Analisis Pengaruh Faktor Fund amental

Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap HargaSaham
Studi pada Perusahaan Sektor Properti di Asia Tenggara
Tahun 2008-2012
I :Pengantar
1.1.

Latar Belakang
Pasar Modal mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan

nasional sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha danwahana
investasi bagi masyarakat. Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan
dengan Penawaran Umum dan perdagangan efek, Perusahaan Publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek. Penawaran Umum adalah kegiatan penawaran efek yang
dilakukan oleh Emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata
cara yang diatur dalam Undang-undang.
Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga
komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi
kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek dan yang
dimaksud dengan bursa efek


adalah Pihak yang menyelenggarakan dan

menyediakan sistem dan atausarana untuk mempertemukan penawaran jual dan
beli efek pihak - pihak lain dengantujuan memperdagangkan efek di antara
mereka.
Pasar Modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan
perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen melalui
jangka panjang seperti obligasi, saham, dan lainnya.
Bentuk yang paling umum dalam investasi pasar modal adalah saham dan
obligasi. Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara
karena menjalankan dua fungsi yaitu:
1) Pasar Modal sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi
perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor).
Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan
usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain

1

2) Pasar Modal merupakan sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada
instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain.

Masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan
karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrument.
Sumber :(http://www.idx.co.id)
Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal
memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi
pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Jadi diharapkan
dengan adanya pasar modal aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena
pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan-perusahaan untuk
dapat meningkatkan pendapatan perusahaan dan pada akhirnya memberikan
kemakmuran bagi masyarakat yang lebih luas.
Bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk menginvestasikan
dananya. Investor dalam menanamkan dananya di pasar modal tidak hanya
bertujuan dalam jangka pendek tetapi juga bertujuan untuk memperoleh
pendapatan dalam jangka panjang. Pendapatan yang diinginkan oleh para
pemegang saham adalah pendapatan deviden (dividen yield) dan capital gain.
Menurut Robert Ang (1997) dalam Subekti Pujiastuti (2006) menyatakan bahwa
“Pendapatan yang diinginkan oleh para pemegang saham adalah pendapatan
dividen (dividen yield) dan capital gain, semakin tinggi harga pasar menunjukkan
bahwa saham tersebut juga semakin diminati oleh investor karena semakin tinggi
harga saham akan menghasilkan capital gain yang semakin besar pula. Capital

gain merupakan selisih antara harga pasar periode sekarang dengan harga periode
sebelumnya.
Investor dapat melakukan investasi pada berbagai jenis asset, baik asset
rill maupun asset financial. Salah satu asset financial yang bisa dipilih adalah
saham, saham dikenal memiliki karakter high risk – high return, disamping
memberikan peluang keuntungan yang tinggi juga berpotensi resiko tinggi. Saham
memungkinkan pemodal mendapatkan keuntungan (capital gain) dalam jumlah
besar dalam waktu singkat.

2

Gambar 1. Skema Klasifikasi Aset
Investor perlu melakukan penilaian terlebih dahulu terhadap saham-saham
yang akan dipilihnya dalam mengambil keputusan berinvestasi, selanjutnya
menentukan apakah saham tersebut akan memberikan tingkat return yang sesuai
dengan tingkat return yang diharapkan.
Dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai yaitu: nilai buku,
nilai pasar, dan nilai intrinsik saham. Nilai buku merupakan nilai yang dihitung
berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham (emiten). Nilai pasar adalah
nilai saham di pasar yang ditunjukan oleh harga saham tersebut di pasar.

Sedangkan nilai intrinsic atau dikenal sebagai nilai teoritis adalah nilai saham
sebenarnya atau seharusnya terjadi.
Investor akan membandingkan nilai intrinsik dengan nilai pasar saham
bersangkutan pada saat menjual atau membeli saham. Jika nilai pasar suatu saham
lebih tinggi dari nilai intrinsiknya maka saham tersebut tergolong mahal (over
value). Dalam hal seperti ini, sebaiknya investor mengambil keputusan untuk
menjual saham tersebut. Sebaliknya jika nilai pasar saham di bawah nilai
intrinsiknya, berarti saham tersebut tergolong murah ( under value), sehingga
dalam situasi seperti ini investor sebaiknya membeli saham tersebut (Tandelilin,
2001:183-184).

3

Analis akan membandingkan nilai intrinsik suatu sekuritas dengan harga
pasarnya guna menentukan apakah harga pasar sekuritas sudah benar-benar
mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum. Berdasarkan hasil perbandingan
tersebut, maka akan ditentukan strategi investasi. (Sri Handaru, Prasetyo,
Tjiptono, 1996:130-131).
Dua analisis yang banyak digunakan untuk menentukan nilai sebenarnya
dari saham adalah analisis sekuritas fundamental (fundamental security analysis)

dan analisis teknis (technical analysis).
Analisis fundamental menggunakan data fundamental, yaitu data yang
berasal dari keuangan, sedang analisis teknis menggunakan data pasar dari saham
(misalnya harga dan volume transaksi saham) untuk menentukan nilai dari saham.
Analisis teknis banyak digunakan oleh praktisi atau investor

dalam

menentukan harga saham. Sedang analisis fundamental banyak digunakan oleh
akademisi. Menurut Waworuntu dan Suryanto (2010)

Pada pasar saham

Indonesia, analisis teknikal memiliki kemampuan yang lebih baik dalam
memperkirakan harga saham kedepannya, karena data teknikal lebih mudah
diakses dan tersedia secara umum dibandingkan dengan data fundamental,
sehingga para investor lebih sering menggunakan analisis ini dibandingkan
dengan analisis fundamental.
Analisis teknikal dikenal secara luas di antara para pedagang saham atau
"trader"dan para profesional dibidang keuangan, namun dalam dunia akademis

dianggap sebagai pseudosains or "voodoo finance;"it receives little or no direct
support from academic sources and is considered akin to "astrology."
Akademisi seperti Eugene Fama mengatakan bahwa pembuktian analisis
teknikal ini sangat tipis dan inkonsisten yang merupakan " bentuk kekurangan "
dari tehnik yang diterima secara umum yaitu Hipotesa pasar efisien. Ekonom
bernama Burton Malkiel berargumen bahwa "Analisis teknikal merupakan sesuatu
yang diharamkan (anathema) dalam dunia akademis" dan selanjutnya ia
mengatakan pula bahwa " dalam bentuknya yang merupakan hipotesa efisien
pasar yang lemah maka tidak akan dapat memprediksi harga saham kedepannya
berdasarkan harga yang lampau".
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_teknis

