JURNAL Skripsi Tentang Analisis Hasil

ANALISIS PENGARUH FRAGMENTASI HASIL PELEDAKAN TERHADAP
DIGGING TIME BACKHOE PC2000 PENGGALI MATERIAL PELEDAKAN
DI ROOF A1 PIT MUARA TIGA BESAR UTARA PT PAMAPERSADA
NUSANTARA DISTRIK TANJUNG ENIM SUMATERA SELATAN
ANALYSIS OF BLASTING FRAGMENTASION TOWARD THE DIGGING
TIME OF BACKHOE PC2000 BLASTED MATERIALS DIGGER AT ROOF
A1 PIT MUARA TIGA BESAR UTARA PT PAMAPERSADA NUSANTARA
TANJUNG ENIM DISTRICT SOUTH SUMATERA
Fadhil Muhsin Wijaya1, Djuki Sudarmono2, Bochori3
Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya
Jl. Raya Palembang-Prabumulih Km.32 Inderalaya Sumatera Selatan, Indonesia
Email : fadhilmuhsinwijaya@yahoo.com
1,2,3

ABSTRAK
PT Pamapersada Nusantara adalah perusahaan yang bergerak dalam bisnis mining and earthmoving contractor dan
mempunyai perjanjian kontrak kerja dalam penambangan batubara di Tanjung Enim dengan PT Bukit Asam (Persero)
Tbk. Aktivitas peledakan merupakan salah satu metode pemberaian overburden yang kemudian hasil peledakan akan
digali muat dan diangkut oleh alat mekanis. Digging time maksimun untuk backhoe PC2000 penggali material peledakan
dinyatakan baik apabila digging time kurang dari 12 detik, tetapi pada aktual di lapangan digging time rata-rata backhoe
PC2000 di roof A1 pit Muara Tiga Besar Utara sebesar 12,20 detik. Digging time backhoe PC2000 yang melebihi standar

digging time untuk material peledakan disebabkan oleh fragmentasi hasil peledakan di roof A1 pit Muara Tiga Besar
Utara (MTBU) berukuran bongkah besar (boulder) yang memiliki ukuran ≥100 cm dikarenakan dapat mengganggu
kegiatan penggalian alat gali muat backhoe PC2000. Fragmentasi material hasil peledakan sangat dipengaruhi oleh
geometri peledakan dan jumlah isian bahan peledak. Cara yang paling efektif untuk mengurangi digging time backhoe
PC2000 penggali material peledakan di roof A1 Pit Muara Tiga Besar Utara (MTBU) adalah perancangan ulang
geometri peledakan dan memodifikasi isian bahan peledak. Pada uji coba di lapangan dan teori para ahli didapatlah
rancangan ulang geometri peledakan burden 5,20 meter, spasi 5,98 meter, subdrilling 0,5 meter, kedalaman lubang ledak
7,5 meter. Jumlah isian bahan peledak untuk kedalaman lubang ledak 7,50 meter adalah 48,38 kilogram tetapi
rekomendasi maksimum penggunaan bahan peledak dari customer adalah 45 kilogram perlubang sehinggi kolom isian
bahan peledak dimodifikasi menggunakan air decking.
Kata kunci: Digging time, Fragmentasi Hasil Peledakan, Geometri Peledakan, Air Decking

ABSTRACT
PT Pamapersada Nusantara is a company based on mining and earthmoving contractors business and has coal mining
work contract with PT Bukit Asam (Persero) Tbk in Tanjung Enim. Blasting activity is one of the overburden demolition
method so that the blasting result will be loaded and transport by mechanical equiment. Maximum digging time for
backhoe PC2000 blasted material digger is called good if it is not more than 12 seconds, but the actual average digging
time for backhoe PC2000 on roof A1 pit Muara Tiga Besar Utara is 12,20 seconds. Over the standard digging time is
caused by blasting fragmentation at roof A1 pit Muara Tiga Besar Utara (MTBU) being a boulder-sized that has more
than 100 cm wide that can disturb the digging activity of backhoe PC2000. Blasted material fragmentations are influenced

by blasting geometry and the amounts of explosives. Th emost effective way to reduce the digging time backhoe PC2000
blasted material digger at roof A1 pit Muara Tiga Besar Utara (MTBU) is redesigning the blasting geometry burden
5,20 meter, space 5,98 meter, subdrilling 0,5 meter, the depth of blast hole 7,5 meter. The amount of explosive for
7,5 meter blast hole is 48,38 kilogram but the recommendation from the customer in 45 kilogram per hole so that the
explosives collumn modified using air decking.
Keyword : Digging Time, Blasted Fragmentation, Blasting Geometry, Air Decking.

