TRANSFORMASI TEKS DARI PANCATANTRA INDIA KE TANTRI KAMANDAKA JAWA KUNO: TELAAH SASTRA BANDINGAN
TRANSFORMASI TEKS DARI PANCATANTRA INDIA KE TANTRI KAMANDAKA JAWA KUNO: TELAAH SASTRA BANDINGAN
Text Transformation from Indian Pancatantra to Ancient Javanese Tantri Kamandaka: A Coparative Literary Study
Ambar Andayani
Program Studi Sastra Inggris, Fakultas Sastra, Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG), Jalan Semolowaru 45 Surabaya, Pos-el: tara_shalmaalila@yahoo.com
(Makalah diterima tanggal 27 September 2011—Disetujui tanggal 21 November 2011)
Abstrak: Motif cerita Tantri Kamandaka Jawa Kuno memiliki banyak kesamaan dengan Pancatantra India. Akan tetapi, jenis transformasi teks dari Pancatantra ke Tantri menunjukkan perubahan, baik ekserp, modifikasi, maupun ekspansi. Perbandingan warna lokal keduanya menunjukkan perbedaan. Pancatantra dicoraki ajaran Hindu dan Budha, sedangkan Tantri Kamandaka lebih diwarnai Hindu-Shiwa dan Tantrisme. Pancatantra lebih memuliakan Dewi Laksmi (ćakti Wishnu), sedangkan Tantri Kamandaka lebih mensakralkan Batari Uma (ćakti Shiwa). Pancatantra lebih menekankan pesan moral Karmaphala Hindu (perbuatan baik menghasilkan kebaikan, perbuatan buruk menghasilkan keburukan), sedangkan Tantri Kamandaka lebih menekankan Karma Budha (nilai suatu perbuatan bergantung pada niat pelakunya). Pancatantra mengajarkan Dharma Hindu bahwa tiap manusia mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan status kasta, sedangkan Tantri Kamandaka mengajarkan Kaladesa bahwa setiap tindakan harus menyesuaikan kondisi tempat dan waktu (empan papan).
Kata-Kata Kunci: motif cerita, transformasi teks, sastra bandingan, Tantrisme, Kaladesa Abstract: The motifs of Old Javanese Tantri Kamandaka and Indian Pancatantra stories have
so much in common. The texts of Pancatantra and Tantri Kamandaka however show types of transformation: excerpt, modification and expansion. The comparison of local color from both of them indicates differences. Pancatantra contains the lessons of Hindu and Buddha, while Tantri Kamandaka is colored more with Hindu-Siva and Tantrism. Dewi Laksmi is more respected in Pancatantra and Batari Uma (ćakti Shiwa) is more sacred in Tantri Kamandaka. Pancatantra more emphasizes on the moral value of Hindu Karmaphala (good deed results good, bad deed results bad), while Tantri Kamandaka more emphasizes on Buddha Karma (the value od deed depends on the will of the doer). Pancatantra educates Hindu Dharma that every human has right and duty depends on his caste status, and Tantri Kamandaka teaches Kaladesa that every conduct has to adapt with condition of the place and time (empan papan).
Key Words: comparative literature, story motif, textual transformation, Tantrism, Kaladesa
PENDAHULUAN
India (Hooykaas, 1929). Pancatantra Pancatantra adalah rangkaian dongeng
berbahasa Sanskerta diterjemahkan ke binatang (fabel) berbingkai, berisi ajaran
bahasa Indonesia oleh S.N. Pendit. Di moral bagi seluruh umat. Ada beberapa
India, Pancatantra juga disebut Hitopa- versi Pancatantra, antara lain Panca-
desha ‘nasihat yang berguna’, yang ber- tantra Gujarat dan Pancatantra India Se-
pedoman pada Nitishastra, yakni tun- latan (Klokke, 1993). Pada 200 SM mun-
tunan berperilaku secara bijaksana dalam cul Pancatantra tertulis dalam bahasa
hidup atau ajaran tetang ketatanegaraan. Sanskerta, lalu menyebar ke seluruh
Bentuknya hikayat prosa liris yang bandingan adalah kajian yang berupa mengangkat tema filsafat moral.
eksplorasi perubahan (vicissitude), peng- Seperti
gantian (alternation), pengembangan Kamandaka juga fabel yang sarat muat-
Pancatantra,
Tantri
(development), dan perbedaan timbal ba- an moral. Kempers (1959) menyebut ce-
lik di antara dua karya atau lebih dari rita Tantri sebagai old Javanese version
bangsa-bangsa yang berbeda. of the Panchatantra. Tantri Kamandaka berkembang pada peralihan runtuhnya
Intertekstualitas
kerajaan-kerajaan Hindu dan permulaan Salah satu kajian sastra bandingan ada- kerajaan Islam di Jawa. Ia hidup pada
lah intertekstualitas yang terfokus pada periode sastra Jawa Kuno (732—1290),
studi kesamaan (affinity study) dan studi zaman Mataram Hindhu sampai dengan
pengaruh (influence study). Riset inter- Majapahit, dan sastra Jawa Tengahan
tekstual sebenarnya merupakan usaha (1290—1520) (Sumardjo, 1989). Bersa-
memahami bahwa suatu teks baru maan dengan penyebaran Hindu-Budha,
mengandung teks sebelumnya. Fokus pe- tersebar pula berbagai versi Tantri.
nelitian intertekstual adalah teks terda- Hooykaas (1931) menemukan berbagai
hulu (prior text) sebagai penyumbang versi cerita Tantri berbahasa Jawa Kuno,
kode yang memungkinkan lahirnya ber- Jawa Baru, Bali, dan Madura. Tantri Ja-
bagai efek signifikansi. Dalam kajian in- wa berjumlah empat prakarana (bab):
tertekstualitas, suatu hypogram menjadi Nandakaprakarana,
dasar bagi cerita-cerita berikutnya, seba- Mandukaprakarana, dan Pisacaprakara-
Paksiprakarana,
gai turunan (derivation) yang tidak harus na.
sama tema, motif, dan unsur lainnya. Ada beberapa kajian terdahulu ten-
Bisa saja cerita derivasi justru memutar- tang perbandingan Tantri Kamandaka
balikkan esensi/amanat karya sebelum- dan Pancatantra, yaitu Hooykaas (1929;
nya. Transformasi pada varian hipogram 1931), Brown (1981), Klokke (1993),
mengalami metamorfosis sesuai dengan dan Hunter (1995). Persamaan kajian-ka-
kenyataan alam. Metamorfosis, yakni jian itu: Tantri Kamandaka (Jawa Kuno
perubahan mewujudkan modifikasi pada dan Bali) bersumber dari Pancatantra
tingkat mimesis dalam teks sastra, me- India. Setiap kajian hadir dengan aksen-
munculkan konversi dan ekspansi. The tuasi fokus yang berbeda-beda.
text as locus of significance is generated Fokus kajian tulisan ini adalah kom-
by conversion and expansion (Riffaterre, parasi motif cerita, nama, dan warna lo-
1978:47). Ekspansi adalah perubahan kal antara teks Tantri Jawa Kuno dan
unsur pada hipogram menjadi lebih kom- teks Pancatantra India. Dari sini dapat
pleks, sedangkan konversi adalah per- ditemukan pengaruh hipogram-varian
ubahan unsur hipogram dengan memo- Pancatantra India terhadap Tantri Jawa
difikasi faktor yang sama; ekspansi per- Kuno.
