5. WACHIDATUL FITRIYAH Siti Sholikhah Moh Saifudin. 33 43

  

PENGARUH PEMBERIAN HEALTH EDUCATION (PENDIDIKAN KESEHATAN) PADA

KELUARGA TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DALAM MERAWAT

SALAH SATU ANGGOTANYA MENGALAMI SKIZOFRENIA

DI KEC. TIKUNG KAB.LAMONGAN

  

Wachidatul Fitriyah*, Siti Sholikhah**, Moh Saifudin***

ABSTRAK

…………......……….…… …… . .…. …… … ......………. …… …… . .….

  Masih banyak keluarga yang kurang memahami tentang perawatan pada pasien skizofrenia. Health

  

education (pendidikan kesehatan) merupakan suatu bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan

  pada perilaku, agar tersebut konduktif untuk kesehatan. Skizofrenia merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku yang aneh dan terganggu. Dalam melakukan perawatan pada pasien skizofrenia peran kelurga sangatlah penting. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian health education (pendidikan kesehatan) pada keluarga terhadap peningkatan pengetahuan dalam merawat salah satu anggotanya mengalami skizofrenia Di Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra eksperimenc one group pre-test-post-test

  

design dengan menggunakan teknik sampling cosecutive sampling. Dengan sampel sebanyak 20

  keluarga. Data penelitian ini diambil dengan menggunakan koesioner tertutup. Setelah ditabulasi data yang ada dianalisa dengan menggunakan uji wilcoxon signed rank test dengan tingkat kemaknaan P = <0,05. Setelah dilakukan uji statistik didapatkan nilai Z = -3,357 dan P = 0,001 dimana H diterima artinya ada pengaruh pemberian health education (pendidikan kesehatan) pada keluarga terhadap peningkatan pengetahuan dalam merawat salah satu anggotanya mengalami skizofrenia di Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan. Dari hasil penelitian diatas diharapkan pengetahuan keluarga dalam merawat anggotanya yang mengalami skizofrenia meningkat sehingga keluarga dapat melaksanakan tugas-tugas keluarga terutama tugas dalam bidang kesehatan.

  Kata kunci : Health education, Skizofrenia, Peran keluarga PENDAHULUAN

  unik. Definisi tentang keluarga tersebut . …… . … … . menegaskan bahwa hakikat dari keluarga

  Skizofrenia merupakan suatu penyakit

  adalah relasi yang terjalin antara individu yang mempengaruhi otak dan menyebabkan yang merupakan komponen dalam timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, keluarganya. Setiap anggota keluarga dan perilaku yang aneh dan terganggu (Sheila berhubungan satu sama lain. Dalam relasi

  L. Videbeck, 2008: 348). Skizofrenia bisa yang saling terkait ini, dapat dipahami bahwa mengenai siapa saja, dari berbagai bangsa, bila sesuatu menimpa atau dialami oleh salah negara, maupun kelompok sosio ekonomi satu anggota keluarga dampaknya akan dan budaya. Seseorang yang mengalami mengenai seluruh anggota keluarga yang lain gangguan jiwa termasuk skizofrenia sering

  (Iman Setiadi Arif, 2006 dikutip oleh Ely R, mendapatkan stigma dan diskriminasi yang 2009: 1). lebih besar dari masyarakat disekitrnya

  Seorang pasien skizofrenia seringkali (Dadang Hawari, 2003: 120-125). Pasien tidak mendapatkan perhatian yang cukup dari

  skizofrenia sering dikucilkan bahkan

  keluarga. Padahal, dukungan dari keluarga dipasung, diperlakukan tidak manusiawi dan merupakan faktor penting yang dapat dinyatakan sebagai orang yang memiliki membantu kesembuhan seorang skizofrenia. penyakit berbahaya.

  Untuk itulah, maka diperlukan penyesuaian Keluarga terdapat suatu sistem yang diri yang baik dan penerimaan dari pihak berisi sejumlah relasi yang berfungsi secara keluarga akan keadaan dari pasien skizofrenia .

