PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN MATERI HIDROLISIS GARAM

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN MATERI HIDROLISIS GARAM

  

Eka Murezhawati, Hairida, Husna Amalya Melati

Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan Pontianak

Email:ekamurezha19@gmail.com

  

Abstract

The purpose of this research is to improve science process skill of grade XI student of SMA Muhammadiyah 2 Pontianak in salt hydrolysis material by using Predict- Observe-Explain (POE) model. The research method used is Class Action Research. The subjects of this study were 31 students of class XI IPA. The research instrument of this is the lesson plan research, student worksheet, and skill observation sheet using tools and materials. The results of the study in first cycle showed the skills of predicting, observing, tabulating, explaining and concluding respectively that is 39%, 97%, 100%, 35% and 48%. In the second cycle there is an increase in the skill of predicting, observing, tabulating, explaining and concluding respectively that is 100%, 100%, 100%, 96% and 61%. It can be concluded that the use of the Predict- Observe-Explain (POE) learning model can improve the science-grade students' skill of class XI IPA SMA Muhammadiyah 2 Pontianak on salt hydrolysis material.

  Keywords: POE, Skills Process Science, Hydrolysis Salt PENDAHULUAN

  Peran guru tidak terbatas hanya pada kemampuan proses sains saja tapi guru juga harus bisa sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstator, pembimbing dan evaluator (Wina Sanjaya, 2006). Guru memiliki peran penting sebagai pendidik dalam menentukan keberhasilan suatu proses pembelajaran, menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses belajar. Guru harus memiliki strategi, agar peserta didik dapat belajar secara efektif dan efesien, serta mencapai pada tujuan yang diharapkan yaitu menguasai teknik mengajar (Roestiyah, 2008).

  Hasil wawancara tanggal 27 September 2016 dengan guru kimia SMA Muhammadiyah 2 Pontianak, diperoleh informasi bahwa guru sering menggunakan metode ceramah dan masih kurang dalam menggunakan model pada saat pembelajaran. Guru menginformasikan bahwa nilai ulangan tengah semester siswa kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 2 Pontianak pada mata pelajaran kimia masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minumun (KKM) sebesar 75. Salah satu materi yang dianggap sulit oleh siswa adalah materi hidrolisis garam. Pada materi ini siswa kurang memahami konsep hidrolisis dan kurang menguasai perhitungan pH larutan garam, kurangnya pemahaman pada konsep hidrolisis yang dimaksud yaitu siswa tidak bisa menguraikan reaksi ionisasi dan reaksi hidrolisis untuk menentukan sifat dari suatu garam sehingga siswa tidak bisa menentukan rumus apa yang tepat untuk menentukan pH larutan garam. Hal ini yang menyebabkan siswa mengalami garam menghitung pH larutan garam. Kesulitan dalam materi hidrolisis garam dapat dibantu dengan pengamatan langsung oleh siswa atau melalui kegiatan praktikum.

  Guru juga mengungkapkan sudah sering melakukan kegiatan praktikum namun jarang menggunakan lembar kerja siswa (LKS). Ketika menggunakan LKS masih banyak siswa yang kurang memahami lembar kerja yang diberikan guru, sehingga siswa kebingungan dengan apa yang harus dilakukan pada saat praktikum. Guru juga mengatakan keterampilan siswa dalam menggunakan alat seperti pipet tetes masih kurang, siswa juga kebingungan ketika mengamati hasil percobaan, pada saat menjelaskan siswa juga tidak bisa mengaitkan antara hasil percobaan dengan teori, dan siswa masih belum terampil dalam membuat kesimpulan. Guru sudah berusaha untuk membuat LKS praktikum yang mudah dipahami oleh siswa melalui pembuatan lembar kerja siswa yang lebih sederhana dan penggunaan bahasa yang lebih mudah dipahami, namun hanya beberapa siswa saja yang bisa memahami dan terampil dalam melakukan kegiatan praktikum. Sedangkan siswa yang lain masih kebingungan dan kurang terampil.

