SEBARAN SPASIO-TEMPORAL IKAN YANG TERTANGKAP DENGAN JARING PANTAI DI PERAIRAN TELUK AMBON BAGIAN DALAM [Spatio-temporal distribution of fishes catched by beach seine in inner Ambon Bay]

  

SEBARAN SPASIO-TEMPORAL IKAN YANG TERTANGKAP DENGAN

JARING PANTAI DI PERAIRAN TELUK AMBON BAGIAN DALAM

[Spatio-temporal distribution of fishes catched by beach seine in inner Ambon Bay ]

  PENDAHULUAN

  tetare (Rastrelliger spp.), make/tembang (Sardinella spp.), komo (Auxis thazard), lolosi (Caesio spp.), lompa (Thrysina sp.), momar

  Stolephorus heterolobus, S. indicus, dan S. buccannieri . Selain teri, ditemukan juga jenis

  Di perairan TABD terdapat berbagai jenis ikan pelagis kecil, pelagis besar dan demersal. Jenis-jenis ikan pelagis kecil yang umumnya adalah ikan umpan dan sering dijumpai ikan-ikan seperti ikan teri, tembang, selar kembung dan layang. Jenis-jenis ikan pelagis besar seperti tongkol ditemukan di perairan ini, tetapi jenis tuna cakalang dan madidihang tidak dijumpai di perairan ini (Anonim, 2003). Spesies ikan demersal yang terdapat di perairan ini adalah ikan mata bulan, ikan kapas-kapas, kakap, kerapu, mulut besar (slipmouth) dan jenis lainnya (Pattikawa & Ongkers, 2003). Di perairan TABD, hasil penelitian Wouthuyzen et al. (1984) menemukan ikan puri atau jenis teri terdiri atas

  Kawasan pesisir di perairan TABD merupakan daerah pemukiman dan daerah hutan mangrove. Dari kegiatan penduduk, perairan TABD menerima berbagai beban masukan dari sungai-sungai yang ada disitu berupa partikel padatan, bahan organik dan lainnya sehingga di berbagai lokasi mengalami pendangkalan dengan laju sedimentasi yang cukup tinggi (Tarigan & Sapulete, 1987). Di samping itu juga terjadi penurunan kualitas lingkungan seperti luas hutan bakau. Pattisina (1985) mendapatkan luas area hutan bakau di TABD sebesar 45 Ha dan kini hanya tinggal kurang lebih 10 Ha (Anonim, 2003).

  (Anonim, 2003). Dimensi ini cukup kecil, sehingga diduga akan mengalami penyem-pitan dan pendangkalan akibat sedimentasi sejalan dengan dinamika penggunaan lahan daratan pesisir untuk berbagai tujuan pengembangan.

  2

  Perairan Teluk Ambon terdiri atas Teluk Ambon Bagian Dalam (TABD) dan Teluk Ambon Bagain Luar (TABL) yang dipisahkan oleh suatu ambang (sill) yang sempit dengan kedalaman mencapai 12,8 m, dengan lebar ambang pada mulut teluk sekitar 74,5 m. Garis pantainya memiliki panjang ± 14 km mulai dari Tanjung Martafons sampai Galala dengan luas perairan Teluk Ambon Bagian Dalam (TABD) kurang lebih 12,1 km

  Study on spatio-temporal distribution of fishes caught by beach seine was carried out in Inner Ambon Bay during a year. The aim of this study is to describe the distribution of fishes in three zones, which they are zone of Halong, Lateri, and Waiheru every month during a year. The result showed that Waiheru zone at the dark of moon has many species of fishes. Shorthead anchovy, gold spot herring, and Indian anchovy were always found every month although they were no plenty. Species similarity of Waiheru zone was closed to Lateri zone, and there were five clusters of month of species association during a year. It was concluded that existence of fishes was depended by zone (location) and month (period). Key words: inner Ambon Bay, spatio-temporal distribution, correspondence analysis.

  O.T.S Ongkers

  

Diterima: 27 Agustus 2009, Disetujui: 27 Oktober 2009

ABSTRACT

   e-mail korespondensi: ongkers_tony@yahoo.com

  2 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Perairan, SPs IPB 2 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Bogor

  2 , dan K. Praptokardiyo

  

2

, S. Sukimin

  2 , I. Muchsin

  1 , M. Boer

  Jurnal Iktiologi Indonesia, 9(2): 139-151, 2009

  

Ongkers et al. - Sebaran spasio-temporal ikan yang tertangkap dengan jaring pantai di perairan Teluk Ambon

  Bagian Dalam (Decapterus spp.), gosau (Spratelloides sp.), dan jenis lainnya.

  Usaha perikanan tangkap ikan umpan telah lama dilakukan untuk memperoleh ketersediaan cadangan bagi pengembangan perikanan cakalang. Usaha perikanan ikan umpan mempergunakan jaring pantai dan dilengkapi dengan lampu petromaks. Penggunaan jaring pantai tersebut cukup efektif serta tidak selektif menangkap berbagai jenis ikan umpan yang berada di Teluk Ambon Bagian Dalam. Di akhir dasawarsa ini, penggunaan jaring bermata halus (fine mesh webbing) pada alat tangkap jaring pantai mempunyai kontribusi sehingga kesempatan bertumbuh ikan muda menjadi kecil. Penggunaan alat bantu untuk menarik ikan berkumpul ke permukaan dengan bantuan cahaya (light fishing) merupakan salah satu faktor yang mempercepat penurunan hasil tangkapan.

