NASKAH KAJIAN UNDANG-UNDANG NO. 36 TAHUN 1999 TENTANG TELEKOMUNIKASI DIKAITKAN DENGAN PERKEMBANGAN KONVERGENSI TELEMATIKA

N ASKAH KAJIAN
U N D AN G-U N D AN G N O. 3 6 TAH U N 19 9 9
TEN TAN G TELEKOMU N IKASI
D IKAITKAN D EN GAN PERKEMBAN GAN
KON VERGEN SI TELEMATIKA

Disusun Oleh
Tim Kajian U n d an g-u n d an g N o m o r 3 6 Tah u n 19 9 9
D ika itkan d e n gan Pe rke m ban gan Ko n ve rge n s i Te le m atika
(Keputusan Dirjen Postel No. 324.A/ DIRJ EN/ 20 0 6)
J akarta, 20 0 6
1

D AFTAR ISI
I.

Pe n d ah u lu an
a.
Latar Belakang
b.
Identifikasi Masalah

c.
Maksud dan Tujuan

II.

Lan d as an Pe m ikira n , Prin s ip , Sp irit, d an In d ika to r
Pe rke m ban gan
a.
Landasan Pem ikiran
a.1. Perkem bangan Peran Telekom unikasi dalam Masyarakat
Indonesia
a. 2. Kepentingan Nasional
a. 3. Perlunya Perubahan Terhadap Undang-Undang No.
36 Tahun 1999 tentang Telekom unikasi
b.
Prinsip dan Spirit
c.
Indikator Perkem bangan

III.


As p e k In d u s tri & Te kn o lo gi Ko n ve rge n s i ( 3 C)
a.
Perkem bangan Teknologi dan Tantangan Regulasi
b.
Perkem bangan Industri Telekom unikasi
c.
Industri Teknologi Informasi dan Kom unikasi
d.
Konvergensi

IV.

Pe layan an p u blik, As p e k Bis n is , Fa ir Co m p e titio n , d an
Cu s to m e r Pro te ctio n ( 3 C)

V.

As p e k H u ku m , Mo d e l Re gu las i, Pe rijin an , Ke le m bagaan ,
Me kan is m e Pe n ye le s a ian Se n gke ta d an San ks i

a. Prinsip-Prinsip Hukum Internasional yang Perlu Diperhatikan
a.1. Kom itmen Internasional didalam GATS (Annex on
Telecom m unications)
a.2. Prinsip-Prinsip di dalam GATS yang Harus Diperhatikan
b. Model Regulasi
c. Perijinan
d. Kelem bagaan
e. Mekanism e Penyelesaian Sengketa
f. Sanksi

VI.
Ke s im p u lan d an Re ko m e n d as i
VII. Re fe re n s i
VIII. Lam p iran

2

BAB I
PEN D AH U LU AN
1.1.


Latar Be lakan g
Perkem bangan teknologi dewasa ini sudah m em asuki paruh kedua dari

era konvergensi antara telekom unikasi, penyiaran, dan teknologi informasi
(TIK). Konvergensi adalah keniscayaan, sudah m enjadi kenyataan sehari-hari
dan m erupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Para pem angku kepentingan (stakeholder) di ketiga
sektor ini sudah berancang-ancang m em asuki tahapan selanjutnya dari era
konvergensi teknologi. Pada saat ini, jasa telekom unikasi dengan m udah
dapat m eram bah ke penyelenggaraan jasa lain yang berhubungan dengan
penyiaran dan teknologi inform asi. Sem entara itu, sebaliknya, jasa teknologi
inform asi juga sudah dapat m enunjang penyelenggaraan telekom unikasi dan
sekaligus penyiaran.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat m elihat kecenderungan
pem asaran berbagai jasa aplikasi telem atika yang didisem inasikan kepada
m asyarakat sebagai suatu gaya hidup yang patut diikuti dinam ikanya. Sebagai
bangsa yang telah m enggunakan aplikasi telem atika dengan canggih, trend ini
m erupakan hal yang m enguntungkan, karena pada saat yang bersam aan ikut
m endukung pengem bangan ekonom i dan sum ber daya m anusia. Dalam

perspektif Indonesia, telem atika dapat m enjadi enabler pem ulihan ekonom i
baik di tingkat m ikro m aupun m akro.
Pada tataran konsep, telem atika sudah diakui oleh para pem angku
kepentingan bidang telem atika di seluruh dunia, bahwa industri sektor ini
adalah pilar pem bangunan ekonom i dari suatu bangsa. Dengan dem ikian
apabila di suatu negara sektor telem atika ini m engalam i kem ajuan, m aka
salah satu keuntungan yang didapatkan adalah kem am puannya dalam
m enunjang kem am puan sum ber daya m anusia untuk m enjadi m anusia yang
berkualitas. Yang pada gilirannya akan m enjadikan Indonesia sebagai bangsa
dan negara yang kuat.
Masih pada tataran konsep yang sam a, telem atika m erupakan
teknologi yang tidak m engenal batasan (borderless) sehingga dalam
penyelenggaraan jasa m aupun pengaturan industrinya diperlukan aturan

3

yang

m eliputi


kepentingan

bangsa

dan

negara

Indonesia

sekaligus

m em perhitungkan karakter alamiah (nature) dari teknologi itu sendiri.
Pada tataran industri, sem ua aplikasi telem atika harus ditunjang oleh
keberadaan infrastruktur yang kuat dan m em adai. Infrastruktur telem atika
m encakup di dalam nya akses, regulasi yang m engatur kom petisi, regulasi
yang m engatur penggunaan sum ber daya terbatas, perhatian atas otonom i
daerah, dan sebagainya. Regulasi yang m engatur tentu harus disesuaikan
dengan cita-cita bangsa dan negara Indonesia.
Dari kajian terhadap proses industrialisasi baik di Am erika Serikat,

Inggris, J erm an, J epang, Taiwan m aupun Korea, ditem ukan bahwa dalam
awal pem bangunan industrinya, sem ua negara tersebut m em berikan proteksi
dan insentif (m isalnya subsidi). Oleh karena itu, UU tentang Konvergensi TIK
yang m erupakan pengganti dari UU No. 36/ Tahun 1999, haruslah m am pu
m em proteksi dan m em berikan insentif bagi pertum buhan Industri TIK di
Indonesia.
Melihat adanya kenyataan bahwa setiap warga negara berhak
m endapatkan sarana dan akses inform asi dengan m em anfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi, maka diperlukan pemikiran agar tersedia undangundang yang dapat m enjam in hak-hak warga negara tersebut. Dengan
dem ikian, m aka infrastruktur TIK perlu diposisikan kem bali m enjadi “fasilitas
umum ” (public facilities) sesuai dengan Universal Service Obligation (USO),
di wilayah yang belum ada (unserved) atau yang belum cukup ( under-server)
fasilitas TIK nya . Peletakan TIK sebagai sebuah “kom oditi” dapat dibenarkan
apabila sudah tersedia fasilitas um um yang m em adai pada area tersebut.
Konsekuensi yang tim bul dari paradigm a ini adalah sebagai berikut.
1.

Pem erintah mem erlukan dana untuk mem bangun fasilitas um um TIK
bagi sem ua warga negara.


2.

Dana tersebut bersum ber dari pajak, atau sum ber lain yang ditetapkan
dengan undang-undang dari usaha-usaha dalam bidang TIK.

3.

Setiap penyelenggara usaha di bidang TIK wajib m enyisihkan sebagian
keuntungannya (m inim al sesuai CSR) untuk melakukan pem binaan
industri dan pendidikan profesional bidang TIK dalam bentuk 'ICT
Incubation Park' (ICT-IP).

4.