  Hingga saat ini, jumlah penderita

  skizofrenia diperkirakan sekitar 1% dari

  seluruh penduduk dunia. Sedangkan di Indonesia, sekitar 1% hingga 2% dari total jumlah penduduk (www.matanews.com). Di Amerika diketahui bahwa setiap satu dari seratus orang penduduk berisiko untuk menderita skizofrenia. Sebuah angka yang besar namun dari jumlah tersebut, hanya sebagian kecil yang mendapatkan perawatan dan tatalaksana yang tepat. Skizofrenia mempunyai prevalensi sebesar 1% dari populasi dunia atau rata-rata 0,85% (Benhard R. Sinaga, 2007: 12). Melalui survei kesehatan jiwa yang dilakukan pada penduduk 11 kota terpilih di Indonesia, dilaporkan prevalensi gangguan kesehatan jiwa sebesar 185 orang pada 1000 penduduk. Ini berarti bahwa disetiap rumah tangga yang terdiri dari 5-6 anggota keluarga terdapat satu orang yang menderita gangguan jiwa (www.republika.co.id). Selain karena angka insidennya di dunia cukup tinggi (1 per 1000), hampir 80% penderita

  skizofrenia

  juga mengalami kekambuhan secara berulang. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan

  Kabupaten Lamongan pada tahun 2008 pasien yang mengalami gangguan jiwa di Kabupaten lamongan ditemukan sebanyak 430 pasien (Ely R., 2009: 1-6). Dan berdasarkan data kunjungan di URJ Psikiatri RSD Dr. Soegiri Lamongan pada tahun 2009 terdapat 109 kasus skizofrenia yang rawat jalan. Dan mulai bulan Januari sampai Februari 2010 terdapat 82 kasus skizofrenia yang rawat jalan.

  Survei awal pada tanggal 31 Mei 2010 di Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan terdapat 54 orang yang mengalami gangguan

  skizofrenia, dari 5 keluarga terdapat 3

  keluarga yang kurang memahami tentang perawatan pada pasien skizofrenia, terlihat dari salah satu keluarga pasien dipasung, pakaiannya lusu dan belum pernah dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.

  Prevalensi skizofrenia berdasarkan jenis kelamin, ras dan budaya adalah sama. Wanita cenderung mengalami gejala yang lebih ringan, lebih sedikit rawat inap dan fungsi sosial yang lebih baik di komunitas dibandingkan laki-laki. Onset puncak pada laki-laki terjadi pada usia 15-25 tahun sedangkan pada wanita terjadi pada usia 25- 35 tahun (Benhard R. Sinaga, 2007: 12).

  Dampak yang diakibatkan oleh

  skizofrenia pada diri pasien diantaranya; sulit

  untuk berhubungan dengan orang lain, sulit untuk berinteraksi, mengalami masalah dalam hal kepercayaan dan keintiman, hargadiri rendah, pasien tidak percaya diri, merasa asing atau berbeda dari orang lain dan tidak percaya bahwa mereka adalah individu yang berharga. Pada keluarga dan masyarakat prestasi disekolah atau tempat kerja dapat sangat terganggu, sulit memenuhi peran dalam keluarga seperti; sebagai seorang laki- laki atau perempuan atau sebagai saudara kandung (Sheila L. Videbeck, 2008: 364- 365). Dari dampak-dampak tersebut salah satu penyebabnya dikarenakan Pola relasi interpersonal yang buruk antara ibu dan anak pada masa kecil, pola asuh yang buruk, perpecahan pola asuh antara kedua orang tua yaitu salah satu orang tua terlalu dekat dengan anak yang berasal dari gender yang berbeda, hubungan yan buruk antara anak dan salah satu orang tua, hubungan antara kedua orang tua dan berakhir dengan dominasi salah satu orang tua (www.medicarela.com). Dapat pula karena sosial ekonomi yang rendah.

  Menurut UU No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Suprajitno, 2004: 1). Keluarga merupakan orang-orang terdekat dan dianggap paling banyak tahu serta mempengaruhi kondisi pasien. Oleh karena itu, keluarga memegang peranan penting dalam proses penyembuhan pasien

  skizofrenia .

  Banyak pasien skizofrenia yang hanya dititipkan pada rumah sakit jiwa dan tidak dikunjungi. Keluarga sudah menyerahkannya pada rumah sakit dan perawat yang bertugas dirumah sakit tersebut. Tidak sedikit pula

HASIL PENELITIAN

  pasien yang sudah sembuh dan kembali ke . … rumah sakit dikarenakan kambuh.

