OR I 07 analisa sensitivitas n dualitas.pdf
Operations Research Industrial Engineering
Analisa Sensitivitas Pengaruh Perubahan
Perubahan yang mempengaruhi optimalitas
Perubahan koefisien tujuan
Perubahan dalam penggunaan sumber daya dalam kegiatan Perubahan dalam penggunaan sumber daya dalam kegiatan
Penambahan kegiatan baru (penambahan variabel)Perubahan yang mempengaruhi kelayakan
Perubahan RHS Penambahan batasan baru
Perubahan yang mempengaruhi optimalitas dan kelayakan Perubahan yang mempengaruhi optimalitas dan kelayakan
Perubahan koefisien tujuan dan RHS secara simultan
Analisa Sensitivitas: Simpleks
Informasi dari Tabel Optimal Simpleks
Solusi Optimal Status Sumber Daya Shadow Price Shadow Price Reduced Cost Sensitivitas dari hasil solusi optimal terhadap perubahan ketersediaan sumber atau perubahan koefisien fungsi tujuan
Contoh Soal
Reddy Mikks Company memiliki sebuah pabrik kecil yang
menghasilkan cat, baik untuk interior maupun eksterior untuk didistribusikan kepada para grosir. Dua bahan baku, A dan B, dipergunakan untuk membuat cat tersebut. Ketersediaan A dipergunakan untuk membuat cat tersebut. Ketersediaan A
maksimum adalah 6 ton satu hari; ketersediaan B adalah 8 ton satu hari. Kebutuhan harian akan bahan baku per ton cat interior dan eksterior diringkaskan dalam tabel 1. Sebuah
survey pasar telah menetapkan bahwa permintaan harian akan cat interior tidak akan lebih dari 1 ton lebih tinggi dibandingkan permintaan akan cat eksterior. Survey tersebut juga memperlihatkan bahwa permintaan maksimum akan cat
interior adalah terbatas pada 2 ton per hari. Harga grosir per interior adalah terbatas pada 2 ton per hari. Harga grosir per ton adalah $3000 untuk cat eksterior dan $2000 untuk cat interior. Berapa banyak cat interior dan eksterior yang harus dihasilkan perusahaan tersebut setiap hari untuk memaksimumkan pendapatan kotor? Contoh Soal (Tabel 1) Ton Bahan baku per Ton Cat Ketersediaan maksimum (ton)
Eksterior Interior A
1
2
6 A
1
2
6 B
2
1
8 Contoh Soal
X1 = cat eksterior yang harus diproduksi X2 = cat interior yang harus diproduksi Fungsi Tujuan: maksimumkan pendapatan kotor max z = 3000 X1 + 2000 X2 Batasan bahan baku
Bahan baku A maksimum 6 ton per hari Bahan baku A maksimum 6 ton per hari X1 + 2 X2 ≤ 6 Bahan baku B maksimum 8 ton per hari Contoh Soal
Batasan permintaan harian
Permintaan harian cat interior tidak akan lebih dari 1 ton lebih tinggi dari cat eksterior tinggi dari cat eksterior Permintaan maksimum harian cat interior adalah 2 ton X2 ≤ 2
Batasan non negativitas Batasan non negativitas
X1 ≥ 0 X2 ≥ 0 Contoh Soal
max z = 3000 X1 + 2000 X2 Subject To: Subject To:
1) X1 + 2 X2 ≤ 6
2)
3) X2 – X1 ≤ 1
4) X2 ≤ 2
5) X1 ≥ 0
5) X1 ≥ 0
6) X2 ≥ 0 Contoh Soal: Bentuk Standar max z = 3 X1 + 2 X2 + 0 s1 + 0 s2 + 0 s3 + 0 s4 atau
max z - 3 X1 - 2 X2 - 0 s1 - 0 s2 - 0 s3 - 0 s4 = 0 max z - 3 X1 - 2 X2 - 0 s1 - 0 s2 - 0 s3 - 0 s4 = 0
Subject To:X1 + 2 X2 + s1 = 6
- – X1 + x2 + s3 = 1 X2 + s4 = 2 X2 + s4 = 2 X1, X2, s1, s2, s3, s4 ≥ 0
Variabel Slack
