PROFIL MODEL PEMBELAJARAN SOFT-SKILL PADA SMK BIDANG EKONOMI DI SURAKARTA ( kajian aspek Apa; Mengapa; dan Bagaimana ) Budi Sutrisno Staf Pengajar pada Prodi Pendidikan Akuntansi – FKIP – UMS bs197ums.ac.id ABSTRACT - PROFIL MODEL PEMBELAJARAN SOFT-SKILL
PROFIL MODEL PEMBELAJARAN SOFT-SKILL PADA SMK BIDANG EKONOMI DI SURAKARTA ( kajian aspek Apa; Mengapa; dan Bagaimana )
Budi Sutrisno Staf Pengajar pada Prodi Pendidikan Akuntansi – FKIP – UMS bs197@ums.ac.id
ABSTRACT
The purpose of this research was to describe the profile of soft skill teaching model in the economic and business vocational school (SMK) especially in productive subject that appropriate with industry needs. This was an qualitative research with the ethnographic approach. The data collection methods were interview, observation, documentation, and closed questionnaire. The source persons were vocational principals in Surakarta and CEO of some industries in Surakarta. The data analysis conducted by using the interactive pattern of analysis components. The research indicated that vocational schools in Surakarta needed to develop network among schools. However, while the private vocational school only had local network, the state vocational schools had wider network such as having collaboration with industry from Japan, Korea, and some countries from the Southeast Asia. The collaboration with the industry must cover the curriculum needs that had been adopted by the vocational school. The curriculum must include hard skill and soft skill. Hard skill must consist of knowledge (25%) and skill (35%). Whereas soft skill consist of character (24%) and physical condition (16%). There are two conclusion of this study. Firstly, the soft skill teaching in state vocational school had already integrated with teaching and learning activity. While, secondly, in the private vocational school still disintegrated with teaching and learning activity. Most private vocational school integrated soft skill with extra activities in school.
Kata Kunci: Profil, Model, Pembelajaran, Soft-Skill, SMK
PENDAHULUAN
dasar kemampuan luas, kuat, dan Agar suatu bangsa dapat
mendasar untuk berkembang”. berkiprah dalam tatanan dunia baru yang cepat berubah, perlu penyiapan
Untuk dapat mengikuti tatanan SDM yang berkualifikas, hal ini dirunut
dunia baru tersebut, Wagner (2008) dari pendapat Sutomo dan Budi
“tujuh keterampilan Sutrisnno ( 2013) yang menyatakan:
mengemukakan
agar seseorang mampu bertahan dalam tata dunia baru, yakni: “(1) mempunyai daya saing secara (1) critical thinking and problem solving; (2)
terbuka dengan bangsa lain; (2) adaptif collaboration across networks and
dan antisipatif terhadap berbagai leading by influence; (3) agility and
perubahan dan kondisi baru; (3) mampu adaptability; (4) initiative and belajar bagaimana belajar; (4) memiliki entrepreneurialism; (5) effective oral berbagai keterampilan yang mudah and written communication; (6 dilatih ulang; dan (5) memiliki dasar- perubahan dan kondisi baru; (3) mampu adaptability; (4) initiative and belajar bagaimana belajar; (4) memiliki entrepreneurialism; (5) effective oral berbagai keterampilan yang mudah and written communication; (6 dilatih ulang; dan (5) memiliki dasar-
turut adalah kondisi fisik, pengetahuan dan keterampilan. Keadaan itu menarik
Berbagai pendapat menyatakan mengingat selama ini pada dunia
bahwa peningkatan kemampuan dan
khususnya sekolah keterampilan bagi generasi muda calon
pendidikan,
menengah kejuruan (SMK), mendidik tenaga kerja merupakan tanggung jawab siswa sebagai calon tenaga kerja industri dunia pendidikan. Untuk itu, siswa
lebih menekankan kepada aspek sebagai subyek dan sekaligus produk
keterampilan dan pengetahuan atau pendidikan dituntut memiliki delapan
hard skills.
kompetensi pokok yakni: (1) communication skills; (2) critical and
Kebutuhan Du/Di dalam creative thinking; (3) inquiry/reasoning
perencanaan karir siswa dan peran soft- skills; (4) nterpersonal skills; (5)
skill t erhadap kesuksesan seseorang multicultural/multilingual literacy; (6)
dalam kehidupan dapat diadopsi hasil problem
penelitian Neff and Citrin ( 1999) di information/digital literacy; dan (8)
solving;
Amerika, yang menyatakan bahwa karir technological skills. Jika dicermati dari
seorang karyawan 80% ditentukan oleh delapan kompetensi lulusan tersebut,
soft-skill sedang 20% oleh hard-skill. kompetensi 1 s/d -6 merupakan soft
Di Indonesia, secara umum skills , sedang kompetensi 7 dan 8
pengembangan aspek soft skills, belum adalah hard skills.
dialokasikan dalam kurikulum pada porsi yang memadai. Fakta inilah yang
Hasil survei
ke
industri
merupakan suatu kesenjangan antara manufaktur di daerah Yogyakarta yang
dunia pendidikan kejuruan dan dunia dilakukan oleh Widarto, Pardjono, dan
industri.
Noto Widodo ( 2013 ) dalam penelitiannya untuk mengetahui “aspek
Untuk mengatasi kesenjangan yang berpengaruh dalam menghasilkan
yang ada, berdasarkan hasil servey di produk yang berkualitas menurut
darah Yogyakarta, ditemukan fakta pimpinan perusahaan dan karyawan
bahwa biasanya pihak perusahaan adalah:” 1). Pimpinan perusahaan
melakukan strategi sebagai berikut: memberikan pendapat bahwa kontribusi
Pertama, dalam memilih karyawan baru pengetahuan 23%, keterampilan 22,33%,
menekankan pada aspek karakter 28,33%, dan kondisi fisik
lebih
kompetensi sikap/watak. Kedua, basic karyawan 26,33 untuk menghasilkan
skills yang diutamakan bagi karyawan produk
baru adalah keahlian pokok akuntanasi, Sedangkang
dan Administrasi perusahaan
Perkantoran. Ketiga, karyawan baru pengetahuan 23%, keterampilan 20%,
bahwa
kontribusi
perlu pelatihan khusus yang dilakukan karakter 30%, dan kondisi fisik
di dalam perusahaan, yang meliputi karyawan 27% ”.
materi: Peraturan Perusahaan, K3, Motivasi, dan Wawasan ISO 9000.
