Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMBUATAN PREPARAT IRISAN DENGAN METODE NON
EMBEDING PADA TUMBUHAN Citrus aurantifolia
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikroteknik
Prodi Biologi
Dosen Pengampu
Dra. Ely Rudyatmi, M. Si.
Ir. Nur Rahayu Utami, M. Si.
Disusun Oleh
Minnathul Khasanah
4411413038
Rombel 1
Kelompok 4
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
PEMBUATAN PREPARAT IRISAN NON EMBEDING
AKAR, BATANG DAN DAUN Citrus aurantifolia
Senin, Desember 2015
A. TUJUAN
1.
Membuat preparat irisan akar, batang dan daun Citrus aurantifolia
dengan metode non embeding dan pewarnaan safranin.
2.
Menganalisis hasil pembuatan preparat irisan akar, batang dan daun
Citrus aurantifolia dengan metode non embeding dan pewarnaan
safranin.
B. LANDASAN TEORI
Preparat irisan adalah preparat yang objeknya merupakan irisan dari
bagian objek yang diamati. Arah irisan dan cara pengirisan obyek sangat
tergantung dari tujuan dan kekerasan dari objek sangat yang bersangkutan.
Adapun tujuan pembuatan preparat ini adalah untuk dapat menyediakan
preparat mikroskopis yang dapat memperlihatkan struktur bagian yang diiris
secara lengkap seperti keadaan yang sebenarnya. Preparat irisan bebas atau
Non Embeding adalah preparat irisan dimana bahan yang bersangkutan diiris
secara langsung menggunakan silet tajam dengan bantuan gabus atau hand
mikrotom sebagai penahan bahan pada waktu proses pengirisan (Rudyatmi,
2015).
Tubuh tumbuhan terdiri atas kumpulan sel-sel yang mempunyai
hubungan erat satu sama lain dan memiliki asal, fungsi serta struktur yang
sama disebut jaringan. (Campbell, 2000:32). Jaringan pada tumbuhan terdiri
dari jaringan muda (meristematik) dan jaringan dewasa (permanen). Jaringan
dewasa memiliki ciri-ciri bentuk sudah tetap, tidak mengalami pembelahan,
vakuola besar,mengalami penebalan dan plasma sedikit. Sedangakan jaringan
muda atau jaringan meristem memiliki ciri-ciri yaitu terdiri dari sel-sel
embrional, memiliki dinding yang tipis, kaya akan plasma, vakuola-vakuola
yang kecil, memiliki bentuk yang isodiametris dan terletak di ujung akar,
batang dan tunas. Beberapa tipe dari jaringan meristem, yaitu meristem ujung,
meristen interkalar, dan meristem lateral (Gafur, 2001).
Struktur tubuh
tumbuhan tingkat tinggi pada umumnya terdiri atas organ pokok yaitu daun,
batang dan akar.
Daun adalah batang yang telah mengalami modifikasi yang kemudian
berbentuk pipih yang juga terbentuk dari sel-sel jaringan, seperti yang
terdapat pada batang (Sutarmi, 1983). Daun merupakan alat yang penting
bagi kelangsungan hidup tumbuhan, sebab disitu terjadi proses fotosintesis
yang akan menghasilkan makanan bagi tumbuhan (Savitri, 2008).. Proses
fotosintesis dapat berlangsung efisien dikarenakan daun memiliki bagian
utama helai daun yaitu mesofil yang banyak mengandung kloroplas dan ruang
antarsel. Mesofil dapat bersifat homogen atau terbagi menjadi jaringan tiang
(palisade) dan jaringan spons (jaringan bunga karang). Jaringan tiang lebih
kompak daripada jaringan spons yang memiliki ruang antarsel yang luas.
Jaringan tiang terdiri dari sejumlah sel yang memanjang tegak lurus terhadap
pemukaan helai daun. Meskipun jaringan tiang nampak lebih rapat, sisi
panjang selnya saling terpisah sehingga udara dalam ruang antarsel tetap
mencapai sisi panjang, kloroplas pada sitoplasma melekat di tepi dinding sel
itu. Hal tersebut mengakibatkan proses fotosintesis dapat berlangsung efisien
(Hidayat, 1995). Selain itu, daun memiliki sifat penting antara lain susunan
selnya yang kompak dan adanya kutikula dan stomata. Stomata bisa
ditemukan dikedua sisi daun (daun amfistomatik) atau hanya di satu sisi yakni
disebelah atas atau adaksial (daun epistomatik) atau lebih sering disebelah
bawah atau sisi abaksial (daun hipostomatik). Pada daun lebar yang terdapat
di kelompok dikotil, letak stomata tersebar. Pada monokotil dan
Gymnospermae, stomata sering tersusun dalam deretan memanjang yang
sejajar dengan sumbu daun. Sel penutup pada stomata dapat berada ditempat
yang sama tingginya, lebih tinggi atau lebih rendah dari epidermis (Hidayat,
1995).
