BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Pembelajaran Audio Visual PowerPoint dengan Kerangka Kerja Saintifik untuk Mata Pelajaran Matematika Kelas 5 Sekolah Dasar
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Tahun 2013 merupakan awal tahun perubahan dari pendidikan di
Indonesia. Pada tahun 2013 pemerintah Indonesia mengeluarkan kurikulum baru
yang disebut dengan Kurikulum 2013. Muhamad Nuh dalam permendikbud
(2013:3) mengatakan bahwa:
Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum
sebelumnya untuk merespon berbagai tantangan-tantangan internal
dan eksternal. Titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 adalah
penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum,
pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran,
dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian
antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan.
Banyak perbedaan antara Kurikulum 2013 dengan Kurikulum Satuan
Tingkat Pendidikan (KTSP). Perbedaan yang paling mencolok yaitu penyajian
pembelajaran menggunakan tema tidak lagi mata pelajaran. Selain itu tujuan
pembelajaran kurikulum 2013 yang mengutamakan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Berbeda kurikulum KTSP yang lebih mengutamakan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan. Karena tujuan pembelajaran lebih menggutamakan sikap,
maka dalam kurikulum 2013 proses pembelajaran berbeda dari kurikulumkurikulum sebelumnya. Pada kurikulum 2013 penilaian tidak hanya dilakukan
pada hasil belajar tetapi juga sikap saat proses pembelajaran. Pada kurikulum
2013 juga wajib menggunakan pendekatan saintifik dalam pelaksanaanya.
Berbeda dengan KTSP guru lebih diberikan kebebasan dalam menggunakan
pendekatan pembelajaran yang ada disesuaikan dengan kondisi lingkungan daerah
masing-masing.
Perbedaan kurikulum 2013 yang sangat mencolok dari kurikulum KTSP
berpengaruh pada penerapan kurikulum 2013 yang tidak berjalan dengan mulus.
Menurut Anies Baswedan (2014) menyatakan bahwa “banyak kendala karena
sebagian besar sekolah belum siap melaksanakan kurikulum 2013, masalah yang
muncul seperti dalam kesiapan buku, sistem penilaian, penataran guru,
1
2
pendamping guru dan pelatihan kepala sekolah yang belum merata”. Mendikbud
Anies Baswedan yang menggantikan Muhamad Nuh tidak tutup mata dengan
masalah-masalah tersebut. Anies Baswedan (2014) memutuskan “menghentikan
penerapan kurikulum 2013 untuk sekolah yang baru menerapkan satu semester
dan kembali ke KTSP. Untuk sekolah-sekolah yang telah menerapkan tiga
semester tetap menggunakan kurikulum 2013 sebagai sekolah pengembangan dan
percontohan” dalam metrotvnews.com. Anis Baswedan (2014) juga mengatakan
“pada saatnya jika memang kurikulum 2013 sudah siap, maka kurikulum ini akan
diterapkan kembali di Indonesia”.
Kurikulum 2013 dalam pelaksanaanya ditunda oleh Mendikbud, itu berarti
sebagian besar sekolah akan kembali menggunakan kurikulum KTSP. Menurut
Asep Herry Herawan (2013:6.4) “KTSP adalah kurikulum yang disusun atas
inisiasi dan dilaksanakan di sekolah yang memungkinkan program yang
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa serta sesuai
dengan kebutuhan dan potensi di masyarakat”. Dengan demikian sekolah
diberikan kebebasan untuk mengembangkan kurikulum yang ada sesuai dengan
kebutuhan wilayah masing-masing. Itu semua dilakukan untuk mempermudah
tercapainya tujuan pembelajaan. Untuk menyambut kembalinya kurikulum 2013
maka sistem pembelajaran haruslah diarahkan untuk masuk ke dalam rancangan
kurikulum 2013 tersebut. Itu semua dapat dimulai dengan pembiasaan penerapan
pendekatan saintifik dalam pembelajaran pada kurikulum KTSP.