s1 = sisa bahan baku A s2 = sisa bahan baku B s3 = kelebihan selisih permintaan cat interior dan cat s3 = kelebihan selisih permintaan cat interior dan cat eksterior (X2 – X1) terhadap batas maksimum selisih yang ditentukan s4 = selisih batas maksimum permintaan cat interior (X2) terhadap produksinya
Penyelesaian dengan Simpleks Dasar z x1 x2 s1 s2 s3 s4 RHS z 1 -3 -2
s1 1 2 1 6 s2 2 1 1 8 s3 -1 1 1 1 s4 1 1 2 s4 1 1 2 Dasar z x1 x2 s1 s2 s3 s4 RHS z 1 -3 -2 s1 1 2 1 6 6 s2 2 1 1 8 4 s3 -1 1 1 1 -1 s4 1 Dasar z x1 x2 s1 s2 s3 s4 RHS 1 2 ~ z 1 -1/2 3/2 3/2 12 s1 1 -1/2 2 4/3 x1 1 1/2 1/2 4 8 s3 3/2 1/2 1 5 10/3 Rasio Rasio s3 3/2 1/2 1 5 10/3 s4 1 1 2 2 Dasar z x1 x2 s1 s2 s3 s4 RHS z 1 1/3 4/3 12 2/3 x2 1 2/3 -1/3 4/3 x1 1 -1/3 2/3 10/3 s3 -1 1 1 3 s4 -2/3 1/3 1 2/3
Tabel Optimal Simpleks
Dasar z x1 x2 s1 s2 s3 s4 RHS z 1 1/3 4/3 12 2/3 x2
1 2/3 -1/3 4/3 x1 1 -1/3 2/3 10/3 s3
-1
-1
1
1
3 s3
1
1
3 s4
- 2/3 1/3 1 2/3
X1 3 1/3 Harus memproduksi 3 1/3 ton cat eksterior eksterior X2 1 1/3 Harus memproduksi 1 1/3 ton cat interior
Z 12 2/3 Keuntungan maksimum adalah $12.667
Dasar z x1 x2 s1 s2 s3 s4 RHS x2 z 1 1/3 4/3 12 2/3 1 2/3 -1/3 4/3 s4 s3 x1 1 -1/3 2/3 10/3 -2/3 1/3 -1 1 1 1 2/3 3 Status Sumber Sumber Slack Status Sumber
Bahan A s1 = 0 Langka, tidak ada sisa (bahan A habis terpakai)
(NBV) sehingga untuk menaikkan nilai Z, bahan A dapat ditambah dapat ditambahBahan B s2 = 0 Langka, tidak ada sisa (bahan A habis terpakai)
(NBV) sehingga untuk menaikkan nilai Z, bahan A dapat ditambah
kelebihan cat interior s3 = 3 Melimpah, selisih maksimum (X2 – X1) adalah dibandingkan cat eksterior 1, tetapi hasil optimal menunjukkan selisih kurang dari 1
batas maksimum batas maksimum s4 = 2/3 Melimpah, permintaan cat interior maksimum s4 = 2/3 Melimpah, permintaan cat interior maksimum
permintaan cat interior adalah 2, tetapi hasil optimal menunjukkan X2
Dasar z x1 x2 s1 s2 s3 s4 RHS kurang dari 2 x1 x2 z 1 1/3 4/3 12 2/3 1 -1/3 2/3 10/3 1 2/3 -1/3 4/3 Shadow Price
Shadow Price hanya berlaku untuk sumber daya yang nilai variabel slacknya 0.
perubahan perubahan maksimum maksimum nilai nilai Z Z yang yang disebabkan disebabkan perubahan perubahan sumber sumber i i y i = perubahan maksimum ketersedia an sumber i
y1 = 1/3; untuk setiap penambahan 1 ton bahan A, nilai Z akan bertambah $1/3ribu y2 = 4/3; untuk setiap penambahan 1 ton bahan B, nilai Z akan bertambah $4/3ribu akan bertambah $4/3ribu Dasar z x1 x2 s1 s2 s3 s4 RHS z 1 1/3 4/3 12 2/3 s3 x1 x2 1 -1/3 2/3 10/3 1 2/3 -1/3 4/3 -1 1 1 3 s4
- -2/3 1/3 1 2/3 Shadow Price
- – X1 + x2 + s3 = 1 X2 + s4 = 2 X2 + s4 = 2 X1, X2, s1, s2, s3, s4 ≥ 0
- 2 ≤ D1 ≤ 1 4 ≤ RHS ≤ 7
- -1 1 1 3 + 1 D2 s4
- -2/3 1/3 1 2/3 + 1/3 D2
- 2 ≤ D2 ≤ 4 6 ≤ RHS ≤ 12
- -2/3 -2/3 1/3 1/3 -1 1 1 3 + D3 1 1 2/3 2/3
- 2 ≤ d1 ≤ 1 1 ≤ koefisien X1 ≤ 4
- -2/3 1/3 -1 1 1 1 2/3 3
- 1/2 ≤ d2 ≤ 4 3/2 ≤ koefisien X2 ≤ 6
- 2 ≤ D1 ≤ 1
- 2 ≤ D2 ≤ 4
- y1 + 3 y2 ≤ 2
- y1 ≤ 0 (y1 ≥ 0)
- y2 ≤ 0 (y2 ≥ 0) - y2 ≤ 0 (y2 ≥ 0)
- -8M s1 1 2 1 1 10 10 R1 2 -1 3 R1 1 8 2 2/3 Rasio 2 -1 3 1 8 2 2/3 Dasar z x1 x2 x3 s1 R1 RHS z 1 -2 1/3 -13 1/3 1 1/3 + M 10 2/3 s1 1/3 2 1/3 1 -1/3 7 1/3 3 1/7 x3 2/3 -1/3 Dasar z x1 x2 x3 s1 R1 RHS 1 1/3 2 2/3 ~ z 1 -3/7 5 5/7 -4/7 + M 52 4/7 x2 1/7 1 3/7 -1/7 3 1/7 Rasio 22 x3 5/7 1 1/7 2/7 3 5/7 5 1/5 Rasio x3 5/7 1 1/7 2/7 3 5/7 5 1/5