  Diperkuat dengan hasil wawancara dari 8 orang siswa kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 2 Pontianak pada tanggal 12 Oktober 2016, siswa merasa kebingungan dengan apa yang harus dilakukan pada saat praktikum, walaupun sudah diarahkan untuk membaca langkah-langkah yang terdapat pada LKS. Berdasarkan laporan hasil praktikum kemampuan siswa dalam membuat pembahasan dan kesimpulan masih kurang. Pada pembahasan, masih terdapat siswa yang belum bisa mengaitkan antara hasil percobaan dengan teori yang ada, sedangkan dalam penulisan kesimpulan masih terdapat siswa yang membuat kesimpulan tidak dilakukan. Hasil kegiatan praktikum tidak pernah dipresentasikan di depan kelas.

  Berdasarkan diskusi dengan guru mengenai keterampilan proses sains siswa SMA Muhammadiyah 2 Pontianak pada materi hidrolisis garam, guru ingin memperbaiki proses pembelajaran (praktikum) dan menginginkan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatan keterampilan proses sains siswa. Guru ingin berkolaborasi dengan peneliti melalui penelitian tindakan kelas dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat. Pemilihan model pembelajaran yang tepat diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan di kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 2 Pontianak. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengatasi masalah tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran

  Predict-Observe-Explain (POE).

  Model pembelajaran Predict-

  Observe-Explain sangat cocok

  diterapkan pada materi hidrolisis garam, karena materi ini berisi konsep yang memerlukan pengamatan secara langsung, sehingga siswa dapat melakukan pengamatan dari gejala- gejala yang terjadi, membuat dugaan berdasarkan pengetahuan awal, pengalaman dan literatur, menjelaskan hasil berdasarkan data pengamatan langsung, dan menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan yang dilakukan sehingga dapat dipahami dan tahan lama dalam ingatan. Model pembelajaran POE memiliki kelebihan merangsang peserta didik untuk lebih kreatif khususnya dalam mengajukan prediksi, dengan melakukan eksperimen untuk menguji prediskinya dapat mengurangi verbalisme, proses pembelajaran menjadi lebih menarik sebab peserta didik tidak hanya mendengarkan tetapi juga mengamati peristiwa yang terjadi melalui eksperimen, dan dengan cara mengamati secara langsung persrta didik akan membandingkan antara teori (dugaan) kenyatan, dengan demikian peserta didik akan lebih dapat meyakini kebenaran materi pembelajaran (Evi Yupani dan Garminah, 2013).

  Pada tahap predict, siswa diminta untuk menuliskan prediksi mereka tentang sesuatu yang akan terjadi terhadap suatu permasalahan yang diinformasikan oleh guru dalam Lembar Kerja siswa (LKS). Guru menanyakan kepada siswa tentang apa yang dipikirkan, apa yang mereka lihat dan alasan mereka menjawab demikian. Pada tahap observe, siswa melakukan percobaan (Praktikum) berkaitan dengan permasalahan yang telah dinformasikan guru kemudian mengamati hasil percobaan untuk menguji kebenaran prediksi yang telah dibuat siswa sebelumnya. Pada tahap explain, siswa membandingkan antara hasil pengamatan dengan hasil prediksi kemudian mamberikan penjelasan mengapa hal tersebut dapat terjadi (Bruce Joyce dalam Muhammad sodikin, 2015). Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang dalam penelitian ini, maka yang menjadi permasalahan umum dalam pemelitian ini adalah “apakah terjadi peningkatan keterampilan proses sains siswa kelas XI

  IPA SMA Muhammadiyah 2 Pontianak pada materi hidrolisis garam dengan menggunakan model pemberlajaran

  predict-observe-explain

  (POE)?” Tujuan penelitian secara umum adalah untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 2 Pontianak pada materi hidrolisis garam dengan menggunakan model pembelajaran predict-observe-

  explain (POE). Penelitian ini diharapkan

  dapat memberikan manfaat bagi siswa yaitu Meningkatkan keterampilan siswa dalam memprediksi, mengamati, membuat tabulasi data, menjelaskan dan menyimpulkan dalam kegiatan yaitu Memberikan informasi bahwa penggunaan model pembelajaran

  Predict-Observe-Explain (POE) dapat

  digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Serta bagi sekolah yaitu Memberikan kontribusi kepada pihak sekolah sebagai lembaga pendidikan formal untuk meningkatkan kualitas pembelajaran terutama dalam penggunaan model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

METODE PENELITIAN

  Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tempat penelitian akan dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 2 Pontianak. Waktu penelitian pada semester genap tahun ajaran 2016/2017. Subjek penelitian ini adalah 31 orang siswa kelas

