KEDUDUKAN BANK INDONESIA DAN OTORITAS JASA KEUANGAN BERDASARKAN PERUNDANG – UNDANGAN TERHADAP PRODUK PERBANKAN | Soedibyo | Lex Journal: Kajian Hukum & Keadilan 557 1444 1 PB
KEDUDUKAN BANK INDONESIA DAN OTORITAS JASA
KEUANGAN BERDASARKAN PERUNDANG – UNDANGAN
TERHADAP PRODUK PERBANKAN
Anthonius Adhi Soedibyo
anthoniusadhi@gmail.com
Agustin Widjiastuti
agustin_natsuko@yahoo.com
Program Studi Ilmu Hukum
Universitas Pelita Harapan Surabaya
Abstrak
Posisi perbankan dalam lalu lintas keuangan memberikan arti penting bagi
pembangunan ekonomi suatu negara, begitu pentingnya sehingga kelancaran aktifitas lalu lintas
keuangan menentukan ketahanan ekonomi sebuah negara yang berujung pada ketahanan
nasional. Melihat penting sektor lalu lintas keuangan ini maka negara yang diwakili oleh
pemerintah mengambil langkah membentuk sebuah lembaga tinggi negara yang melakukan
pengawasan, pembinaan dan pembuat regulasi baik dibidang moneter, lalu lintas pembayaran,
dan perbankan. Lembaga ini adalah Bank Indonesia. Bank Indonesia memiliki fungsi
menyeluruh dalam menjaga kelancaran dan stabilitas ekonomi Indonesia secara menyeluruh dan
terpadu. Namun sejak tahun 2011, Bank Indonesia diambil sebagian kewenangannya dalam
melakukan pembinaan dan pengawasan perbankan dengan beridirinya Otoritas Jasa Keuangan.
Dengan berkurangnya kewenangan yang dimiliki oleh Bank Indonesia oleh Otoritas Jasa
Keuangan, maka diperlukan cara bagi Bank Indonesia agar tetap dapat menjalankan fungsinya
sebagai penjaga stabilitas ekonomi negara, terutama dalam menghadapi permasalahan –
permasalahan yang timbul didalam ruang lingkup kewenanganhnya, maupun diluar lingkup
kewenangannya. Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif yakni upaya mencari
penyelesaian masalah dengan meneliti dan mengkaji norma hukum positif dengan melakukan
studi perpustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bank Indonesia dan Otoritas Jasa
Keuangan tidak saling tumpang tindih dalam menjalankan kewajibannya, melainkan secara
sinergi dan terintegrasi antar lembaga dengan melakukan koordinasi dalam segala lini agar dapat
menjangkau bidang – bidang maupun pihak – pihak yang terlibat dalam lalu lintas keuangan dan
ekonomi, baik dengan sisi regulasi maupun pengawasan dan pembinaannya.
Kata Kunci
perbankan.
: koordinasi antar lembaga tinggi negara, lembaga perbankan, regulasi
Abstract
Banking position in financial traffic gives importance to the economic
development of a country, so important that the smoothness of the activity of financial traffic
determines the economic resilience of a country that leads to national resilience. Seeing the
importance of this sector of financial traffic, the state represented by the government took steps
to form a state high institution that conducts supervision, guidance and regulators in the field of
monetary, payment, and banking. This institution is Bank Indonesia. Bank Indonesia has a
comprehensive function in maintaining the smoothness and stability of the Indonesian economy
as a whole and integrated. However, since 2011, Bank Indonesia has taken part of its authority in
conducting banking supervision and supervision by the Financial Services Authority. With the
lack of authority possessed by Bank Indonesia by the Financial Services Authority, it is
necessary for Bank Indonesia to continue functioning as a guardian of the state's economic
stability, especially in the face of problems arising within the scope of its authority, or outside its
scope of authority. The research method used is normative juridical that is effort to find problem
solving by researching and reviewing positive law norm by doing library study. The results of
the study show that Bank Indonesia and the Financial Services Authority do not overlap in
carrying out their obligations, but in synergy and integrated among institutions by coordinating
on all fronts in order to reach the areas and parties involved in financial and economic traffic,
both with regulation side and supervision and guidance.
Keywords: coordination among state high institutions, banking institutions, banking
regulations
*Anthonius Adhi Soedibyo, Agustin Widjiastuti Dosen Fakultas Hukum Progam Studi Ilmu
Hukum Universitas Pelita Harapan Surabaya
I. PENDAHULUAN
Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
A. Latar Belakang
Indonesia.
Ada dua undang – undang
Terkait dengan posisi yang
utama yang berlaku bagi perbankan
sangat
strategis
dalam
Indonesia. Yang pertama adalah adalah
pembangunan
nasional
undang – undang yang mengatur bank
perekonomian
negara
sentral . yang kedua adalah undang –
melayani pemerintahan negara maupun
undang yang mengenai perbankan.
dunia
keuangan
dan
mendukung
dalam
baik
hal
dalam
perbankan
di
Bank Sentral, mula – mula
Indonesia, posisi Bank Sentral sebagai
diatur dengan Undang-Undang No. 13
Lembaga Tinggi Negara yang berwenang
Tahun
untuk
1968
kemudian
tentang
diganti
Bank
dengan
Sentral,
Undang-
melakukan
melakukan
fungsi
pengawasan
regulasi
dan
terhadap
Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
kebijakan moneter sebuah negara, adalah
Indonesia dan kemudian diubah lagi
aspek penting dalam tercapainya cita-cita
dengan Undang-Undang No. 3 Tahun
stabilitas ekonomi pada sebuah negara.
2004 tentang Perubahan atas Undang-
Stabilitas
ekonomi
berujung
pada
yang
tercapainya
kemudian
cita-cita
mendorong
Bank beralih kepada lembaga Otoritas
terciptanya general welfare dilakukan
Jasa Keuangan. Otoritas Jasa Keuangan
dengan
merupakan
bernegara
dalam
upaya
mengoptimalkan
fungsi
lembaga
negara
yang
pengawasan dari Bank Sentral, dalam hal
mempunyai fungsi regulasi (pengaturan)
ini Bank Indonesia.
dan supervisi (pengawasan) terhadap
yang
seluruh kegiatan di dalam sektor jasa
penyelenggaraannya dilaksanakan oleh
keuangan. Sektor jasa keuangan tersebut
lembaga jasa keuangan, dimana dalam
meliputi,
perkembangannya
memberikan
perbankan, kegiatan jasa keuangan di
kontribusi yang signifikan dalam lalu
sektor pasar modal dan kegiatan jasa
lintas pembayaran dan pembiayaan dalam
keuangan di sektor perasuransian, dana
rangka pembangunan nasional, dan oleh
pensiun,
sebab itu negara sebagai pihak yang
lembaga jasa keuangan lainnya.
Fungsi
intermediasi
telah
jasa
keuangan
lembaga
di
sektor
pembiayaan
dan
dalam
OJK sendiri dibentuk dengan
jasa
tujuan agar keseluruhan kegiatan didalam
keuangan dengan memberikan kerangka
sektor jasa keuangan terselenggara secara
peraturan dan pihak yang mengawasi
teratur, adil, transparan, akuntabel dan
terlaksananya peraturan tersebut.
mampu mewujudkan sistem keuangan
memiliki
peran
perkembangan
penting
dibidang
sektor
Sejalan dengan amanat Pasal
yang tumbuh secara berkelanjutan dan
34 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004
stabil, dan juga mampu melindungi
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
kepentingan kepentingan konsumen dan
Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank
masyarakat,
Indonesia adalah dibentuknya lembaga
diamanatkan dalam Pasal 4 UU No.21
pengawas pada jasa keuangan, maka pada
Tahun 2011.
sebagaimana
yang
2011
OJK dibentuk dengan dan
diundangkannya Undang-Undang Nomor
dilandasi dengan prinsip – prinsip tata
21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa
kelola yang baik, meliputi independensi,
Keuangan ( selanjutnya disebut dengan
akutanbilitas,
tanggal
22
November
OJK ) . Lahirnya lembaga Otoritas Jasa
Keuangan,
maka
peran
serta
Bank
Indonesia sebagai lembaga pengawasan
pertanggung
jawaban,
transparansi dan kewajaran (fairness)1.