4

Dalam pasar valuta asing, analisis teknis ini lebih banyak digunakan para
praktisi dibandingkan penggunaan analisis fundamental. Beberapa studi internal
mengindikasikan bahwa aturan perdagangan tehnikal ini dapat menghasilkan
imbal hasil yang konsisten pada periode hingga tahun 1987, kebanyakan
penelitian akademis menitik beratkan pada sifat alamiah dari posisi anomali dari
pasar mata uang Terdapat spekulasi bahwa anomali ini terjadi sebagai akibat dari

adanya intervensi bank sentral.
Dalam terbentuknya harga saham faktor-faktor fundamental sangat
berperan penting. Para ahli berpendapat bahwa suatu sekuritas memiliki nilai
intrinsik tertentu (nilai yang seharusnya). Nilai intrinsik suatu sekuritas ditentukan
oleh

faktor-faktor

fundamental

yang

mempengaruhinya.

Faktor-faktor

fundamental tersebut dapat berasal dari dalam perusahaan (emiten), industri
maupun keadaan ekonomi makro.
Menurut Crabb dalam Susilowati (2011) menyatakan :”Fundamental
analisis is an examination of corporate accounting reports to asses the value of

company, that investor can use to analyze a company’s stock prices”. Pernyataan
ini menggambarkan bahwa informasi akuntansi dan laporan keuangan perusahaan
dapat digunakan oleh investor sebagai factor fundamental, untuk menilai harga
saham perusahaan.
Laporan keuangan perusahaan memegang peranan penting, dengan
mengevaluasi laporan keuangan, analis akan mengetahui perkembangan dan
kondisi keuangan perusahaan. Investor merasa perlu menganalisis keadaan
keuangan perusahaan. Karena kondisi keuangan perusahaan akan mempengaruhi
kemampuannya untuk membagikan dividen. Analisis keuangan dapat dilakukan
dengan menghitung rasio-rasio keuangan perusahaan, baik yang berkaitan dengan
likuiditas, rentabilitas, efisiensi, maupun struktur modalnya.
Pada saat ini banyak sekali perusahaan dari berbagai jenis industri yang
terdaftar dan sahamnya aktif diperdagangkan di Bursa Efek di dunia. Beberapa
diantaranya termasuk pada perusahaan yang bergerak dalam sektor property.
Bisnis Property di Asia Tenggara saat ini mulai berkembang, banyak investor

5

yang ingin menanamkan investasi di sektor ini. Perkembangan bisnis property di
Indonesia dinilai akan semakin pesat dan memuncak di tahun 2014. Bahkan dari

15 kota di Asia Pasifik, Jakarta termasuk menjadi salah satu kota terbaik untuk
berbisnis property (Tempo.com, 6/12/12).
Adanya krisis ekonomi Eropa menyebabkan investor beralih melirik
negara-negara kawasan Asia yang dinilai lebih potensial, dan salah satunya adalah
Indonesia.Banyak perusahaan asing dan international melakukan pengurangan
bisnis di Eropa dan mengalihkannya ke Indonesia. Ini bisa dilihat dari banyaknya
permintaan ruang kantor yang berasal dari perbankan, lembaga sekuritas, asuransi,
manufaktur, perusahaan minyak juga pertambangan.
Dari segi pertumbuhan ekonomi, Indonesia termasuk Negara Asia yang
perekonomiannya paling stabil di tengah adanya krisis ekonomi global.Investor
memilih negara-negara di kawasan regional Asia Tenggara untuk berinvestasi
karenanegara-negara dikawasan ASEAN mampu bertahan terhadap imbas krisis
eropa yang terjadi di tahun 2012 .
Terjadinya krisis di belahan benua Eropa dan Amerika tampaknya tidak
berimbas langsung pada perkembangan bisnis properti di ASEAN. Tingginya
demand atau permintaan atas ketersediaan bangunan masih jauh lebih banyak
dibanding supply atau penawaran yang disediakan oleh pengembang properti.
Indonesia dan beberapa negara Asia lainnya seperti China, India, dan Singapura
tidak terlalu terkena imbas. Karena negara-negara tersebut memiliki prospek dan
ekspektasi pasar tersendiri di Asia. Menurut President and Chief Operating

Officer Century 21 untuk Asia Pasifik Donald E Lawby, potensi sektor properti di
Indonesia sangat menjanjikan dibandingkan dengan negara-negara lain di
kawasan ASEAN. Harga properti di Indonesia termasuk yang paling murah,
sementara imbal hasilnya sangat besar. Semakin bertumbuhnya sektor properti
ditandai oleh meningkatnya nilai penjualan properti sepanjang 2010 yang tumbuh
sekitar 60% dibandingkan dengan 2009. Sebagian besar volume transaksi tersebut
berasal dari pasar sekunder 75% dan pasar primer 25%. Properti rumah tinggal
masih mendominasi transaksi yakni 55%, ruko 17%,dan apartemen 15%.
( http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/Berita Properti Tahun 2011)

6

Menurut beberapa peneliti dalam Korpri (2011) masih banyak terjadi
perbedaan tentang pengaruh dari berberapa factor fundamental yang diteliti antara
lain sebagai berikut:
Subiyantoro dan Andreani (2003) dalam jurnalnya mengemukakan bahwa
harga saham dipengaruhi oleh book value equity per share dan return on equity.
Faktor-faktor lain seperti return on asset (ROA), debt to equity ratio, stock return,
market risk dan return on the market index ternyata tidak berpengaruh terhadap harga
saham.