BAHAN DAN METODE

  post facto berjudul Sebaran spasio-temporal

  ikan-ikan yang tertangkap dengan jaring pantai di perairan TABD.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sebaran spasio-temporal ikan-ikan yang tertangkap dengan jaring pantai di perairan TABD. Manfaat penelitian yang dilakukan adalah menda-patkan pola keberadaan jenis-jenis kemunculan ikan yang berlimpah baik bersifat tempat maupun waktu.

   Hipotesis yang diajukan dalam penelitian

  ini ialah (1) sebaran ikan-ikan pada suatu zona adalah berbeda nyata sehingga terdapat keberadaan kelimpahan ikan-ikan dan (2) pada bulan-bulan tertentu terdapat perbedaaan yang nyata dari keberadaan jenis-jenis ikan.

  Keberadaan ikan-ikan di perairan TABD dengan kondisi yang telah diterangkan di atas menunjukkan suatu status pola kehadirannya baik secara waktu maupun tempat perlu untuk dikaji dan diteliti. Dengan demikian dapat diketahui keberadaan dan kelimpahan suatu jenis ikan pada waktu tertentu dan di tempat tertentu. Oleh karena itu perlu dilakukan pengkajian yang mendalam dengan melakukan suatu penelitian ex

  Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian survei post facto terhadap kualitas habitat, distribusi ikan serta hasil tangkapan. Pada penelitian ini dibagi atas tiga zona (segmen) dengan masing-masing zona dibagi dalam bentuk kuadran posisi, dengan mempertimbangkan struktur atau karakter populasi berdasarkan karakter habitat, sebaran ikan dan operasional. Berdasarkan pertimbangan contoh populasi, maka ke tiga zona ini dapat dikarakteristik sebagai berikut:

  Zona I, yaitu zona TABD terluar yang bertemu dengan Teluk Ambon Bagian Luar (TABL). Zona ini merupakan habitat ikan setempat serta kemungkinan masuk keluar ikan dari luar teluk. Zona ini terletak antara antara Desa Poka dan Galala (Gambar 1) menghadap ke TAB, tepatnya pada lokasi Halong. Pada waktu pasut, zona ini merupakan daerah front (pertemuan massa air), karena adanya suatu ambang (sill) yang memisahkan TABD dan TABL. Adapun luas areal ini sekitar 0,63 km

  2 .

  Zona II merupakan kawasan utama dengan kedalaman maksimum sekitar 41 meter, berada antara desa Hunuth dan Latta, sekitar lokasi Waiheru. Zona ini merupakan habitat berbagai jenis ikan, dengan luas areal sekitar 9,76 km

  2 .

  Zona III merupakan kawasan TABD yang menerima air limpasan dari sungai Wai-Tonahitu (area estuari), dengan daerah aliran berupa hutan mangrove. Zona ini memiliki kedalaman melandai dan terletak sekitar lokasi Lateri. Luas zona ini lebih kurang 1,74 km

  2

  . Zona ini

  Metode dan desain penelitian

PETA LOKASI PENELITIAN

  • 3 .6
  • 3 .6

  Pula u Am bon

  Sebaran spasio-temporal ikan-ikan berdasarkan karakteristik habitat dan waktu dievaluasi dengan menggunakan Analisis Faktorial Koresponden (Correspondence Analysis, CA) (Legendre & Legendre, 1983). Analisis ini didasarkan pada matriks data yang terdiri atas I baris (spesies ikan) dan J kolom

  Metode analisis data

  4 jam sebagai satuan baku operasional.

  Alat pengambilan contoh ikan adalah jaring pantai (beach seine) yang dirancang sebagai standard, yaitu berukuran panjang tali pelampung (total float line) 100 m, tinggi 7 m dengan ukuran mata jaring pada bagian tengah jaring 0,5 mm dan bagian sayap 25,5 mm. Operasional jaring pantai standar ditetapkan menggunakan dua perahu dilengkapi empat lampu petromaks, dilakukan oleh 10 orang. Lama waktu operasi pengambilan contoh ditetapkan

  Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Desain waktu penelitian mengenai distribusi spasial temporal ikan ditetapkan selama 12 bulan, mulai dari bulan Agustus 2005 sampai Juli 2006, dengan perubahan temporal dipantau setiap bulan gelap dan terang.

  50 cm. Hasil total tangkapan yang didapatkan ditampung di keramba (floating cage). Contoh ikan untuk struktur jenis setiap hasil tangkapan baik bulan terang maupun gelap secara acak diambil sub pengambilan contoh tanggul dengan ulangan setiap ember.

  net ) yang berdiameter 25 cm dan tinggi tanggul

  Sebaran spasio-temporal tercermin dari kelimpahan individu. Satuan penelitian ini terdiri atas satuan contoh untuk menentukan struktur jenis. Di setiap zona dilakukan pengambilan contoh ikan pada saat bulan gelap dan terang. Satuan contoh ikan untuk menentukan jenis yaitu contoh ikan yang diambil dengan tanggul (scoop

  merupakan habitat asuhan berbagai larva jenis ikan yang hidup di perairan TABD.

