UPAYA PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

UPAYA PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

Yelia Natasya Winstar dan Devie Rachmat Ali Hasan R Fakultas Hukum Universitas Lancang Kuning Pekanbaru Riau

Email: yelia_natasya@yahoo.com dan devie.not@gmail.com

Astract: The Fiduciary Act should provide legal protection of the parties and legal certainty, but on the other hand there are still some weaknesses of the Fiduciary Act. This paper analyzes the weaknesses of Act Number 42 Year 1999 on Fiduciary and the need for revising the Act. The type of research is a normative legal research or library which includes a study of the principles of law and the systematics of law. The research uses the statute approach and the conceptual approach. Based on the analysis it can be concludde that it requires to revise the Fiduciary Act. Legislators should produce the law not only ensuring the legal certainty but they also can provide the law presenting justice and prosperity for the people. Revision of the Fiduciary Act is expected to provide maximum protection to the people who use the fiduciary as a guarantee agency; so that the justice will be obtained by the people to create a conducive atmosphere in the economy to increase the prosperity for them.

Keywords: Revision and Fiduciary Act

Abstrak: Undang-Undang Jaminan Fidusia seharusnya memberikan perlindungan hukum para pihak dan kepastian hukum, namun di sisi lain masih terdapat beberapa kelemahan dari Undang-Undang Jaminan Fidusia . Tulisan ini menganalisis kelemahan-kelemahan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia dan perlunya Pembaruan terhadap Undang-Undang tersebut. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif atau kepustakaan yang mencakup penelitian terhadap asas-asas hukum dan penelitian terhadap sistematika hukum. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach). Berdasarkan hasil analisis penulis dapat menyimpulkan bahwa sudah waktunya Undang-Undang Jaminan Fidusia dilakukan perubahan. Pembentuk undang-undang seharusnya menghasilkan suatu undang-undang yang tidak saja memberikan jaminan kepastian hukum tetapi undang-undang yang dapat memberikan rasa keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat. Perubahan Undang-Undang Jaminan Fidusia diharapkan akan memberikan perlindungan maksimal kepada masyarakat yang menggunakan jaminan fidusia sebagai lembaga penjaminan sehingga keadilan akan dapat diperoleh masyarakat hingga tercipta suasana yang kondusif dalam perekonomian hingga meningkatkan kemakmuran rakyat.

Kata kunci: Perubahan dan Undang-Undang Jaminan Fidusia

Yelia Natasya W dan Devie Rachmat A H R, Upaya Perubahan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999.....

Pendahuluan

kreditur harus berpegang teguh terhadap Bidang hukum yang meminta per-

prinsip kehati-hatian. Pemberian kredit hatian serius dalam pembinaannya sehu-

yang sebagian besar pengembaliannya di- bungan dengan pembangunan ekonomi

lakukan dengan cara mengangsur, mem- Indonesia di antaranya adalah bidang

butuhkan instrumen hukum yang mampu hukum jaminan. 1 Hukum jaminan yang

melindungi kreditur maupun debitur. tergolong dalam bidang hukum ekonomi

Oleh karena itu, jaminan merupakan sya- (the economic law), mempunyai fungsi

rat yang selalu dimintakan oleh kreditur sebagai penunjang kegiatan perekono-

kepada debitur untuk memberikan kepas- mian dan kegiatan pembangunan pada

tian pengembalian dari piutangnya terse- umumnya. Hukum jaminan memiliki ka-

but.

itan yang erat dengan bidang hukum ben- Kebutuhan kredit bagi pengusaha

da, yang prakteknya sering digunakan sangat besar untuk menghidupkan usaha- dalam lembaga keuangan bank dan lem-

nya, sedangkan rata-rata pedagang kecil baga keuangan non bank. Ada beberapa

pengecer, pedagang menengah, pedagang jaminan kebendaan yang dikenal dalam

grosir tidak memiliki tanah untuk dija- hukum jaminan. Pertama adalah dalam

minkan dengan hipotik. Perbedaan antara bentuk gadai, kedua adalah dalam bentuk

kedua pengusaha dan pedagang sangat hipotek yang telah dirubah kedalam hak

besar dalam perolehan kredit dari lem- tanggungan, ketiga adalah hak tanggung-

baga perbankan. Adanya lenbaga gadai an yang diatur dalam Undang-undang No

sebagai penjaminan benda bergerak tidak

4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. yang terakhir adalah jaminan fidusia,

Syarat inbezitstelling dalam pemberian yang diatur dalam Undang-Undang No-

gadai dirasakan pemberi gadai sebagai mor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fi-

syarat yang sangat memberatkan. dusia (yang selanjutnya disebut dengan

Syarat inbezitstelling adalah sya- Undang-Undang Jaminan Fidusia).

rat yang mewajibkan kepada pemberi ga- Sudah 16 tahun semenjak Un-

dai wajib menyerahkan benda gadai ke- dang-Undang Jaminan fidusia disahkan

pada penerima gadai, yang mana syarat pada tanggal 30 September 1999 belum

ini mengandung banyak kekurangan dan tampak adanya upaya untuk amandemen

tidak memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap Undang-Undang Jaminan Fidu-

dan tidak dapat mengikuti perkembangan sia akan dilakukan. Jaminan Fidusia ada-

masyarakat. Terlebih lagi jika benda-ben- lah jaminan benda bergerak yang lahir

da yang menjadi tanggungan tersebut me- dari adanya kebutuhan yang sangat besar

rupakan alat-alat penting untuk mata pen- dari masyarakat Indonesia terhadap kre-

caharian sehari-hari seperti bis bagi per- dit. Perjanjian kredit bank ataupun per-

usahaan angkutan, alat-alat rumah makan janjian pembiayaan dan utang piutang

dan sebagainya, dimana yang berutang adalah perjanjian yang memiliki resiko

disamping memerlukan kredit tapi masih yang sangat besar. Pemberian kredit oleh

tetap membutuhkan untuk tetap memakai benda-benda tersebut. Untuk mencari ja-

1 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 1980, Hukum

lan keluar dari kebutuhan ini maka lahir-

Jaminan di Indonesia Pokok-pokok Hukum Ja- minan dan Jaminan Perorangan , Yogyakarta: Liberty, hal. 1.

Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 2 November 2015 : 147-164

lah penjaminan fidusia melalui Undang- an. Sri Soedewi Masjhoen Sofwan me- Undang Jaminan Fidusia.

ngemukakan bahwa hukum jaminan ada- Setelah dikeluarkannya Undang-

lah mengatur konstruksi yuridis yang me- Undang Jaminan Fidusia, dunia jaminan

mungkinkan pemberian fasilitas kredit, fidusia semakin menarik perhatian para

dengan menjaminkan benda-benda yang pelaku bisnis pembiayaan dan kalangan

dibelinya sebagai jaminan. Peraturan de- perbankan. Hal ini dkarenakan semula

mikian harus cukup meyakinkan dan hanya berdasarkan yurisprudensi yang ti-

memberikan kepastian hukum bagi lem- dak memberikan perlindungan hukum

baga-lembaga kredit, baik dari dalam ne- bagi para pihak dan diharapkan pada saat

geri maupun luar negeri. Adanya lembaga dikeluarkannya Undang-undang tersebut

jaminan dan lembaga demikian, kiranya lebih memberikan perlindungan hukum

harus dibarengi dengan adanya lembaga para pihak dan kepastian hukum, namun

kredit dengan jumlah besar, dan jangka di sisi lain masih terdapat beberapa kele-

waktu yang lama dan bunga yang relatif mahan dari 2 Undang-Undang Jaminan Fi- rendah.

dusia tersebut, yang kurang memberikan Hukum jaminan erat sekali de- perlindungan hukum dan kepastian hu-

ngan hukum benda. Buku II KUH Per- kum. Sehingga dirasakan belum sepenuh-

data memberikan pengertian umum me- nya terwujud sebagaimana dalam politik

ngenai penjaminan. Pasal1131 KUH Per- hukum Undang-Undang Jaminan Fidusia.

data menyatakan bahwa “Segala keben- Bertitik tolak dari uraian di atas,

daan si berutang, baik yang bergerak maka masalah yang diangkat dalam tulis-

maupun yang takbergerak baik yang su- an ini adalah: kelemahan-kelemahan Un-

dah ada maupun yang baru akan ada di dang-Undang Nomor 42 Tahun 1999

kemudian hari menjadi tanggungan untuk tentang Jaminan Fidusia; serta tentang

segala perikatan perseorangan”. perlunya Pembaharuan terhadap Undang-

Hukum jaminan membedakan ja- Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang

minan menjadi 2, yaitu jaminan perorang- Jaminan Fidusia. an dan jaminan kebendaan. Perbedaan ke-

Jenis penelitian yang digunakan dua jaminan itu dapat diuraikan sebagai adalah penelitian hukum normatif atau

berikut:

kepustakaan yang mencakup penelitian

a. Jaminan Perorangan terhadap asas-asas hukum dan penelitian

Menurut R. Soebekti jaminan per- terhadap sistematika hukum. Pendekatan

orangan adalah suatu perjanjian antara dalam menyusun penelitian ini menggu-

seorang Kreditur dengan seorang ketiga, nakan pendekatan perundang-undangan

yang menjamin dipenuhinya kewajiban (statute approach) dan pendekatan kon- 3 kewajiban debitur. Perjanjian penang-

septual (conceptual approach). gungan hutang (borgtoch) diatur dalam Pasal 1820 sampai Pasal 1850 KUH Per-

Pembahasan

data.

Pengertian Jaminan pada Umumnya

b. Jaminan Kebendaan Istilah Jaminan berasal dari kata

2 Jamin yang berarti tanggung, sehingga ja- Ibid., hal. 5.

3 R. Soebekti, 1982, Jaminan-Jaminan untuk

minan dapat diartikan sebagai tanggung-

Pemberi Kredit menurut Hukum Indonesia, Cetakan 10, Bandung: Alumni, hal. 25.

Yelia Natasya W dan Devie Rachmat A H R, Upaya Perubahan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999.....

Jaminan kebendaan adalah jamin- kreditur tersebut mendapatkan pelunasan an yang mempunyai hubungan langsung

secara proporsional sesuai besar utang- dengan benda tertentu. Jaminan ini selalu

nya, sedangkan pada jaminan khusus, mengikuti bendanya, kemana pun benda

kreditur separatis memiliki hak istimewa tersebut beralih atau dialihkan, serta da-

(privilege), karena memiliki kewenangan pat dialihkan kepada dan dapat diperta-

penuh melakukan eksekusi atas hak ja- hankan terhadap siapapun 4 .

minan apabila debitur terbukti wanpres- Tujuan dari jaminan bersifat ke-

tasi; dan mempunyai hak mendahului bendaan bermaksud memberikan verhaal

kreditur lain dalam penjualan objek ja- (hak untuk meminta pemenuhan piutang-

minan melalui pelelangan umum atau nya) kepada si kreditur, terhadap hasil

penjualan langsung dan memperoleh hasil penjualan benda-benda tertentu dari debi- 6 penjualan untuk melunasi piutangnya.

tur untuk pemenuhan piutangnya 5 .

Jaminan kebendaan terbagi 2

Jaminan Fidusia sebagai Penjaminan

(dua), yaitu 1) Jaminan umum terdapat

Benda Bergerak

dalamPasal 1311 KUH Perdata. Seluruh Bentuk penjaminan yang paling kekayaan debitur merupakan jaminan

diminati debitur adalah jaminan yang ti- bagi utang-utangnya. 2) Jaminan Khusus.

dak akan mengganggu kegiatan usahanya Jaminan khusus adalah jaminan yang se-

sehari-hari, sedangkan bagi kreditur ja- cara khusus diperjanjikan untuk menye-

minan yang terbaik adalah jaminan yang rahkan suatu barang tertentu sebagai ja-

dapat memberikan rasa aman dan kepas- minan atas pelunasan kewajiban/utang

tian hukum bahwa kredit yang diberikan debitur kepada kreditur. Jaminan khusus

akan diperolehnya kembali pada waktu- dapat dibedakan menurut objek bendanya

nya. Oleh karenanya fidusia merupakan dapat berupa: objek benda bergerak ada-

pilihan penjaminan yang tepat bagi ma- lah gadai atau fidisia, dan objek benda

syarakat terutama yang membutuhkan tidak bergerak/tatap adalah hak tang-

benda jaminan tetap berada dalam pengu- gungan maupun hipotik bagi pesawat ter-

asaannya untuk dipergunakan sehari hari. bang dan kapal laut.

Pasal 1 Undang-Undang Jaminan Perbedaan yang sangat berarti an-

Fidusia memberikan batasan dan penger- tara keduanya terletak pada hak istimewa

tian sebagai berikut:

yang diterima oleh kreditur. Pada penja- Fidusia adalah pengalihan hak ke- minan umum dalam 1131 KUH Perdata,

pemilikan suatu benda atas dasar para kreditur menempati kedudukan yang

kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemili-

sama dan tidak ada yang diistimewakan kannya dialihkan tetap dalam pe- atau didahulukan dalam pelunasan utang.

nguasaan pemilik benda. Mereka yang disebut juga sebagai kredi-

Jaminan fidusia adalah hak jamin- tur konkuren, Pasal 1132 KUH Perdata

an atas benda bergerak baik yang selanjutnya menyatakan bahwa di antara

berwujud maupun yang tidak ber- wujud dan benda tidak bergerak

4 Munir Fuady, 2013, Hukum Jaminan Hutang, Jakarta: Erlangga, hal.10.

6 Iswi Hariyani dan R. Serfianto. D.P, 2010, Resi 5 https://erindaryansyah.wordpress.com/2011/11/

Gudang sebagai Jaminan Kredit & Alat 01/perbedaan-jaminan-kebendaan-dan-jaminan-

Perdagangan , (Jakarta: Sinar Grafika Offset, hal. perorangan/, diakses 25 Januari 2016.

Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 2 November 2015 : 147-164

khususnya bangunan yang tidak (4) Eigendom Overdracht tot Zekerheid dapat dibebani jaminan fidusia se-

(Penyerahan Hak Milik – secara bagaimana dimaksud dalam Un-

jaminan).

dang-undang Nomor 4 Tahun (5) Bezitloos Pand (Gadai tanpa Pe- 1996 tentang Hak Tanggungan

nguasaan).

yang tetap berada dalam pengua- (6) Een Verkapt Pand Recht (Gadai saan pemberi fidusia, sebagai agu-

Berselubung).

nan bagi pelunasan utang tertentu, (7) Uitbaouw dari Pand (Gadai yang yang 10 memberikan kedudukan Diperluas) .

yang diutamakan kepada peneri- ma fidusia terhadap kreditur lain-

Ada 2 (dua) bentuk jaminan fidu- nya.” 7 sia, yaitu fidusia cum creditore dan Fidu-

sia cum amico. Keduanya timbul dari Dari defenisi yang diberikan di

perjanjian yang disebut pactum fiduciae atas, dapat dikatakan bahwa jaminan fi-

yang kemudian diikuti dengan penyerah- dusia adalah jaminan yang diberikan da-

an hak atau in iurre cessio. Dari kata cum lam bentuk fidusia. Subekti menambah-

creditore dapat diduga bahwa penyerahan kan bahwa dalam fidusia terkandung kata

bukan dimaksudkan untuk sungguh-sung- fides berarti kepercayaan; pihak berhu-

guh peralihan, tetapi hanya sebagai ja- tang percaya bahwa yang berpiutang me-

8 minan saja. Dalam fidusia cum creditore miliki barang itu hanya untuk jaminan . isi janji yang dibuat oleh debitur dan

Selanjutnya, Subekti menjelaskan arti ka- krediturnya adalah bahwa debitur akan

ta fiduciair adalah kepercayan yang di- mengalihkan kepemilikan atas suatu ba-

berikan secara timbal balik oleh satu pi-

9 rang kepada krediturnya sebagai jaminan hak kepada pihak lain. untuk utangnya dengan kesepakatan bah-

Dalam terminologi Belanda istilah wa bilamana utangnya terbayar, benda

fidusia disebut Fiduciare Eigendom tersebut akan dikembalikan kepada debi-

Overdracht ( FEO) yang artinya penye-

tur. 11

rahan hak milik secara kepercayaan. Se- Bentuk kedua dari lembaga fidu-

belumnya FEO sebagai istilah resmi dari sia yang dalam hukum Romawi dikenal

jaminan fidusia, dalam literatur Belanda dengan nama fiducia cum amico con-

jaminan fidusia ini dikenal juga dalam tracta (janji kepercayaan yang dibuat de-

istilah-istilah sebagai berikut: ngan teman). Lembaga Fidusia ini sering (1) Zekerheids-eigendom (Hak Milik digunakan dalam hal seorang pemilik sebagai Jaminan).

(2) Bezitloos Zekerheidsrecht (jaminan benda harus mengadakan perjalanan ke- tanpa Menguasai).

luar kota dan sehubungan dengan itu me- (3) Verruimd Pand Begrip (Gadai yang

nitipkan kepada temannya kepemilikan Diperluas).

benda dimaksud dengan janji bahwa te-

10 Jatmiko Winarno, “Perlindungan Hukum Bagi

Kreditur Pada Perjanjian Jaminan Fidusia”,

7 Lihat Pasal 1 Undang-undang Nomor 42 Tahun Jurnal Independent, Vol. 1 No. 1, Maret 2013, 1999 tentang Jaminan Fidusia.

http://journal.unisla.ac.id/ index.php? 8 R. Subekti, 1982, Pokok-pokok Hukum Perdata,

dalam

p=journal&id=98, diakses 10 Januari 2016. Jakarta: Intermasa, hal. 82.

11 Tan Kamelo, 2004, Hukum Jaminan Fidusia 9 R. Subekti, Jaminan jaminan Untuk ….. Op.Cit.,

Suatu Kebutuhan yang Didambakan , Bandung; hal. 76.

Alumni, hal. 42.

Yelia Natasya W dan Devie Rachmat A H R, Upaya Perubahan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999.....

man tersebut akan mengembalikan kepe- Mengenai hal ini, A. Veenhoven milikan benda tersebut bilamana si pemi-

menyatakan bahwa hak milik itu sifatnya lik benda sudah kembali dari perjalanan-

sempurna yang terbatas tergantung syarat nya.

tertentu. Untuk fidusia, hak miliknya ter- Pada dasarnya lembaga Fiducia

gantung pada syarat putus (ontbindende cum amino sama dengan lembaga Trust,

voorwaarde ). Hak milik yang sempuma sebagaimana itu dikenal dalam sistem hu-

baru lahir jika pemberi fidusia tidak me- kum Anglo-Amerika (Common Law). 14 menuhi kewajibannya.

Trust adalah hubungan kepercayaan (fi- Oey Hoey Tiong mengatakan bah- duciary) yang di dalamnya satu orang

wa fidusia adalah hak kepemilikan suatu sebagai pemegang hak atas harta kekaya-

benda atas dasar kepercayaan dengan ke- an berdasarkan hukum (Legal Title) tun-

tentuan bahwa benda yang hak kepemili- duk pada kewajiban berdasarkan equity

kannya dialihkan tersebut tetap dalam pe- untuk memelihara atau mempergunakan 15 nguasaan pemilik benda. Dalam hal

milik itu untuk kepentingan orang lain. 12 yang diserahkan hanyalah hak kepemilik- Dari kedua jenis fidusia yang berkem-

an belaka dari benda tersebut secara yuri- bang di atas bahwa fidusia yang berkem-

dis dikenal dengan istilah constitutum bang di Indonesia dan juga yang berkem-

possessorium.

bang di Belanda adalah lembaga fidusia Fidusia yang sudah ada pada za- cum creditore. man romawi diakui di negeri Belanda Dalam perkembangan fidusia te-

melalui Hoge Raad mula-mula dalam lah terjadi pergeseran mengenai keduduk-

Arrest tanggal 25 Januari 1929 (Bier- an para pihak. Pada zaman Romawi kre-

brouwerij Arrest). Lembaga Fidusia di ditur penerima fidusia berkedudukan se-

Indonesia untuk pertama kalinya menda- bagai pemilik atas barang yang difidusia-

patkan pengakuan dalam keputusan HgH. kan, tetapi sekarang penerima fidusia ha-

(Hooggerechtshof tahun 1932) Tanggal nya berkedudukan sebagai pemegang ja-

18 Agustus 1932 dalam perkara antara minan saja. Ini berarti pada zaman Roma- 16 B.P.M melawan Clignet. Sejak saat itu

wi penyerahan hak milik pada fidusia penjaminan untuk benda bergerak di- cum creditore terjadi secara sempuma se-

naungi oleh lembaga gadai dan fidusia hingga kedudukan penerima fidusia seba-

yang memiliki perbedaan mendasar pada gai pemilik yang sempurna juga. Konse-

penguasaan atas benda jaminannya. kuensinya, sebagai pemilik ia bebas ber-

Selanjutnya kebutuhan akan lem- buat sekehendak hatinya atas barang ter-

baga fidusia semakin meningkat. Fidusia sebut. Namun berdasarkan fides penerima

mulai berkembang dan masuk ke dalam fidusia berkewajiban mengembalikan hak

beberapa peraturan perundang-undangan, milik itu jika pemberi fidusia melunasi

yakni dalam Undang-Undang Nomor 16 utangnya. 13 Tahun 1985 tentang Rumah Susun, Un-

14 Ibid., hal. 48.

12 http://www.lawskripsi.com/index. php?option = 15 Oey Hoey Tiong, 1984, Fiducia sebagai com_content &view =

Jaminan Unsur-unsur Perikatan, Jakarta: Ghalia 211&Itemid=211, diakses 25 Januari 2016

article

id =

Indonesia, hal. 21.

