2013: 490) Return on Assets menunjukkan
kemampuan dalam mengelola aset yang menghasilkan laba sebelum pajak.
Sehingga Return on Assets dihitung dengan rumus sebagai berikut:

2.4 Risiko Bisnis
2.4.1 Pengertian Risiko Bisnis
Risiko Bisnis akan mempersulit perusahaan dalam melaksanakan
pendanaan eksternal, sehingga secara teori akan berpengaruh negatif terhadap
leverage perusahaan. Menurut Hanafi (2004: 329) risiko bisnis atau operating
25

Universitas Sumatera Utara

leverage bisa diartikan sebagai seberapa besar perusahaan menggunakan beban
tetap operasional. Perusahaan yang menggunakan biaya tetap dalam proporsi
yang tinggi (relatif terhadap biaya variabel) dikatakan menggunakan operating
leverage yang tinggi. Dengan kata lain, Degree of Operating Leverage (DOL)
untuk perusahaan tersebut tinggi. Perubahan penjualan yang kecil akan
mengakibatkan perubahan pendapatan yang tinggi (lebih sensitif). Jika perusahaan
mempunyai Degree of Operating Leverage (DOL) yang tinggi, tingkat penjualan
yang tinggi akan menghasilkan pendapatan yang tinggi. Tetapi sebaliknya, jika
tingkat penjualan turun secara signifikan, perusahaan tersebut akan mengalami
kerugian.
Adapun kegunaan dari operating leverage adalah leverage operasi dapat
mengukur perubahan pendapatan atau penjualan terhadap keuntungan operasi
perusahaan. Dilihat dari kegunaan operating leverage, dapat disimpulkan bahwa
perusahaan dapat mengetahui perubahan laba operasi sebagai akibat perubahan
penjualan, sehingga perusahaan dapat mengetahui keuntungan operasi perusahaan.
Risiko bisnis merupakan kombinasi dari:
a. Sales risk: yaitu ketidakpastian penjualan perusahaan.
b. Operating risk: yaitu ketidakpastian operating income yang disebabkan karena
ketidakpastian fixed cost operasional.
Perusahaan yang menggunakan high leverage,

sedikit saja perubahan

pada penjualan, akan memberikan dampak yang besar terhadap earning.

26

Universitas Sumatera Utara

2.4.2 Rasio Risiko Bisnis
Untuk mengukur risiko bisnis dalam penelitian ini menggunakan Degree
of

Operating Leverage (DOL) yaitu persentase perubahan Earning Before

Interest and Tax (EBIT) yang disebabkan oleh karena persentase perubahan
penjualan. Jadi, apabila penjualan perusahaan volumenya kecil, maka DOL akan
tinggi. Dan seiring meningkatnya volume penjualan perusahaan, maka fixed cost
tersebut menjadi kurang berarti sehingga DOL menjadi lebih kecil.
Risiko bisnis diukur dengan:

2.5 Time Interest Earned
2.5.1 Pengertian Time Interest Earned
Time interest earned merupakan perbandingan antara laba bersih sebelum
bunga dan pajak dengan beban bunga dan merupakan rasio yang mencerminkan
besarnya jaminan keuangan untuk membayar bunga utang jangka panjang.
Sawir (2008: 14) mengatakan bahwa rasio time interest earned juga disebut
dengan rasio penutupan (coverage ratio), yang mengukur kemampuan pemenuhan
kewajiban bunga tahunan dengan laba operasi (EBIT) dan mengukur sejauh mana
laba operasi boleh turun tanpa menyebabkan kegagalan dari pemenuhan
kewajiban membayar bunga pinjaman.
2.5.2 Rasio Time Interest Earned
Menurut Sutrisno (2007: 217) Times interest earning ratio yang sering
disebut coverage ratio merupakan rasio antara laba sebelum bunga dan pajak
dengan beban bunga. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
27

Universitas Sumatera Utara

beban tetapnya berupa bungan dengan laba yang diperolehnya, atau mengukur
berapa kali besarnya laba bisa menutup beban bunganya. Untuk menghitung times
interest earning ratio bisa menggunakan rumus sebagai berikut:

2.6 Pertumbuhan Aktiva
2.6.1 Pengertian Aktiva
Menurut Munawir (2005:30) menyatakan bahwa aktiva adalah sarana atau
sumber daya ekomomik yang dimiliki oleh suatu kesatuan usaha atau perusahaan
yang harga perolehannya atau nilai wajarnya harus diukur secara objektif.
Menurut Suhayati dan Anggadini (2009: 12) menyatakan bahwa aktiva adalah
barang fisik (berwujud) atau hak (tidak berwujud) yang mempunyai nilai uang.
Sedangkan menurut Somantri (2004: 19) menyatakan bahwa aktiva adalah harta
benda dan hak yang merupakan sumber daya yang dikuasi perusahaan. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa aktiva adalah harta benda (berwujud) atau
hak (tidak berwujud) yang mempunyai nilai uang sebagai sumber daya yang
dimiliki oleh suatu perusahaan.
2.6.2 Jenis-jenis Aktiva
Adapun jenis-jenis aktiva menurut Suhayati dan Anggadini (2009: 12)
dibedakan menjadi :
1.

Aktiva Lancar (Current Asset) merupakan akun-akun yang diharapkan dapat
dicairkan menjadi uang kas atau dijual atau dihabiskan biasanya dalam jangka
waktu 1 tahun atau kurang, melalui operasi normal perusahaan. Disamping

28

Universitas Sumatera Utara

uang kas yang termasuk aktiva lancar seperti bank, piutang, persediaan
barang dagang, sewa dibayar dimuka, dan lain sebagainya.
2.

Aktiva Tetap (Fixed Asset) adalah aktiva berwujud yang digunakan dalam
perusahaan yang sifatnya permanen atau relatife tetap yang meliputi
peralatan, mesin, kendaraan, bangunan, dan tanah.
Menurut Munawir (2002: 14) menyatakan bahwa aktiva lancar adalah

uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau
ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumsi dalam periode berikutnya,
paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal.
Selanjutnya aktiva tetap atau aktiva tidak lancar menurut Fransisko (2005:
10) menyatakan bahwa aktiva tetap adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan
yang secara fisik tampak dan turut berperan dalam operasi perusahaan secara
permanen, selain itu mempunyai umur ekonomis lebih dari satu periode dalam
kegiatan perusahaan seperti tanah, gedung, mesin, peralatan kantor dan kendaraan.
Dari uraian diatas mengenai penggolongan aktiva dapat disimpukan bahwa
aktiva lancar adalah aktiva yang dapat dicairkan menjadi uang kas atau dijual dan
dikonsumsi yang masa manfaatnya kurang dari satu tahun. Sedangkan terkait
dengan aktiva tetap adalah aktiva yang berwujud dan secara fisik berperan dalam
kegiatan operasi perusahaan serta mempunyai masa ekonomis lebih dari satu
tahun.
2.6.3 Rasio Pertumbuhan Aktiva
Menurut Bhaduri (2002: 200) menyatakan bahwa pertumbuhan adalah
perubahan (peningkatan atau penurunan) total aktiva yang dimiliki oleh
29

Universitas Sumatera Utara

perusahaan. Pertumbuhan aktiva dihitung sebagai persentase perubahan total
aktiva pada tahun tertentu terhadap tahun sebelumnya.
Sedangkan Menurut Margaretha (2003: 108) Total aktiva adalah total atau
jumlah keseluruhan dari kekayaan perusahaan yang terdiri dari aktiva tetap, aktiva
lancar dan aktiva lain-lain, yang nilainya seimbang dengan total kewajiban dan
ekuitas. Adapun rumus pertumbuhan asset adalah sebagai berikut :

