MAKALAH PROBLEMATIKA KOMPETENSI GURU MAKALAH PROBLEMATIKA KOMPETENSI GURU

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu pilar kehidupan bangsa. Masa depan suatu bangsa bisa
diketahui melalui sejauh mana komitmen masyarakat, bangsa atau pun negara dalam
menyelenggarakan Pendidikan Nasional.
Pendidikan dalam konteks upaya merekonstruksi suatu peradaban merupakan salah
satu kebutuhan (jasa) asasi yang dibutuhkan oleh setiap manusia dan kewajiban yang harus
diemban oleh negara agar dapat membentuk masyarakat yang memiliki pemahaman dan
kemampuan untuk menjalankan fungsi-fungsi kehidupan selaras dengan fitrahnya serta
mampu mengembangkan kehidupannya menjadi lebih baik dari setiap masa ke masa
Amanat konsitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dinyatakan dalam UUD
1945 dengan tegas dan jelas memposisikan pendidikan nasional pada posisi strategis sebagai
instrumen perjuangan bangsa yang tidak hanya berfungsi mencerdaskan kehidupan bangsa
tapi membangun bangsa, peradaban bangsa, nilai-nilai moral dan semangat berjuangan
bangsa untuk mempertahankan eksistensi bangsa dan negara. Salah satu amanat UUD 1945
kemudian diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional yang memiliki visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial
yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang
menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman
yang selalu berubah.

Sejalan dengan perkembangan zaman, maka timbul permasalahan-permasalahan
pendidikan yang kompleks. Memasuki abad ke-21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi
heboh. Kehebohan tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional
tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di
Indonesia. Berbagai persoalan pendidikan muncul dan berkembang seperti rendahnya
kualitas

pendidikan

secara

umum, masalah

anggaran

pendidikan, tidak

meratanya

kesempatan pendidikan, dan mahalnya biaya pendidikan.

Lebih khusus lagi, problematika juga terjadi pada profesi keguruan yang merupakan
ujung tombak dunia pendidikan. Beberapa permasalahan yang teridentifikasi antara lain
1

rendahnya kualitas guru, tidak profesional dalam melaksanakan tugas keguruan , kurangnya
penghargaan masyarakat terhadap profesi guru, dan tingkat kesejahteraan guru yang relatif
masih rendah.
Permasalahan pendidikan adalah suatu masalah yang sangat kompleks. Apabila
ditelaah lebih jauh, maka kita akan menemukan sekumpulan hal-hal rumit yang sangat susah
untuk disiasati. Masalah yang dihadapi tersebut akan lebih susah jika saling berkait satu
sama lain (http://isaninside.files.wordpress.com. diakses tgl. 25 Maret 2018).
Banyaknya permasalahan yang timbul dalam dunia pendidikan merupakan suatu
tantangan besar yang harus dihadapi oleh seluruh komponen anak bangsa. Permasalahan
pendidikan merupakan suatu permasalahan yang kompleks. Hal inilah yang melatarbelakangi
penulis untuk melakukan kajian problematika pendidikan di Indonesia yang merupakan salah
satu permasalahan yang menyebabkan kualitas dan mutu pendidikan di Indonesia jauh
tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain.

2


B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian problematika kompetensi guru SD ?
2. Apa saja kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru ?
3. Apa saja problematika kompetensi guru SD dan bagaimana cara mengatasi
permasalahanya ?
C. Manfaat Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian problematika kompetensi guru sd.
2. Untuk mengetahui kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru.
3. Untuk mengetahui problematika kompetensi guru SD dan bagaimana cara mengatasi
permasalahanya.