1. PENDAHULUAN
PT Pamapersada Nusantara adalah perusahaan yang bergerak dalam bisnis mining and earthmoving contractor dan
mempunyai perjanjian kontrak kerja dalam penambangan batubara di Tanjung Enim dengan PT Bukit Asam (Persero)
Tbk. Sistem penambangan yang diterapkan oleh PT Pamapersada Nusantara adalah sistem tambang terbuka. Kegiatan
yang dilakukan pada setiap wilayah kerja dimulai dari tahapan awal yaitu pembersihan lahan (land clearing), pengupasan
top soil, pengupasan overburden, penggalian batubara, pengangkutan overburden dan batubara serta dumping overburden
dan batubara. PT Pamapersada Nusantara dalam melakukan pemberaian overburden menggunakan dua metode yaitu
dengan ripping-dozzing dan drilling-blasting. Aktivitas peledakan merupakan salah satu metode pemberaian overburden.
Fragmentasi hasil aktivitas peledakan selanjutnya akan digali muat dan diangkut oleh alat mekanis. Digging time
maksimun untuk backhoe PC2000 penggali material peledakan dinyatakan baik apabila digging time kurang dari 12 detik.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah (1) mengetahui aktivitas peledakan di roof A1 pit Muara Tiga Besar Utara
(MTBU), (2) menganalisis fragmentasi hasil peledakan di roof A1 pit Muara Tiga Besar Utara (MTBU), (3) mengetahui
dan menganalisis digging time backhoe PC2000 penggali material peledakan di roof A1 pit Muara Tiga Besar Utara

(MTBU), dan (4) mengkaji upaya untuk mengurangi digging time backhoe PC2000 penggali material peledakan di roof
A1 pit Muara Tiga Besar Utara (MTBU) dengan memberi usulan rancangan geometri peledakan dan modifikasi keadaan
kolom isian bahan peledak.
Aktivitas pengeboran dilakukan untuk membuat lubang ledak dengan diameter dan kedalaman tertentu yang digunakan
untuk memasukan bahan peledak. Berdasarkan letak lubang bor maka pola pengeboran dibagi menjadi dua pola dasar
yaitu pola pengeboran sejajar (paralel pattern) dan pola pengeboran selang seling (staggered pattern) [1]. Aktivitas
peledakan dinyatakan berhasil dengan baik pada kegiatan penambangan apabila fragmentasi material hasil peledakan
berukuran merata dengan sedikit bongkah besar (boulder) [2].
Proses pemecahan batuan akibat dari aktivitas peledakan terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap pertama pembebanan
dinamik dimana ketika bahan peledak meledak tekanan tinggi yang ditimbulkan akan menghancurkan batuan di daerah
sekitar lubang ledak, tahap kedua pembebanan kuasi-statik dimana terjadi rekahan-rekahan (primary failure cracks)
karena tegangan tarik yang cukup kuat sehingga menyebabkan terjadinya pecahan batuan (spalling) pada bidang bebas,
dan tahap ketiga pelepasan beban dimana pengaruh tekanan sangat tinggi dari gas-gas hasil peledakan maka rekahan
radial utama pada tahap kedua akan diperbesar secara cepat oleh efek kombinasi dari tegangan tarik yang disebabkan
kompresi radial dan pembajian (pneumatic wedging) [2].
Fragmentasi hasil peledakan yang baik merupakan tujuan dari aktivitas peledakan dikarenakan hasil peledakan
menentukan produktivity alat mekanis selanjutnya yang dilihat dari waktu penggalian (digging time) alat mekanis yang
akan menggali material peledakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi fragmentasi hasil peledakan antara lain geometri
peledakan, distribusi bahan peledak, dan sistem waktu tunda (delay). Aktivitas peledakan memiliki tujuh standar dasar
geometri peledakan yaitu burden, spacing, stemming, subdrilling, kedalaman lubang ledak, panjang kolom isian dan

tinggi jenjang [1]. Burden merupakan jarak tegak lurus terpendek antara lubang ledak yang diisi bahan peledak dengan
free face atau arah lemparan batuan hasil peledakan. Spasi adalah jarak antara lubang ledak yang satu dengan lubang
ledak yang lainnya dalam satu baris. Nilai spasi agar menghasilkan fragmentasi optimum dan energi optimun diperoleh
dengan menggunakan persamaan berikut [3]:
Spasi = 1,15 × Burden