  1. Data Umum

  Keberhasilan terapi gangguan jiwa 1) Gambaran Lokasi Penelitian

  skizofrenia tidak hanya terletak pada terapi Lokasi penelitian di Kec. Tikung Kab.

  obat psikofarmaka dan jenis terapi lainnya, Lamongan Terdapat 13 desa diantaranya : tetapi juga peran serta keluarga dan Tambakrigadung, Jatirejo, Guminingrejo, masyarakat turut menentukan. Untuk Jotosanur, Bakalanpule, Pengumbulan Adi, menghilangkan stigma pada keluarga dan Dukuhagung, Takeranklating, Botoputih, masyarakat terhadap gangguan jiwa Wonokromo, Balongwangi, Soko, dan

  skizofrenia ini, maka berbagai upaya Kelorarum.

  penyuluhan (health education) dan sosialisasi kesehatan jiwa di mana salah satu 2) Karakteristik Responden diantaranya adalah gangguan jiwa skizofrenia (1) Umur perlu diberikan oleh para dokter (psikiater),

  Tabel 1 Distribusi responden

  psikolog, pekerja sosial (social worker) dan

  berdasarkan umur responden

  para ahli di bidang kesehatan jiwa

  yang memiliki anggota masyarakat (Dadang Hawari, 2003: 120-125). kelurga yang mengalami

  Berdasarkan uraian tersebut di atas maka

  skizofrenia di Kec. Tikung

  dapat disimpulkan bahwa pengetahuan

  Kab. Lamongan Tahun 2010

  keluarga dalam merawat pasien skizifrenia masih kurang. Untuk meningkatkan dan

  No. Umur Frekuensi Prosentase

  memperbaiki pengetahuan keluarga dalam

  1 11 – 20 Tahun 2 21 – 30 Tahun

  7

  35

  merawat pasien skizofrenia, maka peneliti

  3 31 – 40 Tahun

  4

  20

  tertarik melakukan penelitian untuk

  4 > 41 Tahun

  9

  45

  mengetahui “Pengaruh Pemberian Health

  Jumlah 20 100%

  (Pendidikan Kesehatan) terhadap

  Education

  Peningkatan Pengetahuan dalam Merawat Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa

  Salah Satu Anggotanya Mengalami hampir sebagian responden berusia > 41

  Skizofrenia di Kec. Tikung Kab. Lamongan”.

  tahun sebanyak 9 keluarga (45%), dan tidak Tujuan uraian di atas adalah untuk satupun responden dengan usia 11 – 20 tahun mempelajari pengaruh pemberian health (0%).

  education (pendidikan kesehatan) pada

  keluarga terhadap peningkatan pengetahuan (2) Pendidikan dalam merawat salah satu anggotanya

  Tabel 2 Distribusi responden

  mengalami skizofrenia Di Kecamatan Tikung

  berdasarkan pendidikan

  Kabupaten Lamongan

  responden yang memiliki anggota kelurga yang METODE PENELITIAN

  .… … .…

  mengalami skizofrenia di

  Desain yang dipakai dalam penelitian ini

  Kec. Tikung Kab. Lamongan

  adalah Pra Experimental Design dengan

  Tahun 2010

  jenis rancangan Pre test-post test design yaitu rancangan penelitian yang dilakukan dengan

  No. Pendidikan Frekuensi Prosentase

  cara memberikan pre-test (pengamatan awal)

  1 SD/Sederajat

  3

  15

  terlebih dahulu sebelum diberikan intervensi,

  2 SMP/Sederajat

  4

  20

  setelah diberikan intervensi, kemudian

  3 SMA/Sederajat

  7

  35

  dilakukan kembali pos-ttest (pengamatan

  4 Akademi/Pergurun

  2

  10 akhir) (Hidayat, A. A. A, 2007: 29). Tinggi

  5 Tidak Sekolah

  4

  20 Jumlah 20 100% Berdasarka tabel 2 menunjukkan bahwa 2) Intervensi (Health education) hampir sebagian responden berpendidikan Tabel 5 Distribusi responden akhir SMA/sederajat sebanyak 7 keluarga berdasarkan intrvensi (35%). Dan sebagian kecil responden ( health education) di Kec. berpendidikan akhir Akademi/Perguruan Tikung Kab. Lamongan tinggi sebanyak 2 keluarga (10%). Tahun 2010

  Respon

  (3) Pekerjaan

  No. Frekuensi Prosentase Responden Tabel 3 Distribusi responden

  1 Respon (+)

  16

  80 berdasarkan pekerjaan

  2 Respon ( - )

  4

  20 responden yang memiliki

  Jumlah 20 100% anggota kelurga yang mengalami skizofrenia di Kec.

  Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa

  Tikung Kab. Lamongan Tahun

  lebih dari sebagian responden berrespon (+)

  2010

  sebanyak 16 keluarga (80%), sedangkan

  No Pekerjaan Frekuensi Prosentase

  sebagian kecil berrespon ( - ) sebanyak 4

  1 Petani

  8

  40 keluarga (20%).