3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian problematika kompetensi guru SD
Pengertian Problematika Istilah problema/problematika berasal dari bahasa Inggris
yaitu "problematic" yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam bahasa
Indonesia, problema berarti hal yang belum dapat dipecahkan; yang menimbulkan

permasalahan. (Debdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Bulan Bintang, 2002),
hal. 276)
Pengertian Kompetensi Guru. Ahmad Suyuti (2003) mengungkapkan kompetensi dari
kata “Competent” yang berarti kemampuan kompetensi merupakan kemampuan individual
dan mampu menguasai atau melaksanakan suatu pekerjaan serta mampu menganalisis
pekerjaan atau peraturan-peraturan kerja, kompetensi dapat memberikan suatu gambaran
perilaku keahlian (skill) dan pengetahuan (knowledge) seseorang atau kelompok (team work)
serta potensi diri yang dimiliki seseorang terhadap kapasitas kecakapan (ability) dalam
melaksanakan pekerjaan yang bervariasi dengan keberhasilan atau kesuksesannya ketika
bekerja.
Menurut Syah (2000) kompetensi adalah kemampuan kecakapan, keadaan berwenang
atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum. Selanjutnya masih menurut Syah,
dikemukakan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan
kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. Jadi kompetensi profesional
guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi
keguruannya. Guru yang kompeten dan professional adalah guru piawai dalam
melaksanakam profesinya.
Jadi, problematika kompetensi guru adalah persoalan atau masalah kemampuan
kecakapan, keadaan berwenang atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum seorang
guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak.

4

B. Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru
Pemerintah dalam kebijakan pendidikan nasional telah merumuskan kompetensi guru
ada empat, hal tersebut tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional,
dan sosial (E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru,...hlm.25)
1. Kompetensi Pedagogik
a. Pengertian Kompetensi Pedagogik
Pedagogik berasal dari bahasa Yunani yakni paedos yang artinya anak laki-laki, dan
agogos yang artinya mengantar, membimbing. Jadi pedagogik secara harfiah membantu anak
laki-laki zaman Yunani Kuno yang pekerjaannya mengantarkan anak majikannya pergi ke
sekolah. Menurut Prof. Dr. J. Hoogeveld (Belanda), pedagogik ialah ilmu yang mempelajari
masalah membimbing anak kea rah tujuan tertentu, yaitu supaya kelak ia mampu secara
mandiri menyelesaikan tugas hidupnya.
Secara umum istilah pedagogik (pedagogi) dapat beri makna sebagai ilmu dan seni
mengajar anak-anak. Sedangkan ilmu mengajar untuk orang dewasa ialah andragogi. Dengan
pengertian itu maka pedagogik adalah sebuah pendekatan pendidikan berdasarkan tinjauan
psikologis anak. Pendekatan pedagogik muaranya adalah membantu siswa melakukan
kegiatan belajar. Berdasarkan pengertian seperti tersebut di atas maka yang dimaksud dengan

pedagogik adalah ilmu tentang pendidikan anak yang ruang lingkupnya terbatas pada
interaksi edukatif antara pendidik dengan siswa. Sedangkan kompetensi pedagaogik adalah
sejumlah kemampuan guru yang berkaitan dengan ilmu dan seni mengajar siswa.
Berdasarkan pengertian seperti tersebut di atas maka yang dimaksud dengan
pedagogik adalah ilmu tentang pendidikan anak yang ruang lingkupnya terbatas pada
interaksi edukatif antara pendidik dengan siswa. Sedangkan kompetensi pedagaogik adalah
sejumlah kemampuan guru yang berkaitan dengan ilmu dan seni mengajar siswa.
b. Ruang Lingkup Kompetensi Pedagogik

5

Berdasarkan beberapa pengertian seperti tersebut di atas dengan kompetensi
pedagogik maka guru mempunyai kemampuan-kemampuan sebagai berikut :
1)

Mengaktualisasikan landasan mengajar,

2)

Pemahaman terhadap peserta didik


3)

Menguasai ilmu mengajar (didaktik metodik),

4)

Menguasai teori motivasi,

5)

Mengenali lingkungan masyarakat,

6)

Menguasai penyusunan kurikulum,

7)

Menguasai teknik penyusunan RPP,


8)

Menguasai pengetahuan evaluasi pembelajaran, dll.

