Efforts to resolve the problem of forest area conservation on the national park in the island of Sumatra
UPAYA PENYELESAIAN MASALAH PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN PADA TAMAN NASIONAL DI PULAU SUMATRA
(Efforts to Resolve the Problem of Forest Area Conservation on the National
Park in the Island of Sumatra)
Desmiwati 1 dan Surati 2
1 Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Bogor Jl. Pakuan Ciheuleut PO.Box. 105 Bogor, Jawa Barat, Indonesia Telp: +62251 8327768, Fax: +622518327768
2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial, Ekonomi, Kebijakan dan Perubahan Iklim Jl. Gunung Batu, No. 5 Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Telp: +622518633944, Fax: +622518634924
Article Info
ABSTRAK
Article History:
Dalam rangka terselenggaranya pengelolaan hutan secara baik, diperlukan kepastian Received 2 February
kawasan hutan secara faktual maupun secara yuridis agar memiliki landasan hukum 2017; received in revised
yang kuat. Hal ini memerlukan kemantapan tata batas kawasan hutan. Penelitian ini form 21 August 2017;
bertujuan untuk mengetahui perkembangan kegiatan pemantapan kawasan taman accepted 21 August
nasional (TN) di Pulau Sumatra, dan mengetahui permasalahan yang terjadi dalam 2017.
proses pemantapan kawasan TN di Pulau Sumatra. Penelitian dilakukan pada 11 TN di Available online since 31
Pulau Sumatra, terdiri dari 7 TN sebagai wilayah kesatuan pengelolaan hutan konservasi August 2017 (KPHK) dan 4 TN non KPHK. Pendekatan analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan dari 11 TN terdapat
Kata kunci:
27,27% yang telah melakukan penataan batas luar sampai dengan temu gelang, Kawasan hutan
sedangkan 72,72% belum melakukan. Hal ini disebabkan ada beberapa area yang akan Pemantapan kawasan
ditata batas masih bermasalah dengan masyarakat. Penataan zonasi telah dilakukan oleh Taman nasional
10 TN (90,91%) dan 1 TN (9,09%) belum melakukan penataan zonasi. Masih ada TN Zonasi
yang belum menetapkan zonasi berdasarkan tata batas yang benar. Dari permasalahan yang ada, upaya yang perlu dilakukan di antaranya adalah perlu adanya tanda batas yang jelas pada TN yang dapat dikenali oleh semua pihak, proses penetapan zonasi perlu
dipercepat dan dilakukan sesuai dengan kepentingan semua pihak, serta perlu adanya pelibatan masyarakat dalam pengelolaan TN.
Keywords:
ABSTRACT
Forest area Forest area stabilization
In the frame of the implementation of good forest management, the certainty of the National park
factually and legally forest area it is needed in order in order to have solid legal foundation. Zonation
This means the stability on forest boundary areas it is required. This study aimed to carry
out scrutiny of the stability of 11 national parks areas in Sumatra, and to recognize the
development of stabilization of national parks. The study is conducted in 11 national parks in Sumatra consisting of 7 national parks as conservation forest management unit (CFMU)
and 4 parks are not CFMU. The analysis approach used for the research was qualitative descriptive. The results showed that out of 11 national parks only 27.27% which has been structuring the outer boundary from end to end, meanwhile 72.72% have not done. This is because there are some boundaries areas that will be regulated still have problems with the community. Zonation structuring has been conducted by 10 National Park (90.91%) but 1 TN (9.09 have not done the zonation structuring yet). There are some national parks has not been define the boundary properly. Out of number of issues, some efforts that need to be done are to clarify boundary markers on the national parks that can be recognized by all stakeholders, the the acceleration of zone marking and carried out in accordance with the interests of all stakeholders, as well as the need for community involvement in the management of national parks.
Corresponding author. Tel.: +62 81381094360 E-mail address: desmiwati.wong@gmail.com (Desmiwati)
http://dx.doi.org/10.18330/jwallacea.2017.vol6iss2pp135-146
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea
Vol. 6 No.2, Agustus 2017: 135-146
I. PENDAHULUAN
pengelolaan kawasan Penetapan taman nasional (TN) untuk
tercapainya
tujuan
konservasi secara optimal.
pertama kalinya dimulai di Amerika Serikat ketika Tercapainya tujuan pengelolaan kawasan Presiden
konservasi secara optimal sangat dipengaruhi Yellowstone sebagai kawasan perlindungan alam
oleh persoalan tata batas kawasan. Penelitian yang kemudian menjadi TN pertama di dunia
terkait pemantapan kawasan hutan dalam rangka (Dunggio & Gunawan, 2009). Menurut Peraturan
pengelolaan TN secara berkelanjutan masih Pemerintah Republik Indonesia No. 108 tahun
antaranya adalah 2015
pemantauan hutan rawa gambut di kawasan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang
tentang Perubahan
atas
Peraturan
Berbak-Sembilang (Wibowo, 2002), partisipasi Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
dalam pengelolaan Pelestarian Alam, bahwa TN adalah kawasan
kelompok
masyarakat
kawasan hutan lindung, kasus di hutan lindung pelestarian
Gunung Nona Kota Ambon Provinsi Maluku ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang
alam (KPA)
yang mempunyai
(Salampessy et al., 2004), telaah sejarah dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
kebijakan pengelolaan TN di Indonesia (Dunggio pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,
& Gunawan, 2009), permasalahan penataan ruang pariwisata, dan rekreasi. Dalam Undang-Undang
kawasan hutan dalam rangka revisi penataan tata No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
ruang wilayah provinsi (Syahadat & Subarudi, Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, terjadi
2012), kajian harmonisasi pengelolaan tujuh TN pengembangan kebijakan pengelolaan kawasan
laut (Halim, 2014), dan efektifitas pelaksanaan hutan khususnya dalam peningkatan fungsi
kebijakan penggunaan kawasan hutan dengan konservasi melalui pembentukan unit-unit TN.
kompensasi lahan di Provinsi Jawa Barat Salah satu syarat kawasan hutan ditetapkan
(Cahyadiet al.,2015). Sedangkan penelitian terkait menjadi TN adalah bahwa kawasan hutan
pemantapan kawasan hutan dan pengelolaannya tersebut memiliki ekosistem yang masih utuh atau
dengan lokus Pulau Sumatra belum dilakukan. masih memiliki keadaan alam yang asli dan alami
termasuk pulau yang (Sylviani, 2008).