  2 Pegawai Negeri/

  3 Wiraswasta

  11

  55

  3) Tingkat Pengetahuan Post-test

  4 Tidak Bekerja

  1

  5 Tabel 6 Ditribusi responden Jumlah 20 100% berdasarkan tingkat pengetahuan post-test di

  Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa Kec. Tikung Kab. lebih dari sebagian responden bekerja

  Lamongan Tahun 2010

  dibidang wiraswasta sebanyak 11 keluarga (55%). Dan tidak satupun responden yang

  No Pengetahuan Frekuensi Prosentase

  bekerja sebagai pegawai negeri/TNI/porli

  1. Baik

  14

  70 (0%).

  2. Cukup

  6

  30

  3. Kurang

2. Data Khusus

  Jumlah 20 100%

  1) Tingkat Pengetahuan Pre-test Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa

  Tabel 4 Ditribusi responden

  lebih dari sebagian responden

  berdasarkan tingkat

  berpengetahuan baik sebanyak 14 keluarga

  pengetahuan pre-test di

  (70%), sedangkan tidak satupun responden Kec. Tikung Kab. berpengetahun kurang (0%).

  Lamongan Tahun 2010

  4) Perbandingan tingkat pengetahuan pre-

  No. Pengetahuan Frekuensi Prosentasi test dan tingkat pengetahuan pots-test

  1. Baik

  6

  30 Tabel 7 Ditribusi responden

  2. Cukup

  9

  45 berdasarkan perbandingan

  3. Kurang

  5

  25 Jumlah 20 100% tingkat pengetahuan pre- test dan tingkat pengetahuan post-test di

  Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa Kec. Tikung Kab. hampir sebagian responden berpengetahuan

  Lamongan Tahun 2010

  cukup sebanyak 9 keluarga (45%), sedangkan

  No Pengetahuan Pre-test Post-tes

  sebagian kecil responden berpengetahuan

  F % F % kurang sebanyak 5 keluarga (25%).

  1 Baik

  6

  30

  14

  70

  2 Cukup

  9

  45

  6

  30

  3 Kurang

  5

  25 Jumlah 20 100% 20 100% Berdasarka tabel 7 diatas menunjukkan bahwa pada responden (Pre-test) mayoritas responden berpengetahuan cukup sebanyak 9 orang (45%). Dan responden (post-test) mayoritas responden berpengetahuan baik sebanyak 14 orang (70%).

  5) Pengaruh Pemberian Health Education (Pendidikan Kesehatan) Pada Keluarga Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dalam Merawat Salah Satu Anggotanya yang mengalami Skizofrenia .

  16

  2 Respon (+) Respon (-)

  13

  1

  65

  5

  3

  3

  15

  15

  4

  Pengetahuan Total Baik % Cukup % Kurang % Σ %

  80

  20 Jumlah 14 70% 6 30% 0% 20 100% Berdasarkan tabel 9 menunjukkan bahwa mayoritas responden (post-test) yang berespon positif dalam pemberian health

  education sebanyak 13 keluarga (65%). Dan

  mayoritas yang berespon negatif dalam pemberian health education sebanyak 3 keluarga (15%). Jadi dapat di simpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan responden pre-test dengan pengetahuan responden post -test pada responden (keluarga dengan salah satu anggotanya mengalami skizofrenia) di Kec. Tikung Kab. Lamongan. Hasil uji statistik “wilcoxon signed rank tes“ menunjukkan nilai signifikan (P sign = 0,001) dimana hal ini berarti P sign < 0,05 sehingga H diterima artinya ada pengaruh pemberian health

  education (pendidikan kesehatan) pada

  keluarga terhadap peningkatan pengetahuan dalam merawat salah satu anggotanya mengalami skizofrenia di Kec. Tikung Kab. Lamongan.

  PEMBAHASAN

  .… .…

  1. Health Education (Pendidikan Kesehatan).

  1

  Education

  

Tabel 8 Distribusi frekuensi pre-test pengaruh pemberian health education pada

keluarga terhadap peningkatan pengetahuan dalam merawat salah satu anggotanya yang mengalami skizofrenia di Kec. Tikung Kab. Lamongan Tahun 2010

  40

  No. Health

  Education

  Pengetahuan Total Baik % Cukup % Kurang % Σ %

  1

  2 Respon (+) Respon (-)

  6

  30

  8

  1

  5

  No Health

  2

  3

  10

  15

  16

  4

  80

  20 Jumlah 6 30% 9 45% 5 25% 20 100% Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa mayoritas responden (pre-test) yang berespon positif dalam pemberian health education sebanyak 8 keluarga (40%). Dan mayoritas yang berespon negatif dalam pemberian health education sebanyak 3 keluarga (15%).