Dalam m enyelenggarakan TIK-IP, dibangun kerjasam a sinergis antara

4

akadem isi, pelaku bisnis, dan pem erintah (A-B-G atau ABG), di m ana
akadem isi (perguruan tinggi) m erupakan nara-sum ber, pelaku bisnis

sebagai

penanggung

jawab

pendanaan,

dan

pem erintah

bertanggungjawab dalam bidang pengarahan dan kebijakan term asuk
m enyusun regulasinya.
5.

Dengan sem akin berkembangnya potensi industri TIK nasional, m aka
dalam undang-undang ditetapkan keharusan untuk m enggunakan
kandungan lokal (local contents) yang sem akin m eningkat.


6.

Dalam setiap kem unculan teknologi baru, pelaku usaha diwajibkan
m elakukan pem binaan m elalui TIK-IP untuk m elakukan alih teknologi
dan pem bangunan industri yang terkait dengan teknologi tersebut.
Mengingat saat ini Indonesia m asih m erupakan negara pengguna

(user) m aka perlu dipikirkan m asa depan yang ingin dicapai dalam
m em bangun

negara

dan

bangsa,

yang

m em iliki


dan

m enciptakan

infrastruktur dan jasa telem atika yang m em adai untuk m encapai cita-cita
bersam a seperti yang tercantum di dalam konstitusinya. Dalam UUD 45 jelas
dinyatakan bahwa terdapat obsesi yang kuat untuk m encapai m asyarakat yang
adil dan m akm ur. Dalam Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 (Am andem en),
ditegaskan bahwa: ”... segala sesuatu y ang berhubungan dengan hajat hidup
orang bany ak dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesarbesarny a kem akm uran raky at”. Dengan dem ikian, konstitusi Indonesia
m engam anatkan dengan tegas agar negara m em perhatikan kepentingan
m asyarakat luas dalam m em anfaatkan berbagai sum ber daya dengan sebaikbaiknya.
Telem atika jelas berhubungan dengan hajat hidup orang banyak,
karena di dalam nya terdapat sum ber daya terbatas (m isalnya frekuensi radio)
dan pengaturannya secara terkoordinatif, interkoneksi antarpenyelenggara
dan antarregional (daerah) Indonesia yang sangat luas, pelayanan kewajiban
universal (universal service obligation) di m ana Indonesia m em iliki daerah
tertinggal atau

terpencil yang sangat

luas,

interoperability

(karena

penggunaan tingkat kem ajuan teknologi yang berbeda-beda dari daerah yang
satu dengan yang lain) dan lain sebagainya.

5

Di sisi lain, perkem bangan yang pesat ini tidak pernah terbayangkan
beberapa tahun yang lalu, sehingga pada tataran pengaturan dan pengelolaan
negara Indonesia, belum terdapat dokum en pem erintah yang m em adai untuk
dijadikan suatu pedom an dalam penyusunan kebijakan dan regulasi yang
m engatur konvergensi teknologi ini. Beberapa kajian yang diselenggarakan
oleh badan negara seperti Bappenas, Tim Koordinasi Telem atika Indonesia
(TKTI) sebelum dilebur, Departem en Kom unikasi dan Inform atika, m aupun
sektor swasta berupa naskah kerja, usulan blueprint dan sebagainya telah
banyak

beredar

di

kalangan

pengam bil

keputusan.

Nam un

pada

kenyataannya, tetap diperlukan suatu kem auan politik (political w ill) dari
Pem erintah untuk m enjadikan berbagai kajian, kertas kerja dan usulan blue
print atau roadm ap tersebut untuk dijadikan suatu kebijakan (policy ) yang
dapat dilaksanakan dan diterjem ahkan ke dalam peraturan perundangundangan yang sesuai dengan kepentingan dan cita-cita bangsa Indonesia.
Untuk penyelenggaraan telem atika di Indonesia, para pem angku
kepentingan industri telem atika, yang term asuk di dalam nya Pem erintah,
perwakilan industri dan m asyarakat, selain layak m em perhatikan aspek bisnis
industri ini, jelas harus m em perhitungkan aspek peraturan perundangundangan dan regim pengaturannya (yakni m odel regulasi, perijinan,
pengawasan, kelem bagaan dan sanksi serta penyelesaian persengketaan),
pelayanan publik, persaingan yang adil, otonom i daerah, dan perlindungan
pengguna (konsum en).
1.2 .

Id e n tifikas i Mas alah
Untuk m engidentifikasi m asalah dan pem ecahannya, analisis dalam

studi ini dibagi dalam beberapa bab sebagai berikut.
1.

Prinsip, spirit, landasan pem ikiran dan indikator perkem bangan apa
sajakah yang paling tepat diterapkan pada era konvergensi?

2.

Bagaim ana perkem bangan dari aspek industri dan teknologi pada era
konvergensi saat ini?

3.

Bagaim ana perkem bangan dari aspek pelayanan publik, bisnis, fair
com petition, & costum er protection pada era konvergensi saat ini?

6

4.

Bagaim anakan pengaturan aspek hukum , khususnya m engenai m odel
regulasi, lisensi, kelem bagaan, m ekanism e penyelesaian sengketa dan
sanksi yang akan diterapkan untuk m enghadapi konvergensi?

1.3 .

Maks u d d an Tu ju an
Maksud dari kegiatan ini adalah m em berikan dan m enyusun gagasan-

gagasan dalam rangka m enyempurnakan Undang-Undang No. 36 tahun 1999
tentang Telekom unikasi dikaitkan

dengan

perkem bangan

konvergensi

telem atika, yang m eninjau secara sistemik m engenai urgensi, landasan, dan
prinsip-prinsip yang digunakan, serta norm a-norm a yang sebaiknya diatur.
Tujuannya adalah tersusunnya kajian m engenai revisi Undang-Undang
36 tahun 1999 dikaitkan dengan perkem bangan konvergensi telem atika dan
m enem ukenali

jiwa

perkem bangan

(prinsip),

penyelenggaraan

landasan

pem ikiran

telematika

dalam

dan

indikator
m enanggapi

perkem bangan konvergensi teknologi telem atika, kepentingan negara dan
bangsa serta m asyarakat luas, dan kepentingan para pem ain industri yang
bergerak di dalam sektor ini, agar sesuai dengan cita-cita UUD 45 agar
selanjutnya

dapat

ditindaklanjuti dalam

upaya

perum usan

peraturan

perundang-undangan yang sesuai.
Diharapkan konsep awal ini m erupakan Buku Putih untuk dapat
dikonsultasikan ke publik untuk m endapatkan m asukan-m asukan dari
m asyarakat um um dan para pakar telekom unikasi dan teknologi inform asi.

7

BAB II
PRIN SIP, SPIRIT, LAN D ASAN PEMIKIRAN
D AN IN D IKATOR PERKEMBAN GAN

2 .1.