Pendekatan saintifik mulai disoroti dunia pendidikan Indonesia sejak
munculnya kurikulum 2013. Penundaan kurikulum 2013 dan penerapan kembali
kurikulum KTSP bukan berarti segala hal yang berkaitan dengan kurikulum 2013
bisa dilupakan. Seharusnya justru menjadi tugas penting agar bisa menyiapkan
segala hal untuk menyambut datangnya kembali kurikulum 2013. Salah satu
persiapan yang tidak boleh dilupakan adalah persiapan media pembelajaran yang
mendukung pembelajaran saintifik sesuai kurikulum 2013. Media pembelajaran
tersebut bisa dibuat dan diterapkan dalam kurikulum KTSP karena sebagian besar
sekolah kembali menggunakan kurikulum tersebut. Melalui media pembelajaran
yang berbasis saintifik dapat digunakan untuk membiasakan siswa menggunakan
3
pembelajaran yang berbasis saintifik. Dengan cara seperti itu maka siswa akan
terbiasa dengan pembelajaran berbasis saintifik. Sehingga diharapkan kelak ketika
kurikulum 2013 diterapkan kembali siswa tidak canggung dalam belajar
menggunakan pendekatan saintifik.
Penerapan serta perancangan pembelajaran berbasis saintifik tidaklah
mudah, oleh karena itu semua hal tersebut haruslah dipersiapkan lebih awal
termasuk dalam perancangan media pembelajaran.
Media pembelajaran
merupakan salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran. Penggunaan
media pembelajaran akan sangat membantu memudahkan mencapai tujuan
pembelajaran. Media pembelajaran merupakan salah satu komponen yang tidak
bisa diabaikan dalam mengembangkan sistem pembelajaran yang berkualitas.
Sesuai dengan pendapat Oemar Hamalik (2002:63) yang menyebutkan bahwa
“media
pembelajaran
merupakan
unsur-unsur
penunjang
dalam
proses
pembelajaran agar terlaksana dengan lancar dan efektif. Beberapa jenis media
yang dapat digunakan oleh guru seperti buku, hand out, modul, majalah, LKS dan
job sheet”. Tujuan guru menggunakan media dalam proses pembelajaran yaitu
untuk meningkatkan penguasaan materi dan meningkatkan kompetensi siswa.
Melalui media pembelajaran diharapkan siswa akan lebih mudah memahami apa
yang dipelajari sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Media pembelajaran menjadi sangat penting digunakan sesuai dengan
pendapat Jean Piaget dalam Daryanto (2014:2) dengan teorinya yang mengatakan
bahwa “proses berfikir manusia sebagai suatu perkembangan yang bertahap dari
berfikir intelektual kongkrit ke abstrak berurutan melalui 4 periode (sensori
motor, pra operasional, operasi kongkrit, operasi formal)”. Dari pendapat tersebut
maka dapat diartikan bahwa manusia sebelum dapat berfikir abstrak haruslah
dimulai dengan berfikir secara kongkrit terlebih dahulu, terutama untuk siswa SD.
Siswa SD akan sangat kesulitan jika menghadapi materi ataupun soal-soal yang
bersifat abstrak. Oleh karena itu materi pelajaran yang bersifat abstrak haruslah
dibuat senyata mungkin melalui media pembelajaran. Media pembelajaran yang
tradisional bersifat cetak seperti majalah, hand out di era modern ini bisa kita
sajikan dalam bentuk animasi-animasi ataupun paparan dalam powerpoint. Anak
4
akan lebih suka melihat dan mendengarkan dibandingkan diminta membaca
materi yang banyak dan sering kali membuat mereka menjadi bosan. Dengan
ketertarikan siswa pada media pembelajaran yang dibuat oleh guru, maka
diharapkan mereka akan lebih mudah memahami materi apa yang disajikan oleh
guru.
Pengembangan media pembelajaran juga sangat diperlukan dalam proses
pembelajaran. Dalam buku pegangan guru Kemendikbud (2014:5) jelas
disebutkan bahwa “guru haruslah menggunakan media atau sumber belajar
alternatif yang tersedia di lingkungan sekolah”. Dari kalimat tersebut pemerintah
meminta kepada guru agar dapat memanfatkan semaksimal mungkin sumbersumber belajar yang tersedia di lingkungan sekolah masing-masing. Oleh karena
itu
guru
haruslah
cerdas
dalam
menyediakan/membuat
sendiri
media
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Itu karena
pemerintah hanya menyediakan buku dan tidak menyediakan media pembelajaran
untuk mempermudah memahami materi dalam buku tersebut.