2. Kompetensi Kepribadian
a. Pengertian Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi
guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpancar dalam perilaku
sehari-hari. Menurut Hamzah B.Uno Kompetensi Personal, artinya sikap kepribadian yang
mantap sehingga mampu menjadi sumbr intensifikasi bagi subjek. Dalam hal ini berarti
memiliki kepribadian yang pantas diteladani, mampu melaksanakan kepemimpinan seperti
yang dikemukakan Ki Hajar Dewantara, yaitu “Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun
Karsa. Tut Wuri Handayani”. Dengan kompetensi kepribadian maka guru akan menjadi
contoh dan teladan, serta membangkitkan motivasi belajar siswa. Oleh karena itu seorang
guru dituntut melalui sikap dan perbuatan menjadikan dirinya sebagai panutan dan ikutan
orang-orang yang dipimpinnya.
b. Ruang Lingkup Kompetensi Kepribadian
Menurut Djam’an kompetensi kepribadian yang perlu dimiliki guru antara lain
sebagai berikut.

1) Guru sebagai manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa berkewajiban untuk meningkatkan
iman dan ketakwaannya kepada Tuhan, sejalan dengan agama dan kepercayaan yang
dianutnya.
6

2) Guru memiliki kelebihan dibandingkan yang lain.
3) Guru perlu untuk mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleransi dalam menyikapi
perbedaan yang ditemuinya dalam berinteraksi dengan peserta didik maupun masyarakat.
4) Guru diharapkan dapat menjadi fasilitator dalam menumbuh kembangkan budaya berpikir
kritis di masyarakat, saling menerima dalam perbedaan pendapat dan bersikap demokratis
dalam menyampaikan dan menerima gagasan-gagasan mengenai permasalahan yang ada
di sekitarnya sehingga guru menjadi terbuka dan tidak mentup diri dari hal-hal yang
berada di luar dirinya.
5) Guru diharapkan dapat sabar dalam arti tekun dan ulet melaksaakan proses pendidikan
tidak langsung dapat dirasakan saat itu tetapi membutuhkan proses yang panjang.
6) Guru mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan pembaharuan, baik dalam bidang
profesinya maupun dalam spesialisasinya.
7) Guru mampu menghayati tujuan-tujuan pendidikan baik secara nasional, kelembagaan,
kurikuler sampai tujuan mata pelajaran yang diberikannya.
8) Hubungan manusiawi yaitu kemampuan guru untuk dapat berhubungan dengan orang lain

atas dasar saling menghormati antara satu dengan yang lainnya.
9) Pemahaman diri, yaitu kemampuan untuk memahami berbagai aspek dirinya baik yang
positif maupun yang negative.
10) Guru mampu melakukan perubahan-perubahan dalam mengembangkan profesinya
sebagai innovator dan kreator.
3. Kompetensi Profesional
a. Pengertian Kompetensi Profesional
Guru profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk
melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi di sini meliputi pengatahuan,
sikap, dan keterampilan profesional, baik yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis.
Kompetensi profesional merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki
seseorang guru. Dalam Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005, pada pasal 28 ayat 3 yang
dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
7

Dengan kata lain pengertian guru profesional adalah orang yang punya kemampuan
dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan
fungsinya sebagai guru. Guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih serta punya

pengalaman bidang keguruan. Seorang guru profesional dituntut dengan sejumlah
persyaratan minimal antara lain; memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai,
memiliki kompetensi kemampuan berkomunikasi dengan siswanya, mempunyai jiwa kreatif
dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya dan selalu
melakukan pengembangan diri secara terus-menerus (continous improvement) melalui
organisasi profesi, buku, seminar, dan semacamnya.
b. Ruang Lingkup Kompetensi Profesional
Secara umum kompetensi profesfional dapat diidentifikasi tentang ruang lingkup
kompetensi professional guru adalah sebagai berikut:
1)

Kemampuan penguasaan materi/bahan bidang studi. Penguasaaan ini menjadi landasan
pokok untuk keterampilan mengajar.