Lan d as an Pe m ikira n

2 .1.1. Pe rke m ban gan Pe ran Te le ko m u n ikas i d i In d o n e s ia
Sejarah pem anfaatan teknologi telekom unikasi di Indonesia telah
dim ulai sejak saluran telegraf pertam a dibuka pada tanggal 23 Oktober 1855
oleh Pem erintah Hindia Belanda.
Menurut catatan buku Dari Monopoli ke Kom petisi: 50 Tahun
Telekom unikasi Indonesia Sejarah dan Kita Manajem en PT Telkom
(Ram adhan KH dkk., 1994), hubungan telepon lokal pertam a kali digunakan
pada 16 Oktober 1882 dan diselenggarakan oleh swasta. J aringan telepon
tersebut m enghubungkan Gam bir (Weltevreden) dan Tanjung Priok (Batavia).
Menyusul dua tahun kem udian terhubung sam bungan telepon di Sem arang
dan Surabaya.
Dalam pengem bangan jaringan telepon tersebut yang diselenggarakan
swasta tersebut, izin konsesi yang didapat adalah sam pai 25 tahun. Nam un
karena perusahaan telepon hanya m em buka hubungan telepon di kota-kota
besar saja, pada tahun 190 6 ketika jangka waktu konsesi berakhir, Pem erintah
Hindia Belanda m elalui pem bentukan Post Telegraaf en Telefoon Dienst
(PTT) m engam bil alih sem ua pengusahaan jaringan telepon yang ada.
Ketika J epang m enduduki Indonesia, PTT tetap dipertahankan. Orangorang Belanda yang bekerja di PTT diganti dengan orang J epang. Begitu pula
m ulai banyak posisi pim pinan yang ditem pati pegawai Indonesia. Perbedaan
fungsi utam a PTT pada zam an Hindia Belanda dengan J epang adalah PTT
zam an

Hindia Belanda tidak bertujuan

kom ersial saja nam un

juga

diperuntukkan bagi pelayanan m asyarakat, sedang pada zam an J epang PTT
digunakan untuk m endukung perang Asia Tim ur Raya.
Peran telekom unikasi sangat penting dalam kem erdekaan Indonesia,
terbukti saat kem erdekaan Indonesia diproklam asikan pada tanggal 17
Agustus 1945. Berita proklam asi diteruskan m elalui telepon, telegraf, radio,
dan pos ke sem ua kantor PTT secara beranting. Tidak hanya itu, lewat Stasiun

8

Radio Pem ancar PTT di Dayeuhkolot, berita proklam asi kem erdekaan juga
disiarkan ke luar negeri pada hari itu juga.
Mengikuti perkem bangan zam an, J awatan PTT berubah statusnya
m enjadi PN Pos dan Telekom unikasi atau PN Postel sejak 1 J anuari 1962.
Pada 6 J uli 1965, PN Postel dipecah dan bidang telekom unikasi berada di
bawah PN Telekom unikasi. Guna m em ungkinkan perluasan gerak PN
Telekomunikasi dan terbitnya PP No. 44 Tahun 1969 dan PP No. 45 tahun
1969 tentang bentuk-bentuk Perusahaan Negara, awal 1972 pem erintah
m em utuskan untuk m engubah kelem bagaan PN Telekom unikasi m enjadi
Perusahaan Um um Telekom unikasi (Perum tel).
Keberadaan Perum tel dikukuhkan melalui PP No. 36 Tahun 1974 yang
m enetapkannya sebagai pengelola telekom unikasi untuk um um dalam dan
luar negeri. Dalam PP tersebut dinyatakan juga bahwa Perum tel m erupakan
satu-satunya penyelenggara jasa telekom unikasi untuk umum di Indonesia.
Hak m onopoli diberikan karena Perum tel sekaligus diberi tugas untuk
m enjalankan m isi pem erintah dalam bidang telekom unikasi, yaitu sebagai
agent of developm ent.
Pada

tahun

1967,

Indonesia

m em utuskan

untuk

m engadakan

kerjasam a dengan ITT selam a 20 tahun, untuk m enyelenggarakan hubungan
telekom unikasi internasional dengan m enggunakan jaringan satelit Intelsat.
Pada m ulanya kerjasam a ini dalam bentuk bagi laba (revenue sharing) antara
ITT dengan Indonesia. Dibangunnya Stasiun Bum i J atiluhur, Indonesia dapat
langsung m engadakan kom unikasi internasional dan saluran satelit m elalui
Intelsat.
Satu babakan baru pem anfaatan teknologi satelit terjadi pada 9 J uli
1976 ketika Satelit Palapa A-1 berjenis HS-333 diluncurkan dari Cape
Canaveral,

Florida,

AS.

Satelit

pertam a

Indonesia

itu

diresm ikan

pem anfaatannya pada tanggal 16 Agustus 1976 oleh Presiden Soeharto dan
diberi nam a Sistem Kom unikasi Satelit Dom estik (SKSD) Palapa. Indonesia
m erupakan negara pertam a di Asia Pasifik dan ke tiga di dunia yang
m enggunakan teknologi satelit untuk keperluan kom ersial.
Setahun kem udian, 11 Maret 1977 diluncurkan Satelit Palapa A-2.
Selain m am pu m enjangkau seluruh wilayah Indonesia, satelit ini juga dapat
dim anfaatkan beberapa negara ASEAN. Setelah generasi pertam a, Palapa

9

generasi ke dua yang diberi nam a Palapa B-1 diluncurkan pada 16 J uni 198 3
dan Palapa B-2 pada tanggal 8 Februari 1984. Hanya saja, Palapa B-2 yang
sedianya dipersiapkan untuk m enunjang Pem ilu 1987 kem udian m enghilang
di orbit rendah, hingga kem udian diluncurkan kem bali Satelit Palapa B-2P
(pengganti) pada tanggal 2 Maret 1987 sebelum Pem ilu dilaksanakan.
Sam pai dengan awal tahun 1990 telekom unikasi dilaksanakan oleh
Badan Penyelenggara Perum tel untuk penyelenggaaan jaringan tetap lokal
dan jarak jauh (SLJ J ), dan PT Indosat untuk penyelenggaaan jaringan tetap
Sam bungan International (SLI). Pada dasarnya adalah layanan teleponi dan
faksim ile m elalui Public Services Telephone Network (PSTN). Sam pai dengan
1995 pem bangunanya sangat lam bat, dan jum lah pelanggan m asih di bawah 5
juta satuan sambungan. Oleh karena itu, Pem erintah mengam bil kebijakan
untuk m em privatisasi PT Telkom dan PT Indosat, sekaligus m engundang
operator kelas dunia untuk m elaksanakan Kerja Sam a Operasi (KSO).
Selain PT Indosat, pada tahun 1993 berdiri PT Satelit Palapa Indonesia
(Satelindo). Saham PT Satelindo dim iliki oleh PT Bim antara (60 %) dan PT
Telkom (25%) dan PT Indosat (15%), PT Satelindo diberikan peran cukup
besar untuk m engelola dan m engoperasikan satelit di Indonesia. Untuk
m em perkuat PT Satelindo, pem erintah m em berikan pula lisensi sebagai
Penyelenggaraan J aringan Bergerak Seluler GSM dan Penyelenggaraan
Sam bungan Langsung Internasional (SLI 0 0 8).
Sem entara itu, PT Telkom yang sebelum nya adalah BUMN m urni
(10 0 % m ilik

negara)

kem udian

m enjadi perusahaan

publik

dengan

m elaksanakan IPO. PT Telkom kem udian m enetapkan untuk m em iliki dan
m engelola satelit sendiri dan kem udian m eluncurkan Satelit Telkom -1 dan
diikuti dengan Telkom -2. Satelit Indonesia lainnya dim iliki oleh PT Indostar
bernam a Cakrawarta-1 yang m erupakan satelit berorbit rendah (low earth
orbit). Pada tahun 20 0 3 PT Indosat m engakusisi sem ua saham PT Satelindo,
dan dilanjutkan dengan vertically m erger m enjadi PT Indosat sam pai
sekarang.
Dalam pem bangunan infrastruktur kom unikasi (lihat tabel), hingga
kuartal kedua 20 0 6 terdapat sekitar 55 juta pengguna telepon bergerak, 8,7
juta pelanggan telepon tetap, serta 5 juta pengguna telepon tetap dengan
m obilitas terbatas (fixed w ireless access -- FWA). Angka tersebut, terutam a

10

FWA dan telepon bergerak seluler, diperkirakan akan m eningkat pada akhir
20 0 6. Bila dibandingkan dengan negara satu kawasan, ASEAN, posisi
Indonesia berada di bawah Singapura, Brunei Darussalam , Malaysia,
Thailand, Filipina, dan Vietnam .
Tabe l 2 .1
Ju m lah Pe n ggu n a Te le p o n Te tap , FW A d an STBS

Tah u n / Layan an

20 0 0

20 0 1

20 0 2

20 0 3

20 0 4

20 0 5

Q2 / 2 0 0 6

Fixed (wireline)

6.7

7.33

7.88

7.9

8.2

8.5

8.7

FWA

-

-

-

0 .265

1.4

4.0 6

5.0

STBS

3.67

6.52

11.3

18.5

30 .0

47.4

55.0

Sum ber: Ditjen Postel, 20 0 6.