- M <= y1, y2 <= M
- -1 1/7 5/7 1 -1/7 -5/7 3/7 3/5 Rasio Rasio Rasio R1
- -1 1/7 5/7 1 -1/7 -5/7 3/7 3/5 y2" -1 1 -1/7 2/7 1/7 -2/7 4/7 2 y1 Dasar W y1 y2' y2" s1 s2 s3 R1 R2 R3 RHS 1 -3/7 -1/7 3/7 1/7 5 5/7 -40 W 1 -5 1/5 -2 2/5 26/5 - M 12/5 - M -M 54 4/5 s3 -1 2/5 1/5 1 1 2/5 -1/5 -1 3/5 y2" -1 1 2/5 -1/5 -2/5 1/5 2/5 y1
- -8M s1 1 2 1 1 10 10 R1 2 -1 3 1 8 2 2/3 Dasar z x1 x2 x3 s1 R1 RHS z 1 3/5 5 4/5 -2/5 + M 54 4/5 x2 1 -1/5 2/5 -1/5 2 2/5 x2 1 -1/5 2/5 -1/5 2 2/5 x1 1 1 2/5 1/5 2/5 5 1/5
- 2/5 + M = Y2 + M Y2 = -2/5
- – ruas kanan) dari batasan masalah primal yang bersesuaian dengan variabel basis pada tabel awal dual
- 2 X1 + X2 – 3 X3 <= -8
- X1 <= 0
- X2 <= 0
- X3 <= 0 - X3 <= 0 R1 <= M R2 <= M R3 <= M
- M = X3 – M X3 = 0
Shadow Price
Reduced Cost
Hanya berlaku untuk variabel yang bernilai 0 Pada kasus Reddy Mikks X1 dan X2 tidak nol sehingga tidak ada informasi reduced cost tidak ada informasi reduced cost Contoh Reduced Cost max z = 8 X1 + 2 X2 + 0 s1 + 0 s2 + 0 s3 + 0 s4 atau
max z - 8 X1 - 2 X2 - 0 s1 - 0 s2 - 0 s3 - 0 s4 = 0 max z - 8 X1 - 2 X2 - 0 s1 - 0 s2 - 0 s3 - 0 s4 = 0
Subject To:X1 + 2 X2 + s1 = 6
Contoh Reduced Cost Dasar z x1 x2 s1 s2 s3 s4 RHS
z 1 2 4 32 s1 1,5 1 -0,5 2 x1 1 0,5 0,5 4 Dari tabel optimal, X2 sebagai non basic variable, sehingga bernilai 0 (cat interior tidak diproduksi sama sekali) Reduced cost X2 + 2 = 0 (atau reduced cost X2 = -2); setiap pemaksaan produksi 1 ton X2 akan mengurangi x1 1 0,5 0,5 4 s3 1,5 0,5 1 5 s4 1 1 2 setiap pemaksaan produksi 1 ton X2 akan mengurangi keuntungan sebanyak $2000 Contoh Reduced Cost
Contoh Reduced Cost
Analisa Sensitivitas dari Solusi Optimal:
Perubahan Ketersediaan Sumber Daya (RHS)
s1 = 0, bahan A bisa ditambah/dikurangi
D1 > 0 (positif) jika bahan A ditambah D1 < 0 (negatif) jika bahan A dikurangi D1 < 0 (negatif) jika bahan A dikurangi
s2 = 0, bahan B bisa ditambah/dikurangi
D2 > 0 (positif) jika bahan B ditambah D2 > 0 (positif) jika bahan B dikurangi Analisa Sensitivitas dari Solusi Optimal: Perubahan Ketersediaan Sumber Daya Dasar z x1 x2 s1 s2 s3 s4 RHS Rasio s2 s1 z 1 -3 -2 2 1 1 2 1 1 6 + D1 6 + D1 8 4 s4 s3 s3 -1 -1 1 1 1 1 1 1 2 ~ 1 1 -1 -1
Dasar z x1 x2 s1 s2 s3 s4 RHS s1 3/2 z 1 -1/2 3/2 1 -1/2 2 + D1 4/3 + 2/3 D1 12 Rasio x1 s4 s3 3/2 1/2 1 1/2 1/2 1 1 1 2 5 10/3 4 8 2 Dasar z x1 x2 s1 s2 s3 s4 RHS x2 z 1 1/3 4/3 12 2/3 + 1/3 D1 1 2/3 -1/3 4/3 + 2/3 D1 x1 s4 s3 1 -1/3 2/3 10/3 - 1/3 D1 -2/3 1/3 -1 1 1 3 - 1 D1 1 2/3 - 2/3 D1
Analisa Sensitivitas dari Solusi Optimal: Perubahan Ketersediaan Sumber Daya
Perubahan nilai bi (nilai ruas kanan) di tabel optimal akibat penambahan ketersediaan bahan A sebesar D1: bi’ = konstanta + ki Di bi’ = konstanta + ki Di bi‘ = nilai bi yang baru
Konstanta = nilai bi yang lama (dari tabel optimal asal) ki = koefisien s1 dalam fungsi kendala (s1 = variabel slack yang berkaitan dengan bahan A) Analisa Sensitivitas dari Solusi Optimal: Perubahan Ketersediaan Sumber Daya
Perubahan Ketersediaan untuk Bahan A
Variabel Variabel bi bi ki ki bi’ bi’