Tumbuhan berpembuluh matang dapat dibedakan menjadi beberapa tipe
yang semua dikelompokkan menjadi jaringan (Kimball, 1992). Organ pokok
pada tumbuhan terdiri atas akar, batang, dan daun.
1.
Akar
Akar adalah organ tumbuhan yang masuk ke dalam tanah. Fungsi akar
pada tumbuhan, antara lain sebagai tempat melekatnya tumbuhan pada
media (tanah), menyerap air dan garam mineral dari tanah, memperkuat
berdirinya tumbuhan, tempat penyimpanan cadangan makanan, dan
sebagai alat pernapasan. Jaringan penyusun akar, antara lain epidermis,
korteks, endodermis, stele (silinder pusat), perisikel, xilem, floem, dan
empulur.
2. Batang
Batang merupakan organ tumbuhan yang tumbuh di permukaan tanah.
Fungsi batang, antara lain menyalurkan air dan garam mineral dari akar
ke daun, menyalurkan zat makanan dari daun ke seluruh tubuh, tempat
penyimpanan cadangan makanan, serta tempat menempelnya daun,
bunga, dan buah. Jaringan penyusun batang, antara lain epidermis,
korteks, stele, endodermis, perisikel, empulur, xilem, floem, dan
kambium.
3.
Daun
Daun merupakan modifikasi dari batang, merupakan bagian tubuh tumbuhan
yang paling banyak mengandung klorofil sehingga kegiatan fotosintesis
paling banyak berlangsung di daun. Fungsi daun, antara lain sebagai tempat
berlangsungnya fotosintesis, menyerap CO2 dari udara, sebagai tempat
pengeluaran air melalui transpirasi dan gutasi, serta ubtuk respirasi. Daun
tersusun atas beberapa jaringan, antara lain epidermis, mesofil, berkas
pengangkut, xilem, floem, palisade (jaringan tiang), spons (janringan bunga
karang), serta stomata.
Suntoro (1983) menyatakan bahwa metode pewarnaan yang digunakan
dalam pembuatan whole mount epidermis atas dan bawah digunakan pewarnaan
safranin. Berdasarkan pengaruh zat warna terhadap objek yang diwarnai, zat
warna safranin tergolong dalam pewarnaan difus. Pewarnaan difus yaitu suatu
pewarnaan diman zat warna yang diberikan akan mewarnai seluruh jaringan.
Hampir semua macam zat warna mempunyai pengaruh difus, misalnya safranin
dan eosin. Apabila digunakan untuk mewarnai jaringan, akan mewarnai seluruh
sel atau jaringan, sehingga baik nucleus maupun sitoplasma sama-sama terwarnai,
hanya saja karena daya serap setiap bagian tidak sam, maka akan terlihat ada
perbedaan warna yang ditunjukkan.
Pembuatan praktikum non embedding organ akar, batang, dan daun
tumbuhan melibatkan proses dehidrasi dan dealkoholisasi. Dehidrasi adalah suatu
proses menghilangkan air dari dalam sel penyusun jaringan dengan menggunakan
alcohol bertingkat. Ada akhir proses dehidrasi ini dalam jaringan bersangkutan
hanyalah berisi alcohol absolut.
Dehidrasi harus dilakukan terutama untuk objek yang akan dibuat preparat
awetan. Dilakukan setelah proses fiksasi, walaupun ada yang melakukan proses
fiksasi sekaligus dehidrasi. Proses dehidrasi ini harus dilakukan dengan sempurna,
karena apbila terjadi kegagalan/ketidaksempurnaan proses ini dapat berakibat
terjadinya kegagala seterusnya. Kegagalan tersebut diakibatkan oleh keberadaan
air yang terjebak di dalam sel/jaringan/organ yang bersangkutan. Air tidak akan
bercampur dengan xilol, paraffin, dan Canada balsam yang biasanya digunakan
dalam tahap selanjutnya (Rudyatmi 2014).
Dealkoholisasi adalah suatu proses menghilangkan alcohol dari dalam sel
penyusun jaringan dengan menggunakan xilol bertingkat. Diharapkan pada akhir
proses dealkoholisasi ini dalam jaringan bersangkutan hanyalah berisi xilol murni.
Proses ini disebut dealkoholisasi karena pada umumnya akhir proses sebelumnya
jaringan berada pada medium alcohol absolut. Proses ini disebut juga dengan
penjernihan/clearing, karena zat kimia yang digunakan pada proses ini
kebanyakan membuat jaringan menjadi jernih dan transparan.
Penggunaan xilol sebagai dealkoholan memiliki
kelebihan
dan
kekurangan. Rudyatmi (2014) menyatakan bahwa kebaikan xilol adalah prosesnya
cepat, mudah didapat, dan tidak terlalu mahal harganya. Kekurangan
peggunaannya adalah jaringan dapat dipindah ke xilol hanya dari alcohol absolut.
Selain itu, jaringan tidak terlalu jelas transparan apa belum. Jaringan akan rapuh
apabila terlalu lama berada dalam xilol. Apabila proses dehidrasi tidak sempurna,
maka akan terjadi butiran-butiran putih berkabut dan sangat mengganggu
pengamatan.
