ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI PIUTANG PADA USAHA SIMPAN PINJAM PADA KOPERASI

  

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI PIUTANG PADA USAHA

SIMPAN PINJAM PADA KOPERASI

Susi Susanti, Aminuyati, F.Y.Khosmas

  Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UNTAN Pontianak Email: sesiliasusi95@gmail.com

  

Abstract:

The purpose of this research is to know Accounting Receivables Accounting Analysis on

Savings and Loans at Primary Cooperative of West Kalimantan Regional Police. This

research is a type of descriptive evaluative research. The subject of this research is Primary

Cooperative of Regional Police of Kalimantan. From the analysis obtained through

interviews with the chairman of the cooperative (board) cooperatives show that: 1)

Accounting Savings and Loans already in accordance with the provisions of SAK. 2) The

absence of an allowance account for allowance for doubtful accounts should be presented for

the purpose of deleting the special receivables on the balance sheets and special accounts

receivable account on the balance sheet should be presented separately from current assets

and presented on other assets items. Depreciation value presented in the balance sheet

exceeds the asset's acquisition value and must be adjusted. Unpaid tax liability. Payment of

rent on the occupied premises. No reports of changes in equity and notes to the financial

statements.

  Keyword : Accounting Receivables Treatment, Savings and Loans.

  Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin pesat dan tingginya tingkat persaingan perusahaan untuk mendapatkan laba, diperlukan berbagai macam kebijakan dalam melaksanakan aktivitas laba. Begitu juga dengan Koperasi yang merupakan salah satu bentuk badan usaha yang perkembangannya kurang lebih sama dengan bentuk badan usaha lainnya. Dalam UU Nomor 25 tahun 1992 tentang Koperasian dijelaskan bahwa Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi kerakyatan yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Adapun tujuan dari Koperasi bukan hanya untuk mendapatkan atau meningkatkan laba, tetapi lebih ditekankan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional. Menurut Stantar Akuntansi Keuangan (SAK) No 27 tahun 2007 “Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisasi pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prisnsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya, dengan demikian koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian nasional”. Dan tujuan dari koperasi yaitu sebagai penggerak ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian nasional. Hal ini sesuai dengan UUD 1945 khususnya pasal 33 ayat (1) Manyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan, kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan kemakmuran orang seorang. Bentuk badan usaha atau perusahaan yang sesuai dengan maksud tersebut adalah Koperasi. Peranan Koperasi sangat penting dalam menumbuh kembangkan potensi ekonomi rakyat, selain itu Koperasi juga berperan dalam mewujudkan kehidupan ekonomi yang mempunyai ciri-ciri demokratis, kebersamaan, kekeluargaan dan terbuka. Pembangunan Koperasi perlu diadakan pembinaan sehingga makin berperan dalam perekonomian nasional. Begitu juga pembangunannya perlu diarahkan agar Koperasi benar-benar menerapkan prinsip Koperasi dan kaidah usaha ekonomi. Koperasi memiliki jenis menurut bidang usahanya salah satunya adalah Koperasi kredit (simpan pinjam). Koperasi simpan pinjam adalah Koperasi yang kegiatan atau usaha utamanya menyediakan jasa penyimpanan dan peminjaman untuk anggotanya. Koperasi simpan pinjam memberikan pelayanan kepada anggotanya dalam bentuk pinjaman dan dibayarkan kembali secara angsuran dengan bunga serendah mungkin sehingga tidak memberatkan anggota (si peminjam). Oleh sebab itu, dalam kegiatan usaha Koperasi muncul piutang usaha dari kegiatan simpan pinjam. Piutang merupakan salah satu bagian dari aktiva lancar, piutang terdiri dari piutang usaha, piutang dagang, piutang tak tertagih, wesel bayar dan piutang lain- lain. Piutang biasanya timbul karena adanya penjualan barang atau jasa secara kredit ataupun karena adanya penundaan pembayaran oleh pelanggan, dan menerima janji bahwa pelanggan akan memberikan sejumlah uang kepada perusahaan pada suatu waktu dimasa yang akan datang, piutang ini nantinya akan menjadi kas apabila telah jatuh tempo dan dilakukan penagihan. Semakin besar jumlah penjualan barang atau jasa secara kredit maka semakin besar jumlah piutang yang akan menyebabkan jumlah kas yang tertanam dalam piutang tersebut. Piutang yang terlalu besar dapat membahayakan kelangsungan hidup perusahaan, hal ini disebabkan karena adanya resiko yang harus dihadapi perusahaan yaitu kegagalan dalam penagihan, piutang juga merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar secara terus menerus dalam rantai perputaran modal kerja. Semakin besar jumlah penjualan barang atau jasa secara kredit maka semakin besar jumlah piutang yang akan menyebabkan jumlah kas yang tertanam dalam piutang tersebut menjadi lebih besar, oleh karena itu, hal ini merupakan aktivitas usaha yang berisiko tinggi, dan kemungkinan menjadi piutang tak tertagih akan semakin besar serta menimbulkan kerugian yang lebih besar lagi. Dengan bertambah besarnya jumlah piutang menyebabkan jumlah kas yang tertanam dalam piutang menjadi besar. Oleh karena itu maka piutang merupakan aktivitas usaha yang beresiko tinggi. Dalam praktiknya Koperasi Primer Koperasi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat telah menerapkan akuntansi terhadap piutang usaha yang dimilikinya. Namun penerapan terhadap piutang usahanya belum dipraktikan secara utuh. Pihak Koperasi belum membuat pos penyisihan piutang tidak tertagih (dana cadangan resiko) terhadap piutang usaha yang dimilikinya, sehingga dalam neraca terlihat jumlah piutang usaha pada akhir periode disajikan sebesar nilai kotornya. Hal ini dikarenakan pengurus berkeyakinan bahwa semua piutang tersebut dapat ditagih. Tetapi kenyataannya, pihak operasi Primer Koperasi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat mengalami kesulitan dalam hal penagihan piutang, khususnya pada pegawai atau anggota operasi Primer Koperasi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat yang dimutasi, pensiun ataupun yang sedang mengalami musibah sehingga tidak mampu untuk mewujudkan pembayaran atas piutang. Dengan demikian perlakuan akuntansi untuk piutang usaha operasi Primer Koperasi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat belum sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Kegiatan simpan pinjam koperasi dapat meningkatkan permodalan pada koperasi itu sendiri. Kegiatan simpan pinjam adalah kegiatan untuk menghimpun dan menyatukan dana dari anggota yang bersangkutan. Primer Koperasi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat adalah salah satu koperasi yang berbadan hukum No. 1031/BH/X,- tanggal