13 Jatmiko Winarno , Perlindungan Hukum….., 16 Munir Fuady, Hukum Jaminan….,Op.Cit., hal. Op.Cit ., hal .47.

Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 2 November 2015 : 147-164

dang-undang Nomor 5 Tahun 1992 ten- (5) Benda tidak bergerak yang tidak da- tang Perumahan dan Pemukiman.

pat diikat dengan tanggungan. Undang-Undang Nomor 42 Tahun

(6) Benda tidak bergerak yang tidak da- 1999 tentang Jaminan Fidusia dan di-

pat diikatkan dengan hipotik.

umumkan dalam Lembaran Negara Re- Baik atas benda yang sudah ada

mau-pun terhadap benda yang akan publik Indonesia Tahun 1999 Nomor

diper-oleh kemudian. Dalam hal 168, Tambahan Lembaran Negara Re-

akan diperoleh publik Indonesia Nomor 3889 yang lahir

benda

yang

kemudian, tidak diperlukan suatu karena kebutuhan mendesak akan adanya

akta pembebanan fi-dusia tersendiri. Lembaga Jaminan Fidusia, yang diharap-

(8) Dapat atas satu satuan atau jenis ben- kan dengan di aturnya dalam Undang-

da.

Undang akan memberikan kepastian hu- (9) Dapat juga atas lebih dari satu jenis

atau satuan benda. kum bagi seluruh pihak. (10) Termasuk hasil dari benda yang te- Sebelum berlakunya Undang-Un- lah menjadi objek fidusia.

dang Jaminan Fidusia, yang menjadi ob- (11) Termasuk juga hasil klaim asuransi jek jaminan fidusia adalah benda ber-

dari benda yang menjadi objek ja- gerak sebagai benda persediaan (inven-

minan fidusia.

tory ), benda dagangan, piutang, peralatan (12) Benda persediaan (inventory, stok mesin, dan kendaraan bermotor saja na-

perdagangan) dapat juga menjadi ob-

mun dalam Undang-Undang Jaminan Fi- jek jaminan fidusia.

dusia, pengertian objek jaminan fidusia Undang-undang Jaminan Fidusia diberikan dengan pengertian yang luas. dalam skenario yang optimal memung- Benda-benda sebagai obyek jaminan fi- kinkan pelaku usaha untuk memanfaatkan dusia berdasarkan Pasal 1 Undang-Un- nyaris semua aset benda bergeraknya se- dang Jaminan Fidusia: “Benda adalah se- bagai jaminan untuk memperoleh penda- gala sesuatu yang dapat dimiliki dan di- naan, tidak terbatas kepada kendaraan alihkan baik yang berwujud maupun ti- bermotor. Hal ini akan sangat membantu dak berwujud, yang terdaftar maupun ti- Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UM- dak terdaftar, yang bergerak maupun KM) yang yang umumnya tidak memiliki yang tidak bergerak yang tidak dapat di- bebani hak tanggungan atau hipotik”. tanah dan/atau bangunan untuk dijamin-

kan kepada kreditur. Jaminan Fidusia se- Pengertian yang luas ini dijabar-

bagai instrumen pendaftaran jaminan kan dalam berbagai pasal, yakni Pasal

benda bergerak akan sangat vital peran- (1) Ayat (4), Pasal 9, Pasal 10, dan Pasal nya dalam mengisi kebutuhan ini, dan di-

20 Undang-Undang Jaminan Fidusia. Ben- perkirakan akan makin mendorong per- da-benda yang menjadi objek jaminan fi- tumbuhan pendanaan berbasis jaminan dusia tersebut adalah sebagai berikut: benda bergerak. Objek fidusia yang ter- (1) Benda tersebut harus dapat dimiliki baru ditegaskan dalam Pasal 16 Ayat (3)

dan dialihkan secara hukum. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014

(2) Dapat atas benda berwujud. (3)

Dapat juga atas benda tidak berwu- tentang Hak Cipta yang menggantikan jud, termasuk piutang.

(4) 17 Benda bergerak. Munir Fuady, 2003, Jaminan Fidusia, Cetakan

kedua Revisi, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, hal. 48.

Yelia Natasya W dan Devie Rachmat A H R, Upaya Perubahan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999.....

Undang-Undang Hak Cipta yang lama minan ini dimaksudkan untuk menambah Nomor 19 Tahun 2002. Pasal 16 Ayat

keyakinan kreditur atas kemampuan debi- (3) yang berbunyi, “Hak Cipta dapat di-

tur untuk melunasi utang. Jadi, perjanjian jadikan sebagai objek jaminan fidusia ”.

jaminan fidusia merupakan perjanjian Hak Cipta merupakan benda tidak ber-

bersifat tambahan dalam literatur ilmu wujud yang masuk pada kelompok Hak

hu kum disebut perjanjian “accessoir”. Kekayaan Intelektual (HAKI).

Sebagai suatu perjanjian acces-

Sifat Jaminan Fidusia

soir , perjanjian jaminan fidusia memiliki Ketentuan Undang-undang Jamin- 19 sifat sebagai berikut:

1. Sifat ketergantungan terhadap perjan- bahwa jaminan fidusia adalah agunan

an Fidusia telah secara tegas menyatakan

jian pokok: Jaminan Fidiusia terkait atas kebendaan atas jaminan kebendaan

dengan perjanjian pokok sehingga ja- minan fidusia bersifat accesoir dan

(Zakelijke zekerheid, security right in mengikuti perjanjian accessoir yang rem ), sebagaimana yang termuat dalam

mengikuti terjanjian dasar tersebut. Pasal 1 angka 2 yang memberikan kedu-

2. Keabsahan semata mata ditentukan dukan yang diutamakan kepada penerima

oleh sah tidaknya perjanjian pokok. fidusia, yaitu hak yang didahulukan ter-

3. Sebagai perjanjian bersyarat, hanya hadap kreditur lainnya. Hak ini tidak ha-

dapat dilaksanakan jika ketentuan pus karena adanya kepailitan dan atau

yang diisyaratkan dalam perjanjian

18 pokok telah atau tidak terpenuhi. likuidasi pemberi fidusia. Dengan demi-

kian, tidak alasan untuk menyatakan bah-

Lahirnya Jaminan fidusia

wa jaminan fidusia hanya merupakan se- Perjanjian pokok berupa perjanji- buah perjanjian obligatoir yang kemudi-

an utang piutang, kredit ataupun pem- an melahirkan hak yang bersifat “per- biayaan tidak dipersyaratkan untuk dibuat soonlijk ” (perorangan) bagi kreditur.