(1)

Pengukuran distribusi fragmentasi hasil peledakan adalah salah satu aspek penting dalam evaluasi efisiensi aktivitas
peledakan. Beberapa metode yang digunakan dalam mengukur distribusi fragmentasi peledakan salah satunya adalah
dengan menggunakan metode analisis gambar digital. Metode analisis gambar digital termasuk kedalam metode tidak
langsung [4]. Teknik pengukuran fragmentasi hasil peledakan menggunakan metode analisis gambar digital dapat
dilakukan dengan bantuan software split dekstop. metode analisis gambar digital membutuhkan gambar fragmentasi
hasil peledakan sebagai objek dalam melalukan analisis. Terdapat dua metode dalam pengambilan gambar digital yang
dapat digunakan yaitu metode sistematis dan random [5].
Air decking merupakan istilah yang digunakan untuk ruang kosong yang terdapat pada lubang ledak yang telah diisi
bahan peledak. Air decking bertindak sebagai regulator, yang menyimpan energi dan kemudian di lepaskan dalam getaran
terpisah. Pertama, energi ditahan berubah menjadi energi kinetik, mendorong produk peledakan menjadi gerakan yang
cepat, dan kemudian energi kinetik ini disampaikan ke massa batuan pada tabrakan dalam bentuk energi regangan dan
disipasi elastis [6]. Tekanan detanosi akibat gelombang kejut propagasi dari ledakan produk dalam lubang ledak dengan


air decking diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut [7]:
Po = Pe (

)

(2)

Keterangan:
Po = Tekanan detonasi akhir (MPa)
Pe = Tekanan detonasi awal (MPa)
L1 = Panjang air decking (m)
L2 = Panjang kolom isian bahan peledak (m)
Waktu penggalian (digging time) dipengaruhi dari keadaan material yang akan digali. Waktu penggalian (digging time)
merupakan salah satu variabel dari waktu edar (cycle time). Waktu edar (cycle time) adalah total waktu satu siklus yang
diperlukan alat mekanis untuk melakukan kegiatan produktivitas [8].

2. METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di PT Pamapersada Nusantara Distrik Tanjung Enim dengan waktu penelitian dimulai pada tanggal
25 Januari 2017 dan berakhir pada tanggal 13 April 2017. Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi studi literatur,

pengambilan data, pengolahan data dan analisis data.
Studi literatur yang dilakukan adalah mempelajari literatur-literatur yang ada baik berupa text book ataupun berbagai
referensi berupa laporan penelitian dan jurnal yang berhubungan dengan aktivitas peledakan, geometri peledakan,
fragmentasi hasil peledakan, dan air decking.
Pengambilan data yang dibutuhkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer yang dibutuhkan berupa
data geometri peledakan didapatkan dari hasil pengukuran dengan meteran di lapangan secara langsung di roof A1 pit
Muara Tiga Besar Utara (MTBU), data fragmentasi hasil peledakan didapatkan dari hasil pengambilan foto dengan
kamera di lapangan secara langsung di roof A1 pit Muara Tiga Besar Utara (MTBU), dan data cycle time alat gali muat
didapatkan dari hasil pengukuran dengan stopwatch di lapangan secara langsung di roof A1 pit Muara Tiga Besar Utara
(MTBU). Data sekunder yang dibutuhkan berupa data peta sequence penambangan pit Muara Tiga Besar Utara (MTBU),
data standar digging time untuk PC2000 penggali material peledakan, data spesifikasi bahan peledak, peralatan serta
perlengkapan peledak, dan data spesifikasi alat mekanis.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software yang mendukung dan beberapa rumus yang didapat dari
literatur. Langkah-langkah pengolahan data adalah (1) menghitung rata-rata digging time backhoe PC2000 yang dibuat
dengan software microsoft excel, (2) menghitung rata-rata burden dan spasi pada bulan Februari 2017 di roof A1 pit
Muara Tiga Besar Utara (MTBU) yang dibuat dengan software microsoft excel, (3) menghitung fragmentasi hasil
peledakan yang dibuat dengan software split desktop, dan (4) nenghitung tekanan detonasi total setalah penambahan air
decking kedalam lubang ledak yang dibuat dengan software microsoft excel.
Tahapan selanjutnya adalah analisis data yang dilakukan setelah pengolahan data primer dari hasil pengamatan di
lapangan dan data sekunder dari beberapa sumber. Langkah-langkah analisis data adalah (1) menganalisis digging time