C.
PROSEDUR
Organ akar, batang dan daun Citrus aurantifolia dewasa dan segar diiris
melintang menggunakan silet tajam dengan bantuan gabus. Hasil irisan ditampung
pada petridish yang berisi air. 12 irisan organ akar, batang dan daun yang tipis
masing-masing diletakkan diatas objek glass secara berderet dan diusahakan agar
kondisi tetap basah.Irisan organ akar, batang dan daun disortir menggunakan
mikroskop. Hasil sortiran difiksasi dalam botol flakon yang berisi 2 ml FAA
selama 24 jam. Dicuci 3 kali dengan alkohol sisa 70% sampai bersih
menggunakan bantuan spuit. Irisan diwarnai dengan zat warna safranin 1% dalam
alkohol 70% selama 24 jam. Dicuci dengan 2 ml alkohol 70% sebanyak 3 kali
Preparat didehidrasi dengan alcohol bertingkat secara berurutan dari
alcohol 70%, 80%, 90%, dan absolute masing-masing selama 2 menit.
Selanjutnya didealkoholisasi menggunakan campuran alcohol : xilol dengan
perbandingan 3:1, 1:1, 1:3, xilol murni I dan II masing-masing selama 2 menit.
Tiga irisan diletakkan pada gelas benda dan langsung ditetesi 1 tetes kanada
balsam, ditutup dengan gelas penutup. Labeling sesuai nama preparat. Diamati
menggunakan mikroskop dengan perbesaran kuat, difoto dan dianalisis hasilnya.
Seluruh tahap kegiatan yang menggunakan larutan dilakukan di dalam botol
flakon dengan bantuan spuit untuk mengganti larutan yang digunakan.
D. HASIL PENGAMATAN
Preparat
PL batang Citrus aurantifolia
Keterangan
Perbesaran 10 x 10
Keterangan :
1.
Epidermis
2.
Korteks
3.
Kambium
4.
Floem
5.
Xylem
6.
Empulur
Letak ikatan pembuluh
Eustele.
Berdasarkan susunan xylem
2
4
3
6
1
dan floem ikatan pembuluh
tipe kolateral terbuka.
5
PL daun Citrus aurantifolia
Perbesaran 40 x 10
Keterangan :
1.
Epidermis atas
2.
Epidermis bawah
3.
Parenkim palisade
4.
Parenkim spon
5.
Stomata
6.
Jaringan pembuluh
Berdasarkan tipe daun :
Anfistomata.
4
1
6
2
3
5
Perbesaran 10 x 10
Keterangan :
PL akar Citrus aurantifolia
1.
Epidermis
2.
Korteks
3.
Endodermis
4.
Xylem
5.
Floem
6.
Empulur
7.
Rambut akar
Berdasarkan banyaknya
gugus xylem bentuknya
polyarach
5
7
4
3
6
2
Berdasarkan
dan
1
letak
xylem
floem:
radial,
berselangseling,
berkas
pembuluh tersusun dalam
dua lingkaran.
E. PEMBAHASAN
Berdasarkan foto dan hasil pengamatan preparat irisan akar, batang dan
daun Citrus aurantifolia dengan metode non embedding teramati cukup baik,
preparat tampak tipis transparan, kecil, terwarna serta kontras. Irisan akar, batang,
dan daun tampak terwarnai zat warna safranin dengan baik. Ketiga preparat
terwarna merah dengan kuat dan kontras bagian-bagian jaringanya terlihat jelas.
Tampak beberapa bagian preparat yang sedikit gosong, namun tidak mengubah
preparat secara signifikan sehingga dapat dikatakan preparat cukup representatif.
Tujuan dari pembuatan preparat irisan ialah untuk menyediakan preparat
mikroskopis yang dapat memperlihatkan struktur bagian yang diiris secara
lengkap seperti keadaan yang sebenarnya.Penggunaan metode non embedding
diketahui dapat dilakukan dalam pembuatan preparat irisan melintang, dimana
jaringan terlihat pada mikroskop tidak mengalami perubahan struktur atau
susunan.
Pada irisan melintang batang dapat teramati dengan jelas bagianbagiannya berupa epidermis, korteks, endodermis, xylem, empulur, floem,
perisikle, rambut akar. Berdasarkan banyaknya gugus xylem bentuknya polyarch.
Berdasarkan letak xylem dan floem: radial, berselangseling, berkas pembuluh
tersusun dalam dua lingkaran.Penampakan batang terlihat dengan permukaan
epidermis tidak rata karena terpapar dalam kondisi kekeringan dan pengambilan
yang tidak hati-hati. Jaringan-jaringan tetap terlihat jelas, meskipun beberapa
preparat terlihat kurang jelas karena mengalami lisis sel pada jaringan tertentu
misalnya jaringan parenkim yang tipis. Pengambilan sayatan batang cukup
terbilang sulit karena harus mendapatkan sayatan tipis.