Untuk m em berikan insentif bagi investor, Pem erintah m em berikan
hak eksklusivitas SLJ J kepada PT Telkom sam pai dengan tahun 20 0 5 dan
sam bungan lokal sam pai dengan tahun 20 10 . Untuk PT Indosat hak
esklusivitas penyelenggaraan SLI diberikan sam pai dengan tahun 20 0 4. Pada
tahun yang ham pir bersam aan privatisasi PT Telkom dan PT Indosat,
Pem erintah m engeluarkan lisensi selular bergerak digital GSM untuk PT
Satelindo, PT Telkom sel dan PT Excelcom indo, dan tentu saja pada saat itu
harus bekerjasam a dengan PT Telkom dan PT Indosat. Mem ang sebelum itu
telah ada penyelenggaraan seluler bergerak analog NMT dan AMPS yang
dilaksanakan oleh PT Telkom dengan bekerja sam a dengan pihak swasta
dengan Pola Bagi Hasil (PBH), nam un tidak berkem bang seperti yang
diharapkan.
Dengan

adanya

tiga

izin

penyelenggaraan

seluler

GSM

dan

diizinkannya untuk m elaksanakan aliansi strategis dengan perusahaan kelas
dunia, perkembangan seluler ternyata lebih cepat dan lebih m udah daripada
PSTN dan tum buh m elam paui PSTN. Pada awal tahun 20 0 2, jum lah
pelanggan telepon seluler telah m elebihi jum lah pelanggan telepon PSTN, dan
pada akhir Desem ber 20 0 6 pelanggan seluler telah m encapai 60 juta
sam bungan, dibandingkan dengan PSTN dengan kabel yang tetap jum lahnya
sekitar 9 juta SST saja.

11

UU 36 tahun 1999 tentang telekom unikasi, m engandung sem angat
kom petisi dan m eninggalkan m onopoli, salah satu am anatnya adalah
m elaksanakan term inasi dini bagi eklusivitas PT Telkom dan PT Indosat, serta
pihak swasta yang m enyelenggarakan seluler bergerak dengan PT Telkom
dengan PBH, telah berubah m enjadi perusahaan terpisah dan m em bangun
Selular Digital CDMA.
Untuk m eningkatkan teledensitas, Pem erintah m enerim a usulan para
penyelenggara jaringan tetap lokal untuk m em bangun jaringan Fixed W ireless
Acess (FWA). Hasilnya m em ang nyata, bahwa dalam waktu 3 tahun jum lah
pelanggan FWA telah m encapai lebih dari 6 juta pelanggan. Masalah yang
dihadapi dalam

penyelenggaraan

jaringan

FWA adalah

bahwa FWA

m enggunakan teknologi seluler dan diperbolehkan bergerak sebatas satu kode
area, sehingga penyelenggaraannya m enjadi ham pir sam a dengan seluler
bergerak.
Meskipun jaringan akses tetap dan bergerak telah m encapai 75 juta
pelanggan, nam un ternyata masih banyak desa-desa di Indonesia yang
penduduknya belum m endapatkan akses inform asi, dibandingkan dengan
negara tetangga kita m asih jauh m asih tertinggal.
Secara independen korporasi dan m asyarakat m em bangun jaringan
data yang sanggup m elalui jaringan internet berbasis Internet Protocol (IP).
Dim ulai sekitar tahun 1999-an. J aringan IP m eluas di Indonesia. Meskipun
m erupakan jaringan tersendiri, jaringan IP ini dapat juga diakses oleh PSTN
dan seluler tersebut di atas. Berbeda dengan PSTN dan seluler, jaringan ini
dibangun oleh m asyarakat sendiri m elalui grassroot dari komunitas.
Telekom unikasi teleponi dapat m enggunakan jaringan IP dalam bentuk Voice
over IP (VoIP). Standar session initiated protocol (SIP) adalah standar VoIP
yang paling dom inan saat ini. Perkem bangan internet dipacu dengan
dibebaskannya pita frekuensi 2.4 GHz untuk penggunaan internet. Asalkan
m engikuti pengaturan perangkat yang dipakai dengan daya pancar rendah,
m asyarakat

dapat

m enggunakan

frekuensi

tersebut

cukup

dengan

berkoordinasi dengan sesam a pengguna frekuesi tersebut.
Dem ikian juga perkembangan teknologi akses, baik tetap m aupun
bergerak yang telah diuraikan sebelum nya, juga adalah penggunaan teknologi
Internet Protocol (IP), yang m enjanjikan layanan teleponi dan data m aupun

12

gam bar dengan harga yang sangat m urah. Teleponi m elalui Intenet Protokol
(VoIP), m enjanjikan layanan-layanan telekom unikasi dan inform asi dengan
harga yang sangat m urah. J aringan seluler telah dapat m em berikan berbagai
layanan baru seperti m essaging (SMS) dan bahkan Layanan 3G pada jaringan
seluler telah m enggunakan jaringan IP dengan SIP dapat m enawarkan video,
conference call gam e interactive dan lain-lain. J aringan seluler telah
m enunjukkan betapa pentingnya layanan data, bahkan SMS diperkirakan
telah m enyum bang lebih dari 30 persen pendapatan penyelenggara seluler.
Kita nam akan tahapan pem bangunan PSTN sebagai ”Tahapan Lapis 1”
dan tahapan pem bangunan seluler sebagai ”Tahapan Lapis 2”, m aka
pem bangunan jaringan internet ini sebagai ”Tahapan Lapis 3”. Peluang bisnis
Lapis 1 pada saat ini baru PT Telkom dan PT Indosat yang m em iliki izin
nasional. Sedangkan Lapis 2 terbatas pada beberapa penyelenggara yang
berm odal besar. Akibatnya, sebagian m asyarakat Indonesia hanya bisa
m enjadi pem akai layanan atau karyawan (sebagian kecil) penyelenggara.
Paling sedikit saat ini untuk identifikasi pelanggan ada em pat jenis
penom oran yaitu: (1) nom or telepon lokal – berdasrkan geografis, (2) nom or
seluler bergerak – non geografis dengan prefiks berdasarkan penyelenggara
(3) alam at IP dan (4) user nam e. Nom or telepon terkait dengan alam at
custom er prem ises equipm ent (CPE) sehingga pada dasarnya adalah
identifikasi berbasis alam at lokasi fisik. Nom or seluler adalah nom or pada
SIMcard/ RUIM ponsel sehingga pada dasarnya adalah identifikasi berbasis
SIMcard/ ponsel. Alam at IP adalah identifikasi berbasis hirarki logis jaringan
IP. User nam e adalah identifikasi berbasis registrasi pem akai pada jaringan
IP.
Lim a tahun terakhir, perilaku dan gaya hidup m asyarakat Indonesia
telah m engalam i perubahan yang am at drastis berkenaan dengan cara m ereka
hidup

dan

bertelekom unikasi.