dengan akta notaris. Berbeda dengan Sebagai perjanjian obligatoir, ma-

Perjanjian Jaminan Fidusia, meskipun se- ka hanya dapat dilaksanakan jika ketentu-

bagai perjanjian pengikutan (accessoir) an yang disyaratkan dalam perjanjian po-

namun Pasal 5 Ayat 1 Undang-Undang kok telah atau tidak dipenuhi. Sesuai de-

Jaminan Fidusia mengatakan “Pembeban- ngan ketentuan Pasal 4 Undang-undang

an Benda dengan Jaminan Fidusia dibuat Jaminan Fidusia yang menyatakan bahwa

dengan akta notaris dalam bahasa Indo- “Jaminan Fidusia merupakan perjanjian

nesia dan merupakan akta Jaminan Fidu- ikutan dari perjanjian pokok yang me-

sia”.

nimbulkan kewajiban bagi para pihak un- Pada awal kemunculan fidusia, tuk memenuhi suatu prestasi”. Pola peng-

pengikatan fidusia dilakukan dengan per- ikatan jaminan fidusia didahului dengan

janjian yang hanya dilakukan oleh kedua ditandatanganinya perjanjian pokok beru-

belah pihak tanpa melibatkan Notaris pa perjanjian utang piutang, pembiayaan,

atau sering disebut dengan Akta Bawah kredit atau lainnya dilanjutkan dengan

Tangan. Mengingat fidusia merupakan penandatanganan perjanjian jaminan fi-

penjaminan yang sangat memungkinkan dusia. Pada dasarnya perjanjian penja-

19 Gunawan Wijaya dan Ahmad Yani, 2001,

18 Lihal Pasal 27 ayat (3) Undang-undang Nomor Hukum Tentang Perlindungan Konsumen , Ja- 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.

karta: PT.Gramedia Pustaka Utama, hal. 123.

Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 2 November 2015 : 147-164

akan terjadi perpindahan hak dari subjek pendaftaran fidusia untuk atas nama pe- hukum satu ke subjek hukum lainnya

nerima fidusia. Tata cara pendaftaran itu dan objek jaminan fidusia pada umumnya

tertuang dalam Peraturan Pemerintah No- adalah benda bergerak yang tidak ter-

mor 21 Tahun 2015 Tentang Cara Pen- daftar. Peran akta notaries adalah sarana

daftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pem- yang tepat untuk mengikat perjanjian ter-

buatan Akta Jaminan Fidusia yang meng- sebut. Di samping itu, akta notaries juga

gantikan PP No. 86 Tahun 2000 me- sebagai akta otentik yang memiliki pem-

ngenai ketentuan yang sama. Dalam prak- buktian yang sempurna. Pembuatan ja-

tiknya pendaftaran Fidusia online banyak minan fidusia dalam akta notaris bersifat

mengalami hambatan namun bertahap imperatif (memaksa) bukan fakultatif.

hambatan itu mulai dibenahi. Tujuan dari suatu penjaminan se-

Pendaftaran jaminan fidusia ini lain untuk memberikan rasa aman kepada

memiliki arti penting karena menyangkut kreditur sekaligus menempatkan kreditur

lahirnya sebuah penjaminan fidusia. Ja- menjadi kreditur separatis sehingga ia

minan Fidusia lahir pada tanggal yang sa- memiliki hak untuk didahului dalam pe-

ma dengan tanggal dicatatnya jaminan Fi- lunasan utang debitur. Hanya saja dalam

dusia dalam Buku Daftar Fidusia seperti fidusia seperti halnya juga Hak Tang-

pada Pasal 14 Ayat (3) dan Kantor Pen- gungan, seorang kreditur baru dapat men-

daftaran Fidusia mencatat Jaminan Fidu- jadi kreditur separatis bilamana penja-

sia dalam Buku Daftar Fidusia pada tang- minannya telah didaftarkan. Berdasarkan

gal yang sama dengan tanggal penerima- Pasal 11 Undang-Undang Jaminan Fidusia an permohonan pendaftaran seperti dalam

maka fidusia wajib didaftarkan pada Kan- Pasal 13 Ayat (3). Dengan demikian, ma- tor Pendaftaran Fidusia. Sampai dengan

ka pendaftaran itu penting selain melak- tahun 2013 pendaftaran fidusia masih di-

sanakan asas publisitas pada penjaminan. lakukan secara manual. Penerima fidusia

Lahirnya jaminan fidusia ini maka atau kuasanya melakukan pendaftaran pa-

saat itu pulalah lahirnya beberapa hak

da kanwil Kementrian Hukum dan Hak yang menjadi ciri dari suatu jaminan khu- Asasi Manusia dengan tata cara yang di-

sus sebagai berikut:

atur dalam Peraturan Pemerintah Nomor

1. Lahirnya hak preferen pada kreditur.

86 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaf- Hak preferen adalah hak untuk dapat taran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembu-

didahulukan dalam hal pelunasan pi- utangnya daripada kreditur lain yang

atan Akta Jaminan Fidusia. tidak memiliki hak khusus ini. Me- Semenjak tahun 2013, diberlaku- ngenai hak ini Undang-Undang Jamin-

kan ketentuan pendaftaran itu online atau an Fidusia telah mengaturnya dalam dikenal dengan Sistem Administrasi Pen-

Pasal 27.

daftaran Jaminan Fidusia secara Elektro-

2. Lahirnya hak ekesekutorial. Hak ek- nik. Istilah lain sering dikenal dengan fi-

sekutorial adalah hak dari pemegang dusia online yang dibentuk pada 5 Maret

jaminan fidusia untuk dapat lang- sung mengeksekusi hak-haknya atas

2013 oleh Direktorat Jenderal Adminis- benda jaminannya untuk mengambil

trasi Hukum Umum (Ditjen AHU), mela- pelunasan piutangnya. Hak ekseku- lui perantara notaris sebagai satu satunya

torial terkandung di dalam sertifikat pejabat yang ditunjuk untuk melakukan

jaminan fidusia yang memiliki irah- 155

Yelia Natasya W dan Devie Rachmat A H R, Upaya Perubahan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999.....

irah DEMI KEADILAN BERDA- an pejabat yang berwenang yang oleh SARKAN KETUHANAN YANG

undang-undang telah ditunjuk untuk MAHA ESA, yang memberikan hak

it u, guna mendapatkan nilai “otentisi- eksekutorial kepada kreditur seperti

tas” dan memiliki kekuatan hukum suatu putusan pengadilan yang telah

yang mengikat sebagai alat bukti yang memperoleh kekuatan hukum yang

kuat bagi para pihak maupun kepada tetap sebagaimana dinyatakan dalam

pihak ketiga termasuk ahli waris mau- Pasal 29 Undang-Undang Jaminan Fi-

pun orang yang meneruskan hak ter- dusia . Dengan demikian, kreditur

sebut (pasal 1868, 1869 dan 1870). tidak perlu memintakan eksekusi da-

Dengan d asar itu pula dibuat “titel ek- ri pengadilan. Cukup dengan sertifi-

sekutorial” pada Sertipikat Fidusia. kat tersebut ia dapat melakukan pe-

Sebelum berlakunya Undang-Undang lelangan umum dan dapat pula mela-

Jaminan Fidusia , dalarn FEO para pihak kukan penjualan di bawah tangan

dapat memilih formalitas penyerahan apabila kedua belah pihak dapat

jaminan baik secara notariil maupun memperoleh harga tertinggi dan di-

dibawah tangan, ada beberapa “multi setujui oleh kedua belah pihak.

finance corporation ” digunakan diluar bahasa Indonesia dan dibawah tangan

Karakteristik Jaminan Fidusia

dengan sewa beli.

