Faktor-Faktor yang Mendorong Ibu Memakai Kontrasepsi Implant di Desa Patumbak I Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dsri dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.

Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Pengertian yang dikemukakan mc.Donald ini mengandung tiga elemen penting.

a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energy pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energy di dalam system “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia.

b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/ “feeling”, afeksi

seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah-laku manusia.

c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan.


(2)

Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/ terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.

2. Motivasi Intrinsik

Yang di maksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi instrinsik datang dari hati sanubari umumnya dengan karena kesadaran, misalnya Ibu mau memakai alat kontrasepsi karena ibu sadar bahwa memakai alat kontrasesi itu sangat penting karena bisa menunda kehamilan dan menjarangkan jumlah anak.

. Menurut Taufik (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

intrinsik yaitu:

a) Kebutuhan (need)

Seseorang melakukan aktifitas (kegiatan) karena adanya

faktor-faktor kebutuhan baik biologis mau pun psikologis, misalnya Ibu memakai alat kontrasepsi karena ingin menjarangkan jumlah anak.

b) Harapan (Expectancy)

Seseoarang di motivasi oleh karena keberhasilan dan adanya harapan keberhasilan bersifat pemuasan diri seseorang, keberhasilan dan harga diri meningkat dan menggerakkan seseorang ke arah pencapaian


(3)

tujuan, misal Ibu berharap setelah memakai kontrasepsi implant akan lebih lama menjaga anaknya.

c) Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keinginan pada suatu hal tanpa ada yang menyuruh.

3. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang atau pengaruh dari orang lain sehingga seseorang berbuat sesuatu (Hamzah, 2009).

Menurut Taufik (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik adalah;

a) Dorongan keluarga

Suami membawa istri ke tempat pelayanan kesehatan bukan kehendak sendiri tetapi karna dorongan dari keluarga seperti istri, orang tua, teman. Misalnya suami membawa istri ke tempat pelayanan kesehatan karena adanya untuk melakukan (dukungan) dari istri, orang tua atau pun anggota keluarga lainnya. Dukungan atau dorongan dari anggota keluarga semakin menguatkan motivasi ibu untuk memberikan sesuatu yang terbaik untuk keluarganya.

b) Lingkungan

Lingkungan adalah tempat dimana seorang tinggal. Lingkungan dapat mempengaruhi seseorang sehingga dapat termotivasi untuk melakukan


(4)

sesuatu. Selain keluarga, lingkungan juga mempunyai peran yang besar dalam memotivasi seseorang dalam mengubah tingkah lakunya. Dalam sebuah lingkungan yang terbuka, biasanya terdapat rasa kesetiakawanan yang tinggi. Seperti adanya puskesmas di suatu pemukiman orang-orang memungkinkan di sekitar lingkungan ibu akan mengajak, mengingatkan, atau pun memberikan informasi pada ibu tentang pelayanan kesehatan.

c) Imbalan

Seseorang dapat termotivasi untuk melakukan sesuatu karena adanya suatu imbalan sehingga orang tersebut ingin melakukan sesuatu.

d) Media

Media adalah faktor yang sangat berpengaruh bagi responden dalam memotivasi ibu untuk memakai alat kontrasepsi, mungkin karena pada era globalisasi ini hampir dari waktu yang dihabiskan adalah berhadapan dengan media informasi, baik itu media cetak maupun elektronika (TV, radio, komputer/internet) sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah yang positif terhadap kesehatan.

e) Pekerjaan

Pekerjaan juga sangat mempengaruhi perhatian suami dalam mengawasi kondisi istri.


(5)

Suami yang bekerja pada lajur produksi atau melakukan pekerjaan yang tidak menyenangkan dan pekerjaan tangan yang sulit dapat membuat suami tertekan.

Dalam keadaan ini besarnya penghasilan merupakan pendorong semangat utama. Agar yang dilakukan menjanjikan peningkatan pendapatan, sebagai suatu alat untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.

f) Umur

Umur adalah lama waktu hidup individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat dilakukan penelitian. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseoarang akan lebih matang dalam berpikir dalam bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dewasa akan lebih di percaya dari orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Semakin tua umur seseorang maka makin bertambah dalam memberikan dukungan.

g) Pendidikan

Pendidikan adalah peroses pengubahan sikap dan tata laku seseorang dalam usaha dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseoarang dalam hal ini suami semakin mudah memberikan dukungan.


