Hubungan kecerdasan emosional dengan hasil belajar pada mata pelajaran ekonomi di kelas X SMA Darussalam Ciputat Tangerang Selatan

(1)

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN HASIL

BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI KELAS

X SMA DARUSSALAM CIPUTAT TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan IPS Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:

WAHYU NUR RAMADHONA 107015001379

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014


(2)

Skripsi

Diajukan Untuk Mpmenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan IPS Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:

WahyuNur Ramadhona NIM: 107015001379

Pembimbing

Dr. Iwan Purwanto,

M.

Pd NrP. 19730424 200801

t 0l2

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2014


(3)

LEMBAR PENGESAHAI\

SKRIPSI

Skripsi

yang berjudul

Hubungan

Kecerdasan

Emosional

Dengan

Hasil Belajar

Pada

Mata

Pelajaran

Ekonomi

Di

Kelas

X SMA

Darussalam

Ciputat

Tangerang Selatan,

MM.

107015001379,

Jurusan Pendidikan

IPS

Ekonomi, Fakultas

Ilmu

Tarbiyah

darr

Keguruan, Universiyas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Telah

melalui

bimbingan dan

dinyatakan sah sebagai

karya ilmiah

yang berhak untuk diajukan pada siding munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta,2T

Marct

20t4

Yang mengesahkan Pembimbing

I

Dr. Iwan Purwanto.

M.

Pd

NIP :

197342008011012


(4)

Ciputat

Tangerang

Selatan

disusun oleh WAHYU NUR RAMADHONA, NIM: 107015001379 diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada 24 Maret

2014 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1

(S.Pd) dalam bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Jakarta,24 Marct2014 Panitia Uj ian Munaqasyah

Ketua Sidang (Ketua Jurusan Pendidikan IPS)

Tanggal

TandaTangan

{fi-n\q

...t...."...

-'t.'--r/

Dr. Iwan Purwanto. M.Pd

NIP. 1 973042420080110T2 Sekretaris Sidang

Drs. Syaripulloh. M.Si

NrP. 1 96709092007 011033 Penguji I

Drs. Syaripulloh. M.Si NIP. 19670909200701 1033 Penguji

II

Anissa Widiarti. M.Si NrP. I 9820802201 1 012005

l/{:

.?.4

)

I

te

/-

nv

1s

Mengetahui:

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(5)

SURAT PERNYATAAN

KARYA

SENDIRI Yang bertandatangan di bawah ini

Wahyu Nur Ramadhona

r070t500t379

Pendidikan IPS/ Ekonomi-Akuntansi 2007

JL. Lenteng Agung Timur No. 58 Rt.05 Rw. 02 Jakarta Selatan

MENYATAKAN

DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul "Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Hasil

Belajar Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di Kelas X SMA Darussalam Ciputat

Tangerang Selatan" adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Nama

NIM Jurusan

Angkatan Tahun

Alamat

Nama

NIP

:

Dr. Iwan Purwanto, M. Pd

:

197 30424200801

I

012

Dosen Jurusan

:

Pendidikan IPS

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap

menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, Januari 2014


(6)

v

Darussalam Ciputat Tangerang Selatan. Skripsi. Jakarta: Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Konsentrasi Ekonomi. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Darussalam Ciputat Tangerang Selatan dari bulan mei sampai bulan september 2013. Yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-I sebanyak 20 orang dan siswa kelas X-III sebanyak 20 orang di SMA Darussalam Ciputat Tangerang Selatan dengan jumlah total 40 siswa. Ini merupakan sebagian populasi yang jumlahnya 120 orang siswa dari kelas X-I, X-II, X-III SMA Darussalam Ciputat Tangerang Selatan. Data tentang kecerdasan emosional diperoleh berdasarkan angket yang diisi oleh siswa SMA Darussalam Ciputat Tangerang Selatan. Sedangkan hasil belajar diperoleh melalui nilai raport. Metode analisis data yang digunakan adalah Korelasi Product Moment dari Pearson dengan taraf 5% adalah 0,758, berarti r hitung lebih besar daripada r tabel. Dengan demikian hipotesis nol yang menyatakan tidak adanya hubungan kecerdasan emosional dengan hasil belajar ditolak dan sebaliknya hipotesis alternatif yang menyatakan adanya hubungan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar siswa diterima.

Dari koefisien Product Moment sebesar 0,758%, menghasilkan nilai adjusted r square 56,4%. Ini berarti hubungan kecerdasan emosional siswa dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi memberikan kontribusi sebesar 56,4%. Sedangkan 43,6% hasil belajar ekonomi dipengaruhi faktor-faktor lain seperti kemampuan Intelektual, minat dan bakat siswa.


(7)

vi ABSTRACT

Wahyu Nur Ramadhona (107015001379). The Relationship Between Emotional Intellegence and Economy Achievement At SMA Darussalam Ciputat Tangerang,s Cities South. Thesis. Jakarta: Department of Social Science Education Economic Concentration. Faculty of Tarbiya and Teacher’s Training Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2014.

The aim of this research is to know significant relationship between students emotional intellegence and the students achievement in learning economy.

This research is carried out at SMA Darussalam Ciputat Tangerang,s Cities South starting from may until september 2013. The sample of this research is the students of X-I involve 20 student and X-III involve 20 student class of SMA Darussalam Ciputat Tangerang,s South totally involving 40 students. That sample is taken out from the population which involves 120 students of three class I, X-II, X-III SMA Darussalam Ciputat Tangrang,s Cities South. The data of this research were gathered through questionnaire related to emotional intellegence. The questionnaire is filled by students of SMA Darussalam Ciputat Tangerang,s Cities South. Meanwhile the students achievement gained from the result of the report. In analyzing the data the writer used Product Moment Correlation from person the significance 5% is 0,758, it means that rxy is bigger than t table. So the null hypothesis that state there is no relation between students emotional intellegence and the students achievement is rejected in the other hand alternative hypothesis that there is a relation between students emotional intellegence and students achievement is accepted.

From the Product Moment coefisien is 0,758 is resulted Adjusted r square is 56,4%. It means that the students emotional intellegence and the students achievement in studying economy give contribution is about 56,4% meanwhile 43,6% of students achievement in economy is affected by other factors like Students intellectual, Interest and Talent.


(8)

vii

dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan kecerdasan emosional dengan hasil belajar pada mata pelajaran ekonomi di kelas X SMA Darussalam Ciputat” dengan baik dan lancar. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah pada baginda alam, Rasulullah dan junjungan Nabi besar Muhammad Saw, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya.

Dalam penyelesaian skripsi ini tentunya penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang tanpa lelah memberikan dorongan baik moril maupun materil. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Nurlena Rifa’I, M.A Ph. D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak. Dr. Iwan Purwanto, M. Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sebagai dosen pembimbing penulis yang telah membimbing penulis dalam mengerjakan skripsi dalam keadaan sibuk maupun santai dan memberikan inspirasi bagi penulis untuk meraih mimpi dan cita-cita serta kesabaran yang tinggi dalam memberikan pelajaran. Bersamamu selalu ada jalan dan kemudahan dalam setiap problema. Sungguh beruntung PIPS memiliki ketua jurusan seperti bapak. Semoga Allah Swt senantiasa memberikan perlindungan dan kemudahan serta keberhasilan bagi bapak Iwan Purwanto.

3. Bapak Prof. Dr. Rusmin Tumanggor sebagai dosen penasehat akademik yang begitu baik dan selalu mengerti kesulitan mahasiswa yang mencari dosen namun begitu bertemu dengan bapak, bapak sangat mudah memberi kita ACC. 4. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan IPS yang telah mengajarkan dan memberikan ilmunya kepada penulis selama kuliah. Semoga Allah membalas dengan segala kebaikan dan keberkahan.


(9)

viii

5. Pimpinan Perpustakaan, para staf dan para karyawan, baik perpustakaan utama Syarif Hidayatullah maupun perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan kemudahan dalam penggunaan sarana perpustakaan. 6. Bapak Marul Waid, S.Ag, Kepala Sekolah SMA Darussalam Ciputat terima

kasih telah mengizinkan dan memudahkan penulis dalam melakukan penelitian.

7. Ibu Nur Asma, S.E M.M yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di kelas X SMA Darussalam Ciputat Tangerang Selatan.

8. Orang Tua tercinta terutama seorang Ibu Fatimah yang dengan penuh kasih sayang, perhatian dan ketulusan yang selalu diberikan kepada penulis. Memberikan dorongan moril maupun materiil dan doa yang selalu diberikan demi kesuksesan dan tercapainya cita-cita penulis.

9. Adikku tersayang Annisa Dwi Pangestuti terima kasih atas motivasi dan doanya.

10.Teman-teman seperjuangan Nur Arifin, Maulana Sulthon Amsyirvan, Lukman Efendi, Imam Fathoni, Hendra Iryanto, Fitri Azma, Abdul Hafidz, Fitri cremen yang selalu memberikan motivasi dan bantuan kepada penulis, terima kasih kawan sukses selalu untuk kalian.

Penulis juga mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang tak bisa penulis sebutkan satu per satu, yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Ungkapan kata memang takkan cukup untuk kebaikan kalian semua. Semoga Allah membalasnya dengan segala kebaikan dan pahala yang berlipat.

Penulis mengakui dan menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh pada kesempurnaan, baik dari segi isi, sususnan kalimat dan sistematika penulisannya. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan selanjutnya agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang terdahulu. Segala kesempurnaan, penulis kembalikan kepada Allah SWT, mudah-mudahan Allah senantiasa memberkahi segala amal usaha kita.