Dimana:
TA t

= Total Aktiva Tahun Tertentu

TA t-1 = Total Aktiva Tahun Sebelumnya
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa total aktiva adalah jumlah
keseluruhan aktiva baik aktiva lancar maupun aktiva tetap yang digunakan untuk
kegiatan operasi perusahaan, dimana perubahan baik peningkatan ataupun
penurunan

aktiva

merupakan

cerminan

perusahaan

mengalami

tingkat

pertumbuhan.
2.7 Penelitian Terdahulu
Pada beberapa penelitian terdahulu menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan dari beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal.
Penelitian Firnanti (2011) menunjukkan bahwa profitabilitas, time interest earned,
dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal
namun ukuran perusahaan dan risiko bisnis tidak berpengaruh signifikan. Pada
penelitian Rachmawati (2012) menunjukkan bahwa profitabilitas dan leverage
operasi berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, penelitian Margaretha
30

Universitas Sumatera Utara

dkk. (2014) menunjukkan bahwa profitabilitas dan ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, selanjutnya penelitian yang
dilakukan oleh Putri (2012) struktur aktiva dan ukuran perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap struktur modal sedangkan profitabilitas tidak berpengaruh
signifikan.
Pada Tabel 2.1 berikut dapat dilihat ringkasan beberapa penelitian
terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
1

2

Nama Peneliti
Firnanti
(2011)

Lia
Rachmawati
(2012)

Judul Penelitian
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Struktur
Modal
Perusahaan
Manufaktur Di Bursa
Efek Indonesia

Variabel Penelitian
Variabel Dependen :
Struktur Modal

Analisis
Struktur
Modal Dan Beberapa
Faktor
Yang
Mempengaruhinya
Pada
Perusahaan
Manufaktur Di Bursa
Efek Indonesia

Variabel Dependen
Struktur Modal

Variabel
Independen:
Ukuran
Perusahaan,
Profitablitas,
Risiko
Bisnis, Time Interest
earned,
Pertumbuhan
Aktiva

:

Variabel Independen :
Ukuran
Perusahaan,
Kebijakan
Deviden,
Tingkat Profitabilitas,
Leverage
Operasi,
Tingkat
Pertumbuhan
Perusahaan

Hasil Penenlitian
Profitabilitas,
time
interest,
dan
pertumbuhan
aktiva,
berpengaruh
terhadap
struktur modal.
Sedangkan
ukuran
perusahaan dan risiko
bisnis tidak memiliki
pengaruh
yang
signifikan
terhadap
struktur modal
Secara Simultan ukuran
perusahaan, kebijakan
deviden,
tingkat
profitabilitas,
dan
tingkat
pertumbuhan
berpengaruh signifikan
terhadap struktur modal.
Sedangkan secara parsial
dari kelima variabel
independen
yang
mempunyai
pengaruh
positif
signifikan
terhadap struktur modal
adalah
kebijakan
deviden,
tingkat
profitabilitas,
dan
leverage
operasi,
sedangkan yang tidak
berpengaruh signifikan
adalah
ukuran
perusahaan dan tingkat
pertumbuhan perusahaan

31

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1
No
3

4

5

Nama
Peneliti/Tahun
Margaretha dan
Ramadhan
(2012)

Meidera Elsa Dwi
Putri
(2012)

Pontoh and Ilat
(2013)

Judul Penelitian
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Struktur
Modal
Perusahaan
Manufaktur Di Bursa
Efek Indonesia

Variabel Penelitian
Variabel Dependen :
Capital Structure
Variabel Independen :
Size,
Tangibility,
Profitability, Liquidity,
Growth, N0n-Debt Tax
Shield, Age, Investment.

Pengaruh
Profitabilitas, Struktur
Aktiva, Dan Ukuran
Perusahaan terhadap
Struktur Modal pada
Perusahaan
Manufaktur
Sektor
Industri Makanan dan
Minuman
yang
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI)

Variabel Dependen :
Struktur Modal

Determinant
Structure
Profitability
(Study
at
Company
Indonesian
Exchange)

Variabel Dependend :
Capital Structure (DER
&
DAR)
and
Profitability (ROE &
ROA)

Capital
and
Impact
Listed
in
Stock

Variabel Independen :
Profitabilitas, Struktur
Aktiva, Dan Ukuran
perusahaan.