Otoritas
Jasa
rahasia
Keuangan
melaksanakan tugas dan wewenangnya
berlandaskan asas – asas sebagai berikut :
1. Asas independensi yakni independensi
dalam
pengambilan keputusan dan
pelaksanaan
fungsi,
sebagaimana
termasuk
rahasia
ditetapkan
dalam
peraturan perundangan-undangan.
5. Asas Profesionalitas, yakni asas yang
mengutamakan
pelaksanaan
keahlian
tugas
dan
dalam
wewenang
dan
Otoritas Jasa Keuangan, dengan tetap
sesuai
berlandasakan pada kode etik dan
tugas
wewenang OJK dengan tetap
Negara,
peraturan per undangan – undangan
ketentuan
yang berlaku.
undangan.
2. Asas kepastian hukum yakni asas dalam
6. Asas
peraturan
Integritas,
perundangan-
yakni
asas
yang
Negara hukum yang mengutamakan
berpegang teguh pada nilai-nilai moral
–
dalam setiap tindakan dan keputusan
undangan dan keadilan dalam setiap
yang diambil dalam penyelenggaraan
kebijakan penyelenggaraan otoritas jasa
Otoritas Jasa Keuangan.
landasan
peraturan
per
undang
7.Asas Akuntabilitas, yakni asas yang
keuangan.
3. Asas Kepentingan umum, yakni asas
yang
memebela
dan
melindungi
mementukan bahwa setiap kegiatan dan
hasil
akhir
dari
kepentingan konsumen dan masyarakat
penyelenggaraan
serta memajukan kesejahteraan umum.
Keuangan
4. Asas Keterbukaan, yakni asas yang
memperoleh
informasi
yang
kegiatan
Otoritas
harus
Jasa
dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik.
Dan
membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk
setiap
tugasnya,
OJK
untuk
menjalankan
diberikan
berbagai
benar, jujur, dan tidak diskriminasi
wewenang sebagaimana yang dimaksud
tentang penyelenggaraan Otoritas Jasa
Pasal 7 UU No 21 Tahun 2011 yang
Keuangan,
isinya sebagai berikut :
dengan
tetap
memeperhatikan perlindungan atas hak
asasi
pribadi dan golongan,
serta
Pasal 7
Untuk melaksanakan tugas pengaturan dan
1
Buku Saku Otoritas Jasa Keuangan Edisi
Ke-2, April 2015 Hal 3-4
pengawasan
di
sektor
Perbankan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
c. pengaturan dan pengawasan mengenai
aspek
huruf a, OJK mempunyai wewenang:
kehati-hatian
bank,
meliputi:
a. pengaturan dan pengawasan mengenai
kelembagaan bank yang meliputi:
1.
perizinan
untuk
pendirian
bank,
1. manajemen risiko;
2. tata kelola bank;
pembukaan kantor bank, anggaran dasar,
rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan
dan
sumber
konsolidasi
daya
dan
manusia,
akuisisi
merger,
bank,
serta
pencabutan izin usaha bank; dan
2. kegiatan usaha bank, antara lain sumber
3. prinsip mengenal nasabah dan anti
pencucian uang; dan
4. pencegahan pembiayaan terorisme
dan kejahatan perbankan; dan
d. pemeriksaan bank.
dana, penyediaan dana, produk hibridasi,
Kewenangan
dan aktivitas di bidang jasa;
OJK
dalam
melakukan pengawasan dan pengaturan
b. pengaturan dan pengawasan mengenai
kesehatan bank yang meliputi:
1. likuiditas, rentabilitas, solvabilitas,
kualitas aset, rasio kecukupan modal
minimum, batas maksimum pemberian
kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan,
dan pencadangan bank;
terhadap keseluruhan kegiatan dalam
sektor
jasa
keuangan telah diatur
didalam Pasal 5 UU
2011, sedangkan
No. 21 Tahun
ruang lingkupnya
diatur didalam Pasal 6 UU No. 21
Tahun 2011 yang isinya menyatakan
bahwa
OJK
melaksanakan
tugas
pengaturan dan pengawasan terhadap :
2. laporan bank yang terkait dengan
kesehatan dan kinerja bank;
1. Kegiatan jasa keuangan di sektor
perbankan;
2. Kegiatan jasa keuangan disektor
3. sistem informasi debitur;
4. pengujian kredit (credit testing); dan
pasar modal; dan
3. Kegiatan jasa keuangan disektor
perasuransian,
5. standar akuntansi bank;
dana
pensiun,
lembaga pembiayaan,, dan lembaga
jasa keuangan lainnya.
Dengan
beralihnya
kewenangan – kewenangan tersebut
dan/atau
konsumen
yang
dikenal
dengan istilah “rahasia bank”.
dari Bank Indonesia kepada OJK, maka
Rahasia
sebagian tugas Bank Indonesia seperti
yang tercantum dalam Pasal 8 UU No.
23
Tahun
1999
Tentang
Bank
kebijakan moneter
Bank
yang umum dalam dunia perbankan,
secara
internasional.
a. Menetapkan dan melaksanakan
atau
Secrecy dikenal sebagai suatu bentuk
baik
Indonesia yakni :
Bank
nasional
Di
maupun
Amerika
Serikat
bentuk rahasia bank dikenal dengan
istilah Financial Privacy. Rahasia bank
b. Mengatur dan menjaga kelancaran
sistem pembayaran
tidak berbeda dengan jauh dengan
rahasia tentang kondisi pasien yang
c. Mengatur dan mengawasi bank.
dipegang teguh oleh seorang psikolog.
Dimana bila rahasia tersebut tidak di
pada huruf c telah beralih kepada
OJK.
bocornya data atau informasi pasien
Pengalihan tugas mengatur
dan
pegang teguh oleh sang psikolog, maka
mengawasi
bank
oleh
OJK
tersebut dapat dikenakan sanksi pidana
maupun perdata.
memiliki dampak tidak adanya akses
langsung Bank Indonesia pada bank –
bank
yang
sebelumnya
dibawahnya,
perangkat
sehingga
aturan
yang
berada
dibutuhkan
mendukung
Bank Indonesia agar dapat menjaga
stabilitas ekonomi nasional, khususnya
pada bidang – bidang yang mendukung
dan
menjaga
tingkat
kepercayaan
masyarakat terutama nasabah dan/atau
konsumen
menyangkut
salah
satunya
keamanan
adalah
serta
kerahasiaan data atau informasi nasabah
Bahwa
untuk
melindungi
sebuah informasi secara legal dan
memiliki dasar
serta
alasan
yang
mendukungnya, dikenal adanya istilah
hukum
kerahasiaan.
Hukum
kerahasiaan sendiri bisa didefenisikan
sebagai kaidah – kaidah pengakuan
terhadap perlindungan rahasia bagi
subyek maupun badan hukum. Kaidah –
kaidah mengenai hukum kerahasiaan
dapat dilihat melalui berbagai aspek
hukum baik itu dibidang perdagangan
kita mengenal dengan istilah Rahasia
kita
ritel atau merchant yang menerima
mengenal Rahasia Perusahaan, bahkan
pembayaran dari transaksi non tunai
di bidang ketatanegaraan kita mengenal
dengan melakukan penggesekan ulang
istilah Rahasia Negara.
sebuah Kartu Debit milik konsumen
Dagang,
dibidang
perusahaan
(double swipe), yakni menggesekkan
Terdapat dua teori mengenai rahasia
Kartu
bank :
1.
Debit
tersebut
pada
mesin
Electronic Data Capture (EDC) untuk
Teori Rahasia Bank yang bersifat
memperoleh pembayaran dari rekening
Mutlak
merupakan teori yang
konsumen tersebut dan setelah itu
beranggapan bahwa rahasia bank
menggesekkan lagi Kartu Debit tersebut
mengenai keterangan nasabah dan
pada mesin kasir untuk mendapatkan
catatan keuangannya yang tercatat
data
di bank wajib dirahasiakan tanpa
transaksi non tunai tersebut.
kecuali dan pembatasan dengan
sebuah
tidaklah boleh diungkapkan.
pernyataan
kepada
2. Teori Rahasia Bank yang bersifat
teori
melakukan
2017, Bank Indonesia mengeluarkan
mengenai nasabah dan keuangannya
adalah
yang
Pada tanggal 5 September
alasan apapun terhadap kerahasian
Relatif
konsumen
pihak
melakukan
yang
yang
melarang
pengusaha
praktek
double
ritel
swipe
tersebut untuk melindungi masyarakat
beranggapan bahwa rahasia bank
dari pencurian data dan informasi
mengenai keterangan nasabah dan
kartu.2
catatan keuangannya yang tercatat
dibank wajib dirahasiakan. Namun
bila
ada
alasan
yang
B. Perumusan Masalah
Latar belakang tersebut diatas
dapat
dibenarkan oleh undang – undang,
maka
rahasia bank mengenai keterangan
permasalahannya
dan
catatan
nasabah
dapat
dirumuskan
adalah
yang
bersangkutan boleh dibuka.
