PENGARUH LARGE POSITIVE ABNORMAL BOOK-TAX DIFFERENCES TERHADAP PERSISTENSI LABA
PENGARUH LARGE POSITIVE ABNORMAL BOOK-TAX DIFFERENCES TERHADAP PERSISTENSI LABA
Nurul Aisyah Rachmawati
Universitas Trilogi nurulaisyah@universitas-trilogi.ac.id
Dwi Martani
Universitas Indonesia martani@ui.ac.id
Abstract
The purpose of this study is to analyze the effect of Large Positive Abnormal Book-Tax Differences (LPABTD) on earnings persistence and accruals persistence. This study used unbalanced panel
data of listed companies in Indonesia Stock Exchange from 2006-2011. It is hypothesized that firms with LPABTD exhibit lower earnings and accruals persistence than other firms with Large Positive Normal Book-Tax Differences (LPNBTD). The results provide evidence which is consistent with the hypotheses. It is shown that firms with LPABTD exhibit lower earnings quality than other firms with LPNBTD.
Keywords: large positive abnormal book-tax differences, large positive normal book-tax
differences, earnings persistence, earnings response coefficient, accrual response coefficient
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Large Positive Abnormal Book-Tax Differences (LPABTD) terhadap persistensi laba dan persistensi akrual. Penelitian ini menggunakan data panel unbalanced untuk perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006-2011. Penulis memprediksi bahwa perusahaan dengan LPABTD memiliki persistensi laba dan persistensi akrual yang lebih rendah dibandingkan perusahaan dengan Large Positive Normal Book-Tax Differences (LPNBTD). Penelitian ini memberikan hasil yang konsisten dengan hipotesis. Penemuan ini menunjukkan bahwa perusahaan yang berada dalam subsampel LPABTD memiliki kualitas laba yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang berada dalam subsampel LPNBTD.
Kata kunci: large positive abnormal book-tax differences, large positive normal book-tax
differences, earnings persistence, earnings response coefficient, accrual response coefficient
PENDAHULUAN
proses pengambilan keputusan. Salah satu informasi yang sering digunakan oleh
Laporan keuangan suatu perusahaan stakeholders adalah informasi kinerja mengandung banyak informasi yang dapat perusahaan, baik yang berupa laba/rugi dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang ber-
maupun komponen-komponen dari laba/ kepentingan (stakeholders) untuk membantu
rugi tersebut. Oleh karena itu, kualitas laba
Nurul Aisyah Rachmawati dan Dwi Martani, Pengaruh Large Positive Abnormal Book-Tax... 121
sering kali menjadi perhatian stakeholders. sampelnya menjadi tiga subsampel, yaitu Laba dapat dikatakan berkualitas apabila perusahaan dengan LPBTD yang berasal dari dapat mencerminkan laba yang berkelanjutan
earnings management, tax management, dan (sustainable earnings) di masa depan (Penman
karakteristik BTD yang normal. Blaylock 2001). Laba yang berkelanjutan tersebut juga
et al. (2012) menemukan bahwa perusahaan dapat ditentukan oleh komponen akrual dan
dengan LPBTD yang berasal dari tindakan arus kas dari laba tahun berjalan. Salah satu
earnings management memiliki laba dan proksi yang dapat digunakan untuk mengukur
komponen akrual yang kurang persisten kualitas laba adalah persistensi laba (Dechow
untuk laba di masa depan. Blaylock et al. et al. 2010). Menurut Jonas dan Blanchet (2012) juga menunjukkan bahwa Earnings (2000) dalam Hanlon (2005), persistensi laba
Response Coefficient (ERC) dan Accrual mengandung unsur predictive value sehingga
Response Coefficient (ARC) untuk setiap dapat digunakan oleh stakeholders untuk
subsampel cukup beragam, konsisten dengan mengevaluasi kejadian-kejadian di masa lalu,
keberagaman persistensi laba dan persistensi sekarang, dan masa depan.
akrualnya.
Ternyata, bukan hanya informasi kinerja Tang dan Firth (2012) menguji apakah perusahaan saja yang memiliki peran penting
Normal BTD (NBTD) dan Abnormal BTD dalam memengaruhi kualitas laba suatu (ABTD) memberikan pengaruh yang berbeda perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian terhadap persistensi laba dengan menggunakan Hanlon (2005), informasi tentang pajak data yang ada di China. NBTD digunakan perusahaan sebagaimana disajikan dalam untuk mendeteksi perbedaan regulasi antara laporan keuangan juga turut memberikan ketentuan akuntansi dan peraturan perpajakan. informasi mengenai kualitas laba. Book-Tax
ABTD digunakan untuk mendeteksi per- Differences (BTD), atau yang biasa disebut
bedaan yang muncul karena tindakan dengan perbedaan antara prinsip-prinsip dasar
earnings management, tax management, akuntansi keuangan yang berlaku umum dan interaksinya (seperti meningkatkan laba dengan peraturan perpajakan, sering dijadikan
akuntansi, tetapi membayar pajak lebih rendah proksi untuk menangkap informasi tentang dari yang seharusnya). Hasil penelitian Tang kualitas laba tersebut.
dan Firth (2012) menunjukkan bahwa NBTD Hanlon (2005) menunjukkan bahwa dan ABTD tersebut memiliki implikasi yang perusahaan dengan Large BTD (LBTD) berbeda pada kualitas laba. Level persistensi memiliki laba yang kurang persisten laba untuk perusahaan dengan Large ABTD dibandingkan perusahaan dengan Small
yang absolut secara signifikan lebih rendah BTD (SBTD). Laba yang kurang persisten
dari perusahaan dengan Large NBTD yang ini mengindikasikan bahwa laba yang tersaji
absolut.
dalam laporan keuangan kurang berkualitas. Pada penelitian ini, penulis ingin
Hanlon (2005) juga menemukan bahwa mengembangkan penelitian Hanlon (2005), investor akan menginterpretasikan LBTD Blaylock et al. (2012), serta Tang dan Firth (kondisi di mana laba akuntansi lebih besar
(2012). Penulis ingin melihat pengaruh Large daripada laba fiskal) sebagai “red flag” dan
Positive Abnormal BTD (LPABTD) terhadap akan mengurangi ekspektasinya terhadap ERC dan ARC. Penulis menginvestigasi persistensi laba dan persistensi akrual pada
apakah harga saham merefleksikan perbedaan perusahaan tersebut.
ekspektasi investor mengenai laba di masa Blaylock et al. (2012) mengembangkan
depan yang disebabkan oleh sumber LPBTD- penelitian Hanlon (2005) dengan meng-
nya yang beragam.
investigasi pengaruh perbedaan sumber Large Penelitian ini diharapkan dapat Positive BTD (LPBTD) terhadap persistensi
memberikan proksi alternatif sumber LPBTD laba. Blaylock et al. (2012) membagi pada penelitian Blaylock et al. (2012). Namun, berbeda dengan Blaylock et al. (2012),
122 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2014, Vol. 11, No. 2, hal 120 - 137
penelitian ini membedakan LPBTD menjadi dua sumber, yaitu LPNBTD dan LPABTD
dengan mengadopsi dan memodifikasi model penelitian Tang dan Firth (2012). LPNBTD mengindikasikan perbedaan regulasi antara
prinsip-prinsip dasar akuntansi keuangan yang berlaku umum dan peraturan perpajakan. Sementara itu, LPABTD mengindikasikan perbedaan yang muncul lantaran tindakan earnings management dan tax management. Selain itu, LPBTD pada penelitian ini diukur dengan menggunakan beda permanen dan beda temporer, sementara Blaylock et al. (2012) hanya menggunakan beda temporer saja. Tujuannya adalah agar dapat memberikan gambaran BTD secara penuh (Tang dan Firth 2011). Hanlon dan Heitzman (2010) menyatakan bahwa total BTD (beda permanen dan beda temporer) memberikan informasi yang lebih banyak dibandingkan apabila hanya menggunakan beda temporer saja.