  

Tabel 9 Distribusi frekuensi post-test pengaruh pemberian health education (pendidikan

kesehatan) pada keluarga terhadap peningkatan pengetahuan dalam merawat salah satu anggotanya yang mengalami skizofrenia di Kec. Tikung Kab. Lamongan Tahun 2010

  Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa hampir sebagian responden berusia > 41 tahun sebanyak 9 keluarga (45%), dan tidak satupun responden dengan usia 11 – 20 tahun (0%). Dan berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa lebih dari sebagian responden berrespon (+) sebanyak 16 keluarga (80%). Dan sebagian kecil berrespon ( - ) sebanyak 4 keluarga (20%). Juga Berdasarka tabel 7 diatas menunjukkan bahwa pada responden (Pre-test) mayoritas responden berpengetahuan cukup sebanyak 9 orang (45%). Dan responden (post-test) mayoritas responden berpengetahuan baik sebanyak 14 orang (70%).

  Menurut Soekidjo Notoatmodjo, (2007: 16). Pendidikan atau promosi kesehatan adalah suatu bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan pada perilaku, agar tersebut kondusif untuk kesehatan.

  Metode pendidikan kesehatan terdiri dari metode pendidikan individu (perorangan), metode pendidikan kelompok dan metode pendidikan massa. Metode pendidikan individu (perorangan). Bentuk dari metode individual ada 2 (dua) bentuk: Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling) dan Interviu (wawancara). Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling) : a). Kontak antara klien dengan petugas lebih intensif, b). Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya. c). Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan kesadaran, penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku).

  Interview (wawancara) : a). Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. b).

  Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

  Metode pendidikan kelompok harus memperhatikan apakah kelompok itu besar atau kecil, karena metodenya akan lain. Efektifitas metodenya pun akan tergantung pada besarnya sasaran pendidikan. Metode ini terdiri dari : 1). Kelompok besar, 2). Kelompok kecil terdiri dari ; diskusi kelompok, curah pendapat (brain storming), bola salju (snow balling), kelompok kecil- kecil (buzz group), memainkan peran (role

  play) dan permainan stimulasi (stimulation game).

  Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

  Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Soekidjo, 2003: 121).

  Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya, faktor internal : pendidikan, persepsi, motivasi, pengalaman dan faktor eksternal : lingkungan, sosial ekonomi, kebudayaan, informasi, umur.

  Pemberian health education dapat dilakukan dan diberikan pada siapa saja, dan tetap memperhatikan tujuan, dimensi, metode dan alat yang sesuai. Pada tabel 1 telah diperlihatkan bahwa umur tidak membatasi seseorang untuk memperoleh pengetahuan. Selain umur, informasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Dalam hal ini responden memperoleh informasi melalui health education yang diberikan oleh peneliti. Dan terlihat adanya peningkatan pengetahun pada responden pada tabel 7 hal ni juga didukung adanya respon positif yang diperlihatkan oleh responden.

  2. Pengetahuan Responden 1) Pengetahuan Responden Pre-test

  Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa hampir sebagian responden berpengetahuan cukup sebanyak 9 keluarga (45%), sedangkan sebagian kecil responden berpengetahuan kurang sebanyak 5 keluarga (25%).

  Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Soekidjo, 2003: 121).

  Tingkat pengetahuan menurut Soekidjo N. (2003: 128), pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu: tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (aplication), analisis (analysis), sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation).

  Tahu sebagai pengingat materi yang dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembeli (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh sebab itu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang telah tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

  Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya, faktor internal : pendidikan, persepsi, motivasi, pengalaman dan faktor eksternal : lingkungan, sosial ekonomi, kebudayaan, informasi, umur.

  Cara memperoleh pengetauhan menurut (Soekidjo, 2002), cara memperoleh pengetahuan adalah sebagai berikut : 1. Cara tradisional atau non ilmiah : cara coba-salah atau trial eror, cara kekuasaan atau otoritas, berdasarkan pengalaman pribadi, melalui jalan pikiran. 2. Cara modern atau ilmiah : cara ini disebut penelitian ilmiah atau metodologi penelitian, mula-mula diadakan pengamatan langsung dari suatu gejala, kemudian hasil pengamatan dikumpulkan di klasifikasikan dan akhirnya diambil kesimpulan umum.

  Menurut Wahit Iqbal M. (2007) peran keluarga adalah mampu mengenal masalah kesehatan, mampu membuat keputusan tindakan, mampu melakukan perawatan pada keluarga yang sakit, mampu memodifikasi lingkungan rumah, dan mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.