  1 Juli 1982, menyelenggarakan usaha simpan pinjam serta usaha lainnya. Unit usaha yang ditangani oleh Primer Koperasi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat yaitu:1. Unit Usaha Simpan Pinjam, 2. Unit Usaha Prekreditan Barang, 3. Unit Usaha Waserda, 4. Unit Usaha Sekolah mengemudi, 5. Unit Usaha Kantin, 6. Unit Usaha Angkutan Umum. Secara umum semua unit usaha Primer Koperasi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat melayani anggota maupun non anggota. Namun empat dari unit usaha Primer Koperasi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat yaitu Unit Usaha Simpan Pinjam, Unit Usaha Perkreditan Barang, Unit Usaha Waserda dan Unit Usaha Kantin yang lebih utama dalam melayani anggota, sedangkan dua unit usaha lainnya yaitu Unit Usaha Sekolah Mengemudi dan Unit Usaha Angkutan Umum Lebih banyak melayani masyarakat umum. Pada kegiatan usaha simpan pinjam diperuntukan bagi anggota Primer Koperasi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat. Usaha simpan pinjam merupakan unit usaha yang memiliki tingkat intensitas yang tinggi, dan dalam pemberian pinjaman perlu adanya suatu peraturan yang tepat terhadap perlakuan akuntansi simpan pinjam. Dengan adanya perlakuan akuntansi simpan pinjam tersebut dapat membantu ketua koperasi mengambil suatu keputusan tentang kelayakan pemberian pinjaman kepada anggotanya. Mengingat Piutang pinjaman merupakan modal kerja yang diharapkan dapat memperoleh tambahan penghasilan dan laba, maka kehadiran piutang pinjaman dapat menimbulkan suatu resiko kerugian yang cukup besar untuk koperasi. Dalam hal ini tentunya diperlukan pengelolaan piutang dari prosedur, pencatatan piutang dan penyajian piutang dalam laporan keuangan pada Koperasi. Berdasarkan uraian diatas dan pentingnya perlakuan akuntansi piutang simpan pinjam, penulis tertarik untuk membahas dan menyusunnya kedalam sebuah penelitian lanjut “Analisis Perlakuan Akuntansi Piutang Pada Usaha Simpan Pinjam Pada Primer Koperasi Kepoli sian Daerah Kalimantan Barat”. Adapun permasalahan yang timbul berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan, maka yang menjadi permasalahan utamanya adalah “Bagaimana Perlakuan Akuntansi Piutang Pada Usaha Simpan Pinjam Pada Primer Koperasi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat?. Dengan sub-sub masalahanya adalah sebagai berikut: 1) Apakah perlakuan akuntansi piutang pada usaha simpan pinjam Primer Koperasi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat sudah sesuai dengan SAK ETAP? 2) Bagaimana perlakuan akuntansi piutang tak tertagih dan perlakuan akuntansinya yang diterapkan koperasi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat sudah sesuai dengan SAK ETAP?. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini berdasarkan masalah sub-sub masalah adalah sebagai berikut untuk mengetahui: 1) Perlakuan akuntansi piutang pada usaha simpan pinjam Primer Koperasi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat sesuai dengan SAK ETAP. 2) Bagaimana perlakuan akuntansi piutang tak tertagih dan perlakuan akuntansinya yang diterapkan koperasi