Temuan tersebut menunjukkan bahwa aspek sikap/watak merupakan
Bertolak pada paparan di atas, aspek yang memiliki kontribusi terbesar
maka dianggap sangat penting dan untuk menghasilkan produk yang
mendesak untuk diketahui upaya sekolah mendesak untuk diketahui upaya sekolah
yang menghaslkan lulusan untuk dapat Tentu saja sekolah kejuruan tidak
mengisi kebutuhan tenaga
kerja
terlepas dar fungsinya sebagaimana dikalangan DU/DI, dan lebih secara
dikatakan oleh Baedhowi (2008:1), mandiri
“fungsi penyelenggaraan pendidikan menciptakan
atau kelompok
kejuruan adalah: (1) menyiapkan peserta kiprahnya dalam dunia wirausaha.
didik yang mampu meningkatkan Tulisan ini merupakan artikel hasil
(2) mampu penelitian di SMK Surakarta tahun 2016,
kualitas
hidup;
mengembangkan diri, dan memiliki yang berjudul penelitian “ Profil Model
keahlian dan keberanian membuka Pembelajaran Soft-Skill di SMK Bidang Ekonomi”, peluang meningkatkan penghasilan; (3)
menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja mendeskripsikan aspek-aspek berikut: a)
produktif; (4) memenuhi keperluan Karakteristik aspek soft-skill yang
tenaga kerja dunia usaha dan dunia dibutuhkan DU/DI,
b). Kebijakan
industri; (5) menciptakan lapangan kerja Model pembelajaran soft skill yang bagi dirinya dan bagi orang lain; (6) dilakukan oleh sekolah dalam menjawab
status- siswa dan tuntutan DU/DI.
mengubah
ketergantungan menjadi bangsa yang
1. Konsep Dasar Pendidikan Kejuruan.
berpenghasilan (produktif), dan (7) Secara sistemik, konsep dasar
menyiapkan siswa menguasai IPTEK”. Pendidikan Kejuruan pada dasarnya
Dengan demilian mereka mengikuti, merupakan subsistem dari sistem
menguasai dan menyesuaikan din pendidikan. Menurut Muchlas Samani,
dengan kemajuan IPTEK serta memiliki (2005:14). “Terdapat banyak definisi
dasar untuk dapat yang diajukan oleh para ahli tentang
kemampuan
din secara pendidikan kejuruan dan definisi-definisi
mengembangkan
berkelanjutan.
tersebut berkembang seirama dengan persepsi dan harapan masyarakat tentang
2. Konsep Soft Skill
peran yang harus dijalankannya”. Menurut Hagman (2003:3), Bagi masyarakat Indonesia misi
”lulusan harus diberikan kapasitas pendidikan kejuruan adalah sangat
kompetensi yang interdisiplin yaitu penting karena pada umumnya siswa
hard-skill dan soft-skill . Tetapi sekolah kejuruan berasal dari masyarakat
sayangnya selama ini pendidikan soft- dengan tingkat sosial ekonomi rendah
tidak secara eksplisit (Suprapto
skill
dicantumkan dalam kurikulum yang 1991:8) http://sambasalim.com/pendidikan
Brotosiswoyo,
ada di sekolah, sehingga seringkali /konsep-pendidikan-kejuruan.html - _ftn13 ,
banyak guru dan bahkan sekolah sehingga apabila sekolah kejuruan
tidak secara langsung dapat berhasil mewujudkan misinya berarti
dan mengajarkan akan membantu menaikan status sosial
merencanakan
pendidikan soft- skill (Moyo & Hagman, ekonomi masyarakat tingkat bawah.
Dengan kata lain sekolah kejuruan dapat “Soft-skill sendiri diartikan sebagai membantu meningkatkan mobilitas
seluruh aspek dari generic skill yang seluruh aspek dari generic skill yang
oriented”.
academic skill (Sharma,2009:11). Soft- Pengembangan kualitas sumber
skill menyangkut kategori personal daya manusia harus berorentasi pada
qualities, interpersonal skill, and segi kemampuan tehnis, teoritis,
additional skill/knowledge , yang mana konseptual, Mangkuprawiro (2002:135). semua hal tersebut akan memberikan Untuk itu Kurikulum
Sekolah kontribusi
pada
kemampuan
Menengah Kejuruan harus dikemas kompetensi secara keseluruahan
dengan pendekatan Kurikulum berbais (Bernd Schulz, 2008:147)” .
(Competeny Based Kualitas personal adalah kualitas
kompetensi
Curriculum), Kurikulum berbasis luas seseorang yang menyangkut pada
mendasar (Broad based kompetensi diri seperti kreativitas,
dan
curriculum) dan pengembangan kemampuan
kecakapan hidup (life skill). Dengan memecahkan, memimpin, kemampuan
berpikir
dan
berbagai kurikulum negosiasi,
pendekatan
pendidikan SMK sebagai sistem kemampuan komunikasi, kemampuan
kemampuan
presentasi,
yang menyiapkan menjalin relasi, dan kemampuan bicara
pendidikan
lulusannya siap kerja harus mampu dimuka umum.
menghasilkan lulusan yang dapat bersaing dalam dunia global dan
Secara eksplisit telah terlihat sebagai antisipasi adanya perubahan
bahwa soft-skill sangat diperlukan dalam kebutuhan di dunia kerja yang pemanfaatannya
pada
aspek
terwujud dalam perubahan persyaratan perencanaan dan proses pencarian
dalam menerima tenaga kerja, yaitu pekerjaan serta kesuksesan meniti karir
adanya persyaratan soft-skill yang pekerjaan. Hal ini mengindikasikan
dominan disamping hard skill-nya. bahwa soft skill menentukan kecepatan Secara jelas ditunjukkan bahwa soft-skill lulusan mendapatkan pekerjaan, selain
sangat dibutuhkan lulusan untuk dapat didukung oleh hard-skill-nya.
dalam mendapatkan Ruben
bersaing
pekerjaan, meniti karir dalam (1998:177),
and
DeAngelis
“ hasil surveynya pekerjaannya dan untuk berwirausaha. mengelompokkan kompetensi yang
Walaupun demikian, aplikasi dibutuhkan dan seseorang dapat
pengelolaan kompetensi soft-skills oleh sukses meniti karir dan kehidupannya,
sekolah, menurut Sutrisno, Budi (2013), yaitu kompetensi personal, komunikasi,
tidak selamanya mampu menjamin organisasi, internasional/antar budaya
hasil kecuali dan domain”. Sedangkan Puliam mempertimbangkan tiga aspek berikut: (2008:211) “menyebutkan bahwa skill
optimalisasi
(1) menyadari diri sendiri terhadap yang paling dicari oleh pemberi kerja
kesempatan- adalah
kesempatan, kendala-kendala, pilihan- integritas/kejujuran,
keterampilan
pilihan, dan konsekuensi-konsekuensi; interpersonal, motivasi/inisiatif, etika (2) mengidentifikasi tujuan-tujuan yang kerja yang kuat, bekerja dalam tim,
berkaitan dengan karir; (3) penyusunan keterampilan
komputer,
analitis,
program kerja pendidikan, yang program kerja pendidikan, yang
skill merupakan pengalaman
pengalaman-
Soft
kemampuan khusus, yang mencakup pengembangan guna menyediakan arah,
yang
bersifat
aspek social interaction, ketrampilan waktu, dan urutan langkah-langkah yang
teknis dan managerial. Kemampuan ini diambil untuk meraih tujuan karir
harus dimiliki tiap siswa dalam memasuki
dunia
kerja. Seperti
3. Pentingnya Soft Skills dalam
diungkapkan Hakim Nasution (2006)
Sistem Pembelajaran
dalam seminar soft skill ”Kunci Menuju Proses pembelajaran di sekolah Sukses” yang disenggarakan di ITS. atau perguruan tinggi sedang mengalami
gambaran terjadinya pergeseran dari pembelajaran berbasis isi
memberikan
kondisi terbalik di dunia pendidikan, di ke berbasis kompetensi, dan saat ini mana kompetensi hard skill yang berbasis
kekbutuhan
masyarakat
disediakan mencapai 90% dan soft-skill sehingga harus berkontribusi bai
hanya 10%, tetapi fakta dilapangan ( pengembangan pengetahuan, sikap dan
DU/DI ) justru mebutuhkan soft-skill ketrampilan secara utuh dan terintegrasi.