Penampakan daun menunjukkan kelengkapan jaringan di antaranya
jaringan parenkim (palisade dan spons), jaringan pengangkut (floem dan xylem),
jaringan pelindung (epidermis). Pembuatan preparat daun cukup sulit untuk
dilakukan karena harus mendapatkan sayatan tipis yang diambil sedemikian rupa
sehingga semua jaringan mewakili. Pengambilan sayatan tipis diambil dengan
mengikutsertakan tulang daun untuk mendapatkan jaringan pengangkut.
Pengambilan sayatan tipis ini harus hati-hati karena kesalahan dapat
mempengaruhi bentuk tampilan preparat. Pengambilan dapat dilakukan dengan
kuas karena gaya tekannya cukup kecil.
Penampakan akar menunjukkan kelengakapan jaringan dan terlihat
tampilan yang utuh. Tepi organ sedikit terlihat tidak rata karena kesalahan
pengambilan preparat. Beberapa preparat yang dibuat mengalami kerusakan
karena lisis dan terlihat bercak-bercak hitam. Hal ini dikarenakan terpapar dalam
kondisi kering akan xilol sehingga terisi gelembung-gelembung udara yang
mempengaruhi kenampakan preparat ketika diamati di mikroskop.
Irisan akar, batang, dan daun Citrus aurantifolia tampak terwarnai zat
warna safranin dengan baik, preparat juga tampak kontras sehingga dapat
dibedakan bagian floen, xylem, empulur, serta bagian-bagian seperti epidermis
dan korteks. Bagian jaringan yang terwarna paling gelap ialah korteks karena
jaringan korteks. Hasil pengamatan dibawah mikroskop menunjukkan hasil yang
cukup jelas. Pada irisan melintang akar, dapat terlihat bagian-bagiannya berupa
epidermis, korteks, xylem, floem, dan parenkim. Letak ikatan pembuluh Eustele.
Berdasarkan susunan xylem dan floem ikatan pembuluh tipe kolateral terbuka.
Berdasarkan preparat yang telah dibuat, prosedur yang telah dilakukan
sudah benar hanya saja butuh ketelitian. Proses staining, dehidrasi, dan
dealkoholisasi yang baik akan mempengaruhi penampilan preparat. Staining
dengan menggunakan zat warna safranin menunjukkan hasil yang baik. Hal ini
dikarenakan safranin tergolong dalam zat pewarnaan difus karena zat warna
tersebut akan mewarnai seluruh jaringan. Proses dehidrasi bertujuan untuk
menghilangkan air dari dalam sel penyusun jaringan menggunakan alcohol
bertingkat secara perlahan-lahan terutama untuk objek yang strukturnya halus dan
kecil. Hal ini dapat mempengaruhi organel-organel dalam sel sehingga dalam sel
kosong akan organel. Proses dealkoholisasi bertujuan untuk memberikan
penampilan jaringan menjadi jernih dan transparan. Daya serap setiap bagian
jaringan tidak sama sehingga terlihat ada perbedaan warna yang ditunjukkan.
Hasil yang diperoleh masih terdapat beberapa kekurangan, yaitu antara
lain preparatnya tidak utuh dan terdapat bagian yang tebal. Hal ini dapat di
sebabkan karena adanya kesalahan pada saat proses pengirisan. Proses-proses
yang lain juga perlu diperhatikan selama proses pembuatan karena akan
mempengaruhi proses selanjutnya. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
preparat ini ialah kesabaran, ketelitian serta kecermatan dan menikmati dalam
melakukan pembuatan preaparat irisan ini, untuk mendapatkan hasil preparat
irisan jaringan yang baik.
F.
1.
SIMPULAN
Preparat preparat isiran akar, batang dan daun Citrus aurantifolia dapat
2.
dibuat menggunakan metode non embedding dengan zat warna safranin.
Pewarnaan dengan zat warna safranin dapat memberikan kontras warna
yang jelas pada bagian-bagian jaringan pada preparat preparat isiran akar,
3.
batang dan daun Citrus aurantifolia
Jaringan yang teramati pada preparat daun ialah epidermis, xilem, floem,
tulang daun, pada batang ialah epidermis, korteks, empulur, xilem, serta
floem, dan pada akar dapat teramati adanya epidermis, endodermis, korteks,
empulur, xilem, floem, serta stele.
G. SARAN
1.
Pengirisan preparat diusahakan setipis mungkin agar sel-sel tidak
2.
menumpuk dan jaringan dapat teramati dengan jelas.
Dalam proses mounting penetesan canada balsam dan penutupan deck glass
3.
dilakukan secepat mungkin agar preparat tidak gosong.
Pemilihan preparat harus yang benar-benar representatif.
F. DAFTAR PUSTAKA
Kimball. 1992. Biologi Jilid 1. Jakarta: Rineka Cipta.
Mulyani, Sri. 2010. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
Rudyatmi, Ely. 2014. Bahan Ajar Mikroteknik. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA
UNNES.
Suntoro HS. 1983. Metode Pewarnaan. Jakarta: Penerbit Bhratara Karya Aksara.
