BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Desain Pelatihan untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Mengembangkan Pembelajaran Tematik Integratif Menggunakan Critical Events Model
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak digulirkannya kurikulum 2013 hingga kini tahun 2017, beberapa pengamat pendidikan menyatakan bahwa implementasi kurikulum 2013 belum sepenuhnya berhasil (Hajar, 2013; Ruja dan Sukamto, 2015). Kenyataan tersebut disebabkan karena belum terpenuhinya faktor-faktor keberhasilan implementasi kurikulum 2013. Para pakar pendidikan menyatakan adanya beberapa faktor kunci keberhasilan implementasi Kurikulum 2013. Keberhasilan kurikulum 2013 bergantung pada kepemimpinan kepala sekolah, kreativitas guru, keberhasilan sosialisasi, keaktifan peserta didik, fasilitas dan sumber pembelajaran, partisipasi warga dan lingkungan yang kondusif (Mulyasa, 2013: 39).
Pandangan senada dikemukakan oleh Katuuk (2014: 13) bahwa faktor kunci keberhasilan implementasi kurikulum 2013, meliputi kepala sekolah, guru, fasilitas, lingkungan, dan budaya. Komponen-komponen sekolah tersebut memiliki peran dan fungsi masing-masing dalam implementasi kurikulum 2013. Oleh sebab itu, seluruh komponen dan sumber daya yang ada perlu dikelola secara terpadu dan menyeluruh agar implementasi kurikulum 2013 dapat berhasil.
Pandangan berbeda dikemukakan oleh guru besar UNY (Suyanto, 2013: 1) bahwa guru menjadi faktor kunci dalam implementasi kurikulum 2013. Pandangan serupa dinyatakan oleh Kusumastuti, Sudiyanto, & Octoria (2016: 120), yang menyatakan bahwa keberhasilan Kurikulum 2013 bergantung pada inovasi dan peran aktif guru. Bahkan para praktisi pendidikanpun sependapat dengan pandangan bahwa guru merupakan kunci sukses implementasi kurikulum 2013 (Rohman, 2012: 4; dan Krissandi & Rusmawan, 2015). implementasi Kurikulum 2013, sebab gurulah yang berkewajiban mendesain, melaksanakan dan mengevaluasi implementasi Kurikulum 2013 (Sunardi & Sujadi, 2016: 1). Agar para guru mampu menjadi pelaksana kurikulum
2013 yang efektif, maka guru harus memiliki kompetensi sebagai seorang desainer kurikulum, implementor kurikulum, dan evaluator kurikulum.
Pengembangan kompetensi guru sebagai seorang desainer, implementor, dan evaluator kurikulum menjadi tugas manajer sekolah untuk menerapkan fungsi-fungsi manajemen melalui penyelenggaraan pelatihan. Dalam rangka menghasilkan kompetensi guru yang mampu mendesain kurikulum, melaksanakan kurikulum dan mengevaluasi kurikulum, maka kegiatan pelatihan guru sangat penting dilakukan (Suyanto, 2013: 1).
Namun sayangnya, kegiatan pelatihan yang seharusnya menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan kompetensi guru, hanya sekedar untuk menjalankan perintah dari pemerintah semata. Hasil studi pendahuluan melalui wawancara dengan kepala UPT Dikdas pelatihan yang selama ini dilakukan bersifat
top down, tidak didasarkan oleh kebutuhan
guru dalam pembelajaran. Aktivitas dalam pelatihan sifatnya sosialisasi, sehingga belum melibatkan guru untuk menyusun sebuah produk yang menunjang pembelajaran tematik, misalnya merancang jaring tema dan subtema sesuai kondisi lingkungan siswa. Dampak yang ditimbulkan dari pelatihan seperti ini adalah hasil pelatihan belum tentu sesuai dengan kebutuhan guru dalam pembelajaran, sehingga hasil pelatihan bisa saja sia-sia dan tidak tidak dapat meningkatkan kompetensi guru sesuai kebutuhan.
Idealnya, kegiatan pelatihan dirancang berdasarkan kebutuhan guru dalam pembelajaran; Sehingga hasil dari pelatihan dapat bermanfaat untuk diimplementasikan.