Variabel Independend :
Growth,
Size,
Tangibility, and DOL

Hasil Penelitian
Size,
Tangibility,
Profitability, Liquidity
gorwth,
dan
age
berpengaruh terhadap
Capital
Structure,
sedangkan Non-Debt
Tax
Shield
dan
Investment
tidak
berpengaruh terhadap
Capital Structure.
Hasil penelitian ini
adalah
yang
berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap
struktur
modal adalah struktur
aktiva dan ukuran
perusahaan.
Sedangkan
yang
berpengaruh
positif
tapi tidak signifikan
adalah prifitabilitas.
The result showed the
Growth have a not
significant positive on
DER
and
not
significant negative on
DAR, Size have a not
significant positive on
DER and significant
negative on DAR,
Tangibility have a not
significant negative on
DER
and
not
significant positive on
DAR, DOL have a
significant negative on
DER
and
not
7significant negative
on DAR. DER have a
significant negative on
ROE
and
not
significant negative on
ROA, DAR have a not
significant positive on
ROE and significant
negative impact on
ROA.

32

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1
No

Nama
Peneliti/Tahun

6

Shubiri (2010)

7

Nawaiseh (2015)

Judul Penelitian

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

Determinant of Capital
Structure Choice: A
Case
Study
of
Jordanian Industrial
Companies

Variabel Dependend :
Capital Structure (DAR)

Do Profitability and
Size Affect Financial
Leverage of Jordanian
Industrial
Listed
Companies?

Variabel Dependend :
Capital Structure (DAR)

Firm
Size,
Asset
Structure,
Growth
Rate, Not Tax Shield,
Degree of Leverage
have
a
positive
significant
relationship beetwin
DAR, but ROA have a
negative
significant
relationship beetwen
DAR.
Firm Size have a
positive not significant
impact on DAR, ROA
have
a
negative
significant on DAR,
ROE have a positive
not significant on
DAR

Variabel Independend :
Firm
Size,
Asset
Structure, Growth Rate,
Not Tax Shield, Degree
of Leverage, ROA

Variabel Independend :
Firm Size, ROA, ROE

2.8 Kerangka Konseptual
Struktur modal menjadi hal yang sangat penting bagi eksistensi suatu
perusahaan.

Sawir (2004: 2) menyatakan bahwa struktur modal merupakan

komposisi pendanaan parmanen perusahaan, yaitu bauran pendanaan jangka
panjang perusahaan. Agar perusahaan dapat tumbuh dan berkembang,
membutuhkan pendanaan yang tepat sehingga kebijakan pendanaan menjadi
perhatian serius manajemen perusahaan.
Rasio yang digunakan untuk mengukur struktur modal adalah rasio
leverage. Fakhrudin (2008: 109) menyatakan bahwa leverage merupakan jumlah
utang yang digunakan untuk membiayai atau membeli aset-aset perusahaan.
Perusahaan yang memiliki utang lebih besar dari total aktiva dikatakan sebagai
perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi. Dalam penelitian ini, struktur
modal diukur dengan menggunakan Debt to Assets Ratio (DAR).
33

Universitas Sumatera Utara

Menurut Sugiono dan Untung (2008: 64) Debt to Assets Ratio merupakan
perbandingan antara total hutang dan total aktiva. Para kreditur menginginkan
debt ratio yang rendah karena semakin tinggi rasio ini maka semakin besar risiko
para kreditur.
Struktur modal perusahaan dapat dipengaruhi berbagai faktor diantaranya
Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Risiko Bisnis, Time Interest Earned, dan
Pertumbuhan Aktiva.
Ukuran perusahaan menunjukkan besar atau kecilnya skala perusahaan
yang dapat dilihat dari besarnya jumlah ekuitas, pendapatan, dan aktiva seperti
dikemukakan oleh Riyanto (2008:313) yang menyatakan bahwa besar kecilnya
perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai penjualan, atau nilai aktiva.
Untuk melakukan pengukuran terhadap ukuran perusahaan Jogiyanto
(2007: 282) mengemukakan bahwa Ukuran aktiva digunakan untuk mengukur
besarnya perusahaan, ukuran aktiva tersebut diukur sebagai logaritma dari total
aktiva. Semakin besar ukuran perusahaan mencerminkan besarnya jumlah aktiva
yang dimiliki perusahaan sehingga perusahaan dengan skala besar lebih mudah
mendapat akses pendanaan dari sumber eksternal karena dinilai layak oleh
kreditur.
Riyanto, (2010: 297) menyatakan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi struktur modal adalah Struktur Aktiva. Apabila aktiva perusahaan
cocok digunakan untuk dijadikan agunan kredit perusahaan tersebut cenderung
menggunakan banyak hutang. Dengan demikian semakin besar ukuran perusahaan