Selanjutnya, penelitian ini difokuskan pada LPABTD. Hal ini berbeda dari penelitian Tang dan Firth (2012) yang menggunakan LABTD pada nilai absolut. Pengabsolutan nilai LABTD ini dilakukan untuk memperbanyak jumlah sampel penelitian yang terindikasi melakukan tindakan earnings management dan tax management. Sesuai dengan hasil penelitian terdahulu, tindakan earnings management dan tax management dapat dideteksi ketika perusahaan memiliki nilai BTD yang besar dan positif (Joos et al. 2000; Phillips et al. 2003; Tang dan Firth 2011; Blaylock et al. 2012; Tang dan Firth 2012). Menurut penulis, penggunaan LABTD pada nilai absolut kurang mencerminkan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Nilai BTD yang negatif berarti bahwa laba fiskal lebih besar
daripada laba akuntansi. BTD tersebut akan memiliki makna yang berbeda ketika nilainya diabsolutkan, yaitu perusahaan seolah-olah memiliki laba akuntansi yang lebih besar daripada laba fiskalnya. Dengan kata lain,
perusahaan tersebut seolah-olah terindikasi melakukan tindakan tax management karena nilai BTD-nya menjadi besar dan positif. Pada penelitian ini, penulis menggunakan nilai ABTD yang sebenarnya (tidak diabsolutkan).
TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Book-Tax Differences
Dalam satu periode, perusahaan wajib menyusun laporan keuangan. Pembuatan laporan keuangan didasarkan pada prinsip- prinsip dasar akuntansi keuangan yang berlaku umum. Di Indonesia, prinsip-prinsip dasar akuntansi keuangan yang berlaku umum biasa disebut dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Sebagaimana dijelaskan dalam PSAK Nomor 1 (Revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan, tujuan penyusunan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Untuk tujuan perpajakan, laporan keuangan yang semula dibuat berdasarkan PSAK tersebut harus disesuaikan dengan peraturan perpajakan yang dibuat oleh regulator. Penyesuaian tersebut dilakukan
melalui proses rekonsiliasi fiskal. Tujuannya adalah agar dapat dijadikan dasar penghitungan,
pembayaran, dan pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) yang terutang.
Oleh karena didasarkan pada dua pedoman penyusunan laporan keuangan yang berbeda, antara laba yang disajikan berdasarkan PSAK dan laba yang disusun berdasarkan peraturan perpajakan, tentu akan memberikan hasil yang berbeda pula. Meskipun antara laba akuntansi dan laba fiskal sama-sama disusun atas dasar
akrual, namun hasil akhir dari penghitungan tersebut besarnya tidak sama (Hanlon 2005). Dengan demikian, dapat diindikasikan bah- wa terdapat perbedaan konsep pengakuan penghasilan dan biaya antara akuntansi dan pajak.
Weber (2005) menyebutkan bahwa ada tiga sumber utama yang dapat menyebabkan timbulnya BTD, yaitu: (1) Adanya standar penyusunan laporan keuangan yang berbeda
Nurul Aisyah Rachmawati dan Dwi Martani, Pengaruh Large Positive Abnormal Book-Tax... 123
antara akuntansi dan perpajakan; (2) Adanya ΔINV it = perubahan investasi dalam gross kecenderungan perusahaan untuk melakukan
aset tetap berwujud dan aset tetap tax management yang akhirnya dapat menuju
tidak berwujud dari tahun t -1 ke pada tax sheltering; dan (3) Adanya diskresi/
tahun t
kebebasan yang diberikan kepada manajer ΔREV it = perubahan pendapatan dari tahun dalam mempertimbangkan suatu transaksi.
t -1 ke tahun t
BTD yang berasal dari sumber-sumber tersebut
= jumlah kerugian operasi bersih dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu
NOL it
(net operating loss) perusahaan i perbedaan antara akuntansi dan pajak yang
pada tahun t
= jumlah kerugian yang telah temporer (temporary differences).
bersifat permanen (permanent differences) dan
TLU it
dikompensasikan (tax losses utilized) untuk perusahaan i pada
Perbedaan antara NBTD dengan ABTD
tahun t
Tang dan Firth (2011) membedakan ε BTD menjadi dua komponen, yaitu NBTD
= error (LPABTD it ) untuk perusa- haan i pada tahun t
it
dan ABTD. Dalam penyusunan modelnya, Tang dan Firth (2011) mengisolasi informasi
Seperti halnya Tang dan Firth (2011), semua regulasi dari BTD yang berkaitan dengan variabel di atas diskalakan dengan rata-rata perbedaan antara prinsip-prinsip dasar akun- total aset pada tahun t dan tahun t untuk tansi keuangan yang berlaku umum dan
mengontrol ukuran perusahaan. peraturan perpajakan. Hal ini dilakukan agar Skala investasi ( ΔINV) dijadikan dapat mendeteksi BTD yang bersumber sebagai salah satu faktor yang memengaruhi dari tindakan earnings management dan NBTD karena terdapat perbedaan ketentuan tax management melalui bagian yang tidak penghitungan depresiasi aset tetap berwujud dijelaskan oleh total BTD (ABTD).
dan amortisasi aset tetap tidak berwujud dalam Tang dan Firth (2011) menggunakan
akuntansi dan pajak (Tang dan Firth 2011). residual method untuk memperoleh variabel
ABTD. Total BTD diregresi dengan item-item Pertumbuhan perusahaan (ΔREV) digunakan
nondiscretionary yang diketahui menyebabkan untuk mengontrol pengaruh perubahan keadaan NBTD. Item-item nondiscretionary yang ekonomi terhadap NBTD. Pertumbuhan dimaksud adalah skala investasi dalam aset
pendapatan diprediksi dapat meningkatkan tetap berwujud dan aset tetap tidak berwujud
NBTD karena terdapat perbedaan pengakuan (ΔINV), pertumbuhan ekonomi (ΔREV),
penghasilan dan beban antara ketentuan posisi kerugian (NOL dan TLU), dan perbedaan
akuntansi dan peraturan perpajakan. Dalam tarif pajak yang diterapkan oleh consolidated
hal ini, ketentuan perpajakan lebih ketat dalam company dan consolidated subsidiaries (TAX_
pengakuan beban dan kurang konservatif DIFF). Bagian yang tidak dijelaskan oleh total
dalam pengakuan pendapatan. Sejalan dengan BTD inilah yang disebut dengan ABTD.
hal tersebut, pertumbuhan pendapatan akan Penelitian ini hanya menggunakan menyebabkan NBTD lebih besar dan negatif sampel LPBTD. Dengan demikian, penulis
(Tang dan Firth 2011).
menyesuaikan persamaan estimasi BTD Tang Wilkie (1992) mengindikasikan bahwa dan Firth (2011) sebagai berikut:
BTD akan understated ketika perusahaan mengalami kerugian dan akan overstated
LPBTD it = α 0 + α 1 ΔINV it + α 2 ΔREV it +
ketika kerugian tersebut dikompensasikan.