Aziz (2005) menemukan bahwa secara simultan EPS dan pertumbuhan
penjualan berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan secara parsial hanya EPS
berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham, pertumbuhan
penjualan tidak berpengaruh terhadap harga saham perusahaan makanan dan
minuman.
Hasil penelitian Setyawan (2006) bertolak belakang dengan temuan
Subiyantoro dan Andreani (2003) tentang keberadaan DER dan ROE di dalam
mengkonfirmasi harga saham, di mana Setiyawan (2006) menemukan bahwa hanya
tiga variabel bebas yang terdiri dari DER, ROI, dan EPS yang mempengaruhi harga
saham, sedangkan variabel lainnya ROE dan NPM tidak berpengaruh terhadap harga
saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Untuk keberadaan EPS di dalam
mengkonfirmasi harga saham, Hasil penelitian Setiyawan (2006) sejalan dengan
hasil penelitian Azis (2005).
Temuan tidak adanya pengaruh ROE terhadap harga saham didukung oleh
Nainggolan (2008), namun untuk hubungan DER dengan Harga saham, Nainggolan
tidak sejalan dengan temuan Setiyawan (2006), di mana Nainggolan (2008)
menemukan bahwa DER berpengaruh terhadap harga saham. Temuan ini sejalan
dengan temuan Subiyantoro dan Andreani (2003). Untuk hubungan ROA dengan
harga saham, Nainggolan tidak sejalan dengan Subiyantoro dan Andreani (2003), di
mana Nainggolan (2008) tidak menemukan adanya pengaruh ROA terhadap harga
saham.
Temuan penelitian keempat peneliti dalam Korpri (2011) di atas ternyata
belum dapat mengeneralisasi teori hubungan faktor fundamental dengan harga saham
sebagaimana dikemukakan Arifin (2004) bahwa faktor fundamental adalah faktor
yang berkaitan langsung dengan kinerja emiten itu sendiri. Semakin baik kinerja

7

emiten maka semakin besar pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham, begitu pula
sebaliknya.

Berdasarkan keempat peneliti di atas yang memberikan temuan tidak
seragam, maka pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah rasio

keuangan perusahaan apa saja yang berpengaruh terhadap harga saham. Rasio rasio keuangan yang digunakan untuk menguji pengaruh terhadap harga saham
antara lain Earning per Share (EPS), Net Profit Margin (NPM), Return on Asset
(ROA), Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER) pada saham
perusaham property yang tercatat dalam Indeks di Bursa Efek yang ada di negaranegara ASEAN. Faktor yang berpengaruh dalam penelitian ini dibatasi pada
factor fundamental diatas.
1.2.

Keaslian Penelitian
Hubungan faktor fundamental terhadap harga saham sudah banyak diteliti

oleh peneliti terdahulu, namun hasil penelitian yang dilakukan masih belum
mampu mengeneralisasi teori yang ada, bahkan hasil penelitian cenderung
berkontradiksi antara satu peneliti dengan peneliti lainnya. Penelitian

ini

memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian yang terdahulu, dalam penelitian
ini populasi yang ingin diobservasi adalah perusahan-perusahaan yang bergerak
dalam sektor property dan telah tercatat di Bursa Efek negara – negara anggota
ASEAN yang diambil melalui List of Public & Private Companies Worldwide Bloomberg sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perusahaan yang bergerak dalam sektor Property.
Data yang digunakan diambil dari laporan keuangan terbuka perusahaan
dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 dengan maksud untuk melihat apakah
ada imbas

krisis Subrime Mortage Amerika terhadap harga saham di sector

properti.
Pada awal tahun 2007 di Amerika Serikat (AS) mulai terjadi sebuah krisis
keuangan. Puncaknya terjadi pada September 2008, dimana beberapa lembaga
keuangan raksasa dunia mengalami kebangkrutan. Kejadian ini menimbulkan
kepanikan yang luar biasa. Para investor menarik dana investasi mereka demi

8

melindungi nilainya. Indeks Nasdaq dan Down Jones mengalami penurunan yang
drastis. Indeks Dow Jones merosot tajam dari level 13.056 menjadi 8.175 atau
terkoreksi sekitar 37%. Sedangkan indeks Nasdaq dari level 2.600 turun menjadi
level 1.521 atau terkoreksi 40%. Pemerintah AS pun melakukan tindakan dana
talangan sebesar US$700 miliar disiapkan. Tetapi tindakan itu tidak cukup untuk
membendung krisis. Bahkan ada perkiraan bahwa dana tersebut akan
membengkak menjadi US$1 triliun. Hal ini langsung berdampak bursa saham di
negara-negara lain. Indeks Nikkei di Jepang dari level 14.600 turun ke level 7.621
atau terkoreksi 47%. Di Hongkong, indeks Hang Seng turun dari level 27.500 ke
level 12.380 atau terkoreksi 40%.
Sumber:

http://community.gunadarma.ac.id/forums/display_topic/id_521/Krisis

Keuangan-Amerika--Subprime-Mortgage/
1.3.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
a) Menganalisis apakah faktor fundamental (EPS, NPM, ROA, ROE dan
DER) mempengaruhi harga saham perusahaan property di negara-negara
Asia Tenggara.
b) Menganalisis perbedaan pengaruh faktor fundamental terhadap harga
saham property di negara-negara Asia Tenggara.
1.3.2. Manfaat
a) Dengan hasil analisa faktor fundamental yang berpengaruh terhadap
harga saham, maka investor dapat menentukan strategi investasi yang
akan diterapkan terutama investasi pada saham perusahan-perusahaan
property di negara-negara Asia Tenggara menggunakan informasi yang
tersedia.
b) Dari hasil analisa dapat didentifikasi faktor-faktor fundamental yang
konsisten mempengaruhi harga saham pada perusahaan property di
negara-negara Asia Tenggara.
c) Sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti lainnya di dalam
mengembangkan dan memperluas penelitian tentang pengaruh factor-

9

faktor fundamental terhadap perusahaan yang beroperasi pada sektor
yang lain.
1.4.

Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari empat bab. Bab1 berisikan latar belakang dan

masalah yang diangkat dalam penulisan tesis ini, tujuan penulisan tesis, manfaat
penulisan tesis dan sistematika penulisan. Bab 2 berisikan tinjauan pustaka dan
alat analisis yang digunakan, tinjauan pustaka yang dimaksud adalah terdiri dari
penelitian terdahulu landasan teori atau model yang akan dianalisis, hipotesis dan
alat analisis yang digunakan untuk menganalisa data. Bab 3 berisi cara penelitian,
data yang digunakan, hasil analisis dan pembahasanya. Bab 4 merupakan
kesimpulan dari hasil analisis bab 3 dan saran untuk penelitian berikutnya.Untuk
menyempurnakan penulisan tesis ini maka dituliskan daftar pustaka dan lampiranlampiran.
II :Tinjauan Pustaka dan AlatAnalisis
2.1.
Tinjauan Pustaka
2.1.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai hubungan factor fundamental perusahaan dengan
hargasaham antara lain dilakukan oleh :
Sasongko dan Wulandari (2006) dalam penelitianya yang berjudul
Pengaruh Eva dan Rasio-rasio Probabilitas Terhadap Harga Saham menyimpulkan
bahwa earning per share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham. Pasaribu
(2008) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap
Harga Saham Perusahaan Go Publik di BEI periode 2003-2006 menyimpulkan
bahwa earning per share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham
perusahan emiten. Susilowati (2011) Dodd dan Chen, Wulandari (2005), Purnomo
(1998); Rosyadi (2002) masing-masing menunjukan bahwaearning per share
(EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga dan return saham. Namun penelitian
yang dilakukan oleh Claudt, at al (1996) dan Rita Kusumawati (2004)
menunjukan bahwa EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap return dan harga
saham.

10

Asyik dan Sulistyo (2000) dalam penelitian yang berjudul “ Kemampuan
Rasio Keuangan dalam Memprediksi Laba (Penetapan Rasio Keuangan sebagai
discriminator) “ menyimpulkan bahwa NPM berpengaruh signifikan terhadap
harga dan return saham. Namun

Susilowati (2011) dalam penelitianya yang

berjudul “ Reaksi Signal Rasio Profitabilitas dan Ratio Solvabilitas Terhadap
Return Saham Perusahaan” menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang
signifikan.
Anastasia (2003) dalam penelitianya yang berjudul “Analisis Faktor
Fundamental dan Risiko Sitematik Terhadap Harga Saham Perusahaan Properti di
BEJ” menyimpulkan bahwa secara empiris factor fundamental Return On Asset
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Natarsyah (2000)
dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa Return On Asset juga memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Namun menurut Wulandari
(2006) dalam penelitianya yang berjudul “Pengaruh Eva dan Rasio-Rasio
Profitabilitas Terhadap Harga Saham” menyimpulkan bahwa ROA tidak
berpengaruh terhadap harga saham. Subiyantoro dan Andreani (2003) dan
Susilowati (2011) factor fundamental Return On Asset tidak mempunyai pengaruh
secara signifikan terhadap harga dan return saham hal ini konsisten dengan
penelitian Trisnawati dalam Susilowati (2011).
Subiantoro dan Andreani (2003) dalam penelitianya yang berjudul Analis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham (Kasus Perusahaan Jasa
Perhotelan yang Terdaftar di Pasar Modal Indonesia) menyimpulkan bahwa factor
fundamental ROE berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Anastasia dalam
penelitian yang berjudul “Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik
Terhadap Harga Saham Properti di BEJ” menyimpulkan bahwa ROE berpengaruh
signifikan

terhadap

harga

saham.

Pasaribu

(2008)

dalam

penelitianya

menyimpulkan bahwa Faktor Fundamental Return On Equity tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga saham untuk industry property.
Anastasia (2003) dalam penelitianya menyimpulkan bahwa factor
Fundamental Debt to Equity Ratio mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
harga saham perusahaan property. Ummar ( 2008 ) telah melakukan penelitian di
Bursa Saudi Arabia dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2004. Menggunakan

11

variable fundamental debt to equity, earning price ratio, beta, book to market
ratio, sales price ratio dan firm size. Hasil penelitianya adalah debt to equity dan
earning price ratio memiliki pengaruh positif terhadap harga dan return saham.
Penelitian mengenai hubungan factor fundamental perusahaan dengan return
saham antara lain dilakukan oleh Bhandari (1988) yang melakukan penelitian
tentang pengaruh Debt to equity ratio terhadap ekpektasi return saham di New
York Stock Exchange. Hasil penelitian menunjukan bahwa DER mempunyai
hubungan positif terhadap return saham. Pasaribu (2008) dalam penelitianya
menyimpulkan bahwa Faktor Fundamental Debt to Equity Ratio tidak
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham emiten.
2.1.2. Pengertian Saham
Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang
paling popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan
ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham
merupakan instrument investasi yang banyak dipilih para investor karena saham
mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik.
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau
pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan
menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan
perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS).
Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan
membeli atau memiliki saham:
1. Dividen, dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan
dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan
setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang
pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang
saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan
saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham
yang berhak mendapatkan dividen. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat
berupa dividen tunai – artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen
berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham - atau dapat

12

pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham
diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki
seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham
tersebut.
2. Capital Gain, capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual.
Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar
sekunder.
Sebagai instrument investasi, saham memiliki risiko, antara lain:
1. Capital Loss, merupakan kebalikan dari Capital Gain, yaitu suatu kondisi
dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli.
2. Risiko Likuidasi, perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut
oleh Pengadilan, atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim
dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban
perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan). Jika
masih terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan perusahaan tersebut, maka
sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada seluruh pemegang saham.
Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham
tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut. Kondisi ini merupakan
risiko yang terberat dari pemegang saham. Untuk itu seorang pemegang saham
dituntut untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan perusahaan.
Di pasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham sehari-hari,
harga-harga saham mengalami fluktuasi baik berupa kenaikan maupun
penurunan.Pembentukan harga saham terjadi karena adanya permintaan dan
penawaran atas saham tersebut. Dengan kata lain harga saham terbentuk oleh
supply dan demand atas saham tersebut. Supply dan demand tersebut terjadi
karena adanya banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham tersebut
(kinerja perusahaan dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak) maupun
faktor yang sifatnya makro seperti tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar dan
faktor-faktor non ekonomi seperti kondisi sosial dan politik, dan faktor lainnya.
(http://www.idx.co.id/id-id/beranda/informasi/bagiinvestor/saham.aspx)

13

2.1.3. Analisis Sekuritas
Untuk memilih saham biasanya digunakan dua pendekatan dasar, yaitu:
analis Fundamental dan Analis Teknikal.
2.1.3.1.