PEMBUATAN PREPARAT IRISAN DENGAN METODE NON
EMBEDING PADA TUMBUHAN Citrus aurantifolia
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikroteknik
Prodi Biologi
Dosen Pengampu
Dra. Ely Rudyatmi, M. Si.
Ir. Nur Rahayu Utami, M. Si.
Disusun Oleh
Minnathul Khasanah
4411413038
Rombel 1
Kelompok 4
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
PEMBUATAN PREPARAT IRISAN NON EMBEDING
AKAR, BATANG DAN DAUN Citrus aurantifolia
Senin, Desember 2015
A. TUJUAN
1.
Membuat preparat irisan akar, batang dan daun Citrus aurantifolia
dengan metode non embeding dan pewarnaan safranin.
2.
Menganalisis hasil pembuatan preparat irisan akar, batang dan daun
Citrus aurantifolia dengan metode non embeding dan pewarnaan
safranin.
B. LANDASAN TEORI
Preparat irisan adalah preparat yang objeknya merupakan irisan dari
bagian objek yang diamati. Arah irisan dan cara pengirisan obyek sangat
tergantung dari tujuan dan kekerasan dari objek sangat yang bersangkutan.
Adapun tujuan pembuatan preparat ini adalah untuk dapat menyediakan
preparat mikroskopis yang dapat memperlihatkan struktur bagian yang diiris
secara lengkap seperti keadaan yang sebenarnya. Preparat irisan bebas atau
Non Embeding adalah preparat irisan dimana bahan yang bersangkutan diiris
secara langsung menggunakan silet tajam dengan bantuan gabus atau hand
mikrotom sebagai penahan bahan pada waktu proses pengirisan (Rudyatmi,
2015).
Tubuh tumbuhan terdiri atas kumpulan sel-sel yang mempunyai
hubungan erat satu sama lain dan memiliki asal, fungsi serta struktur yang
sama disebut jaringan. (Campbell, 2000:32). Jaringan pada tumbuhan terdiri
dari jaringan muda (meristematik) dan jaringan dewasa (permanen). Jaringan
dewasa memiliki ciri-ciri bentuk sudah tetap, tidak mengalami pembelahan,
vakuola besar,mengalami penebalan dan plasma sedikit. Sedangakan jaringan
muda atau jaringan meristem memiliki ciri-ciri yaitu terdiri dari sel-sel
embrional, memiliki dinding yang tipis, kaya akan plasma, vakuola-vakuola
yang kecil, memiliki bentuk yang isodiametris dan terletak di ujung akar,
batang dan tunas. Beberapa tipe dari jaringan meristem, yaitu meristem ujung,
meristen interkalar, dan meristem lateral (Gafur, 2001).
Struktur tubuh
tumbuhan tingkat tinggi pada umumnya terdiri atas organ pokok yaitu daun,
batang dan akar.
Daun adalah batang yang telah mengalami modifikasi yang kemudian
berbentuk pipih yang juga terbentuk dari sel-sel jaringan, seperti yang
terdapat pada batang (Sutarmi, 1983). Daun merupakan alat yang penting
bagi kelangsungan hidup tumbuhan, sebab disitu terjadi proses fotosintesis
yang akan menghasilkan makanan bagi tumbuhan (Savitri, 2008).. Proses
fotosintesis dapat berlangsung efisien dikarenakan daun memiliki bagian
utama helai daun yaitu mesofil yang banyak mengandung kloroplas dan ruang
antarsel. Mesofil dapat bersifat homogen atau terbagi menjadi jaringan tiang
(palisade) dan jaringan spons (jaringan bunga karang). Jaringan tiang lebih
kompak daripada jaringan spons yang memiliki ruang antarsel yang luas.
Jaringan tiang terdiri dari sejumlah sel yang memanjang tegak lurus terhadap
pemukaan helai daun. Meskipun jaringan tiang nampak lebih rapat, sisi
panjang selnya saling terpisah sehingga udara dalam ruang antarsel tetap
mencapai sisi panjang, kloroplas pada sitoplasma melekat di tepi dinding sel
itu. Hal tersebut mengakibatkan proses fotosintesis dapat berlangsung efisien
(Hidayat, 1995). Selain itu, daun memiliki sifat penting antara lain susunan
selnya yang kompak dan adanya kutikula dan stomata. Stomata bisa
ditemukan dikedua sisi daun (daun amfistomatik) atau hanya di satu sisi yakni
disebelah atas atau adaksial (daun epistomatik) atau lebih sering disebelah
bawah atau sisi abaksial (daun hipostomatik). Pada daun lebar yang terdapat
di kelompok dikotil, letak stomata tersebar. Pada monokotil dan
Gymnospermae, stomata sering tersusun dalam deretan memanjang yang
sejajar dengan sumbu daun. Sel penutup pada stomata dapat berada ditempat
yang sama tingginya, lebih tinggi atau lebih rendah dari epidermis (Hidayat,
1995).