(10)

ix

lurus ridho Allah Swt dan di akhirat kelak mendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya. Amin.

Jakarta, 21 maret 2014 Penulis


(11)

x

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ……… …. v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ……….. xiii

DAFTAR BAGAN ………. xiv

DAFTAR GAMBAR ……….. xv

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xvi

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Identifikasi Masalah ………. 5

C. Pembatasan Masalah ……… 5

D. Rumusan Masalah ………... 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….…. 6

1. Tujuan Penelitian ... …. 6

2. Manfaat Penelitian ... …. 6

BAB II Kajian Teoritis, Kerangka Berfikir, dan Perumusan Hipotesis ... …. 8

A. Deskripsi Teoritik ... …. 8

1. Hakikat Kecerdasan Emosional... 8


(12)

xi

……….

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar …….. 22

c. Sasaran Dan Obyek Penilaian ……… 27

d. Jenis Alat Penilaian Hasil Belajar ………. 28

e. Fungsi Dan Tujuan Penilaian Hasil Belajar ……….. 29

C. Hakikat Belajar Ekonomi ... 30

D. Kerangka Berpikir ……….. 33

E. Hipotesis Penelitian ……… 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….. 34

A. Tempat dan Waktu Penelitian ……….. 34

B. Metode Penelitian ……… 34

C. Populasi Dan Sampel ……….. 35

D. Variabel Penelitian ……….. 35

1. Kecerdasan Emosional ……… 36

2. Hasil Belajar Ekonomi ………. 36

E. Teknik Pengumpulan Data ……….. 37

1. Metode dan Instrumen Penelitian ……….. 37

F. Teknik Analisis Data ……… 40

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN……… 47

A. Gambaran Umum Sekolah ……….. 47

B. Deskripsi Data ………. 53

1. Deskripsi Data Kecerdasan Emosional ……… 53

2. Deskripsi Data Hasil Belajar ………... 57


(13)

xii

D. Pembahasan ……….. 62

BAB V PENUTUP ……….. 64

A. Kesimpulan ……… 64

B. Saran ……….. 65

DAFTAR PUSTAKA

LEMBAR UJI REFERENSI LAMPIRAN-LAMPIRAN


(14)

xiii

Tabel 3.1 Skala Kecerdasan Emosional Tabel 3.2 Skala Hasil Belajar

Tabel 3.3 Skor Butir Angket

Tabel 3.4 Kaidah Reliabilitas Guilford Tabel 3.5 Interpretasi Nilai r

Tabel 4.1 Jenis Ekstrakulikuler SMA Darussalam

Tabel 4.2 Prestasi Siswa Bidang Akademik dan Non Akademik Tabel 4.4 Deskripsi Data Kecerdasan Emosional

Tabel 4.6 Frekuensi Kecerdasan Emosional Tabel 4.7 Indek Tingkat Kecerdasan Emosional Tabel 4.9 Deskripsi Data Hasil Belajar Ekonomi

Tabel 4.10 Frekuensi Skor Hasil Belajar Tabel 4.11 Indek Tingkat Hasil Belajar

Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Korelasi Antara Kecerdasan Emosional Dan Hasil Belajar


(15)

xiv

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

Bagan 4.3 Struktur Organisasi SMA Darusslam Tahun Pelajaran 2010/2011


(16)

xv

Gambar Halaman

Gambar 1. Histogram Distribusi Frekuensi Pengelolaan Kelas (X) Gambar 2. Histogram Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Ekonomi (Y)


(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Kuesioner Variabel Kecerdasan Emosional LAMPIRAN 2 Instrumen Skala Kecerdasan Emosional LAMPIRAN 3 Nilai Rapor Hasil Belajar Siswa

LAMPIRAN 4 Wawancara Guru

LAMPIRAN 5 Wawancara Murid

LAMPIRAN 6 Uji Validitas Butir Kecerdasan Emosional

LAMPIRAN 7 Uji Referensi

LAMPIRAN 8 Lembar Pengesahan Judul Skripsi LAMPIRAN 9 Surat Bimbingan Skripsi


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memiliki peranan penting dalam rangka memelihara eksistensi setiap bangsa di dunia sepanjang masa. Pendidikan sangat menentukan bagi terciptanya peradaban masyarakat yang lebih baik. Untuk itulah perwujudan masyarakat yang berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subjek yang makin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri, dan berdaya saing dengan bangsa-bangsa di dunia.

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, menyatakan tentang pentingnya proses belajar mengajar untuk menjadikan masyarakat yang baik sesuai dengan tujuan undang-undang tersebut. Pernyataan tersebut tertuang pada pasal 1 ayat (1), BAB Ketentuan Umum: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1 Tujuan utama pendidikan ialah mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan secara simultan dan seimbang. Sehingga terjadi suatu hubungan baik antara masing-masing kecakapan yang menjadi tujuan dari pendidikan tersebut.

1

Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam Undang-Undang

Sisdiknas, (Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003) h. 34


(19)

2

Dunia pendidikan kita telah memberikan porsi yang sangat besar untuk pengetahuan, namun disisi lain mengesampingkan pengembangan sikap atau nilai dan perilaku dalam pembelajarannya. “Penyelenggaraan pendidikan dewasa ini terlihat lebih menekankan pada segi pengembangan intelektual peserta didik, dan masyarakat kita pada umumnya beranggapan bahwa hanya dengan kecerdasan intelektual seorang anak mampu menghadapi tantangan era globalisasi di masa depan”.2

Masalah-masalah emosional kurang mendapatkan perhatian serius dari para konseptor pendidikan dan pemerhati pendidikan lainnya selama ini, bahkan hal ini berdampak pada rendahnya kecerdasan emosional siswa. Para tokoh dan akademisi pendidikan cenderung meremehkan dan memarjinalkan pengaruh emosional dalam kehidupan belajarnya, kaum akademisi saat ini seakan-akan meyakini otaknya sebagai satu-satunya kekuatan yang paling dominan dalam belajar. Padahal itu juga belum tentu yang terbaik. “Banyak contoh disekitar kita membuktikan bahwa orang yang memiliki gelar tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Seringkali mereka yang berpendidikan formal lebih rendah, ternyata lebih berhasil di dunia pekerjaan”.3

Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena intelegensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan hasil belajar yang optimal.

Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang tidak dapat meraih hasil belajar yang setara dengan kemampuan intelegensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan intelegensi tinggi tetapi memperoleh hasil belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun kemampuan intelegensinya relatif rendah, dapat meraih hasil belajar yang relatif

2

Lawrence E. Shapiro, Kiat-kiat Mengajarkan Kecerdasan Emosional Anak, (Jakarta:

gramedia, 1997) h. 7

3

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional Dan

Spiritual ESQ Emotional Spiritual Quotient Berdasarkan 6 Rukun Iman Dan 5 Rukun Islam,


(20)

tinggi. Itu sebabnya taraf intelegensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhinya. Menurut Goleman dalam bukunya emotional intellegence mengungkapkan bahwa “kecerdasan (IQ) hanya menyumbang 20 % bagi kesuksesan, sedangkan 80 % adalah sumbangan faktor-faktor kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama”.4

Dalam proses belajar siswa kecerdasan itu sangat diperlukan. IQ tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah. Namun biasanya kedua intelegensi itu saling melengkapi. Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah. Pendidikan di sekolah bukan hanya perlu mengembangkan rational intelligence yaitu model pemahaman yang lazimnya dipahami siswa saja, melainkan juga perlu mengembangkan emotional intellegence siswa.

Hasil beberapa penelitian di University of Vermont mengenai analisis struktur neurologis otak manusia dan penelitian perilaku oleh LeDoux menunjukkan bahwa ”dalam peristiwa penting kehidupan seseorang, EQ selalu mendahului intelegensi rasional. EQ yang baik dapat menentukan keberhasilan individu dalam hasil belajar, membangun kesuksesan karir, mengembangkan hubungan suami-istri yang harmonis dan dapat mengurangi agresivitas, khususnya dalam kalangan remaja”.5 Dalam kalangan remaja masa kini dimana arus globalisasi membuat kemajuan dalam segala aspek sekaligus membawa potensi-potensi yang dapat membahayakan perkembangan emosional. Pergaulan yang sudah semakin bebas dikalangan remaja ini disebabkan karena kurangnya kecerdasan emosional di kalangan remaja. Kenakalan remaja masa kini dapat berbentuk seperti perkelahian antar pelajar, penyebaran narkotika, pemakaian obat bius, minuman keras, meningkatnya kasus kehamilan di kalangan remaja putri

4

Daniel Goleman, Emotional Intellegence, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1997) h. 44

5 Ibid.


(21)

4

merupakan bentuk bentuk kenakalan remaja yang disebabkan oleh kurangnya kecerdasan emosional yang terbenyuk pada diri remaja-remaja masa kini. Selain itu dalam proses terbentuknya kecerdasan emosional ini juga berasal dari beberapa faktor seperti pengetahuan atau informasi positif serta arahan dari orang tua yang diberikan kepada siswa, orang tua harus memperhatikan tumbuh kembang anak secara periodik dan tetap fokus kepada segala perkembangan kecil yang dialami anak agar memahami siswa tersebut.