α 3 NOL it +α 4 TLU it +ε it ......... (1)
Ketika terjadi kerugian, laba fiskal akan diakui “nihil” dan hal ini akan menyebabkan
di mana: negatif NBTD. Kemudian saat kerugian
LPBTD it = Large Positive BTD yang tersebut dikompensasikan dengan laba fiskal
dilaporkan oleh perusahaan i pada tahun berjalan, akan menyebabkan positif tahun t
NBTD. Oleh sebab itu, variabel NOL dan
124 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2014, Vol. 11, No. 2, hal 120 - 137
TLU digunakan untuk mengontrol pengaruh kebijakan khusus perpajakan mengenai kompensasi kerugian perpajakan (tax loss carry-forwards) terhadap NBTD. Besarnya NOL dan TLU disesuaikan dengan besaran kerugian operasi bersih dan kerugian yang dikompensasikan. Apabila perusahaan tidak mengalami kerugian operasi dan tidak mengompensasikan kerugian, maka nilainya “0”.
Dari model (2.1), dapat ditentukan model regresi untuk LPNBTD dan LPABTD sebagai berikut:
LPNBTD it = α 0 + α 1 ΔINV it + α 2 ΔREV it +
α 3 NOL it +α 4 TLU it ............. (2)
LPABTD it = LPNBTD it – (α 0 + α 1 ΔINV it + α 2 ΔREV it +α 3 NOL it +α 4 TLU it ) ... (3)
Untuk mengontrol ukuran perusahaan, semua variabel di atas (kecuali variabel TAX_DIFF) diskalakan dengan rata-rata total aset pada tahun t -1 dan tahun t.
Persistensi Laba
Salah satu proksi yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas laba adalah persistensi laba (Dechow et al. 2010). Persistensi laba didefinisikan oleh Penman (2001) sebagai revisi laba akuntansi yang diharapkan di masa mendatang (expected future earnings) yang diimplikasi oleh inovasi laba tahun berjalan (current earnings). Menurut Jonas dan Blanchet (2000) dalam Hanlon (2005), persistensi laba dapat digunakan untuk menilai kualitas laba karena mengandung unsur predictive value sehingga dapat digunakan oleh pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi kejadian-kejadian di masa lalu, sekarang, dan masa depan.
Dechow et al. (2010) menyatakan bahwa beberapa penelitian tentang persistensi laba fokus pada kegunaan laba dalam equity valuation. Terdapat dua aliran dalam penelitian tentang persistensi laba (Dechow et al. 2010). Aliran yang pertama dimotivasi oleh sebuah asumsi bahwa laba yang lebih persisten akan
menghasilkan inputs yang lebih baik pada equity valuation models. Oleh sebab itu, laba
yang lebih persisten akan memiliki kualitas laba yang lebih tinggi dibandingkan dengan laba yang kurang persisten. Aliran kedua berupaya untuk mengatasi isu mengenai apakah laba bermanfaat dalam memperbaiki equity valuation outcomes. Isu penting ini merupakan benchmark untuk mengevaluasi
equity market outcomes.
Sloan (1996) menggunakan hasil regresi antara laba akuntansi periode sekarang dan laba akuntansi periode yang akan datang sebagai proksi persistensi laba akuntansi. Persistensi laba dapat diidentifikasi dari koefisien laba
akuntansi periode sekarang. Berdasarkan Freeman et al. (1982), umumnya besaran koefisien berada di antara “0” dan “1”. Jika besaran koefisien = 1, maka earnings sesuai
dengan random walk hypothesis, di mana perubahan laba akuntansi bersifat random dan tidak dapat diprediksi. Cara yang paling memungkinkan untuk memprediksi laba adalah dengan melihat laba tahun sebelumnya.
Jika koefisien = 0, maka earnings bersifat pure mean reversion, di mana lambat laun besaran
laba akuntansi akan kembali ke nilai rata-rata laba dari waktu ke waktu.
Beberapa penelitian terdahulu menguji persistensi laba satu tahun ke depan dengan menambahkan variabel moderasi yang dianggap memengaruhi persistensi laba. Positif atau negatifnya koefisien variabel moderasi
tersebut mengindikasikan kuat atau lemahnya suatu variabel memengaruhi persistensi laba perusahaan (Hanlon 2005; Atwood et al. 2010). Hanlon (2005) menambahkan variabel BTD sebagai variabel moderasi yang dianggap berpengaruh terhadap persistensi laba. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa semakin besar BTD, semakin rendah persistensi laba dan persistensi akrualnya (berpengaruh negatif). Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin besar BTD, semakin rendah pula kualitas labanya.
Persistensi Akrual
Persistensi laba juga dapat ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kas yang
Nurul Aisyah Rachmawati dan Dwi Martani, Pengaruh Large Positive Abnormal Book-Tax... 125
terkandung dalam laba saat ini (Penman 2001). investor akan menginterpretasikan LBTD Persistensi akrual penting untuk diuji karena
(kondisi di mana laba akuntansi lebih besar dapat meminimalisasi terjadinya mispriced
daripada laba fiskal) sebagai “red flag” dan securities. Sloan (1996) menjelaskan bahwa
akan mengurangi ekspektasinya terhadap mispriced securities dapat terjadi karena persistensi laba dan persistensi akrual pada secara umum investor cenderung fokus pada
perusahaan tersebut.
reported earnings saat membuat keputusan. Blaylock et al. (2012) memprediksi bahwa Analisis akrual dan arus kas dapat dijadikan
perbedaan sumber BTD pada perusahaan yang solusi untuk mendeteksi terjadinya mispriced
berada dalam kondisi LPBTD berpengaruh pada securities tersebut (Sloan 1996).
persistensi laba dan persistensi akrual. Blaylock Penelitian sebelumnya memberikan bukti
et al. (2012) berharap pengklasifikasian BTD yang konsisten bahwa akrual lebih relevan
berdasarkan sumbernya yang dominan mampu dalam merefleksikan kinerja perusahaan
menjelaskan “red flag” atas rendahnya kualitas dibandingkan dengan arus kas (Dechow laba. Rendahnya kualitas laba tersebut dapat
1994; Dechow et al. 1998). Persistensi akrual tercermin pada persistensi laba dan persistensi dapat diidentifikasi dari koefisien akrual.
akrual yang rendah. Blaylock et al. (2012) fokus Berdasarkan penelitian Sloan (1996), koefisien
pada BTD yang besar dan positif agar dapat akrual relatif lebih kecil dari koefisien arus kas.
menangkap aktivitas earnings management Hal ini merefleksikan rendahnya persistensi
dan tax management suatu perusahaan. laba yang disebabkan oleh komponen akrual
Blaylock et al. (2012) menggunakan dari laba (Sloan 1996).
beban pajak tangguhan sebagai proksi BTD- Oleh karena discretionary accruals nya. Menurut Phillips et al. (2003), beban kurang persisten dibandingkan dengan pajak tangguhan dapat digunakan sebagai nondiscretionary accruals, apabila BTD ukuran dari tindakan dikresioner manajer di mengindikasikan diskresi dalam proses akrual,
bawah GAAP. Hal ini terjadi lantaran undang- maka perusahaan dengan BTD yang besar
undang pajak pada umumnya membatasi akan memiliki persistensi akrual yang lebih
tindakan diskresioner tersebut. Konsisten rendah dibandingkan dengan perusahaan yang
dengan argumen tersebut, Phillips et al. memiliki BTD yang kecil (Hanlon 2005).