2
Bahwa telah menjadi praktek
yang umum dilakukan oleh perusahaan
BI Larang Kartu Kredit Digesek Dua
Kali, https://finance.detik.com/moneter/d3629580/bi-larang-kartu-kredit-digesek-duakali, diakses tertanggal 10 September 2017
“Bagaimanakah
Kedudukan
Bank
Secara kelembagaan, Bank
Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan
Indonesia dan OJK berada diluar
dalam
pemerintah,
Perundang-undangan
sebagai
yang
artinya
Bank
pihak pembuat regulasi di bidang
Indonesia dan OJK tidaklah termasuk
transaksi non tunai produk perbankan?”
dalam wilayah kekuasaan eksekutif,
namun bukan berarti eksekutif dalam
hal
II. PEMBAHASAN
Secara umum perlu dipahami
latar belakang lahirnya OJK dengan
ini
pemerintah
tidak
memiliki hubungan koordinasi dengan
kedua lembaga ini.
Koordinasi
adanya UU No. 21 Tahun 2011 adalah
antara
Bank
diperolehnya sebuah lembaga yang
Indonesia dan OJK ini dilakukan dalam
memiliki
menyelenggarakan
rangka membentuk komitmen bersama
sistem pengaturan yang terintegrasi
terhadap pelaksanaan kebijakan guna
terhadap
memelihara
fungsi
seluruh
kegiatan
didalam
stabilitas
perekonomian
sektor jasa keuangan baik di sektor
dan
perbankan, pasar modal dan sektor jasa
perekonomian Indonesia.
memperkuat
Koordinasi
keuangan non bank, seperti Asuransi,
daya
semacam
tahan
ini
Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan,
kerap dilakukan oleh Bank Indonesia
dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya. 3
dan OJK dengan berbagai lembaga dan
Sebelum
adanya
OJK,
instansi
pemerintah,
sepeti
yang
pengawasan di bidang jasa industri
dilakukan melalui pembentukan Forum
keuangan berjalan terpisah dibawah dua
Sistem Pembayaran Indonesia (FSPI)
(2) regulator, yakni Bank Indonesia
dengan penandatanganan Charter atau
yang
mengatur
Piagam Forum Sistem Pembayaran
perbankan dan Bapepam-LK (Lembaga
Indonesia pada tanggal 27 Agustus
Keuangan) yang mengawasi bidang
2015 di Jakarta, yang dilakukan oleh
industri pasar
Bank Indonesia, OJK, bersama dengan
mengawasi
serta
modal dan industri
keuangan non-bank.
3
adalah
Buku Saku Otoritas Jasa Keuangan Edisi
Ke-2, April 2015 Hal 2
Kementerian Keuangan, Kementerian
Perdagangan,
serta
Kementerian
Komunikasi dan Informatika.4
Perlindungan Konsumen Sektor Jasa
Keuangan. Namun dapat juga ditemui
Sebagai regulator diseluruh
adanya POJK yang mengatur tentang
bidang industri keuangan perbankan,
hal yang telah diatur didalam PBI,
non-bank dan pasar modal, pihak OJK
yakni POJK Nomor 34/POJK.03/2016
pun telah melahirkan banyak peraturan
yang
– peraturan, yang disebut Peraturan
Penyediaan Modal Minimum Bank
Otoritas Jasa Keuangan (POJK) yang
Umum dan PBI Nomor 15/12/PBI/2013
berfungsi
atau
yang juga mengatur tentang Kewajiban
peraturan yang memberikan rambu –
Penyediaan Modal Minimum Bank
rambu aturan main didalam sektor jasa
Umum.
sebagai
keuangan
didalam
regulasi
yang
dahulunya
Peraturan
Bank
tentang
Dengan
diatur
Indonesia
berisi
kedua
peraturan
Kewajiban
membandingkan
yang
dikeluarkan
kedua lembaga diatas, dapatlah kita
(PBI).
Sifat dari POJK ini sendiri
tarik kesimpulan bahwa OJK sebagai
PBI
lembaga yang memiliki kewenangan
daripada mengganti atau meniadakan
dalam pengaturan dan pengawasan
keberadaan PBI. Hal ini dapat dilihat
khususnya terhadap sektor perbankan
POJK – POJK yang dikeluarkan oleh
tidak berdiri sendiri, melainkan tetap
OJK sejak awal berdirinya lembaga ini,
berkoordinasi
contohnya
Indonesia sebagai Bank Sentral.
lebih
pada
menyempurnakan
POJK
pertama
yang
dengan
pihak
Bank
dikeluarkan oleh OJK adalah POJK
Hubungan dan koordinasi ini
Nomor 01/POJK.07/2013 tanggal 26
ditegaskan pada Pasal 39 UU No. 21
Juli
Tahun 2011, dimana OJK diwajibkan
2013
yang
berisi
tentang
melakukan koordinasi dengan Bank
Indonesia contohnya dalam kewajiban
4
Tingkatkan Koordinasi, BI Bersama 3
Kementerian dan OJK Bentuk Forum
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran,
http://www.bi.go.id/id/ruang-media/infoterbaru/Pages/BI-Bersama-Kementrian-danOJK-Forum-SP.aspx diakses tanggal 31
November 2017
pemenuhan modal minimum bank,
sinergisitas terhadap sistem informasi
perbankan yang terpadu, penerimaan
dana valuta asing dan hal lainnya.
Kedudukan Bank Indonesia
angka 6 UU No. 23 Tahun 1999
sebagai bank sentral dalam sistem
Tentang Bank Indonesia sebagaimana
ekonomi di Indonesia tidaklah dikebiri
yang diubah dengan UU No. 3 Tahun
dengan
2004 ).
keberadaan
mengurangi
beban
OJK,
justru
tugas
Bank
Bahwa oleh karena masalah
Indonesia seperti yang diamanatkan
tentang
oleh UU No.23 Tahun 1999.
merupakan
Mengacu
pada
kedudukan
sistem
Indonesia
pembayaran
yang
kewenangan
lebih
Bank
didasari
oleh
Bank Indonesia terhadap kewenangan
kepentingan Bank Indonesia dalam
OJK dalam mengatur dan mengawasi
menjalankan tugasnya seperti yang
sektor perbankan khususnya,
maka
dicantumkan pada Pasal 8 UU No.23
Bank Indonesia tetap memiliki akses
Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia
dan
sektor
dan untuk itu Bank Indonesia telah
perbankan (Pasal 40 UU No.21 tahun
mengeluarkan PBI No. 16/1/PBI/2014
2011)
Tentang Perlindungan Konsumen Jasa
kewenangan
terutama
terhadap
apabila
berkaitan
dengan beban tugasnya yang masih
Sistem
tetap berada dalam kewenangan Bank
hukum maupun regulasi pelaksanaan
Indonesia yakni sebagai regulator dan
sistem pembayaran yang dilakukan oleh
menjaga
penyelenggara sistem pembayaran.
sistem
pembayaran
di
Pembayaran
sebagai
dasar
Indonesia
Bila dilihat secara tersurat
memiliki hak dan kewenangan terhadap
maka dapat kita ambil kesimpulan
produk
bahwa
Indonesia,
maka
Bank
perbankan
yang
berkaitan
seperti
No.
16/1/PBI/2014
merupakan produk dari Bank Indonesia
dengan sistem pembayaran.
Bahwa
PBI
diketahui
yang
bertujuan
untuk
bersama, Sistem Pembayaran adalah
kepentingan konsumen
suatu
pembayaran
sistem
yang
mencakup
seperangkat
aturan,
lembaga,
dan
mekanisme,
yang digunakan untuk
dari
melindungi
jasa
praktek
sistem
sistem
pembayaran yang menyimpang dan
merugikan
kepentingan
konsumen
melaksanakan pemindahan dana guna
sebagai pengguna jasa. Oleh karena itu,
memenuhi suatu kewajiban yang timbul
didalam PBI No. 16/1/PBI/2014 ini
dari suatu kegiatan ekonomi (Pasal 1
diatur mengenai siapa saja pihak –
pihak yang berkaitan tentang sistem
dari Bank Indonesia sejalan dengan
pembayaran di Indonesia, baik posisi
Pasal 15 ayat (1) huruf a UU No. 23
dari Bank Indonesia maupun pihak
Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia
penyelenggara dan konsumen sistem
sebagaimana yang diubah dengan UU
pembayaran.