Pulau
Sumatra
11 TN dengan Selaras dengan kebijakan pemerintah, sejak
keberagamannya, baik itu sumberdaya maupun tahun 1982 sampai dengan tahun 2004 telah
konflik yang terjadi. Lokus penelitian tentang TN ditunjuk 50 unit TN dengan total luas kawasan
di Pulau Sumatra selama ini dilakukan dengan 16,46 juta ha terdiri dari kawasan perairan
kasus – kasus tertentu di satu TN, maka penelitian 654.346,3 ha dan daratan 15.806.088,4 ha
ini untuk mengetahui gambaran TN di Pulau (Dunggio & Gunawan, 2009). Jumlah TN
Sumatra secara menyeluruh dan khususnya mengalami perubahan, sampai dengan saat ini
terkait pemantapan kawasan. Penelitian ini terdapat 53 unit TN(Direktorat Jenderal KSDAE,
bertujuan untuk (1) mengetahui perkembangan 2017). Meskipun jumlah TN yang ditetapkan terus
kegiatan pemantapan kawasan TN di Pulau mengalami perubahan, persoalan yang dihadapi
Sumatra, dan (2) mengetahui permasalahan yang dalam pengelolaannya juga semakin beragam.
terjadi dalam proses pemantapan kawasan TN di Banyak persoalan TN yang sampai saat ini belum
Dengan mengetahui terpecahkan di antaranya perambahan kawasan,
Pulau
Sumatra.
perkembangan dan permasalahan yang terjadi sengketa tata batas, perburuan liar, illegal logging
dalam kegiatan pemantapan kawasan TN maka dan kurangnya dukungan dari stakeholders lokal
dapat dirumuskan upaya-upaya yang perlu (Dunggio & Gunawan, 2009; Ginting, 2010;
dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi Sulistyo et al., 2014; Surati, 2014).
masalah yang terjadi sehingga pengelolaan TN Potensi yang terdapat dalam TN menjadi
dapat lebih efektif dan efisien. daya pikat bagi penduduk setempat maupun pihak terkait lainnya untuk melakukan kegiatan
II. METODE PENELITIAN
perladangan/bertani, pemukiman, illegal logging, okupasi lahan perkebunan, pembukaan jalan,
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada 11 TN di Pulau pertambangan, dan beberapa bentuk kegiatan Sumatra yang terdiri dari 7 TN sebagai kesatuan yang menjadi gangguan terhadap upaya
pelestarian dan pengelolaannya. Hal demikian pengelolaan hutan konservasi (KPHK), 4 unit TN secara umum berakibat timbulnya konflik
Model (Non KPHK). Penelitian dilakukan pada tahun 2011, dan tahun 2016 telah dilakukan studi
kawasan yang berkepanjangan (Handoyo et al., 2011), juga terjadinya berbagai tindak pidana
literatur untuk pembaharuan data. Penulis kehutanan, sehingga ketidakpastian kawasan
melakukan penelitian dengan mendatangi wilayah TN di Pulau Sumatra.
pengelolaan secara fisik di lapangan maupun
secara yuridis formal lebih jauh berakibat tidak
Upaya Penyelesaian Masalah Pemantapan Kawasan Hutan pada Taman Nasional di Pulau Sumatra Desmiwati dan Surati
B. Pengumpulan Data
Perkiraan panjang batas luar 252,75 km dan Pemantapan kawasan hutan tidak lepas dari
telah ditata batas sebagai TN. Sesuai dengan pengukuhan kawasan hutan mulai penataan
Menteri Lingkungan Hidup dan batas, pemetaan sampai penetapan, penataan
Peraturan
Indonesia No. zonasi yang sudah jelas, serta perencanaan
Kehutanan
Republik
P.7/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 tentang kegiatan pengelolaan yang sistimatis, terukur dan
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis realistis terutama untuk pengurusan kawasan
TN, TN Berbak dan Sembilang merupakan maupun dalam rangka pengelolaan kawasan
gabungan antara TN Berbak dan TN Sembilang secara berkelanjutan.
sejak tahun 2016. TN Berbak dan Sembilang Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
merupakan kawasan pelestarian alam untuk terdiri dari dua jenis, yaitu data primer dan data
konservasi hutan rawa terluas di Asia Tenggara sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh
yang belum terjamah oleh eksploitasi manusia. melalui
Keunikannya berupa gabungan yang menarik interview) dengan 15 orang informan kunci pada
antara hutan rawa gambut dan hutan rawa air setiap lokasi TN. Informan kunci tersebut berasal
tawar yang terbentang luas di pesisir Timur dari staf TN, Balai Konservasi Sumber Daya Alam
Sumatra. Ada sekitar 110 ribu ha hutan gambut (BKSDA), Balai Pemantapan Kawasan Hutan
dan 60 ribu ha hutan rawa.
(BPKH) dan dinas terkait. Total informan kunci TN Berbak dan Sembilang merupakan dalam penelitian ini adalah 165 orang. Data
habitat bagi harimau sumatra, gajah asia, tapir primer yang dikumpulkan melalui wawancara
asia, siamang, kucing emas, rusa sambar, buaya informan kunci meliputi: data progres tata batas
muara, ikan sembilang, penyu air tawar raksasa, kawasan TN, pengukuhan dan penetapan kawasan
lumba-lumba air tawar dan berbagai spesies TN, penataan zonasi, dokumen perencanaan TN,
burung. Terdapat flora di antaranya gajah paku, permasalahan-permasalahan dalam proses tata
nipah, cemara laut, pandan laut, waru, nibung, batas, pengukuhan dan penetapan kawasan serta
jelutung menggeris, gelam tikus. Satu pesona yang dalam proses penataan zonasi. Data sekunder
cukup menarik adalah proses migran burung dari adalah data pendukung yang diperoleh dari
Siberia yang dapat dilihat di Sembilang pada instansi terkait dan hasil-hasil penelitian.
bulan Oktober. TN Berbak dan Sembilang akan segera membangun pos-pos untuk rencana
C. Analisis Data
Pendekatan analisis yang digunakan adalah pengembangan potensi wisata, kedepannya akan deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif
diatasi masalah payung hukum dan aturan, serta pembangunan sarana dan prasarana bagi paket
dilakukan untuk mengidentifikasi dan menilai
wisata.
kesenjangan antara data dan informasi yang dibutuhkan untuk penilaian kinerja dengan data
TN Berbak dan Sembilang telah melakukan dan informasi yang tersedia di TN.
penataan zonasi, yang terdiri dari zona inti, rimba, pemanfaatan dan rehabilitasi untuk kawasan
Data-data yang diperoleh diuji validitasnya hutan di Berbak, SK Penetapan zonasi oleh Dirjen dengan menggunakan teknik triangulasi, yaitu
cara uji silang antara sumber data yang satu KSDAE No. SK 113/IV-Set/2014. Sedangkan dengan sumber data lainnya (Kasiyan, 2015).
untuk kawasan Sembilang terdiri dari zona inti, rimba, pemanfaatan, tradisional, rehabiliasi dan
Proses ini dilakukan terus-menerus sampai tidak ada lagi perbedaan-perbedaan dan tidak ada lagi
zona khusus, dengan SK penetapan zonasi dari yang perlu dikonfirmasikan kepada informan .