  Keterangan : Kawasan Mulut Teluk (Zona I) Kawasan Pembesaran (Zona II) Kawasan Hutan Mangrove (Zona III) Daerah Intertidal Daratan Desa

  • 3 .6

  W W a i R u h u a i H e ru W ai T o n ah it u Wai T ona

  Skala 1 : 225.000 127.95 128.05 128.15 128.25 -3 .7 .6 5 -3 .5 5 -3 5 Lokasi Penenlitian

  Halong Galala Hative Kecil Wai L ata W ai G uru gu ru W a i S a la

  Katekate Batukoneng Poka Rumahtiga

  Nania Durianpatah Waiheru Hunuth

  Nuntetu Lateri Latta Klapadua

  5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Tingkat Kedalaman (m) Negeri Lama

  3 ° L S

  4 ° L S

  5 °L S

  6 ° L S

  Jurnal Iktiologi Indonesia, 9(2): 139-151, 2009 128.17 °BT 128.18 °BT 128.19 °BT 128.20 °BT 128.21 °BT 128.22 °BT 128.23 °BT

  • 3 .6

  

Ongkers et al. - Sebaran spasio-temporal ikan yang tertangkap dengan jaring pantai di perairan Teluk Ambon

  Bagian Dalam (karakteristik habitat ataupun waktu), dimana pada perpotongan baris ke-i dan kolom ke-j jumlah individu ikan dari setiap modalitas karakteristik habitat ataupun waktu ke -j untuk spesies ikan. Dengan demikian matriks ini merupakan tabel kontingensi jenis ikan dengan modalitas karakteristik habitat dan waktu. Data tersebut diolah dengan bantuan program

  XLSTAT.

  Sebaran spasio temporal jenis/spesies ikan yang diperoleh selanjutnya dikonfirmasi oleh klasifikasi hierarki yang dijabarkan dalam bentuk dendrogram. Ordonansi dalam klasifikasi hierarki dihitung berdasarkan koefisien jarak korelasi dan kriteria pengelompokan menggunakan keterikatan rata- rata (average linkage).

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Dari pengambilan contoh selama setahun, diperoleh total jenis ikan yang tertangkap adalah: 54 jenis pada ketiga stasiun/zona, dimana jumlah kehadirannya di ketiga lokasi/zona pada periode waktu terlihat pada Tabel 1.

  Tabel 1. Jumlah jenis berdasarkan lokasi dan periode waktu Lokasi Waktu Terang Waktu Gelap

  Halong

  31

  Komposisi jenis

  34

  37 Waiheru

  33

  44 Terlihat bahwa lokasi Waiheru pada bulan gelap merupakan areal dengan kemunculan jenis ikan yang lebih banyak dibandingkan dengan lokasi pada waktu lainnya. Jumlah jenis yang lebih banyak ini disebabkan pada waktu bulan gelap ikan-ikan nokturnal beruaya ke areal tersebut dengan berbagai tujuan, antara lain untuk mencari makan dan memijah. Diketahui bahwa Waiheru memiliki garis pantai yang panjang dan banyak ditumbuhi pohon mangrove sepanjang 5 km, dengan enam jenis mangrove yang mana Rhizopora apiculata mendominasi perairan tersebut, serta merupakan habitat berbagai kelompok ikan Tuhuteru (2008). Hasil survei akustik di TABD oleh Latumeten (2003) mendapatkan kelompok ikan yang banyak pada zona/lokasi Waiheru. Keragaman jenis ikan di perairan TABD, yang berkaitan dengan ikan umpan, dapat dikatakan bahwa sangat beragam, dimana terdapat jenis pelagis kecil dan demersal. Menurut Rawlinson (1989) dalam Blaber dan Copland (1990), komposisi ikan umpan perikanan tuna mempunyai dampak dengan adanya jenis non target, yang terdiri atas berbagai jenis pelagis kecil dan besar.

  Jika dilihat dari jumlah total individu selama setahun (gabungan bulan terang dan gelap), maka jenis ikan teri merah, EH (Encrasicholina heteroloba) dan tembang, HQ

  (Herklotsichtys quadrimaculatus ) serta teri

  putih (Stolephorus indicus) menempati urutan teratas dan mendominasi hasil tangkapan setiap bulan. Ketiga jenis ini menurut Conand dan Kulbicki (1988) juga Whitehead et al. (1988) merupakan jenis ikan dominan pada areal Teluk dan di sekitar permukaan, dan tersebar berkelompok pada siang hari dan menyebar di seluruh tempat di dalam teluk. Tabel 2 memperlihatkan

  10 jenis ikan yang mendominasi ketiga zona di perairan TABD. Teri merah merupakan ikan dengan kelimpahan tertinggi yang mendominasi ekosistem di ketiga zona/lokasi, meskipun jenis ikan tersebut telah mengalami tangkap lebih (overfishing) (Wouthuyzen et al., 1984; Kurnaen, 1992; Pattikawa & Ongkers, 2003; Ongkers, 2008).