(2003) menemukan bukti bahwa beban pajak Dengan demikian, BTD yang besar merupakan
tangguhan berpengaruh positif terhadap salah satu indikasi dari rendahnya kualitas laba
penurunan laba perusahaan. Phillips et al. suatu perusahaan (Hanlon 2005).
(2003) menyimpulkan bahwa beban pajak tangguhan merupakan indikator tambahan yang
Pengembangan Hipotesis
tepat untuk tindakan earnings management Hanlon (2005) menguji implikasi (proksi dari akrual diskresioner). persistensi laba dan persistensi akrual
Blaylock et al. (2012) membedakan untuk perusahaan yang memiliki BTD yang
sampelnya menjadi tiga subsampel, yaitu besar. Menurut Hanlon (2005), jika LBTD
perusahaan dengan LPBTD yang berasal dari mengindikasikan adanya sinyal peningkatan
earnings management, tax management, dan diskresi dalam proses akrual, maka perusahaan
karakteristik BTD yang normal. Blaylock et dengan BTD yang besar akan memiliki al. (2012) memberikan bukti empiris bahwa persistensi laba dan persistensi akrual yang
perusahaan dengan LPBTD yang berasal dari lebih rendah. Temuan Hanlon (2005) konsisten
earnings management memiliki persistensi dengan argumen ini bahwa perusahaan dengan
laba dan persistensi akrual yang lebih rendah LPBTD dan LNBTD (Large Negative Book-
daripada perusahaan dengan sumber LPBTD Tax Differences) akan memiliki persistensi
yang lain. Pada subsampel tax management, laba dan persistensi akrual yang lebih rendah
Blaylock et al. (2012) tidak dapat memberikan dibandingkan perusahaan dengan SBTD. bukti empiris. Hanlon (2005) juga menemukan bahwa
126 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2014, Vol. 11, No. 2, hal 120 - 137
Gambar 1 Kerangka Penelitian
Var. Moderasi
LPABTD it
Var. Independen
H 1 Var. Dependen
PTBI it
PTBI it+1
PTCF it PTACC it
di mana: PTBI it+1
= laba akuntansi sebelum pajak perusahaan i pada tahun t +1 ; PTBI it
= laba akuntansi sebelum pajak perusahaan i pada tahun t; PTCF it
= arus kas sebelum pajak perusahaan i pada tahun t; PTACC it
= akrual sebelum pajak perusahaan i pada tahun t; LPABTD it
= dummy variable , di mana “1” untuk perusahaan dengan LPABTD dalam quintile tertinggi dan “0” untuk lainnya.
Tang dan Firth (2012) mengembangkan (LPBTD) pada tahun 2006-2011. Periode penelitian Hanlon (2005) dan Blaylock et al.
penelitian dipilih tiga tahun sebelum dan (2012). Pada penelitiannya, Tang dan Firth
sesudah berlakunya Undang-Undang Nomor (2012) menemukan bahwa level persistensi
36 Tahun 2008 (UU PPh). Dari 452 perusahaan laba untuk perusahaan dengan Large ABTD
yang terdaftar di BEI, penulis mengeluarkan yang absolut signifikan lebih rendah dari
171 perusahaan yang diatur khusus dalam perusahaan dengan Large NBTD yang absolut.
perpajakan, di antaranya:
1. Perusahaan yang merupakan Wajib Pajak sebelumnya, penulis fokus pada perusahaan
Berbeda dari penelitian-penelitian
PPh Final, sebanyak 50 perusahaan. yang memiliki LPBTD dan membedakannya
2. Perusahaan yang dalam ketentuan per- menjadi LPABTD dan LPNBTD. Penulis
pajakan diperkenankan untuk membentuk ingin menguji apakah LPABTD memperlemah
dan memupuk dana cadangan, yaitu 76 persistensi laba dan persistensi akrual.
perusahaan yang bergerak di bidang Kerangka penelitian disajikan dalam Gambar
finansial, 30 perusahaan yang bergerak di
1. Dengan demikian, hipotesis yang ingin diuji bidang pertambangan, dan 15 perusahaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
yang bergerak di bidang agrikultur.
H : LPABTD memperlemah persistensi 1 Penelitian ini juga mengeluarkan 12
laba.
perusahaan yang laporan keuangannya
H 2 : LPABTD memperlemah persistensi disajikan dalam mata uang selain Rupiah, 10
perusahaan yang tahun fiskalnya tidak berakhir pada 31 Desember, 79 perusahaan yang baru listing dan delisting pada periode penelitian,
komponen akrual dari laba.
METODE PENELITIAN
8 perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi pada periode penelitian, serta 6
Data dan Sampel
perusahaan yang datanya tidak lengkap. Jadi, Penelitian ini menggunakan sampel
jumlah perusahaan yang tersisa adalah 166 perusahaan dengan BTD yang besar dan positif
perusahaan atau 996 perusahaan-tahun.
Nurul Aisyah Rachmawati dan Dwi Martani, Pengaruh Large Positive Abnormal Book-Tax... 127
Sesuai dengan penelitian Hanlon (2005) ingin membuktikan apakah LPABTD dan Blaylock et al. (2012), penulis membagi
memperlemah persistensi laba. Berikut ini 996 perusahaan-tahun tersebut menjadi tiga
adalah persamaan estimasinya: kelompok, yaitu LPBTD, LNBTD, dan SBTD. Kelompok tersebut dibentuk dengan cara me-
PTBI it+1
= β 0 +β 1 PTBI it +β 2 LPABTD it +
ranking BTD perusahaan tiap-tiap tahun dan
β 3 PTBI it *LPABTD it +ε it+1 ... (5)
tiap-tiap industri, dimulai dari yang terbesar positif hingga yang terbesar negatif. Sesuai
di mana:
dengan penjelasan sebelumnya, penelitian LPABTD it = dummy variable, di mana ini hanya menggunakan sampel perusahaan
“1” untuk perusahaan dengan dengan LPBTD saja.