Tumbuhan berpembuluh matang dapat dibedakan menjadi beberapa tipe
yang semua dikelompokkan menjadi jaringan (Kimball, 1992). Organ pokok
pada tumbuhan terdiri atas akar, batang, dan daun.
1.
Akar
Akar adalah organ tumbuhan yang masuk ke dalam tanah. Fungsi akar
pada tumbuhan, antara lain sebagai tempat melekatnya tumbuhan pada
media (tanah), menyerap air dan garam mineral dari tanah, memperkuat
berdirinya tumbuhan, tempat penyimpanan cadangan makanan, dan
sebagai alat pernapasan. Jaringan penyusun akar, antara lain epidermis,
korteks, endodermis, stele (silinder pusat), perisikel, xilem, floem, dan
empulur.
2. Batang
Batang merupakan organ tumbuhan yang tumbuh di permukaan tanah.
Fungsi batang, antara lain menyalurkan air dan garam mineral dari akar
ke daun, menyalurkan zat makanan dari daun ke seluruh tubuh, tempat
penyimpanan cadangan makanan, serta tempat menempelnya daun,
bunga, dan buah. Jaringan penyusun batang, antara lain epidermis,
korteks, stele, endodermis, perisikel, empulur, xilem, floem, dan
kambium.
3.
Daun
Daun merupakan modifikasi dari batang, merupakan bagian tubuh tumbuhan
yang paling banyak mengandung klorofil sehingga kegiatan fotosintesis
paling banyak berlangsung di daun. Fungsi daun, antara lain sebagai tempat
berlangsungnya fotosintesis, menyerap CO2 dari udara, sebagai tempat
pengeluaran air melalui transpirasi dan gutasi, serta ubtuk respirasi. Daun
tersusun atas beberapa jaringan, antara lain epidermis, mesofil, berkas
pengangkut, xilem, floem, palisade (jaringan tiang), spons (janringan bunga
karang), serta stomata.
Suntoro (1983) menyatakan bahwa metode pewarnaan yang digunakan
dalam pembuatan whole mount epidermis atas dan bawah digunakan pewarnaan
safranin. Berdasarkan pengaruh zat warna terhadap objek yang diwarnai, zat
warna safranin tergolong dalam pewarnaan difus. Pewarnaan difus yaitu suatu
pewarnaan diman zat warna yang diberikan akan mewarnai seluruh jaringan.
Hampir semua macam zat warna mempunyai pengaruh difus, misalnya safranin
dan eosin. Apabila digunakan untuk mewarnai jaringan, akan mewarnai seluruh
sel atau jaringan, sehingga baik nucleus maupun sitoplasma sama-sama terwarnai,
hanya saja karena daya serap setiap bagian tidak sam, maka akan terlihat ada
perbedaan warna yang ditunjukkan.
Pembuatan praktikum non embedding organ akar, batang, dan daun
tumbuhan melibatkan proses dehidrasi dan dealkoholisasi. Dehidrasi adalah suatu
proses menghilangkan air dari dalam sel penyusun jaringan dengan menggunakan
alcohol bertingkat. Ada akhir proses dehidrasi ini dalam jaringan bersangkutan
hanyalah berisi alcohol absolut.
Dehidrasi harus dilakukan terutama untuk objek yang akan dibuat preparat
awetan. Dilakukan setelah proses fiksasi, walaupun ada yang melakukan proses
fiksasi sekaligus dehidrasi. Proses dehidrasi ini harus dilakukan dengan sempurna,
karena apbila terjadi kegagalan/ketidaksempurnaan proses ini dapat berakibat
terjadinya kegagala seterusnya. Kegagalan tersebut diakibatkan oleh keberadaan
air yang terjebak di dalam sel/jaringan/organ yang bersangkutan. Air tidak akan
bercampur dengan xilol, paraffin, dan Canada balsam yang biasanya digunakan
dalam tahap selanjutnya (Rudyatmi 2014).
Dealkoholisasi adalah suatu proses menghilangkan alcohol dari dalam sel
penyusun jaringan dengan menggunakan xilol bertingkat. Diharapkan pada akhir
proses dealkoholisasi ini dalam jaringan bersangkutan hanyalah berisi xilol murni.
Proses ini disebut dealkoholisasi karena pada umumnya akhir proses sebelumnya
jaringan berada pada medium alcohol absolut. Proses ini disebut juga dengan
penjernihan/clearing, karena zat kimia yang digunakan pada proses ini
kebanyakan membuat jaringan menjadi jernih dan transparan.
Penggunaan xilol sebagai dealkoholan memiliki
kelebihan
dan
kekurangan. Rudyatmi (2014) menyatakan bahwa kebaikan xilol adalah prosesnya
cepat, mudah didapat, dan tidak terlalu mahal harganya. Kekurangan
peggunaannya adalah jaringan dapat dipindah ke xilol hanya dari alcohol absolut.
Selain itu, jaringan tidak terlalu jelas transparan apa belum. Jaringan akan rapuh
apabila terlalu lama berada dalam xilol. Apabila proses dehidrasi tidak sempurna,
maka akan terjadi butiran-butiran putih berkabut dan sangat mengganggu
pengamatan.