backhoe PC2000 penggali material peledakan aktual di roof A1 pit Muara Tiga Besar Utara (MTBU) apakah sesuai
dengan standar digging time untuk material peledakan, (2) menganalisis fragmentasi hasil peledakan apakah memiliki
ukuran ≥100 cm dikarenakan dapat mengganggu kegiatan penggalian alat gali muat backhoe PC2000, (3) menganalisis
geometri peledakan aktual apakah sudah sama dengan geometri peledakan seharusnya yang berlandaskan dari teori-teori
tentang geometri peledakan, dan (4) mengalisis jumlah bahan peledak perlubang aktual apakah sudah sama dengan jumlah
bahan peledak perlubang seharusnya.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Aktivitas Peledakan
Pola pengeboran di roof A1 pit Muara Tiga Besar Utara (MTBU) adalah pola zigzag (staggered pattern) (Gambar 1)
yaitu pola pengeboran yang penempatan lubang ledaknya secara selang seling setiap kolomnya. Pola peledakan di roof
A1 pit Muara Tiga Besar Utara (MTBU) menggunakan pola peledakan box cut (Gambar 2) yang arah runtuhan material
ledakannya membentuk kotak. Aktivitas peledakan pada bulan Februari 2017 hanya 12 kali dilakukan dikarenakan

ketersedian working blast geometri belum ideal sehingga peledakan tidak dapat berlangsung secara continue.
Ketersediaan working blast geometri merupakan faktor yang penting dalam aktivitas peledakan. Working blast geometri
yang ideal untuk aktivitas peledakan harus memiliki tiga lokasi yaitu loading today, blast today dan drill today
(Gambar 3). Geometri peledakan rencana memiliki nilia burden 7,00 meter dan spasi 8,00 meter sedangkan geometri
peledakan aktual memiliki nilia burden 7,11 meter dan spasi 8,10 meter. Bahan peledak yang digunakan di roof A1 pit
Muara Tiga Besar Utara (MTBU) adalah ammonium nitrat dan fuel oil (ANFO) dengan perbandingan 94,5% AN dan

5,5% FO.

Gambar 1. Pola pengeboran zigzag

Gambar 2. Pola peledakan box cut

Gambar 3. Working blast geometri ideal

3.2. Fragmnetasi Hasil Peledakan
Fragmentasi hasil peledakan di roof A1 pit Muara Tiga Besar Utara (MTBU) dikatakan berukuran bongkah besar
(boulder) apabila memiliki ukuran ≥100 cm dikarenakan dapat mengganggu kegiatan penggalian alat gali muat backhoe
PC2000. Fragmentasi hasil peledakan akan dianalisis dan dihitung mengunakan software split desktop. Data dari software
split desktop menunjukan Fragmentasi hasil peledakan di roof A1 pit Muara Tiga Besar (MTBU) memiliki ukuran
≥100 cm dengan persentase 18,16% di roof A1 Utara, 21,94% di roof A1 Selatan serta 13,80% di roof A1 Timur.
Fragmentasi hasil peledakan di roof A1 pit Muara Tiga Besar Utara (MTBU) yang memiliki ukuran ≥100 cm
menunjukkan bahwa fragmentasi berukuran bongkah besar (boulder) untuk backhoe PC2000.
3.3. Aktivitas Penggalian Material Hasil
Digging time maksimum untuk backhoe PC2000 untuk material peledakan adalah kurang dari 12 detik, apabila melebihi
digging time maksimum maka material hasil peledakan tersebut dikatakan buruk. Digging time backhoe PC2000
(EX1751, EX1758 dan EX1766) penggali material hasil peledakan di roof A1 pit Muara Tiga Besar (MTBU) diambil