Media pembelajaran dapat berupa gambar, foto, slaid, model, pita kaset
tape rekorder, film bersuara, atau bahkan televisi. Media-media diatas biasa
disebut sebagai media audio visual. Audio menurut KBBI adalah “alat peraga
yang bersifat dapat didengar”, sedangkan visual berarti “dapat dilihat dengan
indra penglihat (mata)”. Dari kedua pengertian diatas maka dapt disimpulkan
bahwa media pembelajaran audio visual adalah media pembelajaran yang dapat
didengar dan dapat dilihat.
Media pembelajaran yang baik tidak hanya dapat dilihat dan didengar saja,
tetapi haruslah mudah dipahami oleh siswa. Selain itu media pembelajaran juga
haruslah sesuai dengan kurikulum yang sedang dijalankan. Penerapan kurikulum
2013 memanglah sudah dihentikan, tetapi suatu saat kurikulum tersebut akan
diterapkan kembali saat kurikulum 2013 benar-benar sudah matang. Oleh karena
itu media pembelajaran haruslah mulai mengacu pada pendekatan saintifik sesuai
kurikulum 2013 walaupun dalam penerapannya masih pada kurikulum KTSP.
Kebanyakan sekolah tentunya belum memiliki media pembelajaran untuk
menyambut datangnya kembali kurikulum 2013, yaitu media pembelajaran yang
5
menggunakan pendekatan saintifik. Oleh karena itu guru haruslah mulai
mengalihkan media pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik. Ini
merupakan tantangan bagi guru selain tugas mengajar dan juga membuat
administrasi sekolah.
Pembuatan media pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik
merupakan hal yang dapat mendukung penyambutan kembali kurikulum 2013.
Ketersediaan media pembelajaran yang menerapkan pendekatan saintifik
sangatlah terbatas mengingat pendekatan saintifik mulai disoroti dunia pendidikan
sejak munculnya kurikulum 2013. Media pembelajaran yang tersedia sekarang
sebagian besar tidak menerapkan pendekatan saintifik karena merupakan mediamedia pembelajaran yang digunakan berdasarkan kurikulum KTSP. Media
pembelajaran yang menggunakan kerangka kerja saintifik sangat dibutuhkan
menggingat kurikulum 2013 sewaktu-waktu akan diterapkan kembali di
Indonesia.
Dari permasalahan pembelajaran tersebut, terutama mengenai ketersediaan
media pembelajaran untuk menyambut kembali datangnya kurikulum 2013 yang
sedang dievaluasi oleh pemerintah, maka penting dilakukan penelitian ini untuk
melakukan perbaikan pembelajaran melalui pengembangan media pembelajaran
audio visual. Media pembelajaran audiovisual yang dikembangkan akan sesuai
dengan kerangka kerja pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 yaitu mencakup
proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan
mengkomunikasikan.
1.2
Identifikasi Masalah
Dari latar belakang pada 1.1 maka dapat ditemukan berbagai masalah
berkaitan dengan ketersediaan media pembelajaran yang berbasis saintifik untuk
menyambut datangnya kembali kurikulum 2013. Masalah-masalah tersebut yaitu :
1) Pemerintah hanya menyediakan buku pegangan guru dan siswa, tidak
menyediakan media pembelajaran sehingga guru harus menyediakan media
pembelajaran
sendiri
ditenggah
kesibukan
mengajar
dan
administrasi, sehingga akan menjadi beban tambahan bagi guru.
mengurus
6
2) Media pembelajaran yang ada saat ini merupakan media pembelajaran
peninggalan kurikulum KTSP sehingga kurang begitu mendukung untuk
menyambut kembalinya kurikulum 2013.
3) Media pembelajaran tradisional (majalah, hand out) sering kali membuat
siswa bosan karena mereka harus banyak membaca. Oleh karena itu
penggunaan media yang menuntut siswa banyak membaca tidak akan
mempermudah pemahaman siswa pada materi yang dipelajari.