Dirjen PHKA No. 111/IV-Set/2011. Triangulasi
2. TN Bukit Dua Belas
pendekatan multimetode yang dilakukan peneliti
pada saat melakukan penelitian, mengumpulkan, TN Bukit Dua Belas terletak di Kabupaten dan menganalisis data. Ide dasarnya adalah
Sarolangun Bangko, Batanghari, dan Bungo Tebo, bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami
Jambi, ditunjuk Menteri Kehutanan pada tahun dengan baik sehingga diperoleh kebenaran
2000 dengan luas kawasan 60.500 ha. Di tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut
kawasan TN Bukit Dua Belas berdiam Suku Anak pandang. Memotret fenomena tunggal dari sudut
Dalam atau Suku Kubu atau Orang Rimba. TN pandang yang berbeda-beda akan memungkinkan
Bukit Dua Belas merupakan perwakilan hutan diperoleh
hujan tropis di Provinsi Jambi. Berbeda dengan (Kasiyan, 2015).
tingkat kebenaran yang
handal
beberapa TN lainnya, TN Bukit Dua Belas ditetapkan
bukan
hanya didasarkan atas
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
keanekaragaman
hayatinya, melainkan juga
A. Gambaran Umum TN di Pulau Sumatra
dengan pertimbangan keberadaan komunitas adat
1. TN Berbak dan Sembilang Orang Rimba. Berdasarkan alasan tersebut TN Berbak dan Sembilang terletak di
tentunya sebagian besar pengelolaan kawasan Provinsi Jambi dengan luasan 265.596,31 ha.
melibatkan unsur Orang Rimba sebagai suku asli
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea
Vol. 6 No.2, Agustus 2017: 135-146
dan masyarakat melayu sekitar (Reslawati, 2011; payung raksasa. Fauna langka antara lain harimau Novriyanti, 2013; Daulay, 2013).
sumatra, beruang madu, gajah sumatra, badak Menurut Sardi (2010) konflik yang terjadi di
sumatra, orangutan sumatra (mawas), burung TN Bukit Dua Belas melibatkan berbagai pihak
rangkong papan, anjing ajag, siamang, macan yaitu warga desa sekitar, orang rimba, anak
dahan, kambing hutan dan tapir (Ginting, 2010). perusahaan, LSM, dan pihak pengelola TN.
batas berdasarkan Keragaman kepentingan yang melatarbelakangi
Perkiraan
panjang
penunjukan 710 km dan penataan batas di terjadinya konflik kepentingan konservasi dan
lapangan sebagai TN realisasi 30 km (4,22%). pencadangan
Tahun 2002, 2009, dan 2010 pernah dilakukan kepentingan
rekonstruksi batas sepanjang 355,944 km,namun kepentingan
rekonstruksi tersebut dilakukan terhadap hasil penghidupan (Takiddin, 2014).
mempertahankan
ruang
tata batas yang didasarkan SK Menteri Pertanian Tata batas di lapangan sudah dilaksanakan
rekonstruksi belum secara temu gelang sepanjang 146,91 km (100%).
tahun
1980, sehingga
sepenuhnya dilakukan, seharusnya rekonstruksi Dalam rangka pengelolaan TN telah disusun
didasarkan pada SK Menteri Kehutanan tahun zonasi, dengan SK penetapan zonasi oleh Dirjen
1997. Dalam rangka pengelolaan TN telah disusun KSDAE No. SK 22/IV-14CBHL/2015, terdiri dari
zonasi, dan telah ditetapkan melalui SK Dirjen zona inti, rimba, pemanfaatan dan zona lainnya.
PHKA No. SK.35/IV-Set/2014, terdiri dari zona inti, rimba, pemanfaatan, tradisional, rehabiliasi,
3. TN Way Kambas religi, khusus dan wilayah abu-abu. TN Way Kambas, terletak di Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung, ditunjuk
5. TN Kerinci Seblat
Menteri Kehutanan pada tahun 1991 dengan luas TN Kerinci Seblat adalah TN terbesar di kawasan 130.000 ha. Tata batas kawasan telah
wilayah Sumatra, membentang di empat provinsi dilaksanakan secara temu gelang sepanjang
yaitu Sumatra Barat, Jambi, Bengkulu dan 233,30 km (100%) dan kawasan telah ditetapkan
Sumatra Selatan. Potensi keanekaragaman hayati Menteri Kehutanan tahun 1999 dengan luas areal
yang dimiliki TN Kerinci Seblat cukup besar, baik efektif 125.621 ha. Dalam rangka pengelolaan TN
itu sumberdaya alam, flora maupun faunanya. telah disusun zonasi yang ditetapkan Direktur
Sekitar 4.000 spesies tumbuhan yang ada di TN Jenderal PHKA dengan No. SK 121/IV-Set/2011,
ini, termasuk bunga terbesar di dunia yaitu dan telah dikaji untuk perubahan zonasi, namun
Rafflesia arnoldi dan bunga tertinggi di dunia dalam usulan kajian tersebut terjadi pengurangan
Titian arum. Fauna yang ada di TN di antaranya luas zona inti dan zona rimba. Zonasi yang ada
adalah Harimau sumatra, Badak sumatra, gajah terdiri dari zona inti, rimba, konservasi khusus,
sumatra, macan dahan, tapir melayu, beruang pemanfaatan intensif, dan khusus TPU Desa
madu dan sekitar 370 spesies burung. TN Kerinci Rantau Jaya Udik II.
Seblat mempunyai potensi wisata yang unik Hasil penelitian Maullana & Darmawan
dengan berbagai mata air panas, sungai beraliran (2014) bahwa penutupan lahan terluas pada zona
deras, gua, air terjun dan danau kaldera tertinggi rimba dan zona pemanfaatan intensif adalah
di Asia Tenggara.
alang-alang, sedangkan zona khusus konservasi Ditunjuk Menteri Kehutanan tahun 1996 dan zona inti memiliki penutupan terluas berupa
dengan luas kawasan ± 1.368.000 ha. Tata batas hutan. Keunikan TN Way Kambas adalah TN yang
sudah dilakukan secara temu gelang sepanjang khusus untuk perlindungan gajah.