20%. Dari fakta tersebut, lanjutnya, Konotasi
pembaruan
proses
dapat ditarik benang merah bahwa dalam pembelajaran ini apabila ini dijalankan,
memasuki dunia kerja soft skill-lah yang maka tidak terlalu sulit untuk siswa atau
mempunyai peran yang lebih dominan. mahasiswa merubah dirinya dari yang
kurang kompeten menjadi yang paling
4. Metode Pengukuran Pembelajaran kompeten. Perubahan yang dimaksud
dalam Permendikbud no:103 dan 104
1) Model Pembelajaran soft-skill
Pembelajaran soft skills tahun 2014, bukan semata-mata hanya
dapat dilakukan melalui tiga model. mengganti daftar mata kuliah, atau
terpisah sebagai susunan mata kuliah, melainkan yang
Model
pembelajaran soft skills atau diskrit, lebih hakiki adalah perubahan proses pelaksanaannya dikemas secara pembelajaran,
penyampaian
dan
khusus, tidak tercantum di dalam evaluasinya. Proses pembelajaran dari
kurikulum. Ini diterapkan melalui teacher centered ke sutdent centered
program kepemimpinan, 2). Model learning .
terintegrasi yaitu menyatu dengan Proses
pembelajaran
yang
hard skills artinya melekat dan menggunakan pendekatan SCL (Student
terpadu dengan program kurikuler, Centered Learning) menjadi salah satu
kurikulum yang ada atau dalam pilihan dalam Kurikulum 2013 ini. Soft
pembelajaran yang ada atau dalam skills dikembangkan tidak seharusnya
proses pembelajaran. 3). Model melalui satu mata pelajaran, melainkan komplementatif, implementasi
soft di integrasikan di setiap mata pelajaran.
skills ditambahkan ke dalam program Apabila atribut soft skills yang akan
pendidikan kurikuler dan struktur dikembangkan adalah komunikasi lisan,
kurikulum yang ada (Herminarto, maka proses pembelajaran yang
2008: 6-7).
menggunakan presentasi,
diskusi,
Model pembelajaran soft skills diskusi kelompok menjadi perlu
terintegrasi merupakan model yang dilakukan. Namun, apabila kerjasama
mampu menyatukan soft skills secara yang akan difokuskan, maka penugasan
seimbang baik pada saat guru merancang berkelompok perlu dilakukan.
pembelajaran, mengimplementasikan
menumbuhkan, menjaga dan mengevaluasi. Model pembelajaran
mampu
maupun menguatkan soft skills. Pola dapat dilakukan guru dengan mudah
penguatan dapat dikembangkan guru karena soft skills terintegrasi pada topik-
sebagai bentuk dari konsekuensi perilaku topik hard skils yang menjadi inti
yang ditampilkan selama pembelajaran. kompetensi mata pelajaran. Model integrasi diawali dengan
2) Sistem evaluasi pembelajaran
kajian soft skills hasil analsis kebutuhan
soft-skill
soft skills dari industri dan kebutuhan Pembelajaran hard skill pada kurikulum. Selanjutnya temuan soft
umumnya menekankan pada aspek skills tersebut diintegrasikan kedalam
kognitif dan psikomotorik, sedangkan topik-topik hard skills yang menjadi
soft skills lebih conten t. Integrasi soft skills ini juga
pembelajaran
menekankan penguasaan aspek afektif, terdiskripsikan
dan bersifat pribadi meliputi komponen pembelajaran dan pada diri siswa serta
kedalam
tujuan
personal dan interpersonal. Dikarenakan pengalaman
kedua pola pembelajaran soft skills pembelajaran menjadi dasar bagi siswa
pembelajaran.
Tujuan
tersebut diselenggarakan dalam situasi dan guru dalam memahami target belajar
yang berkelanjutan ( continues process), sekaligus sebagai penuntut siswa akan
maka evaluasi dilakukan dalam tiga standar kerja soft skills dan hard skills
tahap yaitu sebelum, selama dan sesudah atau multi target (nested). Integrasi pada
pembelajaran atau measure ongoing diri
performance. Model evaluasi ini internalisasi yang terjadi sejalan dengan
siswa menjelaskan
proses
untuk memperoleh waktu dan mekanisme pembelajaran
dimaksudkan
berbagai informasi secara berkelanjutan yang dikreasikan guru. Pengalaman
tentang perkembangan siswa dari sisi belajar merupakan implementasi dari
kognitif dan skill. Selain itu untuk proses pembudayaan yang menekankan
bahwa penguasaan pada manajemen performen.
meyakinkan
kompetensi skills telah mencapai tingkat Model pembelajaran skills dapat
mastery, menunjukkan performa kerja dikembangkan dengan bertumpu pada
yang terstandar. Melalui mekanisme pembelajaran
evaluasi dengan pendekatan perbaikan construktivism,
kognitivism,
berkelanjutan ini, performa kerja hard humanism yang digunakan secara
behaviourism,
dan
dan soft skills siswa akan tercapai secara eklektik. Karena itu selama pembelajaran
maksimal dan selaras dengan kebutuhan dikembangkan konsep soft skills, berupa
stakeholder .
kemampuan berfikir kritis, belajar Pengukuran hard skill tentunya melalui fakta-fakta yang ditemui pada
lebih mengarah pada aspek cognitive saat praktek, mencoba menganalisis dan
dan ketrampilan motorik siswa, sehingga membuat pernyataan-pertanyaan untuk
cenderung menggunakan alat ukur tes meneguhkan perilaku soft skills. Hal ini
berupa poryek maupun unjuk kerja; dilakukan melalui diskusi, refleksi diri
sedangkan soft skills yang menekankan ataupun
aspek afektif, menggunakan alat ukur harapannya penguasaan konsep soft
menganalisis
balikan,
non tes, berupa studi persepsi, pendapat skills oleh siswa semakin kokoh. Situasi
dan kategori. Instrumen yang digunakan pembelajaran yang diciptakan guru harus
dipilih dengan pertimbangan saling dipilih dengan pertimbangan saling
pendekatan ini, kehadiran peneliti Format evaluasi dibuat agar dapat
dilaksanakan secara wajar sebagaimana dipergunakan oleh guru, teman, dan diri
adanya.
