STUDI MANAJEMEN RISIKO KETERLAMBATAN WAKTU PENYELESAIAN PEKERJAAN (Studi Kasus Pada Balai Wilayah Sungai Sumatera V) Syatriawan1 , Zaidir2 , Yusrizal Bakar3

  

STUDI MANAJEMEN RISIKO KETERLAMBATAN WAKTU PENYELESAIAN

PEKERJAAN

(Studi Kasus Pada Balai Wilayah Sungai Sumatera V)

  1

  2

  3 1 Syatriawan , Zaidir , Yusrizal Bakar

Program Studi Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Bung Hatta

2 3 Teknik Sipil FT-Universitas Andalas

Teknik Industri FTI-Universitas Bung Hatta

  

Abstract

  This study aims to determine the exact cause of the dominant factors in the delays in completion of the work which has been held throughout the last three years and the level of risk posed by each cause. Risk can be said to be a result that may occur unexpectedly. Although some activities have been planned as possible, but still contains uncertainties that will be run entirely according to plan. Risk on construction projects however can’t be eliminated but can be reduced or transferred from one party to the other party. The actors in the construction industry is now increasingly aware of the importance of considering the problem of risk on projects handled, due to errors in predicting and addressing the risk would have a negative impact, either directly or indirectly in the construction project. Moving on from this condition, the need for an analysis relating to the initial objectives of the risk management of construction projects aimed at reducing the risk and impact of risk will occur. The results of the analysis using factor analysis concludes that there are three dimensions of fifty variables derived from the five factors as causes of low performance cost performance on projects implemented last three years, including the indecision in giving authority and responsibility to manage the project (x1), wrong in applying the methods of work (X29); and one in monitoring and controlling risk (x42). Overall these three variables contributing causes low achievement of project completion time performance based on the coefficient of determination was 81.5% and the remainder caused by other variables. As for the level of risk of these three variables is 20.61% comes from wrong in applying the methods of work (X29); 18.60% comes from indecision in giving authority and responsibility to manage the project (x1); and 16:29% came from one of the monitoring and control of risk (x42).

  Keywords: Performance, Risk Level Project

1. PENDAHULUAN yang mencapai 5.30% pada tahun 2013

  Fenomena maraknya pembangunan (Berita Resmi Statistik No.16/02/Th. XVII, berbagai fasilitas infrastruktur di berbagai

  5 Februari 2014) tercatat sebagai salah satu sektor, mulai dari sistem energi, transportasi yang tertinggi di dunia. Namun demikian, jalan raya, bangunan-bangunan perkantoran masih banyak tantangan yang harus dan sekolah, hingga telekomunikasi, rumah dihadapi oleh pemerintah. Data yang peribadatan dan jaringan layanan air bersih, dilansir oleh World Economic Forum pada yang kesemuanya itu memerlukan adanya tahun 2008 menempatkan Indonesia pada dukungan infrastruktur yang handal posisi ke-86 dari 143 negara dalam hal (Soemardi, 2006). Adalah suatu hal yang kondisi infrastruktur (Wiryawan, 2009). umum bila mengkaitkan pertumbuhan Perlu disadari bahwa, pemenuhan ekonomi dan pembangunan suatu negara kebutuhan akan infrastruktur bangunan air dengan pertumbuhan infrastruktur di negara yang memadai dibutuhkan dalam dan politik sebuah daerah. Beranjak dari fenomena tersebut jelas pembangunan infrastruktur bangunan air akan dihadapkan pada suatu risiko, risiko ini merupakan suatu konsekuensi dari kondisi yang tidak pasti. Dalam suatu proyek konstruksi ketidakpastiannya sangat besar karena tidak dapat diprediksi secara pasti berapa keuntungan atau kerugian yang akan diperoleh. Karena hal inilah maka perlu adanya manajemen risiko dari awal proyek konstruksi, untuk mengurangi risiko dan dampak dari risiko yang mungkin akan terjadi.

  Menurut Rits (1990) s

  ecara umum risiko pada proyek konstruksi dapat didefinisikan sebagai sebuah kondisi tak terpenuhinya standar minimal baik dari sisi capaian waktu pelaksanaan, ketepatan mutu serta biaya penyelenggaraan yang efektif. Ketiga parameter ini, kemudian digunakan untuk mengevaluasi risiko bangunan irigasi yang diselenggarakan oleh Balai Wilayah Sungai Sumatera V Kementerian Pekerjaan Umum. Evaluasi yang dilaksanakan pada 60 paket pekerjaan dengan nilai diatas Rp 2 Milyar yang dilaksanakan sepanjang 3 tahun terakhir (2011 sampai dengan 2013) terdapat hampir 8% dari keseluruhan paket yang masuk pada kategori tidak memenuhi harapan yaitu proyek yang selesai dengan perbedaan waktu rencana proyek berdasarkan dokumen kontrak + addendum dengan waktu aktual proyek. Menurut Birdie (1998), rendahnya capaian kinerja konstruksi berdasarkan parameter waktu penyelesaian disebabkan oleh beberapa hal yang berasal dari tahap inisiasi hingga penutupan (closing) pekerjaan. Sementara menurut Barrie (1992), rendahnya kinerja waktu pada proyek konstruksi merupakan suatu kondisi dimana telah terjadinya pekerjaan mulai dari tahapan inisiasi hingga pekerjaan closing

  Beranjak dari latar belakang masalah diatas maka dapat ditarik suatu kesimpulan masalah bahwa rendahnya capaian kinerja pada pekerjaan yang diselenggarakan sepanjang tiga tahun terakhir disebabkan oleh beberapa faktor yang berasal dari tahap inisiasi hingga pada tahapan penutupan. Namun seberapa besar faktor tersebut mempengaruhi capaian kinerja hingga saat ini belum dapat diidentifikasi oleh karenanya perlu dilakukan suatu penelitian yang komprehensif guna mengenali faktor- faktor peyebab terjadinya keterlambatan waktu penyelesaian sehingga mengakibatkan rendahnya capaian kinerja penyelenggaraan dimasa akan datang. Sementara dari sisi risiko, keterlambatan yang terjadi merupakan suatu bentuk lemahnya kemampuan management dalam melakukan pengelolaan dan pencegahan potensi risiko pada proyek yang akan dilaksanakan.