No. 3 Tahun 2004. Pemberian izin dari
Pada Pasal 1 angka 3 PBI No.
Bank
Indonesia
mengindikasikan
16/1/PBI/2014 disebutkan “Konsumen
kewenangan langsung Bank Indonesia
Jasa
terhadap
Sistem
Pembayaran
yang
pihak
penyelenggara
selanjutnya disebut Konsumen adalah
sistem
setiap
yang
lembaga lain non bank yang merupakan
memanfaatkan jasa Sistem Pembayaran
pihak – pihak yang pada dasarnya
dari Penyelenggara untuk kepentingan
dibawah pembinaan dan pengawasan
sendiri
OJK.
pihak
individu
dan
tidak
untuk
keuangan
yakni
bank
jasa
dan
diperdagangkan”. Sementara pengertian
Pelarangan praktek double
tentang siapakah Penyelenggara yang
swipe yang dilakukan Bank Indonesia
dimaksud didalam Pasal 1 angka 3
kepada perusahaan ritel dan merchant
tersebut diatur pada angka berikutnya,
di Indonesia merupakan kewenangan
yakni dalam Pasal 1 angka 4 PBI No.
dari Bank Indonesia dalam menegakkan
16/1/PBI/2014
yang
regulasi
menyebutkan
“Penyelenggara
isinya
Jasa
yakni
yang
dikeluarkan
pengaturan
olehnya
mengenai
Sistem Pembayaran yang selanjutnya
penggesekan ganda kartu non tunai
disebut Penyelenggara adalah Bank
telah diatur oleh Bank Indonesia dalam
atau
PBI Nomor 18/40/PBI/2016 tentang
Lembaga
selain
Bank
yang
menyelenggarakan kegiatan jasa Sistem
Penyelenggaraan
Pembayaran yang telah memperoleh
Pembayaran.
Pemprosesan
izin Bank Indonesia”.
Berdasarkan Pasal 1 angka 4
PBI No. 16/1/PBI/2014 dapat dilihat
praktek
bahwa
Indonesia
Penyelenggara
Jasa
Sistem
Tujuan
utama
double
swipe
adalah
pelarangan
oleh
dalam
kewajiban
Bank
rangka
Keuangan adalah Bank atau lembaga
menjalankan
dunia
selain Bank yang telah memperoleh izin
perbankan terhadap nasabah dan/atau
konsumen jasa sistem pembayaran,
dan simpanannya. Sedangkan dalam
yakni
data
pasal 1 angka 16 Undang-Undang No.7
dan/atau informasi nasabah dan/atau
Tahun 1992 yang meyebutkan bahwa
konsumen, yang lebih dikenal dengan
rahasia bank adalah segala sesuatu yang
istilah “Kerahasiaan Bank”
berhubungan dengan keuangan dan hal-
menjaga
kerahasiaan
Pengertian
“keterangan”
hal lain dari nasabah bank yang
meliputi semua data dan informasi
menurut kelaziman dunia perbankan
mengenai diri dan keuangan nasabah
wajib dirahasiakan.
penyimpan yang diketahui oleh dan
Pemahaman
akan
rahasia
tercatat di bank dan wajib dirahaisakan.
bank sendiri harus dipahami secara luas
Kerahasiaan ini untuk kepentingan bank
sehingga tidak bertentangan dengan
sendiri yang memerlukan kepercayaan
peraturan perundangan yang lainnya
masyarakat yang menyimpan dananya
terutama yang berkaitan dengan tindak
di
akan
pidana pencucian uang, pemberatasan
memepercayakan dananya disimpan di
korupsi dan perpajakan. Namun diluar
bank atau memanfaatkan jasa bank
dari itu tentunya menjadi kewajiban
apabila ada jaminan terhadap nasabah
pihak perbankan agar tidak terjadi
bahwa bank akan merahasiakan tentang
penyalahgunaan data atau informasi
nasabah penyimpan dan simpanannya,
nasabah
tentu saja sepanjang tidak dikecualikan
menjadi
dalam undang-undang.5
pembayaran.
bank.
Masyarakat
Istilah
hanya
Kerahasiaan
dan/atau
yang
jasa
sistem
pengguna
Bahwa
Bank
konsumen
dengan
perangkat
diatur pada Pasal 1 Angka 28 Undang-
peraturan perundang – undangan yang
Undang No.10 Tahun 1998 menyatakan
menjadi
bahwa pengertian rahasia bank adalah
kewenangan Bank Indonesia sebagai
segala
bank sentral dan OJK sebagai lembaga
sesuatu
yang
berhubungan
dengan keterangan nasabah penyimpan
yang
dasar
mengatur
keberadaan
dan
dan
melakukan
pengawasan terhadap kinerja perbankan
tidak
menghalangi
kedua
lembaga
5
Abdulkadir Muhammad, Lembaga
Keuangan dan Pembiayaan, Bandung : Citra
Aditya Bakti, 2000, hal.76
tersebut dalam menjalankan tugas dan
fungsinya.
Dengan
cara
melakukan
pembayaran, Bank Indonesia tinggal
koordinasi kepada OJK sebagai pihak
melakukan koordinasi saja kepada OJK.
yang mengatur dan mengawasi sektor
B. Saran
perbankan, sehingga kewenangan Bank
Indonesia
sebagai
dapat
pihak
menjangkau
yang
bank
mengeluarkan
Perlu lebih disosialisasikan
kepada masyarakat tentang kedudukan
dan
kewenangan
Bank
Indonesia
produk kartu kredit dan kartu debet,
terutama
serta
dan
berdasarkan UU No.21 Tahun 2011
merchant yang menerima pembayaran
sehingga masyarakat tidak mengangap
transaksi
telah
pihak
perusahaan
non
ritel
tunai
dengan
memanfaatkan mesin EDC.
setelah
terjadi
lahirnya
tumpang
OJK
tindih
kewenangan antara Bank Indonesia
dengan OJK.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
IV. DAFTAR PUSTAKA
Keberadaan
lembaga
yang
OJK
sebagai
mengatur
dan
mengawasi sektor jasa keuangan
khususnya
mengurangi
Indonesia
perbankan
tidaklah
kewenangan
sebagai
bank
Bank
sentral,
melainkan membantu tugas Bank
Indonesia.
Walaupun
OJK
telah
mengambil sebagian tugas dari Bank
Indonesia, namun Bank Indonesia tetap
memiliki akses ke perbankan dan pihak
lain
dengan
kewenangannya
yang
masih melekat, terutama di bidang
sistem pembayaran. Sehingga dalam
rangka
penegakan
regulasi
sistem
Abdulkadir
Muhammad,
Lembaga
Keuangan dan Pembiayaan, Bandung
: Citra Aditya Bakti, 2000
Ikatan
Bankir
Indonesia,
2014.
Mengelola Bank Komersial, PT.
Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Otoritas Jasa Keuangan, 2015, Buku Saku
Otoritas Jasa Keuangan Edisi 2,
Otoritas Jasa Keuangan: Jakarta.
Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1992
Tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan
Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004
Tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 23 Tahun 1999
Tentang Bank Indonesia.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011
Tentang Otoritas Jasa Keuangan.
Peraturan Bank Indonesia Nomor
15/12/PBI/2013 yang juga mengatur
tentang Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum Bank Umum.
Peraturan Bank Indonesia Nomor
16/1/PBI/2014 Tentang Perlindungan
Konsumen Jasa Sistem Pembayaran.
Peraturan Bank Indonesia Nomor
18/40/PBI/2016
tentang
Penyelenggaraan
Pemprosesan
Pembayaran.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
34/POJK.03/2016 yang berisi tentang
Kewajiban
Penyediaan
Modal
Minimum Bank Umum.