  35 Lateri

  Jurnal Iktiologi Indonesia, 9(2): 139-151, 2009

  9 Apogon sp. Ap sp 190 305 116 611

  Stolephorus heteroloba, yang sekarang dikenal

  Jumlah individu yang tinggi pada bulan September dan Oktober, jika dikaitkan dengan hasil penelitian Conand dan Kulbicki (1988), menemukan bahwa bulan-bulan tersebut adalah bulan pemijahan bagi ikan anchovy dan herring, kedua jenis ini berada sepanjang tahun di Teluk Noumea (New Caledonia). Ditambahkan oleh Dalzell (1989) dalam Blaber dan Copland (1989) di New Guinea, bahwa antara bulan Mei sampai November adalah bulan pemijahan bagi

  jumlah individu per bulan di masing-masing lokasi (zona) pada Gambar 4, maka terlihat bahwa pada bulan September dan Oktober terdapat rataan jumlah individu yang tinggi (975 ind/bulan dan 996 ind/bulan) terutama lokasi Lateri, sedangkan lokasi/zona Waiheru (366 ind/bulan dan 810 ind/bulan). Kondisi tingginya kelimpahan rataan jumlah individu tersebut disebabkan oleh berlimpahnya jenis-jenis ikan tertentu seperti ikan teri merah EH (Encrasicholina heteroloba) dalam ukuran kecil pada tingkat juwana. Diduga bahwa bulan-bulan tersebut berkaitan dengan bulan pemijahan terutama di lokasi (zona) Lateri dan Waiheru.

  Chirocentrus dorab (CD). Berdasarkan rataan

  Tampilan secara keseluruhan total individu setiap jenis di ketiga lokasi terlihat pada Gambar 3. Terlihat bahwa individu tertinggi terdapat pada jenis Encrasicholina heteroloba (EH) dan terendah terdapat pada jenis

  menurut Sharma & Adams (1989) in Blaber dan Copland (1989) merupakan jenis-jenis ikan perairan dangkal yang mendiami areal yang agak tenang (teluk).

  anchovy dan herring. Jenis-jenis ikan ini

  10 Caranx sexfasciatus CA SX 25 198 261 484 Hasil kalkulasi jumlah individu ikan-ikan per tahun yang berada di lokasi TABD diperlihatkan pada tampilan Gambar 2. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa ketiga lokasi/zona selalu didominasi oleh jenis-jenis

  8 Gaza achclamys G A 331 83 287 700

  Tabel 2. Jumlah total individu selama setahun dari 10 jenis ikan dominan No. Jenis ikan Kode

  7 Leiognathus leuciscus L L 243 189 731 1163

  6 Lisa sp. LI sp 15 922 505 1441

  5 Stolephorus buccanieri ST BU 525 500 659 1683

  4 Dussumieria accuta D A 873 330 561 1763

  3 Stolephorus indicus S IN 1623 613 710 2946

  2 Herklotsichtys quadrimaculatus H Q 2290 1222 1999 5511

  1 Encrasicholina heteroloba E H 1943 3434 2934 8311

  (individu) Halong Lateri Waiheru

  Lokasi Jumlah

  dengan Encrasicholina heteroloba. Oktober merupakan bulan kemarau ketika ikan pelagis kecil (teri) masuk ke dalam teluk untuk memijah (Kurnaen, 1992). Kelimpahan ikan terjadi pada lokasi Lateri dan Waiheru. Jika ditilik kedua lokasi/zonaini mempunyai luas hutan mangrove yang agak lebat dibandingkan dengan lokasi/zona Halong.

  

Ongkers et al. - Sebaran spasio-temporal ikan yang tertangkap dengan jaring pantai di perairan Teluk Ambon

  Bagian Dalam Gambar 3. Total individu setiap jenis selama setahun

  1000 900 800 idu v

  700 600 h Indi

  500 umla 400 J

  300 200 100

  Bulan

  Gambar 4. Rataan jumlah individu per bulan di setiap lokasi/zona

  Jurnal Iktiologi Indonesia, 9(2): 139-151, 2009 Sebaran spasial berdasarkan karakteristik habitat

  Untuk mengkaji sebaran spasial ikan berdasarkan karakteristik habitat maka digunakan Analisis Faktorial Koresponden (Correspondence Analysis ). Data yang digunakan untuk analisis ini adalah kelimpahan total jenis ikan selama setahun dan stasiun pengamatan. Dari hasil analisis diperoleh akar ciri dan persentase varians pada sumbu utama seperti tertera pada Tabel 3.

  Tabel 3. Akar ciri dan persentase varians pada sumbu utama dari analisis koresponden Sumbu utama

  Akar ciri 0,1335 0,0564 Varians (%)

  70

  30 Kumulatif (%) 70 100 Hasil analisis terhadap 54 jenis ikan yang ditemukan pada ketiga zona (lokasi) menunjukkan bahwa informasi mengenai sebaran spasial terpusat pada sumbu (axis) 1 dan 2. Kontribusi terbesar adalah pada sumbu 1 (70%) dan sumbu 2 (30%) dari total ragam (varians). Untuk mengkaji lebih jauh peranan setiap variabel pada sumbu utama dapat dilihat pada kualitas representase (kosinus kuadrat) yang terlihat pada Tabel 4.

  • –ikan yang hampir sama muncul di lokasi berbeda disebabkan kedua lokasi/zona berdekatan (lihat Gambar 1 pada peta lokasi penelitian, antara Waiheru dan Lateri).