2.503,140 km dan kawasan TN telah ditetapkan Menteri Kehutanan tahun 1999 dengan luasan
4. TN Gunung Lueseur 1.375.389,876 ha. Perkembangan kebijakan TN Gunung Leuseur terletak di Provinsi
sesuai Keputusan Menteri Kehutanan pada tahun Nangroe Aceh Darussalam dan sebagian kecil
2004 areal kawasan TN Kerinci Seblat bertambah lainnya
menjadi ± 1.389.549,876 ha, namun terhadap Keberadaan TN Gunung Leuser pada awalnya
masuk Provinsi
Sumatra
Utara.
areal penambahan tersebut belum ditindaklanjuti diakui dalam Pernyataan Menteri Pertanian tahun
penataan batas luarnya. Hal demikian berakibat 1980 dengan luas 792.675 ha, namun selanjutnya
tata batas luar kawasan TN Kerinci Seblat menjadi tahun 1997 ditunjuk Menteri Kehutanan dengan
tidak temu gelang, sehingga terhadap penetapan luas kawasan ± 1.094.692 ha. TN Gunung Leuser
TN Kerinci Seblat oleh Menteri Kehutanan perlu merupakan tipe ekosistem hutan hujan tropis
direvisi. Telah dilakukan penetapan zonasi oleh dataran rendah dan pegunungan, berada pada
Dirjen PHKA NO. SK07/IV-KK/2017, terdiri dari ketinggian antara 150 - 3450 m dpl dengan
zona inti, rimba, pemanfaatan, tradisional, puncak tertinggi Gunung Leuser dan Gunung
rehabilitasi dan zona khusus. Bandahara. Flora yang dilindungi antara lain bunga bangkai (Rafflesia arnoldi) dan pohon
Upaya Penyelesaian Masalah Pemantapan Kawasan Hutan pada Taman Nasional di Pulau Sumatra Desmiwati dan Surati
6. TN Bukit Barisan Selatan
8. TN Bukit Tiga Puluh
TN Bukit Barisan Selatan terletak di TN Bukit Tiga Puluh, terletak di Kabupaten Bengkulu Selatan dan Lampung Utara memiliki
Bungo Tebo, Indragiri Hulu, dan Indragiri Hilir, beberapa hutan dataran rendah di Sumatra. TN
Provinsi Riau dan Jambi. Ditunjuk Menteri Bukit Barisan Selatan sangat kaya dalam hal
Kehutanan tahun 1995 dengan luasan ± 127.698 keanekaragaman hayati dan merupakan tempat
ha. TNBukit Tiga Puluh merupakan tempat tinggal tinggal bagi tiga jenis mamalia besar yang paling
dan Talang mamak. terancam di dunia yaitu gajah sumatra, badak
Keanekaragaman hayati yang tinggi di TN Bukit sumatra, dan harimau sumatra.
Tiga Puluh, sehingga banyak pihak yang ingin Bukit
memanfaatkannya, saat ini mendapat ancaman sebagai cagar alam dan suaka margasatwa pada
serius dari penebangan hutan ilegal dan tahun 1935. Kawasan Bukit Barisan Selatan
penanaman minyak sawit.
dinyatakan sebagai TN oleh Menteri Pertanian Tata batas luar kawasan masih batas fungsi tahun 1982 dengan luas ± 356.800 ha dan belum
semula dengan penataan batas luarnya pada ada Keputusan
tahun 1990 dan 1994 (kelompok hutan Singkati), penunjukannya.
lindung Haposipin) penunjukan
mencapai 229 km. Pada tahun 2002 kawasan TN Margasatwa Sumatra Selatan menjadi TN Bukit
dan perubahan
fungsi
Suaka
Bukit Tiga Puluh ditetapkan Menteri Kehutanan Barisan Selatan belum memiliki kepastian hukum.
dengan luas areal efektif 144.223 ha. Rekonstruksi Walaupun demikian untuk perkiraan panjang
batas telah dilakukan pada tahun 2002 di Provinsi batas luar 953,903 km telah direkonstruksikan
Jambi sepanjang 95 km dan pada tahun 2003 di batas luarnya dengan inisial TN sepanjang 333,9
Provinsi Riau sepanjang 134 km namun pal batas km (35%). Pada tahun 1990 Menteri Kehutanan
masih berinisial TN/HPT, ID pal belum diubah menunjuk cagar alam laut (perairan) seluas
dialokasikan dalam ± 21.600 ha letaknya berbatasan dengan kawasan
perencanaan untuk rekonstruksi berikutnya. TN Bukit Barisan Selatan, yang secara operasional
Dengan demikian antara bukti formal dengan di lapangan berada dalam pengawasan Balai
fakta tanda batas di lapangan tidak sinkron Besar TN Bukit Barisan Selatan namun belum ada
sehingga penetapan kawasan TN Bukit Tiga Puluh penegasan untuk pengelolaannya. Telah dilakukan
belum kuat secara hukum karena pal batas di zonasi dengan SK dari Dirjen PHKA No. 80/IV-
lapangan belum berinisial TN. Telah dilakukan KKBHL/2014, terdiri dari zona inti, rimba,
penetapan zonasi melalui SK Dirjen PHKA pemanfaatan, tradisional, reahabilitasi, religi,
No.17/KPts/DJ-V/2001, terdiri dari zona inti, khusus, blok perlindungan dan blok pemanfaatan.
rimba, pemanfaatan, dan zona lainnya.
7. TN Siberut
9. TN Batang Gadis
TN Siberut terletak di Kabupaten Padang TN Batang Gadis terletak di Sumatra Utara Pariaman, Sumatra Barat. Dengan luas wilayah
(Mandailing Natal), secara administrasi wilayah sebesar 190.500 ha. Di Pulau Siberut tercatat
ini dikelilingi 68 desa di 13 kecamatan di antara lain 896 spesies tumbuhan berkayu, 31
Kabupaten Mandailing Natal. Fauna yang ada di spesies mamalia, dan 134 spesies burung.
TN Batang Gadis, antara lain harimau sumatra Terdapat empat spesies endemik primata yang
(Panthera tigris sumatrae), kambing hutan terancam punah. Keempat spesies endemik
sumatrensis), tapir (Tapirus tersebut adalah siamang mentawai (bilou,
(Naemorhedus
indicus), kucing hutan (Catopuma temminckii), Hylobates
kancil (Tragulus javanicus), binturong (Arctitis potenziani), monyet mentawai (simakobu, Simias
binturong), beruang madu (Helarctos malayanus), concolor), dan beruk (bokoi, Macaca pagensis).
unicolor), kijang (Muntiacus TN
Rusa
(Cervus
muntjac) dan landak (Hystix brachyura) (Sylviani, Keputusan Menteri KehutananNomor 407/Kpts-
Siberut ditetapkan
melalui
Surat
2008). Jumlah burung yang ada di kawasan TN II/1993. Perkiraan batas luar kawasan sepanjang
tersebut sampai saat ini adalah 242 jenis. Dari 242 ± 205 km dan progres tata batas masih tahap
jenis tersebut, 45 merupakan jenis burung yang pemancangan batas sementara sepanjang 98,38
dilindungi di Indonesia, 8 jenis secara global km. Sebelumnya tahun 1981 pulau ini sudah
terancam punah, 11 jenis mendekati terancam ditetapkan sebagai cagar biosfer melalui proyek
punah, seperti jenis-jenis Sunda groundcuckoo, man and biosphere UNESCO. Hutan hujan yang
Salvadori pheasant, dan Sumatran cochoa. merupakan bagian dari TN Siberut menyelimuti
Ditunjuk oleh Menteri Kehutanan pada tahun hampir 65% Pulau Siberut. Telah dilakukan
2004 dengan luasan ± 108.000 ha. Sebelum zonasi melalui SK Dirjen PHKA No. 32/IV-
ditunjuk sebagai TN terdapat permasalahan Set/2015,
tumpang tindih kawasan dengan pertambangan pemanfaatan dan zona lainnya.
terdiri dari
emas PT Sorikmas Mining. Perkiraan panjang
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea
Vol. 6 No.2, Agustus 2017: 135-146
batas luar kawasan 280,32 km dengan progres
merupakan kawasan tata batas masih tahap pemancangan batas
80 ekor gajah
dan
konservasi gajah.