Cara untuk mendekatkan pan-  Pendaftaran Fidusia, (yang merupakan dangan tentang Jaminan Fidusia khusus-

hal baru dari yang telah diamanatkan oleh undang-undang dengan tatacara

nya mengenai Pembebanan dan Pendaf- dan permasalahan tersendiri), yang se- taran Jaminan Fidusia, dapat dicermati

lanjutnya akan dibahas dalam bab be- dari beberapa hal yang diatur dalam Un-

rikut. Saat pendaftaran adalah saat la- dang-Undang Jaminan Fidusia yang meru-

hirnya Jaminan dan memberikan kepa- pakan hal baru, disamping beberapa hal

da Penerima Fidusia Hak Kebendaan yang selama ini telah dikenal dan dilaksa-

(zakelijke zekerheid) atau Hak Agunan nakan dalam praktek penyerahan jaminan

yang memiliki hak mendahului (prefe- rensi), oleh karena itu hukutnnya wa-

secara FEO yang antara lain dapat diurai- jib mendaftarkan jaminan fidusia ke-

kan sebagai berikut: pada KPF (Pasal 11 ayat 1, 12 ayat 1,  Sifat asesor (accessoir) yang oleh un-

13 ayat 1). Hak Agunan, timbul seba- dang-undang disebut sebagai perjanji-

gai bentuk perwujudan dari hak atas an ikutan dari satu perjanjian pokok

kebendaan (real right) yang diperoleh (Pasal 4), guna pelunasan utang debi-

penerima fidusia akibat penyerahan tur kepada kreditur (Pasal 7). Sebelum

kepemilikan dari jaminan fidusia (se- utang dalarn perjanjian pokok lunas

bagaimana yang dimaksud dalam Pa- (termasuk akibat-akibatnya) hak agu-

sal 1 butir 1). Hak Agunan, mengan- nan yang timbul akibat penyerahan ja-

dung Sifat Absolut dan mengikuti ben- minan fidusia tidak dapat dihapuskan,

da tersebut ditangan siapapun ia ber- termasuk jika piutang dialihkan kepa-

ada (droit de suit), yang haknya tidak

da kreditur lain. hapus karena adanya kepailitan atau li-  Formalitas hukum dari pembebanan

kuidasi (Pasal 27 ayat 3) maupun, di- benda jaminan dibuat dalam bentuk

alihkannya benda yang menjadi obyek Notariil Aida dalam bahasa Indonesia

jaminan fidusia (pasal 20), pemikian yang merupakan Akta Jaminan Fidusia

pula terhadap keuntungan (pasal l0-a, (Pasal 5 ayat 1). Bentuk pembebanan

21 ayat 4) dan klaim asuransi yang secara notariil akta dimaksudkan agar

timbul (pasal l0-b, 25 ayat 2). Penye- Akta Jaminan Fidusia dibuat di hadap-

rahan hak kepemilikan bukan penyera- 156

Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 2 November 2015 : 147-164

han hak milik, berlainan dengan yang tahun 1999 tentang Jaminan fidusia tang- banyak dipraktekkan selama ini dalam

gal 30 September 1999, muncul berbagai FEO, terutama untuk jaminan kendara-

macam peraturan yang terkait dengan ke- an bermotor penyerahan jaminan seca-

beradaan undang-undang fidusia ini. Ter- ra FEO ditafsirkan banyak kreditur se- bagai “milik”, sehingga banyak kredi- catat beberapa peraturan yang berhubung-

tur menggunakan sita tarik (revindica- an langsung dan yang tidak langsung te- toir beslag ) atas barang “miliknya”

tapi mengaitkan peraturannya dengan ja- sendiri guna mengambil jalan keluar

minan fidusia. Peraturan tersebut antara bagi penyelesaian utang/kredit (berma-

lain:

1. Peraturan Pelaksana Nomor 86 Ta- yang dimaksud oleh UU Fidusia dila-

salah). Pengalihan hak kebendaan

hun 2000 tentang Tata Cara Pen- kukan dengan cara constitutum pos-

sessorium di mana benda yang dise- daftaran Jaminan Fidusia dan Biaya rahkan hak kepemilikannnya tersebut

Pembuatan Akta Jaminan Fidu- secara fisik masih tetap dikuasai oleh

sia yang telah diganti dengan Per- pemberi fidusia untuk kepentingan pe-

aturan Pemerintah (PP) Nomor 21 nerima fidusia. Penyerahan dengan ca-

tahun 2015 dengan judul yang sama. ra demikian berbeda dengan penyerah-

2. Permenkumham Nomor 10 tahun an yang dimaksud dalam pasal 584 jo. 2013 Peraturan Mentri Hukum Dan 612 ayat 1 KUH Perdata (levering)

yang bersifat mutlak dan terus mene- Hak Asasi Manusia Republik Indo- rus, penyerahan hak kepemilikan me-

nesia Nomor 10 Tahun 2013 tentang nurut Undang-Undang Jaminan Fidusia Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidu-

semata-mata untuk keperluan agunan sia Secara Elektronik. bagi pelunasan utang (pasal 1 butir 2

3. Peraturan Kapolri Nomor 8 tahun jo pasal 27), yang menurut penulis

2011 yang berlaku sejak 22 Juni sebagai sesuatu yang menimbulkan

Hak Agunan sebagai perwujudan ja- 2011 tentang Pengamanan Eksekusi minan kebendaan (security right in

Jaminan Fidusia. rem ) yang mempunyai Hak Menda-

4. Undan-Undang Nomor 09 Tahun hului (preferen).

2006 tentang Resi Gudang.  Unsur Pidana, diancamkan kepada pa-

5. Nomor Undang-Undang Nomor 28 ra pihak yang beritikad buruk yang

Tahun 2014 tentang Hak Cipta. bermaksud dengan sengaja, memasuk-

kan, mengubah, menghilangkan atau Undang-Undang Nomor 28 Tahun

dengan cara apapun memberikan kete- 2014 tentang Hak Cipta. rangan secara menyesatkan membuat