Memang harus diakui bahwa mereka yang memiliki IQ rendah dan mengalami keterbelakangan mental akan mengalami kesulitan, bahkan mungkin tidak mampu mengikuti pendidikan formal yang seharusnya sesuai dengan usia mereka. Namun fenomena yang ada menunjukkan bahwa tidak sedikit orang yang dengan IQ tinggi yang hasil belajarnya rendah, dan ada banyak orang dengan IQ sedang yang dapat mengungguli hasil belajar orang yang dengan IQ tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa IQ tidak selalu dapat memperkirakan hasil belajar seseorang. Kemunculan istilah kecerdasan emosional dalam pendidikan, bagi sebagian orang mungkin dianggap sebagai jawaban atas kejanggalan tersebut. Teori Daniel Goleman, sesuai dengan judul bukunya, memberikan definisi baru terhadap kata cerdas. Walaupun EQ merupakan hal yang relatif baru dibandingkan IQ, namun beberapa penelitian telah mengisyaratkan bahwa kecerdasan emosional tidak kalah penting dengan IQ.

Menurut Goleman, kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan intelegensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.

Orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan akademis tinggi atau ber-IQ tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifatnya di atas, bila seseorang


(22)

memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress.

Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Secara sosial mantap, mudah bergaul dan jenaka, tidak mudah takut atau gelisah. Mereka berkemampuan besar untuk melibatkan diri dengan orang-orang atau permasalahan, untuk memikul tanggung jawab, dan mempunyai pandangan moral; mereka simpatik dan hangat dalam hubungan-hubungan mereka, bersikap tegas dan mengungkapkan perasaan mereka secara langsung, memandang dirinya sendiri secara positif, mudah bergaul, ramah serta mereka mampu menyesuaikan diri dengan beban stress.

Berdasarkan fenomena di atas penulis tertarik untuk menyelidiki dalam

bentuk karya ilmiah dengan judul ”HUBUNGAN KECERDASAN

EMOSIONAL DENGAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI KELAS X SMA DARUSSALAM CIPUTAT TANGERANG SELATAN”

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi diantaranya yaitu:

1. Kecerdasan emosional yang masih belum menjadi prioritas utama dalam tujuan pendidikan

2. Hasil belajar dalam mata pelajaran ekonomi kurang maksimal.

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari timbulnya salah penafsiran terhadap judul, maka diberikan batasan masalahnya yaitu sebagai berikut:

1. Kecerdasan emosional yang mencakup dimensi mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain


(23)

6

dan membina hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosional yang masih belum menjadi prioritas utama dalam tujuan pendidikan.

2. Hasil belajar dalam mata pelajaran ekonomi yang kurang maksimal.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar siswa semester ganjil di kelas X SMA Darussalam Ciputat Tangerang Selatan tahun pelajaran 2013-2014?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah di rumuskan, maka kegiatan penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana hubungan kecerdasan emosional dengan hasil belajar siswa semester ganjil di kelas X SMA Darussalam Ciputat Tangerang Selatan tahun pelajaran 2013-2014.

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam meningkatkan prestasi di SMA Darussalam Ciputat. Adapun secara detail manfaat yang diharapkan dari penelitian ini diantaranya:

1. Manfaat atau kegunaan teoritis

a. Sebagai suatu karya ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan mengenai hubungan kecerdasan emosional siswa dengan hasil belajar ekonomi.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi psikologi pendidikan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada serta dapat memberi gambaran mengenai hubungan tingkat kecerdasan emosional dengan hasil belajar siswa SMA.


(24)

penelitian berikutnya yang sejenis. 2. Manfaat atau kegunaan praktis

a. Bagi peneliti, mendapatkan informasi secara mendalam tentang hubungan kecerdasan emosional dengan hasil belajar terutama dalam pembelajaran ekonomi.

b. Bagi guru, menumbuhkan kesadaran kepada guru bahwa kecerdasan emosional bagi peserta didik sangatlah penting karena merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa.

c. Bagi institusi sekolah, agar menjaga kualitas prestasi belajar siswa dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tersebut.

d. Bagi jurusan pendidikan IPS, menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang pendidikan IPS.

e. Bagi peneliti lain, diharapkan penelitian tentang hubungan kecerdasan emosional dengan hasil belajar siswa bisa berguna serta dipahami oleh peneliti lain.


(25)

8 BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teoritik

1. Hakikat Kecerdasan Emosional a. Pengertian Emosi

Emosi sejak lama dianggap memiliki kedalaman dan kekuatan sehingga dalam bahasa latin, misalnya, emosi dijelaskan sebagai motus anima yang arti harfiahnya berarti “jiwa yang menggerakkan kita”.6 Akar kata emosi adalah movere, kata kerja bahasa latin yang berarti “menggerakkan, bergerak”.7

Emosi mempunyai peran dalam peningkatan proses konstruksi pikiran dalam berbagai bentuk pengalaman kehidupan manusia. Salovey dan Mayers mendefinisikan emosi sebagai ”respon terorganisasi, termasuk sistem fisiologis, yang melewati berbagai batas sub-sistem psikologis, misalnya kognisi, motivasi, dan pengalaman”.8 Pengertian ini menunjukkan bahwa emosi merupakan respon

6

Robert K.Cooper dan Ayman Sawaf, Executive EQ, penerjemah Alex Tri Kantjono Widodo

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), h. xiv

7

Daniel Goleman, Emotional Intellegence, Penerjemah T. Hermaya (Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2000), h. 7

8

Tekad Wahyono, memahami kecerdasan emosi melalui kerja sistem limbic, (Surabaya:


(26)

atas stimulus yang diperoleh dari lingkungan sekitar yang terorganisasi dengan baik yang melewati sub-sistem psikologis.

Cow dan Crow dalam Hartati menyebutkan bahwa ”emosi merupakan suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai inner adjustment terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu”.9 Emosi pada definisi ini berperan dalam pengambilan keputusan yang menentukan kesejahteraan dan keselamatan individu.

Ibda menyebutkan bahwa ”emosi merupakan suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya –suatu keadaan biologis dan psikologis- dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak”.10 Sedangkan Sarlito Wirawan Sartono dalam Syamsu berpendapat bahwa ”emosi merupakan setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat yang luas (mendalam)”.11

Dari beberapa pendapat di atas, maka emosi merupakan suatu respon atas rangsangan yang diberikan –baik dari lingkungan maupun dari dalam diri individu sendiri- sehingga individu dapat menentukan pilihan dalam hidup yang menentukan kehidupannya.

Emosi sebagai suatu peristiwa psikologis mengandung ciri-ciri sebagai berikut; “pertama, lebih bersifat subyektif daripada peristiwa psikologis lainnya, seperti pengamatan dan berpikir. Kedua, bersifat fluktuatif (tidak tetap), dan ketiga, banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera”.12

9

Netty Hartati, M.Si. Dkk, Islam dan Psikologi (Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2004), h.90

10

Fatimah Ibda, Emotional Intellegence Dalam Dunia Pendidikan (Banda Aceh: Fakultas

Tarbiyah, IAIN Ar-Raniry, Jurnal Didaktika, Vol. 2 No. 2, 2000), h. 132

11

Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, (Bandung: Rosda Karya,

2004), h. 115

12


(27)

10

Terdapat dua macam pendapat tentang terjadinya emosi yaitu pendapat navistik dan pendapat empiristik. “Pendapat navistik beranggapan bahwa emosi pada dasarnya merupakan bawaan sejak lahir, sementara pendapat empiristik beranggapan bahwa emosi dibentuk oleh pengalaman dan proses belajar”.13

Sebagian orang menganggap bahwa perasaan dan emosi adalah sama. Namun Sabri dalam bukunya mengungkapkan bahwa antara perasaan dan emosi adalah berbeda. “Pada perasaan terdapat kesediaan kontak dengan situasi luar (baik positif maupun negatif), sedangkan pada emosi kontak itu seolah-olah menjadi retak atau terputus (misalnya terkejut, ketakutan, mengantuk, dan lain sebagainya)”.14

b. Pengertian Kecerdasan

Kecerdasan merupakan suatu kemampuan tertinggi dari jiwa makhluk hidup yang hanya dimiliki oleh manusia. Kecerdasan ini diperoleh manusia sejak lahir, dan sejak itulah potensi kecerdasan ini mulai berfungsi mempengaruhi tempo dan kualitas perkembangan individu, dan manakala sudah berkembang, maka fungsinya akan semakin berarti lagi bagi manusia yaitu akan mempengaruhi kualitas penyesuaian diri dengan lingkungannya.

Kemampuan kecerdasan dalam fungsinya yang disebutkan terakhir bukanlah kemampuan genetis yang dibawa sejak lahir, melainkan merupakan kemampuan hasil pembentukan atau perkembangan yang dicapai oleh individu.

Kecerdasan merupakan kata benda yang menerangkan kata kerja atau keterangan. “Seseorang menunjukkan kecerdasannya ketika ia bertindak atau berbuat dalam suatu situasi secara cerdas atau bodoh; kecerdasan seseorang dapat

13

Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam

Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 168

14

M Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001), h. 74


(28)

dilihat dalam caranya orang tersebut berbuat atau bertindak”.15 “Kecerdasan juga merupakan istilah umum untuk menggambarkan kepintaran atau kepandaian orang”.16 Beberapa ahli mencoba merumuskan definisi kecerdasan diantaranya adalah:

Suharsono menyebutkan bahwa ”kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan masalah secara benar, yang secara relatif lebih cepat dibandingkan dengan usia biologisnya”.17

Gardner dalam rose mengemukakan bahwa ”kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan masalah atau menciptakan suatu produk yang bernilai dalam satu latar belakang budaya atau lebih”.18

Definisi dari Suharsono dan Gardner menyebutkan bahwa kecerdasan merupakan suatu kemampuan individu untuk memecahkan masalahnya. Jika Suharsono menilai kecerdasan dari sudut pandang waktu, sementara Gardner menilainya dari sudut pandang tempat.