sendiri. Pengembangan
instrumen
Pemilihan informan disini ditentukan oleh dimensi masing-masing
meliputi kepala SMK dan guru bidang berdasarkan kedalaman dan keluasan. ekonomi di Surakarta untuk mata Kajian tentang masing-masing dimensi pelajaran produktif terkait. Melalui key ditentukan oleh materi ajar yang – informen, penelitian ini berusaha untuk menggambarkan aspek hard skill secara mengungkapkan informasi sebanyak terpisah dan aspek soft skills yang
mengenai pelaksanaan cenderung terintegrasi. Hasil evaluasi pembelajaran soft – skill di SMK bidang akan memberi gambaran perkembangan ekonomi di Surakarta dalam mata perubahan
pelajaran produktif yang terinci untuk dibandingkan dengan standar.
mata pelajaran Akuntansi, Pemasaran, dan Administrasi Perkantoran, serta
METODE PENELITIAN
upaya-upaya yang dilakukan oleh Penelitian ini merupakan jenis
sekolah dalam rangka meningkatkan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif,
menurut Moleong, (2002 : 7), ” output pembelajarnnya. Di samping itu penelitian juga dilakukan di lingkungan
memanfaatkan analisis data secara DU/DI di Surakarta dalam memperoleh induktif. Selain itu, ciri lainnya adalah informasi tentang analisis kebutuhan
manusia adalah sebagai alat penelitian,
karyawan beserta sasaran penelitian mengarah pada usaha
kompetensi
karakteristik kompetensi soft-skill yang menemukan teori dasar, bersifat
diutamakan nya.
deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, dan ada batasan studi
penelitian dalam dilakukan dalam rangka keabsahan data,
Setting
penelitian ini merupakan wadah rancangan penelitian (yang bersifat
pencarian data secara fisik yang terdiri sementara), hasil penelitian dan subyek
dari tiga dimensi yaitu tempat, pelaku penelitian”, hal yang sama juga
dan aktivitas. Pertama, dimensi tempat ditegaskan oleh Sugiyono, ( 2006:18).
yaitu SMK Negeri A Surakarta ( Usman & Akbar (2001 : 81);
perwakilan sekolah negeri ), dan SMK B ”mengemukakan
( perwakilan SMK Swasta berbasis kualitatif berarti metode penelitian yang
bahwa
metode
Islam ), dan SMK C ( perwakilan dilakukan dalam situasi yang wajar
sekolah swasta murni ). Kedua, dimensi (natural setting ) dan data yang
pelaku yaitu guru, dan kepala sekolah, dikumpulkan
serta pimpinan DU/DI. Ketiga, Peneliti kualitatif”.
umumnya
bersifat
melakukan pengamatan tingkah laku subyek, yang pada gilirannya akan
Pemilihan pendekatan kualitatif memperoleh informasi penting dari suatu
berdasarkan pada pertimbangan bahwa kegiatan yang menjadi obyek penelitian. gejala dalam penelitian ini merupakan
hasil proses pembelajaran pada mata Teknik pengumpulan data yang pelajaran produktif,
digunakan dalam penelitian ini meliputi: dilakukan melalui kajian terhadap
yang
perlu
1) Observasi / Pengamatan. Observasi 1) Observasi / Pengamatan. Observasi
kerjasama dalam pelaksanaan Prakerin. pembelajaran soft-skill dan hard-skill
tentang
pelaksanaan
Validitas data merupakan faktor beserta evaluasinya, yang dilakukan
penting bagi penelitian, oleh karena itu oleh guru SMK bidang ekonomi di
atas data sebelum Surakarta, untuk pelajaran produktif.
pemeriksaan
dilakukan analisis adalah mutlak adanya. Pengamatan
Untuk menguji validitas data dalam kemampuan peneliti dari segi motif,
mengoptimalkan
digunakan teknik kepercayaan, perhatian, perilaku tak
penelitian
ini
triangulasi. Denzin ( Moleong, 2002 : sadar,
15) membedakan empat macam memungkinkan pengamat untuk melihat
dan kebiasaan
sehingga
triangulasi sebagai teknik pengujian data fakta pembelajaran tesebut sebagaimana
yaitu dengan menggunakan sumber, adanya.
2) Wawancara. Wawancara metode, penyelidik dan teori. Dari dilakukan secara mendalam baik secara
empat macam triangulasi ini yang formal maupun informal. Wawancara
digunakan adalah pengujian berbasis informal mengandung unsur spontanitas,
sumber, karena fokus kajian terletak santai, tanpa pola atau arah yang
pada tindakan subyek, maka harus ditentukan sebelumnya. Sedangkan
didukung oleh akurasi data dari sumber wawancara formal menggunakan garis-
yang relevan dan representatif. garis pokok, topik atau masalah yang
Data yang berhasil dikumpulkan, dijadikan pegangan dalam pembicaraan.
dianalisis dengan menggunakan model Wawancara dilakukan secara terstruktur analisis interkatif (Sutopo, 2002: 87). dengan menentukan masalah dan Dalam model analisis ini, tiga komponen pertanyaan-pertanyaan untuk mencari analisisnya, yaitu reduksi data, sajian data yang diperlukan. Informan yang data dan penarikan kesimpulan/verifikasi ditetapkan adalah para guru yang dilaksanakan bersama dengan proses bersangkutan, untuk memperoleh data pengumpulan data dalam bentuk tentang pola pembelajaran dan evaluasi interaktif melalui proses siklus. serta berbagai hambatan dalam proses
KBM di SMK bidang ekonomi Teknik analisis data dilakukan Surakarta. Wawancara dilakukan untuk
dengan langkah-langlah: (1) reduksi mengetahui informasi yang mendukung
data, yaitu proses pemilihan, pemusatan tercapainya tujuan penelitian (Moleong,
perhatian pada penyederhanaan atau 2002 : 135-146). 3) Dokumentasi.
menyingkat data dalam bentuk uraian Dokumen berguna untuk memberikan
secara rinci dan sistematis, yakni latar belakang yang lebih luas mengenai
menonjolkan hal-hal pokok yang penting pokok penelitian, dapat dijadikan bahan
agar lebih mudah dikendalikan, (2) untuk mengecek kesesuaian data dan
display data, yaitu upaya menyajikan bahan utama dalam penelitian (
melihat gambaran Moleong, 2002:160-163). Teknik ini
data
dengan
keseluruhan atau bagian tertentu dari digunakan untuk mengali data deskripsi
penelitian, (3) kesimpulkan dan DU/DI dan sekolah, yang menyangkut
verifikasi, yaitu upaya untuk mencari tuntutan kompetensi dalam rekrutmen
makna terhadap data yang dikumpulkan karyawan,
dengan mencari pola, hubungan, pembelajaran dan aspek jumlah maupun
penerapan
kurikulum, kurikulum,
1. Karakteristik aspek soft-skill yang
sebagainya.
dibutuhkan DU/DI
Jenis Soft Skills yang dibutuhkan Du/Di dan dikembangkan oleh SMK di
HASIL PENELITIAN DAN
Surakarta dapat dipaparkan dalam tabel
PEMBAHASAN
1. Berikut ini.
Tabel 1. Jenis Soft Skills yang dikembagkan
SMK SMK No
Du/D SMK
Jenis Soft Skill
“A”
“B” “C”
1 Bekerja cekatan, rapi, bersih, aman,
2 jujur. Rasa bangga terhadap pekerjaan.