Salah satu karakteristik kurikulum 2013 SD/MI adalah pendekatan tematik integratif. Pembelajaran tematik integratif merupakan suatu model pembelajaran yang memadukan beberapa materi pembelajaran dari beberapa mata pelajaran ke dalam tema (Trianto, 2009: 84). Oleh sebab itu, guru dituntut memiliki pelajaran ke dalam tema.
Berkaitan dengan implementasi Kurikulum 2013 ini, studi lapangan yang dilakukan peneliti mengenai kebutuhan guru dalam menerapkan pembelajaran tematik integratif, ditemukan gejala-gejala berikut: 1) guru belum memahami konsep pembelajaran tematik integratif secara utuh; 2) pembelajaran tematik integratif dilakukan secara lepas-lepas pada setiap mapel; 3) guru belum mampu merancang jaring tema dan subtema yang sesuai dengan likungan sekitar siswa.
Bertolak dari permasalahan di atas, maka kegiatan pelatihan tentang pengembangan pembelajaran tematik integratif penting untuk dilakukan. Pelatihan ini juga dipandang mendesak mengingat tahun 2017/2018 paling tidak 60% sekolah dasar dan menengah sudah harus menerapkan kurikulum 2013 (Paparan Kepala Balitbang Kemdikbud pada Pelantikan Narasumber Nasional Kurikulum 2013 pada tanggal 2 Agustus 2016 di Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kota Salatiga).
Dewasa ini telah banyak pelatihan yang implementasi Kurikulum 2013. Desain pelatihan yang memungkinkan guru SD terlibat secara runtut dalam menganalisis komponen-komponen pembelajaran tematik integratif adalah Critical Event Model (CEM) yang dicetuskan oleh Nadler & Nadler (2011). Pelatihan CEM ini dipandang paling relevan untuk menutup kelemahan pelatihan yang digunakan selama ini yang cenderung bersifat
top down, karena dalam pelatihan CEM diawali
dengan menganalisis kebutuhan peserta pelatihan (bottom up). Pelatihan CEM ini terdiri atas delapan tahap, yaitu (1) mengidentifikasi kebutuhan lembaga, (2) spesifikasi pelaksanaan pekerjaan, (3) mengidentifikasi kebutuhan peserta, (4) menentukan tujuan, (5) memilih kurikulum, (6) memilih strategi pembelajaran, (7) mendapatkan sumber- sumber pembelajaran, dan (8) melakukan pelatihan. Telah ada penelitian yang membuktikan keefektifan model CEM ini, penelitian R&D yang dilakukan Mulastin (2016) menemukan bahwa model pelatihan
CEM integratif terbukti efektif digunakan
dalam pelatihan (t hitung = 10,72, t tabel = untuk dikembangkan menjadi sebuah desain pelatihan guru dalam mengembangkan pembelajaran tematik integrati di SD.
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan dan alternatif pemecahannya, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan pengembangan yang diadaptasi dari Sukmadinata (2016) dengan judul “Pengembangan Desain Pelatihan untuk Meningkatkan Kompetensi Guru dalam Mengembangkan Pembelajaran Tematik Integratif Menggunakan Critical Event Model ”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala UPT Dikdas LS kecamatan Simo dan angket yang diberikan kepada 20 guru kurikulum 2013 ditemukan permasalahan berikut: 1.
Desain pelatihan yang diselenggarakan selama ini, tidak berdasarkan analisis kebutuhan peserta;
2. belum memahami konsep Guru pembelajaran tematik integratif secara utuh;
Pembelajaran tematik integratif dilakukan secara lepas-lepas pada setiap mapel;
4. Guru belum mampu merancang jaring tema dan subtema yang sesuai dengan likungan sekitar siswa.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka disusun rumusan masalah sebagai berikut : 1.
Bagaimana sifat desain pelatihan yang selama ini digunakan untuk meningkatkan kompetensi guru mengembangkan pembelajaran tematik integratif?
2. Apa kelemahan desain pelatihan yang selama ini digunakan untuk meningkatkan kompetensi guru mengembangkan pembelajaran tematik integratif?