Amstrong berpendapat bahwa kecerdasan merupakan kemampuan untuk menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu seseorang. Kecerdasan bergantung pada konteks, tugas serta tuntunan yang diajukan oleh kehidupan kita dan bukan tergantung pada nilai IQ, Gelar dari perguruan tinggi atau reputasi bergengsi.

Sedangkan Super dan Cites dalam Dalyono mengemukakan definisi kecerdasan sebagai kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan atau belajar dari pengalaman. “Hal ini didasarkan bahwa manusia hidup dan berinteraksi di dalam lingkungannya yang kompleks. Untuk itu ia memerlukan kemampuan untuk

15

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 115

16

Munandir, Ensiklopedia Pendidikan, (Malang: Um Press, 2001), h. 122

17

Suharsono, Mencerdaskan Anak, (Depok: Inisiasi Press, 2003), h. 43

18

Colin Rose dan Malcom J. Nicholl, Cara Belajar Cepat Abad XXI, penerjemah Dedy


(29)

12

menguasai diri dengan lingkungannya demi kelestarian hidupnya. Hidupnya bukan hanya untuk kelestarian pertumbuhan, tetapi juga untuk perkembangan pribadinya. Karena itu manusia harus belajar dari pengalamannya”.19

Definisi di atas, oleh Garret dipandang terlalu luas, umum dan kurang operasional. Dengan mempelajari definisi itu orang mungkin masih dapat mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan konsep itu. Oleh karena itu, Garret memberi definisi bahwa ”kecerdasan setidak-tidaknya mencakup kemampuan yang diperlukan untuk pemecahan masalah-masalah yang memerlukan pengertian serta menggunakan symbol-simbol”.20

Dari beberapa pengertian kecerdasan yang telah dikemukakan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memberikan solusi terbaik dalam penyelesaian masalah yang dihadapinya sesuai dengan kondisi ideal suatu kebenaran.

Gardner membagi kecerdasan menjadi tujuh macam yaitu, ”kecerdasan linguistik, kecerdasan logis matematis, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan kinestetik-tubuh, kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal”.21

Kecerdasan-kecerdasan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : kecerdasan linguistik yaitu kemampuan membaca, menulis dan berkomunikasi dengan kata-kata atau bahasa. Kecerdasan logis-matematis yaitu kemampuan berfikir (menalar) dan menghitung, berfikir logis dan sistematis. Kecerdasan visual-spasial yaitu kemampuan berfikir menggunakan gambar, memvisualisasikan hasil masa depan. Kecerdasan musikal yaitu kemampuan mengubah atau mencipta music, dapat bernyanyi dengan baik atau memahami dan mengapresiasi musik serta menjaga ritme. Kecerdasan kinestetik-tubuh yaitu kemampuan menggunakan tubuh secara

19

M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 182

20

Ibid, h. 183

21


(30)

terampil untuk memecahkan masalah, menciptakan barang serta dapat mengemukakan gagasan dan emosi. Kecerdasan interpersonal yaitu kemampuan bekerja secara efektif dengan orang lain dan berempati. Kecerdasan intrapersonal yaitu kemampuan menganalisis diri sendiri, membuat rencana dan menyusun tujuan yang akan dicapai.

Kecerdasan dikemukakan oleh Gardner ini dikenal juga sebagai multiple intelligence. Pembagian kecerdasan oleh gardner ini telah membuka paradigma baru dari sebuah kata kecerdasan. Karena berdasarkan pembagian-pembagian.kecerdasan menurutnya, ternyata cerdas bukan semata dapat memiliki skor tinggi sewaktu ujian namun cerdas itu beranekaragam.

Kecerdasan orang banyak ditentukan oleh struktur otak. Otak besar dibagi dalam dua belahan otak yang disambung oleh segumpal serabut yang disebut corpus callosum. belahan otak kanan menguasai belahan kiri badan dan sebaliknya belahan otak kiri menguasai belahan kanan badan. Belahan otak kiri bertugas utuk mersepon hal-hal yang sifatnya linier, logis dan teratur sementara otak belahan kanan bertugas untuk imaginasi dan kreativitas.22

c. Hakikat Kecerdasan Emosional

Setiap individu memiliki emosi. Emosi mempunyai ranah tersendiri dalam bagian hidup individu. Seseorang yang dapat mengelola emosinya dengan baik artinya emosinya cerdas hal ini lebih dikenal dengan suatu istilah “kecerdasan

emosional”. Beberapa ahli mencoba merumuskan definisi dari kecerdasan

emosional. Diantaranya Arief Rahman yang menyebutkan bahwa ”kecerdasan emosional adalah metability yang menentukan seberapa baik manusia mampu menggunakan keterampilan-keterampilan lain yang dimilikinya, termasuk intelektual yang belum terasah”.23

22

Conny R. Semiawan, Belajar dan Pembelajaran Dalam Taraf Pendidikan Usia Dini,

(Jakarta: Prenhallindo, 2002), h. 11-12

23

Pusat Pengembangan Tasawuf Positif, Menyinari Relung-relung Ruhani, (Jakarta: Hikmah,


(31)

14

Bar-On seperti dikutip oleh Stein dan Book mengemukakan bahwa

”kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan, kompetensi dan kecakapan non-kognitif, yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan”.24

Dua definisi tentang kecerdasan emosional yang dikemukakan oleh Rahman dan dan Bar-On lebih menekankan pada hasil yang didapat oleh individu jika menggunakan kemampuan emosionalnya secara optimal.

Salovey dan Mayer dikutip oleh Stein dan Book mengemukakan bahwa

”kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu fikiran, memahami perasaan dan maknanya serta mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual”.25

Goleman dalam Nggermanto mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah

”kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain”.26

Dari beberapa definisi para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan emosional adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk dapat menggunakan perasaaannya secara optimal guna mengenali dirinya sendiri dari lingkungan sekitarnya.

Kecerdasan emosional yang dimaksudkan oleh peneliti adalah kemampuan individu untuk mengenali perasaannya sehingga dapat mengatur dirinya sendiri dan menimbulkan motivasi dalam dirinya untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

24

Steven J. Stein & Howard E. Book, Ledakan EQ, penerjemah Trinanda Rainy Januarsari, (Bandung: Kaifa, 2002), h. 157-158

25

Ibid, h. 159

26


(32)

Sementara di lingkungan sosial dia mampu berempati dan membina hubungan baik terhadap orang lain.

Emosi manusia dikoordinasi oleh otak. Bagian otak yang mengatur emosi adalah sistem limbiks. Struktur-struktur dalam sistem limbic mengelola beberapa aspek emosi, yaitu pengenalan emosi melalui ekspresi wajah, tendensi berperilaku dan penyimpanan memori emosi. Folkerts menjelaskan bahwa sistem limbic terdiri atas empat struktur, yaitu: thalamus dan hiphotalamus, amigdala, hipokamus dan lobus frontalis.27

Thalamus menerima informasi dari lingkungan sekitar yang ditangkap oleh indera, sedang hypothalamus mengambil informasi dari bagian tubuh yang lain. Amigdala menginterpretasikan dan sekaligus menyimpannya sebagai arti emosi. Hipokamus mendukung kerja amigdala dalam menyimpan memori emosi, mengkonsolidasi memori non-emosi secara detail dan menyampaikan memori tersebut ke jaringan memori yang berbeda di otak. Lobus frontalis bertanggung jawab dalam pengaturan emosi sehingga memunculkan emosi yang tepat.28

Kinerja otak sebagai pusat koordinasi dapat dijabarkan sebagai berikut; informasi-informasi yang diterima alat indera akan dibawa oleh thalamus melewati sinapsis tunggal menuju amigdala, sedang sebagian besar lainnya dikirim ke neokorteks. Percabangan tersebut memungkinkan amigdala dapat memberikan respon emosi tanpa pengolahan informasi dan analisis dari neokorteks. Kasus

tersebut disebut Goleman sebagai “pembajakan emosi”.29

Terdapat beberapa hal yang dapat dicatat pada pembahasan tentang anatomi pembajakan emosi, yaitu:30

1) Amigdala berperan sebagai sumber emosi.

Hipocampus dan amigdala merupakan bagian penting dalam ingatan dan pembelajaran otak. Amigdala sendiri merupakan spesialis masalah-masalah emosional yang jika dipisahkan dari otak maka seseorang tidak dapat menangkap

27

Tekad Wahyono, op.cit, h. 38-39

28

Ibid, h, 39

29

Ibid,h. 40

30


(33)

16

makna emosional atau mengalami kebutaan afektif. Le Doux adalah orang pertama yang menemukan peran amigdala dalam otak emosional, yang menjelaskan bahwa amigdala mampu mengambil alih kendali apa yang kita kerjakan bahwa sewaktu otak sedang berpikir. Hal ini menumbangkan gagasan lama tentang sistem limbic dengan menempatkan amigdala pada pusat tindakan dan struktur limbic lainnya pada peran yang amat berbeda.

2) Inti kecerdasan emosi.