Z 12 2/3 1/3 12 2/3 + 1/3 D1 X2 4/3 2/3 4/3 + 2/3 D1X1 10/3 -1/3 10/3 – 1/3 D1 S3 3 -1 3 – D1 S4 2/3 -2/3 2/3 – 2/3 D1
Dasar z x1 x2 s1 s2 s3 s4 RHS x2 z 1 1/3 4/3 12 2/3 + 1/3 D1 1 2/3 -1/3 4/3 + 2/3 D1 s4 s3 x1 1 -1/3 2/3 10/3 - 1/3 D1 -2/3 1/3 -1 1 1 3 - 1 D1 1 2/3 - 2/3 D1
Analisa Sensitivitas dari Solusi Optimal: Perubahan Ketersediaan Sumber Daya
Agar solusi tetap feasible, RHS harus nonnegatif sehingga batasan perubahan ketersediaan sumber daya ditentukan: 12 2/3 + 1/3 D1 ≥ 0 D1 ≥ -38 4/3 + 2/3 D1 ≥ 0 D1 ≥ -2 10/3 – 1/3 D1 ≥ 0 D1 ≤ 10 3 – D1 ≥ 0
D1 ≤ 3 2/3 – 2/3 D1 ≥ 0 2/3 – 2/3 D1 ≥ 0 D1 ≤ 1 D1 ≤ 1
Sehingga:
Variabel bi ki bi’
Perubahan Ketersediaan untuk Bahan B
Z 12 2/3 4/3 12 2/3 + 4/3 D2 X2 4/3 -1/3 4/3 - 1/3 D2 X1 10/3 2/3 10/3 + 2/3 D2 S3
3 1 3 + D2 S4 2/3 1/3 2/3 + 1/3 D2
Dasar z x1 x2 s1 s2 s3 s4 RHS Dasar z x1 x2 s1 s2 s3 s4 RHS z 1 1/3 4/3 12 2/3 + 4/3 D2 x2 1 2/3 -1/3 4/3 - 1/3 D2 x1 1 -1/3 2/3 10/3 + 2/3 D2 s3
Analisa Sensitivitas dari Solusi Optimal: Perubahan Ketersediaan Sumber Daya
Agar solusi tetap feasible, RHS harus nonnegatif sehingga batasan perubahan ketersediaan sumber daya ditentukan: 12 2/3 + 4/3 D2 ≥ 0 D2 ≥ -19/2 4/3 – 1/3 D2 ≥ 0 D2 ≤ 4 10/3 + 2/3 D2 ≥ 0 D2 ≥ -5 3 + D2 ≥ 0 D2 ≥ -3 2/3 + 1/3 D2 ≥ 0 2/3 + 1/3 D2 ≥ 0 D2 ≥ -2 D2 ≥ -2
Sehingga:
Analisa Sensitivitas dari Solusi Optimal:
Perubahan Ketersediaan Sumber DayaSelisih cat eksterior dan interior
3 + D3 ≥ 0 D3 ≥ -3 RHS ≥ -2
Permintaan cat interior Permintaan cat interior
2/3 + D4 ≥ 0 D4 ≥ -2/3 RHS ≥ 1 1/3 Dasar z x1 x2 s1 s2 s3 s4 RHS x1 x2 z 1 1/3 4/3 12 2/3 1 -1/3 2/3 10/3 1 2/3 -1/3 4/3 s3 s4 s4
Dasar z x1 x2 s1 s2 s3 s4 RHS x2 z 1 1/3 4/3 12 2/3 1 2/3 -1/3 4/3 x1 s3 s4 1 -1/3 2/3 10/3 -2/3 1/3 -1 1 1 1 2/3 + D4 3 Analisa Sensitivitas dari Solusi Optimal: Perubahan Ketersediaan Sumber Daya
Perubahan secara simultan: 4/3 + 2/3 D1 – 1/3 D2 >= 0 4/3 + 2/3 D1 – 1/3 D2 >= 0 10/3 – 1/3 D1 + 2/3 D2 >= 0 3 – 1 D1 + 1 D2 + 1 D3 >= 0 2/3 – 2/3 D1 + 1/3 D2 + 1 D4 >= 0 Analisa Sensitivitas dari Solusi Optimal: Perubahan Koefisien Fungsi Tujuan
Berpengaruh hanya pada nilai Z, bukan pada solusi optimal Penambahan/pengurangan koefisien sebesar dj untuk tiap variabel Xj variabel Xj Koefisien X1
d1 > 0 (positif) besarnya koefisien bertambah d1 < 0 (negatif) besarnya koefisien berkurang
Koefisien X2
d2 > 0 (positif) besarnya koefisien bertambah d2 < 0 (negatif) besarnya koefisien berkurang Analisa Sensitivitas dari Solusi Optimal: Perubahan Koefisien Fungsi Tujuan
Perubahan koefisien X1 Z = (3 + d1) X1 + 2 X2 Dasar Dasar z z x1 x1 x2 x2 s1 s1 s2 s2 s3 s3 s4 s4 RHS RHS x2 z 1 1/3 - 1/3 d1 4/3 + 2/3 d1 12 2/3 + 10/3 d1 1 2/3 -1/3 4/3 x1 s4 s3 1 -1/3 2/3 -2/3 1/3 -1 1 1 1 2/3 10/3 3
Analisa Sensitivitas dari Solusi Optimal: Perubahan Koefisien Fungsi Tujuan
Agar tidak mempengaruhi optimalitas dari masalahnya, karena kasusnya maksimasi, nilai (baris z) pada tabel optimal harus nonnegatif (kalau kasusnya minimasi, nilai optimal harus nonnegatif (kalau kasusnya minimasi, nilai (baris z) pada tabel optimal harus nonpositif) 1/3 – 1/3 d1 ≥ 0 d1 ≤ 1 4/3 + 2/3 d1 ≥ 0 d1 ≥ -2 12 2/3 + 10/3 d1 ≥ 0 12 2/3 + 10/3 d1 ≥ 0 d1 ≥ -3 4/5 d1 ≥ -3 4/5