BI Larang Kartu Kredit Digesek Dua
Kali,
https://finance.detik.com/moneter/d3629580/bi-larang-kartu-kreditdigesek-dua-kali, diakses tertanggal
10 September 2017
Tingkatkan Koordinasi, BI Bersama 3
Kementerian dan OJK Bentuk Forum
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran,
http://www.bi.go.id/id/ruangmedia/info-terbaru/Pages/BIBersama-Kementrian-dan-OJKForum-SP.aspx diakses tanggal 31
November 2017
KEUANGAN BERDASARKAN PERUNDANG – UNDANGAN
TERHADAP PRODUK PERBANKAN
Anthonius Adhi Soedibyo
anthoniusadhi@gmail.com
Agustin Widjiastuti
agustin_natsuko@yahoo.com
Program Studi Ilmu Hukum
Universitas Pelita Harapan Surabaya
Abstrak
Posisi perbankan dalam lalu lintas keuangan memberikan arti penting bagi
pembangunan ekonomi suatu negara, begitu pentingnya sehingga kelancaran aktifitas lalu lintas
keuangan menentukan ketahanan ekonomi sebuah negara yang berujung pada ketahanan
nasional. Melihat penting sektor lalu lintas keuangan ini maka negara yang diwakili oleh
pemerintah mengambil langkah membentuk sebuah lembaga tinggi negara yang melakukan
pengawasan, pembinaan dan pembuat regulasi baik dibidang moneter, lalu lintas pembayaran,
dan perbankan. Lembaga ini adalah Bank Indonesia. Bank Indonesia memiliki fungsi
menyeluruh dalam menjaga kelancaran dan stabilitas ekonomi Indonesia secara menyeluruh dan
terpadu. Namun sejak tahun 2011, Bank Indonesia diambil sebagian kewenangannya dalam
melakukan pembinaan dan pengawasan perbankan dengan beridirinya Otoritas Jasa Keuangan.
Dengan berkurangnya kewenangan yang dimiliki oleh Bank Indonesia oleh Otoritas Jasa
Keuangan, maka diperlukan cara bagi Bank Indonesia agar tetap dapat menjalankan fungsinya
sebagai penjaga stabilitas ekonomi negara, terutama dalam menghadapi permasalahan –
permasalahan yang timbul didalam ruang lingkup kewenanganhnya, maupun diluar lingkup
kewenangannya. Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif yakni upaya mencari
penyelesaian masalah dengan meneliti dan mengkaji norma hukum positif dengan melakukan
studi perpustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bank Indonesia dan Otoritas Jasa
Keuangan tidak saling tumpang tindih dalam menjalankan kewajibannya, melainkan secara
sinergi dan terintegrasi antar lembaga dengan melakukan koordinasi dalam segala lini agar dapat
menjangkau bidang – bidang maupun pihak – pihak yang terlibat dalam lalu lintas keuangan dan
ekonomi, baik dengan sisi regulasi maupun pengawasan dan pembinaannya.
Kata Kunci
perbankan.
: koordinasi antar lembaga tinggi negara, lembaga perbankan, regulasi
Abstract
Banking position in financial traffic gives importance to the economic
development of a country, so important that the smoothness of the activity of financial traffic
determines the economic resilience of a country that leads to national resilience. Seeing the
importance of this sector of financial traffic, the state represented by the government took steps
to form a state high institution that conducts supervision, guidance and regulators in the field of
monetary, payment, and banking. This institution is Bank Indonesia. Bank Indonesia has a
comprehensive function in maintaining the smoothness and stability of the Indonesian economy
as a whole and integrated. However, since 2011, Bank Indonesia has taken part of its authority in
conducting banking supervision and supervision by the Financial Services Authority. With the
lack of authority possessed by Bank Indonesia by the Financial Services Authority, it is
necessary for Bank Indonesia to continue functioning as a guardian of the state's economic
stability, especially in the face of problems arising within the scope of its authority, or outside its
scope of authority. The research method used is normative juridical that is effort to find problem
solving by researching and reviewing positive law norm by doing library study. The results of
the study show that Bank Indonesia and the Financial Services Authority do not overlap in
carrying out their obligations, but in synergy and integrated among institutions by coordinating
on all fronts in order to reach the areas and parties involved in financial and economic traffic,
both with regulation side and supervision and guidance.
Keywords: coordination among state high institutions, banking institutions, banking
regulations
*Anthonius Adhi Soedibyo, Agustin Widjiastuti Dosen Fakultas Hukum Progam Studi Ilmu
Hukum Universitas Pelita Harapan Surabaya
I. PENDAHULUAN
Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
A. Latar Belakang
Indonesia.
Ada dua undang – undang
Terkait dengan posisi yang
utama yang berlaku bagi perbankan
sangat
strategis
dalam
Indonesia. Yang pertama adalah adalah
pembangunan
nasional
undang – undang yang mengatur bank
perekonomian
negara
sentral . yang kedua adalah undang –
melayani pemerintahan negara maupun
undang yang mengenai perbankan.
dunia
keuangan
dan
mendukung
dalam
baik
hal
dalam
perbankan
di
Bank Sentral, mula – mula
Indonesia, posisi Bank Sentral sebagai
diatur dengan Undang-Undang No. 13
Lembaga Tinggi Negara yang berwenang
Tahun
untuk
1968
kemudian
tentang
diganti
Bank
dengan
Sentral,
Undang-
melakukan
melakukan
fungsi
pengawasan
regulasi
dan
terhadap
Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
kebijakan moneter sebuah negara, adalah
Indonesia dan kemudian diubah lagi
aspek penting dalam tercapainya cita-cita
dengan Undang-Undang No. 3 Tahun
stabilitas ekonomi pada sebuah negara.
2004 tentang Perubahan atas Undang-
Stabilitas
ekonomi
berujung
pada
yang
tercapainya
kemudian
cita-cita
mendorong
Bank beralih kepada lembaga Otoritas
terciptanya general welfare dilakukan
Jasa Keuangan. Otoritas Jasa Keuangan
dengan
merupakan
bernegara
dalam
upaya
mengoptimalkan
fungsi
lembaga
negara
yang
pengawasan dari Bank Sentral, dalam hal
mempunyai fungsi regulasi (pengaturan)
ini Bank Indonesia.
dan supervisi (pengawasan) terhadap
yang
seluruh kegiatan di dalam sektor jasa
penyelenggaraannya dilaksanakan oleh
keuangan. Sektor jasa keuangan tersebut
lembaga jasa keuangan, dimana dalam
meliputi,
perkembangannya
memberikan
perbankan, kegiatan jasa keuangan di
kontribusi yang signifikan dalam lalu
sektor pasar modal dan kegiatan jasa
lintas pembayaran dan pembiayaan dalam
keuangan di sektor perasuransian, dana
rangka pembangunan nasional, dan oleh
pensiun,
sebab itu negara sebagai pihak yang
lembaga jasa keuangan lainnya.
Fungsi
intermediasi
telah
jasa
keuangan
lembaga
di
sektor
pembiayaan
dan
dalam
OJK sendiri dibentuk dengan
jasa
tujuan agar keseluruhan kegiatan didalam
keuangan dengan memberikan kerangka
sektor jasa keuangan terselenggara secara
peraturan dan pihak yang mengawasi
teratur, adil, transparan, akuntabel dan
terlaksananya peraturan tersebut.
mampu mewujudkan sistem keuangan
memiliki
peran
perkembangan
penting
dibidang
sektor
Sejalan dengan amanat Pasal
yang tumbuh secara berkelanjutan dan
34 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004
stabil, dan juga mampu melindungi
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
kepentingan kepentingan konsumen dan
Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank
masyarakat,
Indonesia adalah dibentuknya lembaga
diamanatkan dalam Pasal 4 UU No.21
pengawas pada jasa keuangan, maka pada
Tahun 2011.
sebagaimana
yang
2011
OJK dibentuk dengan dan
diundangkannya Undang-Undang Nomor
dilandasi dengan prinsip – prinsip tata
21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa
kelola yang baik, meliputi independensi,
Keuangan ( selanjutnya disebut dengan
akutanbilitas,
tanggal
22
November
OJK ) . Lahirnya lembaga Otoritas Jasa
Keuangan,
maka
peran
serta
Bank
Indonesia sebagai lembaga pengawasan
pertanggung
jawaban,
transparansi dan kewajaran (fairness)1.
Otoritas
Jasa
rahasia
Keuangan
melaksanakan tugas dan wewenangnya
berlandaskan asas – asas sebagai berikut :
1. Asas independensi yakni independensi
dalam
pengambilan keputusan dan
pelaksanaan
fungsi,
sebagaimana
termasuk
rahasia
ditetapkan
dalam
peraturan perundangan-undangan.