Amigdala bereaksi berdasarkan kognitif bawah sadar, yaitu menangkap stimulus dari lingkungan sehingga mengetahui identitas apa yang diterima serta memutuskan menyukai atau tidak baru kemudian memberi pendapat tentangnya. Hal ini dapat menjelaskan mengapa emosi begitu penting bagi nalar yang efektif di dalam pengambilan keputusan. Adanya pengaruh dari fungsi amigdala terhadap neokorteks inilah yang merupakan inti kecerdasan emosional.

3) Mekanisme kerja kecerdasan emosi.

Lobus prefrontal bagian kanan yang terletak pada ujung lain dari sirkuit prefrontal merupakan tempat perasaan-perasaan negatif (takut, marah, benci dan sebagainya.) lobus prefrontal bagian kiri merupakan bagian yang berfungsi untuk mematikan atau mengatur emosi-emosi yang tidak menyenangkan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa lobus prefrontal merupakan saklar peredam ledakan amigdala atau menjadi manajer emosi dengan tugas menghambat sinyal-sinyal yang telah dikirim amigdala dan pusat-pusat limbic lainnya.

4) Dinamika IQ dikalahkan EI

Korteks prefrontal merupakan wilayah yang bertanggung jawab terhadap

“ingatan kerja”, yaitu kemampuan atensi untuk menyimpan fakta-fakta penting dalam pikiran yang berguna untuk penyelesaian masalah. Lobus prefrontal ini terkait dengan sirkuit otak limbic. Kaitan antara sirkuit prefrontal amigdala inilah yang merupakan titik temu antara nalar dan emosi. Dengan demikian kemurungan emosional yang terus menerus dapat mengganggu kemampuan kerja intelektual seseorang sehingga dalam pengambilan keputusan dapat menimbulkan bencana.


(34)

Kecerdasan rasional saja tidak menyediakan kemampuan untuk menghadapi gejolak yang ditimbulkan oleh kesulitan hidup.

“Kecerdasan emosilah yang memotivasi kita untuk mencari manfaat dan potensi unik kita dan mengaktifkan aspirasi dan nilai-nilai yang paling dalam, mengubahnya dari apa yang kita fikirkan menjadi apa yang kita jalani”.31

Kecerdasan emosional Reuvan Bar On dibagi menjadi lima, yaitu:32

1) Ranah intrapribadi memiliki lima skala yaitu; kesadaran diri, sikap asertif, kemandirian, penghargaan diri dan aktualisasi diri.

2) Ranah antarpribadi memiliki 3 skala yaitu; empati, tanggung jawab social dan hubungan antar pribadi.

3) Ranah penyesuaian diri/orientasi kognitif memiliki tiga skala yaitu; uji realitas, sikap fleksibel dan pemecahan masalah.

4) Ranah pengendalian stress memiliki dua skala yaitu; ketahanan menanggung stress dan pengendalian impuls.

5) Ranah suasana hati/afeksi memiliki dua skala yaitu; optimism dan kebahagiaan.

Hal ini serupa dengan pendapat Segal bahwa wilayah EQ adalah ”hubungan pribadi dan antarpribadi; EQ bertanggung jawab atas harga diri, kesadaran diri, kepekaan social dan kemampuan adaptasi sosial”.33

Salovey memperluas kecerdasan emosional menjadi lima wilayah utama, yaitu :

31

Robert K. Cooper dan Ayman Sawaf, Executive EQ, Loc.cit.

32

A. V. Aryaguna Setiadi, Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Keberhasilan

Bermain Game, (Surabaya: Universitas Surabaya, Anima, Indonesia Psychological Journal, 2001, Vol. 17, No, 1), h. 44-45

33

Jeanne Segal, Melejitkan Kepekaan Emosional, penerjemah Ary Nilandari, Bandung: Kaifa,


(35)

18

1) Empati

Merasakan yang dirasakan oleh orang lain dan memahami perspektif, menumbuhkan hubungan saling percaya serta menyelaraskan diri dengan berbagai macam orang.

2) Kesadaran diri

Mengetahui apa yang kita rasakan dan mengunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri serta memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan dan kepercayaan diri yang kuat.

3) Pengaturan diri

Menangani emosi kita sehingga berdampak positif terhadap pelaksanaan tugas; peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan emosi.

4) Motivasi

Menggunakan hasrat untuk menggerakkan dan menuntun menuju sasaran, membantu mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif serta bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.

5) Keterampilan Sosial

Menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi, jaringan sosial dan berinteraksi dengan lancar serta menggunakan keterampilan ini untuk mempengaruhi orang lain.

Senada dengan pendapat di atas, Shapiro juga menyebutkan kualitas-kualitas kecerdasan emosional, diantaranya; “empati, mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri,


(36)

disukai, kemampuan memecahkan masalah antar-pribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, dan sikap hormat”.34

Ketika berbicara mengenai urgensitas kecerdasan emosional yang dimiliki seseorang dalam kehidupan, Suharsono mengungkapkan beberapa keuntungan kecerdasan emosional sebagai berikut:

pertama, kecerdasan emosional jelas mampu menjadi alat untuk pengendalian diri, sehingga seseorang tidak terjerumus ke dalam tindakan-tindakan bodoh yang merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Kedua, kecerdasan emosional bias diimplementasikan sebagai cara yang sangat baik untuk memasarkan atau membesarkan ide, konsep atau bahkan sebuah produk. Ketiga, kecerdasan emosional adalah modal penting bagi seseorang untuk mengembangkan bakat kepemimpinan dalam bidang apapun. Karena setiap model kepemimpinan sesungguhnya membutuhkan visi, misi, konsep, program dan yang tak kalah pentingnya adalah dukungan dan partisipasi dari para anggota.35

B. Hasil Belajar Siswa 1. Konsep Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (Product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa pakar pendidikan sebagai berikut:

a. Menurut Gagne, belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.

34

Lawrence E Shapiro, Mengajarkan Emotional Intellegence Pada Anak, penerjemah; Alex

Tri Kantjono, (Jakarta: Gramedia, 2001), h. 5

35

Suharsono, Akselerasi Intelegensi; Optimalkan IQ, EQ dan SQ, (Depok: Inisiasi Press,


(37)

20

b. Menurut Travers, belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.

c. Menurut Cronbach, learning is shown by a change in behaviour as a result of experience (belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman).

d. Menurut Harold Spears, learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. (belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu).

Menurut Dimyati dan Mudjiono, “hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar”.36 Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.

Menurut Ngalim Purwanto, “hasil belajar adalah hasil tes yang digunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang digunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa dalam waktu tertentu”.37

Menurut Oemar Hamalik “hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti”.38

Berdasarkan Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut:

36

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 250-251.

37

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h. 84

38


(38)

a. Ranah Kognitif

Dalam ranah kognitif terdiri dari knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai).

b. Ranah Afektif

Dalam ranah afektif terdiri dari receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valving (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi).

c. Ranah Psikomotor

Dalam ranah psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Selain itu, psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.

Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Disamping itu Hasil belajar perlu dievaluasi. Evaluasi dimaksudkan sebagai cermin untuk melihat kembali apakah tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan apakah proses belajar mengajar telah berlangsung efektif untuk memperoleh hasil belajar.

Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.


(39)

22

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil itu dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Pada dasarnya, hasil belajar siswa yang baik dalam kegiatan pembelajaran di sekolah bukan hanya disebabkan oleh kecerdasan siswa itu saja, akan tetapi masih ada hal lain yang juga menjadi faktor penentu yang tidak dapat dipisahkan dalam mencapai keberhasilan siswa. Adapun faktor-faktor tersebut secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: yang bersumber dari dalam diri manusia yang belajar, yang disebut sebagai faktor internal dan faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar, yang disebut faktor eksternal.

a. Faktor yang bersumber dalam diri manusia yang belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor biologis dan psikologis. Yang dikategorikan faktor biologis antara lain usia dan kematangan kesehatan, sedangkan yang dikategorikan sebagai faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, minat, dan kebiasaan belajar.

b. Faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua juga, yaitu faktor manusia (human) dan faktor seperti alam, hewan, dan lingkungan fisik.39

Sedangkan menurut H. Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo merumuskan bahwa yang mempengaruhi hsil belajar siswa adalah:

a. Faktor raw input (faktor murid atau anak itu sendiri), di mana anak memiliki kondisi yang berbeda dalam:

39

Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, (Jakarta: Rineka Cipta,


(40)

1) Kondisi fisiologis Yang termasuk kondisi fisiologis siswa adalah kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya.

2) Kondisi psikologis Sedangkan kondisi psikologis siswa mencakup minat, kecerdasan, dan motivasi, serta kemampuan-kemampuan kognitif, seperti persepsi, ingatan, dan pikiran.

b. Faktor environmental input (faktor lingkungan), baik itu lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Faktor environmental input yang di dalamnya antara lain:

1) Kurikulum

2) Program/bahan pengajaran 3) Sarana dan fasilitas

4) Guru/tenaga pengajar40

Maka secara keseluruhan dari faktor-faktor yang disebutkan di atas sangat berkaitan erta dan saling mendukung satu sama lainnya.