luasan, sedangkan konversi pemutarba- likan hipogram/matriknya. Modifikasi
TEORI
itu manipulasi tokoh atau alur; ekserp itu
Sastra Bandingan
semacam intisari hipogram (Sudikan, Sastra bandingan adalah studi sastra di
luar batas sebuah negara dan studi hu- bungan antara sastra dan ilmu sosial ser-
Teori Motif-Index Stith Thompson
ta seni, filsafat, sejarah, kepercayaan, Motif teks cerita rakyat adalah unsur- dan
unsur menonjol dan tidak biasa suatu ce- Benedecto Crose (dlm. Gifford, 1995)
agama (Weisstein
rita (Sudikan, 2001). Unsur itu dapat be- berpendapat
rupa benda, hewan luar biasa, konsep, rupa benda, hewan luar biasa, konsep,
Historis-Geografis dan Warna Lokal
Pendekatan historis-geografis dapat me- nangkap warna lokal suatu teks. Teks merepresentasikan
realitas empiris budaya khas suatu kolektif (Dundes, 1980). Warna lokal terrepresentasikan dalam nama, jenis tokoh, istilah budaya, etnis, agama, idiom bahasa daerah, da- lam suatu teks (Wilson & Ferris, 2007). Warna lokal menekankan unsur latar, region, tempat peristiwa dalam teks sas- tra. Setiap karya sastra merefleksikan ke- unikan sosial budaya suatu kolektif yang memroduksi teks (Hart,1983).
METODE
Data kajian ini dikumpulkan dengan me- tode dokumentasi teks, yang bersumber pada fabel Pancatantra India (Vishnu- Sharma, 2004; Darmayasa, 1998) dan fabel Tantri Kamandaka Jawa Kuno (Tantri Nandakaprakarana; Hooykaas, 1931; Mardiwarsito, 1983). Analisis data dilakukan dengan langkah kerja: (1) me- nentukan motif cerita pada Pancatantra India dan Tantri Kamandaka Jawa Kuno; (2) menentukan jenis tertentu transfor- masi teks (modifikasi, ekserp, ekspansi, dan konversi) dari Pancatantra ke Tantri; (3) mendeskripsikan warna lokal kedua fabel; (4) membandingkan motif
dan warna lokal kedua fabel.
HASIL DAN PEMBAHASAN Nama dan Motif Cerita pada Panca- tantra India
Cerita-cerita ”Perselisihan di antara Sa- habat”, tantra pertama pada Pancatantra, mengisahkan Kerajaan Mahilaropyam di bawah Raja Amarshakti, serta ketiga pu- tranya:
Bahushakti, Ugrashakti, Anantashakti. Raja Amarshakti sangat sedih karena ketiga putranya malas dan bodoh. Seorang menterinya Sumati mengusulkan agar ketiga putra raja pergi belajar kepada pendeta Visnu Sharma. Visnu Sharma bersumpah tidak akan ma- suk surga jika dalam masa enam bulan tidak mampu mendidik tiga putra raja untuk menguasai Nitisastra, ilmu kebi- jaksanaan dan tata pemerintahan.
Visnu Sharma mendidik ketiga putra raja dengan bercerita tentang per- jalanan pedagang kaya bersama dua ekor lembu dan anak buahnya. Salah seekor lembu, Sanjivaka, mengalami cedera kaki, dianggap telah mati oleh anak buah pedagang, dan akhirnya ditinggal. Ter- nyata Sanjivaka sehat, gemuk, karena bebas makan di padang rumput hijau, se- hingga seekor singa pun takut. Akan te- tapi, singa dan lembu lalu menjalin per- sahabatan dengan syarat: singa mau ma- kan rumput. Persahabatan mereka retak oleh hasutan srigala. Dalam suatu perke- lahian, akhirnya lembu mati. Singa me- nyesali perbuatannya.
Dalam fabel “Perselisihan di antara Sabahat” juga terdapat banyak cerita lain. Pancatantra terkenal sebagai fabel berbingkai, yang menampilkan tokoh-to- koh binatang. Ada 22 judul fabel di da- lamnya. Berikut adalah tabel nama dan motif tiap cerita di dalamnya. Klasifikasi motif didasarkan pada daftar motif Thompson (1966).
Tabel 1
Motif dan Nama-Nama pada “Perselisihan di Antara Sahabat” Pancatantra India MOTIF
NO JUDUL FABEL
Humble Brahmin teaches king the difference 1 Tiga Pangeran Bego
Nitisastra
J179.1.
between “mine” and “thine” India:
Indra Thompson-Balys
A2515. Animal useful for bearing burdens. 2 Sahabat
Perselisihan di antara
Dewa Shiwa
Dewi Durga
B811.3. Sacred animal: cow. India: Thompson-Balys. Q340.
Meddling punished. India: Thompson-Balys. Lion as king of animals. Benfey Panchatantra
I 91, 230; Bodker Exempler 277 No.17, 303
Manu
B240.4.
3 Kera & Kayu Balok No.74; Jewish: Neuman; India: Thompson-
Mahatma
Balys; Japanese: Ikeda. Election of fox as mediator to appease angry
B239.1.
lion. Jewish: Neuman Fox and noisy but empty drum. Chauvin II 86
4 Kisah Srigala &
No. 21; Bθdker Exempler 278 No. 20; Genderang Spanish Exempla: Keller.
J262.1.
J21.52.2 “Never be rude to a self-made man of low .
birth”: counsel proved wise by experience. Kisah Saudagar
Lakshmi
5 India: Thompson-Balys. Dantila
Brahmana
A2493.
Friendship of tiger and buffalo. India: 3. Thompson-Balys. Man refuses to give to charity: his property
6 Srigala & Sanyasin
Yogi
Q585.1. disappears. Irish myth: Cross; India:
Thompson-Balys. K401.2. Necklace dropped by crow into snake’s hole 2 leads men to kill snake which had eaten the crow’s fledgelings. Bodker Exempler 281 No. 25; Spanish Exempla: Keller.
Kisah Kobra & 7
Fish tricked by crane into letting selves be Gagak
carried from one pond to another. The crane
K815.1
eats them when they are in his power. Bodker 4. Exempler 281 No. 26; Spanish Exempla: Keller; India: Thompson-Balys; Buddhist myth: Malalasekera II 260. Weak animal shows strong with his opponent’s reflection and frightens his
Kisah Singa & opponent. (Usually hare and lion) Penzer V
8 K1715.
Kelinci 49; Chauvin II 88; India: Thompson-Balys; 1. American Negro (Georgia): Harris Friends
134, (Virginia): Parsons. Immoderate request punished. Irish myth:
9 Kisah Tinggi &
Cross; Jewish: Neuman; India: Thompson- Tuma
Q338.
Balys. Jackal’s head caught in pot of blue dye.
Srigala & Tong J2131.5. Animals make him king, but detect him from
10 Brahma
Pencelup Nila 6. his cry and turn him out. India: Thompson- Balys. Camel induced to offer himself as sacrifice. Other animals feign to offer themselves to the
Singa, Unta, Srigala lion as food. The lion eats the camel. Penzer V 11 & Gagak
K962.
53 n.1; Chauvin II 89 No. 29; Bodker Exempler 284 No. 31; Spanish Exempla: Keller.
