10 ppt dr marzuki mengembangkan bahan ajar berwawasan gender compatibility mode
PENGEMBANGAN BAHAN
AJAR BERWAWASAN
GENDER
Dr. Marzuki
PSW-UNY
PENGERTIAN GENDER
Pandangan Masyarakat tentang perbedaan
peran, status, dan citra antara laki-laki
dan perempuan yang merupakan hasil
konstruksi sosial budaya atau yang lainnya
yang dapat berubah sesuai dengan
perkembangan zaman.
PERAN, STATUS, dan CITRA
GENDER
PERAN GENDER: diasumsikan dengan peran laki-laki dan
perempuan. Peran laki-laki pada sektor publik dan
perempuan berperan di sektor domestik.
STATUS GENDER: laki-laki digambarkan sebagai seorang
pemimpin dalam keluarga, pengambil kebijakan/
keputusan, dan urusan publik, sedangkan perempuan
dikonstruksikan seperti pendidik anak, dan urusan
domestik.
CITRA GENDER: pelabelan yang diberikan masyarakat
kepada laki-laki maupun perempuan seperti tegas,
pemberani, dan kuat untuk laki-laki, sedangkan lemah
lembut, emosional, dan manja untuk perempuan.
HASIL PENELITIAN
Logsdon(1985)
Astuti, Indarti, dan Sasriani
Menemukan bahwa buku-buku teks
Sekolah Dasar untuk pelajaran Bahasa
Indonesia maupun pelajaran lain memuat
isi yang bias gender yang memilahkan
peran laki-laki dan perempuan.
KRITERIA BIAS GENDER
Mendasarkan pada indikator :
1. Sifat maskulin-feminin.
2. Pembagian kerja sektor publik dan
domestik.
3. Posisi subordinasi dan dominasi.
ARAH KEBIJAKAN MUTU DAN
RELEVANSI
1. MENYEMPURNAKAN KURIKULUM DAN
MEMPERBAIKI BAHAN AJAR YANG LEBIH
RESPONSIF GENDER.
2. MENINGKATKAN KUALITAS TENAGA
PENDIDIK AGAR MEMILIKI PEMAHAMAN
YANG MEMADAI MENGENAI MASALAH
GENDER.
INDIKATOR
MATERTI BAHAN AJAR BELUM RESPONSIF
GENDER.
KEMUNGKINAN BESAR DISEBABKAN:
PENULIS LAKI-LAKI MENDOMINASI
PEMBUATAN BUKU AJAR DARI SDSMA/SMK (BUKU SD=78,6%, SMP=81,9%
dan SMA/SMK=83,42%.
CONTOH KASUS
BUKU BAHASA JAWA YANG UNTUK
SISWA SD DI DIY MASIH BIAS GENDER.
PERAN DOMESTIK UNTUK IBU DAN
PERAN PUBLIK UNTUK BAPAK.
“IBU NGASAH PESO KANGGO MANGSAK”
“PAK SUTAR DADI KUSIR DHOKAR”
CONTOH KASUS
BUKU PKN UNTUK SISWA SD KELAS 3 YANG
BERJUDUL “KERJA SAMA DALAM KELUARGA”
(Terbitan Grassindo) CUPLIKAN TEKS NYA SBB:
BONI (anak laki-laki) MEMBANTU MENYAPU DAN
MENGEPEL LANTAI. SELURUH ANGGOTA
KELUARGA BEKERJA SAMA.
ISI TEKS MENUNJUKAN BAHWA LAKI-LAKI
MAUPUN PEREMPUAN PUNYA PERAN YANG
SAMA.
KIAT MENULIS BAHAN AJAR
BERWAWASAN GENDER
1. KEBIJAKAN YANG DIRUMUSKAN
BERWAWASAN GENDER.
2. RUMUSAN KURIKULUM BERPERSPEKTIF
GENDER BAIK SECARA EKSPLISIT MAUPUN
IMPLISIT.
3. PENULIS HARUS SENSITIF GENDER.
4. PELATIHAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG
BERPERSPEKTIF GENDER BAGI PENULIS.