2)

Kemampuan mengelola program pembelajaran yang mencakup merumuskan standar
kompetensi dan kompetensi dasar, merumuskan silabus, tujuan pembelajaran,
kemampuan menggunakan metode/model mengajar, kemampuan menyusun langkahlangkah kegiatan pembelajaran, kemampuan mengenal potensi (entry behavior) peserta
didik, serta kemampuan merencanakan dan melaksanakan pengajaran redmedial.

3)

Kemampuan mengelola kelas. Kemampuan ini antara lain adalah; mengatur tata ruang
kelas dan menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif.

4)

Kemampuan mengelola dan penggunaan media serta sumber belajar. Kemampuan ini
pada dasarnya merupakan kemampuan menciptakan kondisi belajar yang merangsang
agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

5)

Kemampuan penguasaan tentang landasan kependidikan. Kemampuan menguasai
landasan-landasan kependidikan.

6)

Kemampuan menilai prestasi belajar peserta didik yaitu kemampuan mengukur
perubahan tingkah laku siswa dan kemampuan mengukur kemahiran dirinya dalam
mengajar dan dalam membuat program.

8

7)

Kemampuan memahami prinsip-prinsip pengelolaan lembaga dan program pendidikan
di sekolah.

8)

Kemampuan/terampil memberikan bantuan dan bimbingan kepada peserta didik.

9)

Kemampuan memiliki wawasan tentang penelitian pendidikan.

10) Kemampuan memahami karakteristik peserta didik. Guru dituntut memiliki pemahaman
yang lebih mendalam tentang ciri-ciri dan perkembangan peserta didik, lalu
menyesuaikan bahan yang akan diajarkan sesuai dengan karakteristik peserta didik.
11) Kemampuan menyelenggarakan administrasi sekolah.
12) Kemampuan memiliki wawasan tentang inovasi pendidikan.
13) Kemampuan/berani mengambil keputusan.
14) Kemampuan memahami kurikulum dan perkembangannya.
15) Kemampuan bekerja berencana dan terprogram.
16) Kemampuan menggunakan waktu secara tepat.
Jadi dari uraian ruang lingkup diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi
profesional guru adalah sejumlah kompetensi yang berhubungan dengan profesi yang
menuntut berbagai keahlian di bidang pendidikan atau keguruan. Kompetensi profesional
merupakan kemampuan dasar guru dalam pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku
manusia, bidang studi yang dibinanya, sikap yang tepat tentang lingkungan PBM dan
mempunyai keterampilan dalam teknik mengajar.
4. Kompetensi Sosial
a. Pengertian Kompetensi Sosial
Dimaksud dengan kompetensi sosial di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun
2005, pada pasal 28, ayat 3, ialah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul seacara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Sedangkan menurut
Hamzah B. Uno kompetensi sosial artinya guru harus mampu menunjukkan dan berinteraksi
sosial, baik dengan murid-muridnya maupun dengan sesama guru dan kepala sekolah,
bahkan dengan masyarakat luas.
Guru profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab
sebagai guru kepada siswa, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Tanggung
9

jawab pribadi yang mandiri yang mampu memahami dirinya, mengelola dirinya,
mengendalikan dirinya, dan menghargai serta mengembangkan dirinya. Tanggung jawab
sosial diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagai bagian yang
tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan berinteraksi sosial.
Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui penguasaan berbagai perangkat pengetahuan
dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya. Tanggung jawab
spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk beragama yang
perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari norma agama dan norma moral.
b. Ruang Lingkup Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial dalam kegiatan belajar ini berkaitan erat dengan kemampuan guru
dalam berkomunikasi dengan masyarakat di sekitar sekolah dan masyarakat tempat guru
tinggal sehingga peranan dan cara guru berkomunikasi di masyarakat diharapkan memiliki
karakteristik tersendiri yang sedikit banyak berbeda dengan orang lain yang bukan guru. Misi
yang diemban guru adalah misi kemanusiaan. Mengajar dan mendidik adalah tugas
kemanusiaan manusia. Guru harus mempunyai kompetensi sosial karena guru adalah
penceramah jaman.
Menurut Djam’an Satori, kompetensi sosial adalah sebagai berikut.
1)

Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua peserta didik.

