Arsitektur Rumah Tradisional Jepang Berdasarkan Gaya Dan Desain Tata Ruang

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Alasan Pemilihan Judul
Arsitektur

adalah

seni

yang

dilakukan

setiap

individual

untuk


berimajinasikan diri mereka dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian
yang lebih luas, arsitektur mencakup merangkap dan membangun keseluruhan
lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan
perkotaan, arsitektur lanskap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain
perabot dan desain produk.
Negara Jepang yang terletak di daerah curah hujan yang tinggi, memiliki
empat musim, yaitu : musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin.
Yang dalam jangka waktu relatif berubah. Alam Jepang selain mendatangkan
keuntungan, juga mendatangkan kesengsaraan bagi penduduknya dengan
seringnya terjadi bencana alam seperti gempa bumi, dan angin topan. Oleh karena
itu untuk memilih bahan bangunan rumah tradisional Jepang yang sesuai dengan
perubahan-perubahan iklim dan letak geografis tersebut dan juga dikarenakan
berlimpahnya bahan alam berupa kayu, maka kayu lebih dianjurkan dijadikan
bahan dasar bangunan rumah tradisional Jepang.
Di

Jepang,

bagunan-bangunannya


memiliki

arsitektur

khas

yang

membedakan dengan negara-negara lain. Baik dari bangunan istana, rumah, kastil,
hingga taman. Arsitektur Jepang dari periode Asuka dan Nara (550 – 794 M)

1

sampai pada periode Heisei Awal dan masuknya pengaruh barat pada Arsitektur
Jepang.
Arsitektur Jepang secara tradisional ditandai oleh struktur kayu, bentuk
bangunan panggung, dengan atap genteng tanah atau jerami. Ciri khas Pintu
Jepang dengan sistem geser/slading (fusuma) yang memungkinkan konfigurasi
internal ruang untuk disesuaikan dengan kesempatan yang berbeda. Orang – orang
biasanya duduk di atas bantal atau di lantai, dan kebiasaan ini dilakukan hingga

sekarang. Sejak abad ke – 19, Arsitektur Jepang telah memasukkan unsur – unsur
arsitektur gaya Barat, modern, dan post-modern ke dalam desain dan
konstruksinya, dan saat ini merupakan acuan dalam desain arsitektur mutakhir dan
teknologi.
Bangunan rumah di Jepang memiliki desain arsitektur yang berbeda dan
khas, khususnya pada rumah tradisional Jepang atau Minka. Minka merupakan
hunian untuk rakyat biasa. Gaya arsitektur Minka berbeda – beda di setiap
daerahnya. Perbedaan gaya arsitektur Minka disetiap daerah karena penyesuaian
terhadap letak geografi / iklim setempat, dan keperluan industri. Misalnya, Minka
di daerah Jepang bagian utara, bangunannya dirancang untuk dapat beradaptasi
terhadap musim dingin yang panjang dan hujan salju. Atap jerami dengan
bubungan yang terjal memungkinkan udara di dalam ruangan cukup hangat.
Sedangkan di daerah Jepang bagian selatan, terdiri dari sekelompok rumahrumah yang relatif kecil, rendah dengan rumah panggung agar memperoleh
ventilasi semaksimal mungkin dan mengurangi bahaya tiupan angin taifun.
Rumah panggung ini dirancang untuk merendam gunjangan gempa.

2

Bahan bangunan pada arsitektur Minka yaitu balok kayu besar untuk tiang
utama rumah rangka-rangka penting dari kerangka rumah. Kayu juga digunakan

untuk dinding, lantai, langit-langit, dan bubungan atap. Bambu digunakan untuk
melapisi tempat-tempat kosong di antara dinding kayu dan setelah itu dilapisi
dengan tanah liat untuk dijadikan dinding yang rata. Tanah liat juga dibakar untuk
dijadikan genteng. Rumput jenis tertentu dipergunakan sebagai atap, sedangkan
jerami tanaman padi dipergunakan untuk dianyam menjadi tikar kasar yang
disebut dengan Mushiro, dan tikar halus yang disebut dengan Tatami, yang
digelar di atas tikar kasar. Batu – batu terbatas dipergunakan untuk fondasi rumah,
tidak pernah digunakan sebagai dinding.
Arsitektur pada rumah tradisional jepang (minka) berbeda dari arsitektur
bangunan rumah lainnya. Termasuk dari bahan-bahan yang diperlukanpun sangat
mudah untuk didapat, dan juga di arsitektur minka pada bagian-bagian rumahnya
memiliki fungsi masing-masing. Oleh sebab itu, Arsitektur rumah tradisional
jepang atau minka menarik untuk diangkat dalam penulisan ini. Sehingga penulis
dalam penulisan kertas karya ini menulis judulnya adalah “Arsitektur Rumah
Tradisional Jepang (Minka) Berdasarkan Gaya dan Desain Tata Ruang”
1.2

Batasan Masalah
Dalam penulisan kertas karya ini, penulis membatasi penulisannya hanya


mengenai gaya arsitektur dan desain tata ruang arsitektur rumah tradisional
Jepang. Agar pembahasannya jelas, maka penulis dalam bab II menjelaskan
tentang periode perkembangan sejarah arsitektur tradisional Jepang, arsitektur

3

tradisional Jepang secara umum, dan bahan-bahan yang digunakan dalam
arsitektur tradisional Jepang.
1.3

Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan dan manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui gambaran gaya arsitektur rumah tradisional Jepang .
2. Untuk mengetahui gambaran desain tata ruang pada arsitektur rumah
tradisional Jepang (minka) serta fungsinya.

1.4

Metode Penulisan
Secara etimologis, metode berasal dari kata “met” dan “hodes” yang berarti


melalui. Sedangkan istilah metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh
untuk mencapai suatu tujuan. Sehingga dua hal penting yang terdapat dalam
sebuah metode adalah cara melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan.
Menurut Hardjana, metode adalah cara yang sudah dipikirkan masak-masak dan
dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah tertentu guna mencapai tujuan yang
dikehendaki.
Metode merupakan alat untuk mencapai tujuan dari suatu kegiatan. Dalam
mengerjakan peneulisan ini, penulis menggunakan metode penulisan deskriptif,
yaitu: penulisan yang menggambarkan peristiwa maupun gejala dengan apa
adanya.

Menurut

Azwar

(1998:7)

tujuan


penulisan

ini

adalah

untuk

menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karateristik mengenai
populasi atau mengenai bidang tertentu.

4