1/3 + 2/3 d2 ≥ 0 d2 ≥ -1/2 4/3 – 1/3 d2 ≥ 0 d2 ≤ 4 12 2/3 + 4/3 d2 ≥ 0 d2 ≥ -9 1/2
Analisa Sensitivitas dari Solusi Optimal:
Perubahan Koefisien Fungsi TujuanPerubahan secara simultan: 1/3 – 1/3 d1 + 2/3 d2 >= 0 1/3 – 1/3 d1 + 2/3 d2 >= 0 4/3 + 2/3 d1 – 2/3 d2 >= 0
Analisa Sensitivitas: Grafik Penyelesaian dengan Grafik
Solusi Optimal Nilai maksimum dicapai pada titik perpotongan garis 1 dan 2 1)
X1 + 2 X2 ≤ 6 2) 2)
2 X1 + X2 ≤ 8 perpotongannya:
2 X1 + X2 ≤ 8
X1 = 10/3 X2 = 4/3 Z = 3000 X1 + 2000 X2 = 12667 Kesimpulan: Kesimpulan:
Cat eksterior yang harus diproduksi = 10/3 ton per hari Cat interior yang harus diproduksi = 4/3 ton per hari Pendapatan kotor maksimum yang bisa didapatkan = $12.667 Status Sumber Daya
Titik Optimal pada perpotongan batasan 1 dan batasan 2
Batasan 1 ketersediaan bahan mentah A langka (habis terpakai) terpakai) terpakai)
Batasan 3 selisih cat interior dan cat eksterior melimpah (masih ada sisa jatah) Batasan 4 permintaan cat interior melimpah (masih ada sisa jatah) jatah) Perubahan koefisien fungsi tujuan Rotasi garis yang mewakili Z dan melewati titik optimal menunjukkan pengaruh menunjukkan pengaruh kenaikan/penurunan koefisien fungsi tujuan mempengaruhi besarnya nilai optimum.
Searah jarum jam: kenaikan koefisien X1/penurunan koefisien X2 koefisien X2 Berlawanan arah: kenaikan koefisien X2/penurunan koefisien X1 Perubahan koefisien fungsi tujuan
Kelayakan tidak akan berubah dan optimal akan tetap di titik C selama rotasi dilakukan
Searah jarum jam sampai menghimpit garis BC Searah jarum jam sampai menghimpit garis BC
Berlawanan arah jarum jam sampai menghimpit garis CD
Bila garis Z menghimpit garis BC atau CD, akan terjadi optimum alternatif 1/2 ≤ Ce/Ci ≤ 2/1, Ci ≥ 0 1/2 ≤ Ce/Ci ≤ 2/1, Ci ≥ 0
Perubahan koefisien fungsi tujuan
Perubahan Ce saja Z = (3 + d1) X1 + 2 X2 1/2 ≤ Ce/2 ≤ 2/1 1/2 ≤ Ce/2 ≤ 2/1 1 ≤ Ce ≤ 4 1 ≤ Ce ≤ 4 -2 ≤ d1 ≤ 1 -2 ≤ d1 ≤ 1 Perubahan Ci saja Z = 3 X1 + (2 + d2) X2 1/2 ≤ 3/Ci ≤ 2/1 3/2 ≤ Ci ≤ 6 -1/2 ≤ d2 ≤ 4
Perubahan RHS
Pergeseran garis pembatas 1 sampai pada titik B (penurunan RHS) atau titik (penurunan RHS) atau titik K (kenaikan RHS) Substitusi titik B (4,0) ke batasan 1
4 Substitusi titik K (3,2) ke batasan 1 batasan 1
7 4 ≤ RHS1 ≤ 7
7
Perubahan RHS
Pada titik B Shadow Price
X1 = 4 Y1 = (13-12)/(7-4) = Y1 = (13-12)/(7-4) =
X2 = 0 X2 = 0 Z = 12 bahan A
RHS = 4 Pada titik K
X1 = 4 X1 = 4 X2 = 0 Z = 13 RHS = 7
Perubahan RHS
Pergeseran garis pembatas 2 sampai pada titik D (penurunan RHS) atau titik (penurunan RHS) atau titik J (kenaikan RHS) Substitusi titik D (2,2) ke 2 batasan 2
6 2 Substitusi titik J (6,0) ke batasan 2 batasan 2
12 3 6 ≤ RHS2 ≤ 12
12
Perubahan RHS
Pada titik D Shadow Price
X1 = 2 Y2 = (18-10)/(12-6) = Y2 = (18-10)/(12-6) =
X2 = 2 X2 = 2 Z = 10 bahan B
RHS = 6 Pada titik J
X1 = 6 X1 = 6 X2 = 0 Z = 18 RHS = 12
Teori Dualitas
Konsep Dualitas
Setiap permasalahan LP mempunyai hubungan dengan permasalahan LP lain Masalah dual adalah sebuah masalah LP yang diturunkan Masalah dual adalah sebuah masalah LP yang diturunkan secara matematis dari satu model LP primal Masalah dual adalah rumusan dari LP yang didefinisikan secara langsung dan sistematis dari bentuk siap simplex model primal