Analisis Fundamental

Secara umum terdapat 2 pendekatan yang sering digunakan oleh investor
untuk menganalisis dan menilai saham di pasar modal, yaitu analisis fundamental
dan analisis teknikal (Bodie, et al, 2005) dalam Susilowati (2011). Analisis
fundamental adalah studi tentang ekonomi, industri, dan kondisi perusahaan untuk
memperhitungkan nilai perusahaan. Analisa fundamental menitik beratkan pada
data-data kunci dalam laporan keuangan perusahaan untuk memperhitungkan
apakah harga saham sudah diapresiasi secara akurat. Tujuan analisis fundamental
adalah untuk menentukan apakah nilai saham berada pada posisi underpriced atau
overpriced. Saham dikatakan underpriced bilamana harga saham di pasar saham
lebih kecil dari harga wajar atau nilai yang seharusnya (nilai intrinsik), dan saham
dikatakan overpriced apabila harga saham di pasar saham lebih besar dari nilai
intrinsiknya.
Menurut Francis (1988) dalam Susilowati (2011), “In preparing their
estimate of security’s value, fundamental analysts study the basic financial and
economic facts about the company that issues the security. They study the level
and trend of the firm’s sales and earnings, the quality of the firm’s products, the
firm’s competitive position in the markets where its products are sold, the firm’s
labor relations, the firm’s sources of raw materials. The government rules that
apply to the firm, and many other factors that may affect the value of the firm’s
common stock”.
Pernyataan di atas dapat diartikan bahwa untuk memperkirakan harga
saham dapat digunakan analisis fundamental yang menganalisa kondisi keuangan
dan ekonomi perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Analisanya dapat
meliputi trend penjualan dan keuntungan perusahaan, kualitas produk, posisi
persaingan perusahaan di pasar, hubungan kerja pihak perusahaan dengan
karyawan, sumber bahan mentah, peraturan-peraturan perusahaan dan beberapa
faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai saham perusahaan tersebut.

14

2.1.3.2.

Analisis Teknikal
Analisis teknis atau lebih dikenal dengan istilah analisis teknikal adalah

merupakan suatu teknik analisis yang dikenal dalam dunia keuangan yang
digunakan untuk memprediksi trend suatu harga saham dengan cara mempelajari
data pasar yang lampau, terutama pergerakan harga dan volume. Pada awalnya
analisis teknikal hanya memperhitungkan pergerakan harga pasar atau instrumen
yang bersangkutan, dengan asumsi bahwa harga mencerminkan seluruh faktor
yang relevan sebelum seorang investor menyadarinya melalui berbagai cara lain.
Analisis teknikal dapat menggunakan berbagai model dan dasar misalnya, untuk
pergerakan harga digunakan metode seperti misalnya Indeks Kekuatan Relatif,
Indeks pergerakan rata-rata, regresi, korelasi antar pasar dan intra pasar, siklus
ataupun dengan cara klasik yaitu menganalisis pola grafik.

2.1.3.3. Analisis Ratio Keuangan
Analisa rasio keuangan adalah salah satu alat untuk menganalisakeadaan
keuangan perusahaan.
Tujuan diadakannya analisa rasio keuangan antara lain :
1. Menilai kondisi keuangan perusahaan
2. Menganalisa kebijakan keuangan yang telah dilakukan dan pengaruhnya
terhadap keuangan perusahaan
3. Menilai hasil pengelolaan perusahaan
4. Membantu dalam pengawasan perusahaan
Dengan analisa rasio keuangan maka diharapkan dapat :
1. 1.Diidentifikasi kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan perusahaan
di bidang keuangan
2. Membantu pimpinan perusahaan dalam membuat keputusan (decision
making) usaha
3. Dilihat efisensi pengelolaan perusahaan
4. Dilihat perkembangan (trend) dari usaha yang telah dil
5. akukan oleh perusahaan selama beberapa waktu

15

Analisa rasio dilakukan dengan cara membandingkan suatu komponen
(unsur) dari Laporan Keuangan (Neraca dan atau Perhitungan Rugilaba) dengan
komponen yang lain.
Perbandingan ini bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu ;
1. Perbandingan rasio perusahaan dari tahun ke tahun
2. Perbandingan dengan angka rasio perusahaan lainnya danatau angka ratarata industri sejenis (Cross-Section)
Menurut Husnan (2004:70) secara keseluruhan , aspek-aspek yang dinilai
biasanya diklasifikasikan menjadi aspek leverage, aspek likuiditas, aspek
profitabilitas atau efisiensi dan ratio-ratio nilai pasar.
Dalam penelitian ini tidak semua rasio diteliti, rasio yang diteliti antara
lain rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan rasio nilai pasar. Menurut Susilowati
(2011) kinerja keuangan perusahaan dituangkan dalam bentuk laporan keuangan
dan diukur dalam bentuk rasio diantaranya rasio profitabilitas dan rasio
solvabiltas.
Ratio Leverage mengukur sejauh mana perusahaan menggunakan
hutang.Beberapa analisis menggunakan istilah rasio solvabilitas, yang berarti
mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuanganya.Rasio
solvabilitas dalam penelitian ini diukur dalam skala rasio yaitu Debt to Equity
Ratio (DER). Semakin besar DER menunjukkan bahwa struktur modal lebih
banyak memanfaatkan hutang dibandingkan dengan modal sendiri. Menurut
Bambang Riyanto dalam Susilowati (2011), Pembiayaan dengan utang, memiliki
3 implikasi penting (1) memperoleh dana melalui utang membuat pemegang
saham dapat mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi
yang terbatas, (2) kreditur melihat ekuitas, atau dana yang disetor pemilik, untuk
memberikan margin pengaman, sehingga jika pemegang saham hanya
memberikan sebagian kecil dari total pembiayaan, maka risiko perusahaan
sebagian besar ada pada kreditur; (3) jika perusahaan memperoleh pengembalian
yang lebih besar atas investasi yang dibiayai dengan dana pinjaman dibanding
pembayaran bunga, maka pengembalian atas modal pemilik akan menjadi lebih
besar. Akan tetapi, jika pengembalian yang diperoleh atas investasi yang dibiayai