LPABTD dalam quintile LPBTD diperoleh dari quintile tertinggi
tertinggi dan “0” untuk lainnya. BTD, yaitu sebanyak 204 perusahaan-
tahun. Dari sampel LPBTD tersebut, penulis Dari persamaan (5) diketahui bahwa menentukan LPABTD melalui persamaan koefisien PTBI
(β 1 ) merepresentasikan
2.1 di mana LPABTD merupakan error persistensi laba untuk perusahaan dengan term dari persamaan tersebut. Oleh karena
it
LPBTD yang berada dalam subsampel variabilitas data LPABTD cukup rendah, LPNBTD. Penulis memprediksi jika LPBTD
penulis menetapkan LPABTD sebagai dummy dihasilkan dari tindakan earnings management variable , di mana “1” untuk perusahaan
dan tax management , maka koefisien variabel dengan LPABTD dalam quintile tertinggi dan
interaksi PTBI it *LPABTD it (β 3 ) akan negatif “0” untuk lainnya (Hanlon 2005). Penetapan
(sesuai dengan H 1 ). Artinya, LPABTD 20% tertinggi sebagai LPABTD ini disebabkan
memperlemah persistensi laba. oleh 80% terendah dari LPABTD kurang
Untuk meminimalisasi mispriced secu- bisa menjelaskan adanya informasi tindakan
rities yang disebabkan oleh investor yang earnings management dan tax management.
terlalu fokus pada reported earnings saat Oleh sebab itulah, 80% terendah dari LPABTD
membuat keputusan, perlu dilakukan analisis
dianggap sebagai perusahaan yang berada akrual dan arus kas (Sloan 1996). Hanlon dalam subsampel LPNBTD.
(2005) membagi laba sebelum pajak menjadi dua komponen, yaitu akrual sebelum pajak
Model Penelitian
dan arus kas sebelum pajak. Berikut ini adalah Berikut ini adalah model dasar estimasi
model dasar estimasinya:
persistensi laba sebagaimana diterapkan dalam penelitian Hanlon (2005):
= β 0 + β 1 PTCF it + β 2 PTACC it + ε it+1 ...................................... (6) PTBI it+1
PTBI it+1
= β 0 +β 1 PTBI it +ε it+1 ............. (4)
di mana:
= arus kas sebelum pajak perusa- variabel di atas diskalakan dengan rata-rata
Untuk mengontrol ukuran perusahaan, semua
PTCF it
haan i pada tahun t; total aset pada tahun t -1 dan tahun t.
PTACC it = akrual sebelum pajak perusahaan
Untuk menguji H 1 , penulis menggunakan
i pada tahun t.
sampel perusahaan yang berada dalam kelompok LPBTD. Dengan mengacu pada
Untuk mengontrol ukuran perusahaan, semua model Blaylock et al. (2012), persamaan (4)
variabel di atas diskalakan dengan rata-rata dikembangkan lebih lanjut untuk membuktikan total aset pada tahun t dan tahun t. apakah persistensi laba untuk perusahaan
Dalam menguji H 2 , penulis juga meng- dengan LPABTD lebih rendah dibandingkan gunakan sampel perusahaan yang berada dengan persistensi laba untuk perusahaan
dalam kelompok LPBTD. Dengan mengacu dengan LPNBTD. Dengan kata lain, penulis
128 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2014, Vol. 11, No. 2, hal 120 - 137
pada model Blaylock et al. (2012), persamaan diberlakukannya UU Nomor 36 Tahun 2008 (6) dikembangkan untuk membuktikan apakah
(UU PPh).
persistensi komponen akrual dari laba untuk Sebelum melakukan pengujian pengaruh perusahaan dengan LPABTD lebih rendah LPABTD terhadap ERC dan ARC, terlebih dibandingkan dengan persistensi komponen dahulu dilakukan regresi untuk memperoleh akrual dari laba untuk perusahaan dengan variabel LPABTD dan LPNBTD. Penulis LPNBTD. Dengan kata lain, penulis ingin menggunakan residual method untuk menguji apakah LPABTD memperlemah memperoleh variabel LPABTD. Total BTD persistensi akrual. Berikut ini adalah persamaan
diregresi dengan item-item nondiscretionary estimasinya:
yang diketahui menyebabkan LPNBTD. Unit- unit nondiscretionary yang dimaksud adalah skala investasi dalam aset tetap berwujud dan
PTBI it+1
= β 0 +β 1 PTCF it +β 2 PTACC it
aset tetap tidak berwujud (ΔINV), pertumbuhan
+β 3 LPABTD it
ekonomi (ΔREV), posisi kerugian (NOL
+β 4 PTCF it *LPABTD it
dan TLC), dan BTD periode sebelumnya.
+β 5 PTACC it *LPABTD it
Bagian yang tidak dijelaskan oleh total BTD
+ε it+1 ...................................(7)
merupakan LPABTD.
Tabel 1 merupakan rangkuman hasil Dari persamaan (7) dapat diketahui bahwa
estimasi komponen LPBTD pada penelitian koefisien PTACC it (β 2 ) merepresentasikan ini. Nilai signifikansi probabilitas (F-statistik)
persistensi akrual untuk perusahaan dengan yang sebesar 0.000 (lebih kecil dari α = 1%) LPBTD yang berada dalam subsampel menunjukkan bahwa model secara keseluruhan LPNBTD. Jika LPABTD berpengaruh terhadap
menjelaskan dengan baik pengaruh ΔINV it , rendahnya persistensi akrual, maka koefisien
ΔREV it , NOL it , TLC it , dan BTD it-1 terhadap variabel interaksi PTACC *LPABTD
BTD pada tingkat kepercayaan 99%. Nilai
akan diprediksi negatif (sesuai dengan H 2 koefisien determinasi (adjusted R ) pada
Artinya, LPABTD memperlemah persistensi model tersebut adalah sebesar 0.223. Nilai
komponen akrual dari laba. adjusted R ini mengindikasikan bahwa variabilitas variabel dependen (BTD it ) yang
HASIL PENELITIAN DAN
dapat dijelaskan oleh variabel independen
(ΔINV it , ΔREV it , NOL it , TLC it , dan BTD it-1 ) adalah sebesar 23.3%. Sementara itu, sisanya
PEMBAHASAN
Estimasi Komponen LPBTD
yang sebesar 76.7% dijelaskan oleh variabel- variabel lain di luar model penelitian.
Pada penelitian ini, BTD diestimasi menggunakan income effect, di mana BTD
Secara individu, hampir semua variabel diperoleh dari selisih antara laba akuntansi
independen signifikan memengaruhi variabel dependen. Dalam hal ini, variabel ΔINV dan laba fiskal. Laba akuntansi didefinisikan , i
sebagai laba akuntansi sebelum pajak. Laba TLC it , dan BTD it-1 signifikan memengaruhi
variabel BTD fiskal diestimasikan sebagai gross-up dari . Sementara itu, penulis tidak it beban pajak kini (yaitu beban pajak kini dapat membuktikan bahwa variabel ΔREV it
dan NOL it dibagi dengan tarif pajak). Laba fiskal tersebut memengaruhi BTD it . hanya bersifat estimasi karena besaran laba
Oleh karena secara keseluruhan model fiskal yang dilaporkan dalam SPT Tahunan estimasi LPBTD menunjukkan bahwa variabel
perusahaan tidak dipublikasikan (bersifat ΔINV it , ΔREV it , NOL it , TLC it , dan BTD it-1 rahasia). Pengestimasian BTD ini dilakukan
bersama-sama memengaruhi BTD it secara untuk mengurangi bias lantaran tarif perpajakan
signifikan, maka penulis dapat menentukan di Indonesia pada periode penelitian beberapa
besaran LPNBTD dan LPABTD. Variabel kali mengalami perubahan seiring dengan yang ingin diamati adalah LPABTD.