  3. PERTANYAAN PENELITIAN

  Pertanyaan penelitian adalah :

  1. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya keterlambatan penyelesaian pekerjaan?

  2. Bagaimanakah tingkat risiko yang ditimbulkan oleh masing-masing faktor penyebab terhadap keberhasilan pengelolaan pekerjaan dimasa akan datang?

  4. TUJUAN PENELITIAN

  Tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

  1. Mengetahui secara pasti faktor-faktor dominan penyebab terjadinya keterlambatan penyelesaian pekerjaan yang telah diselenggarakan sepanjang tiga tahun terakhir

  2. Mengetahui secara pasti tingkat risiko yang ditimbulkan oleh masing-masing penyebab berdasarkan frekuensi dan dampak risiko yang akan terjadi bagi seluruh pihak untuk melakukan tindakan antisipasi pada masa akan datang.

2. POKOK PERMASALAHAN

  5. BATASAN PENELITIAN

  Agar penelitian ini terfokus, maka penelitian ini dibatasi dengan uraian-uraian sebagai

  1. Responden pada penelitian ini adalah berasal dari pihak owner dan kontraktor.

6. TINJAUAN LITERATUR

6.1 Proyek Konstruksi

  4. Spesifikasi teknik

  6.2 Manajemen Proyek Defenisi manajemen proyek manurut (Kerzmer,1995), berdasarkan fungsi dan pendekatan sistem mengatakan bahwa manajemen proyek adalah sebuah proses merencanakan, mengorganisir, memimpin dan

  5. Method (metode kerja)

  4. Money (uang)

  3. Material (bahan)

  2. Machine (mesin)

  1. Man (manusia)

  5. Memuaskan kebutuhan kontraktor Semua kriteria diatas dapat dicapai dengan baik jika lima unsur utama dalam proyek konstruksi dapat dikelola dengan baik yaitu :

  3. Meminimalisasi waktu proyek

  Jumlah responden yang dikunjungi didasarkan pada lingkup populasi penelitian yaitu seluruh pihak yang terkait sebagai owner dan kontraktor pada pakerjaan dengan sumber dana APBN di Balai Wilayah Sungai Sumatera V. Berdasarkan data sekunder terdapat sebanyak 14 orang owner (5 orang PPK dan 9 orang PPTK) dan 60 orang pihak yang mewakili kontraktor. Dari jumlah ini kemudian akan diambil sebagian dari mereka sebagai sampel/responden yang akan dituju dengan menggunakan model Slovin (d=0.05) sehingga akhirnya ditetapkan owner yang akan dikunjungi adalah sebanyak 10 orang, dan 30 orang mewakili kontraktor.

  2. Memenuhi kebutuhan konsumen

  1. Meminimalisasi biaya proyek

  c. Organisasi Setiap organisasi mempunyai keragaman tujuan dimana di dalamnya terlihat sejumlah individu dengan keahlian yang bervariasi, perbedaan ketertarikan, kepribadian yang bervariasi dan ketidak pastian. Langkah awal yang harus dilakukan oleh manajer proyek adalah menyatukan visi menjadi satu tujuan yang ditetapkan oleh organisasi/manajemen. Kriteria sukses proyek kontruksi menurut Bryde dan Robinson (2005) adalah sebagai berikut :

  b. Dibutuhkan sumber daya (resources) Setiap proyek konstruksi membutuhkan sumber daya, yaitu pekerja, uang, mesin, metode dan material. Perorganisasian semua sumber daya dilakukan oleh manajer proyek.

  Proyek konstruksi merupakan proses dimana rencana, disain dan spesifikasi dikonversikan menjadi struktur dan fasilitas fisik, dimana konstruksi melibatkan organisasi dan seluruh sumber daya untuk menyelesaikan proyek tepat waktu, sesuai anggaran, sesuai kualitas yang di spesifikasikan. Menurut Barie dan Paulson (1995), proyek konstruksi mempunyai tiga karakteristik yang dapat dipandang secara tiga dimensi diantaranya a. Bersifat unik Keunikan dari proyek konstruksi adalah tidak pernah terjadi rangkaian kegiatan yang sama persis (tidak ada proyek identik, yang ada adalah proyek sejenis), proyek bersifat sementara dan selalu melibatkan grup pekerja yang berbeda-beda.

  4. Non rutin, tidak berulang-ulang, jenis dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung.

  3. Bersifat sementara, dalam arti umumnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik awal dan akhir ditentukan dengan jelas.

  2. Jumlah biaya, sasaran, jadwal serta kriteria mutu dalam proses mencapai tujuan diatas telah ditentukan.

  Proyek adalah kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan aloksi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas (Soeharto, 1995). Dengan demikian kegiatan proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mempunyai ciri-ciri :

  2. Untuk mendapatkan variabel-variabel penelitian akan dilaksanakan studi literature dari beberapa sumber referensi relevan dengan terlebih dahulu membuat batasan tinjauan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, tahap pengendalian dan pengawasan, hingga tahap penutupan.

1. Memiliki tujuan yang khusus, produk akhir atau hasil kerja terakhir.

  mencapai sasaran yang telah ditentukan. Project Management Body of Knowledge (PMI 2001), mengatakan manajemen proyek adalah aplikasi dari ilmu pengetahuan, keterampilan, sarana dan keahlian untuk memenuhi proyek. Manajemen dapat juga dilihat sebagai kelompok yang menduduki berbagai jenjang dan jabatan kepemimpinan. Sebagai kelompok pimpinan tanggung jawab utamanya bukan lagi melaksanakan sendiri berbagai kegiatan operasional, melainkan menyelenggarakan berbagai fungsi yang memungkinkan para tenaga pelaksana melaksanakan tugas operasionalnya secara efisien, efektif, ekonomis dan produktif.