34

Universitas Sumatera Utara

mencerminkan besarnya jumlah aktiva yang dapat dijadikan sebagai jaminan oleh
perusahaan untuk memperoleh pendanaan melalui hutang.
Selanjutnya faktor profitabilitas dapat mempengaruhi struktur modal.
Profitabilitas diukur dengan Return on Assets yaitu kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki. Menurut
Sartono dalam (Rohaeti, 2003: 29) menyatakan bahwa profitabilitas adalah
kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan,
total aktiva maupun modal sendiri. Dengan demikian, nilai jika Return on Assets
tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengelola aset secara efisien
sehingga menghasilkan laba. Dengan tingginya laba yang diperoleh perusahaan,
maka perusahaan cenderung memiliki hutang yang relatif rendah karena sumber
pendanaan internal cukup untuk membiayai operasional perusahaan.
Faktor selanjutnya adalah Risiko Bisnis. Risiko bisnis merupakan yaitu
resiko yang berkaitan dengan operating income suatu perusahaan yaitu
ketidakpastian pendapatan dan pengeluaran perusahaan. Resiko bisnis merupakan
kombinasi dari: Sales risk: yaitu ketidakpastian penjualan perusahaan dan
operating risk yaitu ketidakpastian operating income yang disebabkan karena
ketidakpastian fixed cost operasional. Risiko bisnis diukur dengan persentase
perubahan EBIT yang disebabkan oleh karena persentase perubahan penjualan
Operating leverage menurut Hanafi (2004: 329) bisa diartikan sebagai
seberapa besar perusahaan menggunakan beban tetap operasional.

Sehingga

semakin besar rasio operating leverage yang diukur dari Degree of Operating
Leverage (DOL). Perusahaan yang menggunakan biaya tetap dalam proporsi
35

Universitas Sumatera Utara

yang tinggi (relatif terhadap biaya variabel) dikatakan menggunakan operating
leverage yang tinggi.
Dengan kata lain, Degree of Operating Leverage (DOL) untuk perusahaan
tersebut tinggi. Perubahan penjualan yang kecil akan mengakibatkan perubahan
pendapatan yang tinggi (lebih sensitive). Jika perusahaan mempunyai degree of
operating leverage (DOL) yang tinggi, tingkat penjualan yang tinggi akan
menghasilkan pendapatan yang tinggi. Tetapi sebaliknya, jika tingkat penjualan
turun secara signifikan, perusahaan tersebut akan mengalami kerugian. Dengan
demikian, jika rasio Degree of Operational Leverage tinggi maka kemungkinan
pendanaan perusahaan melalui hutang relatif rendah.
Selanjutnya Time Interest Earned merupakan perbandingan antara laba
bersih sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga dan merupakan rasio yang
mencerminkan besarnya jaminan keuangan untuk membayar bunga utang jangka
panjang. Sawir (2008:14) mengatakan bahwa: Rasio ini juga disebut dengan rasio
penutupan (coverage ratio), yang mengukur kemampuan pemenuhan kewajiban
bunga tahunan dengan laba operasi (EBIT) dan mengukur sejauh mana laba
operasi boleh turun tanpa menyebabkan kegagalan dari pemenuhan kewajiban
membayar bunga pinjaman.
Pertumbuhan Aktiva menurut Bhaduri (2002: 200) menyatakan bahwa
pertumbuhan adalah perubahan (peningkatan atau penurunan) total aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan. Pertumbuhan aktiva dihitung sebagai persentase
perubahan total aktiva pada tahun tertentu terhadap tahun sebelumnya.
Peningkatan maupun penurunan aktiva akan mencerminkan kekayaan aset yang
36

