BANJIR MENJADI BENCANA ALAM LANGGANAN BA

BANJIR MENJADI BENCANA ALAM
LANGGANAN BAGI MASYARAKAT DI
DAERAH RENDAH
Inge Widya Pangestika Pratomo
ingewidyapp@students.unnes.ac.id
Abstrak
Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air,
peristiwa banjir yang timbul jika air menggenangi
daratan yang biasanya kering, banjir pada umumnya
disebabkan oleh air air sungai yang meluap ke
lingkungan sekitarnya sebagai akibat curah hujan yang
tinggi. Indonesia merupakan Negara yang memiliki
iklim tropis dengan memiliki intensitas hujan yang
sangat tinggi. Ketika musim penghujan tiba, ada
beberapa tempat seperti penampungan air seperti
waduk dan sungai akan mengalami peningkatan debit
air dan akan mengalami over dalam muatan intensitas
airnya. Ketika hujan terjadi, maka air akan meluap
sehingga akan menyebabkan banjir. Fenomena alam
seoperti banjir ini sendiri merupakan kesadaran dari
masyarakat yang masih sangat rendah sehingga

masyarakat di Indonesia masih belum mampu untuk
menjaga lingkungan alamnya dengan seutuhnya.
Beberapa langkah telah diambil pemerintah setempat
untuk meminimalisir efek bencana ini seperti
peningkatan kesadaran masyarakat untuk membuang
sampah
pada
tempatnya,
pengerukan
sungai,
pembuatan muara atau danau buatan, penertiban
pemukiman warga di daerah rawan banjir, hingga
bersama membersihkan saluran air di lingkungan
setempat. Namun dibutuhkan kerjasama dari kedua
belah pihak baik masyrakat dan pemerintah untuk
menanggulangi masalah yang sudah berlangsung sejak
lama ini.Oleh karena itu, pada prinsipnya manusia
harus bisa sadar akan semua perbuatannya yang
merusak
alam

seperti
membuang
sampah
sembarangan
atau
menebang
pohon
tanpa
menggantinya lagi, hal itu yang membuat alam rusak
oleh tangan manusia sendiri. Kita sebagai manusia
yang peduli terhadap alam lingkungan kita harus bisa
menjaga serta merawatnya untuk keberlangsungan
hidup kita dimasa sekarang maupun kehidupan untuk
anak cucu kita di masa yang akan datang.
Kata kunci : banjir, iklim tropis, intensitas hujan
tinggi, musim penghujan.

PENDAHULUAN
1.Latar belakang kasus
Indonesia adalah negara yang luas dan memiliki

sumber daya alam yang melimpah. Penduduk
Indonesia pun hidup nyaman selama bertahun-tahun.
Hal ini disebabkan iklim di Indonesia sangat
bersahabat. Hampir tidak ada tanah di Indonesia yang
tanpa ditumbuhi pepohonan. Indonesia beriklim tropis
dengan
curah hujan yang tinggi. Sinar matahari pun
sampai ke wilayah Indonesia sepanjang tahun. Di
Indonesia terjadi berbagai peristiwa alam. Peristiwaperistiwa alam terjadi akibat pengaruh alam. Peristiwa
alam adalah peristiwa yang terjadi karena pengaruh
yang ditimbulkan oleh alam itu sendiri. Peristiwa alam
dapat bersifat merugikan dan membahayakan. Akan
tetapi, dapat pula tidak membahayakan. Contoh
peristiwa alam yang membahayakan adalah banjir,
gunung meletus, gempa bumi, angin topan, dan tanah
longsor.
Peristiwa
alam
yang
tidak

membahayakan
misalnya pergantian musim,
terbentuknya embun, dan pelangi.
Di saat sekarang ini masyarakat sudah tidak peduli
lagi terhadap lingkunga hidup tempat mereka tinggal.
Hal ini telihat dari semakin sedikitnya masyarakat yang
peduli terhadap kelestarian lingkungan. Banyak
masyarakat
yang
masih
membuang
sampah
sembarangan juga menggundulkan hutan. Merusak
lingkungan atau mengeksploitasi lingkungan secara
berlebihan dapat menyebabkan terjadinya banjir.
Berdasarkan kondisi dan keadaan di lingkungan
tersebut, kami menyusun makalah ini agar masyarakat
memiliki
kesadaran
tersendiri

