ANALISIS DAMPAK KUALITAS KOMITE AUDIT TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN KUALITAS AUDIT SEBAGAI VARIABEL MODERASI
ANALISIS DAMPAK KUALITAS KOMITE AUDIT TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN KUALITAS AUDIT SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Nurul Mutmainnah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia nurul.mutmainnah@gmail.com
Ratna Wardhani
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia ratnawardhani@yahoo.com
Abstract
This research is aimed to examine the impact of audit committee quality measured by audit committee expertise, audit committee size, and number of meeting on the quality of company financial
reporting with an audit quality as a moderating variable. This research uses three measures for financial reporting quality which are persistency, predictability, and conservatism. The results of
this research show that audit committee quality affects financial reporting quality. Audit committee financial literacy significantly increase persistency and predictability of earnings. Size of audit
committee positively affects earnings persistency and negatively affects earnings predictability and conservatism. Number of audit committee meeting also significantly increase persistency, predictability of earnings, and conservatism. We find a mixed evidence on the moderating role of audit quality in the the relationship between audit committee quality and financial reporting
quality.
Keywords: Financial reporting quality, persistency, predictability, conservatism, audit committee.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh kualitas komite audit yang diukur dengan keahlian komite audit, ukuran komite audit, dan jumlah rapat terhadap kualitas pelaporan keuangan perusahaan dengan kualitas audit sebagai variabel moderasi. Penelitian ini menggunakan tiga ukuran kualitas pelaporan keuangan yaitu persistensi, prediktabilitas, dan konservatisme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas komite audit berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan. Keahlian komite audit di bidang keuangan secara signifikan meningkatkan persistensi dan prediktabilitas dari laba. Ukuran komite audit secara signifikan berpengaruh positif terhadap persistensi dan berpengaruh negatif terhadap prediktabilitas laba dan konservatisme. Jumlah rapat anggota komite audit juga secara signifikan berpengaruh positif terhadap persistensi, prediktabilitas
laba, dan konservatisme. Penelitian ini menemukan bukti yang berbaur atas efek moderasi dari kualitas audit terhadap hubungan antara kualitas komite audit dan kualitas pelaporan keuangan.
Kata kunci: kualitas pelaporan keuangan, persistensi, prediktabilitas, konservatisme, komite audit.
Nurul Mutmainnah dan Ratna Wardhani, Analisis Dampak Kualitas Komite Audit….. 148
PENDAHULUAN
poin mengenai keahlian anggota komite audit, komposisi, serta jumlah pertemuan komite
Implementasi tata kelola perusahaan audit menjadi semakin penting dan harus di Indonesia telah menunjukkan adanya dicantumkan dengan rinci. Peran komite audit perbaikan yang ditandai dengan semakin untuk membantu dewan komisaris dalam seriusnya regulator dalam mengeluarkan dan
mengawasi proses laporan keuangan dan menegakkan peraturan dan pedoman yang keseluruhan prosesnya semakin signifikan ada. Beberapa peraturan yang mendukung untuk membentuk perusahaan dengan kualitas
implementasi tata kelola perusahaan antara tata kelola yang baik (Wallace dan Zinkin
2005). Manfaat yang diperoleh atas kualitas Peraturan Bank Indonesia, Keputusan komite audit yang baik bisa memberikan
lain Peraturan Otoritas Jasa Keuangan 1 ,
Menteri BUMN, dan Pedoman Umum Good dampak yang baik kepada perusahaan ketika Corporate Governance. Hal ini ditandai ada peraturan yang kuat dan mengikat (Farber
dengan banyaknya poin-poin tambahan yang
dikemukakan dalam berbagai peraturan Berkembangnya peraturan yang men- tersebut terkait dengan peningkatan kualitas
jelaskan komite audit beserta fungsinya perangkat tata kelola perusahaan untuk setiap
dengan lebih detail akan berdampak kepada perusahaan yang ada.
proses audit di lingkungan perusahaan baik itu Pada akhir tahun 2012, pemerintah melalui
audit internal maupun eksternal. Sesuai fungsi Bapepam-LK mengeluarkan aturan baru yaitu
dan tujuan dibentuknya komite audit, proses Keputusan Ketua Bapepam-LK No. Kep-
pengawasan laporan keuangan, pemilihan 643/BL/2012 terkait dengan Pembentukan auditor serta biaya audit yang dikeluarkan akan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite bergantung kepada kualitas komite audit yang
Audit yang mengubah aturan yang sama yang dimiliki perusahaan (Rainsbury et al. 2009). dikeluarkan pada tahun 2004. Dalam peraturan
Adanya pengendalian dan audit internal tersebut terdapat persyaratan yang lebih ketat
yang baik akan membuat proses audit atas keanggotaan komite audit dan adanya tugas
eksternal yang dilakukan oleh kantor akuntan dan tanggung jawab yang lebih besar yang harus
publik berjalan lebih mudah dan tentunya ditanggung oleh komite audit. Aturan tersebut
akan sedikit berhubungan dengan jumlah mengindikasikan diperlukannya komite audit
biaya audit yang harus dikeluarkan untuk yang lebih kompeten dan peran komite audit
membayar auditor eksternal tersebut. Namun, dalam memastikan kualitas laporan keuangan
tidak semua yang berkaitan dengan laporan perusahaan menjadi semakin dibutuhkan.
keuangan bisa dipantau oleh komite audit Dengan adanya peningkatan pengaturan
di mana dalam proses pembuatan laporan tata kelola perusahaan tersebut, peran dan keuangan, manajemen yang mempunyai
fungsi komite audit membantu tugas dewan hak dan tanggung jawab paling besar dalam komisaris juga semakin diperjelas di mana
melakukan intervensi terhadap akuntan perusahaan (Iatridis 2011). Oleh karena itu,
1 Peraturan terkait corporate governance telah
pengaruh komite audit tidak secara mutlak
dikeluarkan oleh Bapepam-LK sejak tahun 2002 hingga
bisa tercermin dalam laporan keuangan
tahun 2012. Sejak 1 Januari 2013 fungsi penyusunan
perusahaan. Hubungan antara kualitas komite
peraturan dan pengawasan terhadap industri pasar modal, industri keuangan non-bank, dan bank beralih
audit dengan kualitas laporan keuangan suatu
dari Bapepam-LK ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
perusahaan dapat diperkuat dengan audit yang
OJK mempunyai fungsi menyelenggarakan sistem
berkualitas oleh auditor. Efektivitas komite
pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap
audit dalam menjalankan fungsi membantu
keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan. Dalam
dewan komisaris dalam menjaga kualitas
penelitian ini, mengingat aturan mengenai Corporate Governance dikeluarkan oleh institusi Bapepam-LK
laporan keuangan akan semakin baik dengan
pada saat itu, maka peraturan mengenai Corporate
adanya auditor yang memiliki kualitas yang
Governance mengacu pada peraturan Bapepam-LK.
tinggi.