(6)

h) Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan ibu saat ini. Tingkat paritas yang tinggi mempengaruhi dukungan pada ibu.

4. Tujuan Motivasi

Secara umum tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil dan mencapai tujuan (Taufik, 2007).

Setiap tindakan motivasi seseorang mempunyai tujuan yang akan di capai. Makin jelas tujuan yang di harapkan atau akan dicapai, maka akan semakin jelas pula bagaimana tindakan memotivasi itu dilakukan. Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil apabila tujuannya jelas dan di dasari oleh yang di motivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi kepada seseorang harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan, serta kepribadian orang yang akan dimotivasi (Taufik, 2007).

5. Unsur-Unsur Motivasi

Menurut Sadirman (2007), motivasi mengandung tiga unsur penting, yaitu :

a) Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem neurophysiological yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia, penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.


(7)

b) Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa ”feeling”, afeksi seseorang.Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan perubahan tingkah laku manusia.

c) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam dari diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang / terdorong oleh adanya unsur lain, daalm hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akn menyangkut kebutuhan yang akan di capai oleh orang tersebut.

Menurut Taufik (2007), motivasi mengandung tiga komponen pokok di dalamnya, yaitu menggerakkan, mengarahkan, dan menopang tingkah laku manusia.

1. Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu,

memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam hal ingatan, respons-respons efektif dan kencenderungan mendapatkan kesenangan.

2. Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku.

Dengan demikian seseorang menyediakan suatu orientasi tujuan.Tingkah laku seseorang individu diarahkan terhadap sesuatu.


(8)

3. Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan (reinforce) intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.

6. Fungsi Motivasi

Menurut Notoatmodjo (2007), motivasi mempunyai 3 (tiga) fungsi yaitu : a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendah

dicapai.Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan yang sudah direncanakan sebelumnya.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus di kerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Pilihan perbuatan yang sudah ditentukan atau dikerjakan akan memberikan kepercayaan diri yang tinggi karena sudah melakukan proses penyeleksian.


(9)

B. Kontrasepsi Implant 1. Definisi Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel sel telur dan sel sperma. Untuk itu, berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan hormonal namun tidak menghendaki kehamilan (Suratun dkk, 2008).

Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan, usaha itu dapat bersifat sementara dapat bersifat permanen (Prawirohardjo, 2008).

2. Definisi Implant

a. Beberapa konsep tentang Implan

Implan atau alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) adalah kontrasepsi yang diinsersikan tepat dibawah kulit, dilakukan pada bagian dalam lengan atas atau di bawah siku melalui insisi tunggal dalam bentuk kipas (Pinem, 2009).

Alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) atau implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit (Suratun dkk, 2008).

b. Jenis-jenis Implant 1. Norplant

Terdiri dari enam batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, diameter 2,4 mm, berisi 36 mg levonogestrel dengan lama kerja lima tahun.


(10)

2. Jadena dan indoplant

Terdiri dari dua batang silastik lembut berongga dengan panjang 4,3 cm, diameter 2,5 mm, berisi 75 mg levonogestrel dengan lama kerja tiga tahun.

3 Implanon

Terdiri dari satu batang silastik lembut berongga dengan panjang kira-kira 4,0 cm, diameter 2 mm, berisi 68 mg 3-keto-desogestrel dengan lama kerja tiga tahun.

c. Cara kerja Implant menurut suratun, 2008 yaitu : 1. Menghambat terjadinya ovulasi

2. Menyebabkan endometrium tidak siap untuk untuk nidasi 3. Mempertebal lender serviks

4. Menipiskan lapisan endometrium.

d. Keuntungan kontrasepsi menurut pinem 2009, yaitu :

1. Daya guna tinggi (kegagalan 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan) 2. Memberikan perlindungan jangka panjang (lima tahun)