  XI IPA. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik pengukuran, observasi dan wawancara. Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu lembar kerja siswa, lembar observasi tertutup, lembar observasi terbuka dan pedoman wawancara. Prosedur penelitian terdiri dari dua siklus setiap siklus melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Tahap perencanaan Pada tahap ini peneliti berdiskusi dengan guru merancang skenario pembelajaran, membuat LKS, merancang lembar observasi dan pembagian kelompok. Tahap Tindakan Pada tahap ini guru melakukan pembelajaran dengan melalui tahap kegiatan awal yaitu membuka pembelajaran dan menyampaikan apersepsi. Kegiatan inti yaitu melalui tahap eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Kegiatan penutup yaitu menyimpulkan pembelajaran. Tahap Observasi observer. Objek observasi pada penelitian ini adalah guru. Peneliti dibantu lima obsevasi lainnya untuk mengamati kegiatan pembelajaran. Tahap Refleksi Pada tahap ini peneliti dan guru melakukan analisis data yang diperoleh. melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan. Untuk memudahkan dalam memahami keempat langkah tersebut, dapat dilihat pada skema Model PTK berikut.

  

Skema 1 Siklus Pelaksanaan PTK Model Jhon Elliot

  Teknik pengolahan data yang dilakukan adalah 1) mengolah data hasil observasi pembelajaran. a) Melihat dilakukan atau tidaknya tahap-tahap model pembelajaran Predict-Observe-Explain;

  b) Melakukan kegiatan refleksi dengan guru untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar agar pada siklus berikutnya dapat diperbaiki; c) Menentukan beberapa hal yang dirasakan kurang dalam kegiatan pembelajaran. 2) Mengolah data hasil observasi keterampilan proses sains sebagai berikut: a) Menghitung skor yang diperoleh pada setiap aspek KPS yang dilakukan oleh seluruh siswa; b) Menghitung persentase setiap indikator KPS menggunakan rumus:

  % memprediksi = skor yang diperoleh skor maksimal

  100% % mengamati = skor yang diperoleh skor maksimal x 100% % mentabulasi data = skor yang diperoleh skor maksimal x100%

  % menjelaskan = skor yang diperoleh skor maksimal x 100% % menyimpulkan = skor yang diperoleh skor maksimal x 100%

  c) Mengkategorikan KPS siswa sesuai dengan kategori dibawah ini: 1% - 25% : Tidak Terampil 26% - 50% : Kurang Terampil 51% - 75% : Terampil 76% - 100% : Sangat Terampil (Kubizayn dan Borich dalam Lia, 2016).

  d) Melakukan wawancara dengan siswa yang memiliki nilai KPS rendah. Indikator keberhasilan yang digunakan berdasrkan dari hasil diskusi dengan guru dan keadaan siswa sebelum dilakukan tindakan. Penelitian ini berhasil jika siswa SMA Muhammadiyah 2 Pontianak mencapai target yang telah ditentukan,

  Perencanaan Pengamatan Pelaksanaan

  Refleksi

  Pelaksanaan Refleksi Perencanaan

  Pengamatan Siklus I Silklus II

  Predict-Observe-Explain ( POE).

  97 100

  80 100 120 Memprediksi Mengamati Mentabulasi data Menjelaskan Menyimpulkan

  60

  40

  20

  48

  35

  39

  Adapun Target yang ingin dicapai untuk setiap aspek keterampilan proses sains pada penelitian ini sebagai berikut: 1) Sebanyak 25% dari jumlah siswa terampil dalam memprediksi; 2) Sebanyak 50% dari jumlah siswa terampil dalam mengamati; 3) Sebanyak 25% dari jumlah siswa terampil dalam membuat tabulasi data; 4) Sebanyak 50% dari jumlah siswa terampil dalam menjelaskan; 5) Sebanyak 50% dari jumlah siswa terampil dalam menyimpulkan.