Immoderate request punished. Irish myth: 12 Burung Rawa-rawa
Cross; Jewish: Neuman; India: Thompson- & Laut
Balys. Tortoise speaks and loses his hold on the stick. He is being carried through the air by a
Kura-kura Jatuh dari
bird. Penzer V 55 n. 3; Chauvin II 90 No. 31; Sebuah Ranting Bθdker Exempler 285 No. 33; Spanish
13 J2357.
Exempla: Keller; Japanese: Ikeda. Immoderate request punished. Irish myth:
14 Kisah Tiga Ekor Ikan
Q338.
Cross; Jewish: Neuman; India: Thompson- Balys. Small animals dupe larger into trap. Africa
L315.15 (Bankon): Ittman 85, (wachaga): Gutman 190, Burung Pipit
15 Seekor Gajah &
Nitisastra
(Cameroon): Lederbogen 19.
K231.1.
2. Mutual agreement to devide food. Trickster eats other’s food and then refuses to devide
his own. Christiansen FFC XXIV 46; India: Thompson-Balys; West Indies: Flowers.
Anjing Hutan &
Dewa Yama,
16 Srigala
Nitisastra
Envious jackal makes lion suspicious of his friend, the bull. The lion kills the bull.
K2131.
Chauvin II 86 No. 18; Penzer V 42-63, 130n. 2. 1; Bodker Exempler 277 No. 17; Spanish
Exempla: Keller; India: Thompson-Balys. Kera & Burung
Animal’s revenge for being criticized by a 17 Suchimukha
B 275.4. bird: nest destroyed. India: Thompson-Balys. Animal’s revenge for being criticized by a
18 Burung Pipit & Kera
B 275.4.
bird: nest destroyed. India: Thompson-Balys. Dharmabuddhi &
God gives “peace and favorable weather” in
conse-quence of enactment of good law. Irish Papabuddhi
19 Q176.
myth: Cross.
Elang, Ular Hitam, 20 Musang
Disregard advice of your enemy. Kisah Batu Timbang
J646.
21 X1700. Lies: logical absurdities. an & Anak Saudagar
Animal shows man treasure. Irish myth:
Cross; Icel.: Boberg; Finnish-Swedish: Wessman. India: Thompson-Balys; Norlind Skattsagner 37; Chauvin II 109.—Chinese:
Kera Bodoh & Kisah 22
Graham, Werner 380; Japanese: Ikeda; Africa Para Brahmana
(Swahili): Steere 13ff. Person killed by hitting fly on his face. Italian
N333.1. Novella: Rotunda; India: Thompson-Balys; Japanese: Ikeda; Indonesia: DeVries’s list.
Cerita “Tiga Pangeran Yang Bego” yang ternyata kosong melompong. Cerita mengandung motif pendeta mengajari
“Kisah Saudagar Dantila” mengandung putra-putra raja tentang kebijaksanaan.
dua cerita yang berisi motif nasihat Dongeng “Perselisihan di antara Saha-
jangan kasar kepada orang dari kasta le- bat” berisi motif binatang yang berguna
bih rendah dan persahabatan singa dan untuk membawa beban. Cerita “Kera dan
lembu.
Kayu Balok” mengandung motif singa Cerita “Srigala dan Sanyasin” berisi raja binatang dan srigala dipilih untuk
motif seseorang tidak mau beramal, se- membujuk singa yang takut pada lembu.
hingga hartanya hilang. Cerita “Kisah “Kisah Srigala dan Genderang” berisi
Kobra dan Gagak” mengandung dua motif srigala dengan genderang ribut
motif kalung yang dijatuhkan oleh gagak motif kalung yang dijatuhkan oleh gagak
rung karena diejek.
orang-orang yang berebutan mendapat-
“Darmabudhi dan kan kalung; bangau yang menipu para
Kisah
Papabudhi” bermotif Tuhan memberikan ikan sehingga ikan-ikan mati, kemudian
kedamaian dan keberuntungan sebagai kepiting membunuh bangau di udara.
ganjaran perbuatan baik. Motif cerita “Kisah Singa dan Kelinci” mengandung
“Elang, Ular Hitam, dan Musang” adalah motif binatang lemah mengalahkan bina-
jangan mendengar nasihat musuhmu. Ki- tang kuat dengan cara menipu. Cerita
sah “Batu Timbangan dan Anak Sau- “Kisah Tinggi dan Tuma” berisi motif
dagar” mengandung motif absurditas keinginan berlebihan yang berakibat
yang logis.
mendapat hukuman. Cerita “Srigala dan “Kera Bodoh dan Kisah Para Tong Pencelup Nila” berisi motif tentang
Brahmana” mempunyai dua cerita. Per- anjing yang kepalanya masuk ke dalam
tama, para brahmana yang menyembu- tong pencelup nila. Binatang lain meng-
nyikan harta di paha dan seekor burung anggapnya sebagai raja. Akhirnya, ke-
membocorkan keberadaan harta itu. palsuan itu terungkap ketika anjing itu
Kedua, kera yang disuruh menjaga tuan- menangis dan tintanya luntur.
nya dari pengganggu ketika sedang tidur. Cerita “Singa, Unta, Srigala dan
Kedua cerita itu mengandung motif Gagak” mengisahkan unta yang terbujuk
hewan yang memberitahu harta benda mengorbankan dirinya untuk singa, bina-
dan seseorang yang terbunuh karena tang lain berpura-pura menyodorkan diri
memukul lalat di wajahnya. sebagai korban bagi singa. Unta tidak ta- hu rekayasa itu sehingga singa memang-
Nama dan Motif Cerita Tantri
sanya.
Kamandaka Jawa Kuno
“Burung Rawa-rawa dan Laut” ber- Nandakaprakarana, prakarana pertama motif keinginan (burung rawa) yang ber-
Tantri Kamandaka Jawa Kuno (Klokke, lebihan mendapat hukuman, sehingga te-
1993), mengisahkan Raja Eswaryapala lurnya hilang. “Kura-kura Jatuh dari Se-
(keturunan Raja Samudra Gupta) di Ke- buah Ranting” bermotif kura-kura berbi-
rajaan Jambudipa setiap hari mengawini cara sehingga jatuh karena lepas dari pe-
seorang putri, hingga tinggal seorang gangannya saat diterbangkan angsa. Mo-
gadis, Dewi Tantri, anak Patih Niti tif fabel “Kisah Tiga Ekor Ikan” adalah
Badeswarya. Dewi Tantri rela dikawini keinginan berlebihan mendapat hukum-
Raja asal diizinkan bercerita. Cerita itu an. Motif “Seekor Gajah dan Burung
sambung-menyambung, indah, dan Pipit” adalah binatang kecil yang bersa-
mengandung kebijaksanaan, sehingga ma-sama mengalahkan binatang besar
raja terpengaruh dan memutuskan tidak dengan jebakan.
akan menikah lagi.