Kawasan TN Tesso Nilo ditunjuk Menteri Penatagunaan
sementara. Direktur
Pengukuhan
dan
Kehutanan pada tahun 2004 dengan luasan ± rencana kegiatan tata batas definitif dan
38.576 ha dan pada tahun 2009 terbit Keputusan penyelesaian tata batas tidak dilaksanakan
Menteri Kehutanan untuk penambahan luas berhubung adanya Keputusan Mahkamah Agung
kawasan TN Tesso Nilo menjadi ± 83.068 ha. Nomor 29P/Hum/2004 tanggal 17 September
Perkiraan panjang batas luar ± 139 km dengan 2008 perihal Pembatalan SK Menteri Kehutanan
realisasi penataan batas sepanjang 35,81 km tentang penunjukan kawasan TN Batang Gadis.
(25,76%). Telah dilakukan penetapan zonasi Direktur Jenderal PHKA melalui Nota Dinas
melalui SK Dirjen PHKA No. 154/IV-Set/2015, kepada Menteri Kehutanan telah melaporkan
terdiri dari zona inti, rimba, pemanfaatan, dan bahwa berdasarkan telaahan ulang luasan
zona lainnya.
kawasan TN menjadi 71.838 ha sehingga diharapkan ada negosiasi ulang dengan PT.
11. TN Zamrud
Sorikmas Mining dan jika alternatif tersebut tidak TN Zamrud terletak di Kabupaten Siak, dapat diterima sekaligus diusulkan agar fungsi TN
Provinsi Riau, dengan luas 31.480 ha. Menteri diubah menjadi Hutan Lindung. Dengan demikian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan menetapkan kawasan TN Batang Gadis belum memiliki
Zamrud sebagai TN sejak tahun 2016. Sebelumnya kepastian areal efektif dan belum memiliki
Zamrud merupakan suaka margasatwa. TN kekuatan
Zamrud terletak di hutan gambut, dengan berkelanjutan.
pengelolaan bekerja sama dengan April Grub. TN pengelolaan kawasan TN Batang Gadis tidak
Zamrud merupakan kawasan rawa gambut yang optimal karena pengelola belum bisa sepenuhnya
kaya akan keanekaragaman hayati, baik flora melaksanakan kegiatan yang telah diprogramkan.
maupun fauna. Fauna yang ada diantaranya Menurut Sylviani (2008) bahwa masalah
serindit melayu (Loriculus sosial yang ada di TN Batang Gadis adalah
adalah
burung
galgulus) serta 12 jenis burung lain yang masuk masyarakat masih belum paham terhadap fungsi
dalam spesies dilindungi dalam daftar IUCN. dan manfaat kawasan TN, permasalahan tata
Perkembangan pemantapan kawasan hutan batas dengan masyarakat yang masih tarik ulur,
TN Zamrud adalah belum dilakukannya tata batas adanya perkebunan di dalam kawasan TN,
dan belum dilakukan penataan zonasi, masih adanya pemukiman warga Nias ± 100 KK yang
dalam proses penyusunan penetapan zonasi. TN bermukim di dalam kawasan sejak 1980, janji
Zamrud dibentuk sebagai upaya melindungi pemerintah daerah yang belum terealisir untuk
kawasan tersebut dari para penjarah hutan, melibatkan masyarakat dalam pengelolaan TN,
permasalahan utama adalah maraknya ilegal adanya keinginan untuk merambah hutan dan
loging.
masih menganggap adanya “hutan adat”, dan konsep pembangunan wilayah yang belum satu
B. Pengukuhan dan Pemantapan Kawasan
persepsi dengan instansi terkait dimana keinginan
TN
terhadap revitalisasi tanaman perkebunan masih Menurut Undang-Undang Republik Indonesia dominan. Hal tersebut akan berdampak pada
nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, pengelolaan TN Batang Gadis yang belum optimal,
pengukuhan kawasan hutan dilakukan untuk untuk masalah sosial tersebut perlu adanya
memberikan kepastian hukum atas kawasan pelibatan masyarakat dengan pendekatan yang
hutan. Pengukuhan kawasan hutan meliputi partisipatif.
penunjukan, penataan batas dan penetapan pemahaman tentang fungsi dan manfaat TN,
kawasan hutan.
sehingga permasalahan
yang ada dapat
Dari hasil pengumpulan data didapatkan diselesaikan secara bersama antara semua pihak. bahwa TN sebagai wilayah KPHK sebanyak 7 TN yang sudah melakukan penataan batas luar
10. TN Tesso Nilo sampai dengan temu gelang yaitu TN Bukit Dua TN Tesso Nilo terletak di Kabupaten
Belas, TN Bukit Tiga Puluh dan TN Way Kambas, Pelawan, Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Terdapat
sedangkan TN Berbak dan Sembilang, TN Batang 360 jenis flora yang tergolong dalam 165 marga
Gadis, TN Siberut, dan TN Tesso Nilo belum dan 57 suku, 107 jenis burung, 23 jenis mamalia,
melakukan penataan batas luar sampai dengan tiga jenis primata, 50 jenis ikan, 15 jenis reptilia
temu gelang (Tabel 2). Hal ini karena ada dan 18 jenis amfibia di setiap hektar TN Tesso
beberapa TN yang belum dilakukan tata batas, Nilo. Tesso Nillo juga adalah salah satu sisa hutan
rekonstruksi pada beberapa lokasi ditolak oleh dataran rendah yang menjadi tempat tinggal 60-
masyarakat. Penataan zonasi telah dilakukan oleh
7 TN.
Upaya Penyelesaian Masalah Pemantapan Kawasan Hutan pada Taman Nasional di Pulau Sumatra Desmiwati dan Surati
Tabel 1. Gambaran umum 11 taman nasional di Pulau Sumatra
Table 1. An overview of 11 national parks in Sumatra Island
Potensi/Keuni- No.