Industri telekom unikasi telah

m ampu

m enunjukkan prestasinya dalam m endorong pertum buhan ekonomi bangsa,
betapa tidak dapat dipungkiri bahwa m asyarakat telah m em anfaatkan layanan
telekom unikasi sebagai bagian utam a dalam m enjalankan roda kehidupan
m ereka baik dalam melakukan usaha, bekerja, sekolah, bahkan m enjadi life
sty le bagi sebagian elem en m asyarakat.

13

Mereka telah m erasakan

m anfaatnya, m ereka telah m enggeser

kebutuhan telekom unikasi m enjadi kebutuhan pokok yang harus m ereka
penuhi dalam m enunjang hari-hari m ereka. Mulai dari perseorangan hingga
perusahaan, dari m asyarakat awam hingga m asyarakat m aju, di desa-desa
hingga ke kota-kota, dari m ulai anak-anak hingga orang tua, dari buruh
hingga para eksekutif, sem ua tidak terkecuali – asal tersedia layanan yang
dibutuhkan, harga perangkat terjangkau, dan punya anggaran untuk
m em bayar layanan.
Kini, Indonesia m em asuki suatu zam an di m ana para sopir dan tukang
pijat m aupun m asyarakat dari kalangan ekonom i lem ah banyak yang
m em peroleh kem udahan usahanya karena SMS, padahal sepuluh tahun yang
lalu m obile phone m asih term asuk dalam barang yang am at m ewah. Kini,
Indonesia m em asuki suatu zam an di m ana pengguna (user) internetnya
diperkirakan 20 juta orang. Mereka m enggunakan internet baik sebagai
sum ber

inform asi

untuk

usaha,

untuk

m em bangun

usaha,

untuk

m elaksanakan pekerjaan, untuk m enghubungan silaturahm i antarkeluarga,
untuk m engisi waktu luang, untuk pendidikan dan berbagi keperluan yang
lain.
Di sam ping hal tersebut di atas, m asyarakat pun m ulai m enggeser cara
pandang m ereka terhadap kebutuhan layanan telekom unikasi. Kalau dahulu
kebutuhan telekom unikasi didom inasi oleh layanan telepon, sekarang m ereka
telah m em andang telepon, SMS, dan internet secara berurutan sebagai tiga
prioritas utam a m ereka dalam bertelekom unikasi1. Bahkan bagi sebagian
orang, telepon telah ditinggalkan dan m ereka beralih ke SMS sebagai prioritas
pertam a dalam berkom unikasi dengan sesam a dengan berbagai alasan yang
m elatarbelakanginya– seperti m ahalnya tarif telepon, lebih privat, lebih
ekonom is, lebih fleksibel, dan lain-lain 1.
Kebutuhan akan layanan telekom unikasi akan terus berkem bang,
sebagian m asyarakat telah m enunjukkan aw areness dan ketertarikannya
pada

layanan-layanan

m obile data

dan

broadband. Layanan

m usic

dow nloading, SMS based content, e/ m banking, serta personalisasi term asuk
layanan-layanan yang paling dim inati2 . Sedangkang high speed internet,
1

SHARING VISIONTM, Churn Survey, Agustus 2006

14

podcasting, video m essaging, dan video phone term asuk layanan-layanan
yang dinantikan 2 .
Layanan

yang cepat, m urah, berkualitas, dan

beragam

sesuai

kebutuhan yang diinginkan benar-benar telah m enjadi penantian m ereka
dalam era telekom unikasi ke depan. Nam un dem ikian, sudahkan industri
telekomunikasi telah melakukan yang terbaik untuk para pelanggannya?
Sudahkah m asyarakat m erasa puas dengan layanan yang diterim a?
Beberapa data yang berkaitan dengan kepuasan pelanggan, m asih
banyak di sana-sini yang m enyatakan kekecewaan m ereka akan layanan
telekomunikasi yang m ereka terim a, antara lain: mahalnya tarif layanan,
sistem pentarifan yang tidak jelas, sinyal yang lem ah, jangkauan terbatas,
kecepatan akses internet yang rendah, SMS yang tidak terkirim , custom er
service, serta m iskin aplikasi3 . Keluhan-keluhan m asyarakat luas akan
kurangnya transparansi tagihan telekom unikasi, atau bagaim ana seorang
pelanggan

harus m em bayar

am at

m ahal yang tidak sesuai dengan

penggunaannya, atau bahkan dikenakan biaya untuk layanan (m isal: layanan
SMS religius) yang m ereka dijadikan pelanggan secara paksa oleh operator
yang bersangkutan dan berbagai keluhan lain sering m engisi berbagi
m ultim edia.
Ketika m asyarakat m enginginkan layanan yang lebih m urah, cepat,
berkualitas dan beragam sesuai kebutuhan, siapa yang akan m enjam in
terciptanya layanan ini? Ketika m asyarakat tidak puas dengan layanan yang
m ereka terim a, sedangkan m ereka telah m em bayar layanan itu, siapa yang
harus m em bela kepentingan ini? Ketika sebagian dari m asyarakat sam a sekali
tidak terjangkau dengan akses inform asi, siapa yang akan m enjam in bahwa
dalam waktu dekat akan m endapatkan akses inform asi.
Di sini, kita m engam ati suatu paradoks: di satu sisi penetrasi layanan
telekom unikasi di Indonesia tum buh secara eksponensial, di sisi lain tidak ada
pihak yang m enjam in kualitas layanan telekom unikasi m aupun pem erataan
bagi m asyarakat Indonesia, padahal ketergantungan m asyarakat Indonesia
pada berbagai layanan telekom unikasi m enjadi sedem ikian tinggi. Oleh
karena itu, diperlukan kajian revisi undang-undang yang m em pertim bangkan
2
3

SHARING VISIONTM, Boadband Survey, Juni 2006
SHARING VISIONTM, The Most Demanded Content Survey, Oktober 2006

15

(secara m enyeluruh dan kom prehensif) paradoks dalam pertum buhan
penerim aan dan penggunaan layanan telekom unikasi di Indonesia ini,
terlebih untuk tahun-tahun ke depan. Dengan undang-undang ini diharapkan
perlindungan pada pelanggan sem akin kuat, nam un di sisi lain juga dibarengi
dengan industri telekom unikasi yang m elayaninya juga akan tum buh lebih
pesat lagi.
2 .1.2 . Ke p e n tin gan N as io n al
Era konvergensi com m unication, com puter, and contents (3-C)
m endorong proses globalisasi layanan telekom unikasi dan inform asi. Ini akan
m em percepat borderless w orld (dunia tanpa batas) 4 . Era konvergensi akan
m endorong ketanpabatasan dalam inform asi, industri, investasi & individual
custom ers (4-I). Akan terjadi tarik-m enarik dalam 4-I ini antara kepentingan
nasional dan kepentingan pihak-pihak lain dalam dunia global.
Kepentingan

nasional m eliputi hal-hal yang diam anatkan

oleh

konstitusi (UUD 1945) seperti kem akm uran dan keadilan, kecerdasan
m asyarakat, pertahanan, keam anan dan lain-lain serta juga harus m elihat
kondisi ekonom i di Indonesia yang m asih m em prihatinkan saat ini.
Kepentingan global diwakili oleh korporasi-korporasi yang akan m em asuki
pasar Indonesia, pelanggan-pelanggan layanan 3-C dari dunia global yang
m enjadi

pelanggan

operator

3-C

di

Indonesia,

kepentingan

politik

pem erintahan negara-negara asing, dan lain-lain.
Dalam bidang inform asi m isalnya, kepem ilikan asing dalam industri
telekom unikasi nasional m em ungkinkan pihak-pihak asing m engetahui aliran
inform asi, aliran uang (dalam transaksi perbankan dan finansial), aliran
barang (yang terdata dalam sistem informasi pelabuhan, sistem informasi
pelabuhan udara), perpindahan orang-orang dari satu kota ke kota lain.
Kepem ilikan

asing dalam

industri 3-C juga

m em ungkinkan

m ereka

m engetahui hal-hal yang m enjadi rahasia negara. Pem erintah sem estinya
m em iliki klasifikasi inform asi yang jelas yang berlaku secara nasional. Harus
jelas inform asi apa yang harus diproteksi, dan apa yang tidak perlu diproteksi
dan

4

bagaim ana

tingkatan

proteksinya.