2)

Bersikap simpatik.

3)

Dapat bekerja sama dengan Dewan Pendidikan/Komite Sekolah.

4)

Pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan.

5)

Memahami dunia sekitarnya (lingkungan).
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk menyesuaikan diri kepada

tuntutan kerja di lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru. Peran
yang dibawa guru dalam masyarakat berbeda dengan profesi lain. Oleh karena itu, perhatian
yang diberikan masyarakat terhadap guru pun berbeda dan ada kekhususan terutama adanya
tuntutan untuk menjadi pelopor pembangunan di daerah tempat guru tinggal. Beberapa
kompetensi sosial yang perlu dimiliki guru antara lain; terampil berkomunikasi, bersikap
simpatik, dapat bekerja sama dengan Dewan Pendidikan/Komite Sekolah, pandai bergaul
dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan, dan memahami dunia sekitarnya (lingkungan).
10

C. Problematika kompetensi guru SD dan mengatasi permasalahanya
Namun menurut Supriadi dalam bukunya Mengangkat Citra Guru dan Martabat Guru,
ia mengatakan bahwa masalah guru antara lain :
1. Latar Belakang pendidikan Guru tidak sesuai dengan bidang keahliannya
Banyak Guru Tidak Layak Mengajar Data Pusat Informatika Balitbang Dikbud
1996/1997 ada 3,72% guru SLTA berpendidikan D2, dan menurut statistik persekolahan
1995/1996 guru yang tidak memenuhi kualifikasi minimal pada tingkat SLTA 26%. ( Dedi
Supriadi: 1999)
Jumlah guru yang tidak layak mengajar pada SMA ada 75.684 orang. Sedangkan guru
yang mengajar tidak sesuai dengan keahliannya ada 15% dari seluruh guru dari tingkat SD
sampai dengan SLTA yang berjumlah 2,6 juta guru (Kompas, 9-12-2005). Guru masih jauh
dari nilai-nilai profesionalisme. Banyak perguruan tinggi pendidikan menyelenggarakan
program sarjana setengah matang, dengan cara perkuliahan yang minim dan jaminan lulus.
Banyak guru mismatch, mengajar tidak sesuai dengan keahlian. Hal ini mengindikasikan
bahwa sembarang orang bisa jadi guru, dan jelas tidak tidak mempunyai kompetensi
kompetensi untuk mengajar mata pelajaran yang bukan bidang keahliannya, sehingga dapat
menurunkan kualitas pembelajaran.
Solusi : Pendidikan dan Rekruitmen Guru harus mengedepankan sesuai bidang
keahlian dan apabila ada guru yang sudah terlanjur mengajar tidak sesuai bidangnya agar
melanjutkan pendidikan lebih lanjut (kuliah lagi).
2. Guru Semakin Terbelakang (kesejahtraan guru)

Kondisi kesejahterann guru yang memprihatinkan, mengisyaratkan perlunya
perubahan secepatnya sistem penggajian guru berbeda dengan pegawai. Dampak dari sistem
penggajian sekarang guru tidak mampu mengalokasikan gajinya untuk membeli buku apalagi
melakukan saving. Dapatlah dimaklumi kalau referensi bacaan guru kebayakan berupa LKS
atau buku-buku untuk siswa dari penerbit sebagai kopensasi atas dipakainya buku tersebut
atas siswanya. Maka tidaklah mengherankan bila guru bukannya semakin maju tetapi malah
berjalan di tempat.
Solusi : Kesejahteraan dan konpensasi guru
Kondisi kesejahteraan guru yang memprihatinkan, mengisyaratkan perlunya
perubahan sistem penggajian guru berbeda dengan pegawai negeri sipil lainnya. Ada