3. Tingkat kesuburan cepat kembali setelah implant dicabut 4. Tidak perlu dilakukan periksa dalam

5. Tidak mengganggu kegiatan senggama dan juga tidak mengganggu

produksi ASI

6. Bebas dari pengaruh estrogen, Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan


(11)

e. Keuntungan Nonkontrasepsi

1. Mengurangi nyeri haid dan mengurangi jumlah darah haid

2. Mengurangi/memperbaiki anemia

3. Melindungi terjadinya kanker endometrium

4. Menurunkan angka kejadian endometrium

5. Mengurangi kejadian kelainan jinak payudara

6. Memberi perlindungan terhadap beberapa penyebab penyakit radang

panggul

f. Keterbatasan implant

1. Nyeri kepala, pening/pusing kepala 2. Peningkatan/penurunan berat badan 3. Nyeri payudara

4. Perubahan mood atau kegelisahan

5. Tidak member perlindungan terhadap infeksi penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS

6. Memerlukan tindak pembedahan minor untuk memasang/insersi dan

pencabutannya

7. Efektivitasnya menurunkan jika menggunakan implant bersamaan

dengan penggunaan obat untuk epilepsy dan tuberculosis

8. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000


(12)

g. Efek pada sistem reproduksi menurut Hartanto, 2004 yaitu:

1. Tidak dilaporkan adanya efek samping yang serius terhadap system

reproduksipada pemakaian norplant

2. Memang pada 10% akseptor ditemukan adanya kista ovarium yang

sementara, ada yang sampai mencapai ukuran 10 cm. umumnya tidak diperlukan tindakan pembedahan, pengeluaran Implant atau pengobatan lainnya, karena kista tersebut akan mengalami regresi spontan dalam waktu 6 minggu

3. Yang menjadi kekuatiran adalah kemungkinan bertambahnya risiko

dari kehamilan ektopik. Dari penelitian ditemukan kehamilan ektopik 1,5 per 1000 wanita per-tahun, dan ini hampir sama seperti pada akseptor IUD (baik yang non-medicated maupun yang mengandung Cu). Dan angka tersebut masih tetap lebih rendah dibandingkan wanita yang sama sekali tidak ber-KB.

4. Efek kontrasepsi Norplant menghilang dengan cepat setelah

Implantnya dikeluarkan. Mantan akseptor Norplant dapat menjadi hamil sama cepatnya seperti wanita yang sama sekali tidak memakai kontrasepsi apapun. Dari 95 wanita yang menginginkan kehamilan, 50% sudah hamil setelah 3 bulan menghentikan Implantnya, dan 86% setelah 1 tahun

5. Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa jumlah kecil dari


(13)

buruk pada bayi yang sedang dikandung maupun pada bayi yang masih menyusu

6. Pemakaian Norplant elama laktasi tidak mempengaruhi kadar hormon

bayinya. LH dan Testosterone di dalam urine adalah sama pada bayi yang disusui akseptor metode barrier ataupun ibu-ibu yang samasekali tidak menggunakan kontrasepsi apa pun.

h. Wanita yang boleh menggunakan Implant

1. Usia reproduksi, telah memiliki anak ataupun belum memiliki anak

2. Menginginkan kontrasepsi dengan efektifitas tinggi dan jangka

panjang

3. Menyusui dan memerlukan kontrasepsi

4. Pasca persalinan dan tidak menyusui 5. Pasca keguguran

6. Tidak menginginkan anak lagi tetapi tidak mau sterilisasi

7. Tekanan darah <180/110 mmHg, masalah pembekuan darah atau

anemia bulan sabit

8. Tidak boleh meggunakan kontrasepsi yang mengandung progesterone

9. Riwayat kehamilan ektopik 10. Sering lupa minum Pil

i. Wanita yang tidak boleh menggunakan Implant

1. Hamil atau diduga hamil

2. Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya 3. Tromboflebitis aktif atau penyakit trombo-emboli


(14)

4. Penyakit hati akut, tumor hati jinak atau ganas

5. Tidak dapat menerimaperubahan pola haid yang terjadi 6. Gangguan toleransi glukosa

7. Benjolan/karsinoma payudara/riwayat karsinoma payudara

8. Tumor/neoplasma ginekologik

9. Miom uterus dan kanker payudara j. Waktu untuk Insersi Implant

1. Yang terbaik pada saat haid hari ke-2 sampai hari ke-7 atau jangan melewati 5-7 hari setelah haid mulai, tidak diperlukan kontrasepsi tambahan

2. Setiap saat diluar siklus haid asal dapat dipastikan ibu tidak hamil. Bila implant di insersikan setelah hari ke-7 siklus haid, jangan melakukan senggama atau menggunakan metode kontrasepsi lain selama 7 hari saja