5. DST …….
SAMPAI DI SINI DULU
AJAR BERWAWASAN
GENDER
Dr. Marzuki
PSW-UNY
PENGERTIAN GENDER
Pandangan Masyarakat tentang perbedaan
peran, status, dan citra antara laki-laki
dan perempuan yang merupakan hasil
konstruksi sosial budaya atau yang lainnya
yang dapat berubah sesuai dengan
perkembangan zaman.
PERAN, STATUS, dan CITRA
GENDER
PERAN GENDER: diasumsikan dengan peran laki-laki dan
perempuan. Peran laki-laki pada sektor publik dan
perempuan berperan di sektor domestik.
STATUS GENDER: laki-laki digambarkan sebagai seorang
pemimpin dalam keluarga, pengambil kebijakan/
keputusan, dan urusan publik, sedangkan perempuan
dikonstruksikan seperti pendidik anak, dan urusan
domestik.
CITRA GENDER: pelabelan yang diberikan masyarakat
kepada laki-laki maupun perempuan seperti tegas,
pemberani, dan kuat untuk laki-laki, sedangkan lemah
lembut, emosional, dan manja untuk perempuan.
HASIL PENELITIAN
Logsdon(1985)
Astuti, Indarti, dan Sasriani
Menemukan bahwa buku-buku teks
Sekolah Dasar untuk pelajaran Bahasa
Indonesia maupun pelajaran lain memuat
isi yang bias gender yang memilahkan
peran laki-laki dan perempuan.
KRITERIA BIAS GENDER
Mendasarkan pada indikator :
1. Sifat maskulin-feminin.
2. Pembagian kerja sektor publik dan
domestik.
3. Posisi subordinasi dan dominasi.
ARAH KEBIJAKAN MUTU DAN
RELEVANSI
1. MENYEMPURNAKAN KURIKULUM DAN
MEMPERBAIKI BAHAN AJAR YANG LEBIH
RESPONSIF GENDER.
2. MENINGKATKAN KUALITAS TENAGA
PENDIDIK AGAR MEMILIKI PEMAHAMAN
YANG MEMADAI MENGENAI MASALAH
GENDER.
INDIKATOR
MATERTI BAHAN AJAR BELUM RESPONSIF
GENDER.
KEMUNGKINAN BESAR DISEBABKAN:
PENULIS LAKI-LAKI MENDOMINASI
PEMBUATAN BUKU AJAR DARI SDSMA/SMK (BUKU SD=78,6%, SMP=81,9%
dan SMA/SMK=83,42%.
CONTOH KASUS
BUKU BAHASA JAWA YANG UNTUK
SISWA SD DI DIY MASIH BIAS GENDER.
PERAN DOMESTIK UNTUK IBU DAN
PERAN PUBLIK UNTUK BAPAK.
“IBU NGASAH PESO KANGGO MANGSAK”
“PAK SUTAR DADI KUSIR DHOKAR”
CONTOH KASUS
BUKU PKN UNTUK SISWA SD KELAS 3 YANG
BERJUDUL “KERJA SAMA DALAM KELUARGA”
(Terbitan Grassindo) CUPLIKAN TEKS NYA SBB:
BONI (anak laki-laki) MEMBANTU MENYAPU DAN
MENGEPEL LANTAI. SELURUH ANGGOTA
KELUARGA BEKERJA SAMA.
ISI TEKS MENUNJUKAN BAHWA LAKI-LAKI
MAUPUN PEREMPUAN PUNYA PERAN YANG
SAMA.
KIAT MENULIS BAHAN AJAR
BERWAWASAN GENDER
1. KEBIJAKAN YANG DIRUMUSKAN
BERWAWASAN GENDER.
2. RUMUSAN KURIKULUM BERPERSPEKTIF
GENDER BAIK SECARA EKSPLISIT MAUPUN
IMPLISIT.
3. PENULIS HARUS SENSITIF GENDER.
4. PELATIHAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG
BERPERSPEKTIF GENDER BAGI PENULIS.
5. DST …….
SAMPAI DI SINI DULU