PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI 5
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
Untuk Pendidikan
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
UPAYA
PEMBERANTASAN
KORUPSI
“ No impunity to
corruptors”
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
A. KONSEP PEMBERANTASAN KORUPSI
Mengapa korupsi timbul dan berkembang demikian masif di
sebuah negara dan tidak di negara lain ?
Korupsi ibarat penyakit ‘kanker ganas’ sifatnya kronis juga
akut.
Perekonomian negara degerogoti secara perlahan namun pasti.
Korupsi di Indonesia menempel pada semua aspek atau bidang
kehidupan masyarakat.
PENTING DIPAHAMI : di manapun dan sampai pada tingkatan
tertentu, korupsi akan selalu ada dalam suatu negara atau
masyarakat
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
It is always necessary to releate anticorruption strategies to charaktheristics
og the actors involved (and the
environment they operate in). THERE IS
NO SINGLE CONCEPT and program of
good governance FOR ALL COUNTRIES
and organizations, there is no ‘one right
way’. Thera are many initiatives and most
are tailored to specifics contexts.
SOCIETIES and organizations WILL HAVE
TO SEEK THEIR OWN SOLUTIONS.
DISKUSIKAN PENDAPAT
BERIKUT :
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
REALITA DI INDONESIA
Ada PERANGKAT HUKUM : ada Peraturan Per-UU, ada
lembaga serta aparat hukum yang mengabdi untuk
menjalankan peraturan (kepolisian, kejaksaan, dan
pengadilan); ada lembaga independen ‘Super Body’
yang bernama Komis Pemberantasan Korupsi (KPK)
yang dibentuk untuk memerantas korupsi.
Di sekolah siswa/mahasiswa Pendidikan Agama,
penddikan Kewarganegaraan
Realita : korupsi tetap tumbuh subur dan berkembang
dengan pesat.
Apa yang salah ?
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
UPAYA PENANGGULANGAN
KEJAHATAN KORUPSI
JALUR NON-PENAL
JALUR PENAL
Kebijakan penerapan
hukum Pidana (criminal Law
Application);
sifat repressive
(penumpasan/
penindasan/pemberantasan)
perlu dipahami bahwa :
upaya/ tindakan represif juga
dapat dilihat sebagai upaya/
tindakan preventif dalam arti
luas.
(Nawawi Arief : 2008)
Kebijakan pencegahan
tanpa hukum pidana
(prevention without
pinishment);
kebijakan untuk
mempengaruhi pandangan
masyarakat mengenai
kejahatan dan pemidanaan
lewat mass medida
(influencing views of society
on crime and
punishment/mass media atau
media lain seperti
penyuluhan, pendidikan, dll.
Sifat prefentive
(pencegahan)
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
UPAYA PENAL DAN NON-PENAL
Sasaran dari upaya non-penal adalah menangani faktor-faktor
kondusif penyebab terjadinya korupsi, yang berpusat pada
masalah-masalah atau kondisi-kondisi politik, ekonomi maupun
sosial yang secara langsung dapat menimbulkan atau
menumbuh-suburkan kejahatan (korupsi);
Upaya penal dilakukan dengan memanggil atau menggunakan
hukum pidana yaitu dengan menghukum atau memberi pidana
atau penderitaan atau nestapa bagi perilaku korupsi;
Upaya non-penal seharusnya menjadi kunci atau memiliki posisi
penting atau posisi strategis dari keseluruhan upaya
penanggulangan korupsi karena sifat nya preventif atau
mencegah sebelum terjadi.
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
KETERBATASAN SARANA PENAL
sarana penal memiliki ‘keterbatasan’,
mengandung ‘ kelemahan’ (sisi negatif).
Fungsi sarana penal seharusnya hanya
digunakan secara ‘subsidair’.