Dari sekian banyak faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:

a. Faktor-faktor stimulus belajar

Yang dimaksud dengan stimulus belajar di sini yaitu segala hal di luar individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimulus dalam hal ini, mencakup material, penugasan, serta suasana lingkungan eksternal yang harus diterima dan dipelajari oleh pelajar. Berikut ini dikemukakan beberapa hal yang berhubungan dengan faktor-faktor stimulus belajar:

1) Panjangnya bahan pengajaran

Bahan pelajaran yang terlalu panjang atau terlalu banyak dapat menyebabkan kesulitan individu dalam belajar. Kesulitan individu

40

Abu Ahmadi dan Joko Prasetyo, Strategi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia,


(41)

24

tidak semata-mata karena panjangnya waktu untuk belajar, melainkan lebih berhubungan dengan faktor kelelahan serta kejemuan si pelajar dalam menghadapi atau bahan pelajaran yang banyak itu.

2) Kesulitan bahan pelajaran

Tiap-tiap bahan pelajaran mengandung tingkat kesulitan bahan pelajaran dan mempengaruhi kecepatan belajar. Semakin sulit suatu bahan pelajaran, semakin lambatlah orang mempelajarinya. Sebaliknya, semakin mudah bahan pelajaran, maka semakin cepat orang dalam mempelajarinya.

3) Berartinya bahan pelajaran

Belajar memerlukan modal pengalaman yang diperoleh dari belajar waktu sebelumnya. Modal pengalaman itu dapat berupa penguasaan bahasa, pengetahuan, dan prinsip-prinsip. Modal pengalaman ini menentukan keberartian dari bahan yang dipelajari di waktu sekarang. Bahan yang berarti adalah bahan yang dapat dikenali. Bahan yang berarti memungkinkan individu untuk belajar, karena individu dapat mengenalnya.

4) Berat ringannya tugas

Mengenai berat ringannya suatu tugas, hal ini erat hubungannya dengan tingkat kemampuan indivisu. Tugas-tugas yang terlalu ringan atau mudah adalah mengurangi tantangan belajar, sedangkan tugas-tugas yang terlalu berat atau sukar membuat individu kapok (jera) untuk belajar.

5) Suasana lingkungan eksternal

Suasana lingkungan eksternal menyangkut banyak hal, antara lain:

“cuaca (suhu udara, mendung), waktu (pagi, siang, sore, malam), kondisi tempat (kebersihan), letak sekolah, penerangan (berlampu, bersinar matahari), dan sebagainya. Faktor-faktor ini mempengaruhi


(42)

sikap dan reaksi individu dalam aktifitas belajarnya, sebab individu yang belajar adalah interaksi dengan lingkungannya”.41

b. Faktor-faktor metode belajar

Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh si pelajar. Dengan perkataan lain, metode yang dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar. Faktor-faktor metode belajar menyangkut hal-hal berikut ini :

1) Kegiatan berlatih atau praktek 2) Overlearning dan drill

Untuk kegiatan yang bersifat abstrak seperti menghafal atau mengingat, maka overlearning sangat diperlukan untuk mengurangi kelupaan dalam mengingat keterampilan-keterampilan yang pernah dipelajari.

3) Resitasi selama belajar

Kombinasi kegiatan membaca dengan resitasi sangat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan membaca itu sendiri, maupun untuk menghafal bahan pelajaran.

4) Pengenalan tentang hasil-hasil belajar

Pengenalan seseorang terhadap hasil atau kemajuan belajarnya adalah penting, karena dengan mengetahui hasil-hasil yang sudah dicapai, seseorang akan lebih berusaha meningkatkan hasil belajar selanjutnya.

5) Belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian

Belajar mulai dari keseluruhan kebagian-bagian lebih menguntungkan daripada belajar mulai dari bagian-bagian. Hal ini

41

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004),


(43)

26

dapat dimaklumi, karena dengan mulai dari keseluruhan individu menemukan set yang tepat untuk belajar.

6) Penggunaan modalitas indra

Modalitas indra yang dipakai oleh masing-masing individu dalam belajar tidak sama. Sehubungan dengan itu ada tiga impresi yang penting dalam belajar, yaitu oral, visula dan kinestetik.

7) Bimbingan dalam belajar

Bimbingan yang terlalu banyak diberikan oleh guru atau orang lain cenderung membuat si pelajar menjadi tergantung. Bimbingan dapat diberikan dalam batas-batas yang diperlukan dalam individu.

8) Kondisi-kondisi intensif 42 c. Faktor-faktor individual

Faktor individual sangat besar pengaruhnya terhadap belajar seseorang. Adapun faktor-faktor individual itu menyangkut hal-hal berikut:

1) Kematangan

2) Faktor usia kronologis

3) Faktor perbedaan jenis kelamin 4) Pengalaman sebelumnya 5) Kapasitas mental

6) Kondisi kesehatan jasmani 7) Kondisi kesehatan rohani 8) Motivasi

Jadi, faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar terdiri dari dua jenis yaitu: yang bersumber dari dalam diri manusia yang belajar (faktor internal) dan yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar (faktor eksternal).

42

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004),


(44)

Maka dapat disimpulkan dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Secara keseluruhannya sangat berkaitan erat dan saling mendukung satu sama lainnya.

3. Sasaran dan Obyek Penilaian

Langkah pertama yang dilakukan guru dalam mengadakan penilaian adalah menetapkan apa yang menjadi sasaran atau obyek penilaian. Sasaran ini penting diketahui agar memudahkan guru dalam menyusun alat evaluasi. Pada umumnya ada tiga sasaran pokok penilaian, yakni:

a. Segi tingkah laku, artinya segi menyangkut sikap, minat, perhatian, keterampilan siswa sebagai akibat dari proses belajar mengajar.

b. Segi isi pendidikan, artinya penguasaan bahan pengajaran yang diberikan guru dalam proses belajar mengajar.

c. Segi yang menyangkut proses belajar mengajar. Proses tersebut perlu diadakan penilaian secara obyektif dari guru, sebab baik tidaknya belajar dan mengajar akan menentukan baik tidaknya hasil belajar.43

Hasil belajar sebagai obyek penelitian pada hakikatnya menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan instruksional. Hasil belajar sebagai obyek penelitian dapat dibedakan ke dalam berbagai kategori antara lain keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, serta sikap dan cita-cita.

Maka dapat disimpulkan bahwasannya dalam mengadakan penelitian ada tiga sasaran yang harus diperhatikan diantaranya segi tingkah laku, segi isi materi, dan segi yang menyangkut belajar dan mengajar. Ketiga sasaran pokok di atas harus dievaluasi secara menyeluruh, artinya jangan hanya menilai segi penguasaan materi, tapi juga harus menilai segi perubahan tingkah laku dan proses belajar mengajar itu sendiri secara adil. Dengan menetapkan sasaran di atas maka seorang guru akan mudah menetapkan evaluasinya.

43


(45)

28

4. Jenis Alat Penilaian Hasil Belajar

Secara garis besar, alat penilaian atau evaluasi yang digunakan dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu tes dan non tes.

a. Tes

“Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan obyektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang dengan cara yang dikatakan tepat atau cepat”.44

Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa maka dibedakan atas tiga macam tes, yaitu:

1) Tes diagnostik, yaitu tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan siswa, sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.

2) Tes formatif, yaitu dari kata “form” yang merupakan dasar dari istilah

“formatif” maka evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana siswa telah terbentuk setelah mengikuti program tertentu. 3) Tes sumatif, yaitu “tes yang dilaksanakan setelah berakhirnya

pemberian kelompok program atau sebuah program yang lebih besar. Dalam pengalaman sekolah, tes formatif disamakan dengan ulangan harian, sedangkan tes sumatif disamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada akhir catur wulan atau semester”.45

b. Non tes

Untuk menilai aspek tingkah laku, jenis non tes lebih sesuai digunakan sebagai alat evaluasi, seperti menilai aspek sikap, minat, karakteristik, dan lain-lain. Alat penilaian jenis non tes ini antara lain:

1) Observasi, yaitu pengamatan kepada tingkah laku pada suatu tertentu.

44

Amir dan Indra Kusuma, Evaluasi Pendidikan, Jilid I, h. 27.

45

Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,


(46)

2) Wawancara, yaitu komunikasi langsung antara yang mewawancarai dan yang diwawancarai.

3) Studi kasus, yaitu mempelajari individu dalam periode tertentu secara terus-menerus untuk melihat perkembangannya.

4) Rating scale (skala penilaian), yaitu salah satu alat penilaian yang menggunakan skala yang telah disusun dari ujung yang negatif sampai yang positif, sehingga si penilai tinggal membubuhi tanda cek saja. 5) Check list, hampir menyerupai rating scale hanya saja pada check list

tidak perlu disusun kriteria atau skala dari yang negatif sampai yang positif, cukup dengan kemungkinan-kemungkinan jawaban yang akan kita minta dari yang dievaluasi.

6) Inventory, yaitu daftar pertanyaan yang disertai alternatif jawaban diantara setuju, kurang setuju, atau tidak setuju.46

Maka dapat disimpulkan, kedua jenis alat penilaian tersebut sangat baik digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar, dan hendaknya para guru dapat menempatkan penggunaan alat penilaian ini dengan tepat agar dapat memperoleh data yang akurat dan obyektif dalam menilai hasil belajar para siswanya.

5. Fungsi dan Tujuan Penilaian Hasil Belajar

Penilaian atau evaluasi adalah suatu cara yang sistematik dalam menganalisa suatu pekerjaan sehingga kita mengetahui sampai seberapa jauh pekerjaan itu dapat memperoleh hasil yang memuaskan dengan mempergunakan bahan-bahan dan cara-cara tertentu. “Adapun alat yang digunakan untuk mengadakan penilaian diantaranya tes dan non tes”.47

46

Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, h. 30.