1.3
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan berbagai identifikasi masalah maka akan
dilakukan fokus penelitian pada pengembangan media pembelajaran dengan
menerapkan pendekatan saintifik. Oleh karena itu dibuat rumusan masalah
sebagai berikut: apakah media pembelajaran audio visual powerpoint yang
dikembangkan dengan menerapkan kerangka kerja saintifik efektif dalam
pembelajaran Matematika di kelas 5 Sekolah Dasar?
1.4
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan media pembelajaran audio
visual powerpoint dengan menerapkan kerangka kerja saintifik untuk mata
pelajaran matematika kelas 5 SD agar mampu menciptakan pembelajaran yang
efektif.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Dalam segi ilmiah peneliti dapat membuktikan efektifitas media
pembelajaran yang dikembangkan dengan data yang ada di lapangan.
1.5.2
Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan penulis mengenai media
pembelajaran audio visual dan juga pendekatan saintifik serta penerapanya pada
Sekolah Dasar. Bagi guru akan mendapatkan pengalaman mengenai penggunaan
media pembelajaran audio visual yang menerapkan kerangka kerja saintifik.
Sedangkan bagi siswa dapat memberikan pengalaman pembelajaran yang berbeda
7
dari pembelajaran biasanya sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan
dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
1.6
Spesifikasi Pengembangan
Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini memiliki spesifikasi
sebagai berikut:
a) Produk yang dikembangkan adalah media pembelajaran audio visual dengan
pendekatan saintifik yang dituangkan dalam bentuk powerpoint. Media
pembelajaran ini berisi tentang materi pembelajaran disertai dengan soal
latihan.
b) Media pembelajaran ini digunakan untuk mata pelajaran matematika kelas 5
SD dengan topik sifat-sifat bangun ruang sederhana.
c) Kompetensi yang ingin dicapai dengan media pembelajaran ini adalah siswa
dapat memahami tentang sifat-sifat bangun ruang sederhana.
d) Evaluasi yang dilakukan dalam pembelajaran ini akan dilakukan dengan cara
memberikan tes yang berisi pemahaman siswa mengenai konsep yang
diajarkan menggunakan media.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Tahun 2013 merupakan awal tahun perubahan dari pendidikan di
Indonesia. Pada tahun 2013 pemerintah Indonesia mengeluarkan kurikulum baru
yang disebut dengan Kurikulum 2013. Muhamad Nuh dalam permendikbud
(2013:3) mengatakan bahwa:
Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum
sebelumnya untuk merespon berbagai tantangan-tantangan internal
dan eksternal. Titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 adalah
penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum,
pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran,
dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian
antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan.
Banyak perbedaan antara Kurikulum 2013 dengan Kurikulum Satuan
Tingkat Pendidikan (KTSP). Perbedaan yang paling mencolok yaitu penyajian
pembelajaran menggunakan tema tidak lagi mata pelajaran. Selain itu tujuan
pembelajaran kurikulum 2013 yang mengutamakan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Berbeda kurikulum KTSP yang lebih mengutamakan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan. Karena tujuan pembelajaran lebih menggutamakan sikap,
maka dalam kurikulum 2013 proses pembelajaran berbeda dari kurikulumkurikulum sebelumnya. Pada kurikulum 2013 penilaian tidak hanya dilakukan
pada hasil belajar tetapi juga sikap saat proses pembelajaran. Pada kurikulum
2013 juga wajib menggunakan pendekatan saintifik dalam pelaksanaanya.
Berbeda dengan KTSP guru lebih diberikan kebebasan dalam menggunakan
pendekatan pembelajaran yang ada disesuaikan dengan kondisi lingkungan daerah
masing-masing.
Perbedaan kurikulum 2013 yang sangat mencolok dari kurikulum KTSP
berpengaruh pada penerapan kurikulum 2013 yang tidak berjalan dengan mulus.