  Kepolisian Daerah Kalimantan Barat sesuai dengan SAK ETAP. Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang berkometen sebagai berikut: Bagi KoperasI: Sebagai pengambilan keputusan dalam perlakuan akuntansi piutang pada usaha simpan pinjam koperasi, sehingga informasi atau laporan yang dihasilkan lebih bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Bagi PenuliS: Untuk menambah pengetahuan dan wawasan khususnya dalam perlakuan akuntansi piutang. Untuk memperjelas batasan masalah yang dibahas dalam penelitian ini perlu ditetapkan fokus penelitian dan definisi operasional dengan penjelasan sebagai berikut: Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah Perlakuan Akuntansi Piutang. Dengan Indikator sebagai berikut: 1) Laporan Perhitungan Hasil Usaha, 2) Neraca, 3) Laporan arus kas. Untuk menyatukan persepsi dan kesalahan penafsiran yang berbeda terhadap penggunaan istilah definisi penelitian ini, maka peneliti perlu mempertegas istilah tersebut ke dalam operasional konsep sebagai berikut: Perlakuan Akuntansi Piutang: Akuntansi keuangan merupakan suatu proses yang berakhir pada penyusunan laporan keuangan dari perusahaan secara integral, untuk digunakan baik oleh pihak – pihak ekstren maupun intern perusahaan. Piutang adalah “Hak untuk menagih sejumlah uang dari si penjual kepada si pembeli yang timbul karena adanya suatu transaksi. Pada umumnya transaksi piutang timbul karena adanya tra nsaksi penjualan secara kredit.” Jadi perlakuan akuntansi piutang yang dalam penelitian ini dilihat dari laporan perhitungan hasil usaha, neraca dan laporan arus kas di Primer Koperasi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat. Usaha Simpan Pinjam Yaitu adalah simpanan atau tabungan anggota Primer Koperasi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat. Simpanan terdiri dari 3 macam yaitu Simpanan Pokok (SP), Simpanan Wajib (SW) dan Simpanan Sukarela (SS). Secara khusus yang dapat ditingkatkan adalah simpanan sukarela, karenan simpanan Pokok dan Simpanan Wajib besarnya tetap. Piutang Tak Tertagih: Secara umum, suatu piutang diindikasikan sebagai piutang tak tertagih apabila telah jauh melewati tanggal jatuh temponya, piutang yang telah ditentukan sebagai piutang tak tertagih merupakan suatu kerugian yang harus dicatat sebagai beban (expense), yaitu beban piutang tak tertagih (bad debt expense) dalam laporan laba rugi, semua penghapusan ini harus dicatat dengan tepat dan teliti karena berhubungan langsung dengan laporan keuangan yang digunakan manajemen dalam pengambilan keputusan. 1) Pengertian Perlakuan Akuntansi Piutang Menurut Poerwadarminta (2005:651) pengertian perlakuan adalah “perbuatan yang dikenakan kepada atau terhadap sesuatu atau orang”. Maksudnya adalah perbuatan atau tindakan yang dikenakan kepada sesuatu yang bukan orang maupun terhadap orang itu sendiri. Kaitannya dalam laporan keuangan adalah bagaimana unsur-unsur laporan keuangan itu dicatat dan disajikan. Sedangkan Rusdi Akbar (2004:199) menyatakan bahwa pengertian piutang “meliputi semua hak atau klaim perusahaan pada organisasi lain untuk menerima sejumlah kas, barang, atau jasa di masa yang akan datang sebagai akibat kejadian pada masa yang lalu”. Menurut Warren Reeve dan Fess (2005:404) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan piutang adalah sebagai berikut: ”Piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi la innya”.Sedangkan menurut M.Munandar (2006:77) yang dimaksud dengan piutang adalah sebagai berikut : ”Piutang adalah tagihan perusahaan kepada pihak ain yang nantinya akan dimintakan pembayarannya bilam ana telah sampai jatuh tempo”. Dari beberapa definisi yang telah diungkapkan diatas,dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan piutang adalah semua tuntutan atau tagihan kepada pihak lain dalam bentuk uang atau barang yang timbul dari adanya penjualan secara kredit.2) Klasifikasi Piutang. Piutang merupakan aktiva lancar yang diharapkan dapat dikonversi menjadi kas dalam waktu satu tahun atau dalam satu periode akuntansi. Piutang pada umumnya timbul dari hasil usaha pokok perusahaan. Namun selain itu, piutang juga dapat ditimbulkan dari adanya usaha dari luar kegiatan pokok perusahaan. Warren Reeve dan Fess (2004:54) mengklasifikasikan piutang kedalam tiga kategori yaitu piutang usaha, wesel, tagih, dan piutang lain-lain sebagai berikut :1) Piutang usaha timbul dari penjualan secara kredit agar dapat menjual lebih banyak produk atau jasa kepada pelanggan. Transaksi paling umum yang menciptakan piutang usaha adalah penjualan barang dan jasa secara kredit. Piutang tersebut dicatat dengan mendebit akun piutang usaha. Piutang usaha semacam ini normalnya diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang relative pendek, seperti 30 atau 60 hari. Piutang usaha diklasifikasikan di neraca sebagai aktiva lancar.2) Wesel tagih adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di saat perusahaan telah menerbitkan surat utang formal. Sepanjang wesel tagih diperkirakan akan tertagih dalam setahun. Maka biasanya diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar. Wesel biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari 60 hari. Wesel bisa digunakan untuk menyelesaikan piutang usaha pelanggan. Bila wesel tagih dan piutang usaha berasal dari transaksi penjualan maka hal itu kadang-kadang disebut piutang dagang (trade

  receivable .3) Piutang lain-lain biasanya

  disajikan secara terpisah dalam neraca. Jika piutang ini diharapkan akan tertagih dalam satu tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika penagihannya lebih dari satu tahun maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dan dilaporkan dibawah judul investasi. Piutang lain-lain (other