11

tunjangan pengembangan profesi guru, sehingga melalui sistem yang baru diharapkan guru
mampu mengikuti perkembangan zaman dan mampu mengembangkan profesinya.
3. Banyak guru berkompetensi rendah.
Masalah ini lah yang menurut saya benar-benar substansial, sekarang pertanyaan yang
pelu kita renungkan bersama yaitu bagaimana kualitas pendidikan bisa baik kalau gurunya
saja berkompetensi rendah. Padahal guru memegang peranan yang pokok dalam
meningkatkan kualitas pendidikan. Solusi untuk permasalahan ini, saat ini pemerintah
membuat progam Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) serta Uji Kompetensi Guru
(UKG) untuk mengatasi permasalahan kualitas guru. Akan tetapi menurut saya pelaksanaan
UKG dinilai bukanlah cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah kualitas dan
profesionalisme guru yang rendah. Pemerintah justru harus memperbaiki LPTK sebagai
penghasil guru. Untuk itu reformasi dalam penyelenggaraan pendidikan di LPTK harus
dilaksanakan dengan baik. Dari proses seleksi sampai proses pembelajaran di kampus harus
benar-benar dilaksanakan dengan sebaik mungkin serta penuh rasa tanggungjawab karena
output yang dihasilkan harus memiliki kualitas serta kompetensi yang unggul.
4.

Belum semua guru mendapatkan program peningkatan kompetensi.
Permasalahan ini terkait dengan kebijakan pemerintah juga, guru yang mengikuti
progam-progam peningkatan kompetensi yang diselenggarakan pemerintah seperti PLPG
yang saat ini sedang berjalan harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu memang.
Misalnya berdasarkan masa tugas atau usia, lulus test seleksi, memenuhi target 24 JP
mengajar secara linier dan sebagainya. Solusi untuk permasalahan ini yaitu untuk tahuntahun berikutnya pemerintah harus melakukan penambahan kuota peserta PLPG untuk
meminimalisir jumlah guru yang belum mendapatkan progam peningkatan kompetensi, tanpa
mengesampingkan kualitas pendidikan yang diberikan.

5.

Cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga membutuhkan
kompetensi (ICT) bagi para guru.
Kemampuan guru dalam penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
memang masih rendah terutama guru-guru yang sudah lanjut usia. Kebanyakan dari mereka
belum mengenal atau mengoperasikan teknologi-teknologi informasi komunikasi modern
12

yang saat ini seolah-olah sudah menjadi kebutuhan setiap guru dalam mengakses informasi
atau sebagai media dalam proses pembelajaran. Solusi untuk masalah ini yaitu pihak sekolah
maupun pemerintah harus memberi pelatihan kepada para guru tentang pemanfaatan TIK
dalam pendidikan bisa melalui workshop atau lokakarya yang dilaksanakan secara berkala.
Penguasaan TIK ini menurut saya memang sangat penting sekali karena guru harus bisa
mengikuti perkembangan jaman, dimana arus informasi dan komunikasi bejalan sangat cepat
sekali tanpa mengenal batas ruang dan waktu di era globalisasi seperti sekarang ini.
.
6. Distribusi guru belum merata.
Masalah yang ketiga ini erat kaitannya dengan kebijakan pemerintah tentang
desentralisasi pengelolaan guru serta kondisi pembangunan di Indonesia yang belum merata.
Dengan adanya desentralisasi pengelolaan guru terkait dengan kebijakan otonomi daerah yang
sedang berlangsung saat ini, menjadikan pemerintah daerah mempunyai wewenang penuh atas
PNS guru maupun non guru yang berada di wilayah kerja kota/kab. tertentu. Hal inilah yang
menyebabkan persebaran guru tidak merata. Jadi misalnya suatu daerah kekurangan tenaga
guru, mereka tidak bisa meminta bantuan guru dari daerah lain.
Berikutnya kondisi pembangunan di Indonesia yang belum merata, kalau kita melihat
kondisi geografis wilayah negara Indonesia yang berupa negara kepulauan memang
menyulitkan bagi pemerataan pembangunaan. Saat ini pembangunan yang cukup pesat hanya
terjadi di wilayah pulau Jawa, Sumatra, Bali sedangkan wilayah-wilayah yang lain sangat
lambat proses pembangunannya. Entah kenapa guru-guru yang di tempatkan di daerah-daerah
yang berada di luar pulau Jawa atau daerah-daerah terpencil seringkali tidak mau. Mungkin
memang naluri manusia itu sendiri yang menginginkan hidup sejahtera serta dekat dengan
sanak saudara, jadi kalau mereka ditempatkan di suatu tempat yang minim sekali sarana
prasarana, fasilitas penunjang hidup serta jauh dengan family memang jarang sekali yang
berminat.
Solusi untuk permasalahan distribusi guru yang tidak merata ini menurut saya yaitu,
pertama sistem desentralisasi pengelolaan guru ini harus dikembalikan pada sistem
sentralisasi. Jadi pengelolaan guru memang menjadi wewenang penuh pemerintah pusat,
kalau semisal suatu daerah banyak membutuhkan tenaga guru sedangkan daerah lain
kelebihan guru bisa dengan mudah untuk melakukan pemerataan tenaga guru tanpa terkendala
13