3. Pasca persalinan antara 6 minggu sampai 6 bulan, menyusui, insersi dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh, tidak dibutuhkan penggunaan kontrasepsi lain

4. Bila setelah 6 minggu persalinan terjadi haid kembali, insersi dapat dilakukan setiap saat tetapi ibu jangan melakukan sanggama selama 7 hari atau menggunakan metoda kontrasepsi lain selama 7 hari saja

5. Bila ibu menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya


(15)

benar dan ibu dapat tidak hamil, maka insersi dapat dilakukan setiap saat

6. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah suntikan, implant dapat diberikan setiap saat sesuai jadwal kontrasepsi suntikan tersebut. Tidak diperlukan kontrasepsi lain

7. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal kecuali Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), implant dapat diinsersikan pada saat siklus haid hari ke-7 dan jangan melakukan senggama selama 7 hari, atau menggunakan metoda kontrasepsi lain selama 7 hari saja. AKDR segera dicabut

8. Pasca keguguran dapat segera diinsersikan k. Informasi yang perlu disampaikan

1. Efek kontrasepsi timbul dalam beberapa jam setelah insersi dan

berlangsung sampai 5 tahun lagi Norplant dan 3 tahun bagi Implanon dan akan berakhir sesaat setelah pengangkatan

2. Sering ditemukan efek sampingberupa gangguan pola haid utamanya

pada Norplant, terutama 6 sampai 12 bulan pertama, beberapa perempuan mungkin haidnya berhenti sama sekali. Perubahan pola haid tersebut tidak membahayakan . efek samping lain berupa sakit kepala, penambahan berat badan, dan nyeri payudara. Efek samping ini tidak berbahaya dan akan hilang dengan sendirinya.

3. Norplant dicabut setelah 5 tahun dan susuk implanon dicabut setelah 3 tahun, tetapi dapat dicabut lebih awal bila dikehendaki. Tetapi bila


(16)

Norplant dicabut sebelum 5 tahun dan susuk Implanon dicabut sebelum 3 tahun, maka kemungkinan hamil sangat besar dan meningkatkan resiko kehamilan ektopik.

4. Implant tidak melindungi dari penyakit menular seksual, trmasuk

HIV/AIDS. Bila pasangan memiliki resiko, perlu menggunakan kondom bila melakukan senggama

5. Berikan kartu yang ditulis nama, tanggal insersi, tempat insersi dan nama klinik.

l. Hal-hal yang harus diperhatikan

1. Daerah insersi harus tetap kering dan bersih selama 48 jam pertama setelah insersi. Tujuannya untuk mencegah infeksi pada luka insersi

2. Perlu disampaikan bahwa kemungkinan ada rasa nyeri, pembengkakan,

atau lebam didaerah insisi. Keadaan ini tidak berbahaya dan tidak perlu dikawatirkan

3. Pekerjaan rutin harian tetap dilakukan, tetapi hindari benturan, gesekan atau penekanan pada daerah insersi

4. Selama 48 jam balutan penekan jangan dibuka dan plester

dipertahankan sampai luka sembuh (biasanya 5 hari)

5. Setelah luka sembuh, daerah insersi dapat disentuh dan dicuci dengan tekanan yang wajar

6. Segera ke klinik atau hubungi dokter bila ada masalah sebagai berikut : ada tanda-tanda infeksi misalnya demam, peradangan atau rasa sakit yang menetap selama beberapa hari, perdarahan pervaginam yang


(17)

banyak, amenorea disertai nyeri pada perut bagian bawah, rasa nyeri pada lengan, luka bekas insisi mengeluarkan darah atau nanah, ekspulsi batang Implant, sakit kepala hebat atau penglihatan menjadi kabur, nyeri dada hebat, diduga hamilsebelum menggunakan Implant harus digali informasi dari klien dan dari berbagai sumber untuk mendapatkan data mengenai riwayat kesehatan, aspek sosial budaya dan agama yang dapat mempengaruhi respons klien, serta dilakukan pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan untuk memastikan apakah klien boleh/tidak boleh menggunakan Implan (Pinem, 2009).