Undang-undang

sem estinya

Meminjam istilah Kenichi Ohmae

16

m elindungi ketahanan negara dan bangsa serta privasi para penduduknya
agar tidak diketahui dengan m udah oleh pihak-pihak asing.
Dalam bidang industri m isalnya, industri global akan berhadapan
langsung dengan industri nasional, baik untuk skala korporasi besar m aupun
perusahaan-perusahaan kecil. Bila deregulasi diarahkan ke persaingan bebas
global, m aka Indonesia sebagai salah satu m arketplace akan dikuasai oleh
kekuatan korporasi global. Undang-undang sem estinya m enjaga kaidah fairtrade, sehingga industri nasional dalam 3-C juga m aju, juga sm all m edium
and m icro enterprises (SMME) dalam 3-C. Bagaim ana m engatur suasana
persaingan yang kondusif, w in-w in dan tidak saling m em atikan antara
industri nasional dan para pem ain asing yang m asuk m enjadi suatu
pertim bangan utam a.
Bagaim ana perlindungan pelanggan individual (individual custom ers)
dalam negeri yang akan m enjadi pelanggan operator asing dalam berbagai
layanan 3-C dan sebaliknya bagaim ana perlindungan individual custom ers
luar negeri yang akan m enjadi pelanggan operator nasional m enjadi agenda
yang perlu juga diperhatikan dan diatur dalam undang-undang.
2 .1.3 . Pe rlu n ya Pe ru bah an Te rh ad ap U n d an g-U n d an g N o . 3 6
Tah u n 19 9 9 te n tan g Te le ko m u n ikas i
Tiga hal utam a m endorong perlunya revisi UU 36/ 1999. Pertam a
peningkatan peran telekom unikasi dalam kehidupan m asyarakat yang kurang
diim bangi dengan perangkat hukum yang m elindungi m asyarakat sebagai
pelanggan.

Kedua,

perkem bangan

teknologi

konvergensi

yang

siap

m endukung peningkatan perang telekom unikasi ini dan m em perkaya (enrich)
kehidupan

m asyarakat

Indonesia

nam un

juga

berpotensi

untuk

m engakibatkan chaos dalam dunia telekom unikasi, teknologi inform asi dan
dunia penyiaran di Indonesia. Ketiga, tarik m enarik dan trade-off antara
kepentingan nasional dan kepentingan global dalam dunia tanpa batas
(borderless w orld) yang akan sem akin diperkuat intensitas kehadirannya
dengan perkembangan era konvergensi.
Sem angat utam a revisi sem estinya adalah m enjaga harm onisasi antara
kepentingan

m asyarakat

banyak dan

industri telekom unikasi, antara

kem ajuan teknologi konvergensi dengan kebutuhan m asyarakat akan layanan

17

3-C yang m urah, andal, am an dan berkualitas juga antara kepentingan
nasional dengan global. Dengan m enjaga harm onisasi ini, diharapkan
Indonesia ke depan segera akan m encapai ”Teknologi Kom unikasi dan
Inform asi (TKI) untuk sem ua” secara berkelanjutan (sustainable) yang pada
gilirannya

akan

m endukung

kem ajuan

m asyarakat

Indonesia

secara

keseluruhan.
Harapan ke depan UU yang baru haruslah m enjadikan jaringan
teknologi inform asi dan kom unikasi sebagai platform pem bangunan sosioekonomi kom unitas, term asuk kom unitas perdesaan dan yang tertinggal.
Dengan kata lain, sistem telekom unikasi nasional bukan lagi sektor tersendiri
tapi

platform

untuk

pem bangunan

ekonom i

dan

sosial

kom unitas.

Masyarakat harus m enjadi lebih produktif, kreatif, dan cerdas, bukan sem atam ata konsum tif. Oleh karena itu, sektor ini harus m enjadi hidup (vibran) dan
terbuka

bagi sem ua

untuk berpartisipasi m em bangun

ekonom i dan

peruntungan usaha.
UU ini harus dapat m em bangun siklus interaksi yang m em bangun
antara pengguna, operator, regulator, industri peralatan, dan riset teknologi
nasional. Indikator utam a untuk dasar regulasi bergeser pada efektivitas
pem bangunan ekonom i dan interaksi sosial kom unitas, serta luasnya
cakupan. Selain itu, indikator m illenium developm en goals, kem ajuan
industri dan riset nasional perlu m enjadi indikator yang m endasari regulasi.
UU yang baru perlu m em andang sistem telekom unikasi sebagai interaksi
empat

kom ponen

layanan:

(1)

penyelenggara

layanan

jaringan,

(2)

penyelenggara layanan interkasi/ aplikasi/ konten, (3) penyelenggara layanan
pengem as (packaging), dan (4) penyelenggara custom er services/ support.
Seorang pengguna m em beli berbagai layanan dari service providers secara
terpadu m elalui pengem as yang disalurkan m elalui jaringan. Dengan
dem ikian UU kom patibel dengan pendekatan service oriented architecture.
UU diharapkan dapat m enem puh Strategi Tiga Lapis, di m ana Lapis 3
adalah jaringan berbasis IP, m elengkapi Lapis 1 – PSTN dan Lapis 2 Seluler.
Lapis 3 ini perlu m endapat tem pat dalam UU yang baru. Lapis 3 ini adalah
tem pat di m ana seluruh lapisan m asyarakat diberi kesem patan dan peluang
terlibat untuk m enjadi pem ilik dan operator jaringan, jasa aplikasi, jasa
packaging, dan jasa layanan pelanggan. Lapis 1 dan 2 diperkirakan akan

18

m enjangkau sam pai 10 0 juta penduduk, dan Lapis 3 dim aksudkan untuk
m enjangkau 150 juta sisanya.
Dalam m elaksanakan perubahan UU no 36 Tahun 1999 tentang
telekomunikasi dikaitkan dengan perkem bangan konvergensi telem atika
dapat ditem puh m elalui tiga alternatif sebagai berikut.
a. Undang-undang Telekom unikasi, Undang-undang Penyiaran
dan Undang-undang Inform asi dan Transaksi Elektronik/ ITE
(yang saat ini m asih m erupakan RUU) disatukan m enjadi satu
Undang-undang.
b. Undang-undang Telekom unikasi, Undang-undang Penyiaran
dan Undang-undang Inform asi dan Transaksi Elektronik/ ITE
tetap

terpisah,

nam un

sudah

sejalan

dan

sudah

diharm onisasikan.
c. Undang-Undang Telekom unikasi dan Penyiaran m enjadi satu
Undang-undang dan RUU-ITE , yang saat ini sedang dibahas di
DPR tetap berdiri sendiri.
2 .2 .

Sp irit d an Prin s ip
Spirit dan prinsip yang m enjadi landasan dalam perubahan undang-

undang ini adalah sebagai berikut.
1.

Mendukung dan m em fasilitasi konvergensi telekom unikasi, teknologi
inform asi, dan penyiaran.

2.

Harus ada proteksi untuk kepentingan Negara, keam anan, persatuan
dan ketahanan nasional dem i keberlanjutan kehidupan bangsa.

3.

