PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF DAPAT MENURUNKAN INDEKS MASSA TUBUH LANSIA DI PSTW WILAYAH DKI JAKARTA
Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 20 No.2, Juli 2017, hal 128-132
pISSN 1410-4490, eISSN 2354-9203
DOI: 10.7454/jki.v20i2.489
PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF DAPAT MENURUNKAN INDEKS
MASSA TUBUH LANSIA DI PSTW WILAYAH DKI JAKARTA
Jayanti Indah Layla*, Dwi Nurviyandari Kusuma Wati
Fakultas Ilmu Keperawatan Universita Indonesia, Depok 16424, Indonesia
*E-mail: jayantilayla@gmail.com
Abstrak
Proses penuaan dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif. Lansia dengan penurunan fungsi kognitif mengalami
peningkatan metabolisme yang dapat menyebabkan malnutrisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
fungsi kognitif dengan indeks massa tubuh lansia di Panti Sosial Tresna Werdha wilayah DKI Jakarta. Desain penelitian
yang digunakan adalah cross sectional dengan melibatkan 98 lansia yang dipilih melalui proportional dan simple
random sampling . Fungsi kognitif dinilai dengan menggunakan kuesioner Mini Mental State Examination, sedangkan
status gizi dinilai dengan menggunakan indeks massa tubuh. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara fungsi kognitif dan indeks massa tubuh (r= 0,550; p= 0,0001;α= 0,05). Pemberi
pelayanan di panti perlu memiliki keterampilan khusus untuk meningkatkan status gizi pada lansia dengan penurunan
kognitif.
Kata kunci: fungsi kognitif, indeks massa tubuh, lingkar lengan atas, Mini Mental State Examination, Panti Sosial
Tresna Werdha
Abstract
Cognitive Function Decline can Reduce The Body Mass Index of Elderly in Nursing Home. Aging process affects the
decline of the cognitive function. Elderly with cognitive decline may have increased metabolism that can cause of
malnutrition. This study aimed to determine the relationship between cognitive function with body mass index of elderly
at Panti Sosial Tresna Werdha in DKI Jakarta. The study design was cross sectional with 98 elders, as the samples,
who were selected through quota and simple random sampling. Cognitive function was assessed by using the MMSE
instrument, while the nutritional status was assessed by using body mass index. The results of this study indicated that
there was a significant correlation between cognitive function with body mass index (r= 0.550; p= 0.0001;α= 0.05).
Service providers in nursing home must have certain skills to improve the nutritional status of the elderly with cognitive
decline.Keywords: body mass index, cognitive function, MMSE, Panti Sosial Tresna Werdha
dirian dalam makan, agnosia, apraxia, dan
Pendahuluan
munculnya gangguan perilaku (Ebersole, Hess, Penurunan fungsi kognitif yang terjadi pada Touhy, & Jett, 2014). lansia dapat mengganggu aktivitas makan. Lansia dengan penurunan kognitif dapat lupa Lansia dengan penurunan kognitif dapat meng- dengan cara makan, tidak mengenali makanan, alami kesulitan untuk berkomunikasi dengan kesulitan melepaskan penutup piring dan pem- orang lain saat mereka lapar dan membutuh- bungkus, kesulitan mengunyah dan menelan kan bantuan untuk makan (Amella, 2007). (Amella, 2007). Ketidakadekuatan intake nut- Masalah lainnya yang dapat mengurangi nafsu risi sering terjadi pada lansia dengan penurun- makan seperti nyeri, efek obat, mual, buruknya an kognitif karena hilangnya kesadaran ter- kesehatan gigi dan mulut, serta diet khusus
Layla, et al., Penurunan Fungsi Kognitif dapat Menurunkan Indeks Massa Tubuh Lansia
129 dengan penurunan kognitif yang kurang mam- pu untuk memahami dan mengatasi masalah tersebut (Amella, 2007). Kehilangan berat badan biasanya sering menjadi perhatian pen- ting pada lansia dengan demensia tahap akhir (Ebersole, et al., 2014). Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa lansia dengan penurunan kognitif lebih rentan mengalami malnutrisi. Hasil penelitian Zekry, et al. (2008) menyebutkan bawa ke- lompok lansia dengan demensia memiliki skor
Mini Nutritional Assessment dan Body Mass Index paling rendah jika dibandingkan dengan
kelompok lansia dengan gangguan kognitif ringan dan fungsi kognitif normal. Penelitian lainnya dilakukan oleh Khater dan Abouelezz (2011) yang menunjukkan bahwa kelompok lansia dengan gangguan kognitif ringan lebih banyak mengalami gizi kurang disbanding ke- lompok lansia dengan fungsi kognitif normal. Kemudian, hasil penelitian Boscatto, Duarte, Coqueiro, dan Barbosa (2013) juga menunjuk- kan bahwa fungsi kognitif berhubungan positif dengan status gizi. Bedasarkan uraian di atas, penelitian ini melihat adanya hubungan fungsi kognitif dengan indeks massa tubuh lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) wilayah DKI Jakarta.