  Grafik analisis faktorial koresponden antara jenis ikan dan lokasi (zona) tertera pada Gambar 5. Pada sumbu 1 dan 2, terlihat 3 kelompok asosiasi. Asosiasi yang terjadi dalam suatu kelompok memperlihatkan hubungan yang erat antara jenis ikan dan lokasi. Gambar 5 memperlihatkan tiga kelompok yang diterangkan pada sumbu 1 dan 2. Informasi terbesar (70%) terdapat pada sumbu 1, dan sisanya 30% pada sumbu 2. Kelompok 1 diwakili oleh kelompok Waiheru yaitu ikan-ikan teri merah

  Encrasicholina heteroloba (EH), tembang/make Herklotsichtys quadrimaculatus, HQ dan teri

  hitam Stolephorus buccanieri. Kelompok ini berlimpah pada zona Waiheru, tetapi hanya sedikit pada zona lainnya. Kelompok ke 2 adalah jenis ikan-ikan yang berasosiasi pada zona/lokasi Lateri, yang diwakili oleh ikan kepala batu

  Pranesus pinguis (PP), ikan lalosi Pterocaesio

  sp. (PT sp) dan ikan julung Hemihampus sp. (He sp). Ketiga jenis terakhir berada agak banyak di zona Lateri. Kelompok yang terakhir adalah kelompok Halong dimana terdapat jenis ikan teri putih, Stolephorus indicus (SIN), tembang/make moncong Dussumieria accuta (DA) dan layang/momar merah Decapterus ruselli (DS), karena mereka berada agak berlimpah pada areal ini.

  Hasil pengelompokan yang terbentuk pada analisis koresponden melalui dendrogram memperlihatkan bahwa terdapat dua kelompok kesamaan jenis ikan pada lokasi/zona penelitian (Gambar 6). Kelompok pertama diwakili oleh zona Waiheru dan Lateri, diikuti oleh kelompok kedua yaitu zona Halong. Jika dilihat dari kesamaan jenis berdasarkan sebaran ikan berbasis lokasi, maka ikan

  Sebaran temporal berdasarkan karakteristik habitat

  Sebaran temporal ikan ikan berdasarkan karakteristik habitat digunakan Analisis Faktorial Koresponden (Correspondence Analysis). Data yang digunakan untuk analisis ini adalah kelimpahan total jenis ikan selama setahun dan bulan pengamatan. Dari hasil analisis diperoleh akar ciri dan persentase varians pada sumbu utama seperti tertera pada Tabel 5.

  

Ongkers et al. - Sebaran spasio-temporal ikan yang tertangkap dengan jaring pantai di perairan Teluk Ambon

  L L 0,0635 0,9365

  Apogon cyanosoma CY sp 0,9497 0,0503

  

Scomberoides lysan S L 0,1257 0,8743

Selaroides leptolepis S LEP 0,1924 0,8076

Caranx sexfasciatus CA SX 0,4638 0,5362

Hemihampus sp. HE sp 0,7806 0,2194

Amblygaster sirm A S 0,6124 0,3876

Sepia sp. S sp 0,9989 0,0011

Siganus canaliculatus SI CA 0,7063 0,2937

Syngnatoides biaculeatus SY BI 0,2850 0,7150

Carangoides sp. CA sp 0,8387 0,1613

Etelis carbunculus EC 0,2729 0,7271

Mugil cephalus M CEP 0,7201 0,2799

Zenarclopterus sp. Z sp 0,0540 0,9460

Ambasis buruensis A B 0,0013 0,9987

  D S 0,5617 0,4383

  

Strongylaura leiura S LEI 0,9049 0,0951

Decapterus ruselli

  LI sp 0,9934 0,0066

  sp.

  

Sardinella atricauda SAT 0,5017 0,4983

Liza

  ST BU 0,5014 0,4986

  Stolephorus buccanieri

  PT sp 0,8122 0,1878 Apogon sp. Ap sp 0,3572 0,6428

  sp.

  

Upeneus vittatus U V 0,4866 0,5134

Pterocaesio

  L V 0,8993 0,1007

  

Dussumieria accuta D A 0,8756 0,1244

Upeneus sulphureus U S 0,9313 0,0687

Mugil cephalus M C 0,0095 0,9905

Lutjanus vitta

  Leiognathus leuciscus

  Bagian Dalam Tabel 4. Kosinus kuadrat antara aksis 1 dan 2

  G O 0,9705 0,0295 Selar sp. SE sp 0,0855 0,9145

  Kosinus Kuadrat antara Baris/Kolom dan Aksis Nama Jenis Ikan Kode

  1

  2 Encrasicholina heteroloba E H 0,9999 0,0001

  Stolephorus indicus

  S IN 0,6463 0,3537

  Gerres oyena

  

Rastreliger kanagurta R K 0,0509 0,9491

Decapterus macrosoma

  G A 0,9956 0,0044 Sardinella sp. SA sp 0,8663 0,1337

  D M 0,8762 0,1238

  Thryssa encrasichoilodes

  T E 0,6237 0,3763

  Pranesus pinguis

  P P 0,0117 0,9883

  

Herklotsichtys quadrimaculatus H Q 0,9783 0,0217

Gaza achclamys

  

Arothron manilensis AM 0,9042 0,0958

Auxis thazard A T 0,6294 0,3706

Yongeichthys nebulosus YN 0,0012 0,9988

Diagramma pictum DP 0,8682 0,1318

Lutjanus sebae L S 0,8235 0,1765

Penaeus sp. PE sp 0,5935 0,4065

Lutjanus sp. LU sp 0,8235 0,1765

Lutjanus sebae L S 0,8235 0,1765

Epinephelus rivulatus E R 0,0153 0,9847

Lutjanus malabricus L M 0,0153 0,9847

Upeneus tragula UT 0,0153 0,9847

  

Variabel/Zona

  SE sp G O S IN E H

  