  29

  26

  35

  Grafik 1 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan proses sains siswa yang dapat dilihat dari perbandingan antara hasil prasiklus dengan siklus I. Adapun hasil yang diperoleh yaitu untuk keterampilan memprediksi indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 25% dari jumlah siswa setelah dilakukan siklus I diperoleh peningkatan sebesar 39%, keterampilan mengamati indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 50% dari jumlah siswa setelah dilakukan siklus I diperoleh peningkatan sebesar 62%, keterampilan mentabulasi data indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 25% dari jumlah siswa setelah dilakukan siklus I diperoleh peningkatan sebesar 100%, keterampilan menjelaskan indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 50% dari jumlah siswa setelah dilakukan siklus I diperoleh peningkatan sebesar 9% dan keterampilan menyimpulkan indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 50% dari jumlah siswa setelah dilakukan siklus I diperoleh peningkatan sebesar 19%. Jika dilihat dari perbandingan antara indikator keberhasilan dangan siklus I, untuk keterampilan memprediksi, mengamati dan mentabulasi data sudah mencapai indikator keberhasilan sedangkan untuk keterampilan menjelaskan dan menyimpulkan belum mencapai indikator keberhasilan. Hal ini membuat guru berkeinginan untuk meningkatkan lagi keterampilan proses sains siswa khususnya keterampilan menjelaskan dan menyimpulkan.

  

Grafik 1 Persentase Keterampilan Proses Sains Siswa yang diberi Pembelajaran

dengan Model POE pada Siklus I

  Penilaian terhadap beberapa aspek keterampilan proses sains siswa dilakukan dengan menghitung skor jawaban benar pada LKS yang dikerjakan oleh siswa. Berdasarkan penilaian lembar kerja siswa (LKS) pada siklus I diperoleh persentase keterampilan proses sains siswa yang disajikan pada Grafik 1.

  PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Keterampilan Proses Sains Siswa Siklus I

  Pe rse n tase si swa (%) Keterampilan Proses Sains Prasiklus Indkator keberhasilan Silkus I

   Keterampilan Proses Sains Siswa Siklus II

  50

  80 100 120

  60

  40

  20

  61

  96

  48 100 100 100

  35

  97 100

  39

  50

  Penilaian beberapa aspek keterampilan proses dilakukan dengan menghitung skor jawaban benar pada LKS yang penilaian lembar kerja siswa siklus II diperoleh persentase keterampilan proses sains siswa yang disajikan pada Grafik 2.

  25

  50

  25

  3.

  Peningkatan keterampilan proses sains siswa dalam suatu pembelajaran dapat dilihat dari semakin banyaknya siswa yang terampil dalam berbagai macam keterampilan proses sains yang ada. Keterampilan proses sains yang diamati dalam penelitian ini adalah keterampilan memprediksi, keterampilan mengamati, keterampilan mentabulasi data, keterampilan menjelaskan dan keterampilan menyimpulkan. Berikut ini adalah grafik persentase keterampilan proses sains siswa selama proses pembelajaran yang disajikan pada Grafik

  3. Peningkatan siklus I dan Siklus II

  Jika dilihat dari perbandingan antara indikator keberhasilan dangan siklus II yaitu semua keterampilan proses sains siswa telah mencapai indikator keberhasilan. Melihat hasil persentase tersebut guru merasa semua keterampilan proses sains siswa benar-benar telah mengalami peningkatan pada proses pembelajaran siklus II.

  I peningkatan yang diperoleh sebesar 13%.

  Grafik 2 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan proses sains siswa yang dapat dilihat dari perbandingan antara hasil siklus I dengan siklus II. Adapun hasil yang diperoleh yaitu untuk keterampilan memprediksi indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 25% dari jumlah siswa setelah dilakukan siklus II peningkatan yang diperoleh sebesar 61%, keterampilan mengamati indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 50% dari jumlah siswa setelah dilakukan siklus II peningkatan yang diperoleh sebesar 3%, keterampilan mentabulasi data indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 25% dari jumlah siswa setelah dilakukan siklus II pencapaian yang diperoleh sebesar 0%, keterampilan menjelaskan indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 50% dari jumlah siswa setelah dilakukan siklus I peningkatan yang diperoleh sebesar 61% dan keterampilan menyimpulkan indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 50% dari jumlah siswa setelah dilakukan siklus

  

Grafik 2 Persentase Keterampilan Proses Sains Siswa yang diberi Pembelajaran

dengan Model POE pada Siklus II

  Memprediksi Mengamati Mentabulasi data Menjelaskan Menyimpulkan Per sen tase si swa (% ) Keterampilan Proses Sains indikator keberhasilan siklus I siklus II

  Grafik 3 Persentase Keterampilan Proses Sains Siswa pada Prasiklus, Siklus I dan II.