birokrasi pemerintah daerah. Berikutnya pemerintah juga harus memperhatikan wilayahwilayah di luar pulau Jawa yang masih tertinggal, proses pembangunan jangan hanya terpusat
di Jawa saja akan tetapi wilayah-wilayah lain juga sangat memerlukan pembangunan untuk
mengejar ketertinggalan. Selain itu perlu adanya pemberian motivasi dan mindset kepada para
guru agar mempunyai kesadaran untuk memajukan dunia pendidikan bersama di wilayahwilayah terpencil yang masih sangat memerlukan pendidikan bisa melalui forum seminar,
workshop atau sejenisnya.
7. Pendataan guru yang belum sepenuhnya selesai sehingga sulit untuk mengetahui supply and
demand.
Masalah yang kedua ini memang rumit dan berlarut-larut. Kenapa saya katakan
demikian, karena proses pendataan yang terjadi dilapangan ini banyak sekali problem yang
terjadi dan data guru ini memang selalu berubah setiap tahunnya. Sulit memang untuk
mengetahui jumlah kekurangan dan kelebihan guru ini secara akurat, hal ini dikarenakan
masih banyak guru yang mengajar tidak sesuai dengan ijazahnya dan data yang dilaporkan
oleh pihak sekolah masih banyak yang tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya saja dalam
satu sekolah seorang guru mapel X mengajar dua mapel sekaligus dengan mapel Y, akan tetapi
data yang dilaporkan ke dinas biasanya hanya satu mapel saja yang benar-benar sesuai dengan
ijazahnya misal mapel X tadi yang sesuai akan tetapi jam mapel Y tadi biasanya
diakumulasikan ke mapel X untuk dilaporkan kedinas. Selain itu ada juga guru yang
sebenarnya tidak birijazah PGSD yang karena kedekatannya dengan kepala sekolah akhirnya
diijinkan untuk mengajar di SD yang dipimpinnya karena mungkin terlalu sulitnya mencari
peluang di sekolah lain.
Solusi untuk masalah pendataan guru ini yaitu saya mengaharapkan untuk sekolah
agar melaporkan data guru apa adanya yang sesuai dengan kompetensi dan ijazahnya agar
dapat dilakukan pemetaaan kelebihan atau kekurangan guru mapel atau guru SD dalam suatu
daerah. Berikutnya untuk petugas pendataan dalam hal ini dinas pendidikan daerah agar selalu
melakukan verifikasi data, dengan langsung terjun ke sekolah-sekolah untuk menghindari
ketidakvalidan data yang disetorkan oleh sekolah ke dinas pendidikan daerah. Setelah data
tersebut benar-benar valid baru dikirim ke pusat untuk dipetakan kebutuhan atau kelebihan
guru dalam suatu daerah.
14