Universitas Sumatera Utara

dimiliki perusahaan sehingga perusahaan dengan pertumbuhan aktiva yang tinggi
menunjukkan meningkatnya kemampuan perusahaan dalam membiayai aktivanya
sehingga akan lebih mudah dalam memperoleh pendanaan karena memiliki
sejumlah aktiva yang cukup untuk menjamin pendanaan tersebut.
Riyanto

(2010:297)

menyatakan

bahwa

salah

satu

faktor

yang

mempengaruhi struktur modal adalah pertumbuhan perusahaan. Perusahaanperusahaan

yang

mempunyai

tingkat

pertumbuhan

lebih

cepat,

akan

membutuhkan dana dari sumber extern yang lebih besar sehingga jika
pertumbuhan aktiva perusahaan meningkat, maka akan meningkatkan kebutuhan
perusahaan

terhadap

pendanaan

melalui

hutang.

Riyanto,

(2010:297)

menyatakan bahwa profitabilitas perusahaan dengan tingkat pengembalian yang
tinggi atas investasi, menggunakan hutang yang relatif kecil. Laba ditahannya
yang tinggi sudah memadai membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan.
Dengan demikian, jika perusahaan memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi
maka akan cenderung menggunakan hutang yang relatif lebih kecil dibanding
perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang rendah.
Pada Gambar 2.1 Kerangka Konseptual dapat dijelaskan bahwa faktorfaktor yang dapat mempengaruhi struktur modal yang terdiri dari Ukuran
Perusahaan (X1), Profitabilitas (X2), Risiko Bisnis (X3), Time Interest Earned
(X4), dan Pertumbuhan Aktiva (X5) merupakan variabel independen yang diduga
dapat mempengaruhi struktur modal sebagai variabel dependen (Y). Dengan
demikian, peningkatan maupun penurunan yang terjadi pada variabel independen
(ukuran perusahaan, return on assets, risiko bisnis, time interest earned, dan
37

Universitas Sumatera Utara

pertumbuhan perusahaan) akan menyebabkan peningkatan atau penurunan pada
variabel dependen (struktur modal). Kerangka konseptual penelitian digambarkan
sebagai berikut:
Ukuran Perusahaan
(X1)
Profitabilitas
(X2)

Risiko Bisnis
(X3)

Struktur Modal
(Y)

Time Interest Earned
(X4)
Pertumbuhan Aktiva
(X5)

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

2.9 Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka, penelitian terdahulu dan kerangka
konseptual, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Ukuran Perusahaan (Size) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Struktur Modal (DAR) pada perusahaan Property, Realestate, dan Konstruksi
di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013.

2.

Profitabilitas (ROA) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Struktur
Modal (DAR) pada perusahaan Property, Realestate, dan Konstruksi di Bursa
Efek Indonesia Periode 2010-2013.
38

Universitas Sumatera Utara

3.

Risiko Bisnis berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Struktur Modal
(DAR) pada perusahaan Property, Realestate, dan Konstruksi di Bursa Efek
Indonesia Periode 2010-2013.

4.

Time Interest Earned berpengaruh positif dan signifikan terhadap Struktur
Modal (DAR)

pada perusahaan Property, Realestate, dan Konstruksi di

Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013.
5.

Pertumbuhan Aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap Struktur
Modal (DAR) pada perusahaan Property, Realestate, dan Konstruksi di Bursa
Efek Indonesia Periode 2010-2013.

6.

Ukuran Perusahaan (Size), Profitabilitas (ROA), Risiko Bisnis (Degree of
Operational Leverage), Time Interest Earned, dan Pertumbuhan Aktiva
secara serempak berpengaruh positif dan signifikan terhadap Struktur Modal
(Debt to Assers Ratio) pada perusahaan Property, Realestate, dan Konstruksi
di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013.

39

Universitas Sumatera Utara