  39

  80 100 Memprediksi Mengamati Mentabulasi data Menjelaskan Menyimpulkan

  60

  40

  20

  61

  96

  48 100 100 100

  35

  97 100

  50

  Grafik 3 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan proses siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran POE. Dilihat dari persentase keterampilan proses sains siswa pada siklus I yaitu keterampilan memprediksi, mengamati dan mentabulasi data sudah mencapai indikator keberhasilan, sedangkan keterampilan menjelaskan dan menyimpulkan belum mencapai indikator keberhasilan. Sedangkan pada siklus II semua keterampilan proses sains yang diteliti telah mencapai indikator keberhasilan.

  50

  25

  50

  25

  29

  26

  35

  Pembelajaran menggunakan model POE yang diterapkan pada siklus II sudah mampu meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Hal ini karena model pembelajaran POE memiliki keunggulan yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam hal menemukan sesuatu ketika diberi masalah yang kemudian memecahkan masalah tersebut dengan melakukan prediksi (Predict). Setelah itu dilakukan pengamatan (Observe) yang akan membuktikan kebenaran dari hasil prediksi. Kemudian menjelaskan (Explain) hasil pengamatan yang diperoleh. Dengan cara inilah siswa dapat mengasah keterampilan proses sains yang dimiliki dan membuktikan sendiri konsep-konsep yang dipelajari. Pernyataan ini didukung oleh Dwi Untari Ningsih (2011) yang mengatakan keterampilan proses sains dapat

  Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat peningkatan keterampilan proses sains siswa setelah diajarkan menggunakan model pembelajaran POE. Berdasarkan hasil penilaian keterampilan proses sains siswa pada siklus I yaitu keterampilan memprediksi, mengamati dan mentabulasi data sudah mencapai indikator keberhasilan, sedangkan keterampilan menjelaskan dan menyimpulkan belum mencapai indikator keberhasilan. Hal ini terjadi karena, ketika pembelajaran pada siklus I berlangsung siswa tidak mengerjakan LKS secara keseluruhan dikarenakan siswa tidak membaca buku paket dan tidak mengerti dengan materi yang dipelajari. Pada bagian menyimpulkan siswa tidak membuat kesimpulan secara keseluruhan karena siswa tidak dibimbing menyimpulkan berdasarkan tujuan percobaan. Indikator keterampilan proses sains siswa pada siklus I yang belum tercapai disebabkan guru kurang maksimal dalam membimbing siswa. Guru seharusnya dapat membimbing siswa dengan maksimal supaya keterampilan proses sains yang dimiliki siswa dapat berkembang dengan baik. Hal ini juga sejalan dengan yang disampaikan Indrawati dan Wanwan (2009) mengatakan bahwa guru memerlukan motivasi dan kemauan yang bagus untuk dapat meningkatkan keberhasilan proses pembelajaran siswa.

  Pembahasan

  Per sen tase si swa (% )

Keterampilan Proses Sians

prasiklus indikator keberhasilan siklus I siklus II membantu siswa memiliki pengalaman belajar yang bermakna untuk mengembangkan kemampuan mental yang lebih tinggi, seperti berpikir kritis dan pemecahan masalah.

  Indikator keterampilan proses sains yang diamati yaitu indikator keterampilan memprediksi, mengamati dan menjelaskan merupakan indikator keterampilan proses sains yang sesuai dengan langkah dari model pembelajaran POE. Ketiga keterampilan proses sains yang diamati ini setelah dilakukan pembelajaran menggunakan model POE memberikan peningkatan terhadap keterampilan proses sains siswa.

  Keterampilan memprediksi pada siklus I meningkat sebesar 39% dari jumlah siswa sedangkan pada siklus II meningkat sebesar 61%. Peningkatan keterampilan memprediksi disebabkan oleh model pembelajaran POE memiliki manfaat dan kelebihan yaitu merangsang siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam mengajukan prediksi sehingga dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu permasalahan. Pernyataan ini didukung oleh Nuramelia (2016) yang mengatakan bahwa dengan melakukan kegiatan memprediksi terlebih dahulu membuat siswa menjadi lebih aktif siswa karena pada kegiatan tersebut siswa harus menggunakan daya nalar dan pengetahuan yang dimiliki untuk membuat suatu ramalan dan menghubungkan dengan pemahan konsep.