149 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2013, Vol. 10, No. 2, hal 147 - 170
Penelitian ini bertujuan untuk meng- analisis pengaruh kualitas komite audit yang dilihat dari keahlian anggota komite audit di bidang akuntansi dan keuangan, jumlah anggota komite, dan jumlah pertemuan atau rapat komite audit terhadap kualitas laporan keuangan perusahaan. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengalisis pengaruh kualitas audit yang terkait dengan auditor eksternal terhadap hubungan antara kualitas komite audit dan kualitas laporan keuangan perusahaan.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sema- kin berkembangnya implementasi tata kelola perusahaan di Indonesia dan semakin ketatnya penegakan atas aturan yang berkaitan dengan tata kelola perusahaan. Oleh sebab itu penting untuk meneliti bagaimana dampak dari komite audit yang merupakan bagian yang cukup signifikan dalam implementasi tata kelola perusahaan dan berkaitan dengan pelaporan keuangan perusahaan terhadap kualitas laporan keuangan. Secara tidak langsung penelitian ini akan memberikan gambaran mengenai efektivitas dari penegakan regulasi terkait tata
kelola perusahaan oleh regulator. Berbeda dari Rainsbury et al. (2009) yang mengukur kualitas laporan keuangan dengan menggunakan tujuh dimensi yang digunakan Francis et al. (2004) beserta pengukuran yang dilakukan atas kebijakan akuntansi dan Qinghua et al. (2007) yang mengukur kualitas laporan keuangan dari ada atau tidaknya praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan, penelitian ini menggunakan tiga dari tujuh dimensi kualitas laporan keuangan yang diungkapkan oleh Francis et al. (2004), yaitu persistensi, prediktabilitas, dan konservatisme. Ketiga ukuran telah merepresentasikan dimensi kualitas laporan keuangan karena ketiga ukuran ini telah mencerminkan karakteristik kualitas sesuai dengan kerangka dasar konseptual dari laporan keuangan yaitu reabilitas (direpresentasikankan oleh persistensi dan konservatisme) dan relevansi (direpresentasikan oleh prediktabilitas).
Penelitian ini memberikan kontribusi dengan menambahkan pengukuran komponen
untuk melihat kualitas dari komite audit perusahaan yang telah digunakan oleh Rainsbury et al. (2009) yang menggunakan keberadaan anggota komite audit dengan keahlian di bidang akuntansi dan keuangan dengan memasukkan tambahan pengukuran kualitas komite audit yaitu jumlah anggota dan jumlah rapat komite audit. Dengan menambah variabel pengukuran kualitas komite audit, maka diharapkan penelitian ini dapat menjadi lebih komprehensif dalam mengukur kualitas komite audit. Lebih lanjut, penelitian ini memberikan kontribusi dengan menguji pengaruh variabel moderasi berupa kualitas audit untuk melihat apakah kualitas audit yang dihasilkan auditor eksternal dapat memperkuat peran komite audit dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan. Sepanjang pengetahuan penulis, pengaruh variabel kualitas audit sebagai moderasi antara hubungan komite audit dan kualitas laporan keuangan belum diteliti oleh peneliti sebelumnya. Peran moderasi kualitas audit tersebut sangat penting untuk diteliti mengingat komite audit harus bekerjasama dengan auditor dalam memantau proses pelaporan keuangan.
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Keagenan
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa terdapat dua mekanisme untuk mengatasi konflik keagenan yaitu mekanisme
pengikatan (bonding) dan mekanisme pengawasan (monitoring ). Konflik keagenan yang masih ada yang tidak dapat diatasi oleh kedua mekanisme tersebut disebut sebagai residual loss. Mekanisme pengikatan merupakan mekanisme yang mengikat agen sehingga dapat berperilaku yang sejalan dengan kepentingan prinsipal. Mekanisme ini dijalankan diantaranya melalui kebijakan kompensasi, penetapan KPI bagi manajemen, dan kepemilikan manajerial. Sedangkan mekanisme pengawasan dijalankan oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan
Nurul Mutmainnah dan Ratna Wardhani, Analisis Dampak Kualitas Komite Audit….. 150
terhadap agen. Mekanisme ini dapat berupa internal seperti melalui peran efektif dari
dewan komisaris (dalam struktur two tier) atau non-executive boards (dalam struktur one tier), komite audit, dan auditor internal, maupun secara eksternal yaitu oleh auditor, media,
dan regulator. Penelitian ini memfokuskan pada mekanisme yang erat kaitannya dengan laporan keuangan yaitu mekanisme
monitoring baik dari sisi internal yang direpresentasikan oleh komite audit maupun secara eksternal yang direpresentasikan oleh auditor. Hal ini dikarenakan kedua pihak tersebut memiliki peran yang sangat besar dalam proses pelaporan keuangan dan me- miliki pemahaman yang memadai atas laporan keuangan perusahaan.
Kualitas Laporan Keuangan
Laporan keuangan harus memiliki kualitas informasi yang baik sehingga bisa digunakan secara maksimal oleh para calon investor dan pengguna lainnya. Dalam penilaian kualitas laporan keuangan, ada dua kelompok besar atribut penilaian, yaitu atribut berbasis akuntansi dan atribut berbasis pasar (Francis et al. 2004). Atribut kualitas laporan keuangan berdasarkan akuntansi adalah kualitas akrual, persistensi, prediktabilitas, dan perataan laba. Kemudian atribut kualitas berdasarkan pasar adalah relevansi nilai, ketepatan waktu, dan konservatisme. Dalam penelitian ini, kualitas laporan keuangan diukur dari tiga atribut yang dikemukakan Francis et al. (2004) yaitu:
1. Persistensi Deskripsi dari persistensi laporan keuangan
perusahaan adalah bagaimana kondisi laba bisa berlanjut secara kontinu (earnings sustainability). Persistensi yang baik akan menunjukkan bahwa laba pada periode sekarang adalah refleksi dari periode masa lalu yang akhirnya berulang.
2. Prediktabilitas Prediktabilitas dari sebuah laporan keuangan adalah bagaimana kemampuan laba di masa sekarang mampu memprediksi kondisi perusahaan di periode yang akan datang berdasarkan nilai arus kas dari aktivitas operasi (De Chow 2004). Dalam
pengukurannya, kemampuan prediksi menggunakan komponen laba perusahaan tahun tertentu diskalakan dengan total aset yang dimiliki perusahaan. Prediktabilitas merupakan salah satu atribut yang memberikan kontribusi cukup besar dalam penilaian kualitas laporan keuangan dilihat dari aspek akuntansi (Fanani et al. 2007).