Menurut Anies Baswedan (2014) menyatakan bahwa “banyak kendala karena
sebagian besar sekolah belum siap melaksanakan kurikulum 2013, masalah yang
muncul seperti dalam kesiapan buku, sistem penilaian, penataran guru,
1
2
pendamping guru dan pelatihan kepala sekolah yang belum merata”. Mendikbud
Anies Baswedan yang menggantikan Muhamad Nuh tidak tutup mata dengan
masalah-masalah tersebut. Anies Baswedan (2014) memutuskan “menghentikan
penerapan kurikulum 2013 untuk sekolah yang baru menerapkan satu semester
dan kembali ke KTSP. Untuk sekolah-sekolah yang telah menerapkan tiga
semester tetap menggunakan kurikulum 2013 sebagai sekolah pengembangan dan
percontohan” dalam metrotvnews.com. Anis Baswedan (2014) juga mengatakan
“pada saatnya jika memang kurikulum 2013 sudah siap, maka kurikulum ini akan
diterapkan kembali di Indonesia”.
Kurikulum 2013 dalam pelaksanaanya ditunda oleh Mendikbud, itu berarti
sebagian besar sekolah akan kembali menggunakan kurikulum KTSP. Menurut
Asep Herry Herawan (2013:6.4) “KTSP adalah kurikulum yang disusun atas
inisiasi dan dilaksanakan di sekolah yang memungkinkan program yang
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa serta sesuai
dengan kebutuhan dan potensi di masyarakat”. Dengan demikian sekolah
diberikan kebebasan untuk mengembangkan kurikulum yang ada sesuai dengan
kebutuhan wilayah masing-masing. Itu semua dilakukan untuk mempermudah
tercapainya tujuan pembelajaan. Untuk menyambut kembalinya kurikulum 2013
maka sistem pembelajaran haruslah diarahkan untuk masuk ke dalam rancangan
kurikulum 2013 tersebut. Itu semua dapat dimulai dengan pembiasaan penerapan
pendekatan saintifik dalam pembelajaran pada kurikulum KTSP.
Pendekatan saintifik mulai disoroti dunia pendidikan Indonesia sejak
munculnya kurikulum 2013. Penundaan kurikulum 2013 dan penerapan kembali
kurikulum KTSP bukan berarti segala hal yang berkaitan dengan kurikulum 2013
bisa dilupakan. Seharusnya justru menjadi tugas penting agar bisa menyiapkan
segala hal untuk menyambut datangnya kembali kurikulum 2013. Salah satu
persiapan yang tidak boleh dilupakan adalah persiapan media pembelajaran yang
mendukung pembelajaran saintifik sesuai kurikulum 2013. Media pembelajaran
tersebut bisa dibuat dan diterapkan dalam kurikulum KTSP karena sebagian besar
sekolah kembali menggunakan kurikulum tersebut. Melalui media pembelajaran
yang berbasis saintifik dapat digunakan untuk membiasakan siswa menggunakan
3
pembelajaran yang berbasis saintifik. Dengan cara seperti itu maka siswa akan
terbiasa dengan pembelajaran berbasis saintifik. Sehingga diharapkan kelak ketika
kurikulum 2013 diterapkan kembali siswa tidak canggung dalam belajar
menggunakan pendekatan saintifik.
Penerapan serta perancangan pembelajaran berbasis saintifik tidaklah
mudah, oleh karena itu semua hal tersebut haruslah dipersiapkan lebih awal
termasuk dalam perancangan media pembelajaran.
Media pembelajaran
merupakan salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran. Penggunaan
media pembelajaran akan sangat membantu memudahkan mencapai tujuan
pembelajaran. Media pembelajaran merupakan salah satu komponen yang tidak
bisa diabaikan dalam mengembangkan sistem pembelajaran yang berkualitas.
Sesuai dengan pendapat Oemar Hamalik (2002:63) yang menyebutkan bahwa
“media
pembelajaran
merupakan
unsur-unsur
penunjang
dalam
proses
pembelajaran agar terlaksana dengan lancar dan efektif. Beberapa jenis media
yang dapat digunakan oleh guru seperti buku, hand out, modul, majalah, LKS dan
job sheet”. Tujuan guru menggunakan media dalam proses pembelajaran yaitu
untuk meningkatkan penguasaan materi dan meningkatkan kompetensi siswa.