47

Dedeh Sukarsih dan Kadarsah, Beberapa Jenis Penilaian yang Dilaksanakan oleh Guru Di


(47)

30

Adapun fungsi penilaian itu sendri dapat dijelaskan lebih terperinci sebagai berikut:

a. Penentuan kelemahan atau kekurangan serta kesanggupan murid dalam memiliki atau menguasai materi yang telah diterima dalam proses belajar mengajar.

b. Penentuan-penentuan yang perlu direvisi atau diperbaiki, umpamanya: metode, materi alat, tujuan, dan sebagainya.

c. Penentuan kelemahan atau kekuatan guru dalam melaksanakan program belajar mengajar.

d. Untuk mengetahui seberapa jauh dasar-dasar yang telah dikuasai siswa. e. Untuk mengetahui sifat-sifat yang dimilikinya, dan tingkat kecerdasan

siswa.

f. Untuk mengetahui kehidupan (standing) akan dalam kelompok. g. Sebagai seleksi dikalangan siswa.

h. Untuk memberi motivasi belajar terhadap anak.

i. Hasil penilaian berupa petunjuk bagi guru, apakah metode dan bahan pelajaran yang diberikannya sudah cukup baik atau tidak.

j. Hasil evaluasi dapat memberikan motivasi belajar terhadap anak-anak. k. Dengan hasil penilaaian, guru dapat memberikan saran-saran kepada anak

dan orang tua, jalan atau cara yang baik dalam belajar dan bekerja selanjutnya.48

C. Hakikat Belajar Ekonomi

Dalam realita kehidupan, selalu dihadapkan pada masalah keinginan manusia untuk mencukupi segala kehidupannya. Inilah yang merupakan inti pengertian ekonomi dalam kehidupan sehari-hari. Itulah sebabnya, ilmu ekonomi

48

Dedeh Sukarsih dan Kadarsah, Beberapa Jenis Penilaian yang Dilaksanakan oleh Guru Di


(48)

perlu dipelajari sejak manusia mengenal kebutuhan demi kehidupan yang lebih baik.

Menurut etimologinya atau asal usul katanya, istilah ”Ekonomi berasal dari

bahasa Yunani, yaitu oikonomia. Istilah oikonomia merupakan kata majemuk (perpaduan) dari 2 (dua) kata, yaitu oikos dan nomos. Oikos, artinya rumah, dan nomos artinya aturan. Jadi, secara etimologi ekonomi berarti aturan rumah tangga

atau ilmu mengatur rumah tangga”.49

Hal yang dimaksud dengan rumah tangga pada pengertian di atas tidak hanya terbatas untuk rumah tangga keluarga, tetapi mencakup semua bentuk rumah tangga, seperti rumah tangga negara, rumah tangga sekolah, rumah tangga organisasi, rumah tangga perusahaan, dan rumah tangga koperasi. Dalam rumah tangga keluarga, setiap manusia selalu berusaha memenuhi semua kebutuhannya. Dengan demikian, menurut pengertian sehari-hari ekonomi adalah kegiatan manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan.

Menurut Frista Artmanda Widodo dalam kamus istilah ekonomi, “Ekonomi yaitu ilmu yang meneliti tentang bagaimana orang-orang memenuhi kebutuhannya dengan sumber daya-daya yang terbatas”.50

Asfia Murni berpendapat bahwa “Ilmu ekonomi adalah ilmu yang

mempelajari upaya-upaya pengalokasian sumber daya yang tersedia untuk mencapai kepuasan atau kemakmuran masyarakat. Aktivitas ekonomi meliputi

produksi, konsumsi, dan pertukaran”.51

Sedangkan menurut Abdul Aziz Wahab

dkk, “Ilmu ekonomi adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hidup bermasyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan

untuk mencapai kemakmuran”.52

49

Abdul Aziz Wahab, Konsep Dasar IPS (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), Cet. II, h. 6.2

50

Frista Artmanda Widodo, Kamus Istilah Ekonomi, (Jombang: Lintas Media), h. 114

51

Asfia Murni, Ekonomi Makro, (Bandung: PT Refika Aditama, 2006), Cet. 1, h. 1

52


(49)

32

Berdasarkan definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kemakmuran hidup seseorang akan tercapai apabila semua kebutuhan hidupnya terpenuhi atau tercukupi. Untuk iru, orang harus melakukan tindakan-tindakan atau pengorbanan, baik berupa tenaga, waktu, maupun materi (uang). Misalnya, untuk memenuhi kebutuhan makan orang harus memperoleh beras, dan beras hanya bisa diperoleh dengan cara melakukan kegiatan pertanian atau membelinya dengan mengorbankan sejumlah uang.

Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa tanpa melakukan tindakan-tindakan atau pengorbanan, seseorang tidak akan dapat mencukupi kebutuhan serta mencapai kemakmuran hidup. Hidup makmur merupakan dambaan setiap manusia. Orang giat bekerja dengan pengorbanan waktu dan tenaga agar penghasilannya meningkat sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini dilakukan dalam upaya mencapai kemakmuran. Orang akan dikatakan makmur apabila sebagian besar dari kebutuhannya dapat terpenuhi. Setiap suatu kebutuhan terpenuhi akan tercapai kepuasan, dan kepuasan sifatnya hanya sementara karena akan muncul kebutuhan baru yang menghendaki pemenuhan. Maka tanpa pengendalian diri manusia akan menjadi serakah selalu ingin memuaskan kebutuhan dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain, bahkan dapat merugikan orang banyak.


(50)

D. Kerangka Berpikir

Bagan 2.1

Dari mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain dan kemampuan membina hubungan akan menciptakan kecerdasan emosional yang mendukung proses belajar siswa sehingga hasil belajar yang didapat

akan maksimal.

E. Hipotesis Penelitian

Untuk menguji ada tidaknya hubungan antara variabel X (kecerdasan emosional) dengan variabel Y (hasil belajar) maka dalam hal ini penulis akan mengajukan hipotesis sebagai berikut:

Hipotesa Alternatif (Ha) : Terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar siswa.

Hipotesa Nihil (Ho) : Tidak terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar siswa.

MENGENALI

EMOSI DIRI

MENGELOLA

EMOSI

MEMOTIVASI

DIRI SENDIRI

MENGENALI

EMOSI ORANG

LAIN

MEMBINA

HUBUNGAN

KECERDASAN

EMOSIONAL

HASIL

BELAJAR


(51)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Darussalam yang berlokasi di Ciputat Tangerang Selatan. Adapun waktu yang diperlukan dalam penelitian ini adalah mulai bulan Mei sampai bulan September 2013.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan skala kecerdasan emosional dan metode angket.

Adapun yang dimaksud dengan variabel bebas (independen) adalah merupakan “variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Karena itu variabel ini sering disebut variabel pengaruh sebab fungsinya mempengaruhi variabel lain, jadi secara bebas berpengaruh terhadap variabel lain”.53 Dalam hal ini, yang menjadi variabel bebasnya adalah kecerdasan emosional.

Sedangkan yang dimaksud variabel terikat (dependen) adalah merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Menurut fungsinya variabel ini dipengaruhi oleh variabel lain, maka sering

53

Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung: Alfabeta, 2011)


(52)

disebut juga variabel terpengaruh. Variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah “totalitas objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuhan dan benda yang mempunyai kesamaan sifat”.54 Populasi juga bermakna sebagai sekelompok orang yang mempunyai ciri-ciri yang sama.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diselidiki atau dapat juga dikatakan bahwa sampel adalah “populasi dalam bentuk mini (miniatur population)”.55 Sampel yaitu sekelompok kecil dari tiap orang yang terlibat dalam penelitian. Sampel diambil dari populasi dengan menggunakan teknik random bertujuan.

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Darussalam Ciputat. Dan metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik pengambilan cluster random sampling apabila kita menyeleksi anggota sampel dalam kelompok dan bukan menyeleksi individu-individu secara terpisah. Berarti dengan teknik pengambilan sampel perkelompok, bukan individu. Dalam hal ini, dari 3 kelas dilakukan random sehingga peneliti mendapatkan dua kelas, yaitu kelas X1 dan X3 yang berjumlah 40 orang.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu:

1. Variabel X sebagai Variabel Bebas (Independent Variable), yaitu kecerdasan emosional siswa.

2. Varibel Y sebagai Variabel Terikat (Dependent Variable), yaitu hasil belajar ekonomi.

54

Musfiqon, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Pustakaraya, 2012) Cet. 1,

h.89

55

Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: PT


(1)

Nama NIi\4 Jurusan Judul

LEMBAR

UJI REFF,"RENSI

Wahyu Nur Ramadhona 10701 s001379

Pendidikan IPS

"Hubungan kecerdasan emosional riengan hasil belajar pacia mata pelajaran ekonomi di kelas

X

SMA Darussalam Ciputat Tangerang Selatan"

No Referensi Paraf

Lawrence

E.