3. Konservatisme Konservatisme dapat didefinisikan sebagai
tendensi yang dimiliki oleh seorang akuntan yang mensyaratkan tingkat verifikasi yang
lebih tinggi untuk mengakui laba (good news in earnings) dibandingkan dengan mengakui rugi (bad news in earnings) (Basu 1997). Secara tradisional, konservatisme dalam akuntansi dapat diterjemahkan melalui pernyataan “tidak mengantisipasi keuntungan, tetapi mengantisipasi semua kerugian” (Bliss 1924 dalam Watts 2003a). Saat ini, konsep konservatisme itu sendiri lebih didekatkan dengan kehati-hatian atas ketidakpastian risiko yang ada (Ahmed 2002). Saat ini kerangka konseptual IFRS tidak lagi memasukkan konservatisme sebagai bagian dari karakteristik kualitatif dan menggantinya dengan prudency (diterjemahkan sebagai kehati-hatian).
Namun demikian perilaku konservatif ini dapat dikaitkan dengan sikap kehati-
hatian, sehingga penggunaan konservatif sebagai bagian dari dimensi kualitas laba tetap dapat digunakan (Watts 1993; Feltham dan Ohlson 1996; Basu 1997; Liu dan Ohlson 1999; Ahmed et al. 2000; Penman dan Zhang 2000; Beaver dan Ryan 2000; Givoly dan Hayn 2000; Watts 2003a dan b).
Komite Audit sebagai Bagian Mekanisme Corporate Governance
Dalam menjalani tugas pengawasannya, dewan komisaris dapat membentuk komite- komite yang akan membantu tugas-tugasnya. Berdasarkan Pedoman Umum Good Corporate Governance yang diterbitkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), terdapat beberapa jenis komite yang dapat dibentuk oleh dewan komisaris namun komite
151 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2013, Vol. 10, No. 2, hal 147 - 170
yang seringkali dijelaskan dalam poin khusus Kerja Komite Audit menyatakan bahwa dalam di sejumlah regulasi Indonesia adalah komite
menjalankan fungsinya, komite audit memiliki audit. Hal ini bisa dilihat dengan adanya tugas dan tanggung jawab antara lain sebagai peraturan khusus Bapepam-LK No. IX.1.5
berikut:
yang mengatur tentang komite audit beserta
a. Melakukan penelaahan atas informasi aktivitasnya serta pedoman seperti Pedoman
keuangan yang akan dikeluarkan Umum Good Corporate Governance yang
Emiten atau Perusahaan Publik kepada dikeluarkan oleh KNKG yang mengatur
publik dan/atau pihak otoritas antara tentang poin komite audit pada bagian sistem
lain laporan keuangan, proyeksi, audit perusahaan dan terpisah dari bagian
dan laporan lainnya terkait dengan dewan komisaris.
informasi keuangan Emiten atau Banyaknya anggota komite audit
perusahaan publik;
disesuaikan dengan ukuran dan kompleksitas
b. Melakukan penelaahan atas ketaatan dari perusahaan, dimana dalam banyak
terhadap peraturan perundang- peraturan (termasuk di Indonesia) misalkan
undangan yang berhubungan dengan Peraturan Bapepam-LK No. IX.1.5 diatur
kegiatan Emiten atau Perusahaan aturan minimum anggota komite audit
publik;
perusahaan adalah sebanyak tiga orang dan
c. Memberikan pendapat independen saran berdasarkan praktik terbaik dari Rezaee
dalam hal terjadi perbedaan pendapat (2004) menyatakan bahwa anggota komite
antara manajemen dan akuntan atas audit adalah setidaknya lima orang dimana hal
jasa yang diberikannya; tersebut merupakan hasil kajian Rezaee (2004)
d. Memberikan rekomendasi kepada atas praktik komite audit di berbagai negara.
dewan komisaris mengenai penun- Struktur komite audit berada di bawah dewan
jukan akuntan yang didasarkan komisaris dan bertugas membantu dewan
p a d a independensi, ruang lingkup komisaris untuk memastikan bahwa laporan
penugasan, dan fee;
e. Melakukan penelaahan atas keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum, struktur pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor pengendalian internal perusahaan dilaksanakan
internal dan mengawasi pelaksanaan tindak lanjut oleh direksi atas temuan
dengan baik, pelaksanaan audit internal dan
auditor internal;
eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan tindak lanjut temuan
f. Melakukan penelaahan terhadap aktivitas pelaksanaan manajemen
audit dilaksanakan oleh manajemen. risiko yang dilakukan oleh direksi, jika
Selain bertugas memastikan hal tersebut Emiten atau Perusahaan Publik tidak di atas, komite audit juga bertugas untuk memiliki fungsi pemantau risiko di
memproses dan memilih auditor eksternal bawah dewan komisaris; termasuk besaran imbal jasanya yang
g. Menelaah pengaduan yang berkaitan nantinya akan disampaikan kepada dewan dengan proses akuntansi dan keuangan komisaris. Selain itu, komite audit juga Emiten atau Perusahaan Publik; harus memperhatikan dan menilai kebijakan
h. Menelaah dan memberikan saran akuntansi dan keputusan-keputusan yang
kepada dewan komisaris terkait dengan terkait dengan kebijakan akuntansi tersebut
adanya potensi benturan kepentingan serta meneliti laporan keuangan yang meliputi
Emiten atau Perusahaan Publik; dan laporan paruh tahun, laporan tahunan, opini
i. Menjaga kerahasiaan dokumen, data auditor, serta laporan manajemen (Alijoyo dan
dan informasi Emiten atau Perusahaan Zaini 2004).
Publik.
Sedangkan Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. KEP-643/BL/2012 tentang
Terkait dengan tanggung jawabnya Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan yang erat dengan proses laporan keuangan,
Nurul Mutmainnah dan Ratna Wardhani, Analisis Dampak Kualitas Komite Audit….. 152
anggota dari komite audit harus mengerti laporan keuangan yang dikeluarkan oleh tentang keuangan, profesional, memenuhi perusahaan atas kewajaran penyajian laporan
kualifikasi sebagai seorang anggota, dan keuangan tersebut sehingga kualitas audit berfungsi independen untuk bisa secara
yang dilakukan akan berdampak pada opini efektif melaksanakan pekerjaannya (Rezaee
yang dikeluarkan di akhir masa penerbitan 2004). Penelitian terdahulu yang dilakukan
laporan audit. Kualitas audit yang tinggi harus oleh Dechow et al. (1996) menyebutkan bisa memastikan bahwa laporan keuangan bahwa perusahaan yang terkena skandal kasus
terhindar dari salah saji yang material akibat kecurangan laporan keuangan kemungkinan
kesalahan ataupun kecurangan sehingga besar tidak mempunyai komite audit atau kualitas laporan keuangan juga akan tinggi komite auditnya tidak bekerja secara (Wallace dan Zinkin 2005). efektif dan efisien dalam setiap rapat yang
dilaksanakan. Dengan adanya bantuan dari Pengembangan Hipotesis
komite audit sebenarnya bisa membantu
perusahaan meningkatkan integritas dan Pengaruh Kualitas Komite Audit terhadap transparansi laporan keuangan di mana Kualitas Laporan Keuangan Perusahaan.