Melalui media pembelajaran diharapkan siswa akan lebih mudah memahami apa
yang dipelajari sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Media pembelajaran menjadi sangat penting digunakan sesuai dengan
pendapat Jean Piaget dalam Daryanto (2014:2) dengan teorinya yang mengatakan
bahwa “proses berfikir manusia sebagai suatu perkembangan yang bertahap dari
berfikir intelektual kongkrit ke abstrak berurutan melalui 4 periode (sensori
motor, pra operasional, operasi kongkrit, operasi formal)”. Dari pendapat tersebut
maka dapat diartikan bahwa manusia sebelum dapat berfikir abstrak haruslah
dimulai dengan berfikir secara kongkrit terlebih dahulu, terutama untuk siswa SD.
Siswa SD akan sangat kesulitan jika menghadapi materi ataupun soal-soal yang
bersifat abstrak. Oleh karena itu materi pelajaran yang bersifat abstrak haruslah
dibuat senyata mungkin melalui media pembelajaran. Media pembelajaran yang
tradisional bersifat cetak seperti majalah, hand out di era modern ini bisa kita
sajikan dalam bentuk animasi-animasi ataupun paparan dalam powerpoint. Anak
4
akan lebih suka melihat dan mendengarkan dibandingkan diminta membaca
materi yang banyak dan sering kali membuat mereka menjadi bosan. Dengan
ketertarikan siswa pada media pembelajaran yang dibuat oleh guru, maka
diharapkan mereka akan lebih mudah memahami materi apa yang disajikan oleh
guru.
Pengembangan media pembelajaran juga sangat diperlukan dalam proses
pembelajaran. Dalam buku pegangan guru Kemendikbud (2014:5) jelas
disebutkan bahwa “guru haruslah menggunakan media atau sumber belajar
alternatif yang tersedia di lingkungan sekolah”. Dari kalimat tersebut pemerintah
meminta kepada guru agar dapat memanfatkan semaksimal mungkin sumbersumber belajar yang tersedia di lingkungan sekolah masing-masing. Oleh karena
itu
guru
haruslah
cerdas
dalam
menyediakan/membuat
sendiri
media
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Itu karena
pemerintah hanya menyediakan buku dan tidak menyediakan media pembelajaran
untuk mempermudah memahami materi dalam buku tersebut.
Media pembelajaran dapat berupa gambar, foto, slaid, model, pita kaset
tape rekorder, film bersuara, atau bahkan televisi. Media-media diatas biasa
disebut sebagai media audio visual. Audio menurut KBBI adalah “alat peraga
yang bersifat dapat didengar”, sedangkan visual berarti “dapat dilihat dengan
indra penglihat (mata)”. Dari kedua pengertian diatas maka dapt disimpulkan
bahwa media pembelajaran audio visual adalah media pembelajaran yang dapat
didengar dan dapat dilihat.
Media pembelajaran yang baik tidak hanya dapat dilihat dan didengar saja,
tetapi haruslah mudah dipahami oleh siswa. Selain itu media pembelajaran juga
haruslah sesuai dengan kurikulum yang sedang dijalankan. Penerapan kurikulum
2013 memanglah sudah dihentikan, tetapi suatu saat kurikulum tersebut akan
diterapkan kembali saat kurikulum 2013 benar-benar sudah matang. Oleh karena
itu media pembelajaran haruslah mulai mengacu pada pendekatan saintifik sesuai
kurikulum 2013 walaupun dalam penerapannya masih pada kurikulum KTSP.
Kebanyakan sekolah tentunya belum memiliki media pembelajaran untuk
menyambut datangnya kembali kurikulum 2013, yaitu media pembelajaran yang
5
menggunakan pendekatan saintifik. Oleh karena itu guru haruslah mulai
mengalihkan media pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik. Ini
merupakan tantangan bagi guru selain tugas mengajar dan juga membuat
administrasi sekolah.
Pembuatan media pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik
merupakan hal yang dapat mendukung penyambutan kembali kurikulum 2013.