Ada dua cerita pada “Anjing Hutan Dewi Tantri memulai ceritanya dan Srigala”, yaitu srigala menipu anjing
tentang Dewa Shiwa yang mengabulkan hutan saat membagi makanan dan
keinginan kaya brahmana miskin yang mengadu-domba singa dan lembu hingga
tekun bertapa dengan memberikan se- keduanya mati berkelahi. Motif dua
ekor lembu jantan, Nandaka. Dalam per- cerita ”Kera dan Burung Suchimuka”
jalanan, Nandaka kepayahan. Pemban- serta “Burung Pipit dan Kera” sama,
tu/penjaganya melaporkan lembu itu te- yaitu balas dendam seekor binatang ka-
lah mati. Nandaka ternyata segar bugar, rena dikritik burung, sarang burung itu
makan rumput dengan bebasnya. Ketika dirusak. Kedua cerita itu sama-sama
serombongan prajurit srigala mencari mangsa untuk rajanya, seekor singa, serombongan prajurit srigala mencari mangsa untuk rajanya, seekor singa,
Pancatantra dengan bentuk cerita Nandaka. Lembu itu sangat tangguh,
menyerang
berbingkai menurunkan ciri yang sama banyak srigala tewas. Akhirnya, singa
pada Tantri Kamandaka Jawa Kuno se- dan lembu mengikat persahabatan
hingga di dalam kisah Dewi Tantri dengan perjanjian singa mau makan de-
dengan Raja Eswaryapala dan persaha- daunan. Tetapi, karena adu domba
batan lembu dengan singa juga terdapat srigala, singa dan lembu berkelahi dan
banyak fabel (27 judul fabel) (Tabel 2). keduanya mati. Singa berpulang ke kah-
Analisis nama dan motif tiap cerita yangan Hyang Wishnu dan lembu ke
di Tantri Kamandaka disesuaikan kahyangan Hyang Shiwa, sedangkan
dengan daftar motif Thompson (1966). srigala menjadi kerak kancah neraka
Perhatikan Tabel 2.
Yamaniloka.
Tabel 2 Motif dan Nama-Nama pada Tantri Kamandaka Jawa Kuno
No. Motif
Deskripsi
Polygamous marriages. Irish myth: Cross; Maharaja
T145.
Icelandic: Boberg; Jewish: Neuman; India: 1 Eswaryapala
Thompson-Balys; Africa (Duala): Lederbogen Marchen 82 (Fang): Trilles Legends 263f.
Wife as adviser. India: Thompson-Balys. 2 Brahmana
J155.4.
Animal useful for bearing burdens. Darmaswami
Dewa Shiwa,
Sacred animal: cow. India: Thompson-Balys. Lion as king of animals. Benfey Panchatantra I
B240.4.
91, 230; Bodker Exempler 277 No.17, 303 No.74; Jewish: Neuman; India: Thompson- Balys; Japanese: Ikeda
A2494.4.8 Enmity between dog and cow. India: 3 Nandaka dan
Thompson-Balys.
Candapinggala Single combat between animals. Wienert FFC LVI 48.—Indonesia: De Vries’s list No. 116,--
B264.
Icel.: Boberg; Irish myth: Cross; Jewish: Neuman. Friendship of tiger and buffalo. India:
A2493.3. Thompson-Balys.
Speaking bird. Irish myth: Cross; Breton: Sebillot Incidents—Arabian: Burton III 126n;
Dongeng Dua Bloomfield On Talking Birds in Hindu Fiction;
4 B211.3.
Burung Bayan India:Thompson-Balys; Chinese: Graham; Missouri French: Carriere; Jewish: Neuman; Africa: Bouveignes. Tortoise speaks and loses his hold on the stick.
Persahabatan Kura-kura dan
He is being carried through the air by a bird.
Penzer V 55 n. 3; Chauvin II 90 No. 31; Angsa Bθdker Exempler 285 No. 33; Spanish
5 J2357.
Exempla: Keller; Japanese: Ikeda. Immoderate request punished. Irish myth:
6 Kutu dengan
Cross; Jewish: Neuman; India: Thompson- Kepinding
Kaladesa
Q338.
Balys. Fish tricked by crane into letting selves be
Burung Bangau carried from one pond to another. The crane 7 Mati Oleh
eats them when they are in his power. Bodker Ketam
Batara Rudra
K815.14.
Exempler 281 No. 26; Spanish Exempla: Keller; India: Thompson-Balys; Buddhist Exempler 281 No. 26; Spanish Exempla: Keller; India: Thompson-Balys; Buddhist
“No argument good without a witness”.
Lawyer’s client therefore refuses payment of Dibunuh Oleh
8 K1655.1.
Sang Nata fee. India: Thompson-Balys.
B441.1.
Helpful monkey. Jewish: Neuman. –India: Thomp-son-Balys; Indonesian: DeVries’s List
Papaka, Harimau No.180.—Chile: Pino Saavedra 402.404. 9 dan Wanari
Dewa Wishnu
Reward: admission to heaven. Irish myth:
Q172.
Cross; Spanish Exempla: Keller; Jewish: Neuman; India: Thompson-Balys. Grateful animals; ungrateful man. A traveler saves a monkey, a snake, a tiger, and a jeweler
Dewa
from a pit. The monkey gives him fruit; the
tiger a necklace of a prin-cess he has killed. Sang Brahmana
Matahari,
The jeweler accuses the rescuer befo-re the Dengan Pandai
Mudra,
king. The serpent saves him by biting the 10 Emas
Brahma,
Sang Hyang
W154.8.
prince and then showing the man the proper
Tripurusa,
remedy. Bodker Exempler 304 No. 25.—
Wishnu,
Spanish exempla: Keller; Je-wish: bin Gorion
Shiva
Born Judas IV 51,277, Neuman; India: Thompson-Balys; Africa: Frobenius Atlantis
IX 385f. Animal characteristics: punishment for
Kera Si Murdasa immoderate request. Dissatisfied animal finds 11 Anti Yang Amat Batari Uma
A2232.
Serakah that when his request is granted he is worse off than before.
Mati Karena
Holy man as helper.
12 Weda
N848.0.1.
Belas Kasihan India: Thompson-Balys. Gagak dan Ular
Holy man as helper.
13 Mati oleh Ketam
N848.0.1.
India: Thompson-Balys. Animal’s revenge for being criticized by a bird:
Kera dengan
14 B 275.4.
nest destroyed.
Burung Manyar India: Thompson-Balys. Kera yang Tak Ta-hu
Person killed by hitting fly on his face. Italian Laksanakan Tu-
Novella: Rotunda; India: Thompson-Balys; gas Sesuai
15 N333.1.
Keperlu-an dan Japanese: Ikeda; Indonesia: DeVries’s list. Keadaan
Weak animal makes large one believe that he has eaten many of the large one’s companions.
Harimau Lari
The latter is frightened. Russian: Andrejev; 16 oleh Kambing
Jahni,
K1715.
Spanish: Espinosa; India: Thompson- Balys;
Dewa Shiwa
Betina Indonesia: Dixon; Africa: Weeks Jungle, Cape Verde Islands: Parsons; West Indies: Flowers; American Negro: Harris Nights.
Gajah Mati Dikero-yok oleh
Small animals dupe larger into trap. Africa 17 Burung Pelatuk,
(Bankon): Ittman 85, (wachaga): Gutman 190, Gagak, Lalat
L315.15.
(Cameroon): Lederbogen 19. Hijau, Katak Hyang Indra
Animal characteristics: punishment for dengan Burung
Batara Yama,
Dewa Iswara,
discourteous answer to God (saint). – Jewish: Bayan
18 A2231.1.
Batara Indera,
Kesayangannya
Neuman; Maori: Clark 53. Garuda Kalah
Dewa Kala
K11.1. Race won deception: relative helpers. 19 dengan Kura-
One of the contestants places his relatives (or kura
K11.1.
others that resemble him) in the line of the race.
The opponent always thinks the trickst-er is just ahead of him. India: Thompson-Balys; Chinese: basset Contest Berberes 139; Japanese: Ikeda.—Indonesia: Dixon, DeVries’s list; Philippine: Fansler—Indian: Boas.