langsung di lapangan sebanyak 30 data dengan rata-rata 12,20 detik.
Waktu penggalian (digging time) untuk backhoe PC2000 penggali material hasil peledakan di roof A1 pit Muara Tiga
Besar (MTBU) memiliki digging time yang melebihi standar. Digging time yang melebihi standar ini menyatakan bahwa
material hasil peledakan tersebut buruk atau memiliki fragmentasi yang berukuran bongkah besar (boulder) untuk
backhoe PC2000. Penelitian yang terdahulu mencari hubungan antara fragmentasi hasil peledakan dan digging time
didapatlah nilai korelasi sebesar 0,8647 [9] serta penelitian terdahulu lain didapatlah nilai korelasi sebesar 0,9231 [10].
Nilai korelasi dengan rentang 0,75 – 0,99 menandakan bahwa hubungan dua variabel tersebut sangat kuat [11].
3.4. Upaya Mengurangi Digging Time Backhoe PC2000 Penggali Material Hasil Peledakan
Upaya untuk mengurangi digging time backhoe PC2000 di roof A1 pit Muara Tiga Besar Utara (MTBU) maka harus
dilakukan perancangan ulang geometri peledakan dan memodifikasi isian bahan peledak agar fragmentasi hasil peledakan
yang berukuran bongkah besar (boulder) dapat dikurangi.
Penentuan geometri peledakan usulan berlandaskan uji coba peledakan (signature blasting) di lapangan pada tanggal
27 Maret 2017. Uji coba peledakan dilakukan di lapangan dengan 10 lubang dengan geometri peledakan burden 50 meter
dan spasi 20 meter (Gambar 4). Kedalaman lubang ledak dan isian bahan peledak pada uji coba peledakan (signature
blasting) di lapangan (Tabel 1) memiliki kedalaman dan berat isian bahan peledak yang berbeda-beda. Jumlah bahan
peledak yang berbeda-beda pada setiap lubang ledak bertujuan mengetahui jumlah bahan peledak yang paling efektif
untuk digunakan.

Gambar 4. Signature blasting 27 Maret 2017


Tabel 1. Geometri peledakan signature blasting 27 Maret 2017
No
lubang
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Diameter lubang
ledak (m)
6,75
6,75
6,75
6,75

6,75
6,75
6,75
6,75
6,75
6,75

Kedalaman lubang
ledak (m)
7,60
6,50
7,80
7,70
7,10
7,60
7,80
6,20
7,90
6,10

Isian ANFO
(Kg)
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
60,00
50,00
40,00
30,00
20,00

Isian
ANFO (m)
1,08
1,63
2,17
2,71
3,25
3,25
2,71
2,17
1,63
1,08

Stemming
(m)
6,52
4,87
4,83
4,49
3,85
4,35
5,09
4,03
6,27
5,02

Uji coba peledakan (signature blasting) di lapangan pada tanggal 27 Maret 2017 menunjukan fragmentasi hasil peledakan
yang baik disekitar area pengaruh peledakan terjadi dilubang ledak nomor 8 (Gambar 5) dengan jarak hancur material
hasil peledakan pada lubang ledak nomor 8 sejauh 3 meter (Gambar 6). Ketika bahan peledak akan meledak, tekanan
tinggi yang ditimbulkan akan menghancurkan batuan disekitar area pengaruh peledakan (Gambar 7) [2]. Nilai burden
untuk lapisan roof A1 pit Muara Tiga Besar Utara (MTBU) didapat dari mengukur jarak fracture disekitar area pengaruh
peledakan sehingga nilai burden adalah 5,20 meter (Gambar 8).