3 Kerja keras, dalam wujud
mengutamakan mutu, dan kualitas.
4 Bekerja sama dalam tim.
5 Menghargai karya orang lain.
6 Belajar sepanjang waktu.
7 Bekerja efektif, efisien dan produktif
sebagai cerminan dari strategi berfikir.
8 Kreatif dan inovatif.
9 Kekuatan untuk berubah.
10 Komunikasi verbal dan non-verbal.
-- --
Sajian data di atas menunjukan bahwa ini lebih didasarkan pada faktor semua soft skill yang dikembangkan
kelengkapan instrument sekolah yang dalam dunia kerja dan dunia industri dan
berupa Kompetensi guru, Laboratorium sekaligus menjadi dasar rekrutmennya,
dan peralatan terkait, sarana dan ternyata telah diadopsi oleh tiga (3)
prasarana , Keuangan, keluasan SMK objek penelitian ini, kecuali
jaringan, serta model pembelajaran kompetensi ke 10 yang tidak diadopsi
yang dikembangkan. Pada SMK oleh SMK Swasta, dengan pertimbangan
Negeri, yang tentunya memliki faktor- hanya dilaksanakan dalam pembelajaran
faktor pendukung terkait yang lebih bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
memadai dibanding SMK Swasta yang Yang lebih menarik adalah ketiga
diteliti. Jika disimak lebih lanjut, hasil sekolah itu tidak memiliki sarana
kajian ini berbeda dengan hasil laboratorium bahasa.
penelitian
yang dilakukan oleh Widarto, Pardjono, dan Noto Widodo (
Perbedaan pelaksanaan dari 2013 ) dalam penelitiannya untuk
kompetensi yang dikemnbangkan oleh mengetahui “aspek yang berpengaruh
SMK dalam upaya pencapaiannya dalam menghasilkan produk yang memiliki intensitas yang berbeda. Hal
berkualitas
menurut pimpinan menurut pimpinan
dampak yang kurang Pimpinan perusahaan memberikan
memiliki
mendukung upaya pemerintah dan pendapat
sekolah dalam menyiapkan lulusan yang pengetahuan
bahwa
kontribusi
kompeten, baik untuk melanjutkan studi 22,33%, karakter 28,33%, dan kondisi
keterampilan
maupun pemilikan kompetensi kerja fisik karyawan
pada DU.DI. Namun demikian walaupun menghasilkan
26,33 untuk
hanya mengkhususkan diri pada berkualitas”. 2) Sedangkang menurut
produk
yang
pembentukan kompetensi berwirausaha Karyawan
secara mandiri atau kelompok, maka kontribusi
perusahaan
bahwa
fakta menunjukan bahwa dari seluruh keterampilan 20%, karakter 30%, dan
pengetahuan
alumnus di sekolah Negeri hanya 10% kondisi fisik karyawan 27% ”. namun
yang mampu merintis di bidang demikian mendukung pernyataan
wirausaha dalam skala pemula/sangat Harris (1977:20), bahwa dalam
sederhana. Sedangkan Sekoalh Swasta, kenyataannya belum semua soft
tidak memilliki data tentang itu. Dalam skills yang dianggap penting telah
kondisi seperti ini, jelas bahwa diadopsi dan terkuasai dengan baik.
im[plikasi bagi fihak sekolah, tentunya Demikian pula dengan Finc &
tidak ada lain kecuali perlu mencari Crunkilton
dalam upaya kompetensi merupakan dokumen
meningkatan pembekalan kompetensi yang memuat
bagi alumnusnya. Bagi sekolah yang kompetensi yang diperlukan dalam
daftar
ranah
tidak memiliki laboratorium mata suatu pekerjaan dan sebagai
pelajaran Ekonomi, tentunya dapat perkiraan penguasaan yang tinggi
dilakukan dengan pembenahan strategi kompetensi yang spesifik.
pembelajaran yang berorientasi pada Guna lebih memahami tingkat
dunia fakta di lapangan, melalui kelengkapan. intensitas, dan tingkat
penerapan pola pembelajaran saintifik kondisivitas lingkungan kelas/sekolah,
secara sungguh-sungguh dan terkontrol. secara rinci dapat dijabarkan dalam
laboratorium mata tabel-2. Dalam tabel 2, tampak bahwa
Aspek
pelajaran Akuntansi; dengan jenisnya faktor Guru, walaupun secara merata
berupa Lab. Khusus akuntansi, MYOB, telah memiliki sertifikat profesi sebagai dan Perbankan ( bukan Syariah ); untuk pengajar, namun teridentifikasi hanya seluruh SMK yang diteliti memang untuk Sekolah Swasta baru mencapai sudah ada. Hanya Sekolah Negeri 90%. Dampaknya, secara formal masih memang lebih lengkap dibanding Swasta perlu pengawasan, pendampingan dan dan demikian pula intensitasnya. Hal ini bimbingan yang lebih intensif dari fihak didukung oleh fakta sekolah bahwa 80% terkait seperti Kepala Sekolah maupun siswa dan alumnus Sekolah negeri Fihak Pengawas Sekolah. benar-benar sudah meguasai / memiliki
Aspek Laboratorium khusus kompetensi akuntansi dan computer Mata Pelajaran Ekonomi pada tiga
akuntansi serta praktek perbankan sekolah itu ternyata kurang lengkap,
sederhana. Namun untuk sekolah swata, kurang memadai dan bahkan tidak ada.
data sekolah menunjukkan tingkap Kondisi yang memerlukan perhatian dari
penguasaan akuntansi secara manual fihak terkait ini jika tidak terwujud
hanya 70%, kompetensi perbankan hanya 70%, kompetensi perbankan
berdampak positif bagi calon siswa baru ketidak - lengkapan sarana dan prasarana
untuk memprioritaskan pilihannya pada laboratorium computer akuntansi –
sekolah yang mampu memberikan MYOB ini sesungguhnya sangat fital
jaminan dan angin segar bagi lulusannya bagi alumnus, Karena pada dewasa ini
untuk masuk dunia kerja maupun hamper seluru Du/Di menerapkan sitem
melanjutkan ke jenjang berikutnya. Data pembukuan melalui computer dengan
sekolah menunjukkan bahwa sekolah program sederhana seperti MYOB.