Bentuk Standar Masalah Primal Masalah Dual n n m m max Z c x , min W b y ,
= = ∑ j j i i
∑ i
1 j
1 = =
ST : ST : m n a a y y c c , , j j
1 1 , , 2 ,..., ,..., n n
2 ≥ ≥ = = a a x x b b , , i i
1 1 , ,
2 2 ,..., ,..., m m ij ij i i j j ∑ ∑
= = = = ∑ ∑ ij ij j j i i i
1 = j
1 = y tak dibatasi i x , j 1 , 2 ,..., n
≥ = j
Bentuk Standar Masalah Primal Masalah Dual n n m m min Z c x , max W b y ,
= = ∑ j j i i
∑ i
1 j
1 = =
ST : ST : m n a a y y c c , , j j
1 1 , , 2 ,..., ,..., n n
2 ≤ ≤ = = a a x x b b , , i i
1 1 , ,
2 2 ,..., ,..., m m ij ij i i j j ∑ ∑
= = = = ∑ ∑ ij ij j j i i i
1 = j
1 = y tak dibatasi i x , j 1 , 2 ,..., n
≥ = j
Aturan-aturan (Hillier & Lieberman)
Koefisien fungsi tujuan dari permasalahan primal adalah ruas kanan kendala fungsional pada permasalahan dualnya Ruas kanan kendala fungsional pada permasalahan primal Ruas kanan kendala fungsional pada permasalahan primal merupakan koefisien fungsi tujuan pada permasalahan dualnya Koefisien variabel kendala fungsional pada permasalahan primal menjadi koefisien pada kendala fungsional pada permasalahan dualnya permasalahan dualnya
Aturan-aturan (Taha)
Untuk setiap batasan primal terdapat sebuah variabel dual Untuk setiap variabel primal terdapat sebuah batasan dual Koefisien batasan dari sebuah variabel primal membentuk Koefisien batasan dari sebuah variabel primal membentuk koefisien sisi kiri dari batasan dual yang bersesuaian; dan koefisien tujuan dari variabel yang sama menjadi sisi kanan dari batasan dual
Masalah dual diperoleh secara simetris dari
masalah primal Variabel Primal x1 x2 … xj … xn ZSisi kanan dari batasan dual c1 c2 … cj … cn bi Koefisien sisi kiri dari batasan dual a11 a12 … a1j … a1n b1
y1 Variabel dual a21 a22 … a2j … a2n b2
y2 : : : : : : : : : : : : am1 am2 … amj … amn bm
ym ↑ Batasan dual ke-j ↑ tujuan dual
Masalah dual diperoleh secara simetris dari
masalah primal Variabel Dual y1 y2 … yi … ym WSisi kanan dari batasan primal b1 b2 … bi … bm cj Koefisien sisi kiri dari batasan primal a11 a12 … a1j … a1n c1
x1 Variabel primal a21 a22 … a2j … a2n c2
x2 : : : : : : : : : : : : am1 am2 … amj … amn cn
xn ↑ Batasan primal ke-j
↑ tujuan primal
Hubungan Primal-Dual
Tujuan Primal Standar Dual Tujuan Batasan Variabel
Maksimisasi Minimisasi ≥ Tidak dibatasi Minimisasi Maksimisasi ≤ Tidak dibatasi Contoh:
Primal Max z = 5 x1 + 12 x2 + 4 x3 x1 + 2 x2 + x3
≤ 10 x1 + 2 x2 + x3 ≤ 10 2 x1 - x2 + 3 x3 = 8 x1, x2, x3
≥ 0 Contoh:
Primal Standar Max z = 5 x1 + 12 x2 + 4 x3 x1 + 2 x2 + x3 + s1 = 10 x1 + 2 x2 + x3 + s1 = 10
2 x1 - x2 + 3 x3 = 8 x1, x2, x3, s1 ≥ 0 Contoh:
Dual Min W = 10 y1 + 8 y2 y1 + 2 y2
≥ 5 y1 + 2 y2 ≥ 5 2 y1 - y2 ≥ 12 y1 + 3 y2 ≥ 4 y1 + 0 y2 ≥ 0 (y1 ≥ 0) y1, y2 tak dibatasi Pemecahan Masalah Dual
Nilai tujuan dalam satu pasangan masalah primal dan dual harus memenuhi hubungan berikut
1. Untuk setiap pasangan pemecahan primal dan dual yang Untuk setiap pasangan pemecahan primal dan dual yang
layak (nilai tujuan dalam ≤ (nilai tujuan dalam masalah maksimisasi) masalah minimisasi)1.