Dewa Laut Kalah
Immoderate request punished. Irish myth: 20 Bersengketa
Cross; Jewish: Neuman; India: Thompson- dengan Burung
Batara Wishnu Q338.
Balys.
Sikedidi Mengharapkan
Trying to have cows make curds before being 21 Air Susu Tanpa
J1905.5.
milked.
Memerahnya India: Thompson-Balys Harimau
Helpful crow.
22 Tersengkelang
India: Thompson-Balys; Chinese: Graham.— Tulang Manusia
B451.4.
Africa: Tremearne.
Taksaka Mati
Helpful crow.
23 oleh Orang-
India: Thompson-Balys; Chinese: Graham.— orang Tua Desa
B451.4.
Africa: Tremearne. Necklace dropped by crow into snake’s hole
Naga Sitara Mati leads men to kill snake which had eaten the 24 Lantaran Culas
K401.2.2.
crow’s fledgelings. Bodker Exempler 281 No. Budinya 25; Spanish Exempla: Keller.
Immoderate request punished. Irish myth: Tiga Ikan
Cross; Jewish: Neuman; India: Thompson- Bersaudara
Wife insists upon knowing husband’s secret. Aridarma Tahu
T258.2.
India: Thompson-Balys. Bahasa Sega-la
Brahmana
Sudra,
26 Hewan, Tak Ter- Shiwa, Princess cannot be married to someone of low ikut-ikut
caste, though he passes suitor test. Kesalahan
Budha,
P41.
India: Thompson-Balys. Permaisurinya Akhirnya Sang
Dewa Agni
Envious jackal makes lion suspicious of his Candapinggala
Bagawan
friend, the bull. The lion kills the bull. Chauvin 27 & Sang Nandaka Hyang
Basubaga,
II 86 No. 18; Penzer V 42-63, 130n. 1; Bodker Mati Bersama
K2131.2.
Wishnu,
Exempler 277 No. 17; Spanish Exempla:
Hyang Shiwa
Keller; India: Thompson-Balys.
Cerita “Maharaja Eswaryapala” bersahabat dengan syarat singa mau ma- mengandung motif raja yang berpoliga-
kan rumput.
mi dan motif wanita menjadi penasihat. “Dongeng Dua Burung Bayan” Motif cerita “Brahmana Darmaswami”
berisi motif burung yang berbicara. Ce- adalah binatang yang berguna membawa
rita “Persahabatan Kura-kura dan Ang- beban dan lembu binatang suci. Cerita
sa” sama dengan “Kura-kura Jatuh dari “Nandaka dan Candapinggala” mempu-
Ranting”. “Kutu dengan Kepiding” juga nyai empat motif, yaitu singa sebagai
sama dengan “Tinggi dan Tuma”. Maka, raja, kebencian anjing kepada lembu,
motifnya juga sama, yaitu permohonan perang antarbinatang, serta persahabatan
berlebihan akan mendapat hukuman. singa dan sapi. Atas perintah raja,
Motif cerita “Burung Bangau Mati anjing-anjing mencari mangsa, bertemu
oleh Ketam” adalah ikan-ikan tertipu lembu besar, lalu menyerangnya, tetapi
oleh bangau yang memindahkan mereka anjing-anjing kalah. Anjing-anjing mela-
ke tempat lain, sebenarnya ikan-ikan itu por pada singa. Lalu, singa dan lembu
dimakan.
Akhirnya, ketam yang Akhirnya, ketam yang
Kisah “Sewanggara Tanpa Saksi Dibunuh oleh Sang Nata” mengandung motif tidak ada argumentasi yang baik ji- ka tanpa saksi. “Papaka, Harimau dan Wanari” berisi motif kera yang suka me- nolong serta penghargaan diakui dan ma- suk surga. Motif cerita “Sang Brahmana dengan Pandai Emas” adalah binatang berterima kasih, sedangkan manusia tidak. “Kera Si Murdasa Anti yang Amat Serakah” bermotifkan mendapat hukum- an karena permintaan berlebihan.
Cerita “Mati Karena Belas Kasihan- nya” bermotif orang suci sebagai peno- long dan pendeta menolong ketam, ke- tam membalas budi ketika pendeta akan dibunuh oleh ular dan gagak. Motif balas dendam hewan karena dikritik juga ter- dapat pada cerita “Kera dengan Burung Manyar”. Motif orang yang terbunuh sa- at memukul lalat di wajahnya dengan benda tajam ada dalam cerita “Kera yang Tak Tahu Melaksanakan Tugas Sesuai Keperluan dan Keadaan”.
Cerita “Harimau Lari oleh Kambing Betina” bermotif binatang lemah yang meyakinkan lawannya binatang besar bahwa ia telah memangsa kawan-kawan- nya. Cerita “Gajah Mati Dikeroyok oleh Burung Pelatuk, Gagak, Lalat Hijau dan Katak” bermotif binatang kecil yang mengalahkan lawannya yang besar.
Motif cerita “Hyang Indera dengan Burung Bayan Kesayangannya” adalah hukuman karena tidak sopan terhadap dewa. “Garuda Kalah dengan Kura- kura” bermotif menang lomba dengan ti- pu daya. Cerita “Dewa Laut Kalah Ber- sengketa dengan Burung Si Kedidi” mempunyai motif mendapat hukuman karena permintaan berlebihan.
Cerita “Mengharapkan Air Susu Tanpa Memerah Susunya” bermotif berusaha membuat sapi memberikan air susu tanpa memerahnya. Motif burung gagak sebagai penolong ada pada cerita “Harimau Mendapat Kesulitan Terseng- kelang Tulang Manusia” dan “Taksaka Mati oleh Orang-orang Tua di Desa”. Cerita “Naga Sitara Mati Lantaran Culas Budinya” bermotif kalung yang dijatuh- kan gagak dekat sarang ular yang mem- bunuh anak gagak, ular itu terbunuh oleh orang-orang yang berebut kalung. Inti ceritanya adalah keutamaan berpikir ta- jam untuk melawan musuh. Motif “Dongeng Tiga Ikan Bersaudara” adalah menuruti keinginan berlebihan akan membawa bencana.
Motif cerita “Seri Maharaja Aridarma Tahu Bahasa Segala Binatang, Tidak Terikut-ikut oleh Kata-kata Per- maisurinya yang Salah” adalah putri raja tidak boleh menikah dengan orang ber- kasta rendah. Motif ceritanya adalah istri mendesak ingin tahu rahasia suami.
Cerita terakhir “Akhirnya Mati Ber- sama-sama Sang Candapinggala dan Sang Nandaka” menutup Nandakapraka- rana, tentang keretakan persahabatan lembu dan singa. Motifnya, anjing iri, mengadu domba, lembu dan singa berke- lahi. Lembu Nandaka mati disambut di kahyangan Shiwa, singa Candapinggala mati disambut di kahyangan Wishnu. Bagawan Basubaga menutup kisah dengan memberi petuah bijaksana.
Bentuk-Bentuk Transformasi Teks
Berikut ini eksplorasi bentuk-bentuk transformasi teks melalui perbandingan motif Pancatantra India dengan motif Tantri Kamandaka Jawa Kuno; apakah terjadi ekspansi, konversi, modifikasi, ataukah ekserp.