Secara dogmatis, sanksi pidana merupakan
jenis sanksi yang paling tajam dalam bidang
hukum, sehingga harus digunakan sebagai
ultimum remedium (obat yang terakhir apabila
cara lain atau bidang hukum lalin sudah tidak
dpat digunakan lagi);
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
KETERBATASAN SARANA PENAL
Secara fungsional/ pragmatis, operasionalisasi
dan aplikasinya menuntut biaya yang tinggi;
Sanksi pidana mengandung sifat kontradiktif/
paradoksal, mengandung efek sampingan
yang negatif. Lihat realita kondisi overload
Lembaga Pemasyarakatan;
Hukum pidana dan pemidanaan bukanlah
‘obat yang manjur’ atau ‘panacea’ atau ‘
bukan segala-galanya’ untuk menanggulangi
kejahatan.
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
KETERBATASAN SARANA PENAL
• Penggunaan hukum pidana dalam menanggulangi
kejahatan hanya merupakan ‘ kurieren am
symptom’ (menyembuhkan gejala), hanya
merupakan pengobatan simptomatik bukan
kausatif karena sebab-sebab kejahatan demikian
komples dan berada di luar jangkauan hukum
pidana;
• Hukum pidana hanya merupakan bagian kecil (sub
sistem) dari sarana kontrol sosial yang tidak
mungkin mengatasi kejahatan sebagai masalah
kemanusiaan dan kemasyarakatan yang sangat
kompleks;
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
KETERBATASAN SARANA PENAL
sistem pemidanaan bersifat fragmantair dan
individual/personal; tidak bersifat struktural atau
fungsional;
efektifitas pidana (hukuman) bergantung pada banyak
faktor dan masih sering bergantung pada banyak faktor
dan masih sering diperdebatkan oleh para ahli.
Hukum pidana dan pemidanaan bukanlah ‘obat yang
manjur’ atau ‘panacea’ atau ‘bukan segala-galanya’
untuk menanggulangi kejahatan.
(Nawawi Arief: 1998)
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
HUKUM PIDANA BUKAN PANACEA
KARL. O. Christiansen : pengaruh pidana
terhadap masyarakat luas sulit di ukur.
S.R. Brody : 5 (lima) dari 9 (sembilan)
penelitian menyatakan bahwa lamanya waktu
yang dijalani oleh seseorang di dalam penjara
tidak berpengaruh pada adanya reconviction
atau penghukuman kembali.
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
HUKUM PIDANA BUKAN PANACEA
Wolf Middendorf : tidak ada hubungan logis antara
kejahatan dengan lamanya pidana. Kita tidak dapat
mengetahui hubungan sesungguhnya antara sebab
dan akibat. Orang melakukan kejahatan dan mungkin
mengulanginya lagi tanpa hubungan dengan ada
tidaknya uu atau pidana yang dijatuhkan. Sarana
kontrol sosisal lainnya, seperti kekuasaan orang tua,
kebiasaan-kebiasaan atau agama mungkin dapat
mencegah perbuatan, yang sama efektifnya dengan
ketakutan orang pada pidana.
(Nawawi Arief: 1998)
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
HUKUM PIDANA BUKAN PANACEA
Diskusikanlah kasus perlakuan istimewa yang
diberikan kepada Artlita. Ia bisa menyulap ruang
tempat ia mendekam di LP Cipinang menjadi
ruang yang sangat nyaman bagaikan ruang hotel
berbintang. Bagaimana pula dengan Gayus yang
bebas berkeliaran dan berplesiran ke luar negeri
selama menjadi tahanan kasus penggelapan
pajak. Menurut anda apa yang harus dilakukan
untuk mencegah hal ini?
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
STRATEGI DAN/ATAU UPAYA
PENANGGULANGAN KORUPSI
1. Pembentukan Lembaga Anti-Korupsi
2. Pencegahan Korupsi di Sektor Publik
3. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat
4. Pengembangan dan Pembuatan berbagai Instrumen
Hukum yang mendukung Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi
5. Monitoring dana Evaluasi
6. Kerjasama Internasional
Untuk Pendidikan
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
UPAYA
PEMBERANTASAN
KORUPSI
“ No impunity to
corruptors”
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
A. KONSEP PEMBERANTASAN KORUPSI
Mengapa korupsi timbul dan berkembang demikian masif di
sebuah negara dan tidak di negara lain ?