Harus sejalan dengan UUD 1945 serta am andem ennya.

4.

Mengejawantahkan tujuan strategis (strategic goals) sebagai berikut.
a. Sem akin m urah, sem akin berkualitas.
b. Penyebaran yang m erata.
c. Meningkatnya

produksi

dom estik

dan

partisipasi

swasta

dom estik.
d. Meningkatkan ketahanan nasional.
e. Penggunaan IT secara efektif dan bijak.
5.

Menciptakan kerangka regulasi dan perizinan dalam m endukung
kebijakan nasional dalam era kovergensi, m em beri tem pat jaringan

19

berbasis IP, dan peluang usaha bagi seluruh m asyarakat untuk m enjadi
pem ilik m aupun penyelenggara jaringan/ jasa telekom unikasi.
6.

Menciptakan hubungan yang saling m endukung antara pengguna
telekom unikasi,

Pem erintah

(penetap

kebijakan/ regulator),

penyelenggara, produsen alat/ perangkat telekom unikasi dan riset
teknologi nasional.
7.

Menciptakan iklim kom petisi yang sehat dengan pengaturan yang baik.
Menjam in terjadinya hubungan ”any to any connection” antarsemua
pelanggan telekom unikasi dari sem ua penyelenggara mana pun.

8.

Mendukung penyediaan akses telekom unikasi (jaringan, jasa dan
ketersam bungan) untuk sem ua m asyarakat sejalan dengan m otto
”Teknologi Inform asi dan Kom unikasi (TIK) untuk sem ua”

9.

Mendukung kegiatan m asyarakat dalam rangka peningkatan kualitas
kerja dan kreativitas m asyarakat

10 .

Mem bangun telekom unikasi, penyiaran dan teknologi informasi dalam
m eningkatkan kualitas dan peran pendidikan dan kesehatan.

11.

Meningkatkan kualitas sum berdaya m anusia dalam industri yang
konvergen .

12.

Mendukung riset nasional dari dunia pendidikan dan industri.

13.

Menciptakan good governance m enuju ke arah clean society .

14.

Meningkatkan

budaya

daerah

dan

nasional serta

m em bangun

karakterbangsa.
15.

Menjam in kepentingan atau m anfaat jangka panjang bagi pengguna
(for the long term benefit of end users)

16.

Meningkatkan

percaya

diri

konsum en

terhadap

layanan

telekom unikasi, penyiaran, dan teknologi inform asi.
17.

Mendukung peningkatan industri dalam negeri term asuk industri
m ikro, kecil, dan m enengah.

18.

Mejam in penyediaan berbagai layanan telekom unikasi, penyiaran dan
teknologi inform asi yang berkualitas dengan harga relatif terjangkau.

19.

Meningkatkan

m inat

konsum en

untuk

m enggunakan

layanan

telekom unikasi, penyiaran dan teknologi inform asi dalam kualitas yang
berbeda.

20

20 .

Menciptakan regulasi yang m elindung konsum en terkait jenis layanan,
tarif, kualitas layanan, dan m em berikan jam inan penyelesaian keluhan
konsum en dengan adil.

21.

Penggunaan sum ber daya terbatas (frekuensi radio dan penom oran)
secara efisien.

22.

Penggunaan sum ber daya nasional (penggunaan m enara bersam a,
kerja sam a roam ing dom estik, kerjasam a antardepartem en), dan aset
nasional lainya (sum ber daya m anusia, perm odalan) secara efisien.

23.

Menjam in keam anan (security ) jaringan telekom unikasi, penyiaran
dan teknologi inform asi yang berkualitas

24.

Menciptakan

pengaturan

yang

m endukung

keandalan

jaringan

m engingat banyaknya bencana alam . J aringan telekom unikasi harus
andal dalam m em berikan inform asi bencana, early w arning sy stem ,
penanganan darurat, dan sinyal distress pada polisi, am bulan, dan
pekerja m edis.
25.

Medukung iklim yang terbuka (openness), adil (fair) dan tidak
diskrim inasi

(non-diskriminatif)

dalam

m engakses

jaringan

telekom unikasi.
26.

Mendukung interoperabilitas alat atau perangkat telekom unikasi,
penyiaran dan teknologi inform asi.

27.

Pem bagian kewenangan, peran, dan tugas yang jelas antara pem buat
kebijakan dan regulator.

28.

Menciptakan pengaturan yang m enerapkan sanksi adm inistrasi bagi
para

penyelenggara

telekom unikasi,

penyiaran

dan

teknologi

inform asi.
29.

Mendukung penegakan hukum (law enforcem ent) yang tegas dan
lugas.

30 .

Mem buat pengaturan m engenai m erger dan akusisi penyelenggara
yang tak m enyebabkan anti kom petisi.

31.

Menggalakan

investasi

dalam

penyelenggaraan

telekom unikasi,

penyiaran dan teknologi inform asi.
32.

Menjam in perlindungan atas kerahasiaan inform asi dalam kom unikasi
dengan m em pertim bangkan kepentingan penegakan hukum sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

21

33.

Menjam in penyaluran konten yang bertanggung jawab.

22

BAB III
TEKN OLOGI, IN D U STRI D AN KON VERGEN SI

3 .1.

Pe rke m ban gan Te kn o lo gi d an Tan tan gan Re gu las i
Perkem bangan teknologi telekom unikasi bergerak (m obile) sangat

cepat, hal ini dapat ditinjau dalam beberapa dekade belakangan ini telah
terjadi perpindahan dari penggunaan teknologi yang m enggunakan kabel
(w ired)

m enjadi

teknologi

yang

berbasis

nirkabel

(w ireless).

Pada

penggunaan teknologi nirkabel itu sendiri m asih terus berkem bang yang
bergerak ke arah teknologi yang lebih canggih dengan kem am puan yang lebih
besar dalam m em berikan kem udahan-kem udahan bagi setiap pengguna
dalam m enjalankan segala aktivitas pekerjaannya sehari-hari. Ada pun
perkem bangan teknologi nirkabel/ bergerak dapat dirangkum sebagai berikut.
1.

Ge n e ras i Pe rtam a ( 1-G)
Dalam generasi ini m elalui Nordic Mobile Telephone (NMT) dan

Analog Mobile Phone System (AMPS) yang m enggunakan teknologi analog,
terdapat beberapa kelem ahan seperti teknologi ini m em iliki kecepatan rendah
(low -speed) dan pada penggunaannya hanya cukup untuk suara saja. Sebagai
contoh pada AMPS yang bekerja pada pita frekuensi 8 0 0 MHz dan
m enggunakan m etode akses Frequency Division Multiple Access (FDMA).
Dalam FDMA, user dibedakan berdasarkan frekuensi yang digunakan di m ana
setiap pengguna m enggunakan kanal sebesar 30 KHz. Ini berarti tidak boleh
ada dua user yang m enggunakan kanal yang sam a baik dalam satu sel
m aupun sel tetangganya. Oleh karena itu, AMPS akan m em butuhkan alokasi
frekuensi yang besar.
2.