2. Di pemecahan optimum untuk kedua masalah (nilai tujuan dalam (nilai tujuan dalam = = (nilai tujuan dalam (nilai tujuan dalam masalah maksimisasi) masalah minimisasi)
Dual
Contoh Primal
Min z = 5 x1 + 2 x2 Max w = 3 y1 + 5 y2 Min z = 5 x1 + 2 x2 ST x1 – x2 ≥ 3 2 x1 + 3 x2 ≥ 5 x1, x2 ≥ 0
Max w = 3 y1 + 5 y2 ST y1 + 2 y2 ≤ 5
Dual (max)
Pemecahan Layak Pemecahan Layak Pemecahan Layak x1 = 3 x2 = 0 Nilai tujuan z = 15
Pemecahan Layak y1 = 3 y2 = 1 Nilai tujuan w = 14 z = 15 w = 14 Contoh Primal (min)
Dual (max)
Pemecahan Tak Layak Pemecahan Tak Layak Pemecahan Tak Layak x1 = 3 x2 = 1 Nilai tujuan z = 17
Pemecahan Tak Layak y1 = 4 y2 = 1 Nilai tujuan w = 17 z = 17 w = 17 Contoh Primal
Dual
Pemecahan Optimal Pemecahan Optimal Pemecahan Optimal x1 = 3 x2 = 0 Nilai tujuan z = 15
Pemecahan Optimal y1 = 5 y2 = 0 Nilai tujuan w = 15 z = 15 w = 15
Hubungan Tabel Simpleks Primal dan Dual
Max Z = 5 x1 + 12 x2 + 4 x3 ST ST x1 + 2 x2 + x3 <= 10 2 x1 – x2 + 3 x3 = 8 x1, x2, x3 >= 0
Hubungan Tabel Simpleks Primal dan Dual
Bentuk standar Max Z - 5 x1 - 12 x2 - 4 x3 + MR1 = 0 ST x1 + 2 x2 + x3 + s1 = 10 2 x1 – x2 + 3 x3 + R1 = 8 x1, x2, x3, s1, R1 >= 0
Hubungan Tabel Simpleks Primal dan Dual Dasar z x1 x2 x3 s1 R1 RHS
z 1 -2M-5 M-12 -3M-4
Dasar z x1 x2 x3 s1 R1 RHS z 1 3/5 5 4/5 -2/5 + M 54 4/5 x2 1 -1/5 2/5 -1/5 2 2/5 x1 1 1 2/5 1/5 2/5 5 1/5
Hubungan Tabel Simpleks Primal dan Dual
Solusi optimal: X1 = 5 1/5 X2 = 2 2/5 X2 = 2 2/5 X3 = 0 S1 = 0 R1 = 0 Zmaksimum = 54 4/5 Hubungan Tabel Simpleks Primal dan Dual
Bentuk siap simpleks primal 5 12 4 -M Z x1 x2 x3 s1 R1 bi
Formulasi masalah Dual x1 x2 x3 s1 R1 bi 1 2 1 1 10 2 -1 3 1 8
10 8 y1 y2 1 2 >= W 5 Cj 1 2 >= 5 2 -1 >= 12 1 3 >= 4 1 >= 1 >= -M
Hubungan Tabel Simpleks Primal dan Dual
Masalah Dual: Min W = 10 y1 + 8 y2 ST y1 + 2 y2 >= 5 2 y1 – y2 >= 12 y1 + 3 y2 >= 4 y1 >= 0 y2 >= -M
Hubungan Tabel Simpleks Primal dan Dual
Masalah Dual Standar: Min W = 10 y1 + 8 y2’ – 8 y2” +
M(R1 + R2 + R3) M(R1 + R2 + R3) ST
y1 + 2y2’ – 2y2” – s1 + R1 = 5
2y1 – y2’ + y2” - s2 + R2 = 12
y1 + 3y2’ – 3y2” – s3 + R3 = 4 y1 + 3y2’ – 3y2” – s3 + R3 = 4
y1, y2’, y2”, s1, s2, s3, R1, R2, R3 >= 0Hubungan Tabel Simpleks Primal dan Dual Dasar W y1 y2' y2" s1 s2 s3 R1 R2 R3 RHS
W 1 4M - 10 4M - 8 -4M + 8 -M -M -M 21M R1 1 2 -2 -1 1 R2 5 2,5 2 -1 1 -1 R3 1 12 -12 1 3 -3 -1 1 4 1,333333333 Rasio Dasar W y1 y2' y2" s1 s2 s3 R1 R2 R3 RHS W 1 8/3 M - 22/3 -M -M 1/3 M - 8/3 -4/3 M + 8/3 15 2/3 M R1 1/3 -1 2/3 1 -2/3 2 1/3 7 R2 2 1/3 -1 -1/3 1 1/3 13 1/3 5 5/7 y2' 1/3 1 -1 -1/3 1/3 1 1/3 W 4 Dasar W y1 y2' y2" s1 s2 s3 R1 R2 R3 RHS 1 -8M + 22 8M - 22 3M - 10 -4M + 10 5M + 40 R1 -1 1 -1 1 1 -1 1 1 R2 -7 7 -1 2 1 -2 4 4/7 y1 1 3 -3 -1 1 4 -4/3 Dasar W y1 y2' y2" s1 s2 s3 R1 R2 R3 RHS W 1 -M 1/7 M - 22/7 5/7 M - 26/7 -8/7 M + 22/7 -12/7 M + 18/7 3/7 M + 44/7 R1