bahwa
menjaga
kebersihan dan kelestarian lingkungan itu sangat
penting. Ketika banjir datang, selalu terjadi saling
menuding tentang siapa yang salah. Di lain pihak, para
ahli cendekia lalu sibuk mengeluarkan pendapat
tentang apa dan mengapa terjadi banjir. Ketika banjir
surut, perhatian akan banjir ikut surut pula. Kemudian

ribut-ribut lagi ketika musim berganti dan banjir datang
berulang[1].
Banjir merupakan bencana yang sudah menjadi
”langganan” bagi beberapa wilayah di Indonesia.
Bahkan, di kelurahan Duren Jaya, Bekasi kota setiap
tahun terjadi bencana ini. Selain disebabkan oleh
faktor
alam, banjir juga disebabkan ulah manusia.
Pembangunan gedung, penebangan pohon, dan
penyempitan sungai merupakan contoh ulah manusia
yang menjadi penyebab banjir.Banjir adalah salah satu

proses alam yang tidak asing lagi bagi kita. Kita dapat
melihat banjir sebagai rahmat Tuhan atau sebagai
bencana, tergantung pada pilihan kita sendiri. Sebagai
proses alam, banjir terjadi karena debit air sungai yang
sangat tinggi hingga melampaui daya tampung saluran
sungai lalu meluap ke daerah sekitarnya. Debit air
sungai yang tinggi terjadi karena curah hujan yang
tinggi. Sementara itu, banjir juga dapat terjadi karena
kesalahan manusia. Sampah adalah suatu bahan yang
dibuang atau terbuang akibat aktivitas manusia dan
belum memiliki nilai ekonomis. Pembuangan sampah
secara sembarangan mengakibatkan banjir pada
musim hujan dan pencemaran air. Banjir terjadi karena
sungai terlalu banyak sampah, sehingga tidak muat
lagi untuk menampung air. Akhirnya air pun meluber ke
sekitar sungai dan terjadilah banjir.
Selain mengakibatkan banjir, sampah di sungai
bisa menyebabkan pencemaran air atau air sumur
terkadang keruh. Pencemaran ialah masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy, dan

komponen lain kedalam udara/air, dan berubahnya
tatanan air/udara oleh manusia dan proses alam,
sehingga kualitas air/udara kurang sesuai. Hal ini
disebabkan sampah yang tercampur air baik kering
atau basah air yang tercampur menjadi kotor. dan jika
air itu meluber ke sekitar sungai dan diserap oleh tanah
maka terjadilah pencemaran air atau air sumur menjadi
keruh. Air- air yang tercemar tidak baik untuk
kesehatan[2].
2. Kronologis Kasus
Demak- Hujan deras di daerah hulu mengakibatkan
sedikitnya lima desa dilanda banjir. Bahkan satu desa
diantaranya yakni Desa Sayung, kecamatan Sayung,
menjadi langganan banjir selama lebih dari 10 tahun.
Informasi dihimpun, banjir melanda lima desa di tiga
1
2

A, Ritonga. 2001. Lingkungan Hidup. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.
Ibid, A.Ritongga, Lingkungan Hidup


kecamatan meliputi Desa Banyumeneng dan Desa
Tegalarum kecamatan Mranggen. Desa jraggung dan
desa teluk kecamatan karangawen serta desa saying.
Berdasarkan pantauan, hingga kemarin banjir masih
menggenangi rumah di Desa Sayung. Adapun banjir di
kecamatan Mranggen dan Karangawen yang terjadi
Minggu (14/1) sore hanya berlangsung sekira 1,5 jam.
Sutrikah (50), salah seorang warga RT 2 RW 6 Dukuh
Ngepreh Desa Sayung, mengatakan, setiap tahun
banjir sudah menjadi langganan di desanya.
“sudah lebih dari 10 tahun, dukuh ini menjadi
langganan banjir. Semalam (Minggu, 15/1), genangan
air masuk kerumah dengan ketinggian 30cm,”
katannya, senin (15/1). Hal ini senada dikatakan sopiah
(70), warga RT 1 RW 6, Dukuh Ngepreh. Gubuk reot
yang ditinggalinya sendiri itu dikepung banjir. Ia sudah
akrab dengan air bah yang melimpahi dari saluran
(avour) sungai saying dombo. Sopiah berharap instansi
terkait