  receivable ) meliputi piutang bunga, piutang

  pajak, dan piutang dari pejabat atau karyawan perusahaan. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Piutang. Piutang merupakan aktiva yang penting dalam perusahaan dan dapat menjadi bagian yang besar dari likuiditas perusahaan. Besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah seperti yang dikemukakan oleh Bambang Riyanto (2001:85-87) sebagai berikut :a) Volume Penjualan Kredit: Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan memperbesar jumlah investasi dalam piutang. Dengan makin besarnya volume penjualan kredit setiap tahunnya bahwa perusahaan itu harus menyediakan investasi yang lebih besar lagi dalam piutang. Makin besarnya jumlah piutang berarti makin besarnya resiko, tetapi bersamaan dengan iu juga memperbesar profitability. b) Syarat Pembayaran Penjualan Kredit: Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti bahwa perusahaan lebih mengutamakan keselamatan kredit daripada pertimbangan profitabilitas. Syarat yang ketat misalnmya dalam bentuk batas waktu pembayaran yang pendek, pembebanan bunga yang berat pada pembayaran piutang yang terlambat. c) Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit. Dalam penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas maksimal atau plafond bagi kredit yang diberikan kepada para langganannya. Makin tinggi plafond yang ditetapkan bagi masing-masing langganan berarti makin besar pula dana yang diinvestasikan dalam piutang. Sebaliknya, jika batas maksimal plafond lebih rendah, maka jumlah piutang pun akan lebih kecil. d) Kebijaksanaan Dalam Mengumpulkan Piutang. Perusahaan dapat menjalankan kebijaksanaan dalam pengumpulan piutang secara aktif atau pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan secara aktif, maka perusahaan harus mengeluarkan uang yang lebih besar untuk membiayai aktivitas pengumpulan piutang, tetapi dengan menggunakan cara ini, maka piutang yang ada akan lebih cepat tertagih, sehingga akan lebih memperkecil jumlah piutang perusahaan. Sebaliknya, jika perusahaan menggunakan kebijaksanaan secara pasif, maka pengumpulan piutang akan lebih lama, sehingga jumlah piutang perusahaan akan lebih besar.e) Kebiasaan Membayar Dari Para Langganan Kebiasaan para langganan untuk membayar dalam periode cash discount akan mengakibatkan jumlah piutang lebih kecil, sedangkan langganan membayar periode setelah cash discount akan mengakibatkan jumlah piutang lebih besar karena jumlah dana yang tertanam dalam piutang lebih lama untuk menjadi kas. 4) Perputaran Piutang \; Kelancaran penerimaan piutang dan pengukuran baik tidaknya investasi dalam piutang dapat diketahui dari tingkat perputarannya. Perputaran piutang adalah masa-masa penerimaan piutang dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Definisi perputaran piutang dikemukakan oleh beberapa ahli berikut ini : Menurut S.Munawir (2002:75) memberikan keterangan bahwa posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang tersebut (turn over receivable), yaitu dengan membagi total penjualan kredit (netto) dengan piutang rata-rata. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2001:90) menyatakan bahwa tingkat perputaran piutang (receivable turn over) dapat diketahui dengan membagi jumlah credit sales selama periode tertentu dengan jumlah rata-rata piutang (average receivable). Dari pengertian yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang terdiri dari dua variabel yaitu total penjualan kredit dan rata-rata piutang. 5) Resiko Kerugian Piutang: Setiap usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan akan mengandung resiko yang tidak dapat dihindari. Dalam hal ini resiko hanya bisa dikendalikan agar berada dalam batas yang wajar. Resiko yang timbul karena transaksi penjualan secara kredit disebut resiko kerugian piutang. Menurut S.Munawir (2002:67) berpendapat bahwa : Sem akin besar day’s receivable suatu perusahaan semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang. Dan kalau perusahaan tidak membuat cadangan terhadap kemungkinan kerugia yang timbul karena tidak tertagihnya piutang (allowance for bad debt) berarti perusahaan telah memperhitungkan labanya terlalu bear (overstated)Resiko kerugian piutang terdiri dari beberapa macam yaitu :a) Resiko tidak dibayarnya seluruh tagihan (Piutang) Resiko ini terjadi jika jumlah piutang tidak dapat direalisasikan sama sekali. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya karena seleksi yang kurang baik dalam memilih langganan sehingga perusahaan memberikan kredit kepada langganan yang tidak potensial dalam membayar tagihan, juga dapat terjadi adanya stabilitas ekonomi dan kondisi negara yang tidak menentu sehingga piutang tidak dapat dikembalikan. b) Resiko tidak dibayarnya sebagian piutang Hal ini akan mengurangi pendapatan perusahaan, bahkan bisa menimbulkan kerugian bila jumlah piutang yang diterima kurang dari harga pokok barang yang dijual secara kredit. c) Resiko keterlambatan pelunasan piutang. Hal ini akan menimbulkan adanya tambahan dana atau untuk biaya penagihan. Tambahan dana ini akan menimbulkan biaya yang lebih besar apabila harus dibelanjai oleh pinjaman. d) Resiko tidak tertanamnya modal dalam piutang. Resiko ini

  METODE

  terjadi karena adanya tingkat perputaran piutang yang rendah sehingga akan mengakibatkan jumlah modal kerja yang tertanam dalam piutang semkin besar dan hal ini bisa mengakibatkan adanya modal kerja yang tidak produktif. Menurut Suyanto dan Nurhadi. (2003:43) simpan pinjam adalah simpanan yang dikumpulkan bersama dan pinjamkan kepada anggota yang memerlukan pinjaman dalam berbagai usaha dimana anggota mengajukan permohonan tertulis kepada pengurus dengan mencantumkan jumlah uang yang diperlukan, kemudian pengurus mempertimbangkan dan memutuskan permohonan pinjaman sesuai dengan kemampuan koperasi, pada saat itu dimana pengurus berhak menentukan besarnya jumlah pinjaman, syarat-syarat pengembalian, dan bentuk nilai.Koperasi Simpan Pinjam adalah didirikan bertujuan untuk memberi kesempatan kepada anggotanya untuk memperoleh pinjaman dengan mudah dan dengan bunga ringan. Koperasi simpan pinjam juga berusaha untuk mencegah para anggotanya agar tidak terlibat dalam jeratan kaum lintah darat pada waktu mereka memerlukan sejumlah uang, dengan jalan menggiatkan tabungan dan mengatur pemberian pinjaman uang dengan bunga yang serendah- rendahnya, Koperasi simpan pinjam menghimpun dana dari para anggotanya yang kemudian menyalurkan kembali dana tersebut kepada para anggotanya. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Sedangkan akuntansi koperasi adalah suatu seni pencatatan, pengklasifikasian, pelaporan dan penafsiran laporan keuangan koperasi dalam satu periode tertentu. Periode tersebut mungkin bulanan, tiga bulanan, enam bulanan atau tahunan. Biasanya periode pelaporan di koperasi adalah satu tahun. Sesuai dengan perkembangan koperasi di dalam melaporkan laporan keuangannya, kini dalam penyusunannya telah dikeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 27 tentang akuntansi perkoperasian yang telah mendapat revisi pada tahun 1998. PSAK No. 27 ini berisikan tentang karakteristik koperasi, struktur pengorganisasian koperasi, usaha dan jenis koperasi, tujuan koperasi, ruang lingkup koperasi, definisi