Negeri masuk criteria lebih maju dalam Inilah sinyal yang mengindikasikan
merentang jaringan kerjanya. Terbukti bahwa masih sangat perlunya fihak
telah mampu menjalin kerja sama sekolah dan fihak terkait termasuk
dengan Du/Di sampai dengan Asia masyarakat untuk saling bersinergi
Tenggaramen capai 25% alumnus 3 dalam rangkan mewujudkan dan
tahun terakhir. Namun untuk sekolah meningkatakan kompetensi anak bangsa.
Swasta, faktanya masih sebatas lokal Karesidenan Surakarta. Hanya 10% atau
Aspek ruang baik ruang, kelas
10 orang dari lulusan SMK “C” pada 5 maupun ruang perpustakaan; secara
tahun lalu yang berhasil kerja di umum di Indonesia, kondisi dalam
Perusahaan Swasta di Hongkong, itupun ukuran kuantitas maupun kualitasnya
tidak diketahui bidang kerjanya. masih perlu terus ditingkatkan. Secara
Keseluruhan data sekolah yang diteliti, umum SMK negeri memang sudah
memiliki data memadai,
produktifitas kerja yang menyangkut pemanfaatannya sudah mencapai 90%. aspek relevansi dan “Lama Tunggu Namun untuk sekolah swasta masih Kerja” para alumnusnya, baik di dalam membutuhkan uluran tangan dan
negeri maupun luar negeri. kerjasama dari berbagai fihak demi
kelengkapan dan
intensitas
pemanfaatannya. Aspek Kemitraan dengan Du/Di
dan keluasan jaringan. Aspek ini merupakan muara dari seluruh kegiatan internal sekolah. Karena melalui penggarapan
membuahkan angin segar bagi alumnus maupun
memahami dan
pembelajarannya yang menyangkut aspek materi dan kualitasnya. Di sam[ping itu tingkat keluasan mitra kerja mapun efeknya bagi
perekrutan
alumnus, mengindikasikan gambaran tentang kesungguhan sekolah dalam membekali dan mengantarkan alumnus
Tabel 2 Kelengkapan Faktor Instrumen Sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran ( Berdasarkan kriteria Akreditasi Sekolah )
Komponen Instrumen Jenis, Kelengkapan dan intensitas pelaksanaan No
SMK “C Guru
studi Bersertifikat/
Bersertifikat
Bersertifikat
1 Akuntansi ratio memadai / 90% / ratio 90% 90% / ratio 90% intensif.
/ kurang intensif. / kurang intensif Lab. Kewirausa Lab. Kewirausa
haan/ –
haan
2 Laboratorium Ekonomi
Tidak ada Kurang lengkap tidak lengkap / / kurang intensif tidak intensif
Common-use/
Common-use/
Lab. Akuntansi,
Lab. Akuntansi . Lab. Akuntansi,
MYOB,
Perbankan / tidak Perbankan /
Perbankan /
3 Laboratoriium Akuntansi
lengkap /
tidak lengkap /
lengkap /
common-use /
common –use /
common-use/
tidak intensif
tidak intensif.
intesif. Memadai/
Memadai/intensif Kurang memadai
4 Ruang kelas
intensif
dan dan kondusif
/kurang intensif
kondusif
tetapi kondusif
Buku-buku
Tidak Lengkap/ Tidak Lengkap/
Akuntnasi
kurang intensif intensif dan
5 Perpusatakaan
kurang Lengkap dan
kurang kurang kondusif
/ intensif dan kondusif kondusif
DU/DI Industri, DU/DI Industri, DU/DI Industri, Dagang dan Jasa Dagang dan Jasa Dagang dan Jasa
MItra dengan DU/DI
Wilayah dalam Bidang PKL. Surakarta /cukup Surakarta /cukup Surakarta /cukup
6 Wilayah
Wilayah
Intensif Keluasan Jaringan Kerja Nasional
Intensif
Intensif
dan Lokal Surakarta Lokal Surakarta
7 bagi penyiapan kerja
Asia Tenggara.
alumnus.
menjelaskan bahwa integrasi soft skills skill yang dilakukan oleh SMK.
2. Kebijakan Model pembelajaran soft
kedalam kurikulum memberi variasi pengalaman pembelajaran terutama
Menanggapi fakta karakteristik saat berinteraksi dengan pasien.
kebutuhan Du/Di tersebut di atas, Melalui kegiatan pembelajaran yang
dosen membantu menyelenggarakan
diciptakan
pembelajaran
mengembangkan dan menkonstruk memiliki profil yang berbeda-beda.
soft skills secara mandiri. Nealy Perbedaan itu berdasarkan hasil
(2005) meneliti tentang integrasi soft wawancara dengan fihak Kepala Sekolah
skills melalui pembelajaran aktif dan Pengajar, disebabkan oleh kebijakan
menemukan bahwa pembelajaran internal yang menyangkut aspek aktif telah menumbuhkan soft skills kesiapan
dan skills lainnya yang diperlukan kelengkapan sarana dan prasarana
untuk meningkatkan performa kerja sekolah.
di era abad 21 ini. Pada Pembelajaran soft skills di
Pada Pembelajaran soft skills atas, tampak bahwa penjelenggaraannya
tampak bahwa dilakukan melalui 2 model. 1). Model
di
atas,
penjelenggaraannya dilakukan melalui terintegrasi yaitu menyatu dengan
2 model. 1). Model terintegrasi hard skills artinya melekat dan
yaitu menyatu dengan hard skills terpadu dengan program kurikuler,
artinya melekat dan terpadu dengan kurikulum yang ada atau dalam program kurikuler, kurikulum yang pembelajaran yang ada atau dalam
ada atau dalam pembelajaran yang proses pembelajaran. 2).
Model
ada atau dalam proses pembelajaran. komplementatif, implementasi soft skills
komplementatif, ditambahkan ke
Model
dalam program
implementasi soft skills ditambahkan pendidikan kurikuler dan struktur ke dalam program pendidikan kurikulum yang ada.
kurikuler dan struktur kurikulum Hasil kajian ini senada dengan
yang ada.
pendapat Bergh, et all (2006) Adapun profil dimaksud tampak meneliti tentang pengembangan soft
dalam skema beriktut: skills melalui guiding dan growing
PERMEN No. 113 dan 114 TAHUN 2013 MODEL PEMBELAJARAN KOMPETENSI MODEL
SOFT-SKILLS dan EVALUASI
SMK SWASTA No
SMK NEGERI
Aspek Soft-Skills Integratif Komplmntif Integratif
Komplmntif Bekerja cekatan, rapi,
√ 1. bersih, aman, jujur.
Rasa bangga terhadap
√ 2. pekerjaan.
Kerja keras, dalam
3. wujud mengutamakan mutu, dan kualitas. Bekerja sama dalam
√ 4. tim.
Menghargai karya
√ 5. orang lain.
Belajar sepanjang
√ 6. waktu.