  Keterampilan mengamati pada siklus I meningkat sebesar 62% dari jumlah siswa sedangkan pada siklus II meningkat sebesar 3%. Peningkatan keterampilan mengamati disebabkan model pembelajan POE memiliki kelebihan dan maanfaat yaitu dengan mengamati secara langsung fenomena yang terjadi melalui kegiatan eksperimen memberikan motivasi kepada siswa untuk menyelidiki konsep yang belum dipahami. Pernyataan ini didukung oleh Evi Yupani dan Garminah (2013) mengatakan bahwa dengan mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori (dugaan) dengan kenyataan, dengan demikian siswa akan lebih dapat meyakini kebenaran materi yang dipelajari. Untuk keterampilan menjelaskan pada siklus I meningkat sebesar 19% dari jumlah siswa sedangkan pada siklus II meningkat sebesar 13%.

  Peningkatan keterampilan menjelaskan disebabkan oleh model pembelajaran POE memiliki kelebihan dan manfaat yaitu dengan mengeluarkan pendapat atau menjelaskan suatu permasalan yang diperoleh dari hasil pengamatan membuat siswa lebih memahami konsep yang dipelajari karena siswa dapat mengaitkan hasil pengamatan yang diperoleh dengan teori- teori yang diajarkan. Hal ini didukung pernyataan dari Febrianty Suleman (2015) mengatakan bahwa dengan menjelaskan siswa dapat menggali pengetahuan awal siswa dan membangkitkan keberanian siswa dalam berargumen sehingga membuat siswa lebih aktif dan kreatif dalam berpendapat.

  Keterampilan mentabulasi dan menyimpulkan merupakan keterampilan yang dikembangkan dari model pembelajaran POE. Kedua keterampilan ini juga mengalami peningkatan yang baik dalam proses pembelajaran. Keterampilan mentabulasi dan menyimpulkan meningkat karena guru membimbing siswa dengan baik untuk membuat tabel yang benar dan menyimpulkan berdasarkan tujuan pembelajaran. Hal didukung oleh Vivien (2012) mengatakan bahwa guru kimia harus mahir dalam keterampilan proses sains pada banyak tingkatan, dan harus memiliki pangetahuan untuk membimbing dan mengajarkan keterampilan proses sains.

  Peningkatan keterampilan proses sains siswa dalam pembelajaran disebabkan model pembelajaran POE merupakan model pembelajaran yang dapat memberikan pengetahuan baru kepada siswa secara nyata melalui setiap langkah pembelajaran yang dilakukan dan dapat meningkatkan partisipasi siswa agar lebih aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat dari peneliti yang menerapkan model pembelajaran POE terhadap keterampilan proses sains siswa, yaitu menurut Nor Eliya Faela Shofa (2015) dan Farhana Iqbaliya (2015) yang menyimpulkan bahwa model pembelajaran POE dapat meningkatan keterampilan proses sains siswa dalam proses pembelajaran.

  Analisis Keterampilan Proses sains A. Keterampilan Memprediksi

  Berdasarkan Gambar 4.4 terlihat dari persentase jumlah siswa pada siklus I dan siklus II untuk kategori sangat terampil, terampil, kurang terampil dan tidak terampil menunjukkan adanya peningkatan keterampilan siswa dalam memprediksi. Dilihat dari LKS siklus I yang dikerjakan oleh yang siswa termasuk kategori tidak terampil dan kurang terampil, siswa tidak menuliskan secara lengkap rumus kimia dari asam dan basa pembentuk garam, perubahan lakmus merah dan biru serta sifat dari larutan garam. Berdasarkan hasil wawancara hal ini terjadi karena siswa merasa kebingungan dalam mengisi tabel prediksi. Siswa juga mengatakan tidak membaca dengan cermat perintah yang terdapat dalam LKS dan siswa tidak membaca buku paket sebelum mengisi tabel prediksi. Hal ini juga dikarenakan guru tidak menjelaskan tata cara mengerjakan LKS dan konsep hidrolisis yang menjadi dasar untuk mengisi tabel prediksi. Sedangkan dilihat dari LKS siklus II semua siswa telah mengisi tabel prediksi dengan menuliskan rumus kimia dan jenis asam dan basa pembentuk garam, sifat larutan garam dan pH larutan garam.