1 -1/5 -2/5 1/5 2/5 5 4/5
Hubungan Tabel Simpleks Primal dan Dual
Solusi Optimal: Y1 = 5 4/5 Y1 = 5 4/5 Y2’ = 0 Y2” = 2/5 Y2 = Y2’ – Y2” = -2/5 S1 = 0 S2 = 0 S3 = 3/5 Wminimum = 54 4/5
Hubungan Tabel Simpleks Primal dan Dual 1
Nilai Woptimal dual = nilai Zoptimal primal 2. Koefisien fungsi objektif optimal variabel basis yang muncul pada tabel awal masalah primal = selisih (ruas muncul pada tabel awal masalah primal = selisih (ruas kiri – ruas kanan) dari batasan masalah dual yang bersesuaian dengan variabel basis pada tabel awal primal
Sehingga hasil penyelesaian dari masalah dual di atas bisa disimpulkan hanya berdasarkan penyelesaian dari disimpulkan hanya berdasarkan penyelesaian dari masalah primalnya saja
Dasar z x1 x2 x3 s1 R1 RHS z 1 -2M-5 M-12 -3M-4
Hubungan Tabel Simpleks Primal dan Dual
1.Wmin = Zmax = 54 4/5 2. Keputusan Optimal Dual:
Variabel basis Nilai (baris z) di tabel Selisih ruas kiri dan ruas
pada tabel awal optimal primal untuk kanan pembatas dual yang primal variabel basis tersebut berkaitan dengan variabel tersebutS1 5 4/5 Y1 – 0 R1 -2/5 + M Y2 – (-M) = Y2 + M
5 4/5 = Y1 – 0 Y1 = 5 4/5
Hubungan Tabel Simpleks Primal dan Dual 3
Nilai Zoptimal Primal = Nilai Woptimal Dual 4. Koefisien fungsi objektif optimal variabel basis yang muncul pada tabel awal masalah dual = selisih (ruas kiri muncul pada tabel awal masalah dual = selisih (ruas kiri
Sehingga hasil penyelesaian dari masalah primal bisa disimpulkan hanya berdasarkan penyelesaian dari disimpulkan hanya berdasarkan penyelesaian dari masalah dualnya saja Dasar W y1 y2' y2" s1 s2 s3 R1 R2 R3 RHS W 1 4M - 10 4M - 8 -4M + 8 -M -M -M 21M R1 1 2 -2 -1 1 R2 5 2,5 2 -1 1 -1 1 12 -12 R3 1 3 -3 -1 Dasar W y1 y2' y2" s1 s2 s3 R1 R2 R3 RHS 1 4 1,333333333 W 1 -5 1/5 -2 2/5 26/5 - M 12/5 - M -M 54 4/5 s3 -1 2/5 1/5 1 1 2/5 -1/5 -1 3/5 y2" -1 1 2/5 -1/5 -2/5 1/5 2/5 y1
1 -1/5 -2/5 1/5 2/5 5 4/5
Rasio y11 -1/5 -2/5 1/5 2/5 5 4/5
Dualnya Dual
Max Z = 5 X1 + 12 X2 + 4 X3 ST X1 + 2 X2 + X3 <= 10
2X1 – X2 + 3 X3 <= 8
Hubungan Tabel Simpleks Primal dan Dual
3.Zmax = Wmin = 54 4/5 4. Keputusan Optimal Primal:
Variabel basis pada tabel awal dual Nilai (baris z) di tabel optimal dual untuk variabel basis tersebut Selisih ruas kiri dan ruas kanan pembatas primal yang berkaitan dengan variabel tersebut R1 26/5 – M X1 – M R2 12/5 - M X2 – M
X3 – M
26/5 – M = X1 – M X1 = 26/5 12/5 - M = X2 – M X2 = 12/5