16

dengan dana pinjaman dibandingkan dengan bunga, maka pengembalian atas
modal pemilik semakin kecil.
Ratio Profitabilitas, ratio ini dimaksudkan untuk mengukur efisiensi
penggunaan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba dan juga digunakan
untuk mengukur efisiensi atas penjualan yang berhasil diciptakan. Kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasionalnya merupakan
fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan (analisis fundamental
perusahaan) karena laba perusahaan selain merupakan indicator kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan
elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan
di masa yang akan datang. Efektifitas manajemen dalam menggunakan total
aktiva maupun aktiva bersih seperti tercatat dalam neraca dinilai dengan
menghubungkan laba bersih – yang didefinisikan dengan berbagai cara – terhadap
aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba. Hubungan seperti itu merupakan
salah satu analisis yang memberikan gambaran lebih, walaupun sifat dan waktu
dari

nilai

yang

ditetapkan

pada

neraca

cenderung

menyimpangkan

hasilnya.Bentuk paling mudah dari analisis fundamental adalah menghubungkan
laba bersih (pendapatan bersih) yang dilaporkan terhadap total aktiva di neraca.
Dalam penelitian ini Ratio Profitabilitas yang digunakan adalah Net Profit
Margin, Return On Asset dan Return On Equity.
Net Profit Margin yaitu perbandingan antara laba bersih dengan
penjualan. Menurut Alexandri (2008) dalam Rinati (2009) Semakin besar NPM,
maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan
kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.
Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase laba bersih yang diperoleh dari
setiap penjualan.Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi.Hubungan antara
laba bersih sesudah pajak dan penjualan bersih menunjukkan kemampuan
manajemen dalam mengemudikan perusahaan secara cukup berhasil untuk
menyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang
telah menyediakan modalnya untuk suatu resiko. Hasil dari perhitungan
mencerminkan keuntungan netto per rupiah penjualan. Para investor pasar modal
perlu mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.

17

Return On Asset merupakan rasio keuangan perusahaan yang berhubungan
dengan profitabilitas, rasio ini digunakan mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan keuntungan atau laba pada tingkat pendapatan, aset dan modal
saham tertentu. Dengan mengetahui ROA, dapat menilai apakah perusahaan telah
efisien

dalam

menggunakan

aktivanya

dalam

kegiatan

operasi

untuk

menghasilkan keuntungan.
Return On Equity merupakan rasioyangdigunakan untuk mengukur kinerja
manajemen

perusahaan

dalam

mengelola

modal

yang

tersedia

untuk

menghasilkan laba setelah pajak. Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai perusahaan sehingga kemungkinan suatu perusahaan
dalam kondisi bermasalah semakin kecil.Rasio ini banyak diamati oleh para
pemegang saham perusahaan serta para investor di pasar modal yang ingin
membeli saham.Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dan
kenaikan laba tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham perusahaan.
Earning Per Share (EPS) merupakan jumlah keuntungan yang tersedia bagi
pemegang saham yaitu keuntungan setelah dikurangi pajak pendapatan, dengan cara
membagi jumlah keuntungan yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan
jumlah lembar saham biasa yang beredar. Houston and Brigham (2001) berpendapat,
laba per lembar saham atau EPS adalah kemampuan perusahaan untuk
mendistribusikan pendapatan yang diperoleh kepada pemegang sahamnya.Semakin
tinggi kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang
saham, mencerminkan semakin besar keberhasilan usaha yang dilakukannya.

2.2.

LandasanTeori

2.2.1. Teori Efisiensi Pasar
Definisi Efisiensi Pasar
Menurut Gumanti dan Utami (2002) Konsep pasar efisien pertama kali
dikemukakan dan dipopulerkan oleh Fama (1970). Dalam konteks ini yang
dimaksud dengan pasar adalah pasar modal (capital market) dan pasar uang.
Suatu pasar dikatakan efisien apabila tidak seorangpun, baik investor individu

18

maupun investor institusi, akan mampu memperoleh return tidak normal
(abnormal return), setelah disesuaikan dengan risiko, dengan menggunakan
strategi perdagangan yang ada. Artinya, harga-harga yang terbentuk di pasar
merupakan cerminan dari informasi yang ada atau “stock prices reflect all
available information”. Ekspresi yang lain menyebutkan bahwa dalam pasar yang
efisien harga-harga asset atau sekuritas secara cepat dan utuh mencerminkan
informasi yang tersedia tentangaset atau sekuritas tersebut.
Dalam mempelajari konsep pasar efisien, perhatian kita akan diarahkan
pada sejauh mana dan seberapa cepat informasi tersebut dapat mempengaruhi
pasar yang tercermin dalam perubahan harga sekuritas. Dalam hal ini Haugen
(2001) membagi kelompok informasi menjadi tiga, yaitu
(1) informasi harga saham masa lalu (information in past stock prices),
(2) semua informasi publik (all public information), dan
(3) semua informasi yang ada termasuk informasi orang dalam (all available
information including inside or private information).
Masing-masing kelompok informasi tersebut mencerminkan sejauh mana
tingkat efisiensi suatu pasar. Dalam Gumanti dan Utami (2002) Jones (1998)
menyebutkan bahwa harga sekarang suatu saham (sekuritas) mencerminkan dua
jenis informasi, yaitu informasi yang sudah diketahui dan informasi yang masih
memerlukan dugaan. Informasi yang sudah diketahui meliputi dua macam, yaitu
informasi masa lalu (misalnya laba tahun atau kuartal yang lalu) dan informasi
saat ini (current information) selain juga kejadian atau peristiwa yang telah
diumumkan tetapi masih akan terjadi (misalnya rencana pemisahan saham).
Dalam Gumanti dan Utami (2002) Fama (1970) menyajikan 3 macam
bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan ketiga macam bentuk dari
informasi, yaitu informasi masa lalu, informasi sekarang yang sedang
dipublikasikan dan informasi privat sebagai berikut ini :
a)

Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form), pasar dikatakan efisien
dalam bentuk lemah jika harga – harga dari sekuritas tercermin secara

19

penuh (fully reflect) informasi masa lalu. Bentuk efisiensi pasar secara
lemah ini berkaitan dengan teori langkah acak (random walk theary).
b)

Efisiensi pasar bentuk pasar setengah kuat (semistrong form), dikatakan
demikian jika harga – harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully
reflect) semua informasi yang dipublikasikan termasuk informasi yang
berada di laporan – laporan keuangan perusahaan emiten. Informasi
tersebut dapat berupa : 1) Informasi yang dipublikasikan yang hanya
mempengaruhi harga sekuritas dari perusahaan yang mempublikasikan
informasi

tersebut.

2)

Informasi

yang

dipublikasikan

yang

mempengaruhi harga – harga sekuritas sejumlah perusahaan. Informasi
yang dipublikasikan yang mempengaruhi harga – harga sekuritas semua
perusahaan yang terdaftar di pasar saham.
c)

Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form), dikatakan demikian jika harga
– harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua
informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat.

2.2.2

Teori Sinyal
Menurut Oktaviana dan Wahyuni (2011) Signalling Theory (Teori Sinyal)

Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Spence (www.wikipedia.com)
Menurutnya, teori sinyal dengan memberikan suatu sinyal, pihak pengirim
(pemilik informasi) berusaha memberikan potongan informasi relevan yang dapat
dimanfaatkan oleh pihak penerima. Pihak penerima kemudian akan menyesuaikan
perilakunya sesuai dengan pemahamannya terhadap sinyal tersebut. Penggunaan
teori ini dalam penelitian terkait pasar modal pertama kali dilakukan oleh Leland
dan Pyle pada 1977. Dalam penelitian tersebut, dianalisis peranan sinyal dalam
proses IPO (Initial Price Offering atau Penawaran Saham Perdana). Perusahaan
yang memiliki prospek bagus mengirimkan sinyal yang jelas dan terpercaya
kepada pasar pada saat go public sehingga mampu memperoleh respon yang baik.
Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang
dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar
perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis
karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran
baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang

20

bagi kelangsungan hidup suatu perus ahaan dan bagaimana pasaran efeknya.
Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh
investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan
investasi.
Menurut Jogiyanto (2000: 392), informasi yang dipublikasikan sebagai
suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan
keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka
diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh
pasar.
Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat
menjadi signal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah
laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat
berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan
keuangan dan informasi non akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan
dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang
relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui
oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Semua investor
memerlukan informasi untuk mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan
sehingga dapat melakukan diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan
preferensi risiko yang diinginkan.Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli
oleh investor maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan
secara terbuka dan transparan.
2.3.

Hipotesis

Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu yang menganalisa pengaruh EPS,
NPM, ROA, ROE, DER terhadap harga saham dapat diajukan hipotesis sebagai
berikut :
1. Pengaruh Earning per Share (EPS) terhadap HargaSaham
EPS merupakan perbandingan antara jumlah earning after tax (EAT)
dengan jumlah saham yang beredar. EPS merupakan salah satu rasio keuangan
yang sering digunakan oleh investor untuk menganalisa kemampuan perusahaan
menghasilkan laba berdasarkan saham yang dimiliki (Mamduh Hanafi, 1996).
EPS merupakan komponen penting yang harus diperhatikan dalam analisa

21

perusahaan, karena informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba
bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada semua pemegang saham dengan
kata lain menggambarkan prospek earning perusahaan di masa mendatang.
Besarnya EPS dapat diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan
(Eduardus Tandelin, 2001).
EPS ini akan sangat membantu investor karena informasi EPS ini bisa
menggambarkan prospek earning suatu perusahaan dimasa yang akan datang
karena EPS menunjukkan laba bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada
semua pemegang saham perusahaan, maka semakin besar EPS akan menarik
investor untuk melakukan investasi diperusahaan tersebut. Oleh karena itu, hal
tersebut akan mengakibatkan permintaan akan saham meningkat dan harga
saham akan meningkat, dengan demikian EPS berpengaruh positif terhadap
harga saham.
Sasongko dan Wulandari (2006) dalam penelitianya yang berjudul
Pengaruh

Eva

dan

Rasio-Rasio

Probabilitas

Terhadap

Harga

Saham

menyimpulkan bahwa earning per share (EPS) berpengaruh terhadap harga
saham. Rowland Bismark (2008) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh
Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Go Publik di BEI
periode 2003-2006 menyimpulkan bahwa earning per share (EPS) berpengaruh
signifikan terhadap harga saham perusahan emiten. Berdasarkan penelitian
tersebut, maka dapat diajukan hipotesis alternatif yang pertama (H1) sebagai
berikut:
H1 : EPS mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap harga
saham
2. Pengaruh Net Profit Margin (NPM) terhadap Harga Saham
Net Profit Margin merupakan perbandingan antara laba setelah pajak
(EAT) dengan penjualan.Net Profit Margin termasuk dalam salah satu rasio
profitabilitas.Rasio ini digunakan untuk mengukur rupiah laba yang dihasilkan
oleh setiap penjualan.Rasio ini memberikan gambaran tentang laba untuk para
pemegang saham sebagai prosentase dari penjualan. Net Profit Margin juga dapat
digunakan untuk mengukur seluruh efisiensi, baik produksi, administrasi,