  • –definisi koperasi, standar penyajian laporan keuangan koperasi. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 27 ini, laporan keuangan koperasi itu terdiri dari neraca, perhitungan hasil usaha (PHU), laporan arus kas, laporan promosi ekonomi anggota, dan catatan atas laporan keuangan.

  Metode penelitian merupakan cara alamiah untuk memperoleh data dengan kegunaan dan tujuan tertentu. Melalui penelitian manusia dapat menggunakan hasilnya. Secara umum data yang telah diperoleh dari penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah, terutama dalam penelitian ini adalah dalam bidang pendidikan. Menurut Sugiyono (2013:6) Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada giliranya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan. Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah Metode Penelitian Deskriptif. Menurut Usman Rianse dan Abdi (2008:30), “Metode penelitian Deskriptif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk membuat deskripsi mengenai situasi-situasi dan kejadian-keja dian”. Jadi metode penelitian deskriptif dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Perlakuan Akuntansi Piutang Pada Usaha Simpan Pinjam Pada Primer Kepolisian Daerah Kalimantan Barat. Adapun bentuk penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah survey (Survey Studies), yang bertujuan untuk mengetahui Perlakuan Akuntansi Piutang Pada Usaha Simpan Pinjam Pada Primer Kepolisian Daerah Kalimantan Barat. Penulis menggunakan teknik-teknik sebagai berikut : 1) Teknik komunikasi langsung, 2) Teknik Studi Dokumenter Adapun alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah : 1) Pedoman Wawancara 2.

  Buku catatan digunakan untuk mencatat data-data yang berkenaan dengan penelitian ini yang ada dalam arsip, buku-buku atau dokumen. Pengolahan Data. Agar mempermudah peneliti menarik kesimpulan dari data yang dikumpulkan, maka langkah-langkah yang dilakuakn peneliti antara lain: 1. Mengumpulkan data melalui wawancara, dan catatan-catatan/dokumen. 2. Memeriksa kembali angket yang sudah disebarkan. 3. Mengeolah dan menganalisis data serta menarik kesimpulan Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Data yang akan dianalisis adalah partisipasi anggota. Rumusan persentase menurut Mardalis (2007:81-82) adalah: Pesentase.

  HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

  Dari analisis yang diperoleh melalui wawancara dengan ketua koperasi (pengurus) koperasi menunjukkan bahwa: 1) Akuntansi Piutang simpan pinjam sudah sesuai dengan ketentuan SAK. Berdasarkan hasil penelitian untuk masalah akuntansi piutang simpan pinjam sudah sesuai dengan ketentuan SAK. Pihak pengurus koperasi dalam menyajikan laporan keuangannya tidak mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 27 Akuntansi Perkoperasian karena hanya menyajikan Neraca dan Perhitungan Hasil Usaha (PHU), yang seharusnya terdiri dari neraca, perhitungan hasil usaha (PHU), laporan arus kas, laporan promosi ekonomi anggota, dan catatan atas laporan keuangan. Dalam penyajian neraca koperasi masih terdapat kekeliruan dalam penulisan nama akun pada penulisan juga tidak sesuai dengan tata urutan dalam standar akuntansi keuangan. 2) Penerapan perlakukan akuntansi di Primkop Polda Kalbar ditinjau berdasarkan SAK ETAP, yaitu sebagai berikut: Tidak adanya akun cadangan penyisihan piutang tak tertagih yang seharusnya disajikan untuk menghapus piutang khusus pada neraca dan akun piutang khusus tersebut pada neraca seharusnya disajikan terpisah dari dari pos aktiva lancar dan disajikan pada pos aktiva lain-lain. Nilai penyusutan yang tersaji pada neraca melebihi nilai perolehan aset dan harus disesuaikan. Kewajiban membayar pajak yang belum diterapkan. pembayaran sewa atas gedung yang ditempati tersebut. Tidak adanya laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan.

  Pembahasan

  Perlakuan akuntansi piutang pada usaha simpan pinjam Primer Koperasi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat sudah sesuai dengan SAK ETAP. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Primer Koperasi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat berkaitan dengan perlakukan akuntansi piutang sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) hal ini dapat dilihat dari laporan keuangan yang disajikan oleh pengurus koperasi. Perlakuan akuntansi berdasarkan SAK- ETAP akuntansi yang terdapat dalam Primkop Polda Kalbar Pontianak yaitu: Pengakuan: Dalam laporan keuangan neraca yang telah dibuat Primkop Polda Kalbar menggunakan dasar akrual basis yaitu mencatat transaksi- transaksi atau mengakui pendapatan dan beban pada saat terjadinya dan bukan pada saat pendapatan tersebut diterima ataupun biaya tersebut dibayarkan. Akuntansi berbasis akrual mencatat transaksi pengeluaran dan penerimaan kas, dan juga mencatat jumlah hutang dan piutang perusahaan.