1) 1a Pancatantra J179.1. Humble Brahmin teaches king (the difference between “mine” and “thine”) A1 B C
1b Tantri Jawa Kuno
J155.4 Wife as adviser (of the king) T145. Polygamous marriages (of the king)
A2 B Cx
Pada hubungan intertekstual 1), itu dimatrikskan sebagai: 1a-A1 1b- unsur pokok pada Pancatantra dan
A2: MODIFIKASI
Tantri sama, yaitu: ABC-ABC. Trans- Pada Pancatantra (1a) pada unsur C formasi pada Tantri menunjukkan per-
terdapat perubahan lebih kompleks, yaitu ubahan pada tokoh A; brahmana (A1)
‘keluarga raja’ (C) pada Pancatantra pada Pancatantra (1a) berubah menjadi
(1a) diperluas menjadi ‘raja berpoligami’ istri (A2) pada Tantri (1b). Transformasi
(Cx) pada Tantri (1b): 1a-C 1b-Cx: EKSPANSI
2) 2a Pancatantra A2515. Animal useful for bearing burdens B811.3. Sacred animal: cow
2b Tantri A2515. Animal useful for bearing burdens B811.3. Sacred animal: cow
Perbandingan motif pada 2) mem- sebagai binatang suci (A) pada Panca- perlihatkan transformasi teks ekserp: A
tantra (2a) tidak berubah pada Tantri tetap menjadi A. Binatang yang berguna
(2b): 2a-A 2b-A: EKSERP. untuk mengangkut beban dan sapi
3) 3a Pancatantra Q340 (Monkey) meddling punished
A1 B1
3b Tantri T258.2. Wife insists upon knowing husband’s secret
A2 B2
Perbandingan motif 3) menunjuk- mengetahui rahasia suami) pada Tantri kan modifikasi, perubahan dari A1
(3b). Sementara, unsur C yang ada dalam (monyet) pada Pancatantra (3a) menjadi
Pancatantra (3a) tidak ada (Ø) pada A2 (istri) pada Tantri (3b); B1 (ingin
Tantri (3b): 3a-A13b-A2: MODIFI- mencampuri urusan orang lain) pada
KASI; 3a-B13b-B2: MODIFIKASI; Pancatantra (3a) menjadi B2 (ingin
3a-C 3b : Ø
4) 4a Pancatantra
B240.4. Lion as king of animals (A)
4b Tantri
B240.4. Lion as king of animals (A)
Pada data 4) tidak ada perubahan sama dengan hipogramnya: 4a-A 4b- pada kedua motif. Proses transformasi-
A: EKSERP.
nya adalah ekserp atau intisari yang
5) 5a Pancatantra B239.1. Election of fox as mediator to appease angry lion
A1 B1
5b Tantri A2494.4.8. Enmity between dog and cow B264. Single combat between A2 animals (dogs-cow) B 2
Pada 5) motif A1 (hubungan srigala ‘kebencian anjing pada sapi yang dengan singa) pada Pancatantra (5a)
menim-bulkan peperangan’ pada Tantri menjadi A2 (hubungan anjing dengan
(5b). Transformasi teks: 5a-A15b-A2: sapi) pada Tantri (5b); B1 ‘mediator’
MODIFIKASI dan 5a-B15b-B2: MO- pada Pancatantra (5a) menjadi B2
DIFIKASI.
6) 6a Pancatantra J262.1. Fox and noisy but empty drum (A) Motif tentang srigala dengan tong
tetapi tidak terdapat (Ø) pada cerita berisik, tetapi sebenarnya kosong (A),
Tantri: 6a-A Ø.
hanya terdapat di Pancatantra (6a),
7) 7a Pancatantra J21.52.2. “Never be rude to a self-made man of low birth” ( C ) A1 B1
7b Tantri P41. Princess cannot be married to someone of low ca A2 B1 (Cx) A2231.1. Animal characteristics: punishment for discourteous answer to God (saint) A3 B2
Pada 7) terjadi ekspansi perluasan Pancatantra’ menjadi A2-B1 ‘putri cerita; motif Pancatantra (7a): hubungan
bangsawan dilarang menikah dengan manusia dengan sesamanya, pada Tantri
kasta rendah’ dan A3-B2 ‘harus berpe- (7b) meluas menjadi: sikap seharusnya
rilaku sopan kepada Dewa’ pada Tantri putri bangsawan dan sikap baik kepada
(7b): 7a-A17b-A2, A3: MODIFIKA- dewa. Dari A1-B1 ‘jangan berbuat kasar
SI; 7a-B17b-B2: MODIFIKASI; 7a-C pada orang berkasta rendah pada
7b-Cx: EKSPANSI.
8) 8a Pancatantra A2493.3. Friendship of tiger and buffalo (A) 8b Tantri A2493.3. Friendship of tiger and buffalo (A)
Pada 8), Pancatantra (8a) dan transformasi teks: 8a-A8b-A: EK- Tantri (8b) sama-sama memuat motif A
SERP.
(persahabatan singa dan sapi). Matriks
9) 9a Pancatantra Q585.1. Man refuses to give to charity: his property disappears (A) Pada 9), motif A (orang yang tidak
sedangkan teks maupun motifnya tak ada mau beramal lalu hartanya hilang) hanya
(Ø) dalam Tantri: 9a-AØ terdapat
pada Pancatantra
(9a),
10) 10a Pancatantra K401.2.2. Necklace dropped by crow into snake’s hole leads men to kill snake which had eaten the crow’s fledgelings. (A)
10b Tantri K401.2.2. Necklace dropped by crow into snake’s hole leads men to kill snake which had eaten the crow’s fledgelings. (A)
Pada 10), motif Pancatantra (10a) yang telah memakan anak gagak itu). dan Tantri (10b) sama: A (kalung yang
Transformasi motif ini ekserp: 10a-A dijatuhkan gagak ke dalam lubang ular,
10b-A : EKSERP.
sehingga orang-orang membunuh ular 11)
11a Pancatantra K815.14. Fish tricked by crane into letting selves be carried from one pond to another. The crane eats them when they are in his power (A)
11b Tantri K815.14. Fish tricked by crane into letting selves be carried from one pond to another. The crane eats them when they are in his power (A)
Pada 11), motif Pancatantra (11a) mereka mau pindah bangau ke kolam dan Tantri (11b) sama: A (ikan-ikan
lain, dan akhirnya dimangsanya). Trans- yang tertipu oleh bangau sehingga
formasi teks: 11a-A 11b-A: EKSERP. 12)
12a Pancatantra K1715.1. Weak animal shows strong with his opponent’s reflection and frightens his
A B1 C
opponent. 12b Tantri
K1715. Weak animal makes large one believe that he has eaten many of the large
A C B2
one’s companions Pada Pancatantra (12a) ada motif
(binatang lemah membuat binatang besar A-B1-C (binatang lemah menunjukkan
yakin bahwa ia telah makan teman- kekuatan dengan bayangan pemangsanya
teman binatang besar itu). Transformasi dan pemangsa takut), pada Tantri (12b)
teks: 12a-B1 12b-B2: MODIFIKASI berubah
13) 13a Pancatantra K2131.2. Envious jackal makes lion suspicious of his friend, the bull. The lion kills the bull
A B1 C
13.b Tantri K2131.2. Envious jackal makes lion suspicious of his friend, the bull. The lion and the bull fight each other then they are dead
C Pada 13) B1 (singa membunuh ker-
B2 A
pada Tantri (13b): 13a-B113b-B2: bau) pada Pancatantra (13a) menjadi B2
MODIFIKASI.