Taman Luas
kan Keterangan (National
nasional (Area)
perlindungan
(Potential/uniq (Legend) park)
1. Berbak dan 265.596
rawa KPHK Sembilang
Jambi
Ditunjuk
Hutan rawa
hutan rawa air
Tahun 1992
tawar
2. Bukit Dua 60.500
Perwakilan KPHK Belas
komunitas adat
hutan
hujan (terdapat
Dalam/Suku Kubu)
Perlindungan KPHK Kambas
Kehutanan Tahun 1991
4. Gunung 1.094.692
Flora dan fauna Non KPHK Leuseur
Aceh, Sumatra
Menteri
Ekosistem hutan
tahun 1980, dataran rendah Menteri
dan pegunungan
Kehutanan tahun 1997
Non KPHK Seblat
5. Kerinci 1.389.550
Sumatra Barat,
Bengkulu dan
Non KPHK Barisan
keanekaragaman Selatan
Selatan,
Pertanian
rendah di Pulau
Lampung Utara
dan tempat tinggal 3 mamalia
Sumatra, Harimau Sumatra, Badak Sumatra)
Hutan hujan
keanekaragaman
Sumatra Barat
Kehutanan
flora dan fauna
tahun 1993
KPHK Puluh
8. Bukit Tiga 144.223
Indragiri Hulu,
Hilir, Riau dan
KPHK Gadis
Natal, Sumatra
10 Tesso Nilo 38.576
Indragiri Hulu,
Menteri
konservasi gajah
flora dan fauna
tahun 2004
11. Zamrud 31.480
Siak, Riau
Non KHPK
Menteri
hutan gambut
Sumber: Data Primer dan Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Ditjen KSDAE), (2017) Sources: Primary data and Directorate General Natural Resources and Ecosystem Conservation, (DGNREC), (2017)
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea
Vol. 6 No.2, Agustus 2017: 135-146
Tabel 2. Taman nasional sebagai wilayah kesatuan pengelolaan hutan konservasi (KPHK) Table 2. The national park as conservation forest managment unit (CFMU/KPHK)
Taman Luas No.
Permasalahan terkait (National
national Kawasan
pengukuhan (Issues park)
Progress pengukuhan
Penataan zonasi
(area)
(ha) related legalisation)
(Progress of zonation)
(Zone structuring)
1. Berbak dan 265,596
- Batas sepanjang 48,7 km Sembilang
- Belum penataan batas Telah dilakukan penataan zonasi
luar sampai dengan
dengan keputusan Menteri, telah
belum final penataan
temu gelang
melakukan usulan revisi, dan
batasnya
- Belum dilakukan
telah dilakukan pengesahan revisi
- Rekonstruksi pada
penetapan
zonasi, SK Penetapan zonasi oleh
beberapa lokasi ditolak
oleh masyarakat 2. Bukit
Dirjen PHKA
- Belum ada penetapan Duabelas
- Sudah dilakukan
Telahdilakukan penataan zonasi
penataan batas luar
dengan keputusan Menteri, telah
oleh Menteri Kehutanan
sampai dengan temu
melakukan usulan revisi, dan
meskipun tata batas
gelang
telah dilakukan pengesahan
telah temu gelang
- Belum dilakukan
revisi zonasi, SK Penetapan
penetapan
zonasi oleh Dirjen KSDAE
3. Way 130.000
- Luas total zonasi pada Kambas
- Sudah penataan
Telah dilakukan penataan zonasi
Penunjukan
batas luar sampai
dengan keputusan Menteri, telah
revisi zonasi berbeda
dengan luas pada SK 125.621
dengan temu gelang
melakukan usulan revisi, dan
penetapan Penetapan
- Sudah dilakukan
telah dilakukan pengesahan revisi
penetapan
zonasi, SK Penetapan zonasi oleh
- Zonasi telah direview
Dirjen PHKA
4. Siberut 190.500
- Belum penataan
Telah dilakukan penataan zonasi
(penunjukan)
batas luar sampai
dengan keputusan Menteri, dan
dengan temu gelang
telah dilakukan pengesahan
- Belum dilakukan
revisi zonasi, SK Penetapan
penetapan
zonasi oleh Dirjen PHKA
5. Bukit Tiga 127.698
- Rekonstruksi sudah Puluh
- Sudah dilakukan
Telah dilakukan penataan zonasi
(penunjukan)
dilakukan namun ID pal 144.223
penataan batas luar
dengan keputusan Menteri, telah
belum diubah menjadi (penetapan)
sampai dengan temu
melakukan usulan revisi, dan
gelang
telah dilakukan pengesahan
TN
- Sudah dilakukan
revisi zonasi, SK Penetapan
- Total luas zonasi
mengacu pada SK penunjukan 6. Batang
penetapan
zonasi oleh Dirjen PHKA
- Belum ditata batas Gadis
- Belum penataan
Telah dilakukan penataan zonasi
(penunjukan)
batas luar sampai
dengan keputusan Menteri, belum
280,32 km
dengan temu gelang
melakukan usulan revisi, dan
- Ada keputusan MA
- Belum dilakukan
belum dilakukan pengesahan
Pembatalan SK Menhut
tentang penunjukan 7. Teso Nilo
penetapan
revisi zonasi
- 35,81 km ditata batas, (penunjukan)
- Belum dilakukan
Telah dilakukan penataan zonasi
namun BATB belum 83.068
penataan batas luar
dengan keputusan Menteri, telah
ditandatangani Bupati (penambahan)
sampai dengan temu
melakukan usulan revisi, dan
gelang
telah dilakukan pengesahan revisi
115,24 km pancang
- Belum dilakukan
zonasi, SK Penetapan zonasi oleh
batas sementara, 25,18
penetapan
Dirjen PHKA
km belum tata batas
Sumber: Data Primer dan Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Ditjen KSDAE), (2017) Sources: Primary data and Directorate General Natural Resources and Ecosystem Conservation, (DGNREC), (2017)
Pada TN sebagai wilayah non KPHK, semua TN belum dilakukan penataan dan penetapan TN yang berjumlah empat belum melakukan
zonasi karena baru terbentuk. Permasalahan penataan batas luar sampai dengan temu gelang
umumnya adalah perbedaan luas zonasi, antara ditunjukan pada Tabel 3. Permasalahan yang
zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan dan zona sering dihadapi oleh pengelola TN adalah
proporsional sesuai dengan penataan
lainnya,
agar
kepentingan dan manfaatnya. Penetapan zonasi keputusan (SK) penunjukan, artinya tata batas
batas tidak
berdasarkan
surat
pada TN masih mengalami kendala karena masih yang dilakukan tidak sesuai. Hal ini disebabkan
kurangnya data dan informasi mengenai TN. karena TN telah dinyatakan “clear and clean”
selain didasarkan oleh ternyata
Penentuan
zonasi
sumberdaya alam hayati dan ekosistem TN, juga kekurangan antara lain pal batas yang menumpuk,
masih didapatkan
kekurangan-
dapat dilakukan dengan berdasarkan pendekatan buku ukur hilang, kurangnya data dan informasi
“landscape”. Zonasi TN pada prinsipnya bersifat terkait tata batas. Oleh karena itu disarankan agar
dinamis yang bisa direvisi dalam waktu 5 tahun- pihak TN dapat mengikutsertakan personilnya
an. Beberapa kepala TN merasakan bahwa dalam proses tata batas dan disarankan agar dana
menyulitkan dalam hal rekonstruksi sebaiknya oleh Unit Pelaksanaan
kedinamisan
ini
sosialisasi. Oleh karena itu direkomendasikan Teknis (UPT) TN.
agar zonasi bersifat dinamis hanya untuk zona Ada tiga TN sebagai wilayah non KPHK yang
pemanfaatan sedangkan zona lainnya bersifat telah melakukan penataan zonasi, sedangkan satu
statis.