   Oleh karena itu, akuntansi dengan dasar akrual basis memberikan gambaran yang lebih akurat atas kondisi keuangan perusahaan daripada akuntansi berbasis kas dan juga penggunaan basis akrual lebih kompleks daripada basis kas. Akrual basis juga mendukung penggunaan anggaran sebagai teknik pengendalian. Pada basis kas, pembayaran hanya dicatat jika telah dibayarkan, sementara pembayaran kewajiban dapat dilakukan dengan jarak waktu tertentu setelah timbulnya kewajiban itu sendiri. Pengukuran: Kas diukur dari saldo tunai yang dimiliki koperasi per 31 Desember. Aset tetap dinyatakan sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan tanpa memperhitungkan nilai residu, karena SAK ETAP tidak mengatur tentang adanya nilai residu. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap. Beban perbaikan dan pemeliharaan dibebankan pada laporan laba rugi pada saat terjadinya. Piutang usaha diakui pada saat terjadinya transaksi pinjaman uang atau barang oleh anggota koperasi. PenyajiaN: Aset tetap Primkop

  Polda Kalbar melakukan penyusutan dengan

  menggunakan metode garis lurus. Berdasarkan pencatatan Primkop Polda Kalbar dilakukan penyesuaian, menunjukkan bahwa telah sesuai dengan SAK ETAP. Laporan keuangan disusun atas dasar akrual menggunakan konsep biaya historis. Laporan keuangan tersebut disajikan secara relevan untuk kebutuhan pengambilan keputusan ekonomi oleh pemakai dan andal. Penggunaan biaya historis dipilih karena: 1) Biaya dapat ditelusuri atau diverifikasi kembali dan merupakan harga transaksi yang sudah direalisasi. 2) Biaya timbul dari transaksi yang wajar, yang disepakati bersama oleh pembeli dan penjual dalam suatu perekonomian bebas, yang merupakan nilai minimum aset bagi pembeli. 3) MNilai minimum merupakan biaya yang mencerminkan nilai aktual aset bagi koperasi pada saat diperoleh. Perlakuan akuntansi piutang tak tertagih dan perlakuan akuntansinya yang diterapkan koperasi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat sudah sesuai dengan SAK ETAP. Hal ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan berkaitan dengan Penyajian Laporan Keuangan Primkop Polda Kalbar berdasarkan perlakuan akuntansi piutang serta penerapan yang dilakukan oleh pengurus koperasi sebagai berikut: Neraca: Dalam Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas tanpa Akuntanbilitas Publik (SAK ETAP) laporan neraca menyajikan aset, kewajiban dan ekuitas pada tanggal tertentu. Dimana pos-pos minimal mencakup kas dan setara kas, piutang usaha dan piutang lain-lain, persediaan, properti investasi, aset tetap, aset tidak berwujud, utang usaha dan utang lainnya, aset dan kewajiban pajak, kewajiban diestimasi, dan ekuitas. Namun urutan dan format pos tidak ditentukan oleh Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas tanpa Akuntanbilitas Publik SAK ETAP. Dalam neraca Primkop Polda Kalbar tidak terdapat pos properti investasi, aset tidak berwujud, aset dan kewajiban pajak, dan kewajiban diestimasi. Tidak adanya pos properti investasi, dikarenakan Primkop Polda Kalbar tidak melakukan sewa gedung untuk untuk unit- unit yang ada pada koperasi, melainkan hanya menjalankan usahanya di yang telah disediakan Primkop Polda Kalbar, dan tidak memiliki aset tidak berwujud. Pos aset dan kewajiban pajak tidak juga tersaji pada neraca yang menunjukkan bahwa Primkop Polda Kalbar belum melakukan pembayaran pajak. Kewajiban diestimasi adalah kewajiban yang waktu dan jumlahnya belum pasti sehingga memerlukan estimasi dan koperasi Primkop Polda Kalbar tidak memiliki kewajiban diestimasi tersebut. Penyajian neraca terdiri dari beberapa klasifikasi, yaitu: 1. Klasifikasi aset lancar dan aset tetap. Entitas mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar apabila: a) Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan, dalam jangka waktu siklus operasi normal entitas; b) Dimiliki untuk diperdagangkan; c) Diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir periode pelaporan; atau d) Berupa . kas . atau

  . setara . kas, . kecuali . jika . dibatasi . penggunaannya . dari pertukaran atau digunakan

  untuk menyelesaikan kewajiban setidaknya 12 bulan setelah akhir periode pelaporan. Neraca Primkop Polda Kalbar dalam penyajian pos aset

  lancar, tidak sesuai dengan klasifikasi SAK ETAP karena ada akun piutang khusus yang yang tersaji pada pos aset lancar dan seharusnya akun tersebut disajikan pada pos aktiva lain-lain dan untuk menghapus akun piutang khusus tersebut harus dibentuk akun cadangan

  penyisihan piutang tak tertagih yang seharusnya akun tersebut disajikan untuk menghapus piutang tak tertagih .