5. Asas Profesionalitas, yakni asas yang
mengutamakan
pelaksanaan
keahlian
tugas
dan
dalam
wewenang
dan
Otoritas Jasa Keuangan, dengan tetap
sesuai
berlandasakan pada kode etik dan
tugas
wewenang OJK dengan tetap
Negara,
peraturan per undangan – undangan
ketentuan
yang berlaku.
undangan.
2. Asas kepastian hukum yakni asas dalam
6. Asas
peraturan
Integritas,
perundangan-
yakni
asas
yang
Negara hukum yang mengutamakan
berpegang teguh pada nilai-nilai moral
–
dalam setiap tindakan dan keputusan
undangan dan keadilan dalam setiap
yang diambil dalam penyelenggaraan
kebijakan penyelenggaraan otoritas jasa
Otoritas Jasa Keuangan.
landasan
peraturan
per
undang
7.Asas Akuntabilitas, yakni asas yang
keuangan.
3. Asas Kepentingan umum, yakni asas
yang
memebela
dan
melindungi
mementukan bahwa setiap kegiatan dan
hasil
akhir
dari
kepentingan konsumen dan masyarakat
penyelenggaraan
serta memajukan kesejahteraan umum.
Keuangan
4. Asas Keterbukaan, yakni asas yang
memperoleh
informasi
yang
kegiatan
Otoritas
harus
Jasa
dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik.
Dan
membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk
setiap
tugasnya,
OJK
untuk
menjalankan
diberikan
berbagai
benar, jujur, dan tidak diskriminasi
wewenang sebagaimana yang dimaksud
tentang penyelenggaraan Otoritas Jasa
Pasal 7 UU No 21 Tahun 2011 yang
Keuangan,
isinya sebagai berikut :
dengan
tetap
memeperhatikan perlindungan atas hak
asasi
pribadi dan golongan,
serta
Pasal 7
Untuk melaksanakan tugas pengaturan dan
1
Buku Saku Otoritas Jasa Keuangan Edisi
Ke-2, April 2015 Hal 3-4
pengawasan
di
sektor
Perbankan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
c. pengaturan dan pengawasan mengenai
aspek
huruf a, OJK mempunyai wewenang:
kehati-hatian
bank,
meliputi:
a. pengaturan dan pengawasan mengenai
kelembagaan bank yang meliputi:
1.
perizinan
untuk
pendirian
bank,
1. manajemen risiko;
2. tata kelola bank;
pembukaan kantor bank, anggaran dasar,
rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan
dan
sumber
konsolidasi
daya
dan
manusia,
akuisisi
merger,
bank,
serta
pencabutan izin usaha bank; dan
2. kegiatan usaha bank, antara lain sumber
3. prinsip mengenal nasabah dan anti
pencucian uang; dan
4. pencegahan pembiayaan terorisme
dan kejahatan perbankan; dan
d. pemeriksaan bank.
dana, penyediaan dana, produk hibridasi,
Kewenangan
dan aktivitas di bidang jasa;
OJK
dalam
melakukan pengawasan dan pengaturan
b. pengaturan dan pengawasan mengenai
kesehatan bank yang meliputi:
1. likuiditas, rentabilitas, solvabilitas,
kualitas aset, rasio kecukupan modal
minimum, batas maksimum pemberian
kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan,
dan pencadangan bank;
terhadap keseluruhan kegiatan dalam
sektor
jasa
keuangan telah diatur
didalam Pasal 5 UU
2011, sedangkan
No. 21 Tahun
ruang lingkupnya
diatur didalam Pasal 6 UU No. 21
Tahun 2011 yang isinya menyatakan
bahwa
OJK
melaksanakan
tugas
pengaturan dan pengawasan terhadap :
2. laporan bank yang terkait dengan
kesehatan dan kinerja bank;
1. Kegiatan jasa keuangan di sektor
perbankan;
2. Kegiatan jasa keuangan disektor
3. sistem informasi debitur;
4. pengujian kredit (credit testing); dan
pasar modal; dan
3. Kegiatan jasa keuangan disektor
perasuransian,
5. standar akuntansi bank;
dana
pensiun,
lembaga pembiayaan,, dan lembaga
jasa keuangan lainnya.
Dengan
beralihnya
kewenangan – kewenangan tersebut
dan/atau
konsumen
yang
dikenal
dengan istilah “rahasia bank”.
dari Bank Indonesia kepada OJK, maka
Rahasia
sebagian tugas Bank Indonesia seperti
yang tercantum dalam Pasal 8 UU No.
23
Tahun
1999
Tentang
Bank
kebijakan moneter
Bank
yang umum dalam dunia perbankan,
secara
internasional.
a. Menetapkan dan melaksanakan
atau
Secrecy dikenal sebagai suatu bentuk
baik
Indonesia yakni :
Bank
nasional
Di
maupun
Amerika
Serikat
bentuk rahasia bank dikenal dengan
istilah Financial Privacy. Rahasia bank
b. Mengatur dan menjaga kelancaran
sistem pembayaran
tidak berbeda dengan jauh dengan
rahasia tentang kondisi pasien yang
c. Mengatur dan mengawasi bank.
dipegang teguh oleh seorang psikolog.
Dimana bila rahasia tersebut tidak di
pada huruf c telah beralih kepada
OJK.
bocornya data atau informasi pasien
Pengalihan tugas mengatur
dan
pegang teguh oleh sang psikolog, maka
mengawasi
bank
oleh
OJK
tersebut dapat dikenakan sanksi pidana
maupun perdata.
memiliki dampak tidak adanya akses
langsung Bank Indonesia pada bank –
bank
yang
sebelumnya
dibawahnya,
perangkat
sehingga
aturan
yang
berada
dibutuhkan
mendukung
Bank Indonesia agar dapat menjaga
stabilitas ekonomi nasional, khususnya
pada bidang – bidang yang mendukung
dan
menjaga
tingkat
kepercayaan
masyarakat terutama nasabah dan/atau
konsumen
menyangkut
salah
satunya
keamanan
adalah
serta
kerahasiaan data atau informasi nasabah
Bahwa
untuk
melindungi
sebuah informasi secara legal dan
memiliki dasar
serta
alasan
yang
mendukungnya, dikenal adanya istilah
hukum
kerahasiaan.
Hukum
kerahasiaan sendiri bisa didefenisikan
sebagai kaidah – kaidah pengakuan
terhadap perlindungan rahasia bagi
subyek maupun badan hukum. Kaidah –
kaidah mengenai hukum kerahasiaan
dapat dilihat melalui berbagai aspek
hukum baik itu dibidang perdagangan
kita mengenal dengan istilah Rahasia
kita
ritel atau merchant yang menerima
mengenal Rahasia Perusahaan, bahkan
pembayaran dari transaksi non tunai
di bidang ketatanegaraan kita mengenal
dengan melakukan penggesekan ulang
istilah Rahasia Negara.
sebuah Kartu Debit milik konsumen
Dagang,
dibidang
perusahaan
(double swipe), yakni menggesekkan
Terdapat dua teori mengenai rahasia
Kartu
bank :
1.
Debit
tersebut
pada
mesin
Electronic Data Capture (EDC) untuk
Teori Rahasia Bank yang bersifat
memperoleh pembayaran dari rekening
Mutlak
merupakan teori yang
konsumen tersebut dan setelah itu
beranggapan bahwa rahasia bank
menggesekkan lagi Kartu Debit tersebut
mengenai keterangan nasabah dan
pada mesin kasir untuk mendapatkan
catatan keuangannya yang tercatat
data
di bank wajib dirahasiakan tanpa
transaksi non tunai tersebut.
kecuali dan pembatasan dengan
sebuah
tidaklah boleh diungkapkan.
pernyataan
kepada
2. Teori Rahasia Bank yang bersifat
teori
melakukan
2017, Bank Indonesia mengeluarkan
mengenai nasabah dan keuangannya
adalah
yang
Pada tanggal 5 September
alasan apapun terhadap kerahasian
Relatif
konsumen
pihak
melakukan
yang
yang
melarang
pengusaha
praktek
double
ritel
swipe
tersebut untuk melindungi masyarakat
beranggapan bahwa rahasia bank
dari pencurian data dan informasi
mengenai keterangan nasabah dan
kartu.2
catatan keuangannya yang tercatat
dibank wajib dirahasiakan. Namun
bila
ada
alasan
yang
B. Perumusan Masalah
Latar belakang tersebut diatas
dapat
dibenarkan oleh undang – undang,
maka
rahasia bank mengenai keterangan
permasalahannya
dan
catatan
nasabah
dapat
dirumuskan
adalah
yang
bersangkutan boleh dibuka.