  Menurut Soejono, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi peran keluarga diantaranya : 1). Faktor internal : umur, pendidikan, pekerjaan, informasi. 2). Faktor eksternal : lingkungan, kebudayaan, kepercayaan, ras, sosial ekonomi.

  Umur merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi peran keluarga, semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang, maka akan lebih matang seseorang tersebut dalam berfikir dan berkarya. Hal ini akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya (Huclock,1998).

  Pengetahuan yang dimiliki oleh responden kemungkinan diperoleh dari cara tradisional atau non ilmiah, sehingga masih lebih banyak responden yang berpengetahuan cukup. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan responden dapat dilihat dari tingkat pendidikan, pada tabel 2 didapatkan 7 responden dengan tingkat pendidikan SMA/sederajat (35%) dibandingkan dengan tingkat pendidikan SD/sederajat yang hanya terdapat 3 responden (15%). Namun, hal ini tidak dapat menjadi patokan bahwa dengan tingginya tingkat pendidikan maka pengetahuan seseorang dalam merawat anggotanya yang sakit akan baik, karena dari faktor pengalaman juga dapat memberikan seseorang pengetahuan yang baik.

  Faktor umur juga dapat menjadikan seseorang berpengetahuan baik dalam merawat anggotanya yang sakit. Pada tabel 1 menunjukkan bahwa hampir sebagian responden berusia > 41 tahun sebanyak 9 keluarga (45%), dan tidak satupun responden dengan usia 11 – 20 tahun (0%). Jadi semakin tua usia pengetahuan dan pengalaman dalam merawat anggotanya yang sakit juga semakin lebih baik.

  2) Pengetahuan Responden Post-test Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa lebih dari sebagian responden berpengetahuan baik sebanyak 14 keluarga (70%), sedangkan tidak satupun responden berpengetahun kurang (0%). Dan berdasarka tabel 7 yang menunjukkan bahwa pada responden (pre-test) mayoritas responden berpengetahuan cukup sebanyak 9 orang (45%). Dan responden (post-test) mayoritas responden berpengetahuan baik sebanyak 14 orang (70%).

  Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Soekidjo, 2003: 121).

  Tingkat pengetahuan menurut Soekidjo N. (2003: 128), pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu: tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (aplication), analisis (analysis), sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation).

  Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya, faktor internal : pendidikan, persepsi, motivasi, pengalaman dan faktor eksternal : lingkungan, sosial ekonomi, kebudayaan, informasi, umur.

  Cara memperoleh pengetauhan menurut (Soekidjo, 2002), cara memperoleh pengetahuan adalah sebagai berikut : 1. Cara tradisional atau non ilmiah : cara coba-salah atau trial eror, cara kekuasaan atau otoritas, berdasarkan pengalaman pribadi, melalui jalan pikiran. 2. Cara modern atau ilmiah : cara ini disebut penelitian ilmiah atau metodologi penelitian, mula-mula diadakan pengamatan langsung dari suatu gejala, kemudian hasil pengamatan dikumpulkan di klasifikasikan dan akhirnya diambil kesimpulan umum.

  Menurut Wahit Iqbal M. (2007) peran keluarga adalah mampu mengenal masalah kesehatan, mampu membuat keputusan tindakan, mampu melakukan perawatan pada keluarga yang sakit, mampu memodifikasi lingkungan rumah, dan mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.

  Menurut Soejono, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi peran keluarga diantaranya : 1). Faktor internal : umur, pendidikan, pekerjaan, informasi. 2). Faktor eksternal : lingkungan, kebudayaan, kepercayaan, ras, sosial ekonomi.

  Umur merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi peran keluarga, semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang, maka akan lebih matang seseorang tersebut dalam berfikir dan berkarya. Hal ini akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya (Huclock,1998).

  Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa pengetahuan seseorang dikatakan baik, cukup atau kurang dapat dilihat dari cara memperoleh dan faktor- faktor yang mempengaruhi. Adapun faktor- faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan adalah berupa umur, pendidikan, informasi, sosial ekonomi, lingkungan kebudayaan pengalaman, motivasi dan persepai. Dari pengalaman yang lebih lama dan usia semakin tua didak menjadikan seseorang menutup diri dan tidak mau menerima informasi dari luar. Berdasarkan tabel 1 yang menunjukkan bahwa hampir sebagian responden berusia > 41 tahun.

  Informasi disini dengan diberikannya

  health education pada responden. Dari

  informasi yang diberikan menujukkan adanya peningkatan pengetahuan responden yang telah ditunjukkan oleh tabel 7.

  3. Pengaruh Pemberian Health Education (Pendidikan Kesehatan) Pada Keluarga Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dalam Merawat Salah Satu Anggotanya yang Mengalami Skizofrenia di Kec.