  B. Keterampilan Mengamati

  Berdasarkan Gambar 4.5 terlihat dari persentase jumlah siswa pada siklus I dan siklus II untuk kategori sangat terampil, terampil, kurang terampil dan tidak terampil menunjukkan adanya peningkatan keterampilan siswa dalam mengamati. Dilihat dari LKS siklus I yang dikerjakan oleh siswa yang termasuk kategori kurang terampil. Pada saat menuliskan hasil pengamatan siswa tersebut tidak menuliskan hasil pengamatan lakmus merah dan biru secara keseluruhan dimana hanya menuliskan empat dari enam hasil pengamatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa kurang terampil diperoleh informasi bahwa kurang teliti dalam menuliskan hasil pengamatan dan siswa tersebut mengakui pada saat melakukan percobaan sibuk sendiri sehingga tidak menuliskan hasil pengamatan secara keseluruhan. Sedangkan dilihat dari LKS siklus II semua siswa menuliskan hasil pengamatan pH larutan garam yang diuji dengan indikator universal secara keseluruhan. Siswa yang termasuk kategori terampil karena salah dalam menuliskan hasil pengamatan, sehingga skor yang diperoleh tidak maksimal.

  C. Keterampilan Mentabulasi

  Berdasarkan Gambar 4.6 terlihat dari persentase jumlah siswa pada siklus I dan siklus II untuk kategori sangat terampil, terampil, kurang terampil dan tidak terampil menunjukkan tidak adanya peningkatan keterampilan siswa dalam mentabulasi, namun sudah mencapai indikator keberhasilan. Dilihat dari LKS siklus I semua siswa bisa membuat tabel pengamatan yang terdiri dari 4 kolom, 7 baris, kolom larutan garam, kolom perubahan warna lakmus merah dan biru, serta kolom sifat larutan garam. Sedangkan dilihat dari LKS siklus II semua siswa bisa membuat tabel pengamatan yang terdiri dari 2 kolom, 5 baris, kolom larutan garam dan kolom pH larutan garam. Dilihat dari LKS yang dikerjakan siswa dengan kategori terampil siswa tidak membuat baris pada tabel, sehingga skor penilaian yang diperoleh tidak maksimal.

  D. Keterampilan Menjelaskan

  Berdasarkan Gambar 4.7 terlihat dari persentase jumlah siswa pada siklus I dan siklus II untuk kategori sangat terampil, terampil, kurang terampil dan tidak terampil menunjukkan adanya peningkatan keterampilan siswa dalam menjelaskan. Dilihat dari LKS siklus I yang dikerjakan siswa termasuk tidak terampil dan kurang terampil dalam menjelaskan karena siswa tidak menuliskan secara lengkap reaksi ionisasi, reaksi hidrolisis, jenis reaksi hidrolisis serta tidak menjelaskan secara lengkap jawabannya pada tabel menjelaskan. Berdasarkan hasil wawancara siswa diperoleh informasi bahwa sebelum mengisi tabel penjelasan siswa tidak membaca buku sehingga tidak mengerti dengan materi yang dipelajari dan pada awal pembelajaran guru tidak ada menjelaskan konsep hidrolisis garam. Hal inilah yang menyebabkan masih banyak siswa yang kurang terampil dalam menjelaskan. Sedangkan dilihat dari LKS siklus II yang dikerjakan siswa yang kurang terampil dalam menjelaskan, siswa tersebut tidak menuliskan penjelasan secara lengkap pada kolom penjelasan. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa waktu yang digunakan dalam menjelaskan kurang. Siswa tersebut mengatakan lebih banyak menggunakan waktu untuk menghitung pH dari larutan garam, sehingga tidak mengisi tabel penjalasan secara lengkap.