Dengan demikian, variabel inilah yang harus
Nurul Aisyah Rachmawati dan Dwi Martani, Pengaruh Large Positive Abnormal Book-Tax... 129
Tabel 1 Hasil Estimasi Komponen LPBTD (Pooled Sample)
Variabel
Predicted Sign
Koefisien
t-statistik
Prob. (t-statistik)
ΔINV it
ΔREV it
BTD it-1
Adjusted R 2
Prob. (F-statistik)
0.000 *** Signifikan pada level kepercayaan 99%
** Signifikan pada level kepercayaan 95% * Signifikan pada level kepercayaan 90%
Jumlah observasi = 204 Semua variabel diskalakan dengan rata-rata total aset pada tahun t -1 dan tahun t untuk mengontrol ukuran perusahaan. Definisi variabel: BTD it = BTD yang dilaporkan oleh perusahaan i pada tahun t; ΔINV it = perubahan investasi dalam gross aset tetap berwujud dan aset tetap tidak berwujud dari tahun t -1 ke
tahun t; ΔREV it = perubahan pendapatan dari tahun t -1 ke tahun t;
NOL it = jumlah kerugian operasi bersih (net operating loss) perusahaan i pada tahun t; TLC it = jumlah kerugian yang telah dikompensasikan (tax loss carry-forwards) untuk perusahaan i pada
tahun t; BTD it-1 = BTD yang dilaporkan oleh perusahaan i pada tahun t -1 .
diperhatikan. LPABTD akan di-ranking mulai masih terdapat perusahaan yang mengalami dari yang tertinggi hingga yang terendah.
kerugian akuntansi sebelum pajak pada satu Quintile tertinggi LPABTD mengindikasikan
periode mendatang. Namun demikian, jumlah bahwa kemungkinan besar LPBTD yang perusahaan sampel yang menderita kerugian dimiliki perusahaan berasal dari tindakan akuntansi sebelum pajak pada satu periode earnings management dan tax management.
mendatang relatif sedikit. Secara rata-rata, Pada penelitian ini, LPABTD akan dijadikan
perusahaan yang dipilih sebagai sampel dummy variable di mana “1” untuk perusahaan
penelitian memiliki laba akuntansi sebelum dengan LPABTD dalam quintile tertinggi
pajak pada satu periode mendatang yang dan “0” untuk lainnya (perusahaan dengan
positif. Hal ini diketahui dari nilai mean dan LPNBTD).
median variabel PTBI it+1 yang positif, yaitu masing-masing sebesar 0.105 dan 0.086.
Analisis Statistik Deskriptif
Berbeda halnya dengan variabel PTBI it . Dalam Tabel 2 dijelaskan statistik Semua perusahaan dalam sampel penelitian deskriptif variabel-variabel yang digunakan
memiliki laba akuntansi sebelum pajak pada untuk menguji pengaruh LPABTD terhadap
periode berjalan terhadap rata-rata total aset persistensi laba. Dari tabel tersebut diketahui
(PTBI it ) yang bernilai positif. Hal ini ditunjukan bahwa variabel laba akuntansi sebelum dengan besaran variabel PTBI it yang berada pajak pada satu periode mendatang terhadap
pada kisaran antara 0.004 dan 0.655 terhadap rata-rata total aset (PTBI it+1 ) memiliki nilai
rata-rata total aset. Oleh sebab itu, variabel minimum dan nilai maksimum masing-masing
PTBI it memiliki nilai mean yang lebih tinggi sebesar -0.427 dan 0.637. Nilai negatif tersebut
dibandingkan dengan variabel PTBI it+1 , yaitu mengindikasikan bahwa dalam sampel
sebesar 0.140.
130 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2014, Vol. 11, No. 2, hal 120 - 137
Tabel 2 Statistik Deskriptif: Persistensi Laba
Std. Dev. PTBI it+1
PTBI it
PTCF it
PTACC it
0.401 Jumlah observasi = 204
LPABTD it
Semua variabel diskalakan dengan rata-rata total aset pada tahun t -1 dan tahun t untuk mengontrol ukuran perusahaan. Definisi variabel:
PTBI it+1 = laba akuntansi sebelum pajak perusahaan i pada tahun t +1 ; PTBI it = laba akuntansi sebelum pajak perusahaan i pada tahun t; PTCF it = arus kas sebelum pajak perusahaan i pada tahun t;
PTACC it = akrual sebelum pajak perusahaan i pada tahun t; LPABTD it = dummy variable , di mana “1” untuk perusahaan dengan LPABTD dalam quintile tertinggi dan
“0” untuk lainnya.
Nilai mean variabel arus kas sebelum hasil pengujian asumsi klasik diketahui pajak terhadap rata-rata total aset (PTCF it )
bahwa model estimasi persistensi laba dan adalah sebesar 0.115. Oleh karena nilai mean
persistensi akrual terbebas dari permasalahan variabel PTCF it lebih kecil dari nilai mean
normalitas, heteroskedastisitas, dan auto- variabel PTBI it , maka dapat diprediksikan korelasi. Pengujian multikolinearitas dilaku- bahwa secara rata-rata perusahaan sampel kan melalui Variance Inflation Factor (VIF). menyusun laporan laba rugi dengan Tabel 3 menunjukkan hasil pengujian VIF, di menggunakan akrual yang positif. Konsisten
mana nilai VIF untuk masing-masing variabel dengan prediksi tersebut, Tabel 2 menunjukkan
independen lebih kecil dari 10. Dengan nilai mean variabel PTACC it adalah sebesar
demikian, pada model estimasi persistensi 0.032. Hal ini terjadi karena nilai akrual laba dan persistensi akrual tersebut tidak ada diperoleh dari selisih antara laba operasi dan
indikasi permasalahan multikolinearitas. arus kas operasi yang diskalakan dengan rata- rata total aset. Meskipun demikian, masih ada
Analisis Regresi
perusahaan dalam sampel yang menyusun Tabel 4 menyajikan hasil estimasi laporan laba rugi dengan menggunakan akrual
persistensi laba. Secara bersama-sama, yang negatif, yaitu dengan nilai minimum variabel independen signifikan memengaruhi sebesar -0.523.
variabel dependen. Hal ini dibuktikan dengan Terakhir, nilai mean variabel LPABTD it nilai signifikansi probabilitas (F-statistik)
adalah sebesar 0.201. Hal ini menjelaskan yang sebesar 0.000 (lebih kecil dari α = 1%). bahwa variabel LPABTD it diperoleh dari Dapat diambil suatu kesimpulan bahwa model
quintile tertinggi dari nilai LPABTD. Dengan pengujian persistensi laba secara keseluruhan demikian dapat disimpulkan bahwa 80% menjelaskan dengan baik pengaruh PTBI it , sisanya dikategorikan sebagai perusahaan LPABTD it , dan PTBI it *LPABTD it terhadap yang berada dalam subsampel LPNBTD.