C.
PROSEDUR
Organ akar, batang dan daun Citrus aurantifolia dewasa dan segar diiris
melintang menggunakan silet tajam dengan bantuan gabus. Hasil irisan ditampung
pada petridish yang berisi air. 12 irisan organ akar, batang dan daun yang tipis
masing-masing diletakkan diatas objek glass secara berderet dan diusahakan agar
kondisi tetap basah.Irisan organ akar, batang dan daun disortir menggunakan
mikroskop. Hasil sortiran difiksasi dalam botol flakon yang berisi 2 ml FAA
selama 24 jam. Dicuci 3 kali dengan alkohol sisa 70% sampai bersih
menggunakan bantuan spuit. Irisan diwarnai dengan zat warna safranin 1% dalam
alkohol 70% selama 24 jam. Dicuci dengan 2 ml alkohol 70% sebanyak 3 kali
Preparat didehidrasi dengan alcohol bertingkat secara berurutan dari
alcohol 70%, 80%, 90%, dan absolute masing-masing selama 2 menit.
Selanjutnya didealkoholisasi menggunakan campuran alcohol : xilol dengan
perbandingan 3:1, 1:1, 1:3, xilol murni I dan II masing-masing selama 2 menit.
Tiga irisan diletakkan pada gelas benda dan langsung ditetesi 1 tetes kanada
balsam, ditutup dengan gelas penutup. Labeling sesuai nama preparat. Diamati
menggunakan mikroskop dengan perbesaran kuat, difoto dan dianalisis hasilnya.
Seluruh tahap kegiatan yang menggunakan larutan dilakukan di dalam botol
flakon dengan bantuan spuit untuk mengganti larutan yang digunakan.
D. HASIL PENGAMATAN
Preparat
PL batang Citrus aurantifolia
Keterangan
Perbesaran 10 x 10
Keterangan :
1.
Epidermis
2.
Korteks
3.
Kambium
4.
Floem
5.
Xylem
6.
Empulur
Letak ikatan pembuluh
Eustele.
Berdasarkan susunan xylem
2
4
3
6
1
dan floem ikatan pembuluh
tipe kolateral terbuka.
5
PL daun Citrus aurantifolia
Perbesaran 40 x 10
Keterangan :
1.
Epidermis atas
2.
Epidermis bawah
3.
Parenkim palisade
4.
Parenkim spon
5.
Stomata
6.
Jaringan pembuluh
Berdasarkan tipe daun :
Anfistomata.
4
1
6
2
3
5
Perbesaran 10 x 10
Keterangan :
PL akar Citrus aurantifolia
1.
Epidermis
2.
Korteks
3.
Endodermis
4.
Xylem
5.
Floem
6.
Empulur
7.
Rambut akar
Berdasarkan banyaknya
gugus xylem bentuknya
polyarach
5
7
4
3
6
2
Berdasarkan
dan
1
letak
xylem
floem:
radial,
berselangseling,
berkas
pembuluh tersusun dalam
dua lingkaran.
E. PEMBAHASAN
Berdasarkan foto dan hasil pengamatan preparat irisan akar, batang dan
daun Citrus aurantifolia dengan metode non embedding teramati cukup baik,
preparat tampak tipis transparan, kecil, terwarna serta kontras. Irisan akar, batang,
dan daun tampak terwarnai zat warna safranin dengan baik. Ketiga preparat
terwarna merah dengan kuat dan kontras bagian-bagian jaringanya terlihat jelas.
Tampak beberapa bagian preparat yang sedikit gosong, namun tidak mengubah
preparat secara signifikan sehingga dapat dikatakan preparat cukup representatif.
Tujuan dari pembuatan preparat irisan ialah untuk menyediakan preparat
mikroskopis yang dapat memperlihatkan struktur bagian yang diiris secara
lengkap seperti keadaan yang sebenarnya.Penggunaan metode non embedding
diketahui dapat dilakukan dalam pembuatan preparat irisan melintang, dimana
jaringan terlihat pada mikroskop tidak mengalami perubahan struktur atau
susunan.
Pada irisan melintang batang dapat teramati dengan jelas bagianbagiannya berupa epidermis, korteks, endodermis, xylem, empulur, floem,
perisikle, rambut akar. Berdasarkan banyaknya gugus xylem bentuknya polyarch.
Berdasarkan letak xylem dan floem: radial, berselangseling, berkas pembuluh
tersusun dalam dua lingkaran.Penampakan batang terlihat dengan permukaan
epidermis tidak rata karena terpapar dalam kondisi kekeringan dan pengambilan
yang tidak hati-hati. Jaringan-jaringan tetap terlihat jelas, meskipun beberapa
preparat terlihat kurang jelas karena mengalami lisis sel pada jaringan tertentu
misalnya jaringan parenkim yang tipis. Pengambilan sayatan batang cukup
terbilang sulit karena harus mendapatkan sayatan tipis.