7. Undang-Undang Nomor 20 Tahun penyerahan jaminan Fidusia menjadi

2007 tentang Perseroan Terbatas. batal/tidak lahir (Pasal 35) termasuk

8. Dan peraturan lainnya yang berkena- juga terhadap mereka yang mengalih-

an dengan jamianan fidusia. kan, menggadaikan atau menyewakan

Belum lama ini muncul Peraturan benda yang menjadi obyek Fidusia

Menteri Keuangan Republik Indonesia kecuali benda persediaan (Pasal 23

ayat 2 dan Pasal 36). No.130/PMK.010/2012 yang sangat tepat sekali guna menjamin kepastian hukum

Kelemahan UU Jaminan Fidusia

bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Sejak di undangkannya jaminan

Mengingat Undang-Undang Jaminan Fidu- fidusia dalam Undang-Undang Nomor 42

sia banyak mengandung kelemahan-kele- 157

Yelia Natasya W dan Devie Rachmat A H R, Upaya Perubahan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999.....

mahan seperti yang dapat dijabarkan oleh penulis sebagai berikut:

1. Pasal 5 Undang-Undang Jaminan Fidu- sia menyebutkan bahwa “Pembeban- an Benda dengan Jaminan Fidusia di- buat dengan akta notaris dalam baha- sa Indonesia dan merupakan akta Ja- minan Fidusia”. Rumusan pasal ini ti- dak mencerminkan adanya suatu pe- rintah yang tegas yang bersifat im- peratif (memaksa) namun hanya men- cerminkan suatu rumusan yang fakul- tatif. Apabila kita menyadari bahwa dalam pembebanan fidusia ada per- alihan hak dan menyangkut suatu benda bergerak yang umumnya tidak didaftar, maka sudah selayaknya ru- musan pasal tersebut dibuat imperatif (memaksa). Agar bersifat memaksa maka perlu menambahkan kata wajib dalam pasal tersebut sehingga ber- bunyi “Pembebanan Benda dengan Jaminan Fidusia wajib dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia dan merupakan akta Jaminan Fidu- sia”.

2. Undang-Undang Jaminan Fidusia ju-

ga tidak memberikan sanksi yang te- gas bilamana penjaminan fidusia ti- dak menggunakan akta notaris. Da- lam praktik meskipun perintah pem- bebanan fidusia dalam akta notaris, telah disebutkan dalam Pasal 5 Un- dang-Undang Jaminan Fidusia dan Per- aturan Pelaksananya No. 21 tahun 2015, tetapi ketiadaan sanksi membu- at masyarakat masih menafsirkan bahwa pasal tersebut bersifat fakulta- tif bukan imperatif (memaksa). Akan berbeda bila pasal tersebut disertakan dengan sanksi. Dalam hal Akta Fidu- sia tidak dibuat dengan akta notaris maka tidak dapat didaftarkan maka

keberadaan sanksi akan memberikan efek memaksa pada masyarakat.

3. Undang-Undang Jaminan Fidusia tidak menempatkan pendaftaran pada posisi yang sangat penting karena tidak ada sanksi yang ditegaskan dalam Un- dang-Undang Jaminan Fidusia tersebut. Padahal pendaftaran adalah jantung dari penjaminan fidusia. Asas publisi- tas yang menyertai penjaminan ini ti- dak dapat dinomor duakan. Tanpa adanya pendaftaran hak-hak dari kre- ditur seperti hak preferen dan hak ek- sekutorial yang lahir bersamaan de- ngan dicatatkannya jaminan fidusia ti- dak akan diterima oleh kreditur. Mes- kipun telah dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK. 010/2012 tentang Pendaftaran Jamin- an Fidusia bagi Perusahaan Pembia- yaan yang Melakukan Pembiayaan Konsumen untuk Kendaraan Bermo- tor dengan Pembebanan Jamina Fidu- sia. Di dalam Permenkeu tersebut ter- dapat sanksi yang tegas mulai dari sanksi administratif sampai dengan pencabutan ijin usaha, namun hanya akan dapat berlaku tegas pada per- usahaan pembiayaan yang memberi- kan pembiayaan kendaraan bermotor, sedangkan bagi objek fidusia lainnya belum diatur seperti hal kendaraan bermotor.

4. Undang-Undang Jaminan Fidusia mem- berikan definisi debitur dan pemberi fidusia secara terpisah. Undang-Un- dang Jaminan Fidusia tidak mengharus- kan pemberi fidusia adalah debitur sendiri, sehingga kedudukan debitur dan pemberi fidusia ada tiga kemung- kinan. Kemungkinan pertama adalah pemberi fidusia merupakan debitur sendiri dan kemungkinan kedua pem-

Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 2 November 2015 : 147-164

beri fidusia bukanlah debitur tetapi pemilik benda jaminan. Surat persetu- orang lain yang mempercayakan ben-

juan itu menyatakan bahwa demi ke-

da miliknya menjadi jaminan guna pentingan debitur ia menjaminkan kepentingan debitur ketiga debitur

benda miliknya secara sukarela. Se- yang memiliki itikad tidak baik yang

sungguhnya mensyaratkan surat per- menjaminkan benda milik orang lain

setujuan seperti ini tidaklah melang- tanpa hak. Atas kemungkinan-ke-

gar hukum mengingat adanya asas ke- mungkinan tersebut maka di dalam

bebasan berkontrak dalam hukum praktik debitur dapat menjaminkan

perikatan serta sifat buku III KUH benda milik orang lain guna kepen-

perdata yang bersifat terbuka sehing- tingannya. Dalam praktik penjaminan

ga memungkinkan para pihak untuk milik pihak ketiga sering menimbul-

memperjanjian atau membentuk per- kan permasalahan. Seperti yang di-

janjian di luar dari yang telah ditentu- gambarkan oleh Salim HS bahwa ada

kan oleh undang undang asalkan me- beberapa hambatan-hambatan dalam

menuhi syarat sah perjanjian yang ter- pelaksanaan pelelangan jaminan yang

tuang dalam Pasal 1320 KUH Per- salah satunya dari bebarapa point

data. Namun untuk menjaga kepastian yang ia bahas adalah karena benda ja-

hukum dan melindungi para pihak minan milik pihak ketiga. Hambatan

khususnya pada penjaminan benda terjadi dalam pelaksanaan lelang, pi-

bergerak milik orang lain maka Un- hak ketiga ini menghalangi terjadinya

dang-Undang Jaminan Fidusia seharus- pelelangan benda jaminan karena pe-

nya menempatkan syarat persetujuan milik objek jaminan tidak pernah me-

pemilik benda bergerak tersebut da- rasa memberikan kuasa kepada debi-

lam pasalnya.

tur untuk menjaminkan benda milik-

5. Kebutuhan kredit yang meningkat dan nya tersebut. 20 Pengingkaran pemilik

laju bisnis yang bergerak cepat meng- benda dapat menjadikan penghambat

haruskan masyarakat pelaku bisnis ju- dalam hal eksekusi benda jaminan.