komite audit bisa berperan sebagai penyalur Dalam melaksanakan tugasnya, anggota informasi keuangan kepada dewan komisaris
komite audit yang berada di bawah dewan serta mengurangi adanya informasi asimetris
komisaris harus independen dan tidak yang terjadi antara dewan direksi dan dewan
berusaha mewakili kepentingan salah satu komisaris (Rezaee 2004).
pihak dalam perusahaan. Penelitian terdahulu mengungkapkan bahwa komposisi anggota
Peran dan Kualitas Auditor Eksternal
komite audit yang independen akan berkorelasi Audit adalah proses akumulasi dan evaluasi
secara positif terhadap kualitas laporan bukti mengenai informasi untuk menentukan keuangan yang dihasilkan (Qinghua et al. 2006).
dan melaporkan tingkat kesesuaian antara Dalam hal persyaratan keanggotaan komite informasi yang diungkapkan perusahaan audit disyaratkan selain komite a udit bersifat
independen, komite audit juga harus memiliki dengan standar akuntansi yang berlaku umum
keahlian yang memadai. Keahlian komite audit (Arens 2009). Auditor eksternal adalah orang
yang menjalankan fungsi audit ini sehingga ini dibutuhkan dalam menjalankan beberapa jasa yang ditawarkan oleh auditor eksternal
fungsinya seperti melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan
adalah jasa assurance yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas informasi dari para Emiten atau Perusahaan Publik kepada
publik dan/atau pihak otoritas; melakukan pembuat keputusan. Dalam melaksanakan
penelaahan atas ketaatan terhadap peraturan jasa tersebut, auditor eksternal tidak hanya
perundang-undangan, memberikan pendapat memeriksa apakah penyajian laporan
independen dalam hal terjadi perbedaan keuangan sudah sesuai ketentuan tetapi juga
pendapat antara manajemen dan akuntan melihat kondisi pengendalian internal dalam
atas jasa yang diberikannya, memberikan perusahaan untuk kepentingan proses audit rekomendasi kepada dewan komisaris
selanjutnya. mengenai penunjukan akuntan, melakukan Peran dan tanggung jawab dari auditor
penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh eksternal sangat besar di mana hasil dari auditor internal dan mengawasi pelaksanaan
audit yang dilakukan merupakan akhir tindak lanjut, dan melakukan penelaahan dari reformasi tata kelola yang dilakukan
terhadap aktivitas pelaksanaan manajemen perusahaan dalam kurun waktu periode risiko yang dilakukan oleh direksi jika Emiten tertentu (McDaniel et al. 2002). Tujuan utama
atau Perusahaan Publik tidak memiliki fungsi dari auditor eksternal adalah memperbaiki pemantau risiko di bawah dewan komisaris
kualitas laporan keuangan perusahaan (Boone (Peraturan Bapepam dan LK No. KEP-643/ et al. 2010) dan mengeluarkan opini terhadap
BL/2012).
153 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2013, Vol. 10, No. 2, hal 147 - 170
Mengingat fungsi tersebut diatas sangat berkaitan dengan akuntansi dan keuangan,
maka apabila komite audit memiliki keahlian yang memadai untuk menjalankan fungsi- fungsi tersebut, maka kualitas laporan
keuangan perusahaan dapat menjadi lebih baik. Selain itu, komite audit merupakan komite yang ditugaskan untuk membantu dewan komisaris mengawasi kegiatan keuangan perusahaan, pengendalian internal yang dilakukan oleh perusahaan terkait operasional maupun keuangan, serta terlibat langsung dalam proses pemilihan auditor eksternal yang akan digunakan perusahaan dalam kurun waktu tertentu. Untuk bisa menilai pemilihan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh manajemen merupakan sebuah keharusan bagi anggota komite audit untuk memiliki kemampuan analisis yang baik di bidang terkait dengan laporan keuangan untuk bisa menghasilkan laporan keuangan yang benar-benar akuntabel dan transparan (Rezaee 2004). Selanjutnya, penelitian terdahulu juga menunjukkan bahwa komite audit dengan tingkat keahlian di bidang akuntansi dan keuangan akan berpengaruh positif terhadap kualitas informasi keuangan yang disajikan
perusahaan (McDaniel et al. 2004). Oleh karena itu, rumusan hipotesis yang dapat diajukan adalah:
H1: Keahlian anggota komite audit di bidang akuntansi dan keuangan berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan perusahaan.
Banyaknya anggota komite audit dalam sebuah perusahaan ada baiknya disesuaikan dengan ukuran dan kompleksitas dari perusahaan itu sendiri. Meskipun demikian, beberapa peraturan di Indonesia seperti Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 serta Peraturan Bapepam-LK No.IX.1.5 mengatur bahwa jumlah minimum anggota komite audit perusahaan adalah sebanyak tiga orang. Sedangkan Rezaee (2004) menyampaikan saran praktik terbaik yang spesifik terkait dengan jumlah anggota komite audit yaitu setidaknya berjumlah lima orang. Penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Lin et al. (2006) menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah anggota komite audit dalam sebuah perusahaan, maka kesalahan dalam laporan keuangan akan semakin kecil. Dengan semakin banyaknya anggota komite audit dalam suatu perusahaan, cakupan dalam aspek monitoring terhadap risiko-risiko yang dihadapi perusahaan menjadi lebih baik. Hal ini tentunya akan meningkatkan kualitas laporan keuangan. Oleh karena itu, rumusan hipotesis yang dapat diajukan adalah:
H2: Jumlah anggota komite audit ber-
pengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan perusahaan.
Dalam melaksanakan tugasnya, anggota komite audit harus melakukan koordinasi antar sesama anggota dan membahas temuan-temuan dari pengawasan dan analisis yang dilakukan terkait dengan Laporan Keuangan perusahaan. Frekuensi rapat dari komite audit harus dicantumkan dalam Laporan Tahunan sesuai dengan Peraturan Bapepam-LK No. Kep-134/ BL/2006 sehingga kewajiban komite audit untuk melakukan pertemuan dalam setahun merupakan hal yang tidak bisa diganggu gugat. Hasil penelitian Tiras (2004) menyatakan bahwa komite audit yang mengadakan rapat atau pertemuan secara teratur akan berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan perusahaan. Adapun jumlah rapat atau pertemuan disepakati bersama antara anggota sesuai dengan kebutuhan pembahasan atau agenda yang akan dilakukan. Jumlah rapat ini pada prinsipnya memproksi kualitas dari monitoring yang dilakukan oleh komite audit. Tingginya intensitas rapat komite audit ini merepresentasikan proses monitoring yang dilakukan. Oleh karena itu, dengan semakin tingginya intensitas rapat yang dilakukan oleh komite audit, maka kualitas monitoring yang dijalankan semakin baik dan hal tersebut akan meningkatkan kualitas laporan keuangan perusahaan. Oleh karena itu, rumusan hipotesis yang dapat diajukan adalah:
H3: Jumlah rapat komite audit ber- pengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan perusahaan.