  E. Keterampilan Menyimpulkan

  Berdasarkan Gambar 4.8 terlihat dari persentase jumlah siswa pada siklus I dan siklus II untuk kategori sangat terampil, terampil, kurang terampil dan tidak terampil menunjukkan adanya peningkatan keterampilan siswa dalam menjelaskan. Dilihat dari LKS siklus yang dikerjakan siswa termasuk kurang terampil karena siswa tidak menuliskan kesimpulan secara keseluruhan. Siswa hanya menuliskan satu sampai tiga dari enam kesimpulan, sehingga skor yang diperoleh tidak maksimal. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa diperoleh informasi bahwa siswa mengatakan tidak pernah membuat kesimpulan berdasarkan tujuan dan waktu yang digunakan untuk menuliskan kesimpulan kurang. Sedangkan dilihat dari LKS siklus II yang dikerjakan siswa termasuk kurang terampil karena siswa tidak menuliskan kesimpulan secara keseluruhan. Siswa hanya menuliskan satu sampai dua dari empat kesimpulan. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa diperoleh informasi bahwa siswa tidak teliti dalam menuliskan kesimpulan walaupun guru sudah mengingatkan menuliskan kesimpulan berdasarkan tujuan.

  PENUTUP Kesimpulan

  Berdasarkan hasil tindakan yang diberikan dan data yang diperoleh dari lembar kerja siswa pada siklus I dan II dapat di tarik kesimpulan yaitu terjadi peningkatan keterampilan proses sains siswa kelas

  XI IPA SMA Muhammadiyah 2 Pontianak pada materi hidrolisis garam dengan menerapkan model pembelajaran Predict-Observe-

  Explain

  (POE) pada siklus I yang dibandingkan dengan siklus II adalah sebagai berikut: keterampilan memprediksi meningkat 61%, keterampilan mengamati meningkat 3%, keterampilan mentabulasi data tidak terjadi peningkatan, keterampilan menjelaskan meningkat 61% dan keterampilan menyimpulkan meningkat 13%.

  Saran

  Mimbar PGSD 1 .

  Pembelajaran 3 SKS . Jakarta:

  Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

  Wina Sanjaya. 2006. Strategi

  Pembelajaran . Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

  Yupani Evi dan Garminah. 2013.

  Pengaruh Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain POE Berbantuan Materi Bermuatan Kearifan Lokal Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV.

  Vivien Mweene Chabelengula dkk.

  Mengajar Dalam CBSA

  2012. How pre- service teachers’ understand and perform science process skills. Eurasia Journal of

  Mathematics, Science & Technology Education , 8(3), 167-

  176. Zulaeha. 2014. Pengaruh Model

  Pembelajaran Predict, Observe, Explain Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X SMA Negeri

  1 Balaesang. Jurnal Pendidikan Tudulako. Vol. 2, No.

  8.

  . Jakarta: Rineka Cipta. Soli Abimanyu, dkk. 2008. Strategi

  Roestiyah. 2008. Strategi Belajar

  Berdasarkan tindakan yang dilakukan pada saat penelitian peneliti menyarankan sebagai berikut: 1) Model pembelajaran POE dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa; 2) Model pembelajaran POE dapat diterapkan dalam pembelajaran dengan materi yang lain.

  Skripsi .

  Universitas Negeri Semarang.

  Nor Eliya Faela shofa. 2015. Penerapan Model POE Melalui Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI SMAN Bae Kudus.

  Elektronik (BSE) Fisika Kelas XI Pada Konsep Fluida. UIN Syarif Hidayatulallah Jakarta. Skripsi.

DAFTAR PUSTAKA

  Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

  4. Mahmud. 2011. Metode Penelitian

  Mochamad Hilpan. 2014. Analisis Ketersediaan Keterampilan Proses Sains (KPS) Dalam Buku Sekolah

  Pendekatan Pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa kelas XI IPA-1 SMA Negeri 22 Makasar.

  Jakarta: PPPPTK IPA. Indriana, dkk. 2015. Penerapan

  Pembelajaran Aktif, Kreati, Efektif dan Menyenakan Untuk Guru SD.

  X SMA Negeri 1 Kabila. Skripsi: Universitas Gorontalo. Indrawati dan Wanwan Setiawan. 2009.

  Febriyanti Sulaiman. 2015. Pengaruh Strategi Pembelajaran Dengan Teknik POE Terhadap Hasil Belajar Konsep Larutan Elektrolit Dan Nonelektrolit Siswa Di kelas

  dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

  Bruce Joyce, dkk. 2000. Model Of Teaching. Boston: Allyin dan Bacon. Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar

  Jurnal daya Matematis. Vol 3, No.