2
Bahwa telah menjadi praktek
yang umum dilakukan oleh perusahaan
BI Larang Kartu Kredit Digesek Dua
Kali, https://finance.detik.com/moneter/d3629580/bi-larang-kartu-kredit-digesek-duakali, diakses tertanggal 10 September 2017
“Bagaimanakah
Kedudukan
Bank
Secara kelembagaan, Bank
Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan
Indonesia dan OJK berada diluar
dalam
pemerintah,
Perundang-undangan
sebagai
yang
artinya
Bank
pihak pembuat regulasi di bidang
Indonesia dan OJK tidaklah termasuk
transaksi non tunai produk perbankan?”
dalam wilayah kekuasaan eksekutif,
namun bukan berarti eksekutif dalam
hal
II. PEMBAHASAN
Secara umum perlu dipahami
latar belakang lahirnya OJK dengan
ini
pemerintah
tidak
memiliki hubungan koordinasi dengan
kedua lembaga ini.
Koordinasi
adanya UU No. 21 Tahun 2011 adalah
antara
Bank
diperolehnya sebuah lembaga yang
Indonesia dan OJK ini dilakukan dalam
memiliki
menyelenggarakan
rangka membentuk komitmen bersama
sistem pengaturan yang terintegrasi
terhadap pelaksanaan kebijakan guna
terhadap
memelihara
fungsi
seluruh
kegiatan
didalam
stabilitas
perekonomian
sektor jasa keuangan baik di sektor
dan
perbankan, pasar modal dan sektor jasa
perekonomian Indonesia.
memperkuat
Koordinasi
keuangan non bank, seperti Asuransi,
daya
semacam
tahan
ini
Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan,
kerap dilakukan oleh Bank Indonesia
dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya. 3
dan OJK dengan berbagai lembaga dan
Sebelum
adanya
OJK,
instansi
pemerintah,
sepeti
yang
pengawasan di bidang jasa industri
dilakukan melalui pembentukan Forum
keuangan berjalan terpisah dibawah dua
Sistem Pembayaran Indonesia (FSPI)
(2) regulator, yakni Bank Indonesia
dengan penandatanganan Charter atau
yang
mengatur
Piagam Forum Sistem Pembayaran
perbankan dan Bapepam-LK (Lembaga
Indonesia pada tanggal 27 Agustus
Keuangan) yang mengawasi bidang
2015 di Jakarta, yang dilakukan oleh
industri pasar
Bank Indonesia, OJK, bersama dengan
mengawasi
serta
modal dan industri
keuangan non-bank.
3
adalah
Buku Saku Otoritas Jasa Keuangan Edisi
Ke-2, April 2015 Hal 2
Kementerian Keuangan, Kementerian
Perdagangan,
serta
Kementerian
Komunikasi dan Informatika.4
Perlindungan Konsumen Sektor Jasa
Keuangan. Namun dapat juga ditemui
Sebagai regulator diseluruh
adanya POJK yang mengatur tentang
bidang industri keuangan perbankan,
hal yang telah diatur didalam PBI,
non-bank dan pasar modal, pihak OJK
yakni POJK Nomor 34/POJK.03/2016
pun telah melahirkan banyak peraturan
yang
– peraturan, yang disebut Peraturan
Penyediaan Modal Minimum Bank
Otoritas Jasa Keuangan (POJK) yang
Umum dan PBI Nomor 15/12/PBI/2013
berfungsi
atau
yang juga mengatur tentang Kewajiban
peraturan yang memberikan rambu –
Penyediaan Modal Minimum Bank
rambu aturan main didalam sektor jasa
Umum.
sebagai
keuangan
didalam
regulasi
yang
dahulunya
Peraturan
Bank
tentang
Dengan
diatur
Indonesia
berisi
kedua
peraturan
Kewajiban
membandingkan
yang
dikeluarkan
kedua lembaga diatas, dapatlah kita
(PBI).
Sifat dari POJK ini sendiri
tarik kesimpulan bahwa OJK sebagai
PBI
lembaga yang memiliki kewenangan
daripada mengganti atau meniadakan
dalam pengaturan dan pengawasan
keberadaan PBI. Hal ini dapat dilihat
khususnya terhadap sektor perbankan
POJK – POJK yang dikeluarkan oleh
tidak berdiri sendiri, melainkan tetap
OJK sejak awal berdirinya lembaga ini,
berkoordinasi
contohnya
Indonesia sebagai Bank Sentral.
lebih
pada
menyempurnakan
POJK
pertama
yang
dengan
pihak
Bank
dikeluarkan oleh OJK adalah POJK
Hubungan dan koordinasi ini
Nomor 01/POJK.07/2013 tanggal 26
ditegaskan pada Pasal 39 UU No. 21
Juli
Tahun 2011, dimana OJK diwajibkan
2013
yang
berisi
tentang
melakukan koordinasi dengan Bank
Indonesia contohnya dalam kewajiban
4
Tingkatkan Koordinasi, BI Bersama 3
Kementerian dan OJK Bentuk Forum
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran,
http://www.bi.go.id/id/ruang-media/infoterbaru/Pages/BI-Bersama-Kementrian-danOJK-Forum-SP.aspx diakses tanggal 31
November 2017
pemenuhan modal minimum bank,
sinergisitas terhadap sistem informasi
perbankan yang terpadu, penerimaan
dana valuta asing dan hal lainnya.
Kedudukan Bank Indonesia
angka 6 UU No. 23 Tahun 1999
sebagai bank sentral dalam sistem
Tentang Bank Indonesia sebagaimana
ekonomi di Indonesia tidaklah dikebiri
yang diubah dengan UU No. 3 Tahun
dengan
2004 ).
keberadaan
mengurangi
beban
OJK,
justru
tugas
Bank
Bahwa oleh karena masalah
Indonesia seperti yang diamanatkan
tentang
oleh UU No.23 Tahun 1999.
merupakan
Mengacu
pada
kedudukan
sistem
Indonesia
pembayaran
yang
kewenangan
lebih
Bank
didasari
oleh
Bank Indonesia terhadap kewenangan
kepentingan Bank Indonesia dalam
OJK dalam mengatur dan mengawasi
menjalankan tugasnya seperti yang
sektor perbankan khususnya,
maka
dicantumkan pada Pasal 8 UU No.23
Bank Indonesia tetap memiliki akses
Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia
dan
sektor
dan untuk itu Bank Indonesia telah
perbankan (Pasal 40 UU No.21 tahun
mengeluarkan PBI No. 16/1/PBI/2014
2011)
Tentang Perlindungan Konsumen Jasa
kewenangan
terutama
terhadap
apabila
berkaitan
dengan beban tugasnya yang masih
Sistem
tetap berada dalam kewenangan Bank
hukum maupun regulasi pelaksanaan
Indonesia yakni sebagai regulator dan
sistem pembayaran yang dilakukan oleh
menjaga
penyelenggara sistem pembayaran.
sistem
pembayaran
di
Pembayaran
sebagai
dasar
Indonesia
Bila dilihat secara tersurat
memiliki hak dan kewenangan terhadap
maka dapat kita ambil kesimpulan
produk
bahwa
Indonesia,
maka
Bank
perbankan
yang
berkaitan
seperti
No.
16/1/PBI/2014
merupakan produk dari Bank Indonesia
dengan sistem pembayaran.
Bahwa
PBI
diketahui
yang
bertujuan
untuk
bersama, Sistem Pembayaran adalah
kepentingan konsumen
suatu
pembayaran
sistem
yang
mencakup
seperangkat
aturan,
lembaga,
dan
mekanisme,
yang digunakan untuk
dari
melindungi
jasa
praktek
sistem
sistem
pembayaran yang menyimpang dan
merugikan
kepentingan
konsumen
melaksanakan pemindahan dana guna
sebagai pengguna jasa. Oleh karena itu,
memenuhi suatu kewajiban yang timbul
didalam PBI No. 16/1/PBI/2014 ini
dari suatu kegiatan ekonomi (Pasal 1
diatur mengenai siapa saja pihak –
pihak yang berkaitan tentang sistem
dari Bank Indonesia sejalan dengan
pembayaran di Indonesia, baik posisi
Pasal 15 ayat (1) huruf a UU No. 23
dari Bank Indonesia maupun pihak
Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia
penyelenggara dan konsumen sistem
sebagaimana yang diubah dengan UU
pembayaran.