Nurul Mutmainnah dan Ratna Wardhani, Analisis Dampak Kualitas Komite Audit….. 154
Pengaruh Kualitas Audit terhadap Hubungan
diperselisihkan tersebut dan kemampuan
antara Kualitas Komite Audit dan Kualitas
komunikasi baik dengan manajemen maupun
Laporan Keuangan Perusahaan.
dengan komite audit. Oleh karena itu, rumusan Dalam melakukan pekerjaannya untuk
hipotesis yang dapat diajukan adalah: mengawasi proses laporan keuangan dalam
H4: Tipe auditor eksternal yang digunakan
perusahaan, komite audit juga harus sering
perusahaan (big four atau non big four)
terlibat dengan auditor eksternal dimana harus
memperkuat hubungan positif antara
dilakukan rapat berkala antara kedua pihak
kualitas komite audit dan kualitas
tersebut terkait dengan kebijakan dan praktik
laporan keuangan perusahaan.
akuntansi yang penting (Wallace dan Zinkin
2005). Untuk menghasilkan kualitas audit H5: Spesialisasi industri yang dimiliki
yang tinggi, proses penunjukan, kompensasi,
oleh auditor eksternal memperkuat
dan pengawasan atas auditor eksternal harus
hubungan positif antara kualitas
dilaksanakan dengan hati-hati dan penuh
komite audit dan kualitas laporan
pertimbangan.
keuangan perusahaan.
Sebagai bagian dari fungsi monitoring eksternal, auditor yang berkualitas akan
METODE PENELITIAN
membantu tugas pengawasan atas laporan keuangan yang dijalankan oleh komite audit.
Data dan Pemilihan Sampel
Auditor yang berkualitas tinggi dan memiliki Data yang digunakan dalam penelitian pemahaman yang baik terhadap industri merupakan data laporan tahunan perusahaan perusahaan akan mendukung tugas komite audit
dan laporan k euangan yang terdaftar di Bursa dalam menjaga kualitas laporan keuangan.
Efek Indonesia. Data laporan keuangan Auditor yang melakukan spesialisasi di salah
diperoleh dari Reuters Knowledge sedangkan satu industri cenderung lebih cepat tanggap
data berupa laporan tahunan perusahaan dan solutif dalam melakukan prosedur audit
diperoleh dari situs resmi perusahaan masing- yang seharusnya dilaksanakan. Hal terkait masing, situs BEI (www.idx.co.id), serta
dengan pengalaman dan jam terbang ini akan
Reuters 3000 Xtra.
membantu komite audit dalam melakukan Penelitian yang dilakukan ini meng- dan meningkatkan kualitas pengawasan dan
gunakan metode purposive sampling dalam pengendalian atas laporan keuangan.
pemilihan sampel penelitiannya. Adapun Penjelasan diatas menunjukkan bahwa
kriteria yang digunakan untuk menentukan ukuran KAP dan spesialisasi auditor merupa-
sampel yang ada yaitu:
kan dimensi dari kualitas audit. Kualitas 1. Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. audit yang tinggi akan memperkuat fungsi
2. Perusahaan yang terdaftar memiliki akhir monitoring yang dijalankan oleh komite
tahun fiskal 31 Desember. audit. Dengan kualitas audit yang tinggi
3. Perusahaan tidak termasuk dalam sektor maka komite audit akan terbantu dalam
keuangan, properti, dan infrastruktur. menjalankan pengawasan dengan lebih baik
4. Perusahaan yang mempunyai data laporan dan meningkatkan pengendalian atas laporan tahunan dan laporan keuangan lengkap keuangan. Lebih lanjut, Krishnamoorthy et al. terutama untuk aspek profil komite audit (2008) juga menyatakan bahwa komite audit serta informasi keuangan. dapat lebih efektif dalam mengkonfrontir
5. Perusahaan yang mempunyai kelengkapan manajemen ketika proses penyelesaian data keuangan dari tahun 2007-2010 perselisihan terkait pelaporan keuangan untuk melakukan perhitungan variabel bila didukung oleh auditor yang berkualitas konservatisme yang diukur dari akrual karena auditor yang berkualitas akan memiliki
non operasional.
pemahaman yang baik terhadap masalah yang
155 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2013, Vol. 10, No. 2, hal 147 - 170
Model Penelitian
Untuk mengukur persistensi akan Model yang digunakan dalam penelitian
menggunakan persamaan yang menghitung ini adalah adaptasi dari model penelitian koefisien regresi dari laba per lembar saham Rainsburry et al. (2009) yang telah dimodifi-
periode sekarang terhadap laba per lembar kasi dengan pengubahan pengukuran variabel
saham periode lalu (Fanani et al. 2007) yang independen kualitas laporan keuangan dan merupakan modifikasi dari pengukuran yang tambahan variabel moderasi yang me-
dilakukan Francis et al. (2004). Francis et mengaruhi hubungan kualitas komite audit al. (2004) menyatakan bahwa ukuran ini dengan kualitas laporan keuangan perusahaan
menangkap keberlanjutan dari laba (earnings yaitu kualitas audit. Kualitas audit yang ada
sustainability). Indikator kualitas dari model dirinci kembali menjadi dua aspek yaitu tipe
ini adalah jika koefisien regresi yang muncul auditor eksternal yang digunakan (big four/non
pada laba per lembar saham rendah maka big four), dan ada atau tidaknya spesialisasi
menunjukkan kualitas yang rendah. Model yang dilakukan auditor eksternal. Model pengukuran dimensi persistensi adalah sebagai penelitian ini dijabarkan dalam tiga dimensi
berikut:
pengukuran kualitas Laporan Keuangan yang
EPS
= α 0 +α 1 EPS jt-1 +ε j ………….... (1)
digunakan yaitu persistensi, prediktabilitas, dan
jt
konservatisme. Penelitian ini menggunakan dimana: variabel tingkat hutang (LEV), klasifikasi
EPS jt = Earnings Per Share (Laba Per apakah perusahaan mengalami kerugian atau
Saham) perusahaan j di tahun t, tidak (LOSS), dan ukuran perusahaan (SIZE)
yang dihitung dengan membagi sebagai variabel pengendali dalam menguji
laba sebelum pos akun luar biasa pengaruh komite audit dan peran moderasi
perusahaan j di tahun t dengan kualitas audit terhadap kualitas laba, baik
jumlah rata-rata tertimbang saham yang diukur dengan menggunakan persistensi,
perusahan j yang beredar pada prediktabilitas, maupun konservatisme. Ketiga
tahun t.
variabel pengendali ini digunakan pada EPS jt-1 = Earnings Per Share (Laba Per semua model penelitian karena penelitian ini
Saham) perusahaan j di tahun t-1, menggunakan persistensi, prediktabilitas, dan
yang dihitung dengan membagi konservatisme sebagai proksi dari ukuran
laba sebelum pos akun luar biasa kualitas laba sehingga ketiga variabel tersebut
perusahaan j di tahun t-1 dengan secara konsep merupakan variabel pengendali
jumlah rata-rata tertimbang saham untuk kualitas laba. LEV mencerminkan
perusahan j yang beredar pada tahun ikatan antara perusahaan dan krediturnya,
t-1
dimana perusahaan akan terikat dengan debt Persamaan 2 yang digunakan sebagai covenant, sehingga perusahaan dituntut untuk
model untuk menguji hipotesis 1 sampai menyajikan laporan keuangan lebih berkualitas
hipotesis 3 dengan menggunakan persistensi (Velury dan Jenkins 2006; Wardhani 2009).