22

pemasaran, pendanaan, penetuan harga maupun manajemen pajak Prastowo,
(1995) dalam Susilowati (2011).
Semakin tinggi rasio Net Profit Margin berarti laba yang dihasilkan oleh
perusahaan juga semakin besar maka akan menarik minat investor untuk
melakukan transaksi dengan perusahaan yang bersangkutan. Karena secara teori
jika kemampuan emiten dalam menghasilkan laba semakin besar maka harga
saham perusahaan dipasar modal juga akan mengalami peningkatan, sehingga
secara teoritis NPM berpengaruh positif terhadap harga saham.
Asyik, Sulistyo (2000) dalam penelitian yang berjudul “ Kemampuan
Rasio Keuangan dalam Memprediksi Laba (Penetapan Rasio Keuangan sebagai
discriminator)“ menunjukkan bahwa NPM berpengaruh positif signifikan
terhadap hargasaham. Berdasarkan konsep teori tersebut, maka dapat diajukan
hipotesis alternatif yang kedua (H2) sebagai berikut :
H2 :

NPM mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap harga
saham

3.

Pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap Harga Saham
Return on Asset (ROA) merupakan ukuran seberapa besar laba bersih yang

dapat diperoleh dari seluruh kekayaan (aktiva) yang dimiliki perusahaan. Dengan
meningkatnya ROA berarti kinerja perusahaan semakin baik dan sebagai
dampaknya harga saham perusahaan semakin meningkat. Dengan meningkatnya
harga saham, maka return saham perusahaan yang bersangkutan juga meningkat.
Dengan demikian ROA berhubungan positif harga saham.
Anastasia (2003) dalam penelitianya yang berjudul “Analisis Faktor
Fundamental dan Risiko Sitematik Terhadap Harga Saham Perusahaan Properti di
BEJ” menyimpulkan bahwa secara empiris factor fundamental Return On Asset
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Natarsyah (2000)
dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa Return On Asset juga memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Semakin besar Return on Asset
menunjukkan kinerja semakin baik sehingga mampu memberikan laba bagi
perusahaan dan akan mengundang investor untuk membeli saham akan tinggi.
Sebaliknya, apabila Return on Asset semakin kecil menunjukkan bahwa dari total

23

aktiva yang digunakan perusahaan mendapatkan kerugian, maka investor kurang
suka melirik saham perusahaan tersebut dan harga sahamnya akan rendah.maka
dapat diajukan hipotesis alternatif yang ketiga (H3) sebagai berikut :
H3 : ROA

mempunyai

pengaruh

positif

dan

signifikan

terhadap

hargasaham
4. Pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap HargaSaham
ROE juga merupakan ukuran kinerja perusahaan ditinjau dari segi
profitabilitasnya.Kemampuan menghasilkan laba bersih setelah pajak dari modal
yang dimiliki oleh perusahaan menunjukkan kinerja yang semakin baik.ROE yang
semakin meningkat, maka investor semakin tertarik untuk menanamkan dananya
ke dalam perusahaan, sehingga harga saham cenderung meningkat. Sebagai
dampaknya return saham juga meningkat, dengan demikian ROE berhubungan
positif dengan return saham.
Subiantoro dan Andreani (2003) dalam penelitianya yang berjudul Analis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham (Kasus Perusahaan Jasa
Perhotelan yang Terdaftar di Pasar Modal Indonesia) menyimpulkan bahwa factor
fundamental ROE berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Anastasia dalam
penelitian yang berjudul “Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik
Terhadap Harga Saham Properti di BEJ” menyimpulkan bahwa ROE berpengaruh
signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan konsep teori tersebut, maka dapat
diajukan hepotesis alternatif yang ke empat (H4) sebagai berikut
H4 : ROE mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap harga
saham
5. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Harga Saham
Susilowati (2011) Debt to Equity Ratio dipergunakan untuk mengukur
tingkat penggunaan utang terhadap total shareholders’ equity yang dimiliki
perusahaan.Total debt merupakan total liabilities (jangka pendek/jangka
panjang), sedangkan total shareholder equity menunjukkan total modal sendiri
yang dimiliki perusahaan.

24

Perusahaan yang sedang berkembang dan tumbuh hampir pasti akan
memerlukan sumber pendanaan untuk mendanai operasional perusahaan.
Perusahaan tersebut memerlukan banyak dana operasional yang tidak mungkin
dapat dipenuhi hanya dari modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Sumber
pendanaan yang bagi perusahaan diantaranya berasal dari hutang karena
mempunyai kelebihan diantaranya; 1) bunga mengurangi pajak sehingga biaya
hutang rendah, 2) kreditur memperoleh return terbatas sehingga pemegang saham
tidak perlu berbagi keuntungan ketika kondisi bisnis sedang maju, 3) kreditur
tidak memliki hak suara sehingga pemegang saham dapat mengendalikan
perusahaan dengan penyertaan dana yang kecil.
Penggunaan hutang yang makin banyak, yang dicerminkan oleh debt ratio
(rasio antara hutang dengan total aktiva) yang makin besar, pada perolehan laba
sebelum bunga dan pajak (EBIT) yang sama akan menghasilkan laba per saham
yang lebih besar. Jika laba per saham meningkat, maka akan berdampak pada
meningkatkannya harga saham atau return saham, sehingga secara teoritis DER
akan berpengaruh positif pada harga saham.
Anastasia (2003) dalam penelitianya menyimpulkan bahwa factor
Fundamental Debt to Equity Ratio mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap harga saham perusahaan property. Ummar ( 2008 ) telah melakukan
penelitian di Bursa Saudi Arabia dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2004.
Menggunakan variable fundamental debt to equity, earning price ratio, beta,
book to market ratio, sales price ratio dan firm size. Hasil penelitianya adalah
debt to equity dan earning price ratio memiliki pengaruh positif terhadap harga
da

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63