ga dapat melakukan penyesuaian. Un- Hal tersebut dapat merugikan kredi-

tuk mengejar waktu, sering sekali pe- tur. Undang-Undang Jaminan Fidusia nandatanganan akta jaminan dikuasa-

tidak mengatur secara baik penjami- kan kepada kreditur oleh debiturnya nan yang dilakukan debitur atas ben-

melalui surat kuasa. Undang-Undang

tidak mengatur pe- jaminan fidusia dengan objek milik

da milik pihak ketiga meskipun pen-

Jaminan Fidusia

nandatanganan Akta Jaminan Fidusia pihak ketiga bukanlah merupakan pe-

melalui seorang kuasa tersebut apa- langgaran hukum. Di dalam praktik

kah harus notaris ataukan bawah sehari hari, untuk menghindari peng-

tangan. KUH Perdata sebagai hukum ingkaran dari pihak ketiga yang tidak

yang general juga tidak melarang se- memiliki itikad baik, kreditur sering

seorang menguasakan penandatanga- mensyaratkan adanya persetujuan dari

nan kepada orang lain asalkan ada su- rat kuasa. Secara umum memang per-

janjian dianggap sah oleh kedua belah

H. Salim H.S., 2004, Perkembanngan Hukum Jaminan di Indonesia , Jakarta: PT. RajaGrafindo

pihak sesuai Pasal 1338 KUH Perdata

Persada, hal. 275.

Yelia Natasya W dan Devie Rachmat A H R, Upaya Perubahan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999.....

termasuk surat kuasa di bawah ta- ngan. Tetapi dari perspektif keotenti- kan satu akta mempunyai suatu kele- mahan karena surat kuasa di bawah tangan tersebut hanya berlaku bagi kedua belah pihak. Tetapi bilamana ada gugatan atau intervensi dari pihak lain, maka kuasa di bawah tangan ter- sebut akan menjadi masalah. Terkait dengan surat kuasa di bawah tangan sebagai suatu akta jaminan fidusia yang merupakan alat bukti maka ka- lau hanya di bawah tangan akta ter- sebut mempunyai kelemahan dari proses pembuktian. Memang patut di- akui bahwa perjanjian fidusia adalah perjanjian yang didasarkan pada ke- percayaan. Tetapi terkait dengan ada- nya suatu akta sebagai alat pembukti- an maka kedudukan surat kuasa di bawah tangan sangat lemah dan tidak

memiliki kepastian hukum. 21 Oleh ka-

rena itu, surat kuasa yang di legalisasi oleh notaris merupakan solusi yang baik bagi para pihak untuk kepastian hukum. Legalisasi oleh seorang nota- ries menempatkan suatu akta bawah tangan memiliki pembuktian sempur- na (full evidence).

6. Pasal 25 Ayat (3) Undang-Undang Ja- minan Fidusia menyatakan “Penerima

Fidusia memberitahukan kepada Kan- tor Pendaftaran Fidusia mengenai ha- pusnya Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) dengan me- lampirkan pernyataan mengenai ha- pusnya utang, pelepasan hak, atau

21 Hikmah D. Hayatdian, Kajian Hukum Surat Kuasa Dibawah Tangan Sebagai Dasar Pem-

buatan Akta Jaminan Fidusia, Jurnal Hukum Unsrat, Vol. I, No.1, April-Juni 2013, dalam http://repo.unsrat.ac.id/373/1/KAJIAN_HUKUM _SURAT_KUASA_DIBAWAH_TANGAN_SEB AGAI_DASAR_PEMBUATAN_AKTA_JAMIN AN_FIDUSIA.pdf, diakses 28 Desember 2015.

musnahnya Benda yang menjadi ob- yek”. Selanjutnya Pasal 25 Ayat (1) menyatakan bahwa penyebab hapus- nya fidusia adalah karena hal-hal se- bagai berikut; pertama karena hapus- nya utang yang dijamin dengan fidu- sia; kedua pelepasan hak atas Jaminan Fidusia oleh Penerima Fidusia; ketiga musnahnya Benda yang menjadi ob- yek Jaminan Fidusia. Untuk pengha- pusan jaminan fidusia yang disebab- kan karena pelepasan hak atau mus- nahnya barang, dalam praktek mung- kin tidak ada permasalahan berkenaan dengan penghapusan jaminanya yang sering disebut dengan roya. Yang menjadi permasalahan adalah hapus- nya jaminan fidusia karena hapusnya utang yang biasanya hapusnya utang karena selesainya perjanjian utang piutang tersebut . M engingat pungutan yang dikenakan dan tidak ada sanksi apapun bagi penerima Fidusia yang tidak melakukan pencabutan (oleh Undang-Undang Jaminan Fidusia) ti- daklah mengherankan, apabila studi singkat yang pernah dilakukan Ke- lompok Bank Dunia-IFC terhadap tingkat kepatuhan pencabutan Fidusia pada pendaftaran jaminan Fidusia konvensional sebelum Fidusia online berlaku hanya berkisar di bawah 10%. Padahal Buku Daftar Fidusia sebagai register publik, idealnya memiliki data akurat tentang kapan pembeban- an Fidusia terjadi, dan kapan ber- akhirnya pembebanan tersebut. Aneh, apabila pada daftar Fidusia pendaftar- an masih tercatat sebagai aktif, namun pada kenyataannya transaksi utang pi-

utangnya sudah dilunasi. 22 Untuk itu,

22 Aria Suyudi, Pembaruan Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Implikasinya bagi Akses Terhadap

Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 2 November 2015 : 147-164

meskipun utang sudah lunas apabila an obyek jaminan fidusia, maka apa- belum dilakukan pencabutan jaminan

bila debitur wanprestasi akan ditem- fidusia akan tetap melanggar Pasal 17

puh cara-cara eksekusi sesuai Un- dang-Undang Jaminan Fidusia .

Undang-Undang Jaminan Fidusia ten-

tang larangan untuk melakukan fidu- Peraturan Menteri Keuangan ini

sia ulang selama objek fidusia masih intinya mewajibkan semua Lembaga terdaftar. Ketidakpatuhan ini juga me-

Pembiayaan Non Bank dalam pembiaya- rupakan dampak dari tidak adanya sa-

an kendaraan bermotor untuk mendaftar- rana atau tempat untuk pencatatan

kan jaminan Fidusia yang telah mereka roya pada bukti kepemilikan benda

pungut biayanya ke Kantor Pedaftaran jaminan yang diberikan oleh pemerin-

Fidusia (KPF) paling lama 30 hari sejak tah.

perjanjian dengan konsekuensi larangan

untuk melakukan eksekusi dalam hal ke-

Pembaharuan Undang-Undang Jamin-

gagalan bayar (default) dan pencabutan

an Fidusia

izin operasi lembaga keuangan tersebu. Keberadaan

Peraturan

Menteri

Memang tidaklah mudah bagi Perusahaan Keuangan Republik Indonesia No.130/ Pembiayaan untuk melaksanakan Per- PMK. 010/2012 telah membawa angin aturan Menteri Keuangan tersebut, karena segar bagi perusahaan pembiayaan untuk ikut mendukung “good corporate go- ada beberapa hal yang menjadi kendala

vernance ” dan menjamin rasa keadilan,

yaitu :