sebagai salah satu dimensi kualitas laporan LOSS mencerminkan kondisi kesehatan keuangan adalah sebagai berikut:
perusahaan, dimana menurut Velury dan EPS
jt =α 0 +α 1 EPS jt-1 +α 2 EPS jt-1 * ACEXP jt Jenkins (2006) perusahaan yang sehat akan + α 3 EPS jt-1 * ACSIZE jt + α 4 EPS cenderung menyajikan laporan keuangannya
jt-1 * ACMEET jt + α 5 EPS jt-1 *
dengan lebih berkualitas. Sedangkan SIZE AUDQUAL jt + α 6 EPS jt-1 * LEV jt mengendalikan dampak ukuran perusahaan,
+ α 7 EPS jt-1 * LOSS jt + α 8 EPS jt-1 *
dimana perusahaan yang besar akan cenderung SIZE jt +α 9 ACEXP jt +α 10 ACSIZE jt untuk menyajikan laporan keuangan yang
+α 11 ACMEET jt +α 12 AUDQUAL jt +
baik salah satunya untuk menjaga reputasinya
α 13 LEV jt + α 14 LOSS jt + α 15 SIZE jt +
(Velury dan Jenkins 2006).
α 16 DYEAR jt +ε jt ……..........…. (2)
Nurul Mutmainnah dan Ratna Wardhani, Analisis Dampak Kualitas Komite Audit….. 156
Persamaan 3 yang digunakan sebagai model Dimensi lain yang digunakan untuk untuk menguji hipotesis 4 dan hipotesis 5
mengukur kualitas laporan keuangan adalah dengan menggunakan persistensi sebagai salah
prediktabilitas yaitu bagaimana informasi laba satu dimensi kualitas laporan keuangan adalah
yang ada dalam laporan keuangan sekarang bisa sebagai berikut:
memprediksi laba di masa yang akan datang. Untuk mengukur prediktabilitas suatu laporan
EPS jt = β 0 +β 1 EPS jt-1 +β 2 EPS jt-1
* ACEXP jt +β 3 EPS jt-1 * ACSIZE jt euangan adalah dengan menghitung koefisien
+β regresi net income before extraordinary items
4 EPS jt-1 * ACMEET jt
terhadap aliran kas perusahaan dari aktivitas +β
4 EPS jt-1 * AUDQUAL jt
operasi yang telah sebelumnya diskalakan +β
5 EPS jt-1 * ACEXP jt dengan total asset (Dechow 1994). Bila
* AUDQUAL jt +β 6 EPS jt-1
* ACSIZE jt * AUDQUAL jt indikator menunjukkan koefisien yang rendah
pada net income before extraordinary items +β
7 EPS jt-1 * ACMEET jt di periode sebelumnya maka kualitas laporan
* AUDQUAL jt +β 8 EPS jt-1 * LEV jt
keuangan perusahaan bisa dibilang rendah +β
9 EPS jt-1 * LOSS jt +β 10 EPS jt-1
* SIZE jt +β 11 ACEXP jt
atau tidak terlalu baik.
+β 12 ACSIZE jt +β 13 ACMEET jt
+β 14 AUDQUAL jt
+β 15 LEV jt +β 16 LOSS jt +β 17 SIZE jt
18 DYEAR jt β 19 DYEAR jt di mana:
+ε jt …...………………………(3)
= Aliran kas aktivitas operasi dimana:
CFO jt+1
perusahaan j di tahun EPS jt = Laba Per lembar saham
mendatang
perusahaan j pada tahun t NIBE jt = Laba perusahaan sebelum pos EPS jt-1
= Laba per lembar saham akun luar biasa perusahaan j perusahaan j pada tahun t-1
di tahun t
ACEXP jt = Latar belakang pendidikan Total Asset jt = Total asset perusahan j pada akuntansi dan keuangan
tahun t
komite audit perusahaan j pada tahun t
Persamaan 5 yang digunakan sebagai model ACSIZE jt = Jumlah anggota komite audit
untuk menguji hipotesis 1 sampai 3 dengan yang ada dalam perusahaan
menggunakan prediktabilitas sebagai salah perusahaan j pada tahun t
satu dimensi kualitas laporan keuangan adalah ACMEET jt = Jumlah meeting yang diada-
sebagai berikut:
kan oleh komite audit CFO jt+1 = γ 0 +γ 1 NIBE jt +γ 2 NIBE jt perusahaan j pada tahun t
* ACEXP jt +γ 3 NIBE jt AUDQUAL jt = Kualitas audit perusahaan
* ACSIZE jt +γ 4 NIBE jt yang diukur dengan BIG4 * ACMEET jt +γ 5 NIBE jt
dan SPES (Spesialisasi) * AUDQUAL jt +γ 6 NIBE jt perusahaan j pada tahun t
* LEV jt +γ 7 NIBE jt * LOSS jt LEV jt
= Proporsi total asset perusa- +γ 8 NIBE jt * SIZE jt haan yang dibiayai oleh
+γ 9 DYEAR jt +ε j …............. (5)
hutang perusahaan j pada tahun t
Persamaan 6 yang digunakan sebagai model LOSS jt = Kerugian perusahaan j pada
untuk menguji hipotesis 4 dan 5 dengan tahun t
menggunakan prediktabilitas sebagai salah SIZE jt = Ukuran perusahaan j pada
satu dimensi kualitas laporan keuangan adalah tahun t
sebagai berikut:
157 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2013, Vol. 10, No. 2, hal 147 - 170
CFO jt+1 = δ 0 +δ 1 NIBE jt +δ 2 NIBE jt Persamaan 7 yang digunakan sebagai * ACEXP jt +δ 3 NIBE jt model untuk menguji hipotesis 1 sampai 3 * ACSIZE jt +δ 4 NIBE jt dengan menggunakan konservatisme sebagai * ACMEET jt +δ 5 NIBE jt salah satu dimensi kualitas laporan keuangan * AUDQUAL jt +δ 6 NIBE jt adalah sebagai berikut:
* ACEXP jt * AUDQUAL jt
+δ 7 NIBE jt * ACSIZE jt KONS jt
= ζ 0 + ζ 2 ACEXP jt + ζ 3 ACSIZE jt * AUDQUAL jt +δ 8 NIBE jt + ζ 4 ACMEET jt + ζ 5 LEV jt * ACMEET jt * AUDQUAL jt + ζ 6 LOSS jt + ζ 7 SIZE jt
+δ 9 NIBE jt * LEV jt +δ 10 NIBE jt + ζ 8 DYEAR jt + ε jt ..........… (7)
* LOSS jt +δ 11 NIBE jt * SIZE jt
+δ 12 DYEAR jt +ε jt ................. (6)
Persamaan 8 yang digunakan sebagai model untuk menguji hipotesis 4 dan 5 dengan
di mana: menggunakan konservatisme sebagai salah CFO jt+1 = Kualitas Laporan Keuangan yang
satu dimensi kualitas laporan keuangan adalah diukur dari prediktabilitas sebuah
sebagai berikut:
informasi yang terdapat dalam Laporan Keuangan dengan proksi
KONS jt = η 0 + η 2 ACEXP jt + η 3 ACSIZE jt arus kas dari aktivitas operasi di
+ η 4 ACMEET jt + η 5 ACEXP jt periode mendatang dibagi dengan