Korupsi ibarat penyakit ‘kanker ganas’ sifatnya kronis juga
akut.
Perekonomian negara degerogoti secara perlahan namun pasti.
Korupsi di Indonesia menempel pada semua aspek atau bidang
kehidupan masyarakat.
PENTING DIPAHAMI : di manapun dan sampai pada tingkatan
tertentu, korupsi akan selalu ada dalam suatu negara atau
masyarakat
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
It is always necessary to releate anticorruption strategies to charaktheristics
og the actors involved (and the
environment they operate in). THERE IS
NO SINGLE CONCEPT and program of
good governance FOR ALL COUNTRIES
and organizations, there is no ‘one right
way’. Thera are many initiatives and most
are tailored to specifics contexts.
SOCIETIES and organizations WILL HAVE
TO SEEK THEIR OWN SOLUTIONS.
DISKUSIKAN PENDAPAT
BERIKUT :
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
REALITA DI INDONESIA
Ada PERANGKAT HUKUM : ada Peraturan Per-UU, ada
lembaga serta aparat hukum yang mengabdi untuk
menjalankan peraturan (kepolisian, kejaksaan, dan
pengadilan); ada lembaga independen ‘Super Body’
yang bernama Komis Pemberantasan Korupsi (KPK)
yang dibentuk untuk memerantas korupsi.
Di sekolah siswa/mahasiswa Pendidikan Agama,
penddikan Kewarganegaraan
Realita : korupsi tetap tumbuh subur dan berkembang
dengan pesat.
Apa yang salah ?
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
UPAYA PENANGGULANGAN
KEJAHATAN KORUPSI
JALUR NON-PENAL
JALUR PENAL
Kebijakan penerapan
hukum Pidana (criminal Law
Application);
sifat repressive
(penumpasan/
penindasan/pemberantasan)
perlu dipahami bahwa :
upaya/ tindakan represif juga
dapat dilihat sebagai upaya/
tindakan preventif dalam arti
luas.
(Nawawi Arief : 2008)
Kebijakan pencegahan
tanpa hukum pidana
(prevention without
pinishment);
kebijakan untuk
mempengaruhi pandangan
masyarakat mengenai
kejahatan dan pemidanaan
lewat mass medida
(influencing views of society
on crime and
punishment/mass media atau
media lain seperti
penyuluhan, pendidikan, dll.
Sifat prefentive
(pencegahan)
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
UPAYA PENAL DAN NON-PENAL
Sasaran dari upaya non-penal adalah menangani faktor-faktor
kondusif penyebab terjadinya korupsi, yang berpusat pada
masalah-masalah atau kondisi-kondisi politik, ekonomi maupun
sosial yang secara langsung dapat menimbulkan atau
menumbuh-suburkan kejahatan (korupsi);
Upaya penal dilakukan dengan memanggil atau menggunakan
hukum pidana yaitu dengan menghukum atau memberi pidana
atau penderitaan atau nestapa bagi perilaku korupsi;
Upaya non-penal seharusnya menjadi kunci atau memiliki posisi
penting atau posisi strategis dari keseluruhan upaya
penanggulangan korupsi karena sifat nya preventif atau
mencegah sebelum terjadi.
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
KETERBATASAN SARANA PENAL
sarana penal memiliki ‘keterbatasan’,
mengandung ‘ kelemahan’ (sisi negatif).
Fungsi sarana penal seharusnya hanya
digunakan secara ‘subsidair’.