A B

Z sp M CEP EC

  CA sp SY BI SI CA S sp

  A S HE sp CA SX S LEP S L D S S LEI

  LI sp SAT

ST BU

Ap sp

  PT sp U V L V

M C

U S D A L L

  SA sp G A H Q

P P

T E D M R K

  0.5

  IJ UT L M E R PE sp L S LU sp PE sp L S DP

  1

  1.5

  0.5

  1

  1.5

   2 (

  3 % ) - -> Sim ila rit a s

  IJ YN A T AM CN sp

  Halong D

  Jurnal Iktiologi Indonesia, 9(2): 139-151, 2009

  SP BA 0,7849 0,2151

  Tabel 4. (lanjutan) Kosinus Kuadrat antara Baris/Kolom dan Aksis

  Nama Jenis Ikan

  Innegocia japonica

  IJ 0,9780 0,0220

  Chirocentrus dorab CD 0,7244 0,2756 Leiognathus sp.

  LE sp 0,0153 0,9847

  Spyraena barracuda

  Halong 0,7294 0,2706 Lateri 0,8810 0,1190 Waiheru 0,0240 0,9760

  Profil baris dan kolom pada axis 1 dan 2 (100% ) Waiheru Lateri

  • 1
  • 0.5
  • 1.5 -1 -0.5
    • -- axis 1 (70% ) --> -- a x is

  Gambar 5. Grafik analisis faktorial koresponden sebaran spasial ikan sumbu 1 dan 2

  

Variables

S im ila ri ty

  

Waiheru Lateri Halong

  91.70

  94.46

  97.23 100.00 Dendrogram with Average Linkage and Correlation Coefficient Distance

  Gambar 6. Dendrogram klasifikasi hirarki berbasis zona/lokasi

  

Ongkers et al. - Sebaran spasio-temporal ikan yang tertangkap dengan jaring pantai di perairan Teluk Ambon

  Yongeichthys nebulosus (YN), udang Penaeus

  carbunculus (ER), kelompok September dengan

  Dari hasil olahan analisis klaster berbasis variabel antar bulan, didapatkan lima klaster bulan yang membentuk suatu ekosistem jenis ikan di Teluk Ambon Bagian Dalam (Gambar 8). Mereka adalah kelompok Agustus ikan bae Etelis

  kelimpahan tertinggi pada bulan November, tetapi sedikit pada bulan lainnya.

  buccanieri (ST BU). Jenis tersebut mempunyai

  Gambar 7b memperlihatkan ciri keberadaan kelompok ikan pada bulan November dengan jenis ikan teri/puri hitam Stolephorus

  sp. (PE sp), dan ikan bae Etelis carbunculus (ER). Kemunculan ikan ikan tersebut dikarenakan banyak dan berlimpah terutama ikan bae. Ada juga asosiasi kelompok bulan Februari dengan ciri jenis adalah ikan sardin jenis make moncong (Dussumiera accuta, DA). Kelompok asosiasi lainnya pada sumbu kedua adalah kelompok April dengan ciri jenisnya adalah teri merah Encrasicholina heteroloba (EH) dan tembang Herklotsichtys quadrimaculatus (HQ).

  sp. (SA sp), gete-gete Apogon sp. (Ap sp), gobi

  Bagian Dalam Tabel 5. Akar ciri dan persentase varians pada sumbu utama analisis koresponden

  canaliculatus (SI CA), layang/momar putih Decapterus macrosoma (DM), lemuru Sardinella

  (CY sp), dan ikan barakuda Spyraena barracuda (SP BA). Kelompok ikan ini terdapat pada bulan September, terutama barakuda yang muncul sekali dalam jumlah yang banyak. Asosiasi yang lainnya muncul pada kelompok sumbu utama kedua, yaitu kelompok bulan Agustus dengan ciri asosiasi ikan-ikan samandar Siganus

  Chirocentrus dorab (CD), ikan dalise Lutjanus sebae (LS), gete-gete merah Apogon Cyanosoma

  Gambar 7a memperlihatkan ciri keberadaan kelompok ikan berdasarkan bulan, dimana ada kelompok asosiasi ikan yang muncul pada bulan September. Mereka antara lain: ikan pedang

  Hasil analisis terhadap 54 jenis ikan yang ditemukan selama 12 bulan pengamatan menunjukkan bahwa informasi mengenai sebaran spasial terpusat pada sumbu 1, 2, dan 3. Kontribusi terbesar adalah pada sumbu 1 (22%), sumbu 2 (20%) dan sumbu 3 (19%) dari total ragam (varians). Grafik analisis faktorial koresponden antara jenis ikan dan lokasi (zona) tertera pada Gambar 7. Pada sumbu 1 dan 2, terlihat tiga kelompok asosiasi. Asosiasi yang terjadi dalam suatu kelompok memperlihatkan hubungan yang erat antara jenis ikan dan lokasi.

  Sumbu Utama Akar ciri 0.3881 0.3580 0.3328 Varians (%) 22% 20% 19% Kumulatif (%) 22% 40% 61%

  ikan barakuda Spyraena barracuda (SP BA), kelompok November, kelompok Februari, dan kelompok April, Mei, Juni, dan Juli.