No. 3 Tahun 2004. Pemberian izin dari
Pada Pasal 1 angka 3 PBI No.
Bank
Indonesia
mengindikasikan
16/1/PBI/2014 disebutkan “Konsumen
kewenangan langsung Bank Indonesia
Jasa
terhadap
Sistem
Pembayaran
yang
pihak
penyelenggara
selanjutnya disebut Konsumen adalah
sistem
setiap
yang
lembaga lain non bank yang merupakan
memanfaatkan jasa Sistem Pembayaran
pihak – pihak yang pada dasarnya
dari Penyelenggara untuk kepentingan
dibawah pembinaan dan pengawasan
sendiri
OJK.
pihak
individu
dan
tidak
untuk
keuangan
yakni
bank
jasa
dan
diperdagangkan”. Sementara pengertian
Pelarangan praktek double
tentang siapakah Penyelenggara yang
swipe yang dilakukan Bank Indonesia
dimaksud didalam Pasal 1 angka 3
kepada perusahaan ritel dan merchant
tersebut diatur pada angka berikutnya,
di Indonesia merupakan kewenangan
yakni dalam Pasal 1 angka 4 PBI No.
dari Bank Indonesia dalam menegakkan
16/1/PBI/2014
yang
regulasi
menyebutkan
“Penyelenggara
isinya
Jasa
yakni
yang
dikeluarkan
pengaturan
olehnya
mengenai
Sistem Pembayaran yang selanjutnya
penggesekan ganda kartu non tunai
disebut Penyelenggara adalah Bank
telah diatur oleh Bank Indonesia dalam
atau
PBI Nomor 18/40/PBI/2016 tentang
Lembaga
selain
Bank
yang
menyelenggarakan kegiatan jasa Sistem
Penyelenggaraan
Pembayaran yang telah memperoleh
Pembayaran.
Pemprosesan
izin Bank Indonesia”.
Berdasarkan Pasal 1 angka 4
PBI No. 16/1/PBI/2014 dapat dilihat
praktek
bahwa
Indonesia
Penyelenggara
Jasa
Sistem
Tujuan
utama
double
swipe
adalah
pelarangan
oleh
dalam
kewajiban
Bank
rangka
Keuangan adalah Bank atau lembaga
menjalankan
dunia
selain Bank yang telah memperoleh izin
perbankan terhadap nasabah dan/atau
konsumen jasa sistem pembayaran,
dan simpanannya. Sedangkan dalam
yakni
data
pasal 1 angka 16 Undang-Undang No.7
dan/atau informasi nasabah dan/atau
Tahun 1992 yang meyebutkan bahwa
konsumen, yang lebih dikenal dengan
rahasia bank adalah segala sesuatu yang
istilah “Kerahasiaan Bank”
berhubungan dengan keuangan dan hal-
menjaga
kerahasiaan
Pengertian
“keterangan”
hal lain dari nasabah bank yang
meliputi semua data dan informasi
menurut kelaziman dunia perbankan
mengenai diri dan keuangan nasabah
wajib dirahasiakan.
penyimpan yang diketahui oleh dan
Pemahaman
akan
rahasia
tercatat di bank dan wajib dirahaisakan.
bank sendiri harus dipahami secara luas
Kerahasiaan ini untuk kepentingan bank
sehingga tidak bertentangan dengan
sendiri yang memerlukan kepercayaan
peraturan perundangan yang lainnya
masyarakat yang menyimpan dananya
terutama yang berkaitan dengan tindak
di
akan
pidana pencucian uang, pemberatasan
memepercayakan dananya disimpan di
korupsi dan perpajakan. Namun diluar
bank atau memanfaatkan jasa bank
dari itu tentunya menjadi kewajiban
apabila ada jaminan terhadap nasabah
pihak perbankan agar tidak terjadi
bahwa bank akan merahasiakan tentang
penyalahgunaan data atau informasi
nasabah penyimpan dan simpanannya,
nasabah
tentu saja sepanjang tidak dikecualikan
menjadi
dalam undang-undang.5
pembayaran.
bank.
Masyarakat
Istilah
hanya
Kerahasiaan
dan/atau
yang
jasa
sistem
pengguna
Bahwa
Bank
konsumen
dengan
perangkat
diatur pada Pasal 1 Angka 28 Undang-
peraturan perundang – undangan yang
Undang No.10 Tahun 1998 menyatakan
menjadi
bahwa pengertian rahasia bank adalah
kewenangan Bank Indonesia sebagai
segala
bank sentral dan OJK sebagai lembaga
sesuatu
yang
berhubungan
dengan keterangan nasabah penyimpan
yang
dasar
mengatur
keberadaan
dan
dan
melakukan
pengawasan terhadap kinerja perbankan
tidak
menghalangi
kedua
lembaga
5
Abdulkadir Muhammad, Lembaga
Keuangan dan Pembiayaan, Bandung : Citra
Aditya Bakti, 2000, hal.76
tersebut dalam menjalankan tugas dan
fungsinya.
Dengan
cara
melakukan
pembayaran, Bank Indonesia tinggal
koordinasi kepada OJK sebagai pihak
melakukan koordinasi saja kepada OJK.
yang mengatur dan mengawasi sektor
B. Saran
perbankan, sehingga kewenangan Bank
Indonesia
sebagai
dapat
pihak
menjangkau
yang
bank
mengeluarkan
Perlu lebih disosialisasikan
kepada masyarakat tentang kedudukan
dan
kewenangan
Bank
Indonesia
produk kartu kredit dan kartu debet,
terutama
serta
dan
berdasarkan UU No.21 Tahun 2011
merchant yang menerima pembayaran
sehingga masyarakat tidak mengangap
transaksi
telah
pihak
perusahaan
non
ritel
tunai
dengan
memanfaatkan mesin EDC.
setelah
terjadi
lahirnya
tumpang
OJK
tindih
kewenangan antara Bank Indonesia
dengan OJK.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
IV. DAFTAR PUSTAKA
Keberadaan
lembaga
yang
OJK
sebagai
mengatur
dan
mengawasi sektor jasa keuangan
khususnya
mengurangi
Indonesia
perbankan
tidaklah
kewenangan
sebagai
bank
Bank
sentral,
melainkan membantu tugas Bank
Indonesia.
Walaupun
OJK
telah
mengambil sebagian tugas dari Bank
Indonesia, namun Bank Indonesia tetap
memiliki akses ke perbankan dan pihak
lain
dengan
kewenangannya
yang
masih melekat, terutama di bidang
sistem pembayaran. Sehingga dalam
rangka
penegakan
regulasi
sistem
Abdulkadir
Muhammad,
Lembaga
Keuangan dan Pembiayaan, Bandung
: Citra Aditya Bakti, 2000
Ikatan
Bankir
Indonesia,
2014.
Mengelola Bank Komersial, PT.
Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Otoritas Jasa Keuangan, 2015, Buku Saku
Otoritas Jasa Keuangan Edisi 2,
Otoritas Jasa Keuangan: Jakarta.
Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1992
Tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan
Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004
Tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 23 Tahun 1999
Tentang Bank Indonesia.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011
Tentang Otoritas Jasa Keuangan.
Peraturan Bank Indonesia Nomor
15/12/PBI/2013 yang juga mengatur
tentang Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum Bank Umum.
Peraturan Bank Indonesia Nomor
16/1/PBI/2014 Tentang Perlindungan
Konsumen Jasa Sistem Pembayaran.
Peraturan Bank Indonesia Nomor
18/40/PBI/2016
tentang
Penyelenggaraan
Pemprosesan
Pembayaran.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
34/POJK.03/2016 yang berisi tentang
Kewajiban
Penyediaan
Modal
Minimum Bank Umum.
BI Larang Kartu Kredit Digesek Dua
Kali,
https://finance.detik.com/moneter/d3629580/bi-larang-kartu-kreditdigesek-dua-kali, diakses tertanggal
10 September 2017
Tingkatkan Koordinasi, BI Bersama 3
Kementerian dan OJK Bentuk Forum
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran,
http://www.bi.go.id/id/ruangmedia/info-terbaru/Pages/BIBersama-Kementrian-dan-OJKForum-SP.aspx diakses tanggal 31
November 2017