(1)

g. Efek pada sistem reproduksi menurut Hartanto, 2004 yaitu:

1. Tidak dilaporkan adanya efek samping yang serius terhadap system reproduksipada pemakaian norplant

2. Memang pada 10% akseptor ditemukan adanya kista ovarium yang sementara, ada yang sampai mencapai ukuran 10 cm. umumnya tidak diperlukan tindakan pembedahan, pengeluaran Implant atau pengobatan lainnya, karena kista tersebut akan mengalami regresi spontan dalam waktu 6 minggu

3. Yang menjadi kekuatiran adalah kemungkinan bertambahnya risiko dari kehamilan ektopik. Dari penelitian ditemukan kehamilan ektopik 1,5 per 1000 wanita per-tahun, dan ini hampir sama seperti pada akseptor IUD (baik yang non-medicated maupun yang mengandung Cu). Dan angka tersebut masih tetap lebih rendah dibandingkan wanita yang sama sekali tidak ber-KB.

4. Efek kontrasepsi Norplant menghilang dengan cepat setelah Implantnya dikeluarkan. Mantan akseptor Norplant dapat menjadi hamil sama cepatnya seperti wanita yang sama sekali tidak memakai kontrasepsi apapun. Dari 95 wanita yang menginginkan kehamilan, 50% sudah hamil setelah 3 bulan menghentikan Implantnya, dan 86% setelah 1 tahun

5. Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa jumlah kecil dari Levonorgestrel yang dilepaskan oleh Norplant tidak mempunyai efek


(2)

buruk pada bayi yang sedang dikandung maupun pada bayi yang masih menyusu

6. Pemakaian Norplant elama laktasi tidak mempengaruhi kadar hormon bayinya. LH dan Testosterone di dalam urine adalah sama pada bayi yang disusui akseptor metode barrier ataupun ibu-ibu yang samasekali tidak menggunakan kontrasepsi apa pun.

h. Wanita yang boleh menggunakan Implant

1. Usia reproduksi, telah memiliki anak ataupun belum memiliki anak 2. Menginginkan kontrasepsi dengan efektifitas tinggi dan jangka

panjang

3. Menyusui dan memerlukan kontrasepsi 4. Pasca persalinan dan tidak menyusui 5. Pasca keguguran

6. Tidak menginginkan anak lagi tetapi tidak mau sterilisasi

7. Tekanan darah <180/110 mmHg, masalah pembekuan darah atau anemia bulan sabit

8. Tidak boleh meggunakan kontrasepsi yang mengandung progesterone 9. Riwayat kehamilan ektopik

10.Sering lupa minum Pil

i. Wanita yang tidak boleh menggunakan Implant 1. Hamil atau diduga hamil

2. Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya 3. Tromboflebitis aktif atau penyakit trombo-emboli


(3)

4. Penyakit hati akut, tumor hati jinak atau ganas

5. Tidak dapat menerimaperubahan pola haid yang terjadi 6. Gangguan toleransi glukosa

7. Benjolan/karsinoma payudara/riwayat karsinoma payudara 8. Tumor/neoplasma ginekologik

9. Miom uterus dan kanker payudara j. Waktu untuk Insersi Implant

1. Yang terbaik pada saat haid hari ke-2 sampai hari ke-7 atau jangan melewati 5-7 hari setelah haid mulai, tidak diperlukan kontrasepsi tambahan

2. Setiap saat diluar siklus haid asal dapat dipastikan ibu tidak hamil. Bila implant di insersikan setelah hari ke-7 siklus haid, jangan melakukan senggama atau menggunakan metode kontrasepsi lain selama 7 hari saja

3. Pasca persalinan antara 6 minggu sampai 6 bulan, menyusui, insersi dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh, tidak dibutuhkan penggunaan kontrasepsi lain

4. Bila setelah 6 minggu persalinan terjadi haid kembali, insersi dapat dilakukan setiap saat tetapi ibu jangan melakukan sanggama selama 7 hari atau menggunakan metoda kontrasepsi lain selama 7 hari saja 5. Bila ibu menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya


(4)

benar dan ibu dapat tidak hamil, maka insersi dapat dilakukan setiap saat

6. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah suntikan, implant dapat diberikan setiap saat sesuai jadwal kontrasepsi suntikan tersebut. Tidak diperlukan kontrasepsi lain

7. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal kecuali Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), implant dapat diinsersikan pada saat siklus haid hari ke-7 dan jangan melakukan senggama selama 7 hari, atau menggunakan metoda kontrasepsi lain selama 7 hari saja. AKDR segera dicabut