Desain penelitian yang digunakan dalam pe- nelitian ini adalah cross sectional jenis anlitik korelasi. Desain tersebut digunakan untuk me- ngetahui hubungan fungsi kognitif dengan in- deks massa tubuh lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) di wilayah DKI Jakarta.
- –74 tahun (74,5%), berstatus janda atau duda (71,5%), memiliki riwayat pendidikan terakhir tidak sekolah (64,3%), dan memiliki riwayat penya- kit lain-lain seperti hipertensi, asam urat, gas- tritis, dan dermatitis (56,1%). Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data yang berdistribusi normal dengan rerata 20 dan standar deviasi 6,718. Nilai rerata digunakan sebagai cut off point untuk mengaktegorikan fungsi kognitif. Hampir sebagian lansia meng- alami penurunan fungsi kognitif. Pengkatego- rian IMT berdasar pada nilai normal IMT me- nurut Depkes RI (2005) dalam Fatmah (2010).
Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 98 responden yang dipilih dengan menggunakan cara proportional dan simple random sampling. Kriteria inklusi meliputi lansia yang dapat ber- komunikasi dengan bahasa Indonesia dan ber- diri pada timbangan injak. Persetujuan etik penelitian telah diberikan oleh juga telah diberikan oleh Pihak fakultas dan
Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu DKI Jakarta. Kemudian peneliti melakukan peng- ambilan data dengan cara membacakan kue- sioner kepada setiap responden. Kuesioner tersebut terdiri dari dua bagian yakni per- tanyaan data demografi dan pertanyaan Mini
Mental State Examination . Hasil uji validitas
kuesioner MMSE pada 30 responden menun- jukkan bahwa terdapat dua pertanyaan yang tidak valid dengan nilai r= 0,357 dan 0,102 sehingga peneliti melakukan modifikasi terha- dap kedua pertanyaan tersebut. Hasil uji relia- bilitas memperoleh nilai
Cronbach’s Alpha
0,763. Selain itu, pengambilan data juga di- lakukan dengan mengukur panjang depa dan berat badan. Analisis univariat digunakan untuk memper- oleh gambaran distribusi usia, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan terakhir, riwa- yat penyakit, fungsi kognitif, dan indeks massa tubuh, sedangkan analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan fungsi kognitif dengan indeks massa tubuh lansia. Uji hipo- tesis yang digunakan adalah korelasi pearson dengan kemaknaan nilai p< 0,05.
Hasil
Metode
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar lansia di PSTW berjenis kelamin perempuan (59,2%), berada pada rentang usia 60
130 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 20 No.2, Juli 2017, hal 128-132
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Lansia Karakteristik (n) % Jenis Kelamin
Laki-laki 40 40,8 Perempuan 58 59,2
Usia
60 73 74,5
- –74 tahun 75 –90 tahun
23 23,5 >90 tahun 2 2,0
Status Perkawinan Tidak Menikah
16 16,3 Janda atau Duda 70 71,5 Menikah 12 12,2
Pendidikan Terakhir Tidak tamat sekolah
63 64,3 Tamat SD 16 16,3 Tamat SMP
9 9,2 Tamat SMA 10 10,2
Riwayat Penyakit Tidak memiliki riwayat penyakit 30 30,6 Stroke
6 6,1 Diabetes Mellitus 4 4,1 PPOK 2 2,0 Kanker 1 1,0 Lain-lain
55 56,1 Fungsi Kognitif Normal
46 46,9 Penurunan 52 53,1
IMT 2 Gizi Kurang (<18,5 kg/m ) 2 45 45,9 Normal (18,5 ) 47 48,0
- –25 kg/m 2 Gizi lebih (>25 kg/m ) 6 6,1
- –74 tahun (elderly), tidak sekolah, berstatus janda atau duda, dan me- miliki riwayat penyakit lain-lain seperti hiper- tensi, asam urat, gastritis, serta dermatitis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir sebagian dari lansia di Panti Sosial Tresna Werdha mengalami penurunan fungsi kognitif. Mayoritas lansia dalam penelitian ini meng- alami masalah status gizi kurang berdasarkan nilai indeks massa tubuh. Selain itu, pada penelitian ini juga didapat kesimpulan bahwa terdapat hubungan fungsi kognitif dengan indeks massa tubuh lansia. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi bagi pemberi pelayanan di panti dan perawat gerontik agar dapat meningkatkan keterampilan dalam memberi intervensi terkait masalah kognitif maupun status gizi pada lansia. Kemudian, hasil penelitian ini juga dapat dijadikan data dasar dalam mengem- bangkan penelitian selanjutnya (JH, AYN, TN).