  Menurut Dendarlianto (2007), dalam makalahnya tentang Manajemen Proyek memaparkan bahwa ada tiga alasan perlunya menggunakan prinsip dibawah ini, antara lain :

  • Manajemen Proyek merupakan sebuah disiplin ilmu yang berhubungan dengan banyak disiplin ilmu.
  • Manajemen proyek berkonsentrasi pada ketentuan leadership, yang nantinya akan membantu seorang manajer proyek untuk beradaptasi pada lingkungan proyek.
  • Manajemen Proyek adalah aktifitas yang beroriantasi pelayanan begitu pentingnya faktor manusia didalam keberhasilan proyek, berdasarkan hal ini, maka seorang manajer proyek harus memiliki kompetensi akademis, pangalaman, maupun lingkungan.

  Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari suatu proyek adalah manajemen. Apabila faktor ini tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan proyek gagal. Permasalahan dalam lemahnya manajemen merupakan salah satu faktor dibalik kegagalan perusahaan. Hal ini disebabkan manajemen adalah sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakan, mengawasi dan memotivasi yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan SDM. Jadi tiap kegiatan dalam organisasi membutuhkan manajemen. Penerapan manajemen untuk tiap-tiap bagian berbeda sesuai dengan orientasi dan tingkatannya.

  Menurut Soenarmo (2007), pengertian risiko dalam konteks proyek dapat didefinisikan sebagai suatu penjabaran terhadap konsekuensi yang tidak menguntungkan, secara finansial maupun fisik, sebagai hasil dari keputusan yang diambil atau akibat kondisi lingkungan di lokasi suatu kegiatan. Risiko dalam proyek konstruksi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat diminimalisir dampaknya. Proyek konstruksi merupakan suatu hal yang unik, spesifik dan dinamik, maka setiap proyek memiliki identifikasi risikonya maing- masing, dan respon risiko yang berbeda-beda untuk meminimalisasi dampak risikonya. Donald S. Barie (1992) menganalisis risiko proyek pada proyek bangunan gedung di Indonesia dan mendapati bahwa risiko dapat berdampak tidak langsung terhadap jadwal pelaksanaan proyek. Kategori risiko dalam proyek konstruksi ini adalah risiko eksternal, risiko ekonomi dan finansial, risiko teknis dan kontrak, serta risiko manajerial. Pada negara berkembang, risiko pada proyek konstruksi harus dikelola dengan baik agar tidak hanya diperoleh hasil pekerjaan yang baik dan aman bagi stakeholders, tetapi juga menghasilkan keuntungan bagi pihak yang berkepentingan dalam proyek tersebut (Wang, 2004). Mengelola risiko yang efektif adalah dengan mengidentifikasi dengan benar risiko-risiko yang penting dan mengalokasikan risiko tersebut kontrak. Persepsi para stakeholders dalam memandang risiko akan berbeda karena perbedaan kepentingan dalam proyek. Sedangkan dampak risiko terbesar yang dipikul kontraktor adalah masalah ketidakpastian kondisi di lapangan yang akan berdampak langsung terhadap progress pekerjaan. Dampaknya antara lain mengurangi produktifitas kontraktor dan keterlambatan (delay) dalam keseluruhan proyek konstruksi. Masalah perubahan pekerjaan (change in work) juga risiko yang berdampak besar bagi owner dan kontraktor. Bagi kontraktor dampaknya menduduki urutan ketiga, sedangkan bagi owner , dampaknya menduduki urutan kedua.

  Dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan persepsi antara owner dan kontraktor meskipun perbedaan tersebut tidak lebih dari 5%, terutama dalam risiko yang berhubungan dengan performa kontraktor.

  Konsep Risiko dan Manajemen Risiko Risiko muncul karena adanya ketidakpastian akan suatu peristiwa yang belum terjadi. Dalam suatu ketidakpastian itu, risiko akan selalu berbanding terbalik dengan keuntungan.

6.3 Manajemen Risiko

  Ketidakpastian biasanya dapat meningkatkan faktor risiko yang dapat dilihat dari berpotensi diinginkan dari suatu peristiwa. Banyak kasus dimana semakin besar kemungkinan risikonya, maka akan semakin besar juga kemungkinan keuntungannya. Tetapi ada pula beberapa kasus dimana tingkat risikonya kecil, tetapi kemungkinan keuntungannya besar. Kemampuan memandang risiko dan keuntungan seseorang tidak sama satu dengan yang lainnya, semua bergantung pada pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki. Menganalisis risiko merupakan suatu hal yang penting dalam sebuah bisnis atau usaha. Dalam bidang konstruksi, risiko dapat dilihat dalam setiap aspek pekerjaan, seperti lokasi kerja, resources, atau jadwal pelaksanaan proyek. Analisis risiko bertujuan untuk mengetahui dari awal kemungkinan kerugian dan keuntungan yang ada.

  Risk Management Planning Perencanaan yang hati-hati dan jelas akan menentukan kesuksesan lima proses manajemen risiko lainnya. Tahap ini merupakan proses untuk menentukan langkah-langkah dalam menyelesaikan risiko yang timbul dalam suatu proyek. Proses perencanaan ini penting dalam menentukan tingkat, tipe, dan visibilitas manajemen risiko apakah setara dengan risiko serta pentingnya proyek terhadap organisasi, untuk menyediakan sumber daya yang cukup, serta waktu untuk aktivitas manajemen risiko serta untuk menguatkan dasar pada persetujuan untuk mengevaluasi risiko. Perencanaan manajemen risiko menggambarkan bagaimana manajemen risiko disusun dan dilaksanakan dalam sebuah proyek. Perencanaan manajemen risiko mencakup hal-hal: (1) Metodologi, (2) Peran dan Tanggung Jawab, (3) Pembiayaan, (4) Waktu, (5) Kategori Risiko, (6) Definisi dari Probabilitas Risiko, (7) Matriks Probabilitas dan Dampak Risiko, (8) Peninjauan eransi para Stakeholders, (9) Format Laporan, (10) Tracking . Keberhasilan proyek diukur melalui empat sasaran proyek, yaitu Cost, Time, Scope, dan Quality. Dampak risiko terhadap proyek dapat dikategorikan rendah, sedang, atau tinggi, tergantung bagaimana risiko tersebut mempengaruhi proyek.

  Kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan (Carr R.I 1993). Kinerja proyek merupakan bagaimana cara kerja proyek tersebut dengan membandingkan hasil kerja nyata dengan perkiraan cara kerja pada kontrak kerja yang disepakati oleh pihak owner dan kontraktor pelaksana. Soeharto mengemukakan suatu contoh dimana dapat terjadi bahwa dalam laporan suatu kegiatan dalam proyek berlangsung lebih cepat dari jadwal sebagaimana yang diharapkan. Akan tetapi ternyata biaya yang dikeluarkan melebihi anggaran. Bila tidak segera dilakukan tindakan pengendalian, maka dapat berakibat proyek tidak dapat diselesaiakan secara keseluruhan karena kekurangan dana. Kinerja waktu adalah membandingkan antara waktu yang telah disepakati antara owner dengan kontraktor dengan waktu aktual penyelesaian proyek. Demikian juga kinerja biaya adalah membandingkan antara biaya yang telah disepakati antara owner dengan kontraktor dengan biaya aktual proyek, bila prosentasenya makin kecil maka kinerjanya makin baik. Menurut Dipohusodo (1996), proses pengendalian kinerja dalam pelaksanaan proyek konstruksi secara umum terdiri dari 3 langkah pokok, yaitu:

  1. Menetapkan standar kinerja. Standar ini dapat berupa biaya yang dianggarkan dan jadwal.

  2. Mengukur kinerja terhadap standar dengan jalan membandingkan antara performansi aktual dengan standar performansi. Hasil pekerjaan dan pengeluaran yang telah terjadi dibandingkan dengan jadwal dan biaya yang telah direncanakan.

  3. Melakukan tindakan koreksi apabila terjadi penyimpangan terhadap standar yang telah ditetapkan.

  Pengendalian Kriteria penilaian kinerja proyek tersebut adalah yang akan diteliti dalam masalah kualitas pengendalian terhadap aspek biaya dan waktu. Fungsi perencanaan bermaksud untuk meletakan dasar sasaran proyek, yaitu jadwal, anggaran dan waktu. Adapun proses pengendalian terdiri dari berbagai langkah kegiatan yang dilakukan secara sistimatis dan agar suatu sistem pengendalian dapat bekerja dengan efektif diperlukan unsur-unsur sebagai berikut: (Suharto, 1995) a) Tolak ukur yang jelas.

6.4 Kinerja Proyek.

  b) Perangkat yang dapat memproses dengan

  6.6 Regresi Linier Pengertian regresi secara umum adalah sebuah alat statistik yang memberikan penjelasan tentang pola hubungan (model) antara dua variabel atau lebih. Dalam analisis regresi dikenal 2 jenis variabel yaitu:

  e. Pengendalian prosedur dan aspek legal (hukum). Harison memperkirakan bahwa 80 % dari siklus proyek yang paling dominan yang menentukan keberhasilan proyek adalah pengendalian proyek. Pengendalian Biaya dan Waktu terhadap kemajuan proyek secara terintegrasi telah menjadi sistem pengendalian proyek sejak tahun 1970. Sudah merupakan suatu keharusan bagi manajemen proyek konstruksi untuk mengatakan bahwa proyek dapat dikatakan berhasil apabila sesuai dengan biaya dan waktu yang direncanakan, kualitas sesuai syarat spesifikasi dan memenuhi kepuasan pemilik. Kerena bagaimanapun juga, manajemen proyek konstruksi adalah sebuah perangkat manajemen yang lebih memfokuskan kepada proses pengendalian dari semua proses yang ada dalam manajemen.

  c) Prakiraan yang akurat d) Rencana tindakan. Sedangkan garis besar aspek dan obyek pengendalian proyek diantaranya yang terpenting adalah sebagai berikut: a. Pengendalian biaya.

  b. Pengendalian jadwal waktu

  c. Pengendalian penggunaan jasa orang dan peralatan.

  d. Pengendalian kinerja dan produktivitas.

  • Variabel Respon disebut juga variabel
  • Variabel Prediktor disebut juga dengan
  • Analisis regresi sederhana (simple

  Pengendalian biaya disini adalah aspek biaya pelaksanaan proyek yang mengacu pada urutan kerja, sumber daya dan peralatan, sistem pengendalian biaya yang efektif dan efisien harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Obelender 1993) a) Perencanaan program penyesesaian proyek harus akurat.

  analysis regresi

  = + Dimana:

  Analisis Regresi Linier Sederhana Regresi linier sederhana digunakan untuk bentuk suatu persamaan antara variabel tak bebas tunggal dengan variabel bebas tunggal. Regresi linier sederhana hanya memiliki satu peubah yang dihubungkan dengan satu peubah tidak bebas. Bentuk umum dari persamaan regresi linier untuk populasi adalah :

  yang berhubungan dengannya (variabel lainnya) sudah ditentukan.

  dependen ) jika nilai variabel yang lain

  regresi berganda merupakan hubungan antara 3 variabel atau lebih, yaitu sekurang-kurangnya dua variabel bebas dengan satu variabel tak bebas. Tujuan utama regresi adalah untuk membuat perkiraan nilai suatu variabel (variabel

  analysis regresi ), Sedangkan analisis

  independen ) dan variabel tak bebas (variabel dependen).