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Problematika kompetensi guru adalah persoalan atau masalah kemampuan
kecakapan, keadaan berwenang atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum seorang
guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak.
Pemerintah dalam kebijakan pendidikan nasional telah merumuskan kompetensi guru
ada empat, hal tersebut tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional,
dan sosial
Problematika kompetensi guru SD dan mengatasi permasalahanya : Latar Belakang
pendidikan Guru tidak sesuai dengan bidang keahliannya. Solusi : Pendidikan dan
Rekruitmen Guru harus mengedepankan sesuai bidang keahlian dan apabila ada guru yang
sudah terlanjur mengajar tidak sesuai bidangnya agar melanjutkan pendidikan lebih lanjut
(kuliah lagi). Guru Semakin Terbelakang (kesejahtraan guru). Solusi : Kesejahteraan dan
konpensasi guru. Kondisi kesejahteraan guru yang memprihatinkan, mengisyaratkan
perlunya perubahan sistem penggajian guru berbeda dengan pegawai negeri sipil lainnya.
Ada tunjangan pengembangan profesi guru, sehingga melalui sistem yang baru diharapkan
guru mampu mengikuti perkembangan zaman dan mampu mengembangkan profesinya.
Banyak guru berkompetensi rendah. Solusi untuk permasalahan ini, saat ini pemerintah
membuat progam Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) serta Uji Kompetensi Guru
(UKG) untuk mengatasi permasalahan kualitas guru. Belum semua guru mendapatkan
program peningkatan kompetensi. Solusi untuk permasalahan ini yaitu untuk tahun-tahun
berikutnya pemerintah harus melakukan penambahan kuota peserta PLPG untuk
meminimalisir jumlah guru yang belum mendapatkan progam peningkatan kompetensi, tanpa
mengesampingkan kualitas pendidikan yang diberikan. Cepatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sehingga membutuhkan kompetensi (ICT) bagi para guru. Solusi
untuk masalah ini yaitu pihak sekolah maupun pemerintah harus memberi pelatihan kepada
para guru tentang pemanfaatan TIK dalam pendidikan bisa melalui workshop atau lokakarya
15

yang dilaksanakan secara berkala. Distribusi guru belum merata. Solusi untuk permasalahan
distribusi guru yang tidak merata ini menurut saya yaitu, pertama sistem desentralisasi
pengelolaan guru ini harus dikembalikan pada sistem sentralisasi. Jadi pengelolaan guru
memang menjadi wewenang penuh pemerintah pusat, kalau semisal suatu daerah banyak
membutuhkan tenaga guru sedangkan daerah lain kelebihan guru bisa dengan mudah untuk
melakukan pemerataan tenaga guru tanpa terkendala birokrasi pemerintah daerah. Pendataan
guru yang belum sepenuhnya selesai sehingga sulit untuk mengetahui supply and demand.
Solusi untuk masalah pendataan guru ini yaitu saya mengaharapkan untuk sekolah agar
melaporkan data guru apa adanya yang sesuai dengan kompetensi dan ijazahnya agar dapat
dilakukan pemetaaan kelebihan atau kekurangan guru mapel atau guru SD dalam suatu
daerah.
B. Saran
Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat
memberikan pengetahuan sedikit tentang problematika kompetensi guru SD. Kami
mengetahui bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan baik
dari segi penulisannya, bahasa dan lain sebagainya. Untuk itu saran dari pembaca yang
bersifat membangun sangat kami harapkan agar dapat terciptanya makalah yang baik yang
dapat memberi pengetahuan yang benar kepada pembaca.

Dedi Supriyadi. 1999. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Adicita Karya Nusa, Yogyakarta.

16

E. Mulyasa. 2013. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Debdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Bulan Bintang, 2002), hal. 276
Muhibbin, Syah. 2000. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Suyanto dan Asep Jihad, Menjadi Guru Profesional: Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan
Kualitas Guru di Era Globalisasi,(Jakarta: Erlangga.2013), hlm.39

Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru : Melalaui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori
dan Praktik,...hlm.28

Jamil Suprihatiningkrum, Guru Profesional: Pedoman Kinerja, Kualifikasi & Kompetensi
Guru,),...hlm.100

Direktorat Dikmenum Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.
Jakarta.
Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Upaya
Mengatasi Permasalahan Guru di Indonesia

17