segera
merealisasikan
janjinya
untuk
menormalisasisaluran tersebut. Sementara itu, Kades
Sayung, Munawir menyebutkan, tujuh dari delapan
perdukuhan berstatus siaga banjir bila hujan dari
daerah hulu turun deras. Ketujuh dukuh tersebut
meliputi saying kidul, saying kulon, saying lor, saying
wetan, lengkong, badar, dan Ngepreh. Hampir ketujuh
dukuh ini berada diarea cekungan. Pemerintah desa
sudah berupaya maksimal, seperti membangun talut
didukuh ngepreh hingga rumah pompa di Dukuh
Sayung baru. Harapan besar lebih lanjut, Munawir
mengatakan, kerugian warga akibat banjir sudah tak
ternilai. Lahan pertanian seluas 200 hektar gagal
panen. Ia bersamma puluhan warga, baru-baru ini
mendatangi kantor Balai Besar wilayah sungai (BBWS)
pemali juana di semarang. Terkait tuntutan itu, BBWS
pemali juana menerjunkan dua alat berat eskavator

sejak Rabu (11/1) lalu. Hanya, alat berat tersebut
belum bisa beroperasi maksimal lantaran kesulitan
turun ke sungai.
3. Rumusan Masalah
a. Bagaimana instrument dalam pengaturan pengelolaan
lingkungan hidup, terutama dalam masalah bencana
banjir di Indonesia?
b. Bagaimana penataan lingkungan hidup bagi lingkungan
yang sudah rusak atau tercemar supaya kembali
menjadi lingkungan hidup yang bersih?
PEMBAHASAN

a. Instrument
dalam
pengaturan
pengelolaan
lingkungan hidup, terutama dalam masalah
banjir di Indonesia
Pasal 14 UUPPLH menyebutkan instrumen-instrumen
pencegahan pencemaran dan kerusakan lingkungan

hidup yang pada dasarnya adalah juga sebagai
instrument pengelolaan lingkungan hidup dimaksudkan
juga untuk mencegah dan mengatasi masalah
pencemaran
dan
kerusakan
lingkungan
hidup.
Instrument-instrumen yang disebut dalam pasal 14
UUPPLH adalah (1) kajia lingkungan hidup sebagai
(KLHS), (2) tata ruang, (3) baku mutu lingkungan hidup,
(4) kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, (5)
Amdal, (6) UKL, UPL, (7) perizinan, (8) instrument
ekonomi, (9) peraturan perundang-undangan berbasis
lingkungan hidup, (10) anggaran berbasis lingkungan
hidup, (11) analisis risiko lingkungan hidup, (12) audit
lingkungan hidup. Selain instrument-instrument yang
disebut dalam pasal 14 UUPPLH, Rencana perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan hidup (RRPLH) yang ditur
dalam pasal 9, pasal 10, dn pasal 11 UUPPLH pada
dasarnya juga instrument lingkungan pengelolaan
lingkungan hidup dan terkait erat dengan penataan
ruang UULH 1982 maupun UULH 1997 tidak mengenal
dan mengatur RPPLH[3].
Untuk bisa mengurangi adanya kerusakan-kerusakan
pada lingkungan terutama untuk mengurangi adanya
banjir maka perlu diadakannya analisis dengan Amdal.
Amdal merupakan suatu upaya atau pendekatan untuk
mengkaji
apakah
kegiatan
pemanfaatan
atau
pengolahan sumber daya alam atau kebijakan
pemerintah akan dan dapat menimbulkan dampak
terhadap lingkungan hidup. Negara, yang pertama kali
mengintrodusir pendekatan ini ke dalam proses
pengambilan keputusan adalah Amerika Serikat melalui
UU yang terkenal dengan nama “The National
Environmental Policty Act”(NEPA) yang diundangkan
pada tahun 1969. Indonesia adalah salah satu diantara
negara-negara mengintegritaskan Amdal atau EIA ke
dalam proses pengambilan keputusan. Akan tetapi,
terdapat perbedaan konotasi atau makna dampak
diantara Amdal di Indonesia dengan EIA di Amerika
Serikat atau Kanada[4].
Keberadaan lingkungan hidup sebagai salah satu
asset bagi manusia merupakan suatu hal yang sangat
mendasar. Sebab secara formalitas, masyarakat dunia
Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan di Indonesia, PT: Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2014, hlm.85-86.
4 Ibid, hlm. 92.
3