  2.5

  SY BI CN sp A T U T CA sp E C

  2

  1.5

  1

  0.5

  LU sp HL sp L M CY sp

  I J C D A M Y N D P L S PE sp E R

  M CEP Z sp A B

  HE sp A S S sp SI CA

   2 (

  Le sp SAT S LEI D S S L S LEP CA SX

  PT sp

Ap sp

ST BU LI sp

  SA sp G A L L D A U S M C

L V

U V

  SE sp G O R K D M T E P P H Q

  Gambar 7a. Profil Baris dan Kolom Pada Aksis 1 dan 2 (42% ) AGS SEP OKT NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI E H S IN

  2 % ) - ->

Gambar 7b. Profil Baris dan Kolom Pada Aksis 2 dan 3 (39% )

  Jurnal Iktiologi Indonesia, 9(2): 139-151, 2009

SP BA

  • 1
  • 0.5
  • 1.5 -1 -0.5
    • -- aksis 1 (22% ) --> -- a k s is

  1

  1

  (a) (b)

  9 % ) - ->

  1

   3 (

  2.5

  2

  1.5

  1

  0.5

  3.5

  3

  2.5

  2

  1.5

  0.5

  1.5

  CY sp

  SP BA LU sp HL sp L M

  

I J

C D A M Y N D P L S PE sp E R

  A B

  CA sp E C M CEP Z sp

  S sp SI CA SY BI CN sp A T U T

  S LEI D S S L S LEP CA SX HE sp

A S

  ST BU LI sp Le sp SAT

  L L D A U S M C L V U V PT sp Ap sp

  AGS SEP OKT NOV DES JAN FEB MAR

APR

MEI

JUNIJULI

E H S IN SE sp G O

  • 1
  • 0.5
  • >2 1 -0.5

    • -- aksis 2 (20% ) --> -- a k s is

  Gambar 7. Grafik analisis faktorial koresponden sebaran temporal sumbu 1, 2, dan 3 (a) ciri keberadaan kelompok ikan berdasarkan bulan; (b) ciri keberadaan kelompok ikan pada bulan November dengan jenis ikan teri/puri hitam

  0.5

  2

  R K D M T E P P H Q SA sp G A

  

Ongkers et al. - Sebaran spasio-temporal ikan yang tertangkap dengan jaring pantai di perairan Teluk Ambon

  Bagian Dalam

  Dendrogram with Average Linkage and Correlation Coefficient Distance

  64.38 s a

  76.25 ty rit ri ila ila m Si Sim

  88.13 100.00

AGS SEP OKT NOV DES MAR JAN FEB APR MEI JUNI JULI

  Variables Variabel/Zona

  Gambar 8. Dendrogram klasifikasi hirarki bulan-bulan penelitian

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

  1. Lokasi Waiheru mempunyai jumlah jenis Anonim, 2003. Data dan informasi sumberdaya perikanan Kota Ambon dan Kep. Lucipara . ikan lebih banyak daripada lokasi lainnya.

  Kerjasama Pemerintah Daerah Kodya

  2. Encrasicholina heteroloba, Herklotsichtys Ambon dan Fakultas Perikanan Unpatti, Ambon.

  quadrimaculatus , dan Stolephorus indicus

  Conand, F & Kulbicki. 1988. Tuna bait fishes: selalu ada setiap bulan di perairan Teluk biology, ecology and resources in New Ambon Bagian Dalam meskipun tidak Caledonia. South Pasific Commision.

  Inshore Fish.Res/BP3. Noumea, New berlimpah.

  Caledonia. 9 p.

  3. Lokasi Waiheru diindikasikan dengan jenis Dalzell, P. 1989. Biology and population teri merah, tembang/make biasa, dan teri dynamics of tuna baitfish in Papua New

  Guinea. In Blaber, S.J.M, and J.W. Copland hitam. Lokasi Lateri dengan ikan kepala batu (Ed.). 1990. Tuna baitfish in the Indo dan julung serta lalosi. Lokasi Halong Pacific Region: proceedings of a workshop, Honaiara, Salomon Islands, 11-13 diindikasikan dengan teri putih, make December 1989. ACIAR Proceedings No. moncong serta layang/momar merah. 30, 211 p.

  4. Terdapat lima klaster asosiasi jenis berbasis Legendre, L & Legendre, P.1983. Numerical

  ecology . Elsevier Scientific Publishing

  bulan, yaitu kelompok Agustus (Etelis Company. Amsterdam, Oxford, New York,

  carbunculus) , September (Apogon sp. dan 419 p. Spyraena barracuda ), November

  Latumeten, J. 2003. Kelimpahan dan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis di (Stolephorus buccanieri ), Februari

  Teluk Ambon. Ichthyos Jurnal Ilmu-ilmu (Dussumiera accuta) serta kelompok April Perikanan dan Kelautan , 2(1): 13-20.

  (Encrasicholina heteroloba dan Ongkers, O.T.S. 2008. Parameter populasi ikan teri putih (Stolephorus indicus) di Teluk

  Herklotsichtys quadrimaculatus ).

  Ambon Bagian Dalam. Jurnal Iktiologi Indonesia , 8 (2): 85-92.

  Jurnal Iktiologi Indonesia, 9(2): 139-151, 2009

  Sumadhiharga, O.K. 1992. Anchovy fisheries and ecology with special reference to the reproductive biology of Stolephorus spp. in Ambon Bay. A Thesis submitted in fulfilllment of the requirement for the degree to Doctor of Philosophy. University of Tokyo. 154 p.

  Wouthuyzen, S.; Suwartana,

  Fish. Synop ., 7 (125) Pt. 2: 579 p.