PTBI it+1 pada tingkat kepercayaan 99%. Nilai adjusted R 2 pada model tersebut adalah sebesar Pengujian Asumsi Klasik 2 0.301. Nilai adjusted R ini mengindikasikan Berdasarkan Chow Test, Hausman
bahwa variabilitas variabel dependen (PTBI it+1 ) Test, dan LM Test yang dilakukan oleh yang dapat dijelaskan oleh variabel independen penulis, diketahui bahwa model yang terbaik
(PTBI it , LPABTD it , dan PTBI it *LPABTD it ) adalah Pooled Least Square (PLS). Pada adalah sebesar 30.1%. Sisanya yang sebesar
Nurul Aisyah Rachmawati dan Dwi Martani, Pengaruh Large Positive Abnormal Book-Tax... 131
Tabel 3 Hasil Pengujian Multikolinearitas dengan VIF
Panel A: Persistensi Laba
Tolerance
VIF
PTBI it
2.781 LPABTD it
2.943 PTBI it *LPABTD it
Panel B: Persistensi Akrual
Tolerance
VIF
PTCF it
4.421 PTACC it
8.775 LPABTD it
2.318 PTCF it *LPABTD it
3.237 PTACC it *LPABTD it
7.074 69.9% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di
perusahaan dengan LPNBTD. Penemuan luar model estimasi persistensi laba tersebut.
ini konsisten dengan H 1 dan menunjukkan Secara individu, variabel PTBI it memiliki
bahwa LPBTD yang bersumber dari tindakan koefisien yang positif, yaitu sebesar 1.046.
earnings management dan tax management Koefisien variabel PTBI it ini merepresentasikan
dapat dijadikan sebagai salah satu sinyal dari persistensi laba perusahaan dengan LPBTD
rendahnya persistensi laba. Dengan kata lain, yang berada dalam subsampel LPNBTD. perusahaan yang berada dalam subsampel Dalam Tabel 5 juga diketahui bahwa variabel
LPABTD memiliki kualitas laba yang lebih PTBI it berpengaruh signifikan terhadap variabel
rendah dibandingkan dengan perusahaan yang PTBI it+1 pada tingkat kepercayaan 99%. Hal ini
berada dalam subsampel LPNBTD. Dengan dapat dilihat dari nilai probabilitas (t-statistik)
demikian, H 1 terbukti (H 1 tidak ditolak). variabel PTBI it yang lebih kecil dari α = 1%.
Apabila dibandingkan dengan penelitian Pengaruh LPABTD terhadap persistensi
terdahulu, Blaylock et al. (2012) membuktikan laba telah dijelaskan oleh koefisien dan
bahwa perusahaan dengan LPBTD yang probabilitas (t-statistik) variabel interaksi kemungkinan berasal dari tindakan earnings antara PTBI it dan LPABTD it . Dari hasil regresi
management memiliki persistensi laba yang diketahui bahwa variabel PTBI it *LPABTD it lebih rendah daripada perusahaan dengan
memiliki nilai koefisien sebesar -0.726. sumber LPBTD yang lain. Tang dan Firth Variabel PTBI it *LPABTD it juga signifikan
(2012) menunjukkan bahwa level persistensi memengaruhi variabel PTBI it+1 pada tingkat laba untuk perusahaan dengan large unsigned kepercayaan 99% (nilai probabilitas ABTD signifikan lebih rendah dari perusahaan (t-statistik)-nya lebih kecil dari α = 1%).
dengan large unsigned NBTD. Koefisien variabel PTBI it *LPABTD it yang
Menurut Penman (2001), persistensi negatif tersebut mengindikasikan bahwa laba juga dapat ditentukan oleh komponen variabel LPABTD it memperlemah persistensi
akrual dan aliran kas yang terkandung dalam laba suatu perusahaan.
laba saat ini. Persistensi akrual penting untuk Berdasarkan hasil pengujian ini, dapat
diuji karena dapat meminimalkan terjadinya
diketahui bahwa persistensi laba untuk mispriced securities. Sloan (1996) menjelaskan perusahaan dengan LPBTD yang berada dalam
bahwa mispriced securities dapat terjadi karena subsampel LPABTD adalah sebesar 0.320, yang
secara umum investor cenderung fokus pada diperoleh dari penjumlahan antara koefisien
reported earnings saat membuat keputusan.
Analisis akrual dan arus kas dapat dijadikan β 3 ). Hal ini berarti bahwa persistensi laba untuk
PTBI it dan koefisien PTBI it *LPABTD it (β 1 +
solusi untuk mendeteksi terjadinya mispriced perusahaan dengan LPABTD lebih rendah securities tersebut (Sloan 1996). dibandingkan dengan persistensi laba untuk
132 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2014, Vol. 11, No. 2, hal 120 - 137
Tabel 4 Hasil Estimasi Persistensi Laba (Pooled Sample)
Variabel Prob.
Predicted Sign
PTBI it
LPABTD it
PTBI it *LPABTD it
Adjusted R 2
Prob. (F-statistik)
0.000 *** Signifikan pada level kepercayaan 99%
** Signifikan pada level kepercayaan 95% * Signifikan pada level kepercayaan 90%
Jumlah observasi = 204 Semua variabel diskalakan dengan rata-rata total aset pada tahun t -1 dan tahun t untuk mengontrol ukuran
perusahaan. Definisi variabel:
PTBI it+1 = laba akuntansi sebelum pajak perusahaan i pada tahun t +1 ; PTBI it = laba akuntansi sebelum pajak perusahaan i pada tahun t;
LPABTD it = dummy variable , di mana “1” untuk perusahaan dengan LPABTD dalam quintile tertinggi dan “0”
untuk lainnya.
Tabel 5 menunjukkan hasil estimasi dan aliran kas yang terkandung dalam laba persistensi akrual. Secara bersama-sama, saat ini memang lebih baik dalam menjelaskan variabel independen signifikan memengaruhi
variabilitas variabel PTBI it+1 dibandingkan variabel dependen. Hal ini dibuktikan dengan
dengan laba akuntansi sebelum pajak pada signifikansi probabilitas (F-statistik) yang
periode berjalan.
sebesar 0.000 (lebih kecil dari α = 1%). Dari Secara individu, variabel PTACC it nilai probabilitas (F-statistik) tersebut, dapat
memiliki koefisien yang positif, yaitu diambil suatu kesimpulan bahwa model sebesar 0.764. Koefisien variabel PTACC it
pengujian persistensi akrual secara keseluruhan ini merepresentasikan persistensi akrual menjelaskan dengan baik pengaruh PTCF it ,
perusahaan dengan LPBTD yang berada
dalam subsampel LPNBTD. Dalam Tabel PTACC it *LPABTD it terhadap PTBI it+1 pada
PTACC it , LPABTD it , PTCF it *LPABTD it , dan
5 juga diketahui bahwa variabel PTACC it tingkat kepercayaan 99%.
berpengaruh signifikan terhadap variabel Nilai adjusted R 2 pada model tersebut
PTBI it+1 pada tingkat kepercayaan 99%. Nilai adalah sebesar 0.403. Nilai adjusted R 2 probabilitas (t-statistik) variabel PTACC it
ini mengindikasikan bahwa variabilitas lebih kecil dari α = 1%. variabel dependen (PTBI it+1 ) yang dapat
Pengaruh LPABTD terhadap persistensi dijelaskan oleh variabel independen (PTCF it ,
akrual dapat dilihat dari koefisien dan
probabilitas (t-statistik) variabel interaksi PTACC it *LPABTD it ) adalah sebesar 40.3%.