  ), Analisis regresi sederhana merupakan hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas (variable

  Untuk mempelajari hubugan-hubungan antara variabel bebas maka regresi linier terdiri dari dua bentuk, yaitu:

  b) Perkiraan yang tepat terhadap waktu dan biaya.

  variabel independen yaitu variabel yang bebas (tidak dipengaruhi oleh variabel lainnya) dan dinotasikan dengan

  dependen yaitu variabel yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel lainnya dan dinotasikan dengan variabel.

  • Analisis regresi berganda (Multiple

6.5 Pengendalian Biaya

  g) Melakukan secara periodik, perbandingan prosentasi (%) atau biaya perencanaan (RAB) dengan biaya aktual. Menurut (Suharto,1997) biaya langsung proyek dengan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dilapangan. Biaya-biaya tersebut adalah biaya bahan/material, biaya pekerja/upah dan biaya peralatan. y = Variabel takbebas x = Variabel bebas a = Parameter Intercep b = Parameter Koefisisen Regresi Variabel Bebas Menentukan koefisien persamaan a dan b dapat dengan menggunakan metode kuadrat terkecil, yaitu cara yang dipakai untuk menentukan koefisien persamaan dan dari jumlah pangkat dua (kuadrat) antara titik-titik dengan garis regresi yang dicari yang terkecil. Dengan demikian, dapat ditentukan: Regresi Linier Berganda Regresi linier berganda adalah analisis regresi yang menjelaskan hubungan antara peubah respon (variabel dependen) dengan faktor- faktor yang mempengaruhi lebih dari satu prediktor (variabel independen ). Regresi linier berganda hampir sama dengan regresi linier sederhana, hanya saja pada regresi linier berganda variabel bebasnya lebih dari satu variabel penduga. Tujuan analisis regresi linier berganda adalah untuk mengukur intensitas hubungan antara dua variabel atau lebih dan membuat prediksi perkiraan nilai Y atas x. Secara umum model regresi linier berganda untuk populasi adalah sebagai berikut: Koefisien Determinasi Koefisien determinasi dinyatakan dengan R 2 untuk pengujian regresi linier berganda yang mencakup lebih dari dua variabel. Koefisien determinasi adalah untuk mengetahui proporsi keragaman total dalam variabel tak bebas Y variabel – variabel bebas x yang ada di dalam model persamaan regresi linier berganda secara bersama-sama. Maka R 2 akan ditentukan dengan rumus:

  f) Perkiraan kembali secara periodic terhadap biaya, guna penyelesaian pekerjaan.

  e) Pelaporan program pisik dan penyelesaian biaya tepat waktu.

  d) Disiplin dalam otorisasi penggunaan anggaran.

  c) Komunikasi yang jelas dan tegas terhadap tujuan yang ditentukan.

  Sementara variabel-variabel penelitian yang akan digunakan dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain:

  7. METODOLOGI PENELITIAN Gambar 1 : Model Penelitian

  • Variabel independen (variabel bebas) Variabel independent didalam penelitian ini adalah variabel-variabel penyebab terjadinya keterlambatan penyelesaian pekerjaan berdasarkan lima tahapan pekerjaan seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya (Bab 2)
  • Variabel dependen (variabel terikat) Disebut juga variabel output, kriteria, konsekuen. Merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat dari variabel bebas yaitu output kinerja berdasarkan waktu penyelesaian pekerjaan yang diukur dari selisih prosentase waktu aktual proyek terhadap rencana waktu penyelesaiaan, dengan skala pengukuran ”semakin kecil prosentasenya semakin baik kinerjanya

  Populasi dan Sampel Penelitian

  Populasi penelitian didefinisikan sebagai suatu himpunan sumber dan objek penelitian yang memiliki karakteristik dan variansi komplek. Didalam penelitian ini populasi adalah objek pekerjaan Balai Wilayah Sungai Sumatera V Kementerian Pekerjaan Umum untuk data pekerjaan tiga tahun terakhir dengan jumlah paket pekerjaan sebanyak 60 paket. Paket ini diselenggarakan dengan melibatkan pihak owner sebanyak 14 orang dan keterwakilan pihak yang berasal dari unsur kontraktor sebanyak 60 orang. Selanjutnya jumlah unsur ini disebut sebagai populasi penelitian. Karakteristik dan perbedaan sampel yang ada didalam populasi ini dibedakan berdasarkan Jenis Kelamin, Jabatan, Pengalaman dan Tingkat Pendidikan. Sementara sampel (n) yang akan dituju sebagai informan/responden untuk masing-masing unsur ditetapkan dengan menggunakan persamaan Slovin. Penggunaan Slovin ini menetapkan asumsi bahwa tingkat kesalahan dalam menduga sebesar 5%, sehingga melalui formulasi slovin (n = N/(N.d

  2

  • 1)) diperoleh jumlah sampel sebanyak

  10 orang untuk keterwakilan Owner dan 30 orang untuk keterwakilan kontraktor.

  Metoda Pengumpulan Data

  Data dan informasi yang diperlukan didalam penelitian ini akan dijelaskan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan, berikut uraiannya:

  Tujuan 1 Mengetahui secara pasti faktor-faktor dominan penyebab terjadinya keterlambatan penyelesaian pekerjaan yang telah diselenggarakan sepanjang tiga tahun terakhir .

  Untuk tujuan ini data yang dikumpulkan adalah data opini/pendapat dari responden tentang seberapa besarkah pengaruh variabel-variabel yang berasal dari tahap inisiasi, perencanaan, pengawasan dan penutupan terhadap rendahnya capaian kinerja waktu/penyelesaian pekerjaan. Pertanyaan yang ada pada kuesioner akan dilengkapi dengan pilihan jawaban sesuai dengan pengalaman dan penilaian responden. Masing-masing variabel akan diukur dengan nilai skala 1 sampai dengan 5 yang memiliki makna sebagai berikut: 1) Sangat Rendah (pengaruhnya < 10%) 3) Sedang (pengaruhnya berkisar 20 –

  30%) 4) Tinggi (pengaruhnya berkisar 30 – 40%) 5) Sangat Tinggi (pengarunya > 40%) Kemudian, untuk tujuan pertama ini responden juga dimintai pendapat tentang Output kinerja dari proses konstruksi penelitian ini adalah kinerja berdasarkan waktu penyelesaian pekerjaan yang diukur dari selisih prosentase waktu aktual proyek terhadap rencana waktu penyelesaiaan, dengan skala pengukuran ”semakin kecil prosentasenya semakin baik kinerjanya”.