Secara dogmatis, sanksi pidana merupakan
jenis sanksi yang paling tajam dalam bidang
hukum, sehingga harus digunakan sebagai
ultimum remedium (obat yang terakhir apabila
cara lain atau bidang hukum lalin sudah tidak
dpat digunakan lagi);
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
KETERBATASAN SARANA PENAL
Secara fungsional/ pragmatis, operasionalisasi
dan aplikasinya menuntut biaya yang tinggi;
Sanksi pidana mengandung sifat kontradiktif/
paradoksal, mengandung efek sampingan
yang negatif. Lihat realita kondisi overload
Lembaga Pemasyarakatan;
Hukum pidana dan pemidanaan bukanlah
‘obat yang manjur’ atau ‘panacea’ atau ‘
bukan segala-galanya’ untuk menanggulangi
kejahatan.
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
KETERBATASAN SARANA PENAL
• Penggunaan hukum pidana dalam menanggulangi
kejahatan hanya merupakan ‘ kurieren am
symptom’ (menyembuhkan gejala), hanya
merupakan pengobatan simptomatik bukan
kausatif karena sebab-sebab kejahatan demikian
komples dan berada di luar jangkauan hukum
pidana;
• Hukum pidana hanya merupakan bagian kecil (sub
sistem) dari sarana kontrol sosial yang tidak
mungkin mengatasi kejahatan sebagai masalah
kemanusiaan dan kemasyarakatan yang sangat
kompleks;
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
KETERBATASAN SARANA PENAL
sistem pemidanaan bersifat fragmantair dan
individual/personal; tidak bersifat struktural atau
fungsional;
efektifitas pidana (hukuman) bergantung pada banyak
faktor dan masih sering bergantung pada banyak faktor
dan masih sering diperdebatkan oleh para ahli.
Hukum pidana dan pemidanaan bukanlah ‘obat yang
manjur’ atau ‘panacea’ atau ‘bukan segala-galanya’
untuk menanggulangi kejahatan.
(Nawawi Arief: 1998)
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
HUKUM PIDANA BUKAN PANACEA
KARL. O. Christiansen : pengaruh pidana
terhadap masyarakat luas sulit di ukur.
S.R. Brody : 5 (lima) dari 9 (sembilan)
penelitian menyatakan bahwa lamanya waktu
yang dijalani oleh seseorang di dalam penjara
tidak berpengaruh pada adanya reconviction
atau penghukuman kembali.
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
HUKUM PIDANA BUKAN PANACEA
Wolf Middendorf : tidak ada hubungan logis antara
kejahatan dengan lamanya pidana. Kita tidak dapat
mengetahui hubungan sesungguhnya antara sebab
dan akibat. Orang melakukan kejahatan dan mungkin
mengulanginya lagi tanpa hubungan dengan ada
tidaknya uu atau pidana yang dijatuhkan. Sarana
kontrol sosisal lainnya, seperti kekuasaan orang tua,
kebiasaan-kebiasaan atau agama mungkin dapat
mencegah perbuatan, yang sama efektifnya dengan
ketakutan orang pada pidana.
(Nawawi Arief: 1998)
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
HUKUM PIDANA BUKAN PANACEA
Diskusikanlah kasus perlakuan istimewa yang
diberikan kepada Artlita. Ia bisa menyulap ruang
tempat ia mendekam di LP Cipinang menjadi
ruang yang sangat nyaman bagaikan ruang hotel
berbintang. Bagaimana pula dengan Gayus yang
bebas berkeliaran dan berplesiran ke luar negeri
selama menjadi tahanan kasus penggelapan
pajak. Menurut anda apa yang harus dilakukan
untuk mencegah hal ini?
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
STRATEGI DAN/ATAU UPAYA
PENANGGULANGAN KORUPSI
1. Pembentukan Lembaga Anti-Korupsi
2. Pencegahan Korupsi di Sektor Publik
3. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat
4. Pengembangan dan Pembuatan berbagai Instrumen
Hukum yang mendukung Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi
5. Monitoring dana Evaluasi
6. Kerjasama Internasional