yang tergabung dalam PBB telah melakukan konferensi
tingkat tinggi (KTT) sebanyak 3 kali. Menurut Sonny
Keraf, tidak bisa disangkal bahwa berbagai kasus
lingkungan hidup yang terjadi sekarang ini, baik pada
lingkungan global maupun lingkungan nasional,
sebagaian sumber bersumber dari perilaku manusia.
Kaasus-kasus pencemaran dan kerusakan, seperti
dilaut, hutan, atmosfer, dan air, tanah, dan seterusnya
bersumber pada perilaku manusia yang tidak
bertanggung
jawab,
tidak
peduli
dan
hanya
mementingkan diri sendiri. Manusia adalah penyebab
utama
dari
kerusakan
dan
pencemaran
lingkungan[5].Dalam UU No 32 Tahun 2009 tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pasal
1 butir 9 menyatakan bahwa sumber daya alam adalah
unsur lingkungn hidup yang terdiri atas sumber daya
alam hayati dan non hayati yang secara keseluruhan
membentuk kesatuan ekosistem.
Ketentuan-ketentuan
yang
mengatur
tentang
konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistem
sebenarnya untuk Indonesia sudah ada dalam
peraturan perundang-undangan di zaman kolonial
dahulu. Peraturan perundang-undangan tersebut
adalah dierenbeschermings Ordonantie 1931 stb.1931
No 134, Jacht Ordonantie 1931 stb.1931 no 133, Jacht
Ordonantie Java and Madura 1940 stb.1939 no.733 dan
Natuurbeseschermings Ordonantie 1941 stb. 1941 no
167. Di zaman di Indonesia merdeka peraturan
perundang-undangan tentang konservasi sumber daya
alam hayati dan ekosistem dapat dilihat pada UU No. 5
Tahun 1990 tentang konservasi, UU No. 5 tahun 1997
tentang ketentuan pokok kehutanan, dan yang terbaru
diatur dalam UU no. 32 tahun 2009 tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup[6].
b. Penataan Lingkungan Hidup bagi lingkungan
yang sudah rusak atau tercemar
Salah
satu
persyaratan
penataan
terhadap
lingkungan hidup adalah bagaimana melaksanakan
dengan tegas salah satu instrument penataan terhadap
lingkungan hidup, yaitu perizinan. Dalam pasal 18 ayat
1 UU No 23tahun 1997 dinyatakan bahwa: setiap usaha
dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar
dan penting terhadap lingkungan untuk memperoleh
izin melakukan usaha dana tau kegiatan. Dalam usaha
penanggulangan banjir, maka pemerintah setidaknya
Sonny Keraf, Etika Lingkungan, Penerbit Kompas: Jakarta, 2002, hlm. 13.
Marhaeni Ria Siombo, “Kearifan Lokal dalam Perspektif Hukum
Lingkungan”. Jurnal Hukum.No.3. Vol. 18 Juli 2011. Hlm. 431.
5
6