  Tujuan 2 Mengetahui secara pasti tingkat risiko yang ditimbulkan oleh masing-masing penyebab berdasarkan frekuensi dan dampak risiko yang akan terjadi sehingga akan memberikan kemudahan bagi seluruh pihak untuk melakukan tindakan antisipasi pada masa akan datang

  Untuk tujuan kedua ini data yang dikumpulkan adalah data opini/pendapat dari responden tentang seberapa seringkah munculnya masing-masing variabel penyebab pada setiap pekerjaan yang dilaksanakan berdasarkan pengalaman responden. Selain opini tentang tingkat keseringan munculnya variabel penyebab, responden juga dimintakan untuk memberikan penilaian tentang rating dampak terjadinya keterlambatan yang ditimbulkan oleh masing-masing variabel. Skala penilaian yang disediakan untuk masing-masing pernyataan adalah sebagai berikut: 1) Sangat Rendah (munculnya < 10%) 2) Rendah (munculnya berkisar 10 – 20% 3) Sedang (munculnya berkisar 20 – 30%) 4) Tinggi (munculnya berkisar 30 – 40%) 5) Sangat Tinggi (munculnya > 40%)

  Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Validitas

  Uji validitas diartikan sebagai pengujian untuk mengetahui sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau mempunyai validitas yang tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau meberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar S, 1997). Uji validitas atau kesahihan digunakan untuk mengetahi seberapa tepat suatu alat ukur dapat digunakan dalam pengujian validitas suatu kuesioner adalah angka hasil korelasi antara skor pernyataan dan skor keseluruhan pernyataan responden terhadap infomasi dalam kuesioner (Trition, 2005). Pengujian validitas data dilakukan dengan alat bantu software SPSS dengan menggunakan angka r hasil Corrected Item Total Correlation melalui sub menu Scale pada pilihan Reliability Análisis.

  Uji Reliabilitas

  Konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu penelitian dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang mana diperoleh hasil yang relatif sama (Azwar S, 1997). Hasil ukur erat kaitannya dengan error dalam pengambilan sampel (sampling eror) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda. Tujuan utama pengujian reliabilitas adalah untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran apabila instrument tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu responden. Hasil uji reliabilitas mencerminkan dapat dipercaya atau tidaknya suatu instrumen penelitian berdasarkan tingkat kemantapan dan ketepatan suatu alat ukur dalam pengertian bahwa hasil pengukuran yang didapatkan merupakan ukuran yang benar dari suatu ukuran (Trition, 2005). Pengujian validitas data dilakukan dengan alat bantu software SPSS dengan menggunakan metode Alpha-

  • Analisa Faktor

  Cronbach . Standar yang digunakan dalam

  menentukan reliabel dan tidaknya suatu instrumen penelitian umumnya adalah pada taraf tingkat kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5%, dalam perhitungan ini nilai r diwakili oleh alpha, apabila alpha hitung lebih besar daripada r tabel dan alpha hitung bernilai positif, maka suatu instrumen penelitian dapat disebut reliabel (Trition, 2005).

  Pengolahan Data

  Pengolahan data dilakukan setelah dilaksanakan pengujian kelayakan instrument (uji validitas dan uji realibilitas). Pengolahan data akan dijelaskan berdasarkan kebutuhan analisis masing- masing tujuan yang akan didapatkan didalam penelitian, yaitu;

  Pengolahan Data Untuk Tujuan 1

  Untuk mendapatkan jawaban yang diinginkan pada tujuan pertama ini, maka pengolahan data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

  Analisis faktor yang dilakukan adalah analisis faktor secara parsial. Prosedur yang dilaksanakan adalah dengan memperhatikan nilai KMO-MSA (Kaiser-Meyer-Olkin and Measure of Sampling Adequacy) berkisar antara 0 sampai dengan 1 yang menunjukkan apakah sampel bisa dianalisis lebih lanjut atau tidak. Apabila nilai KMO- MSA sama dan lebih besar dari setengah dan dengan nilai signifikan (sig) atau peluang (p) lebih kecil dari setengah; maka dikatakan bahwa item-item yang dianalisis dalam analisis faktor sudah layak untuk difaktorkan. Sebagai kriteria umum apabila tingkat kemaknaan yaitu p < 0,05 dan angka KMO-MSA > 0,5; sehingga analisis faktor yang dilakukan menunjukkan sampel tersebut layak untuk difaktorkan dan faktornya dapat dianalisis lebih lanjut. Kemudian perhatikan nilai matriks anti image correlation, khususnya nilai pada angka koefisien korelasi yang berada pada off diagonal. Apabila nilai matriks anti image correlation lebih kecil dari dikeluarkan atau dieliminasi dari analisis faktor. Apabila nilai anti image correlation lebih kecil dari setengah, maka variabel tersebut tidak layak dianalisis lebih lanjut. Analisis lebih lanjut adalah melakukan reduksi terhadap variabel yang tidak layak difaktorkan atau dikenal dengan istilah faktoring atau eliminasi.