* AUDQUAL jt + η 6 ACSIZE jt total asset periode sekarang
* AUDQUAL jt + η 7 ACMEET jt NIBE jt = Laba perusahaan sebelum pos
* AUDQUAL jt + η 8 LEV jt akun luar biasa di periode
+ η 9 LOSS jt + η 10 SIZE jt sekarang dibagi dengan total asset
+ η 11 DYEAR jt + ε jt .................. (8)
perusahaan di periode sekarang
di mana:
KONS
= Konservatisme yang dihitung dengan rata-rata non operating
Dimensi terakhir yang digunakan dalam
jt
mengukur kualitas laporan keuangan adalah accrual yang diskalakan dengan konservatisme. Pengukuran yang digunakan total aset perusahaan dalam kurun untuk mengukur konservatisme dalam waktu tiga tahun dengan nilai pada sebuah laporan keuangan adalah dengan tahun t sebagai nilai tengah. menggunakan rata-rata dari akumulasi negative
nonoperating accruals selama kurun waktu
Operasionalisasi Variabel
tiga tahun terhadap perusahaan-perusahaan non keuangan, properti dan infrastruktur yang Dalam penelitian ini ada tiga jenis variabel
yang digunakan, yaitu:
listed (Givoly dan Hayn 2000). Penggunaan
Variabel Dependen
ukuran ini berdasarkan pemahaman bahwa akuntansi yang negatif merupakan hasil Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
dari akrual negatif yang persisten. Semakin kualitas laporan keuangan yang berhubungan negatif tingkat akrual rata-rata selama dengan kinerja keseluruhan perusahaan yang
dapat tergambarkan dari laba yang diperoleh periode tertentu, maka prinsip akuntansi yang (Fanani et al. 2007) . Informasi laporan digunakan semakin konservatif. Tujuan dari keuangan dikatakan berkualitas jika laba tahun perata-rataan selama periode tertentu adalah
untuk memitigasi dampak dari nilai akrual berjalan berasosiasi secara kuat dengan arus yang besar yang bersifat temporer (Wardhani kas operasi di masa yang akan datang (Dechow
2008) karena akrual memiliki kecenderungan dan Dichev 2002) . Dengan kata lain, fokus
untuk membalik pada periode satu hingga dua kualitas laporan keuangan dalam penelitian tahun (Richardson et al. 2005).
ini terkait dengan sifat-sifat laporan keuangan, yaitu:
Nurul Mutmainnah dan Ratna Wardhani, Analisis Dampak Kualitas Komite Audit….. 158
a. Persistensi waktu tersebut digunakan untuk menangkap Pengukuran persistensi laporan keuangan
gambaran praktik konservatisme yang baru menggunakan persamaan regresi laba per
dapat terlihat secara jangka panjang. lembar saham periode sekarang dan periode lalu yang terdapat dalam penelitian Francis
Variabel Independen
et al. (2004) yang kemudian dimodifikasi Variabel independen dalam penelitian ini oleh Fanani et al. (2007) dengan fokus
terdiri dari variabel independen utama dan kepada pengaruh informasi laba per lembar
variabel independen pengendali. Ada tiga saham periode lalu terhadap laba per lembar
variabel independen utama yang digunakan saham periode sekarang. Koefisien yang
dalam penelitian ini yaitu latar belakang didapatkan dari hasil regresi menunjukkan
keuangan atau akuntansi yang dimiliki oleh seberapa besar persistensi laba dari periode
anggota komite audit, jumlah anggota komite lalu ke periode sekarang dan apakah ada
audit serta jumlah rapat yang diadakan komite kontinuitas laba yang terjadi.
audit dalam setahun.
1. Untuk variabel independen keahlian Pengukuran yang digunakan adalah
b. Prediktabilitas
akuntansi dan keuangan anggota komite dengan melihat koefisien dari regresi yang
audit merujuk kepada riwayat pendidikan dilakukan atas laba sebelum pos akun luar
dan pengalaman kerja di bidang akuntansi biasa periode t terhadap arus kas aktivitas
atau keuangan yang datanya diambil dari operasi perusahaan t+1 yang diskalakan
laporan tahunan perusahaan. Komite audit dengan total asset (Dechow 1994).
dinyatakan memiliki keahlian di bidang
c. Konservatisme akuntansi dan keuangan ketika memenuhi Pengukuran konservatisme laporan
salah satu dari kriteria berikut: keuangan perusahaan menggunakan
a. memiliki latar belakang pendidikan di persamaan yang menghitung rata-rata dari
bidang akuntansi dan/atau keuangan. non operating accrual dibagi total aset
Latar bekalang pendidikan tersebut selama tiga tahun terhadap perusahaan-
dilihat dari jenjang pendidikan baik perusahaan non keuangan, properti, dan
level pada S1, S2, atau S3. infrastruktur yang terdaftar (Givoly dan
b. memiliki pengalaman kerja di bidang Hayn 2000). Rumus dalam mencari non
akuntansi dan/atau keuangan operating accrual adalah sebagai berikut:
Variabel keahlian anggota komite audit di bidang akuntansi dan keuangan ini
Total accruals (before depreciation): dinyatakan dalam bentuk persentase dari (Net Income + Depreciation) – Cash Flow
jumlah anggota komite audit yang memiliki from Operations
keahlian dibagi dengan total keseluruhan anggota komite audit.
2. Variabel independen lainnya yaitu jumlah Total accruals (before depreciation) –
Nonoperating accruals:
anggota komite audit didapat dari informasi (∆accounts receivable + ∆inventories +
yang ditampilkan dalam laporan tahunan ∆prepaid expenses - ∆accounts payable -
perusahaan.