bisa untuk membangun tanggul yang tinggi sehingga
ketika hujan deras dan air yang tidak bisa ditopang ke
bawah maka akan masuk ke dalam tanggul besar dan
akan dialirkan ke laut. Dengan demikian, maka
pemerintah setempat melakukan pencegahan untuk
menanggulangi bencana banjir dengan cara, membuat
saluran terowongan air bawah tanah dengan tujuan jika
volume air penuh maka dengan otomatis langsung
akan dialirkan melalui saluran untuk menuju ke sungai
dan ke laut[7].
Pemerintah melakukan pengupayaan ini guna untuk
mengembalikan lingkungan yang telah rusak dan guna
untuk mengurangi adanya bencana banjir lagi.program
pembinaan hukum lingkungan ini secara terpadu
memang merupakan keharusan mengingat luasnya
cakupan dalam sector pembangunan yang ada di
Indonesia. Beberapa sector yang terkait ini dapat
disebutkan diantaranya dalam sector kependudukan,
transmigrasi, pemukiman, pertanian, perindustrian,
perumahan, dan pertambangan. Dengan adanya
penyelenggaraan pengelolaan lingkungan hidup dalam
rangka pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan hidup harus didasarkan kepada norma
hukum yang memperhatikan tingkat kesadaran
masyarakat dan perkembangan lingkungan global serta
perangkat hukum internasional yang berkaitan dengan
lingkungan hidup. Mengatasi banjir bisa dimulai dari
diri sendiri tanpa seluruhnya tergantung pada
pemerintah. Bila setiap warga kepedulian dan
partisipasi dalam kegiatan yang mengurangi resiko
anjir, kerugian akibat banjir bisa diminimalisir[8].

KESIMPULAN
Dari analisis diatas dapat diambil kesimpulan yakni
untuk bisa tetap menjaga lingkungan alam dengan
baik, haruslah dimulai dari kesadaran dari diri pada
manusiannya dahulu. Manusia harus bisa merubah
sikap dan sifatnya untuk tidak merusak alam nya ini,
karena ala mini yang akan memberikan kehidupan
untuk manusia itu sendiri. Kemudian, untuk bisa
menanggulangi adanya bencana banjir, maka manusia
mulai sekarang harus membiasakan diri untuk tetap
membuang sampah pada tempat yang telah
Supriadi, Hukum Lingkungan di Indonesia (Sebuah Pengantar), PT: Sinar
Grafika, Jakarta, 2015,hlm. 198.
8 Sutrisno, “Politik Hukum Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup”, Jurnal Hukum, No.3, Vol. 18 Juli 2011. Hlm. 449-450
7

disediakannya dan manusia diharapkan untuk tidak
asal menebang pohon-pohon yang memiliki banyak
sekali manfaat bagi kehidupan makhluk hidupnya.
Pemerintah juga harus membuat dan merencanakan
yaitu melakukan program kali bersih, penghijauan,
realisasi proyek saluran air atau gorong-gorong , dan
juga pembuatan peraturan tentang pembuangan
limbah. Mengelola dengan bijak antara penebangan
dan reboisasi hutan, karena pohon berperan penting
untuk pencegahan banjir. Sebenarnya menebang
pohon tidak dilarang bila kita akan menanam kembali
pohon tersebut dan tidak membiarkan hutan menjadi
gundul.Sehingga masyarakat akan tersadar dan akan
takut jika melakukan pelanggaran dalam pengrusakan
lingkungan hidup. Sehingga diharapkan alam kita bisa
menjadi baik lagi dan bisa untuk kehidupan nantinya
untuk anak cucu kita nanti di masa yang mendatang.

DAFTAR PUSTAKA
A,
Ritonga.
2001.
Lingkungan
Jakarta:Lembaga Penerbit FEUI.

Hidup.

Marhaeni Ria Siombo (2011). Kearifan Lokal dalam
Perspektif Hukum Lingkungan. Jurnal Hukum.No.3. Vol
18 Juli. Hlm. 431.
Sonny Keraf. 2002. Etika
Penerbit Kompas. hlm. 13.

Lingkungan.

Jakarta:

Supriadi. 2015. Hukum Lingkungan di Indonesia
(Sebuah Pengantar). Jakarta: PT.Sinar Grafika. hlm. 198.
Sutrisno (2011). Politik Hukum Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jurnal Hukum. No.3,
Vol. 18 Juli. Hlm. 449-450.
Takdir Rahmadi. 2014.
Hukum Lingkungan di
Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. hlm.8586.

Nama Koran
Edisi Tanggal

: Kompas
: Selasa, 17 Januari 2017