- –47. doi: 10.1590/S0104-423020 13000100010.
Tabel 2. Hubungan Fungsi Kognitif dengan Status Gizi Lansia berdasarkan Indeks Massa Tubuh
Variabel Mean Standar Deviasi r/ p
Fungsi Kognitif 20 6,718 0,550 /
IMT 19,27 4,1822 0,0001*
(*p=0,0001; α=0,05)Hampir setengah dari total lansia mengalami
Pembahasan status gizi kurang.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ter- Hasil analisis bivariat pada Tabel 2 menunjuk- dapat hubungan fungsi kognitif dengan indeks kan bahwa terdapat hubungan fungsi kognitif massa tubuh lansia sebagai salah satu pengu- dengan indeks massa tubuh lansia dengan nilai kuran status gizi. Hal ini sejalan dengan be- p berapa hasil penelitan sebelumnya. Penelitian sebesar 0,0001 (α= 0,05).
Layla, et al., Penurunan Fungsi Kognitif dapat Menurunkan Indeks Massa Tubuh Lansia
131 Boscatto, et al. (2013) pada 134 lansia dengan usia antara 80 sampai 100 tahun yang tinggal di masyarakat negara Brazil menunjukkan bahwa fungsi kognitif berhubungan positif dengan status gizi. Penelitian lainnya oleh El Zoghbi, et al. (2013) pada lansia yang tinggal di institusi negara Lebanon menunjukkan bah- wa terdapat hubungan positif yang signifikan antara skor MMSE dan skor MNA. Adanya kesamaan ini dapat disebabkan terganggunya aktivitas makan pada lansia dengan penurunan fungsi kognitif. Kegiatan makan memerlukan kemampuan kognitif untuk mengambil kepu- tusan terhadap jenis dan kuantitas makanan (Dovey, 2010 dalam Laguna & Chen, 2015). Lansia dengan penurunan kognitif dapat lupa dengan cara makan, tidak mengenali makanan, kesulitan melepaskan penutup piring dan pem- bungkus makanan (Amella, 2007). Lansia dengan gangguan kognitif juga dapat mengalami ketidakadekuatan intake nutrisi. Hal tersebut disebabkan oleh hilangnya ke- sadaran terhadap kebutuhan makan, menurun- nya kemandirian dalam makan, agnosia, apraxia, dan gangguan perilaku yang dialami oleh lansia dengan gangguan kognitif (Ebersole, et al., 2014). Beberapa perubahan perilaku yang biasanya muncul seperti keluyuran, agitasi, gangguan tidur dan irama sirkandian, serta hi- peraktivitas terutama pada malam hari dapat menyebabkan peningkatan pengeluaran energi pada lansia dengan gangguan fungsi kognitif (Martin & Preedy, 2015). Sebuah penelitian menunjukkan adanya ketidakseimbangan pe- ngeluaran energi dari aktivitas fisik dengan asupan energi pada klien
Lansia dengan gangguan kognitif juga sering mengalami kesulitan berkomunikasi dengan orang lain. Kesulitan tersebut dapat terjadi saat lansia lapar dan membutuhkan bantuan untuk makan (Amella, 2007). Masalah lainnya yang dapat mengurangi nafsu makan pada lansia seperti nyeri, efek obat, mual, buruknya ke- sehatan gigi dan mulut, serta diet khusus da- gangguan kognitif yang kurang mampu untuk memahami dan mengatasi masalah tersebut (Amella, 2007). Menurut Ebersole et al. (2014) kehilangan berat badan biasanya sering men- jadi perhatian penting pada lansia dengan demensia tahap akhir.
Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat disebabkan karena meningkatnya basal meta-
bolic rate (BMR) pada lansia dengan gang-
guan kognitif. Penelitian sebelumnya menun- jukkan bahwa basal metabolic rate (BMR) pada pasien
Alzheimer’s Disease (salah satu
jenis demensia) lebih meningkat dibandingkan individu yang memiliki fungsi kognitif normal (Wolf-Klein, et al., 1995 dalam Martin & Preedy, 2015). Beberapa faktor yang dapat meningkat- kan BMR pada klien dengan
Alzheimer’s Disease (AD) meliputi peningkatan pengguna-
an protein, perubahan fungsi tiroid, peningkat- an akitivitas sistem saraf simpatik pada ganglia basal, dan kebocoran proton yang menyebab- kan kerusakan mitokondria (Martin & Preedy, 2015). Keterbatasan dalam penelitian ini adalah ke- sulitan saat memvalidasi data karakteristik res- ponden yang meliputi usia, status perkawinan, pendidikan terakhir, dan riwayat penyakit dengan menggunakan dokumen yang dimiliki oleh pihak panti. Dokumen riwayat sosial tidak seluruhnya disertai dengan bukti foto- kopi kartu tanda penduduk responden. Kemu- dian terdapat pula dokumen riwayat sosial yang memiliki beberapa formulir pengkajian sosial dengan isian data yang berbeda. Be- berapa dokumen rekam medik juga tidak me- miliki data lengkap terkait riwayat penyakit responden.
Alzheimer’s Disease (Poehlman & Dvorak, 2000)
Peneliti tidak melakukan tes gula darah dalam pengkajian riwayat penyakit diabetes mellitus. Peneliti tidak menggunakan kuesioner asli MMSE karena beberapa pertanyaan didalam- nya telah dimodifikasi sesuai dengan hasil uji validitas dan kondisi lansia di PSTW. Peneliti juga merasa kesulitan dalam memvalidasi ja-
Kesimpulan
Fatmah. (2010). Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga. Khater, M. S., & Abouelezz, N. F. (2011).
Age and Ageing , 37 (1), 83 –89. http://doi. org/10.1093/ageing/ afm132.
H. (2008). Demented versus non-demented very old inpatients: The same comorbidities but poorer functional and nutritional status.
Zekry, D., Herrmann, F.R., Grandjean, R., Meynet, M.P., Michel, J.P., Gold, G., & Krause, K.
Diperoleh dari http://ajcn.nutrition. org/content/71/2/650s.long.
Poehlman, E.T., & Dvorak, R.V. (2000). Energy expenditure, energy intake, and weight loss in Alzheimer disease. American Society for clinical Nutriti on, 71 (2). 650 –655.
Martin, Colin R & Preedy, Victor R. (2015). Diet and nutrition in dementia and cognitive decline . United States of America: Elsevier Inc.
Food Quality and Preference , 48, 345 –358. http://doi.org/10.1016/j.foodqual.201 5.03.008.
Nutritional status in older adults with mild cognitive impairment living in elderly homes in Cairo, Egypt. The Journal of Nutrition, Health & Aging , 15 (2), 104 –8. http://doi.org/10.1007/s12603-011-0021-9. Laguna, L., & Chen, J. (2015). The eating capability: constituents and assessments.
73 –81. doi:10.1016/j. gmhc.2013.04.007.
1 (4),
(2013). Association between cognitive function and nutritional status in elderly: A cross-sectional study in three institutions of Beirut —Lebanon. Geriatric Mental Health Care,
El Zoghbi, M., Boulos, C., Amal, A. H., Saleh, N., Awada, S., Rachidi, S., … Salameh, P.
Ebersole & Hess’ toward healthy aging: Human needs & nursing response (4th Ed.). United States of America: Elsevier, Inc.
(2014).
Ebersole, P., Hess, P., Touhy, T.A., & Jett, K.
Revista da Associacao Medica Brasileira, 59 (1), 40
Amella, B.E.J. (2007). Eating and feeding issues in older adults with dementia part I: Assessment. New York, 26 (1). Boscatto, E.C., Duarte, Mde.F., Coqueiro, Rda.S., Barbosa, A.R. (2013). Nutritional status in the oldest elderly and associated factors.
Penelitian ini menghasilkan data gambaran karakteristik yang meliputi sebagian besar lan- sia berjenis kelamin perempuan, berada pada rentang usia 60
132 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 20 No.2, Juli 2017, hal 128-132 penilaian dilakukan apa adanya sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh lansia.