  Tikung Kab. Lamongan Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa pada responden (Pre-test) mayoritas responden berpengetahuan cukup sebanyak 9 orang (45%). Dan responden (post-test) mayoritas responden berpengetahuan baik sebanyak 14 orang (70%).

  Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Soekidjo, 2003: 121).

  Tingkat pengetahuan menurut Soekidjo N. (2003: 128), pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu: tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (aplication), analisis (analysis), sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation).

  Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya, faktor internal : pendidikan, persepsi, motivasi, pengalaman dan faktor eksternal : lingkungan, sosial ekonomi, kebudayaan, informasi, umur.

  Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan adalah informas. Informasi merupakan fungsi yang penting sebelum dilakukan suatu tindakan bahkan klien dapat mengambil keputusan yang tepat dan memberi kesempatan untuk bertanya lebih lanjut (Erfand, 2009). Informasi merupakan: keterangan, pemberitahuan yang dapat menimbulkan kesadaran dan mempengaruhi perilaku (Soekidjo, 2003).

  Menurut Soejono, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi peran keluarga diantaranya : 1) Faktor internal : umur, pendidikan, pekerjaan, informasi. 2) Faktor eksternal : lingkungan, kebudayaan, kepercayaan, ras dan sosial ekonomi

  Informasi merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi rasa cemas. Menurut Friedman peran juga dipengaruhi oleh kepribadian individu, kemampuan individu, temperamen, sikap kebutuhan individu. Seseorang individu menerima peran-peran tertentu berdasarkan harapan masyarakat dan dimodifikasi oleh identifikasi individu tersebut terhadap model- model peran dan karakteristik kepribadian individu.

  Untuk lebih cermat dalam melakukan penelitian, khususnya tentang skizofrenia. Selain pengetahuan dan peran keluarga dalam merawat pasien skizofrenia perlu juga diperhatikan peranan masyarakat yang ada disekitarnya. Masih banyak faktor-faktor yang mempengaruhi peran keluarga dan hal- hal yang dapat mencetuskan/memunculkan

  bukan hanya pada keluarga tetapi juga pada masyarakat sekitar, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan masyarakat juga dapat ikut andil dalam menurunkan tingkat kekambuhan pasien skizofrenia.

  skizofrenia serta bagaimana cara merawatnya

  Hendaknya tenaga kesehatan khususnya yang berada di wilayah kerja Kab. Lamongan dapat memberikan penyuluhan tentang

  keluarga dan masyarakat, melalui program PKMRS.

  skizofrenia dan penanganan yang tepat pada

  Hendaknya Rumah Sakit yang ada di seluruh Indonesia khususnya di wilayah kerja Kab. Lamongan untuk menambah fasilitas- fasilitas yang ada sehingga dapat membantu dalam mengurangi angka kekambuhan. Rumah Sakit juga diharapkan dapat memberikan dan mengajarkan tentang

  Hendaknya segera melakukan pencarian solusi untuk mengurangi tingginya angka kekambuhan skizofrenia di Kab. Lamongan.

  2. Saran

  = 0,001) dimana hal ini berarti P sign < 0,05 sehingga H diterima artinya ada pengaruh pemberian health education (pendidikan kesehatan) pada keluarga terhadap peningkatan pengetahuan dalam merawat salah satu anggotanya mengalami skizofrenia di Kec. Tikung Kab. Lamongan.

  tes“ menunjukkan nilai signifikan (P sign

  3) Setelah di analisa dapat di simpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan responden pre-test dengan pengetahuan responden post-test pada responden (keluarga dengan salah satu anggotanya mengalami skizofrenia) di Kec. Tikung Kab. Lamongan. Hasil uji statistik “wilcoxon signed rank

  dari setengah responden berpengetahuan baik yaitu sebanyak 14 keluarga dengan prosentase 70%.

  skizofrena sesudah diberikan health education mengalami peningkatan, lebih

  cukup yaitu sebanyak 9 keluarga dengan prosentase 45%. 2) Pengetahuan keluarga dalam merawat salah satu anggotanya menglami

  health education memiliki pengetahuan

  1) Sebagian besar pengetahuan keluarga dalam merawat salah satu anggotanya mengalami skizofrenia sebelum diberikan

  . …

  Dari uji analisis menunjukkan bahwa seluruh responden mengalami peningkatan pengetahuan. Adapun pemberian informasi yang melalui health education pada keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan keluarga (responden).