Gambar 5. Hasil peledakan lubang ledak nomor 8

Gambar 6. Jarak hancur material akibat peledakan dilubang ledak nomor 8

Gambar 7. Area pengaruh akibat aktivitas peledakan

Gambar 8. Penentuan nilai burden usulan
Penentuan nilai spasi usulan berdasarkan teori para ahli yang menyatakan distribusi maksimal energi akan dihasilkan
dengan rasio spasi sama dengan 1,15 burden pada pola pengeboran staggered pattern [2]. Sehingga nilai spasi usulan
5,98 meter pada lapisan roof A1 pit Muara Tiga Besar Utara (MTBU).
Penentuan nilai subdrilling usulan berdasarkan pengamatan di lapangan dengan mengamati keadaan material dan
kemampuan dozzer. Keadaan material yang akan diledakan termasuk material soft rock yaitu batu lempung (claystone)
sehingga apabila ada tonjolan-tonjolan pada front kerja, dozzer masih bisa untuk merapikannya bersamaan dengan
perbaikan front kerja sehingga mengusulkan nilai subdrilling 0,50 meter pada lapisan roof A1 pit Muara Tiga Besar Utara
(MTBU) sesuai dengan subdrilling rencana.
Kedalaman lubang ledak merupakan penjumlahan dari tinggi jenjang dan subdrilling. Tinggi jenjang maksimum di pit
Muara Tiga Besar Utara (MTBU) yaitu 7 meter sehingga kedalaman lubang ledak pada lapisan roof A1 7,50 meter.
Uji coba peledakan (signature blasting) di lapangan pada tanggal 27 Maret 2017 hasil peledakan yang baik terjadi di
lubang ledak nomor 8. Kedalaman lubang ledak 6,20 meter dan jumlah isian bahan peledak 40 kilogram. Rasio
perbandingan kedalaman lubang ledak dengan jumlah isian (L/PC) sebesar 2,860 sehingga apabila kedalaman lubang
ledak 7,50 meter isian bahan peledak yang baik adalah 48,38 kilogram. Penambahan bahan peledak perlubang tidak bisa
dilakukan karena ketentuan dari costumer PT Bukit Asam (Persero) Tbk, yang hanya merekomendasikan maksimal
45 kilogram bahan peledak perlubang.

Pemakaian air decking usulan didalam lubang ledak bertujuan untuk meningkatkan tekanan detonasi perlubang, tanpa
mengurangi jumlah bahan peledak perlubang sehingga tinggi stemming yang akan berkurang (Gambar 9). Pengaruh
tekanan detonasi akibat penambahan air decking pada lubang ledak tergantung pada panjang air decking yang digunakan
(Tabel 2). Tekanan detonasi akhir setelah keadaan lubang ledak ditambah air decking menunjukan peningkatan.

Gambar 9. Keadaan lubang ledak
Tabel 2. Penggunaan air decking usulan
No
1
2
3
4
5
6
7
8

L
7,50
7,50
7,50
7,50
7,50
7,50
7,50
7,50

PC
2,40
2,40
2,40
2,40
2,40
2,40
2,40
2,40

S
5,10
5,10
5,10
5,10
5,10
5,10
5,10
5,10

AD
0,25
0,50
0,75
1,00
1,25
1,50
1,75
2,00

S’
4,85
4,60
4,35
4,10
3,85
3,60
3,35
3,10

ρ
0,80
0,80
0,80
0,80
0,80
0,80
0,80
0,80

VoD
4.200,00
4.200,00
4.200,00
4.200,00
4.200,00
4.200,00
4.200,00
4.200,00

TD
3.528,00
3.528,00
3.528,00
3.528,00
3.528,00
3.528,00
3.528,00
3.528,00

TD AD
332,83
608,28
840,00
1.037,65
1.208,22
1.356,92
1.487,71
1.603,64

TD’
3.860,83
4.136,28
4.368,00
4.565,65
4.736,22
4.884,92
5.015,71
5.131,64

Keterangan:
L
= Kedalaman lubang ledak (m)
PC
= Isian bahan peledak (m)
S
= Stemming (m)
AD
= Air decking (m)
S’
= Stemming setelah ditambah air decking (m)
ρ
= Densitas bahan peledak (gr/cc)
VoD
= Kecepatan detonasi (m/s)
TD
= Tekanan detonasi awal (MPa)
TD AD = Tekanan detonasi air decking (MPa)
TD’
= Tekanan detonasi akhir setelah ditambah air decking (MPa)
Fragmentasi hasil peledakan yang baik secara visual pada uji coba peledakan (signature blasting) di lapangan pada
tanggal 27 Maret 2017 terjadi dilubang ledak nomor 8. Gambar digital fragmentasi hasil peledakan dilubang ledak
nomor 8 kemudian diolah menggunakan software split desktop. Data dari software split desktop menunjukkan fragmentasi
hasil peledakan di lubang ledak nomor 8 tidak memiliki persentase ukuran ≥100 cm. Fragmentasi hasil peledakan di
lubang ledak nomor 8 yang tidak memiliki persentase ukuran ≥100 cm menunjukkan bahwa fragmentasi hasil peledakan
berukuran baik untuk backhoe PC2000 sehingga waktu penggalian (digging time) backhoe PC2000 dapat dikurangi.

4. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari penelitian yang telah dilakuan adalah sebagai berikut:
1) Aktivitas peledakan di roof A1 pit Muara Tiga Besar (MTBU) pada pola pengeboran menggunakan pola pengeboran
zigzag dan pada pola peledakan menggunakan pola peledakan box cut serta geometri peledakan menggunakan burden
7,11 meter, spasi 8,10 meter, subdrilling 0,50 meter, stemming 5,10 meter, kolom isian bahan peledak 2,40 meter.
2) Fragmentasi hasil peledakan di roof A1 pit Muara Tiga Besar (MTBU) memiliki ukuran ≥100 cm dengan persentase
18,16% di roof A1 Utara, 21,94% di roof A1 Selatan serta 13,80% di roof A1 Timur. Fragmentasi hasil peledakan
di roof A1 pit Muara Tiga Besar Utara (MTBU) yang memiliki ukuran ≥100 cm menunjukan bahwa fragmentasi
berukuran bongkah besar (boulder) untuk backhoe PC2000.
3) Digging time backhoe PC2000 pada aktivitas penggalian material peledakan di roof A1 pit Muara Tiga Besar
(MTBU) memiliki digging time rata-rata 12,20 detik sedangkan standar digging time backhoe PC2000 penggali
material peledakan sebesar 12,00 detik.
4) Upaya untuk mengurangi digging time backhoe PC2000 penggali material peledakan di pit Muara Tiga Besar Utara
(MTBU) yaitu merekomendasikan untuk perancangan ulang geometri peledakan dan memodifikasi jumlah isian
bahan peledak.

UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih kepada PT Pamapersada Nusantara Distrik Tanjung Enim dan PT Bukit Asam (Persero) Tbk.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Suwandi, A. (2009). Kegiatan Penambangan Bahan Galian. Bandung: Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara.
[2] Koesnaryo. (1998). Bahan Peledak dan Metode Peledakan. Yogyakarta: Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas
Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”.
[3] Jimeno, C. L. (1995). Drilling and Blasting Of Rocks. Rotterdam: AA Balkema.
[4] Siddigui, F.I., Shah, A.S.M., & Becan, M.Y. ( 2009). Measurement of Size Distribution of Blasted Rock Using
Digital Image Processing. Journal King Abdulaziz University Engineering Science, 20(2), 81-93.
[5] Maerz, N.H. (1996). Image Sampling Techniques and Requirements for Automated Image Analysis of Rock
Fragmentation. Fragblast 5 Workshop Measurement of Blast Fragmentation. Canada: Montreal.
[6] Mel’Nikov, N. V., & Marchenko, L. N. (1971). Effective Methods of Application Explosive Energy in Mining and
Construction. Twelfth Symposium on Dynamic Rock Mechanics. New York: AIME.

[7] Ari Lu, W., & Hustrulid, W. A. (2003). A Further Study on the Mechanism of Air Decking. Internasional Journal for
Rock Fragmentation by Blasting, 7(4): 231-255.
[8] Prodjosumarto, P. (1993). Pemindahan Tanah Mekanis. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
[9] Fikrie, M. A. (2017). Analisis Pengaruh Fragmentasi Hasil Peledakan Tanah Penutup Terhadap Waktu Penggalian
Excavator di Pit Bhumi Rantau Energi PT. Kalimantan Prima Persada, Kalimantan Selatan. Skripsi, Fakultas
Teknik: Universitas Sriwijaya.
[10] Prabowo, A. R. (2017). Evaluasi Fragmentasi Hasil Peledakan Terhadap Kinerja Excavator Backhoe Komatsu
PC600 Penambangan Batu Kapur PT Semen Baturaja (Persero) Tbk. Skripsi, Fakultas Teknik: Universitas
Sriwijaya.
[11] Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5