(singa dan kerbau mati karena berkelahi) 14)
14 Pancatantra J2131.5.6. Jackal’s head caught in pot of blue dye. Animals make him king, but detect him from his cry and turn him out. (A)
Pada 14) motif A (kepala anjing hanya terdapat pada Pancatantra (14a): yang masuk ke dalam tempat cat lalu
14a-A Ø
membuat dia menjadi raja binatang) 15)
15a Pancatantra K962. Camel induced to offer himself as sacrifice. Other animals feign to offer themselves A1 B1 (C) to the lion as food. The lion eats the camel
15b Tantri
B441.1. Helpful monkey Q172. Reward: admission to heaven
A2 B2
B451.4. Helpful crow 3N848.0.1. Holy man as helper. (Cx)
A3 A4
Pada 15) motif Pancatantra (15a) pendeta penolong (A4); Satu cerita (ke- ‘unta (A1) dibujuk menawarkan dirinya
relaan menolong) pada Pancatantra sebagai persembahan’ (B1), pada Tantri
menjadi tiga pada Tantri (monyet pe- (15b) berubah menjadi ‘kera penolong
nolong, gagak penolong, pendeta peno- (A2) mendapat penghargaan sehingga
long): 15a-A115b-A2, A3, A4 dan masuk surga’ (B2). Pada cerita lain (15b)
15a-B1 15b-B2: MODIFIKASI; 15a- ada motif gagak penolong (A3) serta
C15b-Cx: EKSPANSI. 16)
16a Pancatantra Q338. Immoderate request punished
A1 B1
16b Tantri Q338. Immoderate request punished
A1 B1 A2232 Animal characteristics: punishment for immoderate request. Dissatisfied animal B1 A1
finds that when his request is granted he is worse off than before.
A1 Bx
Pada 16), terjadi ekserp pada Pan- semuanya sama (permohonan berlebihan catantra: “Kisah Tinggi dan Tuma”,
mendapat hukuman), tetapi terjadi “Burung Rawa-rawa dan Laut”, “Kisah
ekspansi: B 1 hukuman (16a) menjadi Bx Tiga Ekor Ikan”, pada Tantri: “Kutu
hukuman berupa wajah yang lebih jelek dengan Kepinding”, “Dewa Laut Kalah
dari semula (16b): 16a-A1-B116b- Bersengketa dengan Burung Sikedidi”,
A1-B1: EKSERP; 16a-B116b-Bx: “Dongeng Tiga Ikan Bersaudara”. Motif
EKSPANSI.
17) 17a Pancatantra J2357. Tortoise speaks and loses his hold on the stick. He is being carried through the air by a bird. (A) 17b Tantri J2357. Tortoise speaks and loses his hold on the stick. He is being carried through the air by a bird. (A)
Pada 17) motif Pancatantra dan gigitannya pada tongkat lepas): 7a-A Tantri sama: A (kura-kura berbicara saat
17b-A : EKSERP.
dibawa terbang burung, sehingga 18)
18a Pancatantra L315.15. Small animals dupe larger into trap
A1 B1
18b Tantri L315.15. Small animals dupe larger into trap
A1 B1
K11.1. Race won deception: relative helpers. One of the contestants places his relatives.
B x (or others that resemble him) in the line of the race). The opponent always thinks the trickster is just ahead of him.
Pada 18) motif Pancatantra dan dimenangkan dengan menipu: saudara- Tantri sama: A1-B1 [binatang kecil
saudaranya membantu dengan selalu ber- mengalahkan binatang besar dengan je-
ada di depannya (Bx)’. Jenis trans- bakan perangkap]. Akan tetapi, ada per-
formasi teks: 18a-A1-B118b-A1-B1: kembangan pada Tantri (18b), yakni
EKSERP; 18a-B118b-Bx: EKSPANSI munculnya
19) 19a Pancatantra K231.1.2. K231.1.2. Mutual agreement to devide food. Trickster eats other’s food and then refuses to devide his own. (A)
Pada 19) pada Pancatantra terdapat cerita Tantri motif ini tidak ditemukan motif A (persetujuan bersama untuk
(Ø): 19a-AØ
membagi makanan), sedangkan dalam 20)
20a Pancatantra
B 275.4. Animal’s revenge for being criticized by a bird: nest destroyed
A1 B1
20b Tantri
B 275.4. Animal’s revenge for being criticized by a bird: nest destroyed
A1 B1
B211.3. Speaking bird A x Pada 20) motif Pancatantra (20a)
Tantri (20b) juga terdapat pengembang- dan Tantri (20b) sama: A [burung yang
an motif lain ‘burung berbicara’ (Ax): mengkritik binatang lain (A1A1),
20a-A1-B120b-A1-B1: EKSERP; hingga binatang itu menghancurkan sa-
20a-A120b-Ax: EKSPANSI. rangnya (B1B1)]’. Akan tetapi, dalam
21) 21a Pancatantra Q176. God gives “peace and favorable weather” in consequence of enactment of good law. (C)
A1
B1 21b Tantri
K1655.1. No argument good without a witness.” Lawyer’s client therefore refuses payment of fee.
B2 (Cx) W154.8. Grateful animals; ungrateful man. A traveler saves a monkey, a snake, a tiger, and
a jeweler from a pit. The monkey gives him fruit; the tiger a necklace of a princess
he has killed. The jeweler accuses the rescuer before the king. The serpent saves him by biting the prince and then showing the man the proper remedy. A 2
Pada 21) motif tentang ‘Tuhan (21a) berubah menjadi ‘tidak ada memberi kedamaian kepada orang yang
argumentasi yang baik jika tanpa saksi’ berbuat baik’ (A1–B1) pada Pancatantra
(B2) pada Tantri (21b); B1, B2 adalah (B2) pada Tantri (21b); B1, B2 adalah
Transformasi: 21a-A121b-A2: MODI- ubah menjadi ‘orang berbudi baik yang
FIKASI; 21a-B121b-B2: MODIFI- tertuduh, diselamatkan oleh ular yang se-
KASI; 21a-C21b-Cx: EKSPANSI. 22)
22a Pancatantra J646. Disregard advice of your enemy. (A)
Pada 22) motif tentang nasihat se- Pancatantra (22a) dan tidak ada (Ø) harusnya tidak menuruti nasihat dari
pada Tantri: 22a-AØ. musuhmu (A)
hanya ada
pada
23 23a Pancatantra X1700 Lies: logical absurdities.
(A1)
23b Tantri J1905.5. Trying to have cows make curds before being milked
(A2). Pada 23) motif mengenai logika ab-
menghasilkan susu tanpa diperah (A2) surd (A1) pada Pancatantra (23a) ber-
pada Tantri (23b): 23a-A123b-A2: ubah menjadi mencoba menyuruh sapi
MODIFIKASI.
24) 24a Pancatantra N333.1. Person killed by hitting fly on his face (A)
24b Tantri N333.1. Person killed by hitting fly on his face. (A).