  • Analisa Regresi

  Setelah didapatkan faktor baru dan variabel baru melalui analisis faktor selanjutnya dilakukan analisis regresi dengan memasukkan dua variabel yang berbeda yaitu variabel kinerja capaian waktu penyelesaian pekerjaan sebagai variabel respon dan variabel yang mempengaruhi (predictor) yang berasal dari hasil analisis faktor. Analisis regresi akan memberikan gambaran tentang seberapa besarkah kontribusi masing- masing variable predictor memberikan pengaruhi pada variabel respon. Untuk sederhananya analisis regresi yang akan digunakan dapat dituliskan kedalam sebuah persamaan sebagai berikut:

  y = a + b 1 x 1 + b 2 x 2 + b n x n

  Dimana : y = capaian kinerja waktu yang diukur dari selisih prosentase waktu aktual proyek terhadap waktu perencanaan dengan skala pengukuran ”semakin kecil prosentasenya semakin baik kinerjanya” x = variabel predictor yang mempengaruhi capaian kinerja waktu yang didapatkan dari hasil analisis faktor b = nilai kemiringan atau besarnya kontribusi masing-masing predictor yang mengakibatkan terganggunya kinerja waktu penyelesaian pekerjaan.

  Pengolahan Data Untuk Tujuan 2

  Untuk tujuan kedua, data yang digunakan adalah data hasil analisis tujuan pertama. disebabkan oleh variabel-variabel penyebab terjadinya keterlambatan penyelesaian pekerjaan diperoleh dengan terlebih dahulu menentukan rating probabilitas variabel risiko tersebut muncul berdasarkan pengalaman responden. Setelah diperoleh rating probabilitas selanjutnya ditentukan dampak yang mengakibatkan terjadinya keterlambatan pekerjaan. Tahapan akhir pengolahan data yang dilakukan setelah diketahui rating probabilitas dan rating dampak yang ditimbulkan adalah dengan menentukan tingkat risiko pada masing- masing variabel yang dominan menurut hasil tujuan pertama, tingkat risiko ini diperoleh dari hasil perkalian rating probabilitas dan rating dampak yang ditimbulkan.

  8. HASIL PEMBAHASAN

  8.1 Pengujian Validitas

  Sebelum data hasil kuesioner dilakukan analisa lebih lanjut, perlu dilakukan uji validasi untuk mengetahui konsistensi jawaban dalam kuesioner. Instrumen yang valid mampu mengukur apa yang diinginkan. Analisa validasi dilakukan dengan membandingkan antara r-hitung dan r-tabel, apabila r-hitung < r-tabel maka variabel tidak valid dan harus dibuang atau diperbaiki. Uji validasi dapat dilakukan dengan alat bantu SPSS dengan menggunakan angka r-hasil corelated Item- Total Correlation (Ghozali, 2006). Sementara untuk r-tabel yang diperoleh adalah 0,312 (taraf signifikan 5% (0,05), derajat kebebasan 38 (n-2). Jumlah sampel untuk uji kuesioner sebanyak (n) 40 orang responden dengan signifikansi 5% (α=0.05), dari sini di dapat nilai df=n-2, df=40-2=38. Informasi ini selanjutnya dikonversi dengan melihat tabel r product moment pada signifikansi 5%, didapatkan angka r tabel= 0,312. Selanjutnya nilai ini dibandingkan nilai r hitung yang diperoleh berdasarkan hasil SPSS untuk masing-masing variabel. Jika r ditabel r < r hasil hitungan, makan pernyataan itu valid. Hasil akhir analisis X38) variabel yang memiliki nilai r-hitung < dari r-tabel. Selanjutnya ke-empat variabel ini tidak lagi digunakan untuk analisis lebih lanjut.

  8.2 Pengujian Realibilitas

  2

  2

  dipergunakan sebagai uji ketepatan fungsi (goodness of fit test), semakin besar nilainya (mendekati 1) semakin bagus untuk meramalkan. Namun untuk mengevaluasi model regresi terbaik sebaiknya menggunakan nilai adjusted R

  2

  daripada nilai R

  2

  karena setiap penambahan satu variabel bebas, nilai R

  pasti meningkat tanpa mempedulikan apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat, sedangkan untuk nilai adjusted R

  2

  2

  dapat naik atau turun apabila satu variabel bebas ditambahkan dalam model. Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai kesalahan estimasi (standar

  error of the estimate ) relative kecil

  (0,18172) yang memperlihatkan bahwa data tersebar mendekati garis regresi dan persamaan regresi tepat digunakan dalam membuat perkiraan yang tepat mengenai Y. Sedangkan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat cukup tinggi karena nilai adjusted R

  2

  = 0,815. Didalam analisis regresi ini variabel (x) yang akan dijadikan variabel predictor adalah variabel yang telah ditetapkan berdasarkan hasil analysis faktor atau variabel terakhir setelah dilakukan reduksi melalui analisis faktor berdasarkan nilai KMO dan MSA pada tahap diperoleh ada 3 variabel yang mewakili tiga faktor (table 4.24) yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu x1, x29 dan x42. Dengan memperhatikan output SPSS seperti table 4.26 dan 4.27 diatas, maka dapat disimpulkan besarnya pengaruh masing- masing faktor yang diwakili oleh tiga

  Faktor/Tahapan Alpha Cronbach's Jumlah Item Inisiasi 0.785 Perencanaan 0.794 Pelaksanaan 0.894 Pengawasan 0.838 Penutupan 0.765 Variabel Y 0.698

  mendekati 1 (satu) menunjukan bahwa variabel bebas memberikan informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat. Nilai R

  kecil berarti kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat amat terbatas, sedangkan nilai R

  Sementara untuk pengujian realibilitas instrument yang dijelaskan oleh nilai alpha cronbach’s masing-masing faktor adalah sebagai berikut: Nilai alpha cronbach’s untuk variabel y (capaian kinerja) diperoleh dengan menggunakan formulasi sebagai berikut :

  factor terbesar pada setiap faktor, adalah

  = − 1 1 −

  Dengan memperhatikan hasil perhitungan nilai alpha cronbach’s masing-masing faktor seperti yang disajikan pada tabel 4.12, seluruh variabel (termasuk variabel Y=48) lebih besar daripada 60%, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel cukup reliable.