  Clupeoid fishes of the world (Suborder Clupeoidei). An annotated and illustrated catalogue of the herrings, sardines, pilchards, sprats, shads, anchovies, and wolf-herrings. Part 2 - Engraulididae. FAO

  Whitehead, P.J.P.; Nelson, G.J. & Wongratana, T. 1988. FAO species catalogue Vol. 7.

  Program Studi Ilmu Kelautan. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Pattimura Ambon. 63 hal.

  Tuhuteru. 2008. Analisis pengelolaan kawasan hutan mangrove Desa Waiheru. Skripsi.

  Tarigan, Z. & Sapulete, D. 1987. Perubahan musiman suhu air laut di Teluk Ambon Bagian Dalam. Teluk Ambon: biologi, perikanan, oseanografi, dan geologi. Balitbang Sumberdaya Laut. Puslitbang Osenologi LIPI Ambon, Ambon, I: 81-90

  heterolobus (Ruppel), di Teluk Ambon. Oseanologi di Indonesia , 9: 29-41.

  Rawlinson, N.J.F. 1989. Catch composition of the tuna baitfishery of Salomon Islands and possible impact on non target species. In Blaber SJM & Copland JW (Ed.). 1990. Tuna baitfish in the Indo pacific Region: proceedings of a workshop, Honaiara, Salomon Islands, 11-13 December 1989.

  Sharma, S.P. & Adams, T.J.H. 1989. The Fiji tuna fishery. In Blaber S.J.M. & Copland, J.W. (eds.). 1990. Tuna baitfish in the Indo Pacific Region: proceedings of a workshop, Honaiara, Salomon Islands, 11-13 December 1989. ACIAR Proceedings No. 30, 211 p. Sumadhiharga, O.K. 1978. Beberapa aspek biologi ikan puri (teri) Stolephorus

  Ambon Bagian Dalam. Skripsi. Fak. Perikanan Universitas Pattimura Ambon (tidak dipublikasikan).

  Bagian Dalam. Ichthyos Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Kelautan , 1 (1): 13-30. Pattisina, L.A. 1985. Kecepatan guguran daun mangrove di hutan mangrove Passo, Teluk

  Stolephorus indicus di Teluk Ambon

  Dinamika populasi ikan puri putih

  Pattikawa, J.A. & Ongkers, O.T.S. 2003.

  ACIAR Proceedings No. 30, 211 p.

  A. & Sumadhiharga, O.K. 1984. Studi dinamika populasi ikan puri merah Stolephorus heterolobus (Ruppel) dan kaitannya dengan perikanan umpan di Teluk Ambon Bagian Dalam. Oseanologi di Indonesia, 18: 1-2.

Dokumen yang terkait

KOMPOSISI DAN LUAS RELUNG MAKANAN IKAN KEPERAS (Cyclocheilichthys apogon, Valenciennes, 1842) DI SUNGAI MUSI [Food composition and niche breadth of beardless barb (Cyclocheilichthys apogon, Valenciennes, 1842) in Musi River]

0 0 9

PERTUMBUHAN BENIH IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus) DALAM KERAMBA JARING APUNG YANG DIBERI PAKAN BUATAN DENGAN KADAR PROTEIN BERBEDA [Growth of green catfish (Hemibagrus nemurus) fry in floating net cage feed by artificial food with different protein conten

0 0 7

HABITAT PEMIJAHAN IKAN WADER PARI (Rasbora lateristriata) DI SUNGAI NGRANCAH, KABUPATEN KULON PROGO [Spawning habitat of Rasbora lateristriata in Ngrancah River, Kulon Progo Regency]

1 0 9

PERTUMBUHAN IKAN TENGADAK ALBINO DAN HITAM (Barbonymus schwanenfeldii) DALAM KOLAM [Growth performance of the albino and black tinfoil barb (Barbonymus schwanenfeldii) in pond] Gleni Hasan Huwoyon1 dan Irin Iriana Kusmini1

0 0 8

Lumban Batu - Determination of residual oxytetracycline in fishes by high performance liquid chromatography

0 0 11

DISTRIBUSI SPASIAL IKAN BERONANG (Siganus canaliculatus) DI PADANG LAMUN SELAT LONTHOIR, KEPULAUAN BANDA, MALUKU [Spatial distribution of rabbitfish Siganus canaliculatus in the seagrass beds of Lonthoir Strait, Banda Archipelago, Moluccas] Munira 1,2 , S

0 0 9

Lumban Batu - Effect of drug-metabolizing enzyme activity induced by polychlorinated biphenyl on the duration of

0 0 7

ASPEK REPRODUKSI IKAN LIDAH, Cynoglossus lingua H.B. 1822 DI PERAIRAN UJUNG PANGKAH, JAWA TIMUR [Reproductive aspect of long tonguesole, Cynoglossus lingua H.B 1822 in Ujung Pangkah Waters, East Java]

0 0 11

PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSI IKAN LAYANG BIRU (Decapterus macarellus) DI PERAIRAN MALUKU UTARA [Growth and reproduction of mackerel scads, Decapterus macarellus (Cuvier, 1833) in North Moluccas waters]

0 0 12

VARIASI SPASIO-TEMPORAL JENIS MAKANAN IKAN MOTAN, Thynnichthys polylepis DI RAWA BANJIRAN SUNGAI KAMPAR KIRI, RIAU [Spatio-temporal variation in the diet of Thynnichtys polylepis in floodplain river of Kampar Kiri, Riau]

0 0 9