Pada 24) Pancatantra (24a) dan lalat pada wajah orang itu (A): 24a-A Tantri (24b) sama-sama bermotif sese-
24b-A: EKSERP
orang yang terbunuh karena menyerang 25)
25a Pancatantra B562.1. Animal shows man treasure. (A)
Pada 25), motif hewan yang me- Ferris, 2007), sesuai dengan kondisi em- nunjukkan harta kepada seseorang (A)
piris kolektif yang melahirkan teks terse- hanya terdapat pada Pancatantra (25a),
but. Tampak jelas bahwa Pancatantra pada Tantri tidak ada, juga ceritanya
diwarnai oleh keunikan budaya kolektif (Ø): 25a-A Ø
masyarakat India, sedangkan Tantri Ka- mandaka dicoraki oleh keunikan budaya
Warna Lokal Pancatantra dan Tantri
kolektif Jawa, masing-masing pada ma-
Kamandaka
sanya. Perbandingan kedua karya me- Berdasarkan perbandingan motif dan na-
nunjukkan transformasi pada varian ma, dapat ditemukan warna lokal (local
(Tantri Kamandaka) yang berasal dari colour, regionalism) sebagai keunikan
hipogram atau archetype (Pancatantra) kedua karya masing-masing (Wilson &
(Tabel 3).
Tabel 3 Tabel Perbandingan Warna Lokal PERBANDINGAN WARNA LOKAL (LOCAL COLOUR)
Pancatantra India Tantri Kamandaka Jawa
Laksmi (çakti Dewa Wishnu) Batari Uma (çakti Dewa Shiwa) Yoga
Karmaphala (Hindu)
Karma Budha
Nyanya (metode logika)
Dharma Hindhu
Kaladesa
Memang benar, Hindu Indonesia menunjukkan perbedaan. Pancatantra berasal dari Hindu India. Akan tetapi,
dicoraki Hindu dan Budha, sedangkan keduanya tumbuh berkembang dengan
Tantri Kamandaka lebih diwarnai Hin- keunikannya masing-masing. Keunikan
du-Shiwa dan Tantrisme. Pancatantra ini terbangun dari perjalanan berabad-
lebih memuliakan Dewi Laksmi, Tantri abad, dipisahkan jarak ribuan kilometer,
Kamandaka lebih mensakralkan Batari dan dinamika sosial budaya kolektif
Uma. Pancatantra menekankan Karma- masing-masing. Keduanya memiliki
phala Hindu, Tantri Kamandaka mene- banyak kesamaan. Pada Pancatantra, pe-
kankan Karma Budha. Pancatantra ranan Laksmi lebih terasa, sedangkan pa-
mengajarkan Dharma Hindu, Tantri Ka-
da Tantri Kamandaka peranan Uma mandaka mengajarkan Kaladesa. (Prativi, Durga) lebih dominan. Pada ke-
Data fabel Pancatantra dalam ka- rajaan-kerajaan Hindhu, pengaruh Tan-
jian ini bersumber pada salah satu dari trisme (sinkretis Hindu-Shiva dan
banyak versi Pancatantra di India. Oleh Budha) lebih kuat di Nusantara ketim-
karena itu, penelitian selanjutnya—jika bang di India. Uma, çakti Sjiwa, dalam
masih tertarik—hendaknya mengambil tradisi ritual Tantrisme lebih dimuliakan
data Pancatantra dari versi lain. Riset di atas Wishnu dan Brahma (Brown,
penulis terbatas pada Tantri Jawa Kuno. 1981). Pancatantra menekankan pesan
Riset berikutnya dapat memfokuskan ka- moral Karmaphala Hindu, Tantri Ka-
jiannya pada perbandingan Pancatantra mandaka menekankan Karma Budha.
India, Tantri Kamandaka Jawa, dan ce- Pancatantra mengajarkan Dharma Hin-
rita Tantri Bali. Kajian fabel dari komu- du (hak dan kewajiban tiap manusia se-
nitas yang berbeda-beda seperti ini di- suai dengan kasta), Tantri Kamandaka
mungkinkan akan menghasilkan temuan mengajarkan Kaladesa (setiap tindakan
yang lebih komprehensif (Andayani harus kontekstual sesuai dengan tempat
dan waktu). Pancatantra India dan Tantri Jawa sarat dengan corak kultur keagaman
SIMPULAN
Hindu, Budha, dengan aneka sektenya. Banyak kesamaan motif cerita Tantri
Maka, penelitian berikutnya hendaknya Kamandaka Jawa Kuno dengan Panca-
menerapkan pandangan keagamaan dan tantra India, tetapi transformasi teks
paham kefilsafatan yang berhubungan yang terjadi menunjukkan perubahan
dengan praksisnya di India dan Jawa (ekserp, modifikasi, ekspansi). Perban-
sebagai perspektif analisis data. Di- dingan
mungkinkan kajian semacam ini akan mungkinkan kajian semacam ini akan
Indonesian Architecdtural Reliefs: Three Stages in Textual and Visual Evokution”. American Committee
DAFTAR PUSTAKA
for South Asian Art (ACSAA), Annual Meeting, New York City,
Andayani, A. 2008. “Comparison
of
Spring 1995.
Indian Pancatantra and Balinese Klokke, M.J. 1993. The Tantri Reliefs on Tantri
Ancient Javanese Candi. Leiden: Multiperspectives”. Parafrase 8(1)
Kamandaka
in
KITLV Press, Royal Institute of Februari.
Linguistics and Anthropology. ______. 2011. “Hindu-Brahma in Indian
1983. Tantri Panchatantra and Hindu Siva-
Mardiwarsito,
L.
Naskah dan Tantrism in Old Javanese Tantri
Kamandaka:
Terjemahan dengan Glosarium. Kamandaka:
Ende-Flores: Nusa Indah. Comparative Literature”. Makalah
A Study
of
Riffaterre, M. 1978. Semiotics of Poetry. Seminar Nasional 3: Linguistik &
Bloomington: Indiana Univ. Press. Sastra: Dahulu, Sekarang, dan
Sudikan, S.Y. 2001. Metode Penelitian Akan Datang, Prodi Sastra Inggris,
Sastra Lisan. Surabaya: Citra FISIB, Unijoyo Bangkalan, 20
Wacana.
September 2011. Thompson, S. 1966. Motif-Index of Brown, W.N. 1981. “India: Arts and
Literature: A Classification of Science:
Narative Elements in Folktales, Encyclopedia Americana. Vol. 14.
Ballads, Myths, Fables, Mediaeval International Edition. Connecticut:
Romances, Exempla, Fabliaux, Jest- Grolier Incorporated. Page 923.
Books, and Local Legends. Vol. 1— Darmayasa, M. 1998. Pancatantra Buku
6. Bloomington: Indiana Univ. Pertama: Perselisihan di antara
Press.
Sahabat. Denpasar: Manik Geni. Vishnu-Sharma, P. 1987. “Pancha- Dundes, A. 1980. Interpreting Folklore.
Tantra” Five Treaties. Page 285— Bloomington: Indiana Univ. Press.
306 in J.B. Alphonso-Karkala (ed.), Gifford,
An Anthology of Indian Literature. Literature: Concepts of Literature.
H. 1969.
Comparative
New Delhi: ICCR-Penguin Book. London: Routledge.
Weisstein, U. 1973. Comparative Hooykaas, C. 1929. Tantri, de Middel-
Literature and Literary Theory: Javaansche
Survey and Introduction. Terj. W. Bewerking. Leiden: Vros.
Pancatantra-
Bloomington: Indiana ______. 1931. Tantri Kamandaka: Een
Riggan.
Univ. Press.
Oudjavaansche
Wilson, C.R. & W. Ferris. 2007. “Local Bewerking in Tekst en Vertaling
Pantjatantra-
Era”. Uitgegeven. Bibliotheca Javanica.
Color
http://docsouth.unc.edu/southlit/loc Bandoeng: AC Nix & Co.
al color diunduh tanggal 2 Januari 2010