Bekerja efektif, efisien dan produktif sebagai
√ cerminan dari strategi
berfikir
8. Kreatif dan inovatif.
√ Kekuatan untuk
-- √ 9. berubah.
Komunikasi verbal dan
√ √ 10. non-verbal.
Gambar 1. Profil Model Pembelajaran Sofrt Skills di SMK
Pada Pembelajaran soft skills di atas, tampak bahwa penjelenggaraannya dilakukan melalui 2 model. 1). Model terintegrasi yaitu menyatu dengan hard skills artinya melekat dan terpadu dengan program kurikuler, kurikulum yang ada atau dalam pembelajaran yang ada atau dalam proses pembelajaran.
2). Model
komplementatif, implementasi soft skills ditambahkan ke
dalam program
pendidikan kurikuler dan struktur kurikulum yang ada.
Tabel – 3
Internalisasi nilai-nilai Soft-Skills dalam pembelajaran Hard-Skills di SMK-N SMK NEGERI
No Aspek Soft-Skills
PROSES
BENTUK / HASIL
PEMBELAJARAN
BELAJAR
1 Bekerja cekatan, rapi,
Perhatian pada waktu bersih, aman, jujur.
1. Melihat konsep dan
mengamati suatu konsep (tampak dalam proses
fakta penyusunan
Laporan Keuangan secara dan fakta tentang laporan 1-5)
kelompok. (membaca,
keuangan perusahaan
mendengar, menyimak,
dagang. catatan yang
melihat pr0ses)
dibuat tentang
2 Rasa bangga terhadap pengamatan, kesabaran, pekerjaan. (proses 1-5)
dan waktu yang digunakan untuk mengamati
3 Kerja keras, dalam
2. Menanya. (membuat dan Jenis, kualitas, dan jumlah wujud mengutamakan
mengajukan pertanyaan, pertanyaan yang diajukan mutu, dan kualitas.
tanya jawab, berdiskusi peserta didik ( pertanyaan (proses 1-5)
tentang
proses faktual, konseptual,
penyusunan
laporan prosedural, dan hipotetik)
keuangan yang belum
4 Bekerja sama dalam
tambahan yang ingin
(dalam proses 1 – 5 )
dike-tahui, atau sebagai klari-fikasi.
jumlah dan kualitas
5 Menghargai karya
sumber yang orang lain. ( proses 5 )
3. Mengumpulkan
informasi/
dikaji/digunakan,
mencoba.
kelengkapan informasi,
(mengeksplorasi,
validitas informasi yang
6 Belajar sepanjang
dikumpulkan, dan instru- waktu.
berdiskusi,
ment /alat yang ( proses 1 sd 5 )
mendemonstra-sikan,
meniru bentuk/mela-
digunakan untuk
kukan percobaan dan,
mengumpulkan data
7 Bekerja efektif, efisien mengumpulkan data dari Mengembangkan dan produktif sebagai
sumber lain selain buku interpret- cerminan dari strategi
tasi, argumentasi dan berfikir. ( proses 1 sd 5)
teks lewati angket,
wawan-cara,
kesim- pulan mengenai
dokumentasi.
keterkaitan informasi dari
8 Kreatif dan inovatif. dua fakta/ konsep, ( proses 1 sd 5 )
4. Menalar/ mengasosiasi. interpretasi argu- mentasi (mengolah informasi
dan kesimpulan tentang yang sudah dikumpulkan laporan keuangan
9 Kekuatan untuk
perusahaan dagang. berubah lebih maju. (
tentang laporan
keuangan, meng- analisis
proses 1 – 5 )
data dalam bentuk menghubungkan informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola,
10 dan menyimpulkan fakta/ konsep/teori, menyintesis
dan argumenttasi tentang Menyajikan hasil kajian laporan keuangan.
(dari mengamati sampai Komunikasi verbal dan
menalar non-verbal. ( proses 1 –
5. Mengkomunikasikan /
dalam bentuk laporan
keuangan perusahaan 5)
pre-
sentasi hasil.
dagang secara tetulis.
( menyajikan laporan yang meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara tertulis )
Hasil kajian ini senada dengan dengan kata lain pembelajaran soft pendapat Bergh, et all (2006)
skills akan berhasil manakala siswa meneliti tentang pengembangan soft
digerakkan secara aktif untuk belajar. skills melalui guiding dan growing
soft skills menjelaskan bahwa integrasi soft skills
Pembelajaran
membutuhkan strategi pembelajaran kedalam kurikulum memberi variasi
cukup bervariasi.
pengalaman pembelajaran terutama Beberapa pola dapat dipilih saat berinteraksi dengan pasien.
dengan berbagai pertimbangan kajian, Melalui kegiatan pembelajaran yang
apakah cukup dilakukan di sekolah diciptakan
atau di tempat kerja, atau salah satu dari mengembangkan dan menkonstruk
dosen
membantu
keduanya. Di sekolah apakah dengan soft skills secara mandiri. Nealy
model, portofolio, refleksi, simulasi, (2005) meneliti tentang integrasi soft
pembelajaran kooperatif, partisipasi skills melalui pembelajaran aktif
siswa dalam organisasi. menemukan bahwa pembelajaran
Data model pembelajaran soft- aktif telah menumbuhkan soft skills skill terintegratif di SMK Negeri untuk dan skills lainnya yang diperlukan pembelajaran Mata Pelajaran Akuntansi untuk meningkatkan performa kerja Perusahaan Dagang dengan Pokok di era abad 21 ini. Kajian: Menyusun laporan Keuangan. Penelitian ini menguatkan Perincian aspek soft-skills yang ingin bahwa pembelajaran soft skills dicapai dan prosesnya tampak dalam menekankan pengalaman belajar yang
tabel-3.
melibatkan fisik, mental dan psychis siswa serta kemandirian belajar atau
Sebagai bahan kajian lebih kanjut, Skills di SMK Swasta, sebagaimana dipaparkan pula Internalisasi nilai-nilai
dalam tabel-4 berikut: Soft-Skills dalam pembelajaran Hard-
Tabel 4
Internalisasi nilai-nilai Soft-Skills dalam pembelajaran di SMK-Swasta.
SMK NEGERI
No Aspek Soft-Skills
PROSES
BENTUK / HASIL
PEMBELAJARAN
BELAJAR
1 Bekerja cekatan, rapi,
Perhatian dan motivasi bersih, aman, jujur.