Upaya Penyelesaian Masalah Pemantapan Kawasan Hutan pada Taman Nasional di Pulau Sumatra Desmiwati dan Surati
Tabel 3. Taman nasional sebagai wilayah non kesatuan pengelolaan hutan konservasi (KPHK) Table 3. The national park as conservation forest managment unit (CFMU/KPHK)
No. Taman national Luas kawasan
Permasalahan terkait (National park)
Progress pengukuhan
Penataan zonasi
(ha)/ area
(Progress of zonation)
(Zone structuring)
pengukuhan (Issues related legalisation)
1. Gunung Leuser
- Belum penataan
Telah dilakukan penataan
- Penataan batas tidak
(penunjukan)
batas luar sampai
zonasi dengan keputusan
berdasarkan SK
dengan temu gelang
Menteri, telah melakukan
Penunjukan
- Belum dilakukan
usulan revisi, dan
penetapan
telahdilakukan pengesahan revisi zonasi, telah di tetapkan zonasi dengan SK Dirjen PHKA
2. Kerinci Seblat
- Belum dilakukan
Telah dilakukan penataan
- Perlu dilakukan
(penunjukan
penataan batas luar
zonasi dengan keputusan
penataan batas luar
sampai dengan temu
Menteri, telahmelakukan
sampai dengan temu
(penetapan)
gelang
usulan revisi, dan
gelang
- Belum dilakukan
telahdilakukan pengesahan
(penambahan
penetapan
revisi zonasi, telah di
luas)
tetapkan zonasi dengan SK Dirjen PHKA
3. Bukit Barisan
- Belum ada SK Selatan
- Belum penataan
Telah dilakukan penataan
(pernyataan)
batas luar sampai
zonasi dengan keputusan
Penunjukan, hanya
dengan temu gelang
MenteriKehutanan telah
Pernyataan Menteri
- Belum dilakukan
dilakukan usulan revisi,
Pertanian
penetapan
dan telah dilakukan
- Adanya CAL ± 21.600
pengesahan revisi zonasi,
ha batas dengan TN
telah di tetapkan zonasi
BBS belum tegas
dengan SK Dirjen PHKA
pengelolanya - Pengurangan luas zona
inti 4. Zamrud
- Belum penataan
- Belum dilakukan
- TN baru terbentuk
batas luar sampai
penetapan zonasi
pada tahun 2016
dengan temu gelang - Belum dilakukan penetapan
Sumber: Data Primer
Sources: Primary data
Dari 11 TN di wilayah Sumatra, baru 3 TN Proses penetapan zonasi TN yang telah (27,27%) yang telah melakukan penataan batas
dilakukan memerlukan waktu yang lama, untuk luar sampai dengan temu gelang sedangkan yang
itu agar kedepannya proses penetapan zonasi belum melakukan penataan batas luar sampai
perlu dipercepat. Penataan zonasi kawasan TN dengan temu gelang sebesar 72,72% (8 TN). Tata
belum didukung kelengkapan data dan informasi batas pada beberapa TN masih ada yang belum
dasar dari potensi sumber daya alam hayati dan mengikuti batas ideal, yaitu batas yang mencakup
ekosistem, sehingga penetapan zonasi kawasan integritas ekosistem dan efisiensi pengelolaan.
TN masih bersifat umum sekali. Dalam beberapa Untuk itu, perlu dilakukan pengkajian batas TN
hal penataan zonasi tersebut kurang dapat yang ada saat ini oleh masing-masing TN dan
mengakomodir berbagai kepentingan pelestarian selanjutnya diproses sebagai dasar penyesuaian
dan pemanfaatan sesuai fungsi TN. batas. Untuk memudahkan semua pihak maka
Pembagian kawasan TN menjadi zonasi yang seharusnya tanda batas pada TN dapat diakui oleh
sesuai dengan fungsi dan peruntukannya tidaklah semua pihak. Bagi TN yang belum memiliki tanda
sesederhana seperti membagi sebidang lahan batas yang jelas perlu penanganan secara khusus.
menjadi petak-petak untuk peruntukan tertentu. Penataan zonasi telah dilakukan oleh 10 TN
Pekerjaan tersebut sangat sulit karena potensi TN (90,91%) dan 1 TN (9,09%) belum melakukan
teridentifikasi dan penataan zonasi. Penataan zonasi TN merupakan
belum
keseluruhannya
terdokumentasi secara lengkap. Sementara itu dasar pengelolaan TN. Namun demikian, masih
tekanan pemanfaatan TN oleh masyarakat ada TN yang belum menetapkan zonasi
setempat maupun perkembangan yang ada di berdasarkan tata batas yang benar, sesuai
sekitarnya telah memberi pengaruh negatif Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.56 Tahun
terhadap fungsi TN.
2006 tentang Zonasi Taman Nasional, bahwa zona
masyarakat juga dapat taman nasional dibedakan menurut fungsi dan
Keterlibatan
membantu pengelola TN dalam pemantapan kondisi ekologis, sosial, ekonomi dan budaya
kawasan yaitu dengan meningkatan kesadaran, masyarakat.
pengetahuan
kebanggaan masyarakat terhadap kawasan konservasi (Surati, 2014).
dan
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea
Vol. 6 No.2, Agustus 2017: 135-146
Menurut Wakka et al. (2015) kunci untuk masyarakat melainkan sebagai batas aset negara penyelesaian masalah di TN adalah komunikasi
sementara pengawasnya adalah pemerintah dan antara
mempertahankan dan Menggunakan pengetahuan masyarakat yang
memanfaatkannya secara berkelanjutan. Pada mendalam
konteks ini, kerjasama dalam pendataan potensi mengurangi ketergantungan masyarakat pada
tentang lingkungan alam,
akan
sumber daya hutan secara otentik memiliki sumberdaya alam di kawasan konservasi yaitu
peluang ketika perspektif pengelola TN bisa dengan menaikkan tingkat ekonominya. Menurut
disatukan dengan pengetahuan lokal masyarakat. Setiawan dan Qiptiyah (2014) dan Falah (2013)
Namun yang perlu diberi catatan penting adalah pelibatan masyarakat adat dengan nilai-nilai
mengelola dan membangun komunikasi dengan kearifan lokal yang berkembang juga diharapkan
hutan membutuhkan dapat menjaga kelestarian kawasan hutan.
masyarakat
sekitar
kemampuan khusus pada aspek komunikasi Dari uraian di atas, strategi kebijakan atau
pembangunan masyarakat sekitar hutan dan pada upaya-upaya
yang perlu
dilakukan
untuk
aspek pengelolaan konflik.
pemantapan kawasan hutan di antaranya adalah pertama, upaya mempertahankan keberadaan
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
kawasan TN dalam situasi tekanan kepentingan
A.