3. Bagaimana Desain Pelatihan menggunakan
CEM untuk meningkatkan Kompetensi Guru
Mengembangkan Pembelajaran Tematik Integratif di SD? 4. Seberapa tinggi tingkat validitas Desain
Pelatihan menggunakan CEM untuk meningkatkan Kompetensi Guru dalam Mengembangkan Pembelajaran Tematik 5. Apakah kompetensi guru SD dalam
Mengembangkan Pembelajaran Tematik Integratif dapat ditingkatkan melalui Desain Pelatihan menggunakan CEM?
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah melakukan kajian dalam rangka memperoleh deskripsi dan mengembangkan hal-hal sebagai berikut : 1.
Mengetahui sifat desain pelatihan yang selama ini digunakan untuk meningkatkan kompetensi guru mengembangkan pembelajaran tematik integratif.
2. Mengetahui kelemahan desain pelatihan yang selama ini digunakan untuk meningkatkan kompetensi guru mengembangkan pembelajaran tematik integratif.
3. Mengembangkan Desain Pelatihan CEM untuk Meningkatkan Kompetensi Guru dalam Mengembangkan Pembelajaran Tematik Integratif di SD. 4. tingkat validitas Desain
Mengetahui Pelatihan CEM untuk Meningkatkan Pembelajaran Tematik Integratif di SD.
5. Mengetahui apakah kompetensi guru SD dalam Mengembangkan Pembelajaran Tematik Integratif dapat ditingkatkan dengan menggunakan Desain CEM.
1.4.2 Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Teoritik Secara umum manfaat teori desain pelatihan menggunakan Critical Events Model yang dikembangkan oleh Nadler (1988) ini dapat memberikan sumbangan pada ilmu pengetahuan khususnya Manajemen Pendidikan Dasar bidang manajemen pendidik dan memperkaya kajian ilmiah di dunia pendidikan khususnya tentang pelatihan untuk meningkatkan kompetensi guru mengembangkan pembelajaran tematik integratif di SD.
2. Secara khusus manfaat dari penelitian ini adalah: a.
Bagi Guru, kegiatan pelatihan akan memberikan pengalaman dalam mengembangkan pembelajaran tematik integratif yang tepat.
b.
Bagi Kepala Sekolah dan Kepala UPT rujukan untuk melaksanakan pelatihan bagi para guru, karena berorientasi pada kompetensi yang dibutuhkan guru.
c.
Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan dalam melakukan penelitian sejenis sehingga dapat menghasilkan sebuah desain pelatihan yang lebih baik.
1.5 Spesifikasi Produk
Produk yang akan dikembangkan berupa
desain pelatihan menggunakan CEM untuk
meningkatkan kompetensi guru dalam mengembangkan pembelajaran tematik integratif pada siswa kelas 4 SD yang dilengkapi dengan: a) Silabus pelatihan; b) RPP pelatihan; c) panduan pelatihan; dan d) materi pelatihan.
1.6 Asumsi dan Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memberikan suatu asumsi bahwa produk desain pelatihan CEM ini mampu menjadi desain alternatif untuk meningkatkan kompetensi guru dalam mengembangkan pembelajaran tematik integratif di SD Kecamatan Simo. Adapun keterbatasan penelitian dan pengembangan ini adalah:
1. Desain pelatihan yang dirancang hanya terbatas untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru dalam mengembangkan pembelajaran tematik integratif di SD, belum sampai pada pengembangan kompetensi yang lain (kepribadian, profesional, dan sosial).
2. Prosedur R&D tidak dilakukan secara utuh sampai pada pengujian produk, namun hanya sampai pada tahap desain dan pengembangan produk.
3. Subjek pelatihan yang dilibatkan hanya 10 guru dalam 1 kecamatan, karena sebagian guru sudah mengikuti pelatihan kurikulum 2013 dan juga karena keterbatasan biaya pelatihan.
4. Pengukuran kompetensi pedagogik dalam mengembangkan pembelajaran tematik integratif tidak dilakukan pengukuran menggunakan tes, tetapi dilihat berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada 20 guru.