∆taxes payable
3. Variabel independen jumlah rapat komite audit yang dilakukan dalam satu periode
Nilai non operating accrual yang digunakan juga berasal dari informasi kegiatan komite adalah nilai rata-rata non operating accrual
audit yang ditampilkan dalam laporan perusahaan selama tiga tahun dengan
tahunan perusahaan.
nilai tengah pada periode t, dikali dengan -1 untuk memastikan bahwa nilai positif Penelitian ini menggunakan dua variabel moderasi yang terdiri dari tipe auditor eksternal
mengindikasikan konservatisme yang lebih ditinjau dari big four atau non big four dan
tinggi (Wardhani 2008). Penggunaan periode
159 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2013, Vol. 10, No. 2, hal 147 - 170
spesialisasi industri yang dilakukan auditor Dhaliwal, Lee, dan Fargher (1991); Smith eksternal.
dan Watts (1992); dan Richardson (1998
1. Tipe auditor eksternal yang digunakan
dalam Siregar 2005).
oleh perusahaan diklasifikasikan menjadi
2. Size, diukur dari logaritma natural atas total dua tipe yaitu big four dan non big four.
asset yang dimiliki perusahaan (Lin dan Liu Informasi mengenai auditor ini didapat
2009). Data besarnya total aset didapat dari dari laporan keuangan perusahaan yang
laporan keuangan perusahaan. telah diaudit. Untuk pengukurannya,
3. Loss, diukur dari ada atau tidaknya kerugian setiap perusahaan dengan auditor big four
yang dialami perusahaan dalam kurun akan diberikan skor 1 sedangkan untuk
waktu tertentu. Jika perusahaan mengalami non big four diberikan skor 0. KAP yang
kerugian maka diberikan skor 1 dan 0 jika termasuk sebagai big four adalah Ernst &
perusahaan tidak mengalami kerugian atau Young, Pricewaterhouse Cooper, Deloitte,
dengan kata lain mendapatkan profit. dan KPMG.
4. DYEAR, skor 1 akan diberikan pada tahun
2. Variabel moderasi berikutnya yaitu 2009 dan 0 diberikan untuk tahun 2008. spesialisasi industri dioperasionalisasikan dengan melihat dominasi jumlah klien
ANALISIS HASIL PENELITIAN
kantor akuntan publik per masing-masing sektor industri yang mana sektor industri
Hasil Pemilihan Sampel
tersebut merupakan pemasok terbesar Sampel yang digunakan dalam penelitian
dalam pendapatan jasa audit (Herusetya ini adalah perusahaan non keuangan, properti, 2009). Perusahaan yang berada di sektor dan infrastruktur yang listed di Bursa Efek tiga teratas dalam proporsi jumlah klien Indonesia pada kurun waktu 2008 dan 2009 kantor akuntan publik akan mendapat
nilai 1 sedangkan ketika perusahaan yang memuat secara lengkap informasi yang tidak berada di salah satu tiga sektor dibutuhkan dalam penelitian. Pemilihan teratas dalam proporsi klien maka nilai
industri ini dilakukan karena perusahaan perusahaan adalah 0. Penetapan tiga keuangan, properti, dan infrastruktur
sektor industri teratas tersebut merupakan memiliki karakteristik yang berbeda dalam pertimbangan atas jumlah dan komposisi
laporan keuangannya terutama dalam sisi perusahaan di masing-masing industri konservatisme yang dilihat dari non operating di Indonesia. Informasi jumlah klien per
accrual perusahaan. Sedangkan untuk tiap sektor dalam kantor akuntan publik
pemilihan tahun yang dibatasi pada tahun 2008 tersebut didapat dari laporan tahunan
dan 2009, disebabkan adanya keterbatasan data kantor akuntan publik tahun 2009 yang
yang tersedia, yaitu untuk pengujian dengan dikeluarkan oleh Pusat Pembinaan dua tahun, penelitian data yang digunakan Akuntan dan Jasa Penilai.
harus dalam kurun waktu empat tahun karena Variabel independen pengendali atau faktor adanya variabel konservatisme yang kontrol yang digunakan dalam penelitian diukur dari non operating accrual selama
ini mengacu kepada model penelitian yang tiga tahun. Laporan tahunan yang merupakan dikembangkan oleh Rainsbury et al. (2009),
sumber variabel independen utama diperoleh yaitu:
dari situs resmi perusahaan dan Reuters Xtra
1. Leverage, diukur dari hasil bagi total sedangkan laporan keuangan untuk sumber liabilitas perusahaan dengan total aset yang
variabel dependen, moderasi, dan kontrol dimiliki. Data total liabilitas dan total aset
didapat dari Reuters Knowledge. Pada yang digunakan untuk menghitung rasio
prosedur pemilihan sampel, perusahaan yang leverage ini didapat dari laporan keuangan
memenuhi syarat kecukupan informasi dalam perusahaan (Velury dan Jenkins 2006;
kurun waktu 2008 dan 2009 adalah sejumlah
Nurul Mutmainnah dan Ratna Wardhani, Analisis Dampak Kualitas Komite Audit….. 160
200 perusahaan. Tabel 1 menunjukkan ikhtisar rata-rata menghasilkan nilai yang positif dan pemilihan sampel.
tingkat standar deviasi yang sangat tinggi. Hal ini mengungkapkan bahwa sebagian
Tabel 1
besar sampel perusahaan mempunyai angka
Ikhtisar Pemilihan Sampel
net income yang positif, terlepas dari nilai
EPS yang cenderung sangat terdeviasi yang
Jumlah perusahaan yang listed
kemungkinan besar dikarenakan perbedaan
BEI
net income before extraordinary items
Perusahaan Sektor Keuangan,
(NIBE) dan jumlah saham yang beredar di
Properti, dan Infrastruktur Perusahaan dengan informasi
pasar. Nilai variabel CFOt+1 secara rata-rata
menghasilkan nilai yang positif dengan tingkat
yang tidak lengkap untuk data-
data yang dibutuhkan
variasi yang rendah. Hal ini berarti sebagian
Sampel dengan outlier yang (2)
besar sampel perusahaan memiliki arus kas
sangat besar
yang positif selama periode observasi. Variabel
Total sampel yang digunakan
84 lain yaitu NIBE memiliki nilai rata-rata yang
Total sampel
juga positif yang mengindikasikan bahwa sebagian besar perusahaan yang dijadikan
Statistik Deskriptif
sampel memiliki laba positif dan tidak sedang Tabel 2 menunjukkan statistik deskriptif
mengalami kerugian finansial. Variabel CONS variabel-variabel yang terdapat dalam model
secara rata-rata menunjukkan nilai yang penelitian. Statistik deskripti f pada tabel positif. Hal ini berarti rata-rata perusahaan
tersebut adalah berdasarkan data yang telah yang digunakan sebagai sampel penelitian mengalami penanganan atas outlier. Sampel
memiliki kecenderungan untuk menerapkan yang memiliki data outlier sangat besar (diatas
kebijakan akuntansi yang konservatif dalam
5 kali standar deviasi) dikeluarkan, kemudian
perusahaannya.
data diwinsorize dengan acuan rata-rata ± Nilai rata-rata variabel ACEXP menun-
3 kali standar deviasi. Berdasarkan Tabel 2, jukkan angka yang tinggi dengan standar nilai variabel EPS tahun t dan tahun t-1 secara
deviasi yang rendah yang berarti bahwa
Tabe l2
Statistik Deskriptif