  8.3 Analisis Faktor

  Pengelompokan faktor dilihat dari tabel

  rotated component matrix diatas, wakil

  untuk setiap faktor dengan nilai loading

  faktor 1 = x1 (0,748), faktor 2 = x42 (0,731), faktor 3 = x29 (0,818)

  2

  8.4 Analisis Regresi

  Analisa regresi digunakan untuk mengetahui hubungan linier antara variabel terikat (y) dengan variabel bebas (x). Analisa regresi yang digunakan adalah regresi linear berganda dan dilakukan dengan menggunakan program SPSS 19 for Windows. Variabel yang dimasukkan dalam analisa regresi adalah variabel yang memiliki nilai loading factor terbesar pada faktornya masing-masing dengan pertimbangan untuk menghindari terjadinya multikolineritas. Hasil analisa regresi adalah sebagai berikut:

  Koefisien determinasi (R

  2

  ) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel bebas, dengan nilai R

  2

  adalah antara 0 (nol) sampai dengan 1 (satu). Nilai R

  48 penyelesaian pekerjaan adalah sebagai berikut:

  y = 4.414 – 0.153x 1 + 0.060x 29 + 0.074x

  42

  dimana : y = capaian kinerja waktu yang diukur dari selisih prosentase waktu aktual proyek terhadap waktu yang telah direncanakan x1 = Ketidaktegasan dalam pemberian otoritas dan tanggung jawab dalam mengelola proyek x29 = Salah dalam menerapkan metoda kerja x42 = Salah dalam melakukan monitoring dan pengendalian risiko Dari persamaan yang diperoleh terlihat bahwa capaian kinerja waktu yang diukur dari selisih prosentase waktu aktual proyek terhadap waktu penyelesaian yang telah direncanakan sangat bergantung pada tiga variabel yang mewakili tiga faktor sebagai predictor. Tiga variabel tersebut memiliki kontribusi sebagai penyebab bergantung pada nilai koefisien yang dimilikinya, yaitu

  0.153 untuk Ketidaktegasan dalam

  pemberian otoritas dan tanggung jawab dalam mengelola proyek (x1); 0.060 untuk Salah dalam menerapkan metoda kerja (x29); 0.074 untuk Salah dalam melakukan monitoring dan pengendalian risiko yang diukur (x42)

  Analisis Risiko

  Analisa risiko dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan nilai kepentingan masing-masing variabel terhadap potensi risiko yang ditimbulkannya sebagai penyebab terlambatnya waktu penyelesaian pekerjaan. Tingkat kepentingan akan dinilai dengan lima skala yaitu : 1 (Sangat Tidak (Penting); dan 5 (Sangat Penting). Hasil penjajakan pendapat melalui wawancara dengan 40 orang responden disajikan dalam table dibawah ini:

  Hasil penilaian kepentingan seperti table diatas memperlihatkan bahwa rata-rata jawaban responden menunjukkan bahwa masing-masing variabel memiliki tingkat kepentingan dominan sebagai variabel yang harus dipertimbangkan untuk mengatasi dampak risiko keterlambatan yang akan terjadi. Setelah hasil dari wawancara didapatkan maka tahap selanjutnya dalam metode analisis kuantitatif adalah dengan menyusun tingkat kepentingan resiko untuk mengetahui resiko mana yang paling berpotensi untuk menyebabkan rendahnya capaian kinerja waktu penyelesaian pekerjaan. Berikut panduan dalam menentukan tingkat kepentingan risiko berdasarkan rating probabilitas kejadian dan rating dampak yang ditimbulkan. Hendricson (2000) juga merumuskan indeks resiko berdasarkan probabilitas dan dampaknya. Setiap indeks resiko mencerminkan tingkat resiko, sehingga berdasarkan indeks resiko tersebut ditetapkan tingkat resiko. Tingkat resiko tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu resiko rendah, resiko moderat dan resiko tinggi. Probabilitas adalah peluang/kemungkinan terjadinya risiko tersebut. Probabilitas didasarkan pada analisis statistik atau

  experience judgement . Probabilitas juga

  dapat didasarkan pada data frekuensi kejadian tersebut dimasa lalu. Rating Probabilitas adalah mulai sangat kecil sampai dengan sangat besar, atau nilai 0 s.d

  1. Nilai rating probabilitas 0 berarti tidak akan terjadi dan nilai probabilitas 1 berarti dapat dipastikan akan terjadi. Dampak adalah akibat yang bersifat negative terhadap pencapaian sasaran atau merugikan perusahaan. Besar kecilnya dampak harus kerugian yang ditimbulkan. Kerugian dapat dihitung atas dasar nilai perolehan, nilai buku, nilai pasar atau nilai penggatian. Selanjutnya dampak dikonversikan dalam nilai skala 0 s.d 1. Rating dampak ini akan berbeda untuk setiap klasifikasi risiko. Untuk menentukan tingkat risiko tersebut risiko moderat atau risiko tinggi, dapat masing-masing standar dengan hasil sebagai digunakan tabel 2.3 di bawah ini. Di mana R berikut: adalah risiko ringan, M adalah risiko moderat dan T adalah risiko tinggi. Selanjutnya untuk menentukan rating probabilitas masing-masing variabel muncul sebagai penyebab rendahnya capaian kinerja biaya dikumpulkan hasil penjajakan opini responden melalui wawancara yang hasilnya disajikan kedalam table

  Dari hasil akhir pengolahan risiko seperti rekapitulasi sebagai berikut: yang telah disajikan pada table diatas maka dapat disimpulkan rangking risiko berdasarkan tingkatan masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

  Nilai rating probabilitas masing-masing

  9. PENUTUP

  variabel ditetapkan berdasarkan rata-rata Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, nilai jawaban seluruh responden. maka dapat disimpulkan beberapa hal

  Selanjutnya nilai probabilitas tersebut sebagai berikut: dikonversikan kedalam skala yang ada

  1. Faktor-faktor dominan yang seperti table 4.29. Setelah rating probabilitas menyebabkan terjadinya keterlambatan didapatkan langkah selanjutnya adalah waktu penyelesaian pekerjaan adalah : menentukan rating dampak yang