8. Pasca keguguran dapat segera diinsersikan k. Informasi yang perlu disampaikan

1. Efek kontrasepsi timbul dalam beberapa jam setelah insersi dan berlangsung sampai 5 tahun lagi Norplant dan 3 tahun bagi Implanon dan akan berakhir sesaat setelah pengangkatan

2. Sering ditemukan efek sampingberupa gangguan pola haid utamanya pada Norplant, terutama 6 sampai 12 bulan pertama, beberapa perempuan mungkin haidnya berhenti sama sekali. Perubahan pola haid tersebut tidak membahayakan . efek samping lain berupa sakit kepala, penambahan berat badan, dan nyeri payudara. Efek samping ini tidak berbahaya dan akan hilang dengan sendirinya.

3. Norplant dicabut setelah 5 tahun dan susuk implanon dicabut setelah 3 tahun, tetapi dapat dicabut lebih awal bila dikehendaki. Tetapi bila


(5)

Norplant dicabut sebelum 5 tahun dan susuk Implanon dicabut sebelum 3 tahun, maka kemungkinan hamil sangat besar dan meningkatkan resiko kehamilan ektopik.

4. Implant tidak melindungi dari penyakit menular seksual, trmasuk HIV/AIDS. Bila pasangan memiliki resiko, perlu menggunakan kondom bila melakukan senggama

5. Berikan kartu yang ditulis nama, tanggal insersi, tempat insersi dan nama klinik.

l. Hal-hal yang harus diperhatikan

1. Daerah insersi harus tetap kering dan bersih selama 48 jam pertama setelah insersi. Tujuannya untuk mencegah infeksi pada luka insersi 2. Perlu disampaikan bahwa kemungkinan ada rasa nyeri, pembengkakan,

atau lebam didaerah insisi. Keadaan ini tidak berbahaya dan tidak perlu dikawatirkan

3. Pekerjaan rutin harian tetap dilakukan, tetapi hindari benturan, gesekan atau penekanan pada daerah insersi

4. Selama 48 jam balutan penekan jangan dibuka dan plester dipertahankan sampai luka sembuh (biasanya 5 hari)

5. Setelah luka sembuh, daerah insersi dapat disentuh dan dicuci dengan tekanan yang wajar

6. Segera ke klinik atau hubungi dokter bila ada masalah sebagai berikut : ada tanda-tanda infeksi misalnya demam, peradangan atau rasa sakit yang menetap selama beberapa hari, perdarahan pervaginam yang


(6)

banyak, amenorea disertai nyeri pada perut bagian bawah, rasa nyeri pada lengan, luka bekas insisi mengeluarkan darah atau nanah, ekspulsi batang Implant, sakit kepala hebat atau penglihatan menjadi kabur, nyeri dada hebat, diduga hamilsebelum menggunakan Implant harus digali informasi dari klien dan dari berbagai sumber untuk mendapatkan data mengenai riwayat kesehatan, aspek sosial budaya dan agama yang dapat mempengaruhi respons klien, serta dilakukan pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan untuk memastikan apakah klien boleh/tidak boleh menggunakan Implan (Pinem, 2009).


Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor yang Mendorong Ibu Memakai Kontrasepsi Implant di Desa Patumbak I Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

0 44 80

Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Perimenopause Dalam Menghadapi Menopause di Desa Patumbak I Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

1 54 62

Faktor-Faktor yang Mendorong Ibu Memakai Kontrasepsi Implant di Desa Patumbak I Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

0 0 12

Faktor-Faktor yang Mendorong Ibu Memakai Kontrasepsi Implant di Desa Patumbak I Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

0 0 1

Faktor-Faktor yang Mendorong Ibu Memakai Kontrasepsi Implant di Desa Patumbak I Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

0 0 5

Faktor-Faktor yang Mendorong Ibu Memakai Kontrasepsi Implant di Desa Patumbak I Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

0 0 1

Faktor-Faktor yang Mendorong Ibu Memakai Kontrasepsi Implant di Desa Patumbak I Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

0 0 16

Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Perimenopause Dalam Menghadapi Menopause di Desa Patumbak I Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

0 0 11

Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Perimenopause Dalam Menghadapi Menopause di Desa Patumbak I Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

0 0 1

Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Perimenopause Dalam Menghadapi Menopause di Desa Patumbak I Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

0 0 5