1. Kegiatan Pendahuluan
untuk menerima dan
Menyiapkan peserta
(tampak dalam proses melaksanakan proses
didik secara psikis dan
1-5) pembelajaran.
fisik untuk mengikuti proses pembelajaran
2 Rasa bangga terhadap
mengajukan
pekerjaan. ( proses 1-5)
pertanyaan- pertanyaan yang menga-itkan pengetahuan sebe-
3 Kerja keras, dalam
lumnya dengan materi
wujud mengutamakan
yang akan dipelajari
mutu, dan kualitas.
menjelaskan tujuan
(proses 1-5)
pem-belajaran atau kompeten-si dasar yang akan dicapai
4 Bekerja sama dalam
menyampaikan
tim.
cakupan materi dan
(proses 1 – 5 )
penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
5 Menghargai karya
2. Kegiatan Inti:
orang lain. ( proses 5 ) jumlah dan kualitas
2.1. Eksplorasi.
sumber yang
1) Melibatkan peserta
6 Belajar sepanjang dikaji/digunakan,
didik mencari informasi
waktu.(1-5 ) kelengkapan informasi,
yang luas dan dalam
validitas informasi yang
tentang laporan
7 Bekerja efektif, efisien dikumpulkan, dan instru-
keiuangan peru-sahaan
dan produktif sebagai ment /alat yang
dagang, dengan
cerminan dari strategi digunakan untuk
menerapkan prinsip
berfikir. ( proses 1 sd 5) mengumpulkan data
guru dan belajar dari aneka sumber;
8 Kreatif dan inovatif.
2) menggunakan beragam
( proses 1 sd 5 )
pendekatan pembelaja- ran,
media
9 Kekuatan untuk
pembelajaran,
dan
berubah lebih maju. (
sumber belajar lain;
proses 1 – 5 )
3) memfasilitasi terjadinya
interaksi antar peserta didik
serta
antara
peserta didik dengan
10 Komunikasi verbal dan
guru, lingkungan, dan
non-verbal. ( proses 1 –
sumber belajar lainnya;
didik secara aktif dalam setiap
kegiatan
pembelajaran; dan
5) memfasilitasi peserta
laboratorium/ lapangan.
2.2. Elaborasi
Mengembangkan
1) Membiasakan peserta
interpret- didik membaca dan me- tasi, argumentasi dan nulis yang beragam me- kesim pulan mengenai lalui tugas-tugas
keterkaitan informasi dari
tertentu yang
dua fakta/ konsep,
bermakna;
interpretasi argu-mentasi
2) memfasilitasi peserta
dan kesimpulan tentang
didik melalui
laporan keuangan
pemberian tugas,
perusahaan dagang, baik
diskusi, dan lain-lain
secara individual maupun
untuk memunculkan
kelompok melalui
gagasan baru baik
diskusi.
secara lisan maupun tertulis;
Menyajikan hasil kajian
3) memberi kesempatan
dalam bentuk laporan
untuk berpikir,
keuangan perusahaan
mengana-lisis,
dagang secara tetulis.
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
4) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif / kolaboratif;
5) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkat-kan 5) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkat-kan
6) Memfasilitasi peserta didik dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan dagang
7) memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan kreasi; kerja individual maupun kelompok;
8) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
Membuat kesimpulan
kebanggaan dan rasa
yang benar secara
percaya diri peserta
mandiri/ kelompok
didik.
dengan fasilitasi pengajar.
2.3. Konfirmasi
1) Bersama-sama dengan Menyelesaikan tugas di
peserta didik dan/atau
kelas maupun melakukan sendiri membuat rang- pengembangan di kuman/simpulan
lapangan.
pelajaran;
2) melakukan penilaian
Menyiapkan diri untuk dan/atau refleksi terha-- mengawali kajjian dap kegiatan yang
terhadap matyeri
sudah dilaksanakan
berikutnya di
secara kon-sisten dan
perpustakaan atau
terprogram;
dirumah.
3) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
4) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam ben-tuk pembelajaran remidi, dan/atau memberikan tugas balk tugas indivi-dual maupun kelompok.
5) menyampaikan rencana - Refleksi bersama
pembelajaran pada
pengajar.
pertemuan berikutnya.
3. Kegiatan Akhir.
- Refleksi oleh guru
Bertolak dari paparan di atas, dapat Komplementatif dan integratif”. 3). ditegaskan
Model evaluasi yang diadopsi SMK kurikulum oleh sekolah negeri dan
bahwa
penggunaan
menggunakan pendekatan swasta memang masih belum seragam.
Negeri
Authentik, sedangkan SMK Swasta SMK Negeri sudah menggunakan
dan berjenjang Kurikulum 2013, sedangkan SMK
secara
bertahap
mengadopsi pendekatan Konvensional Swasta tetap menggunakan kurikulum
untuk selanjutnya diterapkan pendelatan KTSP,
Kurikulum 2013 dilakukan secara bertahap dan berjenjang.
kurikulum tersebut berdampak pada penyelenggaran
system
evaluasi
pembelajarannya. Khusus pada SMK Negeri menggunakan model Authentik dengan pendekatan Rubrik. Namun demikian pada penyelenggaraan KTSP di Sekolah Swasta berdasarkan hasil wawancara, observasi
dan fakta
dokumentasi proses, mode konvensional, tetapi untuk penilaian siwa kelas 7, sudah menggunakan pendekatan model Authentik, yang mengukur dan menilai seluruh aspek kompetensi secara wutuh meliputi aspek kompetensi pengetahuan, sikap dan ketrampilan.
penggambaran profil
jenis dan
pemeblajaran soft skills maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1). SMK di Serakarta telah secara wutuh mengadopsi Jenis soft-skills yang diterapkan
DU/Di,
perbedaan
aplkasinya terletak
pada
aspek
intensitasnya, di mana SMK Negeri lebih intensif disbanding SMK Swasta. 2). Pola pembelajaran soft skills yang diselenggarakan di kedua kelompok SMK tersebut cenderung tidak berbeda, SMK Negeri mengguakan pendekatan “Integratif”, sedangkan SMK Swasta menggunakan pendekatan
DAFTAR PUSTAKA
Baedhowi. 2008. Kebijakan pengembangan pendidikan guru kejuruan. Makalah Seminar Internasional. Optimalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional Dalam Rangka Konvensi Nasional APTEKONDO V. FT. UNP, Padang
4 Juni 2008. Elliot, Janet. 2003 The Organization of Productive Work In Secondary Technical and
Vocational Education The United Kingdom . London: Unesco. Finch,R.C & Crunkilton, R.J. (1989). Curriculum development in vocational and
technical education. Massachusetts: Allyn and bacon, Inc. Herminarto Sofyan. (Agustus 2008). Pengembangan soft skills dan pembelajarannya. Makalah disajikan dalam Seminar Mencetak Guru Profesional dan Kreatif Bidang Vokasi, di Jurusan PTBB Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Moleong, L. (1991). Metodologi penelitian kualitatf Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mudakhir Ilyas. (1998), Buletinpengawasan No. 13 & 14 Th. 1998.
Muchlas Samani. (1992). Keefektifan Program Pendidikan STM: Studi Penelitian Pelacakan terhadap Lulusan STM Rumpun Mesin Tenaga dan Teknologi Pengerjaan Logam di Kotamadya Surabaya tahun 1986 dan 1987 . Disertasi doktor IKIP Jakarta.
Nealy,C. (2005). Integrating soft skills Through active learning in the management classroom. Journal of Collage teaching & learning. Vol 2 number 4. April 2005.