Penampakan daun menunjukkan kelengkapan jaringan di antaranya
jaringan parenkim (palisade dan spons), jaringan pengangkut (floem dan xylem),
jaringan pelindung (epidermis). Pembuatan preparat daun cukup sulit untuk
dilakukan karena harus mendapatkan sayatan tipis yang diambil sedemikian rupa
sehingga semua jaringan mewakili. Pengambilan sayatan tipis diambil dengan
mengikutsertakan tulang daun untuk mendapatkan jaringan pengangkut.
Pengambilan sayatan tipis ini harus hati-hati karena kesalahan dapat
mempengaruhi bentuk tampilan preparat. Pengambilan dapat dilakukan dengan
kuas karena gaya tekannya cukup kecil.
Penampakan akar menunjukkan kelengakapan jaringan dan terlihat
tampilan yang utuh. Tepi organ sedikit terlihat tidak rata karena kesalahan
pengambilan preparat. Beberapa preparat yang dibuat mengalami kerusakan
karena lisis dan terlihat bercak-bercak hitam. Hal ini dikarenakan terpapar dalam
kondisi kering akan xilol sehingga terisi gelembung-gelembung udara yang
mempengaruhi kenampakan preparat ketika diamati di mikroskop.
Irisan akar, batang, dan daun Citrus aurantifolia tampak terwarnai zat
warna safranin dengan baik, preparat juga tampak kontras sehingga dapat
dibedakan bagian floen, xylem, empulur, serta bagian-bagian seperti epidermis
dan korteks. Bagian jaringan yang terwarna paling gelap ialah korteks karena
jaringan korteks. Hasil pengamatan dibawah mikroskop menunjukkan hasil yang
cukup jelas. Pada irisan melintang akar, dapat terlihat bagian-bagiannya berupa
epidermis, korteks, xylem, floem, dan parenkim. Letak ikatan pembuluh Eustele.
Berdasarkan susunan xylem dan floem ikatan pembuluh tipe kolateral terbuka.
Berdasarkan preparat yang telah dibuat, prosedur yang telah dilakukan
sudah benar hanya saja butuh ketelitian. Proses staining, dehidrasi, dan
dealkoholisasi yang baik akan mempengaruhi penampilan preparat. Staining
dengan menggunakan zat warna safranin menunjukkan hasil yang baik. Hal ini
dikarenakan safranin tergolong dalam zat pewarnaan difus karena zat warna
tersebut akan mewarnai seluruh jaringan. Proses dehidrasi bertujuan untuk
menghilangkan air dari dalam sel penyusun jaringan menggunakan alcohol
bertingkat secara perlahan-lahan terutama untuk objek yang strukturnya halus dan
kecil. Hal ini dapat mempengaruhi organel-organel dalam sel sehingga dalam sel
kosong akan organel. Proses dealkoholisasi bertujuan untuk memberikan
penampilan jaringan menjadi jernih dan transparan. Daya serap setiap bagian
jaringan tidak sama sehingga terlihat ada perbedaan warna yang ditunjukkan.
Hasil yang diperoleh masih terdapat beberapa kekurangan, yaitu antara
lain preparatnya tidak utuh dan terdapat bagian yang tebal. Hal ini dapat di
sebabkan karena adanya kesalahan pada saat proses pengirisan. Proses-proses
yang lain juga perlu diperhatikan selama proses pembuatan karena akan
mempengaruhi proses selanjutnya. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
preparat ini ialah kesabaran, ketelitian serta kecermatan dan menikmati dalam
melakukan pembuatan preaparat irisan ini, untuk mendapatkan hasil preparat
irisan jaringan yang baik.
F.
1.
SIMPULAN
Preparat preparat isiran akar, batang dan daun Citrus aurantifolia dapat
2.
dibuat menggunakan metode non embedding dengan zat warna safranin.
Pewarnaan dengan zat warna safranin dapat memberikan kontras warna
yang jelas pada bagian-bagian jaringan pada preparat preparat isiran akar,
3.
batang dan daun Citrus aurantifolia
Jaringan yang teramati pada preparat daun ialah epidermis, xilem, floem,
tulang daun, pada batang ialah epidermis, korteks, empulur, xilem, serta
floem, dan pada akar dapat teramati adanya epidermis, endodermis, korteks,
empulur, xilem, floem, serta stele.
G. SARAN
1.
Pengirisan preparat diusahakan setipis mungkin agar sel-sel tidak
2.
menumpuk dan jaringan dapat teramati dengan jelas.
Dalam proses mounting penetesan canada balsam dan penutupan deck glass
3.
dilakukan secepat mungkin agar preparat tidak gosong.
Pemilihan preparat harus yang benar-benar representatif.
F. DAFTAR PUSTAKA
Kimball. 1992. Biologi Jilid 1. Jakarta: Rineka Cipta.
Mulyani, Sri. 2010. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
Rudyatmi, Ely. 2014. Bahan Ajar Mikroteknik. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA
UNNES.
Suntoro HS. 1983. Metode Pewarnaan. Jakarta: Penerbit Bhratara Karya Aksara.