Ge n e ras i ke d u a ( 2 -G)
Generasi ini ditandai dengan perpindahan penggunaan teknologi yang

sebelum nya m enggunakan teknologi analog m enjadi teknologi digital. Ada
beberapa keunggulan m enggunakan teknologi digital dibandingkan dengan
analog seperti kapasitas yang besar, sistem keam anan yang lebih baik dan
layanan yang lebih beragam . Pada generasi ini m uncul penggunaan teknologi
Global System for Mobile Com m unications (GSM) yang menggunakan

23

teknologi akses gabungan antara FDMA dan TDMA yang awalnya bekerja
pada frekuensi 90 0 MHz. Teknologi GSM sam pai saat ini paling dom inan
digunakan di dunia dan juga di Indonesia. Salah satu keunggulan dari GSM
adalah kem am puan roam ing yang luas sehingga dapat digunakan di berbagai
negara.
Selain teknologi GSM, dalam generaasi kedua ini juga m uncul
teknologi Code Division Multiple Access (CDMA-One) yang m erupakan
standar yang dikeluarkan oleh Telecom munication Industry Association
(TIA). Dalam CDMA, seluruh user m enggunakan frekuensi yang sam a dalam
waktu yang sam a. Oleh karena itu, CDMA lebih efisien dibandingkan dengan
m etoda akses FDMA m aupun TDMA. CDMA m enggunakan kode tertentu
untuk m em bedakan user yang satu dengan yang lain. Ada beberapa
keunggulan teknologi CDMA dibandingkan dengan GSM seperti suara yang
lebih jernih, kapasitas yang lebih besar, dan kem am paun akses data yang
lebih

tinggi. Meskipun

secara teknologi CDMA 20 0 0 -1x lebih

baik

dibandingkan dengan GSM akan tetapi kehadiran CDMA ternyata tidak
m em buat pelanggan GSM berpaling ke CDMA..
3.

Ge n e ras i ke D u a Se te n gah ( 2 ,5-G)
Antara generasi kedua dan generasi ke-3, sering disisipkan Generasi

2,5 yaitu digital, kecepatan m enengah (hingga 150 Kbps). Teknologi yang
m asuk kategori 2,5-G adalah layanan berbasis data seperti General Packet
Radio Service (GPRS) yang lebih ditujukan untuk akses internet yang lebih
fleksibel di m ana saja dan kapan saja dan Enhance Data rate for GSM
Evolution (EDGE) pada dom ain GSM serta Packet Data Network (PDN) pada
dom ain CDMA. Teknologi EDGE dan PDN ini m em iliki kecepatan akses data
dengan teknologi ini m encapai 3-4 kali kecepatan yang didapat di GPRS.
4.

Ge n e ras i ke Tiga ( 3 G)
Secara umum , ITU-T, sebagaim ana dikutip oleh FCC m endefinisikan 3-

G sebagai sebuah solusi nirkabel yang bisa m em berikan kecepatan akses
sebagai berikut.
a. Sebesar 144 Kbps untuk kondisi bergerak cepat (m obile).
b. Sebesar 384 Kbps untuk kondisi berjalan (pedestrian).

24

c. Sebesar 2 Mbps untuk kondisi statik di suatu tem pat.

Pada saat ini ada dua cabang dari pengem bangan 3-G, yaitu dari sisi
GSM yang dipelopori oleh 3-G Partnership Project (3GPP) dan CDMA yang
dipelopori oleh 3-G Partnership Project 2 (3GPP2). Kedua teknologi tidak
kom patibel dan sesungguhnya saling berkom petisi.

Gam bar 3 .1 Proses pengembangan teknologi nirkabel

Salah satu alasan m engapa layanan 3G dapat m em berikan throughput
yang lebih besar adalah karena penggunaan teknologi spektrum tersebar yang
m em ungkinkan data m asukan yang hendak ditransim isikan disebar di
seluruh spektrum frekuensi. Selain m endapatkan pita lebar yang lebih besar,
layanan berbasis spektrum tersebar jauh lebih am an daripada tim e slot dan
atau frequency slot.
J aringan 3G tidak m erupakan upgrade dari 2G, operator 2G yang
berafiliasi dengan 3GPP perlu untuk m engganti banyak kom ponen untuk bisa
m em berikan layanan 3G, m eskipun sistem tersebut saling kom patibel dan
beroperasi bersam aan. Sedangkan operator 2G yang berafiliasi dengan
teknologi 3GPP2 lebih m udah dalam upgrade ke 3G karena berbagai netw ork
elem ent nya sudah didesain untuk ke arah layanan nirkabel pita lebar
(broadband w ireless).
Salah satu contoh layanan yang paling terkenal dalam 3G adalah video
call di m ana gam bar dari lawan bicara dapat dilihat dari handset 3G. Layanan
lain adalah, video conference, video stream ing, baik untuk Live TV m aupun
video portal, video m ail, PC to m obile, serta internet brow sing.
Sebelum kehadiran 3G, diprediksikan akan terjadinya perkem bangan
signifikan terhadap sistem telekom unikasi seluler. Keunggulan utam a 3G

25

adalah pada kem am puannya m engirim kan data per detik yang lebih besar
dari generasi kedua (2G) m aupun 2,5 G. Misalnya WCDMA (w ide code
division m ultiple access) yang m am pu m engirim data 2 Mbits per detik,
bandingkan dengan GSM yang hanya m am pu m engirim kan data 9,6 Kbits per
detik.
Tidak m engherankan jika begitu banyak operator seluler di seluruh
dunia yang m engajukan lisensi. Eforia akan hadirnya teknologi seluler yang
lebih m enjanjikan dibanding pendahulunya ini m em buat para operator
m enghabiskan jutaan hingga m ilyaran dolar untuk biaya lisensi. Seperti
Singapura yang m engeluarkan dana USD 173 juta, Inggris dengan lim a lisensi
senilai USD 35,56 m ilyar, Australia dengan USD 580 juta, Denm ark
m engeluarkan USD 472 juta, Prancis dengan USD 524 juta, Hong Kong USD
2,23 m ilyar, serta Korea Selatan m enghabiskan USD 3,3 m ilyar.
Kem udian, terjadi perkem bangan sebaliknya. Biaya investasi yang
cukup tinggi m em buat para operator berniat m engem balikan lisensinya.
Apalagi dengan m elihat kem ajuan pelanggan yang berhasil diperoleh,
kekecewaan m enyelim uti sejum lah operator dengan daya serap teknologi ini
yang tidak sesuai dengan harapan. Kendala penetrasi 3G adalah persoalan
beban biaya yang kem udian m enjadi beban konsum en. Harga layanan 3G dan
juga handset yang m endukung teknologi ini m asih begitu m ahal. Tidak hanya
itu, saat ini juga sedang ram ai diangkat ke perm ukaan m engenai royalti yang
harus dibayar operator dan vendor kepada pem ilik hak atas kekayaan
intelektual 3G.
Akibatnya, banyak proyek-proyek 3G yang kem udian dihentikan atau
paling tidak ditunda. Alasannya jelas, return of investm ent (ROI) sulit
dikalkulasi. Sebab jika tidak begitu, m aka kerugian yang diderita akan makin
banyak. Mem ang tidak dapat disangkal bahwa 3G juga sukses lewat operator
J epang NTT DoCoMo serta KDDI yang di tahun ini m encapai 30 juta
pelanggan. Hanya saja, laporan Research Allied Business Intelligence (ABI)
tetap berkeyakinan bahwa perkem bangan 3G sulit diprediksi. Banyak kendala
di m asa depan yang harus dihadapi. Selain itu, penggunaan jaringan 3G juga
akan dipengaruhi teknologi GPRS, EDGE dan Wi-Fi serta WiMAX

26

5.

W iMax, 4 -G, FMC d an N GN
Bersamaan dengan hadirnya 3G, berdasar set standar nirkabel 80 2.16,

WiMax diprom osikan sebagai peningkatan yang signifikan, baik berdasar
fungsi m aupun harga, dari m ahalnya sistem akses pita lebar tanpa kabel
(broadband w ireless access). Karena m em ungkinkan transm isi pita lebar
dengan jangkauan puluhan kilom eter, WiMax dapat dikatakan m engancam
posisi 3G, bahkan 4G. WiMax akan berkom petisi dengan m enyediakan lebar
pita yang sama pada 20 10 .
Untuk Indonesia,