Shapiro, Mengajarkan

Emational

Intellegence

Pada Anak,

(Jakarta:

PT

Grarnedia Pustaka Utama, 2001)

2 Airlr'ar

Arifin,

Ju{emahami Paradignut Baru Pendidikan Nusional

Dalant

Llndang-Undcng SisCihtas, (Jakarta:

Departemen

Agarna

RI

Direktorat

Jenderal Kelembagaan Agama lslam, 2003)

J Ar,v Ginanjar Agustian, F.altnsict Sttkses l.{eniltangun Kecerdasan Enrcsional Dan Spiritnal ESQ Emotional

Spiritual

Quotient Berdcwarkan 6

Ruktn

Inwrr Dan 5 Rukutl lslant, (Jakarta: Arga Publishing, 2001)

4 Daniel Goleman, Entotional Intellegence, (Jakarla: PT Grarnedia Pustaka, 1997) Cet. I

5

Mirhammad Muhyidin,

Mcmujemen

ESO

Poy,er,

(Jogakarla:

DIVA

Press, 2A07)

6

Triantoro

Safatra

dan

Nofrans

Eka

Saputra,

Manajemen

Ernosi

Sebualt Panduan

Cerdas

Bagaintana tr{ettgelola Entosi

Positif

Dalant

Eidup Anda, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009)

Nana

Sudjana,

Penilaian

Hasil

Proses

Belajar Mengaiar, (Bandung:

PT

Remaia Rosdakarya, 2009)


(2)

Cet. 1

8

S.

ldargono, Mctcdologi Penelitian

Pendidikan,

(Jakarta: Rineka Cipta, 2010) --kt---a

-/

9 Musfi qon, Me tadolo gi P e ne litian P e ndidikan, (Jakarta:

PT Prestasi Pustakaraya, 2012)

?L.-\/z"

-/

10

Zainal

Arifin,

Penelitian

Pendidikan

Metode

dan

Paradignta Bartt, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011)

'';,

*''L.-- '*'

n4 t'

ll

Nety

Hartati

dkk,

lslam dan

Psikologi,

(Ciputat

Tangerang: UIN Jakarta Press, 2003)

/:?tu-""4

/y'

I2

M.

Alisuf

Sabri, Pengantql

Psikologi

Umum dan

Perkembangaiz, (Jakarta: Pedoman

llmu

Jaya, 2006) Cet. I

t3

Agus

Nggennanto, Quantum

Quotient,

(Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia, 2001 )

t4

Mulyono

Abdurrahman,

Pendidikan

Bagi

Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999) Cet. I

1i

Sanapiah

Faisal, Fannat-format Penelitian

Scsial, (Jakarta: PT Rajarvali Pers. 2008)

l6

Mahnrud, Melode Penelitian Pendidikan, (Bandung,

CV Pustaka Setia, 2011)

*:5-t1

Ahrrrad

Sofyan

dkk,

Et'eluasi

Pembelajaran IPA Berbasis Kompeiensi, (Ciputat Tangerang: UIN Jakarta

Press. 20Aq Cet. 1

t5 Sugiyono,

l{etccie Penelilian Kuantitatif, Kualitatif

cl an Ko m b ina s i, (B andung, A lfabeta, 20 l L)

//4

--?---Y

i9

Husairri Usrnan

dan

Purnomo Setiady

Akbar,

Pengattar

Statistika, (Jakarta:

Bumi

Aksara, 2008) Cet.2

2A

Arras

Sudijono, Pengantar Statistik

Pendidikan


(3)

2t

Suharsono, It'fencerdaskan

Anak, (Depok:

Inisiasi Press, 2005) Cet. 1

22 Robert

K.

Cooper dan Ayman Sawaf, Executive EQ Kecerdasan Emosional

Dalant

Kepenimpinan

dan Organisasi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 2000) 23

Jeanne Segal, Melejitknn

Kepekaan

Entosional,

(Bandung: Kaifa,2000) Cet. I

_--L-:a"

z+ Ngalirn Punvanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Rernaja Rosda Karya, 2003)

25

Alisuf

Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996)

26 Oernar

Hamalih

Proses Belajar Mengajar, @andung: Bumi Aksara, 2006)

27 Syamsu

Yusuf,

Psikalogi Perkembangcn

Anak

dan Renrcja @andung: Rosda Karya)

28 Suharsono, Akselerasi Intelegensi

:

Optimalkan IQ, EQ dan SQ (Depok: Inisiasi Press, 2A04)

29 Suharsimi

Arikunto,

|rfanajenrcn Pengajaran Secara Mantrsiawi (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990) Cet. 12

Jakarla, 11 Februari 2014 Penguji Referensi,

Dr. hvan Punvanto. It{. Pd


(4)

Februari 2013

No:

Lamp

:

Hal

:

Istimewa

1 (Satu)

Pengajuan Proposal Shripsi Kepada Yang Terhormat Ketua Jurusan Pendidikan IPS

Fakultas

Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan

Nama

NIM

Semester Jurusan Fakultas

ajukan,

semoga

Bapak/Ibu Dosen

berkenan perhatian

dan

bantuan

Bapak/Ibu

Dosen, saya

Pemohon,

,(b

Wahvu

Nur

Ramadhona Mengetahui,

emik, Seminar Proposal Skripsi

4

-4

Prof.

Dr.

Rusmin

Tumanggor

Drs. FI.

Nurrochim"

MM

Dr. Iwan

Purwanto, M.Pd

NIP:

194701141965101001

NIP:

195907151984031003

NIP:

197304242008011012

Universitas I slam Ne g eri Syarif Hiday

atullallA

Di

Tempat

bt

Assalamualaikunt,

Wn

Wb.

Salam sejahtera

kami

sampaikan, semoga

lindungan

Allah

SWT,

dan selalu sukses dalam menjalankan akti Selanjutnya saya yang bertanda tangan di bawah

ini:

Wahyu Nur Ramadhona 10701 5001 379

XII

(Dua Belas) Pendidikan IPS

Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan

Bermaksud mengajukan

judul

skripsi dengan

judul "I{ubungan

Kecerdasan

Emosional Dengan

l{asil

Belajar

Siswa

Pada

Mata

Pelajaran Ekonomi Di

Kelas

X

SMA

Darussalam

Ciputat

Tangerang Selatan".

Disusun oleh

Wahyu

Nur

Ramadhona,

sebagai perlimbangan,

berikut

saya lampirkan proposal skripsi berupa outline dan datar pustaka sementara.

Dengan demikian

ini

saya menerima

judul

skripsi

ini.

Atas mengucapkan terima kasih.

[4/ a s s al amu' al ai kunt Vt/r. Wb


(5)

KEMENTERIAN AGAMA UIN

JAKARTA

FITK

Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 lndonesia

FORM

(FR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD-081

Tgl.

Terbit :

1 Maret 2010

No.

Revisi: :

01

Hal 1t1

SURAT BIMBINGAN

SKRIPSI

Nomor Lamp. Hal

:

: Satu berkas Proposal : Bimbingan Skripsi

Kepada Yth

Ka. Subbag Akadernik dan Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di

Tempat

Assalamu'alaikum wr. wb.

Yang bertandatangan di bawah ini :

Jakarta,25 Maret2013

Nama

NIM

Jurusan/Prodi

Semester

Pembimbing 1

Pembimbing 2

Drs. H. Nurochim M. Pd NrP.19590715 198403 1 003 Tembusan:

1.

Dekan

FITK

2.

Mahasiswa ybs.

Wahyu Nur Ramadhona 107015001379

IPS/EKONOMI

XII

(dua belas)

Dengan

ini

mengajukan permohonan surat bimbingan skripsi sebagai salah satu syarat menyelesaikan progam SI (Strata

l)

UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun judul

skripsi yang

diajukan adalah

:

"HUBUNGAN

KECERDASAN

EMOSIONAL DENGAN

HASIL

BELAJAR PADA

MATA

PELAJARAN

EKONOMI

KELAS

X

DI

SMA DARUSSALAM CIPUTAT TANGERANG

SELATAN"

Dosen Pembimbing Skripsiyang diusulkan :

Sebagai bahan pertimbangan saya lampirkan proposal .

Demikian permohonan ini saya sampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Wassalamu' alaikum wr, wb.

Pemohon

,Y/L

: Dr. Iwan Purwanto, M, Pd

:...

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu ngetahuan Sosial


(6)

SVTA

DA$aKJSSALAM

STATUS

:

TER.AKI{trDITASI ''A"

IZIN

KANWIL

NO. '779IIAUI(EPlBl87 NSS : 30228i!310010 NDS : 040540C6 NIS : 300060 Jl. Otista

No.

36

Cimanggis

-

Ciputat,

Kota

Tangcrang

Selatan

Telp.

(021) 70631490

E-mail

: smadarussalarnciputat@yahoo.co.id Web.

http

:/

/20603785.siap-sekoiah.com

SURAT

KETERANGAI\

Nomor :

I 5 4 I I 46 I

SMA-D/VIII1Z}

13

Yang bertanda tangan

di

ba',vah

ini

Kepala Sekolah Menengah Atas

(SMA)

Darussalam Ciputat Kota Tangerang Seiatan

-

Banten, menerangkan dengan sesungguhnya bahwa:

Nama

NIM

.lurusan

:

Wahyu

Nur

Ramadhona

:

107015001379

:

Pips Ekonomi

Nama tersebut

di

atas adaiah benar

telah

melaksanakan penelitian Tugas

Akhir

dengan judr"rl "Hubungan kecerdasan emosional dengan hasil belajar pada rnata pelajaran Ekonomi

di

kelas X (sepLrluh)

SMA

Darussalaii.i Ciputat" dari tanggal 20

Mei

s.d 31

Mei

2013.

Deniikianlah surat keterangan

ini

kan-ri buat agar dapat ciipergunakan sebagaimana mestinya.

2013

6#

UH

o- I crcnM

e1ffi

Agustus