PTACC it , LPABTD it , PTCF it *LPABTD it , dan
antara PTACC it dan LPABTD it . Dari hasil Sisanya yang sebesar 59.7% dijelaskan oleh
regresi yang disajikan dalam Tabel 5, diketahui variabel-variabel lain di luar model penelitian.
bahwa variabel PTACC it *LPABTD it memiliki Apabila dibandingkan dengan model persistensi
nilai koefisien sebesar -0.699. Variabel laba (Tabel 5), diketahui bahwa nilai adjusted
PTACC it *LPABTD it signifikan memengaruhi R 2 pada model persistensi akrual lebih tinggi.
variabel PTBI it+1 pada tingkat kepercayaan Konsisten dengan pendapat Sloan (1996), hal
99% (nilai probabilitas (t-statistik)-nya ini mengindikasikan bahwa komponen akrual
lebih kecil dari α = 1%). Koefisien variabel
Nurul Aisyah Rachmawati dan Dwi Martani, Pengaruh Large Positive Abnormal Book-Tax... 133
PTACC it *LPABTD it yang negatif tersebut tindakan earnings management, memiliki mengindikasikan bahwa variabel LPABTD it persistensi akrual yang lebih rendah daripada juga memperlemah persistensi akrual suatu
perusahaan dengan sumber LPBTD yang lain. perusahaan.
Menurut Blaylock et al. (2012), LPBTD yang Berdasarkan hasil pengujian ini, dapat berasal dari tindakan earnings management disimpulkan bahwa persistensi akrual untuk
merupakan sinyal adanya proses akrual, perusahaan dengan LPBTD yang berada dalam
sehingga menyebabkan rendahnya kualitas subsampel LPABTD adalah sebesar 0.065, yang
laba suatu perusahaan.
diperoleh dari penjumlahan antara koefisien
PTACC it dan koefisien PTACC it *LPABTD it (β 2 Robustness Test
+β 5 ). Hal ini berarti bahwa persistensi akrual Tabel 6 dan Tabel 7 menyajikan hasil untuk perusahaan dengan LPABTD lebih robustness test terkait pengujian pengaruh rendah dibandingkan dengan persistensi akrual
LPABTD terhadap persistensi laba dan untuk perusahaan LPNBTD. Hasil penemuan
persistensi akrual. Robustness test ini ini menjelaskan bahwa perusahaan yang berada
dilakukan atas dasar penelitian Lev (1983) dalam subsampel LPABTD memiliki kualitas
dalam Sloan (1996) yang menyatakan laba yang lebih rendah dibandingkan dengan
bahwa persistensi laba dan persistensi akrual perusahaan yang berada dalam subsampel bersifat unik untuk setiap karakteristik LPNBTD. Dengan demikian, H 2 terbukti (H 2 industri yang berbeda. Hasil regresi dengan tidak ditolak).
menggunakan pooled sample disinyalir Apabila dibandingkan dengan penelitian
tidak dapat mengakomodasi permasalahan
sebelumnya, Blaylock et al. (2012) yang spesifikasi industri tersebut. Pada bagian ini, membuktikan bahwa perusahaan dengan penulis menguji kembali pengaruh LPABTD LPBTD yang kemungkinan berasal dari terhadap persistensi laba dan persistensi akrual
Tabel 5 Hasil Estimasi Persistensi Akrual (Pooled Sample)
Variabel
Predicted Sign
Koefisien
t-statistik
Prob. (t-statistik)
PTCF it
PTACC it
LPABTD it
PTCF it *LPABTD
it *LPABTD it
Adjusted R 2
Prob. (F-statistik)
0.000 *** *** Signifikan pada level kepercayaan 99%
** Signifikan pada level kepercayaan 95% * Signifikan pada level kepercayaan 90%
Jumlah observasi = 204 Semua variabel diskalakan dengan rata-rata total aset pada tahun t -1 dan tahun t untuk mengontrol ukuran perusahaan. Definisi variabel:
PTBI it+1 = laba akuntansi sebelum pajak perusahaan i pada tahun t +1 ; PTCF it = arus kas sebelum pajak perusahaan i pada tahun t; PTACC it = akrual sebelum pajak perusahaan i pada tahun t; LPABTD it = dummy variable , di mana “1” untuk perusahaan dengan LPABTD dalam quintile tertinggi dan “0”
untuk lainnya.
134 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2014, Vol. 11, No. 2, hal 120 - 137
Tabel 6 Robustness Tests: Persistensi Laba (Industry Specific Sample)
C -0.004
PTBI it
LPABTD it
PTBI it *LPABTD it
Adjusted R 2 0.418
Prob. (F-statistik)
*** *** Signifikan pada level kepercayaan 99%
** Signifikan pada level kepercayaan 95% * Signifikan pada level kepercayaan 90%
Jumlah observasi = 114 untuk perusahaan manufaktur dan 90 untuk perusahaan non-manufaktur. Semua variabel diskalakan dengan rata-rata total aset pada tahun t -1 dan tahun t untuk mengontrol ukuran perusahaan. Definisi variabel:
PTBI it+1 = laba akuntansi sebelum pajak perusahaan i pada tahun t +1 ;
PTBI it = laba akuntansi sebelum pajak perusahaan i pada tahun t; LPABTD it = dummy variable , di mana “1” untuk perusahaan dengan LPABTD dalam quintile tertinggi
dan “0” untuk lainnya.
melalui regresi dengan menggunakan industry bahwa persistensi laba untuk perusahaan specific sample. Pada penelitian ini, penulis
dengan LPABTD baik yang bergerak di bidang membedakan sampel penelitian menjadi dua
manufaktur maupun non-manufaktur, lebih jenis industri berdasarkan JASICA index,
rendah dibandingkan dengan persistensi laba yaitu industri manufaktur dan industri non-
untuk perusahaan LPNBTD. Dengan kata lain, manufaktur. Menurut Sloan (1996), pengujian
perusahaan yang berada dalam subsampel ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa hasil
LPABTD memiliki kualitas laba yang lebih regresi sebelumnya robust dengan persoalan
rendah dibandingkan dengan perusahaan yang spesifikasi industri tersebut.
berada dalam subsampel LPNBTD. Dengan Dari hasil regresi yang disajikan demikian, model estimasi persistensi laba dalam Tabel 6, terlihat bahwa LPABTD sebagaimana tersaji dalam Tabel 4 robust untuk perusahaan baik yang bergerak di dengan persoalan spesifikasi industri. bidang manufaktur maupun non-manufaktur,
Pada Tabel 7, terlihat bahwa LPABTD berpengaruh negatif dan signifikan pada
untuk perusahaan baik yang bergerak di tingkat kepercayaan 99% terhadap persistensi
bidang manufaktur maupun non-manufaktur, laba. Berdasarkan hasil robustness test tersebut
juga berpengaruh negatif dan signifikan dapat diketahui bahwa persistensi laba untuk