  Dengan adanya informasi maka seseorang akan lebih mengetahui tentang suatu hal. Seperti halnya pemberian informasi melaui health education yang diberikan kepada keluarga dengan salah satu anggotanya mengalami skizofrenia. Pada tabel 7 yang menunjukkan adanya perbandingan pengetahuan antara pre-test dan post-test. Sedangkan pada tabel 8 dan 9 menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan setelah diberikan health education.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

  terjadinya kekambuhan pada pasien

  Cipta Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan

  A. (2003). Riset

  Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika

  Hidayat, Aziz A. A. (2007). Metode

  Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika

  Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. (2007). Promosi

  Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

  Mubarak, Wahit Iqbal. (2007). Health Care

  skizofrenia. Masmamad.blogspot.com

  diakses pada tanggal 08 Januari 2010, pukul 20:53 WIB Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi

  Penelitian Kesehatan. Jakarta: Renika

  Perilaku Kesehatan. Jakarta: Renika

  Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)

  Cipta Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan

  dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka

  Cipta Nursalam, (2003). Konsep dan Penerapan

  Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

  Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan

  Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

  Nursalam & Siti Pariani, (2001). Tinjauan

  Pustaka. Repository.usu.ac.id diakses

  pada tanggal 07 Agustus 2010, pukul 13:26 WIB

  Nursalam & Siti Pariani, (2002). Tinjauan

  Pustaka. Repository.usu.ac.id diakses

  Hidayat, Aziz A.

  Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.

  skizofrenia . Sehingga perlu adanya penelitian selanjutnya.

  Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Effendy, (1998). Tinjauan Pustaka.

  . . . DAFTAR PUSTAKA . . .

  Amanui, (2000). Asuhan Keperawatan

  Keluarga. www.scribd.com. Diakses

  pada tanggal 13 Mei 2010, pukul 19:26 WIB Arikunto, Suharsini. (2006).

  Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,

  Jakarta : PT Rhineka Cipta Azwar, (2003). Tinjauan Pustaka.

  Repository.usu.ac.id diakses pada

  tanggal 07 Agustus 2010, pukul 13:26 WIB

  Benhard R. Sinaga, (2007). Skizofrenia &

  Diagnosis Banding. Jakarta: Fakultas

  Repository.usu.ac.id diakses pada

  pada tanggal 07 Agustus 2010, Pukul 13:20 WIB. Hawari, Dadang. (2003). Pendekatan

  tanggal 07 Agustus 2010, pukul 13:26 WIB

  Effendy, (2000). Asuhan Keperawatan

  Keluarga. www.scribd.com. Diakses

  pada tanggal 13 Mei 2010, pukul 19:26 WIB Erfand, (2003). Tinjauan Pustaka.

  Repository.usu.ac.id diakses pada

  tanggal 07 Agustus 2010, pukul 13:26 WIB Fransiska, 2009. Mengenal Skizofrenia.

  www.medicarela.com diakses pada

  tanggal 13 Pebruari 2010 pukul 21:28 WIB

  Friedman, Marilyn M., (1998). Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktek ; Edisi 3.

  Jakarta: EGC Harmoko, (2010). Peran keluarga dalam perawatan Gangguan jiwa.

  NSHARMOKO.Blogspot.com diakses

  pada tanggal 07 Agustus 2010, pukul 13:26 WIB Nursalam & Siti Pariani, (2003). Tinjauan Soekidjo, (2003). Tinjauan Pustaka.

  

Pustaka. Repository.usu.ac.id diakses Repository.usu.ac.id diakses pada

  pada tanggal 07 Agustus 2010, pukul tanggal 07 Agustus 2010, pukul 13:26 13:26 WIB WIB

  Ratnawati, Ely. (2009). Gambaran Sudiharto, (2007). Asuhan Keperawatan

  

Pengetahuan Keluarga Pasien keluarga dengan Pendekatan

Transkultural. Jakarta: EGC Skizofrenia Tentang Penyakit Skizofrenia Di URJ Psikiatri RSD Dr.

  

Soegiri Lamongan. Tidak dipublikasikan Sugiono, (2006). Statistika untuk Penelitian.

  Bandung: Alfabeta Setiadi, (2007). Konsep dan Penulisan Riset

  

Keperawatan Edisi Pertama. Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan

  Yogyakarta: Graha Ilmu Keluarga. Jakarta : EGC Sheila L. Videbeck. (2008). Buku Ajar Zuroidah, Evi. (2009). Skripsi Hubungan

  

Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC Peran Keluarga dengan Tingkat

Depresi Lansia. Tidak dipublikasikan

  Soejono, (2007). Koran Detail .

  www.republika.co.id diakses pada 21

  Desember 2009, pukul 11:21 WIB