  Sedangkan adanya penayjian nilai gedung dalam aset lainnya sebagai aset tetap tidak sesuai dengan SAK ETAP karena gedung yang disajikan dalam neraca tersebut bukan hak milik koperasi. 2) Klasifikasi hutang jangka pendek

  dan hutang jangka panjang. Entitas mengklasifikasikan kewajiban sebagai kewajiban jangka pendek apabila:a) Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi entitas;b) Dimiliki untuk diperdagangkan; c) Kewajiban akan diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir periode pelaporan; atau d) Entitas . tidak

  . memiliki . hak . tanpa . syarat . untuk . menunda . penyelesaian kewajiban setidaknya 12 bulan

  setelah akhir periode pelaporan Primkop Polda

  Kalbar telah menyajikan pos kewajiban lancar sesuai dengan klasifikasikan kewajiban lancar yang diatur dalam SAK ETAP dimana kewajiban lancar tersebut akan diselesaikan dalam jangka

  waktu paling lambat 12 bulan setelah akhir periode pelaporan . Laporan Laba Rugi: Dalam penyajian

  laporan laba rugi Primkop Polda Kalbar tidak terdapat akun atau pos bagian laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode ekuitas dan juga beban pajak , yang dapat dilihat pada penyajian laporan laba rugi. Penyajian pos atau

  judul dan sub jumlah lainnya pada laporan laba rugi, telah sesuai dengan SAK ETAP yang bertujuan untuk memahami kinerja keuangan dan juga entitas tidak menyajikan atau mengungkapkan pos pendapatan dan beban sebagai pos luar biasa, dalam laporan laba rugi.

  Akun beban pajak juga tidak terdapat dalam laporan laba rugi yang menunjukkan bahwa Primkop Polda Kalbar belum memenuhi kewajiban membayar pajak sebagaimana yang telah diwajibkan dalam SAK ETAP. SAK ETAP

  juga mewajibkan format laporan keuangan laba rugi entitas dengan menggunakan analisa sifat beban dan analisa fungsi beban. Di dalam kedua metode analisa tersebut, tidak diperkenankan untuk membandingkan pendapatan dengan piutang usaha dan selisih persediaan akhir bulan lalu dengan bulan berjalan. Dalam penyajian laporan laba rugi, Primkop Polda Kalbar menggunakan analisa sifat beban. Analisa sifat beban dipilih karena tidak memerlukan pengungkapan tambahan seperti pada analisa fungsi beban yang dapat dilihat pada laporan laba ruginya. Laporan Arus Kas: Laporan arus kas menyajikan informasi perub ahan historis atas kas dan setara kas entitas, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi selama satu periode dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Setara kas adalah investasi jangka pendek dan sangat likuid yang dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk tujuan investasi atau lainnya. Oleh karena itu, investasi umumnya diklasifikasikan sebagai setara kas hanya jika akan segera jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang sejak tanggal perolehan. Cerukan bank pada umumnya termasuk aktivitas pendanaan sejenis dengan pinjaman. Namun, jika cerukan bank dapat ditarik sewaktu-waktu dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengelolaan kas entitas, maka cerukan tersebut termasuk komponen kas dan setara kas. Entitas menyajikan laporan arus kas yang melaporkan arus kas untuk suatu periode dan mengklasifikasikan menurut aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan, dan

  Primkop Polda Kalbar telah menyajikan sesuai dengan pengklasifikasian tersebut. Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan entitas. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa dan kondisi lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi. Contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah: a. Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa; b. Penerimaan kas dari royalti, fees, komisi dan pendapatan lain;

  c. Pembayaran kas kepada

  pemasok barang dan jasa;

  d. Pembayaran kas

  kepada dan atas nama karyawan; e. Pembayaran .. kas .. atau .. restitusi .. pajak .. penghasilan .. kecuali .. jika .. dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi;

  f. Penerimaan dan pembayaran kas

  dari investasi, pinjaman, dan kontrak lainnya yang dimiliki untuk tujuan perdagangan, yang sejenis dengan persediaan yang dimaksudkan untuk dijual kembali. Beberapa transaksi, seperti penjualan peralatan pabrik, dapat menimbulkan keuntungan atau kerugian yang dimasukkan dalam perhitungan laba atau rugi. Tetapi, arus kas yang menyangkut transaksi tersebut merupakan arus kas dari aktivitas investasi. Dalam penyajian laporan arus kas Primkop Polda Kalbar, pada pos arus kas aktifitas operasi telah sesuai dengan ketentuan SAK ETAP dimana akun-akun yang terdapat pada pos arus kas aktifitas operasi telah sesuai dengan kriteria SAK ETAP. Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan.

  Contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah: (a) Pembayaran kas untuk memperoleh aset tetap (termasuk aset tetap yang dibangun sendiri), aset tidak berwujud dan aset jangka panjang lainnya; (b) Penerimaan kas dari penjualan aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset jangka panjang lainnya; (c) Pembayaran kas untuk perolehan efek ekuitas atau efek utang entitas lain dan bunga dalam joint venture (selain pembayaran untuk efek yang diklasifikasikan sebagai kas atau setara kas atau dimiliki untuk diperdagangkan); (d) Penerimaan kas dari penjualan efek ekuitas atau efek utang dari entitas lain dan bunga dari joint venture (selain penerimaan dari efek yang diklasifikasikan sebagai setara kas atau dimiliki untuk diperdagangkan); (e) Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain; (f) Penerimaan kas dari pembayaran kembali uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain.