Ketersediaan media pembelajaran yang menerapkan pendekatan saintifik
sangatlah terbatas mengingat pendekatan saintifik mulai disoroti dunia pendidikan
sejak munculnya kurikulum 2013. Media pembelajaran yang tersedia sekarang
sebagian besar tidak menerapkan pendekatan saintifik karena merupakan mediamedia pembelajaran yang digunakan berdasarkan kurikulum KTSP. Media
pembelajaran yang menggunakan kerangka kerja saintifik sangat dibutuhkan
menggingat kurikulum 2013 sewaktu-waktu akan diterapkan kembali di
Indonesia.
Dari permasalahan pembelajaran tersebut, terutama mengenai ketersediaan
media pembelajaran untuk menyambut kembali datangnya kurikulum 2013 yang
sedang dievaluasi oleh pemerintah, maka penting dilakukan penelitian ini untuk
melakukan perbaikan pembelajaran melalui pengembangan media pembelajaran
audio visual. Media pembelajaran audiovisual yang dikembangkan akan sesuai
dengan kerangka kerja pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 yaitu mencakup
proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan
mengkomunikasikan.
1.2
Identifikasi Masalah
Dari latar belakang pada 1.1 maka dapat ditemukan berbagai masalah
berkaitan dengan ketersediaan media pembelajaran yang berbasis saintifik untuk
menyambut datangnya kembali kurikulum 2013. Masalah-masalah tersebut yaitu :
1) Pemerintah hanya menyediakan buku pegangan guru dan siswa, tidak
menyediakan media pembelajaran sehingga guru harus menyediakan media
pembelajaran
sendiri
ditenggah
kesibukan
mengajar
dan
administrasi, sehingga akan menjadi beban tambahan bagi guru.
mengurus
6
2) Media pembelajaran yang ada saat ini merupakan media pembelajaran
peninggalan kurikulum KTSP sehingga kurang begitu mendukung untuk
menyambut kembalinya kurikulum 2013.
3) Media pembelajaran tradisional (majalah, hand out) sering kali membuat
siswa bosan karena mereka harus banyak membaca. Oleh karena itu
penggunaan media yang menuntut siswa banyak membaca tidak akan
mempermudah pemahaman siswa pada materi yang dipelajari.
1.3
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan berbagai identifikasi masalah maka akan
dilakukan fokus penelitian pada pengembangan media pembelajaran dengan
menerapkan pendekatan saintifik. Oleh karena itu dibuat rumusan masalah
sebagai berikut: apakah media pembelajaran audio visual powerpoint yang
dikembangkan dengan menerapkan kerangka kerja saintifik efektif dalam
pembelajaran Matematika di kelas 5 Sekolah Dasar?
1.4
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan media pembelajaran audio
visual powerpoint dengan menerapkan kerangka kerja saintifik untuk mata
pelajaran matematika kelas 5 SD agar mampu menciptakan pembelajaran yang
efektif.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Dalam segi ilmiah peneliti dapat membuktikan efektifitas media
pembelajaran yang dikembangkan dengan data yang ada di lapangan.
1.5.2
Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan penulis mengenai media
pembelajaran audio visual dan juga pendekatan saintifik serta penerapanya pada
Sekolah Dasar. Bagi guru akan mendapatkan pengalaman mengenai penggunaan
media pembelajaran audio visual yang menerapkan kerangka kerja saintifik.
Sedangkan bagi siswa dapat memberikan pengalaman pembelajaran yang berbeda
7
dari pembelajaran biasanya sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan
dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
1.6
Spesifikasi Pengembangan
Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini memiliki spesifikasi
sebagai berikut:
a) Produk yang dikembangkan adalah media pembelajaran audio visual dengan
pendekatan saintifik yang dituangkan dalam bentuk powerpoint. Media
pembelajaran ini berisi tentang materi pembelajaran disertai dengan soal
latihan.
b) Media pembelajaran ini digunakan untuk mata pelajaran matematika kelas 5
SD dengan topik sifat-sifat bangun ruang sederhana.
c) Kompetensi yang ingin dicapai dengan media pembelajaran ini adalah siswa
dapat memahami tentang sifat-sifat bangun ruang sederhana.
d) Evaluasi yang dilakukan dalam pembelajaran ini akan dilakukan dengan cara
memberikan tes yang berisi pemahaman siswa mengenai konsep yang
diajarkan menggunakan media.