KESIMPULAN
sektor lain yang semakin besar. Dalam kaitan ini
pemantapan kawasan TN harus diwujudkan baik
kegiatan pemantapan kawasan TN di Pulau Sumatra sudah cukup baik,
Perkembangan
secara yuridis formal maupun fisik di lapangan, penataan batas sampai dengan temu gelang sudah serta adanya pengakuan masyarakat secara luas dilakukan oleh 3 TN dari 11 TN yang ada akan keberadaan kawasan tersebut. Untuk itu
perlu adanya tanda batas yang jelas pada TN yang sedangkan penataan dan penetapan zonasi telah dilakukan oleh 10 TN dari 11 TN. Meskipun
dapat diakui oleh semua pihak. Kedua, upaya demikian masih ada persoalan ke depan untuk Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencapai outcome program ini. Permasalahan untuk
pengelolaannya sudah lama dilancarkan melalui yang umumnya dihadapi adalah permasalahan sosial, dan penataan zonasi kawasan TN yang
berbagai program. Untuk itu, agar pemantapan belum didukung kelengkapan data dan informasi kawasan
hutan dapat
diwujudkan
maka
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dasar dari potensi sumber daya alam hayati dan ekosistem TN.
perlu mempercepat dalam proses penetapan
sosial yang muncul dalam zonasi Ketiga, akses masyarakat, khususnya persoalan tata batas adalah adanya gap antara masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar
Persoalan
kawasan TN terhadap pemanfaatan sumber daya yang legal dan yang legitimate di lapangan, batas yang ditentukan secara resmi
tidak bisa hutan belum mencerminkan keberpihakan TN diberlakukan efektif karena tidak mendapat terhadap kepentingan masyarakat dan menafikan pengakuan dari masyarakat. Kepentingan untuk fakta bahwa sebagian masyarakat yang tinggal di
dalam dan di sekitar kawasan TN masih hidup mengamankan aset negara atas sumberdaya hayati dan kepentingan penghidupan sosial
dalam keadaan prasejahtera dan tertinggal. Oleh ekonomi budaya masyarakat belum menemukan karena itu, masyarakat perlu terlibat aktif dalam
pengelolaan TN, agar ekonomi masyarakat dapat bentuk integrasinya. Sementara itu, persoalan belum
zonasi dan belum meningkat dan relasi konfliktual mengenai tata teridentifikasinya sumberdaya di dalam kawasan batas antara masyarakat dengan pengelola TN hutan sebenarnya memiliki peluang dengan dapat diminimalisir.
mantapnya
Dari uraian pembahasan di atas, dapat memanfaatkan akumulasi pengetahuan aktor lokal yang telah lama tinggal dan berinteraksi
dirumuskan sebuah perspektif bahwa hambatan dengan hutan. Secara internal kelembagaan, pihak mengenai persoalan pemantapan kawasan ini TN masih perlu meningkatkan kapasitas petugas memiliki dimensi sosial dan dimensi teknis.
Dimensi sosialnya adalah persoalan pengakuan dalam pemantapan tata batas dan pengelolaan konflik. Kombinasi antara pemecahan masalah
dari masyarakat sekitar
hutan
sementara
sosial dan teknis di tingkat tapak dinilai persoalan teknisnya adalah masih minimnya data
sumber daya hutan serta masih lemahnya
untuk melakukan percepatan pemantapan tata batas TN.
memberikan
peluang
kapasitas sumber daya manusia dan kelembagaan pengelola kawasan hutan untuk mengelola konflik
B. SARAN
terkait dengan keberadaan aktor-aktor lain di Beberapa saran dapat diajukan untuk sekitar kawasan. Pendekatan yang terlalu teknis
mempercepat target pemantapan tata batas dan mengenai batas mengaburkan perspektif tentang
zonasi hutan dari hasil studi ini: a) Dibutuhkan “batas” ini sendiri. “Batas” bukanlah sebuah garis
adanya baseline informasi mengenai kawasan demarkasi yang memisahkan antara hutan dan
hutan, batas-batas yang pernah ada, dinamika dan
Upaya Penyelesaian Masalah Pemantapan Kawasan Hutan pada Taman Nasional di Pulau Sumatra Desmiwati dan Surati
perubahan lanskap, sistem tenurial, profil sosial Halim, M. (2014). Kajian harmonisasi pengelolaan tujuh ekonomi
taman nasional laut.
kekayaan biodiversitas, kondisi ekologis dan Handoyo, Suka, A. P., & Ginoga, K. L. (2011). Identifikasi aspek-aspek lain sebelum melakukan pengkajian
tenurial sebagai pra-kondisi untuk implementasi soal tata batas dan zonasi, b) Adanya dokumen
REDD+. Jurnal Penelitian Sosial Dan Ekonomi laporan yang bisa dikaji oleh berbagai pemangku
Kehutanan, 8(4), 306 –320. kepentingan yang memiliki relasi langsung
Kasiyan. (2015). Kesalahan implementasi teknik sebagai pemanfaat hutan (first users) untuk
triangulasi pada uji validitas data skripsi dilengkapi, dikoreksi, dan diubah agar kondisi
mahasiswa jurusan pendidikan seni rupa FBS batas dan zonasi di atas kertas dengan di lapangan
UNY. Jurnal Imaji, 13(1), 1 –13. dipastikan sama, c) Perlunya percepatan penataan
Maullana, D. A., & Darmawan, A. (2014). Perubahan batas luar sampai dengan temu gelang dan
penutupan lahan di Taman Nasional Way Kambas penetapan zonasi dengan lebih mengedepankan
(Land cover changes in Way Kambas National peran aparat yang berada paling dekat dengan
Park). Jurnal Sylva Lestari, 2(1), 87 –94. hutan
Novriyanti. (2013). Diskursus Pembentukan Taman Memodifikasi
dan masyarakat
sekitar hutan,
d)
Nasional Bukit 12 Jambi : Penurunan Status Akses mengenai batas dan zonasi dalam kawasan hutan
Ruang Hidup Orang Rimba. Program Studi dengan Konservasi Biodiversitas Tropika, Pascasarjana melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang berkenaan dengan pemanfaatan IPB. Bogor.
dan pengelolaan sumber daya hutan, e) Peta batas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.56 tahun 2006 dan zonasi yang telah dirumuskan secara bersama
tentang Zonasi Taman Nasional. di atas memiliki kesesuaian dengan peta-peta lain
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan seperti peta geospasial, peta tata ruang maupun
Indonesia No. peta sumber daya yang dimiliki oleh beragam
Republik
P.7/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 tentang instansi pemerintah. Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Taman Nasional.
UCAPAN TERIMA KASIH