  Dalam penyajian laporan arus kas Primkop Polda Kalbar, pada pos arus kas aktifitas investasi telah sesuai dengan SAK ETAP, yaitu akun-akun yang tersaji dalam pos arus kas aktifitas investasi merupakan akun-akun yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Adanya penyusutan secara

  Hadari Nawawi. (2012). Metode Penelitian

  keuangan, Lembaga Penerbit, Fakultas

  M.Munandar (2006). Manajemen Lembaga

  Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

  Lexy J. Moleong. (2013). Metodologi Penelitian

  Koperasi, Lembaga Penerbit, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Jakarta.

  Ikatan Akuntan Indonesia, 1999: 27 .1, Prinsip

  Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajahmada University Press.

  Karya Ilmiah. Pontianak: Edukasi press FKIP Untan.

  terus-menerus sehingga melebihi nilai dari pada aset, tidaklah dibenarkan. Adanya penyajian gedung yang merupakan bukan aset koperasi seharusnya tidak disajikan pada daftar aset koperasi. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pengungkapan aset tetap yang dimilik Primkop Polda Kalbar kurang sesuai dengan SAK ETAP.

  FKIP Untan. (2013). Pedoman Penulisan

  DAFTAR RUJUKAN Bambang Riyanto (2001). Manajemen Koperasi, Penerbit BPFE-UGM,Yoyakarta

  Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyampaikan saran sebagai berikut: 1) Untuk pihak manajemen koperasi sebaiknya dalam melakukan proses penyajian laporan keuangan harus mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Perkoperasian (PSAK No. 27) Akuntansi Perkoperasian karena dengan adanya laporan keuangan yang lengkap dan memadai maka dapat digunakan sebagai alat analisa dalam menyusun proses perencanaan dan pengambilan keputusan pada periode berikutnya. 2) Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat pada umumnya, koperasi merupakan sokoguru dan tulang punggung perekonomian maka sudah seharusnya koperasi di kelola dengan baik, yaitu dengan mengacu pada aturan-aturan yang ada yang sesuai dengan ketentuan pemerintah dan perundang-undangan termasuk dalam kewajiban sebagai obyek pajak. 3) Dengan perkembangan koperasi selama ini sangat disayangkan sekali apabila Koperasi Primer Kepolisian Daerah Kalimantan Barat tidak didukung dengan penyusunan laporan keuangan yang baik maka pihak manajemen koperasi sebaiknya lebih memperhatikan hal-hal yang berkaitan pada kegiatan administrasi koperasi (pembukuan).

  Saran

  2. Penerapan perlakukan akuntansi di Primkop Polda Kalbar ditinjau berdasarkan SAK ETAP, yaitu sebagai berikut: Tidak adanya akun cadangan penyisihan piutang tak tertagih yang seharusnya disajikan untuk menghapus piutang khusus pada neraca dan akun piutang khusus tersebut pada neraca seharusnya disajikan terpisah dari dari pos aktiva lancar dan disajikan pada pos aktiva lain-lain. Nilai penyusutan yang tersaji pada neraca melebihi nilai perolehan aset dan harus disesuaikan. Kewajiban membayar pajak yang belum diterapkan. pembayaran sewa atas gedung yang ditempati tersebut. Tidak adanya laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan.

  Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: Akuntansi Piutang simpan pinjam sudah sesuai dengan ketentuan SAK. Berdasarkan hasil penelitian untuk masalah akuntansi piutang simpan pinjam sudah sesuai dengan ketentuan SAK. Pihak pengurus koperasi dalam menyajikan laporan keuangannya tidak mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 27 Akuntansi Perkoperasian karena hanya menyajikan Neraca dan Perhitungan Hasil Usaha (PHU), yang seharusnya terdiri dari neraca, perhitungan hasil usaha (PHU), laporan arus kas, laporan promosi ekonomi anggota, dan catatan atas laporan keuangan. Dalam penyajian neraca koperasi masih terdapat kekeliruan dalam penulisan nama akun pada penulisan juga tidak sesuai dengan tata urutan dalam standar akuntansi keuangan.

  SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

  Ekonomi Universitas Indonesia Jakarta Mohammad Muslich (2003). Koperasi Di Suyanto dan Nurhadi. (2003). Badan Hukum

  Indonesia, Lembaga Penerbit, Fakultas Koperasi, Andi Offset, Yogyakarta

  Ekonomi Universitas Indonesia T. Hani Handoko. (2001). Manajemen PSAK

  27. PSAK (Pernyataan Standar Personalia dan SDM edisi 2. Yogyakarta:

  Akuntansi Keuangan) Nomor 27 Tahun BPEF Yogyakarta.

  2007 Tentang Akuntansi Perkoperasian. Tim Penyusun, pusat pembinaan dan Rusdi Akbar (2004). Prinsip Koperasi, Pengembangan. Kamus Besar Bahasa Lembaga Penerbit, Fakultas Ekonomi Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

  Universitas Indonesia Jakarta Undang-undang No. 25 Tahun 1992 Tentang S.Munawir (2002). Perkoperasian, Bina Aksara Perkoperasian Indonesia. Jakarta Undang-Undang No. 33 Tahun 1945 Tentang

  Sadili Samsudin. (2005). Manajemen Sumber Perekonomian Indonesia

  Daya Manusia. Bandung: CV. Pustaka Setia. Warren Reeve dan Fess (2005). Pengantar

  Sugiyono.(2012). Metode Penelitian Akuntansi. Edisi 21. Edisi Bahasa

  Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Indonesia. Terjemahan Aria Farahmita, Bandung: Alfabeta. Amanugrahani dan Taufik Hendrawanan.

  Prosedur

  Suharsimi Arikunto. (2012). Jakarta: Salemba Empat

  Penelitian. Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI). Jakarta: PT. Rineka Cipta.